SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
PENANGKAPAN DAN PENAHANAN
Penangkapan (arrest) adalah pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka
apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan (Pasal 1 butir 20
KUHAP)
Penahanan (detention) adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat
tertentu oleh penyidik atau penuntut umum maupun hakim (Pasal 1 butir 21
KUHAP)
Jadi penangkapan dan penahanan merupakan tindakan yang membatasi dan
mengambil kebebasan bergerak seseorang. Kebebasan atau kemerdekaan di sini
dapat diartikan di mana ia dapat pergi kemana saja sesuai dengan kehendak dan
merupakan salah satu hak asasi manusia yang paling didambakan setiap insan.
Oleh karena itu dalam menggunakan wewenang penangkapan dan penahanan ini
pejabat tersebut harus bersikap hati hati dan penuh tanggung jawab, baik dari segi
yuridis maupun moral.
Menurut van Bemmelen
Penahanan adalah sebagai suatu pedang yang memenggal kedua belah pihak,
karena tindakan yang bengis ini dapat dikenakan kepada orang orang yang belum
menerima keputusan dari hakim, jadi mungkin juga kepada orang orang yang
tidak bersalah.             SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB                    1
Penangkapan dan Penahanan mempunyai fungsi Prevensi General, akan tetapi ia
tidak menutup kemungkinan terkena pula pada orang orang yang sama sekali
tidak bersalah. Kedua alat pemaksa ini harus dilandasi dengan “presumption of
innocence”.
PENANGKAPAN :
Pejabat siapa yang berhak melakukan penangkapan ? (Pasal 16 KUHAP)
1.Penyelidik atas perintah penyidik berwenang melakukan penangkapan, untuk
kepentingan penyelidikan.
2.Penyidik atau Penyidik Pembantu berwenang melakukan penangkapan untuk
kepentingan penyidikan.
Syarat untuk melakukan penangkapan, yaitu :
Penangkapan dilakukan terhadap seorang yang diduga keras melakukan tindak
pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup. Yang dimaksud Bukti
Permulaan yang cukup ialah bukti permulaan untuk menduga adanya tindak
pidana dan bahwa tersangka sebagai pelakunya (Pasal 17 KUHAP dan
Penjelasan).
Adanya Surat Perintah Penangkapan dan Berita Acara, yang mencantumkan
identitas tersangka, alasan penangkapan, uraian singkat perkara kejahatan yang
dipersangkakan, serta tempat ia diperiksa. Tembusan surat perintah penangkapan
                            SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB                 2
harus diberikan kepada keluarga segera setelah penangkapan.
Dalam hal tertangkap tangan, penangkapan tak perlu memakai surat perintah
(Pasal 18 KUHAP).
Penangkapan paling lama 1 (satu) hari dan terhadap tersangka pelaku
pelanggaran tidak dapat dikenakan penangkapan, kecuali dalam hal ia telah
dipanggil secara sah dua kali berturut turut tidak memenuhi panggilan itu tanpa
alasan yang sah (Pasal 19 KUHAP).

PENAHANAN :
Siapa yang berhak melakukan penahanan ?
1.Penyidik atau Penyidik Pembantu atas perintah Penyidik untuk kepentingan
penyidikan,
2.Penuntut Umum untuk kepentingan penuntutan,
3.Hakim untuk kepentingan pemeriksaan di persidangan (Pasal 20 KUHAP).
Catatan : dalam HIR tidak mengatur pembatasan untuk penahanan.
Kapan / syarat-syarat untuk melakukan penahanan ?
Menurut Mr.W.A.F.FL Winckel dalam hal ini membagi dua bagian yaitu :
1.Gronden van rechtsmatigheid (berdasarkan ketentuan hukum),
2.Gronden van noodzakelijkeheid (pertimbangan keadaan atau kepentingan).
                          SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB                    3
Menurut Prof.Moeljatno,SH
Syarat penahanan terdapat 2 syarat yaitu :
1. Syarat Objektif ,
2. Syarat Subjektif
Syarat Objektif karena syarat ini menyangkut tentang dapat diuji atau tidaknya
    oleh orang lain, dalam hal ini oleh hakim pada waktu mengadili atau
    memperpanjang lamanya penahanan atau permintaan jaksa, atau pada waktu ia
    menerima pengaduan dari tersangka/terdakwa. Sedangkan Syarat Subjektif
    karena hanya tergantung kepada orang yang memerintahkan penahanan.
Berkaitan dengan syarat syarat penahanan dapat dikomparasikan dengan Pasal 21
    ayat (1) dan (4) KUHAP) sebagai berikut :
Syarat Objektif :
1. Terhadap tindak pidana yang diancam pidana penjara lima tahun atau lebih,

2. Tindak pidana ditentukan secara limitatif dalam Pasal 21 ayat (4) huruf b
    KUHAP, meskipun ancaman kurang dari 5 tahun. Dapat dikatakan bahwa
    syarat objektif terdapat dalam Pasal 21 ayat (4) KUHAP.
                          SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB                  4
tindak pidana dalam Pasal 282 ayat (3) (pornografi sebagai pencaharian),
Pasal 296 (mucikari), Pasal 335 ayat (1) (pencemaran nama baik), Pasal 351
ayat (1) (penganiayaan), Pasal 353 ayat (1) (penganiayaan dengan rencana
lebih dahulu), Pasal 372 (penggelapan), Pasal 378 (penipuan), Pasal 379 a
(penipuan sebagai pencaharian), Pasal 453 (pelayaran), Pasal 454
(pelayaran), Pasal 455 (desersi biasa pelayaran), Pasal 459
(insubordinasi/menyerang nakhoda), Pasal 480 (penadahan) dan Pasal 506
KUHP (pelanggaran perbuatan cabul sebagai pencaharian), Pasal 25 dan
Pasal 26 Rechtenordonnantie (diganti oleh UU No.10 Thn 1995 tentang
Kepabeanan dan UU No.11 Thn 1995 tentang Cukai), Pasal 1, Pasal 2 dan
Pasal 4 UU No.8 Drt. Thn 1955 dicabut oleh UU No.9 Thn 1992 tentang
Keimigrasian), Pasal 36 ayat (7), Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 47 dan
Pasal 48 UU No.9 Thn 1976 tentang Narkotika (diganti oleh UU No.35 Thn
2009 tentang Narkotika).




