Sistem endokrin terdiri atas kelenjar-kelenjar yang menghasilkan hormon untuk mengatur berbagai fungsi tubuh. Kelenjar-kelenjar tersebut antara lain hipofisis, tiroid, paratiroid, timus, pineal, adrenal, gonad, serta sel-sel di organ seperti lambung dan usus. Gangguan sistem endokrin meliputi hipertiroid, hipotiroid, dan Cushing disease.
2. Alpin Maulana (31119064)
Arya Purba W (31119073)
Dewi Amalia S (31119089)
Dika Irfan M (31119088)
Diva Rachma O (31119099)
Fahrul Fajriana (31119080)
Hasna Mulia U (31119051)
Legina Lija P (31119098)
KELOMPOK 3
3. Jenis Jenis Kelenjar Endokrin
Kelenjar hipofisis terbagi atas 2 bagian:
Hipofisis anterior
- Tiroid stimulating hormone (TSH)
- Hormone adrenokortikotropik (ACTH)
- Folikel stimulating hormone (FSH)
- Luteinizing hormone (LH)
- Interstisial sel stimulating (ICSH)
- Hormone prolactin
- Hormone p e r tu mb u h a n
Hipofisis posterior
- Hormone antidiuretic
- Oksitosin atau pitosin
- Kelenjar Hipofisis
4. -Kelenjar Tiroid
Sel-sel kelenjar ini menghasilkan hormone yang
d iseb ut Tiroksin (t et raiod it iron in = T4) d an
h orm on e
Triiod ot iron in (T3). Beb erap a fun gsi
tiroid :
-Mempengaruhi p e rtumb u h a n dan maturase
jaringan t u b u h serta penggunaan energi local
-Mengatur kecepatan metabolisme t u b u h dan
me mp e ngaru hi beberapa reaksi metabolic
dalam tubuh.
-Men a mbah sintesis RNA dan protein suatu aksi
yang mendahului meningginya basal
metabolisme
5. -Kelenjar Paratiroid
Kelenjar paratiroid pada tenggorokan mensekresi hormone PTH
(paratiroid hormon). Fungsi kelenjar paratiroid :
-Mempercepat absospsi kalsium di intestinal
-Mengontrol ekskresi kalsium dan fosfat oleh ginjal
-Memelihara konsentrasi ion kalsium yang tetap pada plasma
dalam batas yang sempit meskipun terdapat variasi yang luas
6. Horm one yang d ih asilkan kelenjar ini m elip uti 6
peptide yang secara kolektif disebut timosin.
Fungsinya hormone timosin :
-Mengendalikan perkembangan system i m u n
dependen timus dengan menstimulasi diferensiasi
dan ploreferasi sel limfosit T
-Timosin berperan dalam penyakit imunodefisiensi
gam m a glob ulinem ia yaitu
total untuk m em p rod uksi
kongenital seperti
ketid ak m am p uan
antibody
Fungsi kelenjar timus :
kemampuan
-Suatu sum b er sel yang m em p unyai
imunologis
-Mengurangi aktifitas kelamin.
-Kelenjar Timus
7. -Kelenjar Pineal
Kelenjar ini menghasilkan hormone melatonin
yang berfungsi menghambat gonadotropin
melalui masa pubertas, menghambat produksi
melanin oleh melanosit di kulit.
(steroid ) terdiri
-Kelenjar Adrenal
Horm on e yan g d ih asilkan korteks ad ren al
atas 3 lapisan :
-Zon a glom erulosa m en gh asilkan h orm on e m in eral
okortikoid
- Zona fasikulata menghasilkan hormone glukokortikoid
-Zona retikularis menghasilkan hormone glukokortiroid
dan hormone kelamin
Hormone yang dihasilkan oleh medulla adrenalin :
-M en gon traksi p em b uluh d arah seh in gga m en in gkatkan
tekanan darah
- Mempercepat kontraksi otot jantung
- Mengembalikan otot bebas di dinding bronkus
9. Lambung dan Usus
Kelenjar pada lambung menghasilkan hormone gastrin usus, kelenjar yang mensekresi
hormone yaitu pada bagian duodenum, kelenjar d u o d e n u m menghasilkan hormone
sekretin, kolesistokinin, enterokinin dan gastrik inhibitori peptide.
10. Pulau-pulau
Langerhans didalam
pancreas
Ada 4 jenis sel penghasil hormone yang teridentifikasi :
-Sel alfa m enyekresi glucagon d ap at m eningkatkan
kadar gula darah
-Sel b eta m enyekresi insulin d ap at m enurunkan kad ar
gula darah
yang
yang
- Sel d elta m enyekresi som atostin, h orm one
menghalangi hormone pertumbuhan
m e n g h a mb at sekresi glucagon dan insulin
- Sel F menyekresi polipeptida pancreas sejenis
hormone pencernaan untuk fungsi yang tidak jelas yang
dilepas setelah makan.
11. Organ reproduksi
atau gonad
(ovarium pada
perempuan dan
testis pada laki-laki)
TESTIS
Hormone yang dihasilkan oleh reproduksi pria :
- Testosterone
- Hormone gonadotropin
- Lutein hormone (LH)
- Folikel stimulating hormone (FSH)
- Hormone estrogen
- Hormone pertumbuhan
OVARIUM
Ovarium pada wanita menghasilkan
hormone kewanitaan sbb :
-Hormone estrogen
-Hormone progesterone
-Folikel stimulating hormone (FSH)
-Lutein hormone (LH)
-Prolactin atau luteotropin hormone (LTH)
12. Beberapa fungsi sistem endokrin secara u m u m :
• Sistem endokrin bersama dengan sistem saraf
m e r u p a k a n sistem komunikasi antar sel.
