Kumpulan Artikel
1. Kontradiksi Dan Titik Temu Antara Ekosentrisme Dan Antroposentrisme
2. Peran Sosiologi Lingkungan Dan Ekologi Manusia Di Dalam Konsep Dan
Implementasi Sustainable Development
3. Determinisme Karakteristik Lingkungan Alam Terhadap Corak Interaksi
Komunitas
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
KONTROVERSI EKO-ANTROPO
1. i
Kumpulan Artikel
1. Kontradiksi Dan Titik Temu Antara Ekosentrisme Dan Antroposentrisme
2. Peran Sosiologi Lingkungan Dan Ekologi Manusia Di Dalam Konsep Dan
Implementasi Sustainable Development
3. Determinisme Karakteristik Lingkungan Alam Terhadap Corak Interaksi
Komunitas
Disusun Sebagai Tugas Terstruktur Ujian Akhir Semester (Uas) Mata Kuliah Sosiologi
Lingkungan
Dosen Pengampu:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Disusun Oleh:
Nama : Januria Safitri
Nim : L1C 018046
Prodi/Kelas : Sosiologi B
Program Studi Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Mataram
2021
2. ii
Kata Pengantar
Alhamdulillah. Puji Syukur Penulis Panjatkan Kehadiran Allah Swt, Dengan
Rahmat Dan Karunianya Sehingga Penulis Dapat Menyelesaikan Artikel Ini. Tak Lupa
Penulis Mengucapkan Terima Kasih Kepada Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Sosiologi Lingkungan. Artikel Ini Dibuat
Sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah Sosiologi Lingkungan. Penulis Menyadari Bahwa
Dalam Pengerjaan Tugas Ujian Akhir Semester Ini Masih Jauh Dari Kata Sempurna.
Oleh Karena Itu, Saran Dan Kritik Yang Membangun Sangat Dibutuhkan Guna
Menyempurnakan Tugas Kuliah Ini. Di Akhir Kata, Penulis Berharap Semoga Artikel
Ini Dapat Memberikan Manfaat Untuk Semua Pihak.
Mataram, 26 Mei 2021
penulis
3. iii
Abstrak
Sumber Daya Alam Sangat Banyak Mengandung Kepentingan Dari Masyarakat,
Negara Dan Pemerintah, Kait Mengkait Satu Sama Lain Terhadapnya. Sumber Daya
Alam Juga Dapat Menimbulkan Konflik Di Dalamnya Karna Berbeda Pendapat Atau
Pandangan Terhadap Sumber Daya Alam Itu. Pandangan Ekosentrisme Yaitu
Hubungan Antara Manusia Dengan Alamnya Itu Seimbang, Saling Menguntungkan
Sedangkan Antroposentrisme Menganggap Bahwa Manusia Lebih Atas Derajatnya
Daripada Alam.
Sosiologi Lingkungan Itu Sendiri Memusatkan Kajiannya Pada Keterkaitan
Antara Perilaku Sosial Manusia Dengan Lingkungan Sedangkan Ekologi Manusia Yaitu
Hubungan Timbal Balik Antara Manusia Dengan Lingkungan Hidup Yang Dimana
Keduanya Akan Sama Sama Dalam Meningkatkan Kualitas Hidup Secara
Berkelanjutan.