                       SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB                    5
Syarat Subjektif :
1.Perintah penahanan atau penahanan lanjutan untuk kepentingan penyidikan,
penuntutan, dan untuk kepentingan pemeriksaan persidangan,
2.Untuk mencegah tersangka atau terdakwa yang diduga keras melakukan tindak
pidana berdasarkan bukti yang cukup,
3.Untuk mencegah tersangka atau terdakwa akan melarikan diri,

4.Untuk mencegah tersangka atau terdakwa akan merusak atau menghilangkan
barang bukti dan atau mengulangi tindak pidana.
Jenis jenis Penahanan dapat berupa : (Pasal 22 KUHAP)
1.penahanan rumah tahanan negara (RUTAN)

2.penahanan rumah;

3.penahanan kota.

Rumah Tahanan Negera dibentuk setiap ibukota, kabupaten atau kotamadya oleh
menteri Hukum dan HAM (Pasal 38 PP No.27 Thn 1983 jo. PP No.58 Thn 2010).
Tahanan Rumah dan Tahanan Kota berada ditempat tinggal tersangka/terdakwa
dengan kewajiban lapor dan pengawasan.
                         SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB                6
Perhitungan lama Jenis Penahanan sebagai berikut :
1.Untuk tahanan RUTAN dikurangi seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan. Hal
ini pengurangan penahanan ini bersifat imperatif.
2.Untuk tahanan KOTA pengurangan tersebut 1/5 (seperlima) dari jumlah lamanya
waktu penahanan,
3.Untuk tahanan RUMAH pengurangan tersebut 1/3 (sepertiga) dari jumlah
lamanya waktu penahanan.
Catatan : Dalam Pasal 23 KUHAP dimana penyidik, penuntut umum atau hakim
berwenang untuk mengalihkan jenis penahanan yang satu ke penahanan lainnya.
Oleh karena itu penyidik, penuntut umum, atau hakim harus menghitung secara
seksama.
Jangka Waktu Penahanan, sebagai berikut : (Pasal 24 s.d Pasal 28 KUHAP)
1. Perintah penahanan yang diberikan oleh penyidik hanya berlaku paling lama 20
(dua puluh) hari dan apabila diperlukan guna kepentingan pemeriksaan yang
belum selesai, dapat diperpanjang oleh penuntut umum yang berwenang untuk
paling lama 40 (empat puluh) hari. Setelah waktu 60 (enam puluh) hari tersebut,
penyidik harus sudah mengeluarkan tersangka dari tahanan demi hukum.
                           SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB                  7
2. Perintah penahanan yang diberikan oleh penuntut umum hanya berlaku
   paling lama 20 (dua puluh) hari, apabila diperlukan guna kepentingan
   pemeriksaan yang belum selesai, dapat diperpanjang oleh ketua pengadilan
   negeri yang berwenang untuk paling lama 30 (tiga puluh) hari. Ketentuan
   tersebut tidak menutup kemungkinan dikeluarkannya tersangka dari tahanan
   sebelum berakhir waktu penahanan tersebut, jika kepentingan pemeriksaan
   sudah terpenuhi. Dan setelah waktu 50 (lima puluh) hari tersebut, penuntut
   umum harus sudah mengeluarkan tersangka dari tahanan demi hukum.
3. Hakim pengadilan negeri yang mengadili perkara guna kepentingan
   pemeriksaan berwenang mengeluarkan surat perintah penahanan paling
   lama 30 (tiga puluh) hari. Jangka waktu tersebut apabila diperlukan guna
   kepentingan pemeriksaan belum selesai, dapat diperpanjang oleh ketua
   pengadilan negeri yang bersangkutan paling lama 60 (enam puluh) hari.
   Ketentuan tersebut tidak menutup kemungkinan dikeluarkannya terdakwa
   dari tahanan sebelum berakhir waktu penahanan tersebut, jika kepentingan
   pemeriksaan sudah terpenuhi, Dan setelah waktu 90 (sembilan puluh) hari
   walaupun perkara tersebut belum diputus, terdakwa harus sudah dikeluarkan
   dari tahanan demi hukum.
                          SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB                  8
4. Hakim Pengadilan Tinggi yang mengadili perkara, guna kepentingan
   pemeriksaan banding berwenang mengeluarkan surat perintah penahanan paling
   lama 30 (tiga puluh) hari. Jangka waktu tersebut, apabila diperlukan guna
   kepentingan pemeriksaan yang belum selesai, dapat diperpanjang oleh ketua
   pengadilan tinggi yang bersangkutan paling lama 60 (enam puluh) hari.
   Ketentuan tersebut tidak menutup kemungkinan dikeluarkannya terdakwa dari
   tahanan sebelum berakhir waktu penahanan tersebut, jika kepentingan
   pemeriksaan sudah terpenuhi. Dan setelah waktu 90 (sembilan puluh) hari
   walaupun perkara tersebut belum diputus terdakwa harus sudah dikeluarkan dari
   tahanan demi hukum.
5. Hakim MA yang mengadili perkara, guna kepentingan pemeriksaan kasasi
   berwenang mengeluarkan surat perintah penahanan untuk paling lama 50 (lima
   puluh) hari. Jangka waktu tersebut apabila diperlukan guna kepentingan
   pemeriksaan yang belum selesai, dapat diperpanjang oleh Ketua MA untuk
   paling lama 60 (enam puluh) hari. Ketentuan tersebut tidak menutup
   kemungkinan dikeluarkannya terdakwa dari tahanan sebelum berakhir waktu
   penahanan tersebut, jika kepentingan pemeriksaan sudah terpenuhi. Dan setelah
   waktu 110 (seratus sepuluh) hari walaupun perkara tersebut belum diputus,
   terdakwa harus sudah dikeluarkan dari tahanan demi hukum.
                           SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB                   9
Dikecualikan dari jangka waktu penahanan tersebut (Pasal 24 s.d Pasal 28
KUHAP), guna kepentingan pemeriksaan, penahanan terhadap tersangka atau
terdakwa dapat diperpanjang berdasarkan alasan yang patut dan tidak dapat
dihindarkan karena : (Pasal 29 KUHAP)
a.tersangka atau terdakwa menderita gangguan fisik atau mental yang berat, yang
dibuktikan dengan surat keterangan dokter, atau
b.perkara yang sedang diperiksa diancam dengan pidana penjara sembilan tahun
atau lebih.




