2. DASAR HUKUM WASIAT
Adapun dasar hukum wasiat dalam KUH Perdata terdapat pada Pasal
874 sampai dengan Pasal 1002 KUH Perdata :
1. Tentang Ketentuan Umum
2. Tentang Kecakapan Seseorang Untuk Membuat Surat Wasiat
3. Legitime Portie
4. Bentuk Surat Wasiat
5. Wasiat pengangkatan Ahli Waris
6. Hibah Wasiat
7. Penunjukkan Ahli Waris
8. Penunjukan Ahli Waris Dengan Wasiat
9. Pencabutan dan Gugurnya Wasiat
3. ISTILAH WASIAT
wasiat adalah pesan terakhir dari seseorang yang mendekati
kematiannya, dapat berupa pesan tentang apa yang harus
dilaksanakan para penerima wasiat terhadap harta
peninggalannya atau pesan lain diluar harta peninggalan
4. Dasar hukum wasiat dalam hukum kewarisan islam, yakni al-qur’an
surah al-baqarah ayat 180 dan surah Al-Maidah ayat 106.
5. Pasal 872 BW yang menerangkan wasiat atau
testament, tidak boleh bertentangan dengan
undang-undang. Dan dalam pelaksanaannya
wasiat itu dinyatakan dalam suatu akta yang
dibuat dengan adanya suatu campur tangan
seorang pejabat resmi yang dituangkan dalam
akta notaris.
6. Menurut Kamus Hukum, Testament adalah Surat wasiat atau suatu akta
yang memuat pernyataan seseorang tentang apa yang dikehendakinya akan
terjadi setelah ia meninggal dunia, terhadap harta peninggalannya. Surat
wasiat merupakan suatu pernyataan kehendak terakhir dari si pembuat
wasiat kepada orang-orang yang berhak menerima.
7. Unsur-Unsur Wasiat
I. Berbentuk suatu akta, dimana wasiat harus menunjuk
suatu tulisan, suatu yang tertulis.
II. Berisi pernyataan kehendak terakhir yang berarti
tindakan hukum sepihak
III. Apa yang terjadi setelah ia meninggal dunia, berarti
wasiat baru berlaku dan mempunyai akibat hukum
bilamana si pembuat meninggal dunia
8. Syarat-Syarat Wasiat
I. Seorang harus sudah mencapai umur 18 tahun atau
sudah dewasa, atau sudah kawin meskipun belum
berumur 18 tahun.
II. Harus sungguh-sungguh dan mempunyai pikiran yang
sehat. Jika dapat dibuktikan, bahwa pada waktu orang itu
membuat wasiat pikirannya tidak sehat atau sedang
terganggu, wasiat itu dapat dibatalkan oleh hakim.
III. Dan bagi penerima wasiat harus sudah dewasa.
9. Isi dari Surat Wasiat adalah :
a. Erfstelling → pasal 954 KUHPerdata
Testamentair erfgenaam
b. Legaat (berhubungan dengan harta) → pasal 957
KUHPerdata
Legetaris
c. Codicil (tidak berhubungan dengan harta)
10. JENIS-JENIS SURAT WASIAT
Burgerlijk Wetboek mengenal tiga macam/jenis cara
pembuatan surat wasiat, yaitu :
1. Surat wasiat yang ditulis sendiri (olografis)
2. Surat wasiat tak rahasia (openbaar)
3. Surat wasiat rahasia (geheim)
Ketiga jenis surat wasiat tersebut di atas memerlukan
campur tangan notaris dalam pembuatannya.
11. Syarat-syarat Saksi Dalam Pembuatan
Surat Wasiat
Mengenai syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapatnya seseorang
menjadi saksi dalam pembuatan surat wasiat adalah dimuat dalam pasal 4 BW, yang
antara lain disebutkan :
Sudah berumur 21 tahun atau sudah kawin.
Penduduk Indonesia.