4. iv
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER ................................................................................................ i
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
ABSTRAK ................................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................................1
BAB II : PEMBAHASAN
2.1. Kontradiksi Dan Titik Temu Antara Ekosentrisme Dan
Antroposentrisme......................................................................................... 4
2.2. Peran Sosiologi Lingkungan Dan Ekologi Manusia Di Dalam Konsep
Dan Implementasi Sustainable Development................................................ 9
2.3. Determinisme Karakteristik Lingkungan Alam Terhadap Corak
Interaksi Komunitas..................................................................................... 16
BAB III : PENUTUP
3.1. Kesimpulan ....................................................................................................20
5. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ekosistem atau sistem ekologi adalah satu kesatuan tatanan yang terbentuk
oleh interaksi (hubungan) timbal balik antara mahluk hidup (hayati) dengan unsur-
unsur nonhayati (abiotik) dalam suatu wilayah. Suatu ekosistem terdiri dari unsur-
unsur hayati (tumbuhan, satwa atau hewan, mikroorganisme, dan manusia) serta
nonhayati (unsur fisik dan kimia) seperti tanah, batuan, air, udara, sinar matahari,
curah hujan, suhu atau temperatur dan faktor iklim lainnya, bahan organik dan
anorganik. Hubungan timbal balik antar unsur terjadi secara dinamis dan seimbang
sehingga tercipta keadaan lingkungan yang mendukung kehidupan mahluk hidup di
wilayah bersangkutan. Ekosistem juga dapat diartikan sebagai suatu unit fungsional
dasar dalam ekologi karena merupakan satuan terkecil yang memiliki komponen dan
relung ekologi secara lengkap, serta terdapat proses ekologi secara lengkap, serta
terdapat proses ekologi sehingga di dalam unit ini siklus materi dan arus energi
terjadi sesuai dengan kondisi ekosistemnya.
Ekosistem adalah suatu tempat dimana berlangsungnya hubungan
ketergantungan atau hubungan timbal balik antara mahluk hidup yang satu dengan
yang lainnya, hubungan timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga
aliran energi menuju pada suatu struktur tertentu.
Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi sosiologis, rohani,
dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Manusia sendiri berbeda dari mahluk
hidup yang lain, yang dimana manusia memiliki akal dan pikiran. Lingkungan adalah
tempat hidup mahluk hidup yang dimana kombinasi antara kondisi fisik yang
mencangkup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral,
serta flora dan fauna yang tumbuh atau hidup di darat maupun laut dengan keadaan
dimana semua keadaan fisik dipergunakan sesuai dengan kebutuhan manusia.
Manusia tidak bisa lepas dari lingkungan, Perkembangan ilmu pengetahuan
tidak luput dari perdebatan intelektual yang sering terjadi pada ilmu pengetahuan
untuk mengembangkan teori atau konsep. Perlu pahami bahwa teori merupakan
konsep yang digunakan untuk menganalisis semua gejala sosial yang ada. Menurut
6. 2
Gibbs, menyatakan bahwa “Teori adalah sejumlah pertanyaan yang saling
berhubungan secara logis dalam bentuk penegasan empiris tentang berbagai jenis
peristiwa yang tidak terbatas ” (Damsar, 2017) . Teori sangat penting dipahami oleh
setiap akademisi untuk melihat realitas yang ada dengan kacamata teori.
Perspektif dan teori sangat penting untuk mengkaji tentang lingkungan, dari
lingkungan itulah pribadi seseorang akan terbentuk dengan sendirinya sesuai dengan
keadaan lingkungan itu sendiri. Jika lingkungannya baik maka akan membentuk
pribadi yang baik, dan jika lingkungannya buruk akan membentuk perilaku yang
buruk. Manusia akan berinteraksi dengan antara kondisi dalam diri dan kondisi
lingkungan luar. Artinya, manusia memiliki hubungan yang erat dengan lingkungan.
Manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam akan menimbulkan perubahan
terhadap ekosistem yang mempengaruhi kelestarian sumber daya alam itu sendiri.
Pemanfaatan sumber daya alam yang melebihi batas dapat menimbulkan kerusakan
alam dan menimbulkan bencana alam.
