SlideShare a Scribd company logo
1 of 34
A L A T B U K T I D A L A M T I P I K O R
PENDIDIKAN ANTI KORUPSI
I D I K S A E F U L B A H R I , M . H .
Legal Standing
 UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP.
 UU No. 30 Tahun 2002 (UU Komisi
Pemberantasan Tipikor) beserta UU
perubahannya.
 UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE.
Kedudukan Alat Bukti
 Alat bukti punya peran yang sangat penting dalam
sistem pemeriksaan di persidangan (Pidana). Sebab,
alat bukti akan menjadi dasar membentuk keyakinan
hakim dalam menjatuhkan putusannya terhadap
perkara yang disidangkan.
Putusan Harus Didasarkan Bukti
 Pasal 183 KUHAP menyebutkan bahwa:
 “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada
seorang kecuali apabila dengan sekurang-
kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh
keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar benar
terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah
melakukannya.”
Pandangan Islam Terhadap Alat Bukti
 Kasus Ali bin Abi Thalib kalah di pengadilan oleh
seorang Yahudi
 Delik perzinaan menurut jinayah
Jenis Alat Bukti Menurut KUHAP
 Soal alat bukti ini secara umum diatur dalam Pasal
184 Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) yaitu:
 Keterangan saksi;
 Keterangan ahli;
 Surat;
 Petunjuk;
 Keterangan terdakwa.
Sebagai Alat Bukti yang Sah
 Kelima alat bukti tersebut, oleh KUHAP disebut
sebagai alat bukti yang sah. Artinya, diluar dari
kelima alat bukti tersebut tidak dapat dijadikan
sebagai alat bukti di dalam berperkara di ranah
hukum pidana, kecuali diatur secara khusus dalam
undang-undang yang lain di luar KUHAP.
Alat Bukti Tambahan
 Bukti permulaan yang cukup dianggap telah ada
apabila telah ditemukan sekurang-kurangnya 2
(dua) alat bukti, termasuk dan tidak terbatas pada
informasi atau data yang diucapkan, dikirim,
diterima, atau disimpan baik secara biasa maupun
elektronik atau optik. (Pasal 44 ayat (2) UU KPK)
Alat Bukti Tambahan
 Pasal 5 ayat (1) UU ITE :
 Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti
hukum yang sah.
 Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
dan/atau hasil cetaknya merupakan perluasan dari
alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara
yang berlaku di Indonesia.
Bobot Pembuktian
 Menurut Prof. Eddy OS. Hiariej (Guru Besar Hukum
Pidana UGM), bobot dari setiap alat bukti secara
berurutan sebagaimana dijelaskan dalam KUHAP.
Misalnya, kedudukan keterangan saksi lebih tinggi
dari keterangan terdakwa.
Keterangan Saksi
 Keterangan saksi merupakan informasi atau
keterangan yang diperoleh dari seorang atau lebih
(saksi) tentang suatu peristiwa pidana yang ia
dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri.
Keterangan saksi hanya akan menjadi alat bukti
apabila disampaikan di depan persidangan (Pasal
185 Ayat 1KUHAP).
Minimal 2 Alat Bukti
 Keterangan seorang saksi tidak cukup untuk
membuktikan bahwa terdakwa bersalah telah
melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya
(Pasal 185 Ayat 2). Prinsip ini disebut unus testis
nulus testis yang artiya satu saksi, bukanlah saksi.
Sehingga keterangan seorang saksi tersebut harus
didukung oleh alat bukti yang lain lagi misalnya
keterangan ahli, petunjuk ataupun keterangan
terdakwa.
Keterangan Saksi
 Keterangan yang diberikan saksi di depan
persidangan harus berdasarkan pada apa yang dia
lihat, dia dengar dan dia alami
sendiri, bukan berdasarkan pendapat, pemikiran,
dugaan, atau asumsi dari saksi tersebut.
 Apabila saksi memberikan keterangan berdasarkan
pendapat ataupun dugaannya sendiri maka
keterangan tersebut tidak dapat diterima sebagai
suatu pertimbangan hakim atau dengan kata lain,
keterangan yang demikian tidak termasuk sebagai
alat bukti.
Keterangan Saksi
 Selanjutnya Pasal 185 Ayat (6) KUHAP mengatakan,
dalam menilai kebenaran keterangan saksi, maka
hakim harus dengan sungguh-sungguh
memperhatikan:
 Persesuaian antara keterangan saksi yang satu
dengan yang lainnya;
 Persesuaian keterangan saksi dengan alat bukti lain;
 Alasan saksi memberi keterangan tertentu;
 Cara hidup dan kesusilaan dan hal-hal lain yang
pada umumnya dapat mempengaruhi apakah
keterangan itu dapat dipercaya atau tidak.
Keterangan Saksi
 Sebelum memberikan keterangannya di muka
persidangan, saksi wajib terlebih dahulu disumpah
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-
masing (Pasal 160 Ayat 3 KUHAP). Maksudnya, agar
saksi memberikan keteranganya dengan
jujur/sebenar-benarnya dan berani
mempertanggung jawabkan keterangannya itu tidak
hanya kepada Hakim (Hukum) namum juga kepada
Tuhan.
Keterangan Saksi
 Jika saksi tidak jujur atau dengan kata lain
memberikan keterangan palsu di depan persidangan,
ia bisa dituntut pidana berdasarkan Pasal 242
KUHP, ancaman hukumannya 7 (tujuh) sampai 9
(sembilan) tahun penjara.
 PERTEMUAN 13
Keterangan Ahli
 Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan
oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang
hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu
perkara (lihat Pasal 1 angka 28, Pasal 120, Pasal 132,
Pasal 133 dan Pasal 179 KUHAP).
Keterangan Ahli
 Keahlian seseorang tentu diukur dari tingkat
pendidikannya serta pengalamannya dibidang-
bidang tertentu sehingga orang tersebut bisa
dikatakan sebagai ahli.
 Keterangan yang diberikan oleh seorang ahli adalah
keterangan yang berdasarkan ilmu atau keahliannya
pada bidang-bidang tertentu dan bukan berdasarkan