                           SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB                  10
Perpanjangan tersebut diberikan untuk paling lama 30 (tiga puluh) hari dan dalam
hal penahanan tersebut masih diperlukan, dapat diperpanjang lagi untuk paling
lama 30 (tiga puluh) hari. Perpanjangan penahanan tersebut atas dasar permintaan
dan laporan pemeriksaan dalam tingkat :
a. penyidikan dan penuntutan diberikan oleh ketua pengadilan negeri;
b. pemeriksaan di pengadilan negari diberikan oleh ketua pengadilan tinggi;
c. pemeriksaan banding diberikan oleh Mahkamah Agung;
d. pemeriksaan kasasi diberikan oleh Ketua Mahkamah Agung.
Penggunaan kewenangan perpanjangan penahanan oleh pejabat tersebut
dilakukan secara bertahap dan dengan penuh tanggung jawab. Ketentuan tersebut
tidak menutup kemungkinan dikeluarkannya tersangka atau terdakwa dari
tahanan sebelum berakhir waktu penahanan tersebut, jika kepentingan
pemeriksaan sudah dipenuhi. Dan setelah waktu 60 (enam puluh) hari, walaupun
perkara tersebut belum selesai diperiksa atau belum diputus, tersangka atau
terdakwa harus sudah dikeluarkan dari tahanan demi hukum. Terhadap
perpanjangan penahanan tersebut tersangka atau terdakwa dapat mengajukan
keberatan dalam tingkat :
a.penyidikan dan penuntutan kepada ketua pengadilan tinggi;
b.pemeriksaan pengadilan negeri dan pemeriksaan banding kepada Ketua
                            SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB                   11
Mahkamah Agung.
PENANGGUHAN PENAHANAN (SCHORSING)

Yang berhak menentukan apakah suatu penahanan perlu ditangguhkan atau tidak
adalah penyidik, atau penuntut umum atau hakim sesuai dengan kewenangan
masing-masing (Pasal 31 KUHAP sedangkan dalam HIR pejabat yang berwenang
penangguhan penahanan adalah hakim).
Penangguhan penahanan dapat diberikan dengan atau tanpa jaminan uang atau
jaminan orang, berdasarkan syarat syarat yang ditentukan . Yang dimaksud
dengan syarat syarat yang ditentukan adalah wajib lapor, tidak ke luar rumah,
atau kota. Karena jabatan, penyidik, penuntut umum atau hakim sewaktu waktu
dapat mencabut penangguhan penahanan apabila tersangka / terdakwa melanggar
syarat syarat yang ditentukan.
Masa penangguhan penahanan itu tidak termasuk masa status tahanan. Ini berarti
bahwa selama tersangka atau terdakwa berada di luar tahanan, tidak dapat
diperhitungkan sebagai masa tahanan sehingga tidak dapat dipotongkan dengan
pidana yang dijatuhkan oleh hakim. Apabila tersangka atau terdakwa telah diberi
penangguhan penahanan tersebut tidak memenuhi syarat syarat yang ditentukan
maka penangguhan penahanannya dapat dicabut (Pasal 31 ayat (2) KUHAP).
                           SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB                  12

More Related Content

What's hot

Sistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidanaSistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidanayudikrismen1
 
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...Idik Saeful Bahri
 
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara PidanaSurat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara PidanaIzzatul Ulya
 
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Idik Saeful Bahri
 
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAKSISTEM PERADILAN PIDANA ANAK
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAKsayidmuhfaldy
 
Hukum pidana khusus
Hukum pidana khususHukum pidana khusus
Hukum pidana khusussesukakita
 
Hukum acara perdata - Upaya hukum (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Upaya hukum (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Upaya hukum (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Upaya hukum (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Hukum Pidana Militer di Indonesia
Hukum Pidana Militer di IndonesiaHukum Pidana Militer di Indonesia
Hukum Pidana Militer di IndonesiaRatri nia
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Idik Saeful Bahri
 
Hukum acara perdata - Konsep dasar surat kuasa (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Konsep dasar surat kuasa (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Konsep dasar surat kuasa (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Konsep dasar surat kuasa (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1villa kuta indah
 