Dengan tidak sengaja manusia menjadi penggerak lingkungan itu sendiri atau
bisa diartikan bahwa manusia menciptakan alam sendiri. Seperti sekarang ini
kemajuan teknologi semakin pesat pengetahuan manusia semakin meningkat yang
dapat menjadi pemicu persaingan dan bukan hal yang tidak mungkin lagi manusia
akan melibatkan teknologi didalamya untuk mengekploitasi alam. Teknologi dapat
dipergunakan oleh manusia sebagai alat untuk pemenuhan kebutuhan hidup namun
jika sumber daya alam terus-terusan di gunakan secara berlebihan akan membuat
sumber daya alam yang tadinya melimpah semakin menipis tanpa adanya rencana
atau upaya berkelanjutan untuk kehidupan manusia dan kelestarian sumber daya
alam. Manusia terus meningkat setiap tahunnya dan otomatis kebutuhan juga akan
meningkat, sumber daya alam dipaksa untuk menyediakan kebutuhan manusia yang
semakain meningkat sedangkan manusia tidak bisa menggunakan sumber daya alam
dengan semestinya yang mengakibatkan sumber daya alam semakain menipis.
Semakin meningkat angka pertumbuhn manusia, maka semakin meningkat pula
tingkat eksploitasi sumber daya alam.
Manusia mengeksploitasi sumber daya alam hingga menimbulkan kerusakan
ekosistem atau lingkungan yang dapat berdampak juga pada mahluk hidup lainnya
7. 3
yang berada dilingkungan tersebut. Lingkungan memberikan manfaatnya kepada
manusia untuk keberlangsungan hidupnya dan pembangunan yang berkelanjutan,
oleh sebab itu keberlangsungan hidup dapat dikatakan apabila pembangunan
berkelanjutan itu berhasil.
Pembangunan keberlanjutan ini sangat perlu dibangun karna kemakmuran
manusia di masa depan tergantung dari proses pembangunan yang dibangun saat ini.
Banyak yang sudah menggunakan pembangunan berkelanjutan ini namun masih
banyak pula manusia yang hanya memikirkan saat ini saja tanpa berfikir panjang,
seharusnya perencanaan pembangunan jangka pendek diganti dengan pembangunan
jangka panjang. Dengan begitu sumber daya alam yang ada dapat dimanfaatkan
sesuai dengan yang seharusnya tanpa harus merusak ekosistem. Jika ekosistem sudah
rusak maka tidak ada yang bisa digunakan atau dimanfaatkan lagi oleh manusia. Jadi
manusia tidak boleh mengedepankan ego dalam menggunakannya.
8. 4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Kontradiksi Dan Titik Temu Antara Ekosentrisme Dan Antroposentrisme
Secara etimologi, term etika berasal dari bahasa Yunani ethos
yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom), sedangkan
dalam bahasa Inggris etika disebut dengan kata ethics (tata susila). Dan
dalam bahasa Latin, disebut dengan istilah mos, dengan bentuk pluralnya
mores yang berarti hukum susila. Dalam bahasa Arab, etika disebut
dengan istilah akhlaq (jamak dari Khuluqun) yang berarti budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau tabiat, tata krama, sopan santun, adab, dan
tindakan.
Etika merupakan salah satu cabang dari ilmu filsafat yang
membicarakan nilai dan moral yang menentukan perilaku seseorang/
manusia dalam hidupnya. Ia merupakan suatu refleksi ilmiah tentang
tingkah laku manusia atau sudut norma-norma, dari sudut baik dan buruk,
mana yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan, tentang baik atau
buruk untuk dilakukan, dan mana yang pantas atau tidak pantas untuk
dikerjakan.
Di dalam New Masters Pictorial Encyclopaedia dikatakan:
ethichs is science of moral philosophy concerned not with fact, but with
values; not with character of, but the ideal of human conduct ( Etika
adalah ilmu tentang filsafat moral, tidak mengenai fakta, tetapi tentang
nilai-nilai, tidak mengenai sifat tindakan manusia, tetapi tentang idealnya).
Etika lazimnya disebut filsafat moral adalah gambaran rasional mengenai
hakikat dan dasar perbuatan dan keputusan yang benar serta prinsipprinsip yang
menentukan klaim bahwa perbuatan dan keputusan tersebut
secara moral diperintahkan atau dilarang. Etika juga merupakan kebiasaan moral dan
sifat perwatakan yang berisi nilai-nilai yang terbentuk dalam
tingkah laku dan adat istiadat.