• Mengatur m e t a b o l i s m e organic serta keseimbangan H₂O
dan elektrolit yang secara kolektif p e n t i n g d a l a m
m e m p e r t a h a n k a n lingkungan internal yang konstan
• Menginduksi perubahan adaptif u n t u k m e m b a n t u
t u b u h m e n g h a d a p i situasu stress
• Mengatur t u m b u h k e m b a n g
• Mengontrol reproduksi
• Mengatur produksi sel darah merah.
FUNGSI SISTEM ENDOKRIN
13. Gangguan Sistem Endokrin
1. Hipertiroid
Patofisiologi
Patofisiologi hipertiroid dapat melalui berbagai mekanisme, tergantung penyakit dasarnya.
Hipertiroid bisa terjadi melalui mekanisme autoimun yang menghasilkan autoantibodi
terhadap thyroid stimulating hormone receptor (TSHR-Ab). Autoantibodi ini akan
menstimulasi sintesis dan sekresi hormon tiroid secara berlebihan. Mekanisme ini terjadi
pada Grave’s disease. Autoantibodi juga akan bereaksi dengan thyroid derived thyroglobin di
mata dan menyebabkan reaksi inflamasi dan penumpukan cairan sehingga terjadi
eksoftalmus.
Etiologi
Etiologi hipertiroid yang paling sering adalah Grave’s disease, diikuti oleh toksik multinodular
goitre dan toksik adenoma. Pada Grave’s disease, stimulator hormon tiroid meningkat karena
adanya autoantibodi. Hipertiroid juga bisa disebabkan oleh sekresi thyroid stimulating
hormone (TSH) yang berlebihan, misalnya pada TSH-secreting pituitary adenoma.
14. Diagnosis
Diagnosis hipertiroid patut dicurigai pada pasien dengan palpitasi, intoleransi panas, diaforesis, dan tremor. Pada pasien
dengan Grave’s disease bisa ditemukan oftalmopati dan dermopati tiroid. Sensasi globus, disfagia, atau orthopnea akibat
kompresi trakea dan esofagus bisa ditemukan pada goitre nodular.
Manifestasi Klinis
• Peningkatan frekuensi denyut jantung
• Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap katekolanin
• Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran terhadap panas, keringat berlebihan
• Penurunan berat. peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik)
Faktor-faktor risiko
Faktor-faktor risiko seseorang untuk terkena hipertiroidisme sebagai berikut: Memiliki riwayat gangguan tiroid
sebelumnya seperti goiter atau pernah menjalani operasi kelenjar tiroid. Memiliki riwayat penyakit autoimun seperti
diabetes melitus dan gangguan hormonal. Adanya riwayat gangguan tiroid di keluarga.
Pengobatan anti-tiroid
Pengobatan ini bekerja dengan mengurangi gejala hipertiroid secara bertahap dengan mencegah kelenjar tiroid Anda
untuk memproduksi kelebihan hormon.
Pengobatan ini termasuk methimazole (Tapazole) dan propylithiouracil. Gejala akan mulai bereaksi setelah pengobatan
berjalan beberapa mi n g g u atau bulan, tapi pengobatan ini biasanya akan berlanjut hingga setahun atau lebih.Pada
beberapa pasien, pengobatan ini bisa menghapus hipertiroid secara permanen, meski beberapa lainnya ada yang
mengalami kekambuhan. Propylthiouracil u m u m n y a dikonsumsi jika Anda tidak bisa toleransi dengan methimazole
sebab obat ini bisa menyebabkan kerusakan hati. Beberapa orang yang alergi terhadap obat ini akan mengalami ruam
kulit, gatal-gatal, d e m a m atau nyeri sendi. Itu juga bisa m e m b u a t Anda lebih rentan terhadap infeksi.
15. Definisi
Hipotiroidisme
kead aan klin ik yang ditandai dengan Hipometabolisme karena berkurangnya hormon tiroid
ad alah suatu kead an d im an a efek h orm on tiroid d i jarin gan kuran g. Atau Suatu
yan g
beredar dalam sirkulasi.
Patofisiologi
Patofisiologi hipotiroid berkaitan dengan penurunan produksi hormon tiroid akibat kelainan lokal pada
kelenjar tiroid sendiri m a u p u n akibat kelainan hipotalamus atau kelenjar pituitari. Berkurangnya
produksi hormo n tiroid menyebabkan penurunan laju metabolisme dan terjadinya gejala-gejala
hipotiroid.
Etiologi
Hipotiroid dapat diklasifikasikan menjadi hipotiroid primer, sentral, dan hipotiroid karna sebab lain.
Hipotiroid primer terjadi akibat kegagalan tiroid memproduksi hormon tiroid. Sedangkan hipotiroid
sentral adalah akibat defisiensi TSH yang dihasilkan oleh hipofisis. Hipotiroid karna sebab lain adalah
hipotiroid yang disebabkan farmakologis, defisiensi yodium, dan resistensi perifer. Secara epidemiologi
yang paling banyak ditemukan adalah hipotiroid tipe primer, oleh karena itu diagnosis ditegakkan
berdasar TSH meningkat dan FT4 yang menurun. Hipotiroid lebih dominan terhadap wanita Dibedakan
hipotiroid klinis dan hipotiroid subklinis.
2. Hipotiroid
16. Penegakan Diagnosa
Diagnosa ditegakkan dengan :
1.Diagnosa klinis
Dengan gejala dan tanda jelas, kadar hormon tiroid turun, dan kadar TSH meningkat.