Hukum acara perdata - Alur proses beracara secara utuh (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Alur proses beracara secara utuh (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Alur proses beracara secara utuh (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Alur proses beracara secara utuh (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
Pengadilan Tindak Pidana KorupsiPengadilan Tindak Pidana Korupsi
Pengadilan Tindak Pidana KorupsiAfida Zahara
 

What's hot (20)

Kriminologi
KriminologiKriminologi
Kriminologi
 
Hukum pidana internasional
Hukum pidana internasionalHukum pidana internasional
Hukum pidana internasional
 
Sistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidanaSistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidana
 
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
 
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara PidanaSurat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
 
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
 
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
 
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAKSISTEM PERADILAN PIDANA ANAK
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK
 
Hukum pidana khusus
Hukum pidana khususHukum pidana khusus
Hukum pidana khusus
 
Hukum acara perdata - Upaya hukum (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Upaya hukum (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Upaya hukum (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Upaya hukum (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum Pidana Militer di Indonesia
Hukum Pidana Militer di IndonesiaHukum Pidana Militer di Indonesia
Hukum Pidana Militer di Indonesia
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
 
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
 
Hukum acara perdata - Konsep dasar surat kuasa (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Konsep dasar surat kuasa (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Konsep dasar surat kuasa (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Konsep dasar surat kuasa (Idik Saeful Bahri)
 
praktik peradilan perdata
praktik peradilan perdatapraktik peradilan perdata
praktik peradilan perdata
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...
 
Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1
 
Hukum acara perdata - Alur proses beracara secara utuh (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Alur proses beracara secara utuh (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Alur proses beracara secara utuh (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Alur proses beracara secara utuh (Idik Saeful Bahri)
 
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
Pengadilan Tindak Pidana KorupsiPengadilan Tindak Pidana Korupsi
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
 

Viewers also liked

7 pemeriksaan penyelidikanpenyidikan
7 pemeriksaan penyelidikanpenyidikan7 pemeriksaan penyelidikanpenyidikan
7 pemeriksaan penyelidikanpenyidikanRonalto_Tan
 
5 hk pembuktianpid
5 hk pembuktianpid5 hk pembuktianpid
5 hk pembuktianpidRonalto_Tan
 
0 silabus hkacpid
0 silabus hkacpid0 silabus hkacpid
0 silabus hkacpidRonalto_Tan
 
6 perkembanganhkacpid
6 perkembanganhkacpid6 perkembanganhkacpid
6 perkembanganhkacpidRonalto_Tan
 
11 pemrik srtsksiahlitrsgkahentisidik
11 pemrik srtsksiahlitrsgkahentisidik11 pemrik srtsksiahlitrsgkahentisidik
11 pemrik srtsksiahlitrsgkahentisidikRonalto_Tan
 
13 kewenangan mengadili
13 kewenangan mengadili13 kewenangan mengadili
13 kewenangan mengadiliRonalto_Tan
 
Tugas Kuliah Materi Hukum Pidana (Dosen Pak Prima)
Tugas Kuliah Materi Hukum Pidana (Dosen Pak Prima)Tugas Kuliah Materi Hukum Pidana (Dosen Pak Prima)
Tugas Kuliah Materi Hukum Pidana (Dosen Pak Prima)Riskasoesilawati
 
Dokumentasi Pelanggaran Hak Tersangka Kasus Narkotika
Dokumentasi Pelanggaran Hak Tersangka Kasus NarkotikaDokumentasi Pelanggaran Hak Tersangka Kasus Narkotika
Dokumentasi Pelanggaran Hak Tersangka Kasus NarkotikaLBH Masyarakat
 
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidana
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidanaMicrosoft powerpoint-hukum-acara-pidana
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidanaFarah Ramafitri
 
Jiit 2013 14 project presentation aniket mishra
Jiit 2013 14 project presentation aniket mishraJiit 2013 14 project presentation aniket mishra
Jiit 2013 14 project presentation aniket mishraAniket Mishra
 
Pre cd and artist research
Pre cd and artist researchPre cd and artist research
Pre cd and artist research61141
 
페차쿠차
페차쿠차페차쿠차
페차쿠차ekwjd4793
 
Semantic Web (Web 3.0)
Semantic Web (Web 3.0)Semantic Web (Web 3.0)
Semantic Web (Web 3.0)John Dougherty
 
Sitios de interes
Sitios de interesSitios de interes
Sitios de interesVane Avella
 
Evolución de los avances tecnológicos
Evolución de los avances tecnológicosEvolución de los avances tecnológicos
Evolución de los avances tecnológicosMerlys Escarpeta
 
페차쿠차_ 조연진
페차쿠차_ 조연진페차쿠차_ 조연진
페차쿠차_ 조연진연진 조
 
Catedra virtual de cultura ciudadana
Catedra virtual de cultura ciudadanaCatedra virtual de cultura ciudadana
Catedra virtual de cultura ciudadanaLuisa Paternina
 

Viewers also liked (20)

7 pemeriksaan penyelidikanpenyidikan
7 pemeriksaan penyelidikanpenyidikan7 pemeriksaan penyelidikanpenyidikan
7 pemeriksaan penyelidikanpenyidikan
 
5 hk pembuktianpid
5 hk pembuktianpid5 hk pembuktianpid
5 hk pembuktianpid
 
0 silabus hkacpid
0 silabus hkacpid0 silabus hkacpid
0 silabus hkacpid
 
6 perkembanganhkacpid
6 perkembanganhkacpid6 perkembanganhkacpid
6 perkembanganhkacpid
 
11 pemrik srtsksiahlitrsgkahentisidik
11 pemrik srtsksiahlitrsgkahentisidik11 pemrik srtsksiahlitrsgkahentisidik
11 pemrik srtsksiahlitrsgkahentisidik
 