pada apa yang dia lihat, dengar atau alami.
Keterangan Ahli
 Pada umumnya, jika dalam pemeriksaan suatu
perkara terdapat masalah teknis di luar hukum
barulah seorang ahli dihadirkan di depan
persidangan untuk didengarkan keterangannya.
Misalnya jika perkara pidana menyangkut masalah
perbankan, asuransi, bangunan, pengeboran
minyak, dsb, maka ahli yang diajukan bukan orang
yang ahli hukumnya melainkan orang yang ahli
dibidang teknisnya.
Keterangan Ahli
 Hakim, jaksa, dan penasehat hukum dianggap telah
mengetahui dengan baik dari segi hukumnya akan
tetapi dari segi teknisnya harus dibutuhkan
keterangan atau pendapat dari ahli di bidang
tersebut untuk membuat hal ini jelas dan terang.
Perbedaan Keterangan Saksi dan Ahli
 Syaiful Bakhri (2009:62-63) memberikan perbedaan
antara keterangan saksi dan keterangan ahli yakni
sebagai berikut;
 (1) Dari segi subjeknya, untuk keterangan saksi
diberikan kepada setiap orang, sedangkan untuk ahli
diberikan untuk keterangan ahli diberikan kepada
ahli yang berhubungan dengan masalah yang terjadi.
 (2) Dari segi isi keterangannya. Saksi menyampaikan
peristiwa yang berhubungan dengan kejahatan yang
terjadi sementara ahli memberikan “pendapatnya”
syang ditanyakan kepadanya.
Perbedaan Keterangan Saksi dan Ahli
 (3) Dari segi dasar Keterangannya. Keterangan saksi
berdasarkan penglihatan, pendengaran dan apa yang
saksi alami sendiri, sementara keterangan ahli
berdasarkan pada pengetahuan atau keahlian yang
dimilikinya.
 (4) Dari segi sumpah. Saksi bersumpah memberikan
keterangan yang sebenarnya dan tidak lain dari yang
sebenarnya, sedangkan saksi ahli bersumpah
memberikan keterangan sebaik-baiknya sesuai
dengan pengetahuan atau keahliannya.
Bukti Surat
 Menurut Sudikno Mertukusumo, surat adalah segala
sesuatu yang memuat tanda-tanda bacaan yang
dimaksudkan untuk mencurahkan isi hati atau
untuk menyamaikan buah pikiran seseorang dan
dipergunakan sebagai pembuktian.
 Di dalam KUHAP sendiri tidak diberikan definisi
yang jelas terkait dengan alat bukti Surat. Melainkan
hanya memberikan penjelasan bahwa surat sebagai
alat bukti harus dibuat atas sumpah jabatan atau
dikuatkan dengan sumpah (Pasal 187 KUHAP).
Jenis Bukti Surat
 Secara garis besar, jenis-jenis alat bukti surat yang
dimaksud dalam pasal 187 KUHAP adalah:
 1. Surat biasa, yakni surat yang sejak semula
diperuntukan untuk membutktikan sesuatu.
 2. Surat di bawah tangan, yakni yang dibuatkan
untuk pembuktian.
Jenis Bukti Surat
 3. Surat otentik, yakni berita acara dan surat-surat
yang lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh atau
dihadapan pejabat umum (penyidik, Notaris,
Hakim) yang dapat diperinci menjadi dua kelompok;
 4. Acta ambteljk, yakni akta otentik yang dibuat
sesuai kehendak pejabat umum tersebut.
 5. Akte partij, yakni akte otentik yang dibuat oleh
para pihak dihadapan pejabat umum.
Bukti Petunjuk
 Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan
yang karena persesuaiannya, baik antara yang satu
dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu
sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu
tindak pidana dan siapa pelakunya (Pasal 188 Ayat 1
KUHAP).
Bukti Petunjuk
 Petunjuk hanya dapat diperoleh dari keterangan
saksi, surat dan/atau keterangan terdakwa (Pasal
188 Ayat 2). Petunjuk sesungguhnya merupakan
kesimpulan yang ditarik oleh hakim berdasarkan
keterangan dan fakta-fakta yang terungkap di
persidangan.
Bukti Petunjuk
 Hakim lah yang memiliki kewenangan untuk
melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap
kekuatan suatu petunjuk dengan penuh kecermatan,
keseksamaan, arif, bijaksana dan berdasarkan hati
nuraninya. (Pasal 188 Ayat 3 KUHAP).
Keterangan Terdakwa
 Keterangan terdakwa adalah keterangan yang
diberikan oleh terdakwa di depan persidangan
tentang perbuatan yang ia laukan atau yang ia
ketahui sendiri atau alami sendiri (Pasal 189 Ayat 1
KUHAP).
 Keterangan terdakwa pada prinsipnya hampir sama
dengan keterangan saksi. Bedanya, kalau keterangan
saksi itu disumpah sedangkan terdakwa tidak
disumpah.
Keterangan Terdakwa
 Berdasarkan Pasal 52 KUHAP, terdakwa diberikan
hak untuk memberikan keterangan secara bebas.
Yang artinya ketika memberikan keterangannya
terdakwa tidak boleh dipaksa atau ditekan oleh
siapapun melainkan terdakwa bebas memberikan
keterangan sesuai dengan keinginannya.
Keterangan Terdakwa
 Adanya kebebasan dalam memberikan keterangan
ini tentu memberikan hak kepada terdakwa, apakah
dia akan memberikan keterangan yang sesuai
dengan apa yang terurai dalam surat Berita Acara
Pemeriksaan (BAP) atau sebaliknya, atau dengan
kata lain semua tergantung kepada terdakwa apakah
di persidangan dia akan mengakui perbuatannya
atau tidak.
Keterangan Terdakwa
 Dalam hal terdakwa tidak mau menjawab atau
menolak untuk menjawab pertanyaan yang diajukan
kepadanya, maka hakim menganjurkan untuk
menjawab dan setelah itu persidanga dilanjutkan
(Pasal 175 KUHAP).
Keterangan Terdakwa
 Keterangan terdakwa hanya dapat digunakan
terhadap dirinya sendiri. Seandainya di dalam
persidangan terdakwa langsung mengakui bahwa dia
bersalah telah melakukan suatu perbuatan pidana
sebagaimana yang didakwakan kepadanya, maka
keterangan tersebut tidak bisa dijadikan dasar oleh
hakim untuk menetapkan dan kemudian
menjatuhkan hukuman kepada si terdakwa,
Melainkan keterangan terdakwa tersebut harus juga
disertai dengan alat bukti yang lain misalnya
keterangan saksi, surat, dsb (Pasal 189 Ayat 4
KUHAP).