2. Diagnosa Sub-klinis
Dengan gejala dan tanda tidak jelas, kadar hormon tiroid masih dalam batas normal,
kadar TSH meningkat. Banyak ditemukan pada wanita usia lanjut. Akibat jangka
panjangnya yaitu Hiperkholesterolemia dan menurunnya faal jantung.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada neonatus yaitu ikterus persisten, tangisan parau,
konstipasi, somnolen dan masalah pemberian makanan. Karena diagnosa
klinis sulit dan pengobatan dengan pengukuran T4 dan TSH serum untuk
perkembangan intelektual. Pada anak- anak , manifestasi klinis nya tu b uh
pendek, maturasi seksual, pubertas terlambat. Pada orang dewasa,
munculnya secara tiba- tiba. Gejalanya yaitu letargi, konstipasi, rasa
kelelahan, intoleransi dingin, kekakuan dan kram otot, menoragia.
17. Faktor Resiko
faktor ut am a p ad a autoimunitas terhadap
1 . U m u r di atas 60 tahun
2. Berjenis kelamin perempuan
3.Gen et ik, karen a d ian ggap
kelenjar tiroid
4 . M erokok, karen a d ap at m en yeb ab kan kekuran gan oksigen d i ot ak d an
nikotin m e m a c u peningkatan reaksi inflamasi
5. Stres, karena berkolerasi terhadap antibodi TSH-reseptor
6. Riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan autoimun
7. Riwayat pencitraan menggunakan zat kontras yang mengandung iodium
8.Beb erap a jen is ob at -ob at an , sep ert i am iod aron , lit h ium
karbonat,aminoglutethimide, interferon alfa, dan thalidomide
9. Lingkungan, ketika kadar iodium dalam air kurang
Pengobatan
Penatalaksanaan standar pasien hipotiroid adalah terapi penggantian hormon
(thyroid hormone replacement) dengan pemberian levotiroksin.
18. 3. Cushing Disease
Definisi
Cushing disease adalah kelainan endokrin yang ditandai dengan
peningkatan produksi hormon adrenokortikotropik (ACTH) dari hipofisis
anterior, yang menyebabkan pelepasan kortisol berlebih dari kelenjar
adrenal. Hal ini sering disebabkan oleh mikroadenoma hipofisis (kurang
dari 5 m m ) atau akibat kelebihan produksi hormon pelepas kortikotropin
(CRH) dari hipotalamus. Cushing disease paling sering disebabkan oleh
adenoma pituitari.
Patofisiologi
Frekuensi produksi ACTH tetap sama, tetapi ritme sirkadian normal hilang.
ACTH plasma yang meningkat menyebabkan hiperplasia adrenal bilateral
dan akibatnya meningkatkan produksi kortisol. Oleh karena itu, ritme
sirkadian normal kortisol juga hilang.
Fungsi kortisol terutam a seb agai glukokortikoid ; Nam un,
konsentrasi tinggi, kortisol juga dapat menunjukkan
d alam
aktivitas
mineralokortikoid, yang menyebabkan hipertensi dan hipokalemia
melalui sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAAS). Sistem hormon
RAAS mengatur konsentrasi natrium plasma dan tekanan darah arteri,
yang secara tidak langsung dapat menyebabkan hipokalemia.
19. Etiologi
Etiologi Cushing disease yang paling sering ditemukan adalah adenoma pituitari. Pada kasus jarang, hiperplasia kortikotrof
difusa juga dapat menyebabkan Cushing disease.
Tumor penyebab penyakit ini biasanya berupa mikroadenoma (<5 mm). Makroadenoma ditemukan pada 5–10% pasien
dan biasanya berkaitan dengan produksi adrenocorticotropic hormone (ACTH) yang lebih tinggi daripada mikroadenoma.
Beberapa mutasi genetik, seperti ubiquitin specific peptidase 8 (USP8), berhubungan dengan penyebab terjadinya
adenoma ini.
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis dan menentukan penyebab sindrom Cushing, diperlukan pemeriksaan klinis yang tepat
serta sarana untuk melaksanakan serangkaian pemeriksaan laboratorium. Langkah pertama pemeriksaan laboratorium
ditujukan untuk menguji apakah diagnosis sindrom Cushing sudah benar. Ada 3 m a c a m pemeriksaan yang dapat
digunakan.
1.Pemeriksaan kadar kortisol plasma
Dalam keadaan normal kadar kortisol plasma sesuai dengan irama sirkadian atau periode diural, yaitu pada pagi hari
kadar kortisol plasma mencapai 5 - 25 Ug/dl (140 -160 mmol/) dan pada m a l a m hari akan m e n u r u n menjadi kurang dari
50%. Bila pada m a l a m hari kadamnya tidak m e n u r u n atau tetap berarti irama sirkadian sudah tidak ada. Dengan
demikian sindrom Cushing sudah dapat ditegakkan. N a m u n pemeriksaan ini tidak dapat digunakan pada anak berusia
kurang dari 3 tahun sebab irama sirkadian b e l u m dapat ditentukan pada usia kurang dari 3 tahun.
2. Pemeriksaan kadar kortisol bebas atau 17-hidroksikortikosteroid dalam urin 24 jam
Pada sindrom Cushing kadar kortisol bebas dan 17-hidroksikortikosteroid dalam urin 24 jam meningkat.
3. Tes supresi adrenal (tes supresi deksametason dosis tunggal)
Deksametason 0,3 m g / m diberikan per oral pada pukul 23.00, kemudian pada pukul 08.00 esok harinya kadar kortisol
plasma diperiksa. Bila kadar kortisol plasma <5 Ug/dl maka telah terjadi penekanan terhadap sekresi kortisol plasma dan
kesimpulannya normal. Pada sindrom Cushing kadar kortisol plasma >5 Ug/dl.