9 penggeledahan
9 penggeledahan9 penggeledahan
9 penggeledahan
 
13 kewenangan mengadili
13 kewenangan mengadili13 kewenangan mengadili
13 kewenangan mengadili
 
Tugas Kuliah Materi Hukum Pidana (Dosen Pak Prima)
Tugas Kuliah Materi Hukum Pidana (Dosen Pak Prima)Tugas Kuliah Materi Hukum Pidana (Dosen Pak Prima)
Tugas Kuliah Materi Hukum Pidana (Dosen Pak Prima)
 
Dokumentasi Pelanggaran Hak Tersangka Kasus Narkotika
Dokumentasi Pelanggaran Hak Tersangka Kasus NarkotikaDokumentasi Pelanggaran Hak Tersangka Kasus Narkotika
Dokumentasi Pelanggaran Hak Tersangka Kasus Narkotika
 
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidana
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidanaMicrosoft powerpoint-hukum-acara-pidana
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidana
 
Jiit 2013 14 project presentation aniket mishra
Jiit 2013 14 project presentation aniket mishraJiit 2013 14 project presentation aniket mishra
Jiit 2013 14 project presentation aniket mishra
 
Pre cd and artist research
Pre cd and artist researchPre cd and artist research
Pre cd and artist research
 
페차쿠차
페차쿠차페차쿠차
페차쿠차
 
Semantic Web (Web 3.0)
Semantic Web (Web 3.0)Semantic Web (Web 3.0)
Semantic Web (Web 3.0)
 
Usability ppt
Usability pptUsability ppt
Usability ppt
 
Sitios de interes
Sitios de interesSitios de interes
Sitios de interes
 
Enc 3241 color
Enc 3241 colorEnc 3241 color
Enc 3241 color
 
Evolución de los avances tecnológicos
Evolución de los avances tecnológicosEvolución de los avances tecnológicos
Evolución de los avances tecnológicos
 
페차쿠차_ 조연진
페차쿠차_ 조연진페차쿠차_ 조연진
페차쿠차_ 조연진
 
Catedra virtual de cultura ciudadana
Catedra virtual de cultura ciudadanaCatedra virtual de cultura ciudadana
Catedra virtual de cultura ciudadana
 

Similar to 8 penangkapan penahanan

7 upaya paksa ( penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan);
7 upaya paksa ( penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan);7 upaya paksa ( penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan);
7 upaya paksa ( penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan);GradeAlfonso
 
praperadilann.pptx
praperadilann.pptxpraperadilann.pptx
praperadilann.pptxDirgaGunk
 
UU No. 1 Tahun 2023 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
UU No. 1 Tahun 2023 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum PidanaUU No. 1 Tahun 2023 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
UU No. 1 Tahun 2023 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum PidanaImam Prastio
 
Uu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 GrasiUu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 Grasiguest150909
 
Kuhp buku kesatu
Kuhp buku kesatuKuhp buku kesatu
Kuhp buku kesatuSei Enim
 
Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)
Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)
Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)jimsoktovianus
 
Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)
Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)
Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)aanpalisury
 
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidanaAlasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidanaSigit Riono
 
Undang undang no 26 tahun 2000
Undang undang no 26 tahun 2000Undang undang no 26 tahun 2000
Undang undang no 26 tahun 2000IRVIANAM
 

Similar to 8 penangkapan penahanan (20)

7 upaya paksa ( penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan);
7 upaya paksa ( penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan);7 upaya paksa ( penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan);
7 upaya paksa ( penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan);
 
Alasan penghentian penyidikan
Alasan penghentian penyidikanAlasan penghentian penyidikan
Alasan penghentian penyidikan
 
Alasan penghentian penyidikan
Alasan penghentian penyidikanAlasan penghentian penyidikan
Alasan penghentian penyidikan
 
praperadilann.pptx
praperadilann.pptxpraperadilann.pptx
praperadilann.pptx
 
UU No. 1 Tahun 2023 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
UU No. 1 Tahun 2023 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum PidanaUU No. 1 Tahun 2023 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
UU No. 1 Tahun 2023 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
 
Kuh+pidana
Kuh+pidanaKuh+pidana
Kuh+pidana
 
13 praperadilan
13 praperadilan13 praperadilan
13 praperadilan
 
Tugas hukum pidana
Tugas  hukum pidanaTugas  hukum pidana
Tugas hukum pidana
 
Tugas hukum pidana
Tugas  hukum pidanaTugas  hukum pidana
Tugas hukum pidana
 
Tugas hukum pidana
Tugas  hukum pidanaTugas  hukum pidana
Tugas hukum pidana
 
Uu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 GrasiUu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 Grasi
 
Kuhp buku kesatu
Kuhp buku kesatuKuhp buku kesatu
Kuhp buku kesatu
 
Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)
Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)
Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)
 
Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)
Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)
Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)
 
KUHP
KUHPKUHP
KUHP
 
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidanaAlasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
 
KUHP.pdf
KUHP.pdfKUHP.pdf
KUHP.pdf
 
Undang undang no 26 tahun 2000
Undang undang no 26 tahun 2000Undang undang no 26 tahun 2000
Undang undang no 26 tahun 2000
 
UPAYA PAKSA
UPAYA PAKSAUPAYA PAKSA
UPAYA PAKSA
 
Tugas hukum pidana
Tugas  hukum pidanaTugas  hukum pidana
Tugas hukum pidana
 

More from Ronalto_Tan

10 penyitaan barangbukti
10 penyitaan barangbukti10 penyitaan barangbukti
10 penyitaan barangbuktiRonalto_Tan
 
12 posisiparapihak
12 posisiparapihak12 posisiparapihak
12 posisiparapihakRonalto_Tan
 