Antara term-term yang telah disebutkan di atas, ada yang
mempersamakan antara etika, moral, dan akhlak. Ketiga term ini, memiliki
kesamaan substansial jika dilihat secara normatif karena ketiganya
9. 5
menguatkan suatu pola tindakan yang dinilai “baik” dan “buruk”, hanya
pola yang digunakan didasarkan pada ide-ide yang berbeda.
pengertian lingkungan menurut kamus besar bahasa
Indonesia adalah keadaan sekitar yang mempengaruhi perkembangan dan
tingkah laku makhluk hidup. Lingkungan atau lingkungan hidup menurut
Munadjat Danusaputro adalah semua benda dan daya serta kondisi,
termasuk di dalamnya manusia dan tingkah-tingkah perbuatannya, yang
terdapat dalam ruang di mana manusia berada dan mempengaruhi
kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad-jasad hidup
lainnya. Sementara itu, menurut Otto Soemarwoto lingkungan hidup
diartikan sebagai ruang yang ditempati suatu makhluk hidup bersama
dengan benda hidup dan tak hidup di dalamnya. Manusia bersama
tumbuhan, hewan dan jasad renik menepati suatu ruang tertentu.
Definisi lingkungan hidup menurut Undang-undang Lingkungan Hidup No. 23
Tahun 1997 Pasal 1 yang kemudian disempurnakan oleh Undang-undang
No. 32 Tahun 2009, keduanya mendefinisikan pengertian lingkungan
hidup sebagai berikut:
"Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia
dan perilakunya, yang mempengaruhi perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain."
Dari uraian tentang pengertian kedua istilah di atas, yaitu etika
dan lingkungan, jika digabungkan mengandung arti bahwa etika
lingkungan merupakan sebuah prinsip dasar moral lingkungan yang
dijadikan sebagai petunjuk atau arah perilaku praktis manusia dalam
mengelola dan memanfaatkan alam, dalam hidupnya sebagai masyarakat.
Dengan etika lingkungan, kita tidak saja mengimbangi hak dan kewajiban
terhadap lingkungan, namun juga membatasi tingkah laku manusia agar
dalam setiap kegiatan tetap berada dalam batas kepentingan lingkungan
hidup kita. Menurut Keraf (2002), etika lingkungan adalah refleksi kritis tentang
bagaimana manusia harus hidup dan bertindak dalam situasi kongkret, situasi khusus
tertentu. Jika dalam filsafat memandang bahwa etika linkungan adalah filsafat moral
10. 6
atau ilmu yang membahas dan mengkaji secara kritis persoalan benar dan salah secara
moral, dan bagaimana harus bertindak dalam situasi kongkret.
Setiap tindakan memiliki kosekuensi atas apapun yang dilakukan terhadap alam
tersebut. Adapun prinsip etia lingkungan menurut Keraf, yaitu 1) sikap hormat terhdap
alam, 2) prinsip tangungjawab, 3) solidaritas kosmis, 4) prinsip kasih saying dan
kepedulian terhadap alam, 5) prinsip tidak merugikan terhadap alam, 6) prinsip hidup
sederhana dan selaras dengan alam, 7) Prinsip keadilan, 8) Prinsip demokrasi, 9)
Prinsip intergrasi moral. Kesembilan prinsip etika lingkungan tersebut diharapkan
mampu memfilter lingkungan hidup sebagai bentuk mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan untuk menjaga sumber daya alam agar tetap seimbang sehingga bisa
dikelola oleh generasi-generasi selanjutnya.
a. Ekosentrisme vs Antroposentrisme
Ekosentrisme adalah suatu teori etika lingkungan yang memusatkan etika pada
seluruh komunitas ekologi, baik yang hidup maupun yang tidak hidup. Secara
ekologis, mahluk hidup dan benda-benda abiotis lainnya saling terkait satu sama lain.