More Related Content

What's hot

Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Idik Saeful Bahri
 
CONTOH PERJANJIAN ANJAK-PIUTANG (FACTORING AGREEMENT)(Beli Perjanjian, Hub: ...
CONTOH PERJANJIAN ANJAK-PIUTANG  (FACTORING AGREEMENT)(Beli Perjanjian, Hub: ...CONTOH PERJANJIAN ANJAK-PIUTANG  (FACTORING AGREEMENT)(Beli Perjanjian, Hub: ...
CONTOH PERJANJIAN ANJAK-PIUTANG (FACTORING AGREEMENT)(Beli Perjanjian, Hub: ...GLC
 
MATERI HUKUM DAGANG
MATERI HUKUM DAGANGMATERI HUKUM DAGANG
MATERI HUKUM DAGANGDian Oktavia
 
legal memorandum
legal memorandum legal memorandum
legal memorandum torozzz
 
Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Leks&Co
 
8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negara8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negaranurul khaiva
 
01. draf peraturan perusahaan
01. draf peraturan perusahaan01. draf peraturan perusahaan
01. draf peraturan perusahaanlegalakses636
 
Ppt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdataPpt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdataLisa SYP
 
LAPORAN KEJADIAN, BERITA ACARA DAN ADMINISTRASI PELAPORAN
LAPORAN KEJADIAN, BERITA ACARA DAN ADMINISTRASI PELAPORANLAPORAN KEJADIAN, BERITA ACARA DAN ADMINISTRASI PELAPORAN
LAPORAN KEJADIAN, BERITA ACARA DAN ADMINISTRASI PELAPORANSudirman Sultan
 
Hukum perikatan powerpoint1
Hukum perikatan powerpoint1Hukum perikatan powerpoint1
Hukum perikatan powerpoint1Rizki Gumilar
 