4 tujuanorgterlibatdanilmupembantu
4 tujuanorgterlibatdanilmupembantu4 tujuanorgterlibatdanilmupembantu
4 tujuanorgterlibatdanilmupembantuRonalto_Tan
 
3 sistempemeriksaanhkacpid
3 sistempemeriksaanhkacpid3 sistempemeriksaanhkacpid
3 sistempemeriksaanhkacpidRonalto_Tan
 
2 kepentingandanasashkacpid
2 kepentingandanasashkacpid2 kepentingandanasashkacpid
2 kepentingandanasashkacpidRonalto_Tan
 
1 pengertiandan sumberhkacpid
1 pengertiandan sumberhkacpid1 pengertiandan sumberhkacpid
1 pengertiandan sumberhkacpidRonalto_Tan
 

More from Ronalto_Tan (6)

10 penyitaan barangbukti
10 penyitaan barangbukti10 penyitaan barangbukti
10 penyitaan barangbukti
 
12 posisiparapihak
12 posisiparapihak12 posisiparapihak
12 posisiparapihak
 
4 tujuanorgterlibatdanilmupembantu
4 tujuanorgterlibatdanilmupembantu4 tujuanorgterlibatdanilmupembantu
4 tujuanorgterlibatdanilmupembantu
 
3 sistempemeriksaanhkacpid
3 sistempemeriksaanhkacpid3 sistempemeriksaanhkacpid
3 sistempemeriksaanhkacpid
 
2 kepentingandanasashkacpid
2 kepentingandanasashkacpid2 kepentingandanasashkacpid
2 kepentingandanasashkacpid
 
1 pengertiandan sumberhkacpid
1 pengertiandan sumberhkacpid1 pengertiandan sumberhkacpid
1 pengertiandan sumberhkacpid
 