20. Manifestasi klinik
Gejala berupa kelemahan umum, tekanan darah tinggi, diabetes mellitus, ketidakteraturan menstruasi,
atau perubahan kejiwaan. Manifestasi fisik dari kadar kortisol berlebih termasuk wajah bulan, punuk
kerbau, m u d a h memar, striae perut, obesitas, kebanyakan wajah, dan hirsutisme.
Faktor resiko
Faktor risiko Cushing disease adalah sebagai berikut:
• Jenis kelamin wanita
• Obesitas
• Usia >30 tahun
• Hipertensi
• Diabetes mellitus
Pengobatan
Jika bedah dan radioterapi tidak berhasil, dokter akan menggunakan obat-obatan untuk mengontrol kadar
kortisol. Obat juga bisa digunakan sebelum bedah dilakukan.
Untuk mengontrol kadar kortisol di kelenjar adrenal, jenis obat yang umumnya digunakan adalah
ketoconazole, mitotane, dan metyrapone. Sedangkan untuk penderita sindrom Cushing yang memiliki
diabetes, umumnya dokter akan menggunakan mifepristone. Perlu diketahui, obat-obat tersebut dapat
menimbulkan efek samping seperti mual, muntah, sakit kepala, nyeri otot, serta hipertensi. Kadang juga
muncul efek samping yang lebih serius seperti gangguan fungsi hati.
Obat terbaru untuk menangani sindrom Cushing adalah pasireotide, yang berfungsi menurunkan kadar
ACTH akibat tumor di kelenjar hipofisis. Obat ini diberikan melalui suntikan dua kali sehari, dan disarankan
untuk digunakan bila bedah tidak berhasil atau tidak bisa dilakukan. Efek samping dari obat ini adalah
diare, mual, peningkatan gula darah, sakit kepala, tubuh mu d a h lelah, dan sakit perut.
21. 4. Addison disease
Definisi
Penyakit Ad d ison (Ad d isons d isease) ad alah kelainan yang d iseb ab kan oleh ketid akm am p uan korteks
adrenalis memproduksi hormon kortisol dan aldosteron. Keadaan tersebut dapat disebabkan oleh
insufisiensi adrenal primer seperti autoimun, infeksi dan tumor adrenal atau insufisiensi adrenal sekunder
karena tumor atau infeksi, kurangnya aliran darah ke kelenjar hipofisis, radiasi kelenjar hipofisis, atau
pengangkatan bagian hipotalamus atau kelenjar hipofisis.
Fatofisiologi
Kegagalan adrenal pada penyakit Addison menyebabkan penurunan produksi kortisol yang awalnya diikuti
oleh aldosteron,
ad renokortikotrop ik
yang ked uanya p ad a akh irnya akan m enyeb ab kan p eningkatan h orm on
(ACTH) d an h orm on p erangsang m elanosit (M SH) karena h ilangnya p engham b atan
u m p a n balik negative.
Etiologi
Etiologi utam a Ad d ison d isease ad alah p roses autoim un, d engan antib odi yang b erp eran ad alah 21-
hidroksilase. Addison disease dapat disebabkan oleh proses penyakit apa pun yang mengakibatkan jejas
langsung pada korteks adrenal, dengan etiologi tersering berupa proses autoimun. Beberapa proses
autoimun yang mengakibatkan insufisiensi adrenal dapat hanya memengaruhi kelenjar adrenal saja atau
merupakan bagian dari sindrom poliglandular autoimun yang lebih kompleks.
22. Diagnosis
a. Tes stimulasi ACTH
tes ini digunakan untuk mengukur tingkat kontrol dalam darah sebelum dan sesudah suntikan ACTH sintetis.
ACTH akan mengirim sinyal ke kelenjar adrenal untuk memproduksi kontrol jika kelenjar adrenal rusak maka
tes stimulansi ACTH akan mnunjukan respon atau tidak ada respon dalam produksi kontrol.
b. Tes insulin-induced hypoglycemia
Dalam tes ini gula darah dan kadar kolestrol diperiksa pada berbagai internal setelah suntikan insulin diberikan.
Jika kadar glukosa turun dan terjadi peningkatan kolestrol orang tersebut dianggap sehat.
c. Tes darah
Tes ini digunakan untuk mengukur tingkat potassium, control natrium, dan ACTH dalam darah. Komponen
tersebut akan memberikan indikasi awal apakah gangguan kelenjar adenal adalah penyebab dan tanda dan
gejala yang di alami pasien. Tes ini juga digunakan untuk mengukur aantibodi yang berkaitan dengan penyakit
Addison.
d. Tes pencitraan
Tes computerized tomography (CT) scan mungkin diperlukan untuk memriksa ukuran kelenjar adrenal serta
untuk mencari adanya kelainan untuk diagnosis lebih lanjut.
Manifestasi klinik
- Hipotensi
- Pusing
- Hiperpegmentasi pada kulit
- Hipoglikemia
- Anoreksia
23. Faktor- faktor risiko
Ad anya kerusakan p ad a kelenjar hip ofisis. Tid ak m engonsum si ob at untuk p enyakit Ad d ison
secara rutin. Alami dehidrasi berat. Alami trauma fisik atau stres yang berat.
- Pernah mengidap penyakitAddison.
- Pernah melakukan operasi kelenjar adrenal.
- Adanya kerusakan pada kelenjar hipofisis.
- Tidak mengonsumsi obat untuk penyakit Addison secara rutin.
- Alami dehidrasi berat.
- Alami trauma fisik atau stres yang berat
Pengobatan Addison Disease
Penyakit Addison dapat diatasi melalui terapi hormon untuk menggantikan jumlah hormon
steroid yang berkurang dan tidak bisa diproduksi tubuh. Berikut ini adalah pilihan terapinya.