Pembentukan Peraturan Desa
Pembentukan Peraturan DesaPembentukan Peraturan Desa
Pembentukan Peraturan DesaArdi Susanto
 
Pengadaan Tanah
Pengadaan TanahPengadaan Tanah
Pengadaan TanahLeks&Co
 
Form pelanggaran disiplin (form kosong seluruh dokumen)
Form pelanggaran disiplin (form kosong seluruh dokumen)Form pelanggaran disiplin (form kosong seluruh dokumen)
Form pelanggaran disiplin (form kosong seluruh dokumen)Jeffry Vantheangan
 
Contoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalContoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalEvirna Evirna
 
Pengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum InternasionalPengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum InternasionalVallen Hoven
 

What's hot (20)

Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
 
Memori pk iii edit
Memori  pk iii editMemori  pk iii edit
Memori pk iii edit
 
CONTOH PERJANJIAN ANJAK-PIUTANG (FACTORING AGREEMENT)(Beli Perjanjian, Hub: ...
CONTOH PERJANJIAN ANJAK-PIUTANG  (FACTORING AGREEMENT)(Beli Perjanjian, Hub: ...CONTOH PERJANJIAN ANJAK-PIUTANG  (FACTORING AGREEMENT)(Beli Perjanjian, Hub: ...
CONTOH PERJANJIAN ANJAK-PIUTANG (FACTORING AGREEMENT)(Beli Perjanjian, Hub: ...
 
MATERI HUKUM DAGANG
MATERI HUKUM DAGANGMATERI HUKUM DAGANG
MATERI HUKUM DAGANG
 
legal memorandum
legal memorandum legal memorandum
legal memorandum
 
PROPOSAL SKRIPSI
PROPOSAL SKRIPSIPROPOSAL SKRIPSI
PROPOSAL SKRIPSI
 
Deasy 2 (surat dakwaan)
Deasy 2 (surat dakwaan)Deasy 2 (surat dakwaan)
Deasy 2 (surat dakwaan)
 
Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
 
8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negara8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negara
 
UPAYA PAKSA
UPAYA PAKSAUPAYA PAKSA
UPAYA PAKSA
 
01. draf peraturan perusahaan
01. draf peraturan perusahaan01. draf peraturan perusahaan
01. draf peraturan perusahaan
 
Ppt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdataPpt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdata
 
LAPORAN KEJADIAN, BERITA ACARA DAN ADMINISTRASI PELAPORAN
LAPORAN KEJADIAN, BERITA ACARA DAN ADMINISTRASI PELAPORANLAPORAN KEJADIAN, BERITA ACARA DAN ADMINISTRASI PELAPORAN
LAPORAN KEJADIAN, BERITA ACARA DAN ADMINISTRASI PELAPORAN
 
Pembubaran bumd
Pembubaran bumdPembubaran bumd
Pembubaran bumd
 
Hukum perikatan powerpoint1
Hukum perikatan powerpoint1Hukum perikatan powerpoint1
Hukum perikatan powerpoint1
 
Pembentukan Peraturan Desa
Pembentukan Peraturan DesaPembentukan Peraturan Desa
Pembentukan Peraturan Desa
 
Pengadaan Tanah
Pengadaan TanahPengadaan Tanah
Pengadaan Tanah
 
Form pelanggaran disiplin (form kosong seluruh dokumen)
Form pelanggaran disiplin (form kosong seluruh dokumen)Form pelanggaran disiplin (form kosong seluruh dokumen)
Form pelanggaran disiplin (form kosong seluruh dokumen)
 
Contoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalContoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasional
 
Pengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum InternasionalPengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum Internasional
 

Similar to Pendidikan anti korupsi - Alat bukti dalam Tipikor (Idik Saeful Bahri)

5 hk pembuktianpid
5 hk pembuktianpid5 hk pembuktianpid
5 hk pembuktianpidRonalto_Tan
 
PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA.pptx
PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA.pptxPERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA.pptx
PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA.pptxFHUGJ
 
13 teori pembuktian dalam hap
13 teori pembuktian dalam hap13 teori pembuktian dalam hap
13 teori pembuktian dalam hapGradeAlfonso
 
Presentasi seminar money laundering
Presentasi seminar money launderingPresentasi seminar money laundering
Presentasi seminar money launderingTri Pamungkas
 
1406-Article Text-3277-1-10-20180328.pdf
1406-Article Text-3277-1-10-20180328.pdf1406-Article Text-3277-1-10-20180328.pdf
1406-Article Text-3277-1-10-20180328.pdfMuhamadRifkiRamadhan
 
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014Rudi Sudirdja
 
dianaumsu,+Penyusunan+Dokumen+Laporan+Pengaduan+dan+Kronologis.pdf
dianaumsu,+Penyusunan+Dokumen+Laporan+Pengaduan+dan+Kronologis.pdfdianaumsu,+Penyusunan+Dokumen+Laporan+Pengaduan+dan+Kronologis.pdf
dianaumsu,+Penyusunan+Dokumen+Laporan+Pengaduan+dan+Kronologis.pdfyudaboyz
 