8 penangkapan penahanan

  • 1. PENANGKAPAN DAN PENAHANAN Penangkapan (arrest) adalah pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan (Pasal 1 butir 20 KUHAP) Penahanan (detention) adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik atau penuntut umum maupun hakim (Pasal 1 butir 21 KUHAP) Jadi penangkapan dan penahanan merupakan tindakan yang membatasi dan mengambil kebebasan bergerak seseorang. Kebebasan atau kemerdekaan di sini dapat diartikan di mana ia dapat pergi kemana saja sesuai dengan kehendak dan merupakan salah satu hak asasi manusia yang paling didambakan setiap insan. Oleh karena itu dalam menggunakan wewenang penangkapan dan penahanan ini pejabat tersebut harus bersikap hati hati dan penuh tanggung jawab, baik dari segi yuridis maupun moral. Menurut van Bemmelen Penahanan adalah sebagai suatu pedang yang memenggal kedua belah pihak, karena tindakan yang bengis ini dapat dikenakan kepada orang orang yang belum menerima keputusan dari hakim, jadi mungkin juga kepada orang orang yang tidak bersalah. SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB 1
  • 2. Penangkapan dan Penahanan mempunyai fungsi Prevensi General, akan tetapi ia tidak menutup kemungkinan terkena pula pada orang orang yang sama sekali tidak bersalah. Kedua alat pemaksa ini harus dilandasi dengan “presumption of innocence”. PENANGKAPAN : Pejabat siapa yang berhak melakukan penangkapan ? (Pasal 16 KUHAP) 1.Penyelidik atas perintah penyidik berwenang melakukan penangkapan, untuk kepentingan penyelidikan. 2.Penyidik atau Penyidik Pembantu berwenang melakukan penangkapan untuk kepentingan penyidikan. Syarat untuk melakukan penangkapan, yaitu : Penangkapan dilakukan terhadap seorang yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup. Yang dimaksud Bukti Permulaan yang cukup ialah bukti permulaan untuk menduga adanya tindak pidana dan bahwa tersangka sebagai pelakunya (Pasal 17 KUHAP dan Penjelasan). Adanya Surat Perintah Penangkapan dan Berita Acara, yang mencantumkan identitas tersangka, alasan penangkapan, uraian singkat perkara kejahatan yang dipersangkakan, serta tempat ia diperiksa. Tembusan surat perintah penangkapan SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB 2 harus diberikan kepada keluarga segera setelah penangkapan.
  • 3. Dalam hal tertangkap tangan, penangkapan tak perlu memakai surat perintah (Pasal 18 KUHAP). Penangkapan paling lama 1 (satu) hari dan terhadap tersangka pelaku pelanggaran tidak dapat dikenakan penangkapan, kecuali dalam hal ia telah dipanggil secara sah dua kali berturut turut tidak memenuhi panggilan itu tanpa alasan yang sah (Pasal 19 KUHAP). PENAHANAN : Siapa yang berhak melakukan penahanan ? 1.Penyidik atau Penyidik Pembantu atas perintah Penyidik untuk kepentingan penyidikan, 2.Penuntut Umum untuk kepentingan penuntutan, 3.Hakim untuk kepentingan pemeriksaan di persidangan (Pasal 20 KUHAP). Catatan : dalam HIR tidak mengatur pembatasan untuk penahanan. Kapan / syarat-syarat untuk melakukan penahanan ? Menurut Mr.W.A.F.FL Winckel dalam hal ini membagi dua bagian yaitu : 1.Gronden van rechtsmatigheid (berdasarkan ketentuan hukum), 2.Gronden van noodzakelijkeheid (pertimbangan keadaan atau kepentingan). SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB 3
  • 4. Menurut Prof.Moeljatno,SH Syarat penahanan terdapat 2 syarat yaitu : 1. Syarat Objektif , 2. Syarat Subjektif Syarat Objektif karena syarat ini menyangkut tentang dapat diuji atau tidaknya oleh orang lain, dalam hal ini oleh hakim pada waktu mengadili atau memperpanjang lamanya penahanan atau permintaan jaksa, atau pada waktu ia menerima pengaduan dari tersangka/terdakwa. Sedangkan Syarat Subjektif karena hanya tergantung kepada orang yang memerintahkan penahanan. Berkaitan dengan syarat syarat penahanan dapat dikomparasikan dengan Pasal 21 ayat (1) dan (4) KUHAP) sebagai berikut : Syarat Objektif : 1. Terhadap tindak pidana yang diancam pidana penjara lima tahun atau lebih, 2. Tindak pidana ditentukan secara limitatif dalam Pasal 21 ayat (4) huruf b KUHAP, meskipun ancaman kurang dari 5 tahun. Dapat dikatakan bahwa syarat objektif terdapat dalam Pasal 21 ayat (4) KUHAP. SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB 4
  • 5. tindak pidana dalam Pasal 282 ayat (3) (pornografi sebagai pencaharian), Pasal 296 (mucikari), Pasal 335 ayat (1) (pencemaran nama baik), Pasal 351 ayat (1) (penganiayaan), Pasal 353 ayat (1) (penganiayaan dengan rencana lebih dahulu), Pasal 372 (penggelapan), Pasal 378 (penipuan), Pasal 379 a (penipuan sebagai pencaharian), Pasal 453 (pelayaran), Pasal 454 (pelayaran), Pasal 455 (desersi biasa pelayaran), Pasal 459 (insubordinasi/menyerang nakhoda), Pasal 480 (penadahan) dan Pasal 506 KUHP (pelanggaran perbuatan cabul sebagai pencaharian), Pasal 25 dan Pasal 26 Rechtenordonnantie (diganti oleh UU No.10 Thn 1995 tentang Kepabeanan dan UU No.11 Thn 1995 tentang Cukai), Pasal 1, Pasal 2 dan Pasal 4 UU No.8 Drt. Thn 1955 dicabut oleh UU No.9 Thn 1992 tentang Keimigrasian), Pasal 36 ayat (7), Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 47 dan Pasal 48 UU No.9 Thn 1976 tentang Narkotika (diganti oleh UU No.35 Thn 2009 tentang Narkotika). SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB 5
  • 6. Syarat Subjektif : 1.Perintah penahanan atau penahanan lanjutan untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, dan untuk kepentingan pemeriksaan persidangan, 2.Untuk mencegah tersangka atau terdakwa yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup, 3.Untuk mencegah tersangka atau terdakwa akan melarikan diri, 4.Untuk mencegah tersangka atau terdakwa akan merusak atau menghilangkan barang bukti dan atau mengulangi tindak pidana. Jenis jenis Penahanan dapat berupa : (Pasal 22 KUHAP) 1.penahanan rumah tahanan negara (RUTAN) 2.penahanan rumah; 3.penahanan kota. Rumah Tahanan Negera dibentuk setiap ibukota, kabupaten atau kotamadya oleh menteri Hukum dan HAM (Pasal 38 PP No.27 Thn 1983 jo. PP No.58 Thn 2010). Tahanan Rumah dan Tahanan Kota berada ditempat tinggal tersangka/terdakwa dengan kewajiban lapor dan pengawasan. SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB 6