Golongan kortikosteroid. Kortikosteroid adalah obat yang mengandung hormon steroid yang
berguna untuk menambah hormon steroid dalam tubuh bila diperlukan, dan
p erad angan atau inflam asi, serta m enekan kerja sistem kekeb alan tub uh yang
m ered akan
b erleb ihan.
Sementara itu, kortikosteroid dalam bentuk obat disebut kortikosteroid sintetis dengan cara
kerja dan manfaat yang sama dengan kortikosteroid alami. Contoh obat yang di pakai seperti
prednison atau hydrocortisone.
24. Definisi
Penyakit Grave's Disease adalah penyakit autoimun yang ditandai dengan kelenjar tiroid menjadi terlalu
aktif dan memproduksi hormon tiroid secara berlebihan. Penyakit grave sendiri juga menjadi penyakit
yang sering mendasari suatu kondisi hipertiroid.
Patofisiologi
Patofisiologi Grave's disease adalah autoimun yang dimediasi oleh antibodi terhadap reseptor tirotropin
yang terdapat di sel epitel folikuler kelenjar tiroid. Antibodi ini dikenal dengan thyroid stimulating
immunoglobulin (TSI).TSI akan berikatan dengan reseptor tirotropin dan menimbulkan efek yang
menyerupai efek tirotropin yang berasal dari kelenjar hipofisis, yaitu menstimulasi sel epitel folikular
memproduksi hormon tiroksin. Efek antibodi ini diperankan oleh isotop IgG1 dan berikatan dengan
epitop reseptor TSH ekstraseluler yang terdiri dari leusin. Reseptor TSH ini juga berinteraksi dengan
reseptor IGF1 pada permukaan sel tiroid dan fibroblast orbita. Stimulus TSI yang berikatan dengan
reseptor tirotropin atau reseptor TSH akan meningkatkan produksi siklik AMP intraseluler yang
mengakibatkan pertumbuhan sel tiroid dan produksi hormon tiroksin berlebih. Selain daripada itu,
autoantibodi juga akan bereaksi dengan thyroid derived thyroglobin di mata. Hal ini akan
Dep osisi
sehingga
m enyeb ab kan reaksi inflam asi d an p enum p ukan cairan d i m ata, sehingga terjad i ed em a.
glikosaminoglikan yang disebabkan oleh proses ini akan menarik lebih banyak air,
menimbulkan eksoftalmus
5. Grave's Disease
25. Etiologi Grave's disease
Etiologi Grave's disease adalah autoimun yang timbul karena sel limfosit T menjadi sangat sensitif
terhadap antigen reseptor TSH atau thyroid stimulating immunoglobulin (TSI) yang dipresentasikan di
kelenjar tiroid. Limfosit T akan merangsang sintesis sel limfosit B untuk menghasilkan antibodi dan
menyerang antigen ini.
Diagnosis Grave's disease
biasanya muncul ketika terdapat keluhan seperti tremor, eksoftalmus, peningkatan denyut jantung,
penurunan berat badan, dan pembesaran kelenjar thyroid.Pasien dengan Grave's disease juga pada
umumnya akan mengeluhkan gejala yang timbul akibat peningkatan hormon tiroksin. Gejala tersebut
antara lain perasaan cemas dan m udah tersinggung, kelemahan otot, tidak tahan panas, gangguan
tidur, berdebar-debar, tremor, diare, berat badan menurun dengan pola makan berlebih, rambut
rontok, dan benjolan di leher yang menimbulkan gangguan menelan dan gangguan pernapasan.
Gejala Penyakit Graves
Gejala yang paling u m u m dari penyakit graves, yaitu:
Rasa cemas dan gelisah;
Tremor di tangan dan jari-jari;
Sensitif terhadap udara panas dan sangat m udah berkeringat;
Penurunan berat badan meskipun dengan pola makan normal;
Pembesaran kelenjar tiroid yang dapat dilihat atau diraba;
Perubahan siklus menstruasi;
26. Faktor Risiko
-Riwayat penyakit keluarga. Riwayat penyakit keluarga dengan penyakit graves maupun penyakit autoimun
lainnya dapat menjadi suatu faktor risiko bagi seseorang. Terutama karena belum ada teori yang secara pasti
dapat menjelaskan terjadinya penyakit ini, dicurigai bahwa ada gen tertentu yang diturunkan dan dapat
menyebabkan kelainan ini.
-Jenis kelamin. Wanita lebih rentan menderita penyakit graves dibandingkan dengan pria.
-Usia. Umumnya penyakit graves menimpa seseorang di usia kurang dari 40 tahun.
-Penyakit autoimun lainnya.
Pengobatan
Pengobatan penyakit Graves bertujuan untuk mengurangi kelebihan produksi hormon tiroid dan dampaknya
bagi tubuh.
-Obat antitiroid. Obat antitiroid berfungsi mengganggu produksi hormon tiroid yang dipicu oleh yodium.
Beberapa obat yang termasuk antitiroid adalah methimazole, carbimazole dan propylthiouracil.
-Obat penghambat beta. Penghambat beta berfungsi menghambat efek hormon tiroid pada tubuh, seperti detak
jantung tidak beraturan, gelisah, tremor, keringat berlebihan, dan diare. propanolol, metoprolol, atenolol, dan
nadolol
-Terapi yodium radioaktif. Terapi ini akan menghancurkan sel tiroid yang terlalu aktif dan mengecilkan kelenjar
tiroid, sehingga gejala akan berkurang secara bertahap.
-Pembedahan. Bedah dilakukan dengan mengangkat sebagian atau seluruh kelenjar tiroid pasien
27. Keefektifan daun sirsak tersebut berguna untuk mencegah
pembengkakan kelenjar tiroid dan juga menormalkan produksi
hormon tiroksin didalam tubuh sehingga proses metabolisme
dalam tubuh kembali normal.untuk mengobati hipertiroid dengan
menggunakan 2 gelas air sehingga hanya tersisa 1gelas .