Hukum acara perdata
Hukum acara perdataHukum acara perdata
Hukum acara perdatasesukakita
 
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agamantii_meiian
 
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agamantii_meiian
 
Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agama
Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan AgamaProses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agama
Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agamarahmat_tiflen
 
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaDaniel_Alfaruqi
 
Mata Kuliah Blok Forensik
Mata Kuliah Blok ForensikMata Kuliah Blok Forensik
Mata Kuliah Blok Forensikdacilganteng
 

Similar to Pendidikan anti korupsi - Alat bukti dalam Tipikor (Idik Saeful Bahri) (20)

5 hk pembuktianpid
5 hk pembuktianpid5 hk pembuktianpid
5 hk pembuktianpid
 
PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA.pptx
PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA.pptxPERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA.pptx
PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA.pptx
 
13 teori pembuktian dalam hap
13 teori pembuktian dalam hap13 teori pembuktian dalam hap
13 teori pembuktian dalam hap
 
Presentasi seminar money laundering
Presentasi seminar money launderingPresentasi seminar money laundering
Presentasi seminar money laundering
 
1406-Article Text-3277-1-10-20180328.pdf
1406-Article Text-3277-1-10-20180328.pdf1406-Article Text-3277-1-10-20180328.pdf
1406-Article Text-3277-1-10-20180328.pdf
 
hemofilia.pptx
hemofilia.pptxhemofilia.pptx
hemofilia.pptx
 
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
 
Pembuktian
PembuktianPembuktian
Pembuktian
 
Penyidikan Kasus
Penyidikan KasusPenyidikan Kasus
Penyidikan Kasus
 
dianaumsu,+Penyusunan+Dokumen+Laporan+Pengaduan+dan+Kronologis.pdf
dianaumsu,+Penyusunan+Dokumen+Laporan+Pengaduan+dan+Kronologis.pdfdianaumsu,+Penyusunan+Dokumen+Laporan+Pengaduan+dan+Kronologis.pdf
dianaumsu,+Penyusunan+Dokumen+Laporan+Pengaduan+dan+Kronologis.pdf
 
Hukum acara perdata
Hukum acara perdataHukum acara perdata
Hukum acara perdata
 
HAPTUN PEMBUKTIAN.pptx
HAPTUN PEMBUKTIAN.pptxHAPTUN PEMBUKTIAN.pptx
HAPTUN PEMBUKTIAN.pptx
 
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
 
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
 
Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agama
Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan AgamaProses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agama
Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agama
 
Pembuktian
PembuktianPembuktian
Pembuktian
 
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
 
Mata Kuliah Blok Forensik
Mata Kuliah Blok ForensikMata Kuliah Blok Forensik
Mata Kuliah Blok Forensik
 
Pledoi.docx
Pledoi.docxPledoi.docx
Pledoi.docx
 
Hukum Acara Perdata
Hukum Acara PerdataHukum Acara Perdata
Hukum Acara Perdata
 

More from Idik Saeful Bahri

Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...Idik Saeful Bahri
 
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Hukum pidana khusus - Badan Narkotika Nasional (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Badan Narkotika Nasional (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Badan Narkotika Nasional (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Badan Narkotika Nasional (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Hukum pidana khusus - Tindak pidana psikotropika dan narkotika (Idik Saeful B...
Hukum pidana khusus - Tindak pidana psikotropika dan narkotika (Idik Saeful B...Hukum pidana khusus - Tindak pidana psikotropika dan narkotika (Idik Saeful B...
Hukum pidana khusus - Tindak pidana psikotropika dan narkotika (Idik Saeful B...Idik Saeful Bahri
 
Hukum pidana khusus - Tindak pidana informasi dan transaksi elektronik (Idik ...
Hukum pidana khusus - Tindak pidana informasi dan transaksi elektronik (Idik ...Hukum pidana khusus - Tindak pidana informasi dan transaksi elektronik (Idik ...
Hukum pidana khusus - Tindak pidana informasi dan transaksi elektronik (Idik ...Idik Saeful Bahri
 
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi: tindak pidana perbankan (Idik Sa...
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi: tindak pidana perbankan (Idik Sa...Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi: tindak pidana perbankan (Idik Sa...
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi: tindak pidana perbankan (Idik Sa...Idik Saeful Bahri
 
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Hukum pidana khusus - Peran PPATK dalam pemberantasan tindak pidana pencucian...
Hukum pidana khusus - Peran PPATK dalam pemberantasan tindak pidana pencucian...Hukum pidana khusus - Peran PPATK dalam pemberantasan tindak pidana pencucian...
Hukum pidana khusus - Peran PPATK dalam pemberantasan tindak pidana pencucian...Idik Saeful Bahri
 
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana pencucian uang (Idik Saefu...
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana pencucian uang (Idik Saefu...Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana pencucian uang (Idik Saefu...
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana pencucian uang (Idik Saefu...Idik Saeful Bahri
 
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Memahami status anak dari hasil perkawinan camp...
Hukum perdata internasional - Memahami status anak dari hasil perkawinan camp...Hukum perdata internasional - Memahami status anak dari hasil perkawinan camp...
Hukum perdata internasional - Memahami status anak dari hasil perkawinan camp...Idik Saeful Bahri
 

More from Idik Saeful Bahri (20)

Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...
 