Oleh karena itu, kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi pada
mahluk hidup tetapi juga berlaku terhadap semua realitas ekologis (Hardjasoemantri
dalam Satmiadi, 2015). Arne Naess dalam Sutoyo (2013), filfuf asal Norwegia
memperkenalkan konsep ekologi mendalam (deep ecolgy).
etika ekosentrisme muncul sebagai respon atas munculnya
madzhab antroposentrisme yang dinilai telah gagal merumuskan etika
yang ramah lingkungan. Sebagaimana paradigma biosentrisme, paradigma
ekosentrisme ini merupakan paradigma yang menentang cara pandang
yang dikembangkan oleh antroposentrisme, yang membatasi keberlakuan
etika pada komunitas manusia saja. Ekosentrisme sering kali disebut
sebagai kelanjutan dari etika biosentrisme, karena keduanya memiliki
kesamaan dasar pandangan. Paradigma ini menyampaikan pandangannya
bahwa secara ekologis, makluk hidup dan benda-benda abiotis lainnya
saling terkait satu sama lainnya. Kewajiban dan tanggung jawab moral
tidak hanya dibatasi pada makluk hidup, tetapi juga berlaku terhadap
semua realitas ekologis.
11. 7
Deep ecology merupakan gerakan nyata yang disarkan pada perubahan paradigm
secara revolusioner, yaitu perubahan cara pandang, nilai dan gaya hidup. Penkanan
yang diberikan konsep lebih kepada kepentingan dan kelestarian lingkungan alam.
Pandangan juga berdasarkan etika lingkungan yang kritikal dan mendudukkan
lingkungan tidak saja objek moral, tetapi subjek moral. Maka semua yang hidum
dalam komunitas lingkungan maupun manusia atau mahluk hidup lainnya memiliki
perlakuan yang haruss sama dalam penegakan prinsisp-prinsip keadilan kontesknya
pada hubungan manusia dan lingkungan sesame moral subjek.
Istilah antroposentrisme mematik perdebatan baru yang hingga kini belum
berakhir. Teori ini merupakan teori etika lingkungan hidup yang
memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Manusia dan
kepentingannya dianggap yang paling menentukan dalam tatanan
ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitannya dengan alam, baik
secara langsung atau tidak langsung. Nilai tertinggi adalah
manusia dan kepentingannya. Hanya manusia yang mempunyai nilai dan
mendapat perhatian. Segala sesuatu yang lain di alam semesta ini hanya
akan mendapat nilai dan perhatian sejauh menunjang demi kepentingan
manusia. Oleh karena itu, alam pun dilihat hanya sebagai objek, alat dan
sarana bagi pemenuhan kebutuhan dan kepentingan manusia. Alam hanya
alat bagi pencapaian tujuan manusia dan alam dianggap tidak mempunyai
nilai pada dirinya sendiri.
Etika antroposentrisme ini bersumber dari pandangan
Aristoteles dan para filsuf modern Barat. Aristoteles dalam bukunya The
Politics menyatakan: tumbuhan disiapkan untuk kepentingan binatang, dan
binatang disiapkan untuk kepentingan manusia. Berdasarkan argumen
tersebut, maka dapat dipahami bahwa setiap ciptaan yang lebih rendah
dimaksudkan untuk kepentingan cipataan yang lebih tinggi. Karena
manusia merupakan ciptaan yang lebih tinggi dari pada ciptaan yang lain,
maka manusia berhak menggunakan semua ciptaan, termasuk semua
makhluk hidup lainnya, demi memenuhi kepentingan dan kebutuhannya.
Manusia boleh memperlakukan ciptaan yang lebih rendah sesuai dengan
kehendaknya dan menggunakan sesuai dengan keinginannya.