Terapi non Farmakologi
1. Hipertiroid
Daun sirsak
2. Hipotiroid
• Atur pola makan
• Olahraga teratur
• Hindari merokok
• Kendalikan setres
3. Grave’s disease
Makanan Sehat
Kelola Stress
Rutin Berolahraga
4. Addison disease
Penuhi asupan nutrisi penting bagi
tubuh
Istirahat yang cukup
Lakukan akitivitas visik secukupnya
5. Cushing disease
Terapi pilihan untuk cushing syndrom tergantungACTH dan cushing
syndrom yang tidak tergantung ACTH adalah operasi pengangkatan tumor
28. 1.Methimazole (tapazole)
Obat golongan antitiroid yang digunakan untuk mengurangi produksi hormon tiroid pada penderita
hipertiroidisme atau kelebihan hormon tiroid dalam darah.
2. carbimazole
Obat yang digunakan untuk mengobati kelenjar tiroid yang terlalu aktif
3.propranolol
Obat golongan beta blocker yang bekerja dengan menghambat reseptor beta di jantung dan pembuluh
darah. Dengan begitu, denyut jantung dapat lebih teratur, pembuluh darah yang sebelumnya
menyempit dapat melebar, dan aliran darah dapat lebih lancar.
4. Metoprolol
Jenis obat beta-blocker yang bekerja dengan cara mempengaruhi tekanan syaraf dalam beberapa
bagian tubuh seperti jantung.
5. Atenolol
Atenolol termasuk ke dalam golongan penghambat beta (beta blocker). Obat ini juga bisa digunakan
dalam pengobatan denyut jantung tidak teratur (aritmia)
6. nadolol
Nadolol adalah sebuah beta-adrenergic antagonis yang bersifat non-selektif dengan u mu r paruh yang
panjang, digunakan dalam penyakit kardiovaskular untuk mengobati arrhythmias, kejang jantung dan
hipertensi. Nadolol juga digunakan untuk ganguan migran dan untuk gemetaran.
Definisi obat
29. 7. Propylithiouracil
Ob at untuk m engatasi h ip ertiroid ism e, yaitu kond isi ketika kelenjar tiroid m em p rod uksi terlalu b anyak h orm on
tiroid.
8. Levotiroksin
menghasilkan sedikit hormon tiroid. Rendahnya hormon tiroid dapat menyebabkan terganggunya
Ob at yang d igunakan untuk m engob ati h ip otiroid ism e, yaitu kond isi ketika kelenjar tiroid h anya m am p u
p roses
metabolisme tubuh, kerja jantung dan otot, serta kesehatan tulang.
9. Prednison
Pred nison m erup akan salah satu jenis d ari ob at kortikosteroid . Pred ison b ekerja d engan m enekan resp on sistem
kekebalan tubuh sehingga mengurangi peradangan.
10.Hydrocortisone.
Obat ini u mu mn ya digunakan untuk mengobati kondisi seperti artritis, kelainan sistem imun, hormon atau darah,
kondisi kulit dan mata, masalah pernapasan, kanker dan alergi berat.
11.Mitotane
Agen adrenolitik yang memiliki efek toksik pada korteks adrenal.
12.Metyrapone.
Obat yang mencegah pembentukan kortisol. Kortisol merupakan hormon yang diproduksi oleh adrenokortikotropik.
13.Mifepristone
Obat yang berasal dari golongan obat-obatan yang disebut steroid anti-progestasional.
14.Pasireotide
Protein buatan manusia yang serupa dengan hormon di dalam tubuh yang disebut dengan somatostatin. Obat ini
digunakan untuk menyembuhkan penyakit cushing atau akromegali (gangguan endokrin). Pasireotide diberikan
setelah dilakukan pembedahan atau pengobatan lain yang tidak berhasil.
30. 1.Golongan beta-blocker
Obat beta-blocker atau penghambat beta adalah
golongan obat yang digunakan untuk menangani
beragam kondisi pada jantung. Golongan obat ini
menghambat adrenoseptor beta di jantung‚
pembuluh daarah perifer‚ bronkus‚ prankeas dan
hati. Mekanisme kerja menyekat kedua reseptor
tersebut.
Contoh obat beta-blocker:
Propranolol, Metoprolol, Atenolol, Nadolol
2. Golongan antitiroid
Obat antitiroid digunakan pada pengobatan
hipertirodisme yaitu untuk persiapan pengangkatan
tiroid (thyroidctomy) atau untuk pengobatan jangka
Panjang. Mekanisme utama obat antitiroid adalah
blockade sintetis hormon tiroid melalui
penghambatan system enzim peroksidase tiroid dari
kelenjar tiroid.
Contoh obat antitiroid:
Methimazole, Carbamizole, Propylthiouracil
3. Golongan obat kotiskosteroid
Kortikosteroid adalah obat yang mengandung
hormon steroid yang berguna untuk menambah
hormon steroid dalam tubuh bila diperlukan, dan
peradangan atau inflamasi,
meredakan
menekan
berlebihan.
kerja sistem kekebalan tubuh
Sementara itu, kortikosteroid
serta
yang
dalam
bentuk obat disebut kortikosteroid sintetis dengan
cara kerja dan manfaat yang sama
alami. Mekanisme
kortikosteroid
Kortikosteroid yang dibentuk secara
dengan
kerja
alami,
hidrokortison (Cortef) dan kortison, diproduksi oleh
bagian terluar dari kelenjar adrenal yang dikenal
sebagai korteks (sehingga disebut kortikosteroid).