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum pidana khusus - Badan Narkotika Nasional (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Badan Narkotika Nasional (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Badan Narkotika Nasional (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Badan Narkotika Nasional (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum pidana khusus - Tindak pidana psikotropika dan narkotika (Idik Saeful B...
Hukum pidana khusus - Tindak pidana psikotropika dan narkotika (Idik Saeful B...Hukum pidana khusus - Tindak pidana psikotropika dan narkotika (Idik Saeful B...
Hukum pidana khusus - Tindak pidana psikotropika dan narkotika (Idik Saeful B...
 
Hukum pidana khusus - Tindak pidana informasi dan transaksi elektronik (Idik ...
Hukum pidana khusus - Tindak pidana informasi dan transaksi elektronik (Idik ...Hukum pidana khusus - Tindak pidana informasi dan transaksi elektronik (Idik ...
Hukum pidana khusus - Tindak pidana informasi dan transaksi elektronik (Idik ...
 
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi: tindak pidana perbankan (Idik Sa...
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi: tindak pidana perbankan (Idik Sa...Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi: tindak pidana perbankan (Idik Sa...
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi: tindak pidana perbankan (Idik Sa...
 
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum pidana khusus - Peran PPATK dalam pemberantasan tindak pidana pencucian...
Hukum pidana khusus - Peran PPATK dalam pemberantasan tindak pidana pencucian...Hukum pidana khusus - Peran PPATK dalam pemberantasan tindak pidana pencucian...
Hukum pidana khusus - Peran PPATK dalam pemberantasan tindak pidana pencucian...
 
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana pencucian uang (Idik Saefu...
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana pencucian uang (Idik Saefu...Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana pencucian uang (Idik Saefu...
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana pencucian uang (Idik Saefu...
 
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
 
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...
 
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
 
Hukum perdata internasional - Memahami status anak dari hasil perkawinan camp...
Hukum perdata internasional - Memahami status anak dari hasil perkawinan camp...Hukum perdata internasional - Memahami status anak dari hasil perkawinan camp...
Hukum perdata internasional - Memahami status anak dari hasil perkawinan camp...
 

Pendidikan anti korupsi - Alat bukti dalam Tipikor (Idik Saeful Bahri)