12. 8
Namun, sejauh ini, teori antroposentrisme ini dituduh sebagai
salah satu penyebab, bahkan penyebab utama dari krisis lingkungan hidup yang kita
alami sekarang. Dalam arikelnya yang berjudul Historical Roots
of Our Ecological Cricis, White Jr. mengatakan bahwa kerusakan alam
terjadi karena dipicu oleh ayat yang menjadikan dan memposisikan
manusia sebagai makhluk yang superior di hadapan alam semesta.
Krisis lingkungan hidup dianggap terjadi karena perilaku manusia yang
dipengaruhi oleh cara pandang antroposentrisme. Cara pandang ini
menyebabkan manusia mengeksploitasi dan menguras alam semesta demi
memenuhi kepentingan dan kebutuhan hidupnya, tanpa cukup memberi
perhatian kepada kelestarian alam. Cara pandang antroposentisme ini
melahirkan sikap dan perilaku rakus dan tamak yang menyebabkan
manusia mengambil semua kebutuhannya dari alam tanpa
mempertimbangkan kelestariannya, karena alam dipandang hanya ada
demi kepentingan manusia.
Kontradiksi dan titik temu antara ekosentrisme dan antroposentrisme, pada
contoh kasus yang terjadi di Laman Santong, Ketapang, Kalbar tentang investasi
sawit. Terdapat masyarakat yang pro dan kontra, yang dimana latar depan yaitu aksi
penolakan dan latar belakangnya adalah kekhawairan bersama yang bersumber dari
perbendaharaan pengetahuan yang selama ini bergantung dengan hutan.
Masyarakat takut jika invertasi itu bisa mematikan pencaharian masyarakat dan
merusak masa depan masyarakat, akan menimbulkan kerusakan serta bencana alam,
pemaknaan identitas sebagai masyarakat Laman Satong. Maka dilakukanlah suatu
kompromi beberapa kali yang dihadiri oleh subjek atau masyarakat asli Laman Satong.
Kontradiksi yang terjadi yaitu ketika mempunyai subjek 10 dan 6 orang tidak
mempunyai pengetahuan tentang sawit atau mempunyai pengamalan empiris dengan
sawit maka dapat dipastikan bahwa akan ada informasi yang disampaikan ke orang
lain tanpa tau yang sebenarnya. Mengapa demikian? Karna minimnya pengetahuan
tentang sawit akan menimbulkan praduga-praduga tentang sawit, misalnya sawit akan
menimbulkan bencana alam serta mengambil alih mata pencaharian masyarakat.
Namun kembali disinggung jika masyarakat menganut ekosentrisme tentu hutan
tidak akan dijadikan sebagai bahan eksploitasi karna sebelum masuknya investasi
13. 9
sawit masyarakat bekerja si sektor perkayuan. Yang dimana eksploitasi terhadap
produk kayu hutan ditengarai sudah berlangsung lama. Berdasarkan pemberitaan
media Kompas (2008) dilaporkan mengenai dijatuhkannya vonis pada Kapolres
Ketapang dan beberapa Perwira yang terlibat dalam aksi pembalakan liar.
Mulai menipisnya kayu serta peningkatan pengawasan pembalakan liar
menyebabkan investasi sawit diterima oleh masyarakat yang dimana juga harus
mempekerjakan masyarakat lokal, areal yang digunakan tidak produktif, mengikuti
adat istiadat. Dengan adanya sawit menciptakan pekerjaan baru bagi masyarakatnya.
Paradigma antroposentrime lah yang melatarbelakanginya, jika ekosentrisme yang
lebih berpengaruh kuat konversi atas areal hutan dan ladang tidak akan terjadi karena
hal itu justru akan mencabut adat budaya masyarakatnya.
Faktor yang terpenting dalam permasalahan lingkungan adalah besarnya
populasi manusia. Dengan tingkat pertambahan penduduk yang tinggi, kebutuhan akan
bahan pangan, bahan bakar, pemukiman dan kebutuhan dasar yang lainnya juga
meningkat. Pada gilirannnya juga akan meningkat limbah dosmetik dan limbah
industri sehingga mengakibatkan perubahan besar pada kualitas lingkungan hidup.