Contoh obat kortikosteroid:
Prednisone, Hydrocortisone, Mitotane, Ketoconazole
metyraprone
Penggolongan Obat
31. Profil Farmakologi
Khasiat Digunakan untuk mengurangi produksi hormon tiroid pada penderita hipertiroidisme atau kelebihan
hormon tiroid dalam darah.
Dosis Dosis sedang: 30-40 mg/hari, dibagi menjadi 4 kali sehari.
Dosis parah: 60 mg/hari, dibagi menjadi 4 kali sehari.
Dosis pemeliharaan: 5-30 mg/hari, dibagi menjadi 4 kali sehari.
Anak-anak:
Dosis awal: 0,5-0,7 mg/kgBB per hari, dibagi menjadi 4 kali sehari.
Dosis pemeliharaan: 0,2 mg/kgBB per hari, dibagi menjadi 4 kali sehari.
Dosis maksimal: 30 mg/hari.
Cara Pakai Sebelum mengonsumsi obat, baca keterangan yang ada pada kemasan. Bila perlu, diskusikan manfaat serta
risiko penggunaan obat dengan dokter.
Methimazole tersedia dalam bentuk tablet. Gunakan air putih untuk membantu menelan obat.
Efek Samping Ruam, pruritus atau gatal, vertigo, kerontokan rambut, pembengkakan kelenjar air liur, trombositopenia,
agranulositosis dan anemia aplastik
Interaksi Obat Meningkatnya efek warfarin dalam tubuh, sehingga berisiko menimbulkan perdarahan.
Meningkatnya risiko agranulositosis, jika digunakan dengan carbamazepine, clozapine, dan propylthiouracil
1.Hipertiroid
Methimazole (Tapazole)
32. • Propylithiouracil
Khasiat Prorylthiouracil menghambat produksi hormon tiroid dengan mencegah yodium teroksidasi dalam kelenjar tiroid.
Prorylthiouracil juga memblokir deiodinasi perifer tiroksin menjadi tri-iodothyronine.
Dosis Dewasa
Dosis awal 150-450 mg per hari, yang dibagi menjadi beberapa dosis. Pada kasus yang parah, dosis dapat ditingkatkan
menjadi 600-1200 mg per hari.
Dosis lanjutan bila kadar hormon tiroid sudah kembali normal adalah 50-150 mg per hari, selama 1-2 tahun.
Anak-anak
Bayi baru lahir: 2,5-5 mg/kgBB, 2 kali sehari
Bayi usia 1-12 bulan: 2,5 mg/kgBB, 3 kali sehari
Anak usia 1-5 tahun: 25 mg, 3 kali sehari
Anak usia 5 -12 tahun: 50 mg, 3 kali sehari
Anak usia 12-18 tahun: 100 mg, 3 kali sehari
Cara Pakai Pastikan untuk mengikuti anjuran dokter dan membaca petunjuk pada kemasan obat dalam mengonsumsi propylthiouracil.
Propylthiouracil bisa dikonsumsi dengan atau tanpa makanan, atau sebagaimana yang disarankan oleh dokter.
Efek Samping Rambut rontok, mual dan muntah, sakit perut, rasa terbakar di dada, sakit kepal, nyeri sendi dan otot, jumlah urine
berkurang, dan hilangnya kemampuan indera perasa
Interaksi Obat Propylthiouracil yang dikonsumsi bersamaan dengan obat pengencer darah, dapat menimbulkan efek perdarahan.
Kontraindikasi Tidak boleh diberikan pada pasien yang memiliki riwayat hipersensitif terhadap propylthiouracil
33. 2. Hipotirodisme
Levotiroksin (levothyroxine)
Khasiat Mengobati hipotiroidisme dan mengatasi beberapa jenis penyakit gondok dan kanker tiroid.
Dosis Bentuk obat: tablet
Kondisi Hipotiroidisme
Dewasa: Dosis awal 50-100 mcg, 1 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan dengan interval 3-4 minggu, hingga kadar hormon tiroid normal. Dosis
perawatan: 100-200 mcg, 1 kali sehari.
Lansia (>50 tahun): Dosis awal: 25-50 mcg, 1 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan 12,5-25 mcg, dengan jeda 6-8 minggu.
Cara Pakai Tablet levothyroxine sebaiknya dikonsumsi 30-60 menit sebelum sarapan. Gunakan segelas air putih
untuk membantu menelannya. Bagi anak-anak yang sulit menelan tablet levothyroxine, tablet dapat
dihancurkan dan dicampur dengan 1-2 sendok teh air putih. Jangan mencampur tablet levothyroxine
dengan makanan atau susu formula.
Efek Samping Sakit kepala, demam, mual, muntah, tremor, kram otot, hilangnya nafsu makan, diare, Insomnia,
keringat berlebih, dan perubahan siklus menstruasi (pada wanita).
Interaksi Obat • Meningkatkan risiko gangguan jantung, jika digunakan dengan obat antidepresan (amitriptyline,
maprotiline, sertraline) dan obat simpatomimetik (pseudoephedrine atau salbutamol).
• Meningkatkan risiko perdarahan, jika digunakan dengan obat pengencer darah, seperti warfarin.
• Meningkatkan risiko hipertensi dan gangguan denyut jantung, jika digunakan dengan ketamine.
Kontraindikasi • Levotiroksin dikontraindikasikan pada pasien dengan insufisiensi adrenal yang tidak terkoreksi.
• Levotiroksin juga dikontraindikasikan pada pasien yang mengalami hipersensitivitas terhadap
kandungan inaktif atau eksipien levotiroksin
34. 3. Addision Disease
• Prednison
Khasiat Untuk mengurangi peradangan pada alergi, penyakit autoimun, penyakit persendian dan otot, serta penyakit
kulit.