  • 7. Perhitungan lama Jenis Penahanan sebagai berikut : 1.Untuk tahanan RUTAN dikurangi seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan. Hal ini pengurangan penahanan ini bersifat imperatif. 2.Untuk tahanan KOTA pengurangan tersebut 1/5 (seperlima) dari jumlah lamanya waktu penahanan, 3.Untuk tahanan RUMAH pengurangan tersebut 1/3 (sepertiga) dari jumlah lamanya waktu penahanan. Catatan : Dalam Pasal 23 KUHAP dimana penyidik, penuntut umum atau hakim berwenang untuk mengalihkan jenis penahanan yang satu ke penahanan lainnya. Oleh karena itu penyidik, penuntut umum, atau hakim harus menghitung secara seksama. Jangka Waktu Penahanan, sebagai berikut : (Pasal 24 s.d Pasal 28 KUHAP) 1. Perintah penahanan yang diberikan oleh penyidik hanya berlaku paling lama 20 (dua puluh) hari dan apabila diperlukan guna kepentingan pemeriksaan yang belum selesai, dapat diperpanjang oleh penuntut umum yang berwenang untuk paling lama 40 (empat puluh) hari. Setelah waktu 60 (enam puluh) hari tersebut, penyidik harus sudah mengeluarkan tersangka dari tahanan demi hukum. SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB 7
  • 8. 2. Perintah penahanan yang diberikan oleh penuntut umum hanya berlaku paling lama 20 (dua puluh) hari, apabila diperlukan guna kepentingan pemeriksaan yang belum selesai, dapat diperpanjang oleh ketua pengadilan negeri yang berwenang untuk paling lama 30 (tiga puluh) hari. Ketentuan tersebut tidak menutup kemungkinan dikeluarkannya tersangka dari tahanan sebelum berakhir waktu penahanan tersebut, jika kepentingan pemeriksaan sudah terpenuhi. Dan setelah waktu 50 (lima puluh) hari tersebut, penuntut umum harus sudah mengeluarkan tersangka dari tahanan demi hukum. 3. Hakim pengadilan negeri yang mengadili perkara guna kepentingan pemeriksaan berwenang mengeluarkan surat perintah penahanan paling lama 30 (tiga puluh) hari. Jangka waktu tersebut apabila diperlukan guna kepentingan pemeriksaan belum selesai, dapat diperpanjang oleh ketua pengadilan negeri yang bersangkutan paling lama 60 (enam puluh) hari. Ketentuan tersebut tidak menutup kemungkinan dikeluarkannya terdakwa dari tahanan sebelum berakhir waktu penahanan tersebut, jika kepentingan pemeriksaan sudah terpenuhi, Dan setelah waktu 90 (sembilan puluh) hari walaupun perkara tersebut belum diputus, terdakwa harus sudah dikeluarkan dari tahanan demi hukum. SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB 8
  • 9. 4. Hakim Pengadilan Tinggi yang mengadili perkara, guna kepentingan pemeriksaan banding berwenang mengeluarkan surat perintah penahanan paling lama 30 (tiga puluh) hari. Jangka waktu tersebut, apabila diperlukan guna kepentingan pemeriksaan yang belum selesai, dapat diperpanjang oleh ketua pengadilan tinggi yang bersangkutan paling lama 60 (enam puluh) hari. Ketentuan tersebut tidak menutup kemungkinan dikeluarkannya terdakwa dari tahanan sebelum berakhir waktu penahanan tersebut, jika kepentingan pemeriksaan sudah terpenuhi. Dan setelah waktu 90 (sembilan puluh) hari walaupun perkara tersebut belum diputus terdakwa harus sudah dikeluarkan dari tahanan demi hukum. 5. Hakim MA yang mengadili perkara, guna kepentingan pemeriksaan kasasi berwenang mengeluarkan surat perintah penahanan untuk paling lama 50 (lima puluh) hari. Jangka waktu tersebut apabila diperlukan guna kepentingan pemeriksaan yang belum selesai, dapat diperpanjang oleh Ketua MA untuk paling lama 60 (enam puluh) hari. Ketentuan tersebut tidak menutup kemungkinan dikeluarkannya terdakwa dari tahanan sebelum berakhir waktu penahanan tersebut, jika kepentingan pemeriksaan sudah terpenuhi. Dan setelah waktu 110 (seratus sepuluh) hari walaupun perkara tersebut belum diputus, terdakwa harus sudah dikeluarkan dari tahanan demi hukum. SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB 9
  • 10. Dikecualikan dari jangka waktu penahanan tersebut (Pasal 24 s.d Pasal 28 KUHAP), guna kepentingan pemeriksaan, penahanan terhadap tersangka atau terdakwa dapat diperpanjang berdasarkan alasan yang patut dan tidak dapat dihindarkan karena : (Pasal 29 KUHAP) a.tersangka atau terdakwa menderita gangguan fisik atau mental yang berat, yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter, atau b.perkara yang sedang diperiksa diancam dengan pidana penjara sembilan tahun atau lebih. SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB 10
  • 11. Perpanjangan tersebut diberikan untuk paling lama 30 (tiga puluh) hari dan dalam hal penahanan tersebut masih diperlukan, dapat diperpanjang lagi untuk paling lama 30 (tiga puluh) hari. Perpanjangan penahanan tersebut atas dasar permintaan dan laporan pemeriksaan dalam tingkat : a. penyidikan dan penuntutan diberikan oleh ketua pengadilan negeri; b. pemeriksaan di pengadilan negari diberikan oleh ketua pengadilan tinggi; c. pemeriksaan banding diberikan oleh Mahkamah Agung; d. pemeriksaan kasasi diberikan oleh Ketua Mahkamah Agung. Penggunaan kewenangan perpanjangan penahanan oleh pejabat tersebut dilakukan secara bertahap dan dengan penuh tanggung jawab. Ketentuan tersebut tidak menutup kemungkinan dikeluarkannya tersangka atau terdakwa dari tahanan sebelum berakhir waktu penahanan tersebut, jika kepentingan pemeriksaan sudah dipenuhi. Dan setelah waktu 60 (enam puluh) hari, walaupun perkara tersebut belum selesai diperiksa atau belum diputus, tersangka atau terdakwa harus sudah dikeluarkan dari tahanan demi hukum. Terhadap perpanjangan penahanan tersebut tersangka atau terdakwa dapat mengajukan keberatan dalam tingkat : a.penyidikan dan penuntutan kepada ketua pengadilan tinggi; b.pemeriksaan pengadilan negeri dan pemeriksaan banding kepada Ketua SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB 11 Mahkamah Agung.
  • 12. PENANGGUHAN PENAHANAN (SCHORSING) Yang berhak menentukan apakah suatu penahanan perlu ditangguhkan atau tidak adalah penyidik, atau penuntut umum atau hakim sesuai dengan kewenangan masing-masing (Pasal 31 KUHAP sedangkan dalam HIR pejabat yang berwenang penangguhan penahanan adalah hakim). Penangguhan penahanan dapat diberikan dengan atau tanpa jaminan uang atau jaminan orang, berdasarkan syarat syarat yang ditentukan . Yang dimaksud dengan syarat syarat yang ditentukan adalah wajib lapor, tidak ke luar rumah, atau kota. Karena jabatan, penyidik, penuntut umum atau hakim sewaktu waktu dapat mencabut penangguhan penahanan apabila tersangka / terdakwa melanggar syarat syarat yang ditentukan. Masa penangguhan penahanan itu tidak termasuk masa status tahanan. Ini berarti bahwa selama tersangka atau terdakwa berada di luar tahanan, tidak dapat diperhitungkan sebagai masa tahanan sehingga tidak dapat dipotongkan dengan pidana yang dijatuhkan oleh hakim. Apabila tersangka atau terdakwa telah diberi penangguhan penahanan tersebut tidak memenuhi syarat syarat yang ditentukan maka penangguhan penahanannya dapat dicabut (Pasal 31 ayat (2) KUHAP). SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB 12