Mengerti bahasa yang dipergunakan oleh si peninggal warisan dan yang
dipergunakan untuk/dalam surat wasiat.
Kemudian oleh pasal 944 ayat 2 BW, dinyatakan bahwa syarat-syarat, bagi
para saksi dalam pembuatan surat wasiat tak rahasia, saksi tidak diperbolehkan :
Para ahli waris, sanak famili atau orang yang dihibahi barang-barang atau sanak-
sanaknya sampai derajad 4.
Anak-anak, cucu-cucu, menantu ataupun cucu menantu Notaris.
Pelayan-pelayan Notaris.
12. Larangan Dalam Pembuatan Wasiat
1.Wasiat lompat tangan aatau Fidei Commis
2.Wasiat antara suami istri
3.Wasiat dari orang yang belum dewasa
4.Wasiat buat mereka yang memiliki profesi
khusus dan sejenisnya
5.Wasiat untuk anak- anak luar kawin
13. WASIAT LOMPAT TANGAN DALAM SISTIM PERDATA
Pengertian secara harafiah Fidei Commis, Fidei berarti Kepercayaan
dan Commis berarti Kewajiban. Wasiat Lompat Tangan atau Fidei commis
adalah pemberian warisan kepada seorang ahli waris dengan ketentuan
bahwa ia diwajibkan menyimpan warisan itu, dan setelah lewat suatu waktu
tertentu atau kalau si ahli waris tersebut meninggal dunia, maka warisan itu
harus diterimakan kepada orang lain yang sudah ditetapkan dalam surat
wasiat. Hal ini bisa juga disebut pewarisan dengan cara lompat tangan atau
pewarisan secara melangkah (erfstelling over de hand). Orangnya yang
dibebani disebut fideicommisarius. Sedangkan orang yang ditunjuk untuk
menerima warisan terkemudian ini disebut verwachter.
14. bahaya wasiat lompat tangan atau fidei commis menurut
undang-undang yaitu :
I. Adanya penyalahgunaan harta untuk waktu yang lama oleh
ahli waris, dimana ia memperoleh keuntungan dari harta
tersebut setinggi mungkin. Misalnya uang tersebut
dibungakan, bukannya di depositokan.
II. Si ahli waris mula-mula tersebut akan menyia-nyiakan
pemeliharaan harta warisan.
I. Kreditur dari ahli waris yang mula-mula, tidak dapat
menuntut pengeksekusian dari harta warisan tersebut.
Karena ternyata harta tersebut bukan haknya.
15. Ada 2 macam wasiat lompat tanga atau fidei commis yang
diperbolehkan undang-undang, yaitu :
I. Untuk memenuhi keinginan seseorang yang hendak
mencegah kekayaannya dihabiskan oleh anak-anaknya.
Dalam wasiat, orang boleh membuat penetapan agar
anaknya tidak boleh menjual harta warisan dan agar harta
tersebut diwariskan lagi kepada anak-anak si ahli waris
sendiri.
I. Ketetapan yang berisi seorang waris harus mewariskan lagi
dikemudian hari apa yang masih ketinggalan dari warisan
yang diperolehnya itu. Jadi hanya sisanya saja kepada
seorang lain sudah ditetapkan. Lazim disebut dengan fidei
commis de residuo.
.
16. Dalam wasiaat lompat tangan atau fidei
commis terdapat tiga pihak :
1. Pewaris
2. Pemikul Beban
1. Penunggu
17. Berdasarkan pasal 973 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
menyatakan bahwa wasiat lompat tanga atau fidei commis
diperbolehkan asal :
1. Yang menjadi bezwarde adalah seorang anak atau lebih
2. Yang menjadi verwachter adalah sekalian anak atau
keturunan mereka masing-masing baik yang sudah maupun
yang masih akan dilahirkan.
3. Yang diberikan adalah bagian bebas (beschikbardeel)
daripada warisan.
.