Dosis
Kondisi: Alergi
Dewasa: 5–60 mg per hari.
Dosis pemeliharaan dan durasi pengobatan akan disesuaikan dengan respon terapi dan kondisi pasien.
Kondisi: Asma akut
Dewasa: 40–60 mg, 1–2 kali sehari, selama 3–10 hari.
Anak-anak usia 0–11 tahun: 1–2 mg/kgBB per hari, selama 3–10 hari. Dosis maksimal 60 mg per hari.
Cara Pakai
Jangan menghentikan penggunaan prednison tanpa dokter
Disarankan untuk mengonsumsi prednison bersama dengan makanan atau susu untuk mencegah terjadinya nyeri
pada lambung. Makanan atau susu akan melindungi dinding lambung agar tidak teriritasi.
Efek Samping Mual, muntah, mulas, keringat berlebih, jerawat, sulit tidur, dan penurunan nafsu makan
Interaksi Obat
Peningkatan efektivitas prednison, jika digunakan bersama preparat hormon estrogen (misalnya pil KB)
Penurunan efektivitas prednison, jika digunakan bersama rifampicin, phenytoin, barbiturates, atau bupropion
Peningkatan risiko terjadinya hipokalemia, jika digunakan bersama amphotericin B
Penurunan kadar prednison dalam darah, jika digunakan bersama antasida
Peningkatkan efektivitas obat glikosida jantung dan cyclophosphamide
Penurunan kadar praziquantel di dalam darah
Kontraindikasi Penggunaan prednison terutama pada pasien dengan riwayat hipersensitifitas terhadap obat ini atau pasien
dengan infeksi jamur sistemik.
35. 4. Grave's Disease
Carbimazole (obat golongan antitiroid )
Khasiat Mengobati hipertiroidisme, persiapan sebelum tiroidektomi, terapi sebelum dan sesudah terapi iodium radioaktif
Dosis
Dewasa: dosis awal 15–60 mg per hari, dikonsumsi 2–3 kali. Dosis akan dikurangi secara bertahap setelah fungsi kelenjar
tiroid kembali normal. Dosis perawatan adalah 5–15 mg per hari.
Anak usia 3–17 tahun: dosis awal 15 mg per hari dan akan disesuaikan dengan respons anak terhadap obat.
Cara Pakai
Telan tablet carbimazole bersama dengan segelas air putih. Carbimazole dikonsumsi sebelum atau sesudah makan.
Usahakan untuk mengonsumsi carbimazole pada waktu yang sama setiap harinya agar pengobatan efektif.
Efek Samping
Mual
Rambut rontok
Sakit kepala
Nyeri otot dan sendi
Gangguan pencernaan ringan
Interaksi Obat
Peningkatan efektivitas obat antikoagulan
Peningkatan risiko keracunan teofilin
Peningkatan pembuangan prednisolone dari dalam tubuh
Penurunan pembuangan erythromycin dari dalam tubuh
Kontraindikasi Kondisi medis gangguan hati berat dan gangguan darah
36. 5. Cushing Disease
Mitotane
Khasiat Untuk mencegah penyebab kanker kelenjar adrenal dan kemungkinan timbulnya
sindrom cushing yang tidak dapat disembuhkan dengan operasi.
Dosis
1-12 g setiap hari.
Untuk gangguan sekunder terhadap hipofisis:
Awalnya, 3-6 g setiap hari dalam 3-4 dosis terbagi.
Dosis Pemeliharaan: 500 mg dua kali seminggu hingga 2 g setiap hari
Efek Samping Warna kulit berubah menjadi gelap, diare, pusing, kantuk, kehilangan selera makan,
depresi mental, mual atau muntah, ruam kulit, dan mengalami kelelahan atau
kelemahan yang tidak biasa.
Interaksi Obat Dapat mengurangi efek antikoagulan kumarin, barbiturat dan fenitoin.
Mengurangi efek dengan spironolactone.
Depresi SSP dapat terjadi dengan alkohol.
37. Pasireotide
Khasiat untuk menyembuhkan penyakit cushing atau akromegali (gangguan endokrin) dan menurunkan kadar ACTH akibat
tumor di kelenjar hipofisi
Dosis
• Intramuskular
Sebagai pasireotide pamoate : Dosis awal 10 mg setiap 4 minggu dan titrasi setiap 2-4 bulan hingga maksimal 40 mg
setiap minggu
• Subkutan
Sebagai pasireotide diaspartate : Dosis awal 0,6 mg tawaran dan ditingkatkan menjadi 0,9 mg tawaran
Efek Samping
Gelisah, bengkak pada wajah, tangan, kaki serta penglihatan kabur
Panas dan keringat dingin, urin menurun, depresi, diare, pusing
Kulit kering, gas sakit perut, haus dan lapar meningkat, sakit kepala
Buang air kecil meningkat, detak jantung tidak teratur, selera makan hilang
Interaksi Obat
• Peningkatan risiko bradikardia dengan beta blocker (metoprolol); pemblokir saluran kalsium (verapamil);
penghambat asetilkolinesterase (physostigmine)
• Meningkatkan risiko perpanjangan interval QT dengan anti-aritmia (quinidine, amiodarone); antibakteri
(klaritromisin, moxifloxacin); antipsikotik (klorpromazin, haloperidol); antihistamin (terfenadine, astemizole);
antimalaria (chloroquine, lumefantrine), antijamur (ketoconazole)
• Meningkatkan efek terapeutik siklosporin
• Meningkatkan konsentrasi serum dengan bromocriptine
38. Contoh Obat untuk Hipertiroid Contoh Obat Untuk Hiportiroid
Contoh Obat untuk Graves Disease Contoh Obat Addison Diasease