  • 1. A L A T B U K T I D A L A M T I P I K O R PENDIDIKAN ANTI KORUPSI I D I K S A E F U L B A H R I , M . H .
  • 2. Legal Standing  UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP.  UU No. 30 Tahun 2002 (UU Komisi Pemberantasan Tipikor) beserta UU perubahannya.  UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE.
  • 3. Kedudukan Alat Bukti  Alat bukti punya peran yang sangat penting dalam sistem pemeriksaan di persidangan (Pidana). Sebab, alat bukti akan menjadi dasar membentuk keyakinan hakim dalam menjatuhkan putusannya terhadap perkara yang disidangkan.
  • 4. Putusan Harus Didasarkan Bukti  Pasal 183 KUHAP menyebutkan bahwa:  “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang- kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.”
  • 5. Pandangan Islam Terhadap Alat Bukti  Kasus Ali bin Abi Thalib kalah di pengadilan oleh seorang Yahudi  Delik perzinaan menurut jinayah
  • 6. Jenis Alat Bukti Menurut KUHAP  Soal alat bukti ini secara umum diatur dalam Pasal 184 Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yaitu:  Keterangan saksi;  Keterangan ahli;  Surat;  Petunjuk;  Keterangan terdakwa.
  • 7. Sebagai Alat Bukti yang Sah  Kelima alat bukti tersebut, oleh KUHAP disebut sebagai alat bukti yang sah. Artinya, diluar dari kelima alat bukti tersebut tidak dapat dijadikan sebagai alat bukti di dalam berperkara di ranah hukum pidana, kecuali diatur secara khusus dalam undang-undang yang lain di luar KUHAP.
  • 8. Alat Bukti Tambahan  Bukti permulaan yang cukup dianggap telah ada apabila telah ditemukan sekurang-kurangnya 2 (dua) alat bukti, termasuk dan tidak terbatas pada informasi atau data yang diucapkan, dikirim, diterima, atau disimpan baik secara biasa maupun elektronik atau optik. (Pasal 44 ayat (2) UU KPK)
  • 9. Alat Bukti Tambahan  Pasal 5 ayat (1) UU ITE :  Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah.  Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia.
  • 10. Bobot Pembuktian  Menurut Prof. Eddy OS. Hiariej (Guru Besar Hukum Pidana UGM), bobot dari setiap alat bukti secara berurutan sebagaimana dijelaskan dalam KUHAP. Misalnya, kedudukan keterangan saksi lebih tinggi dari keterangan terdakwa.
  • 11. Keterangan Saksi  Keterangan saksi merupakan informasi atau keterangan yang diperoleh dari seorang atau lebih (saksi) tentang suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri. Keterangan saksi hanya akan menjadi alat bukti apabila disampaikan di depan persidangan (Pasal 185 Ayat 1KUHAP).
  • 12. Minimal 2 Alat Bukti  Keterangan seorang saksi tidak cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah telah melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya (Pasal 185 Ayat 2). Prinsip ini disebut unus testis nulus testis yang artiya satu saksi, bukanlah saksi. Sehingga keterangan seorang saksi tersebut harus didukung oleh alat bukti yang lain lagi misalnya keterangan ahli, petunjuk ataupun keterangan terdakwa.
  • 13. Keterangan Saksi  Keterangan yang diberikan saksi di depan persidangan harus berdasarkan pada apa yang dia lihat, dia dengar dan dia alami sendiri, bukan berdasarkan pendapat, pemikiran, dugaan, atau asumsi dari saksi tersebut.  Apabila saksi memberikan keterangan berdasarkan pendapat ataupun dugaannya sendiri maka keterangan tersebut tidak dapat diterima sebagai suatu pertimbangan hakim atau dengan kata lain, keterangan yang demikian tidak termasuk sebagai alat bukti.
  • 14. Keterangan Saksi  Selanjutnya Pasal 185 Ayat (6) KUHAP mengatakan, dalam menilai kebenaran keterangan saksi, maka hakim harus dengan sungguh-sungguh memperhatikan:  Persesuaian antara keterangan saksi yang satu dengan yang lainnya;  Persesuaian keterangan saksi dengan alat bukti lain;  Alasan saksi memberi keterangan tertentu;  Cara hidup dan kesusilaan dan hal-hal lain yang pada umumnya dapat mempengaruhi apakah keterangan itu dapat dipercaya atau tidak.
  • 15. Keterangan Saksi  Sebelum memberikan keterangannya di muka persidangan, saksi wajib terlebih dahulu disumpah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing- masing (Pasal 160 Ayat 3 KUHAP). Maksudnya, agar saksi memberikan keteranganya dengan jujur/sebenar-benarnya dan berani mempertanggung jawabkan keterangannya itu tidak hanya kepada Hakim (Hukum) namum juga kepada Tuhan.
  • 16. Keterangan Saksi  Jika saksi tidak jujur atau dengan kata lain memberikan keterangan palsu di depan persidangan, ia bisa dituntut pidana berdasarkan Pasal 242 KUHP, ancaman hukumannya 7 (tujuh) sampai 9 (sembilan) tahun penjara.
  • 18. Keterangan Ahli  Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara (lihat Pasal 1 angka 28, Pasal 120, Pasal 132, Pasal 133 dan Pasal 179 KUHAP).
  • 19. Keterangan Ahli  Keahlian seseorang tentu diukur dari tingkat pendidikannya serta pengalamannya dibidang- bidang tertentu sehingga orang tersebut bisa dikatakan sebagai ahli.  Keterangan yang diberikan oleh seorang ahli adalah keterangan yang berdasarkan ilmu atau keahliannya pada bidang-bidang tertentu dan bukan berdasarkan pada apa yang dia lihat, dengar atau alami.
  • 20. Keterangan Ahli  Pada umumnya, jika dalam pemeriksaan suatu perkara terdapat masalah teknis di luar hukum barulah seorang ahli dihadirkan di depan persidangan untuk didengarkan keterangannya. Misalnya jika perkara pidana menyangkut masalah perbankan, asuransi, bangunan, pengeboran minyak, dsb, maka ahli yang diajukan bukan orang yang ahli hukumnya melainkan orang yang ahli dibidang teknisnya.
  • 21. Keterangan Ahli  Hakim, jaksa, dan penasehat hukum dianggap telah mengetahui dengan baik dari segi hukumnya akan tetapi dari segi teknisnya harus dibutuhkan keterangan atau pendapat dari ahli di bidang tersebut untuk membuat hal ini jelas dan terang.
  • 22. Perbedaan Keterangan Saksi dan Ahli  Syaiful Bakhri (2009:62-63) memberikan perbedaan antara keterangan saksi dan keterangan ahli yakni sebagai berikut;  (1) Dari segi subjeknya, untuk keterangan saksi diberikan kepada setiap orang, sedangkan untuk ahli diberikan untuk keterangan ahli diberikan kepada ahli yang berhubungan dengan masalah yang terjadi.  (2) Dari segi isi keterangannya. Saksi menyampaikan peristiwa yang berhubungan dengan kejahatan yang terjadi sementara ahli memberikan “pendapatnya” syang ditanyakan kepadanya.
  • 23. Perbedaan Keterangan Saksi dan Ahli  (3) Dari segi dasar Keterangannya. Keterangan saksi berdasarkan penglihatan, pendengaran dan apa yang saksi alami sendiri, sementara keterangan ahli berdasarkan pada pengetahuan atau keahlian yang dimilikinya.  (4) Dari segi sumpah. Saksi bersumpah memberikan keterangan yang sebenarnya dan tidak lain dari yang sebenarnya, sedangkan saksi ahli bersumpah memberikan keterangan sebaik-baiknya sesuai dengan pengetahuan atau keahliannya.
  • 24. Bukti Surat  Menurut Sudikno Mertukusumo, surat adalah segala sesuatu yang memuat tanda-tanda bacaan yang dimaksudkan untuk mencurahkan isi hati atau untuk menyamaikan buah pikiran seseorang dan dipergunakan sebagai pembuktian.  Di dalam KUHAP sendiri tidak diberikan definisi yang jelas terkait dengan alat bukti Surat. Melainkan hanya memberikan penjelasan bahwa surat sebagai alat bukti harus dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah (Pasal 187 KUHAP).
  • 25. Jenis Bukti Surat  Secara garis besar, jenis-jenis alat bukti surat yang dimaksud dalam pasal 187 KUHAP adalah:  1. Surat biasa, yakni surat yang sejak semula diperuntukan untuk membutktikan sesuatu.  2. Surat di bawah tangan, yakni yang dibuatkan untuk pembuktian.
  • 26. Jenis Bukti Surat  3. Surat otentik, yakni berita acara dan surat-surat yang lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum (penyidik, Notaris, Hakim) yang dapat diperinci menjadi dua kelompok;  4. Acta ambteljk, yakni akta otentik yang dibuat sesuai kehendak pejabat umum tersebut.  5. Akte partij, yakni akte otentik yang dibuat oleh para pihak dihadapan pejabat umum.
  • 27. Bukti Petunjuk  Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan yang karena persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya (Pasal 188 Ayat 1 KUHAP).
  • 28. Bukti Petunjuk  Petunjuk hanya dapat diperoleh dari keterangan saksi, surat dan/atau keterangan terdakwa (Pasal 188 Ayat 2). Petunjuk sesungguhnya merupakan kesimpulan yang ditarik oleh hakim berdasarkan keterangan dan fakta-fakta yang terungkap di persidangan.
  • 29. Bukti Petunjuk  Hakim lah yang memiliki kewenangan untuk melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap kekuatan suatu petunjuk dengan penuh kecermatan, keseksamaan, arif, bijaksana dan berdasarkan hati nuraninya. (Pasal 188 Ayat 3 KUHAP).
  • 30. Keterangan Terdakwa  Keterangan terdakwa adalah keterangan yang diberikan oleh terdakwa di depan persidangan tentang perbuatan yang ia laukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami sendiri (Pasal 189 Ayat 1 KUHAP).  Keterangan terdakwa pada prinsipnya hampir sama dengan keterangan saksi. Bedanya, kalau keterangan saksi itu disumpah sedangkan terdakwa tidak disumpah.
  • 31. Keterangan Terdakwa  Berdasarkan Pasal 52 KUHAP, terdakwa diberikan hak untuk memberikan keterangan secara bebas. Yang artinya ketika memberikan keterangannya terdakwa tidak boleh dipaksa atau ditekan oleh siapapun melainkan terdakwa bebas memberikan keterangan sesuai dengan keinginannya.
  • 32. Keterangan Terdakwa  Adanya kebebasan dalam memberikan keterangan ini tentu memberikan hak kepada terdakwa, apakah dia akan memberikan keterangan yang sesuai dengan apa yang terurai dalam surat Berita Acara Pemeriksaan (BAP) atau sebaliknya, atau dengan kata lain semua tergantung kepada terdakwa apakah di persidangan dia akan mengakui perbuatannya atau tidak.
  • 33. Keterangan Terdakwa  Dalam hal terdakwa tidak mau menjawab atau menolak untuk menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya, maka hakim menganjurkan untuk menjawab dan setelah itu persidanga dilanjutkan (Pasal 175 KUHAP).
  • 34. Keterangan Terdakwa  Keterangan terdakwa hanya dapat digunakan terhadap dirinya sendiri. Seandainya di dalam persidangan terdakwa langsung mengakui bahwa dia bersalah telah melakukan suatu perbuatan pidana sebagaimana yang didakwakan kepadanya, maka keterangan tersebut tidak bisa dijadikan dasar oleh hakim untuk menetapkan dan kemudian menjatuhkan hukuman kepada si terdakwa, Melainkan keterangan terdakwa tersebut harus juga disertai dengan alat bukti yang lain misalnya keterangan saksi, surat, dsb (Pasal 189 Ayat 4 KUHAP).