Permasalahan ini diperparah dengan ketergantungan manusia terhadap penggunaan
energi dan bahan baku yang tidak dapat diperbaharui. Kondisi ini terutama terjadi di
negara yang sedang berkembang di mana tingkat ekonomi dan penguasaan
teknologinya masih rendah. Dengan demikian, baik karena masalah lingkungan yang
global maupun karena keterkaitannya dengan ekonomi dunia yang telah mengalami
globalisasi. Permasalahan lingkungan kini
2.2. Peran Sosiologi Lingkungan Dan Ekologi Manusia Di Dalam Konsep Dan
Implementasi Sustainable Development
Sosiologi lingkungan didefinisikan sebagai cabang sosiologi yang memusatkan
kajiannya pada keterkaitan antar perilaku sosial manusia dengan lingkungan.
Ekologi adalah kelangsungan hidup makluk hidup yang mengedepankan
hubungantimbal balik antara manusia dengan makluk hidup lainnya di muka bumi.
Etikalingkungan adalah kepedulian manusia terhadap lingkungan yang tidak
berpusatpada diri individu dengan status moral. Manusia tidak boleh merusak
14. 10
lingkungankarena mereka memiliki moral. Manusia adalah mahluk sosial yang hidup
dengan cara berkelompok yang saling membutuhkan satu sama lain yang memiliki
akal fikiran.
Ekologi manusia adalah hubungan timbal balik antara manusia dengan
lingkungannya yang sudah terjalin sejak ribuan tahun yang menghasilkan sejumlah
bentuk strategi adaptasi. Pada awalnya manusia bertahan dengan strategi adaptasi
pengumpul-berburu, kemudian dilanjutkan dengan perladangan-perkebunan,
seterusnya dengan peternakan. Setelah itu berkembang pertanian intensif, dan strategi
yang terakhir adalah dengan cara kehidupan industri.
Ekologi manusia dapat dilihat dari latar belakang fisik dan manusia dengan
budayanya. Ilmu etnoekologi tidak hanya membahas aspek‐aspek alami saja
tetapi juga aspek manusianya, dengan ragam politis, ekonomis, sosiologis, politis, dan
budaya. Semua ragam dari aspek manusia tersebut dipahami dengan latar belakang
lingkungan alam dan lingkungan masyarakat. Ekologi manusia terbentuk dari hidup
yang berdampingan dan saling keterkaitan antara unsur alam, yaitu: iklim, cuaca,
batuan, tanah, bentuk muka bumi, air, danau, laut, samudera, air tanah, sungai,
tumbuhan, dan hewan. Hal ini dapat dicontohkan pada ekologi manusia dilihat dari
sudut pandang daerah kota dengan daerah desa. Ekologi manusia pada daerah
pedesaan akan terlihat unsur‐unsur alam yang lebih banyak saling keterkaitan dan
berdampingan, sedangkan pada ekologi manusia pada daerah perkotaan banyak di
dominasi teknologi yang direkayasa manusia sehingga manusia memodifikasi ekologi
dalam bentuk lingkungan buatan atau lingkungan teknologi (N. Daldjoeni 1982).
Unsur‐unsur fisik secara alami, yaitu: alam merupakan tempat tinggal manusia
dimana unsur‐unsur alam saling terkait dan berdampingan secara alami. Teknologi
yang maju di wilayah perkotaan mampu mengubah kondisi lingkungan dan
mengurangi keterkaitan antara unsur‐ unsur alam. Lingkungan kota merupakan
tiruan dari lingkungan alam yang wajar yang melayani kehidupan manusia agar sesuai
dengan keinginan manusia yang tak terbatas, contoh: alat pemanas di rumah, alat
penyejuk di rumah, air, dan listrik. Semakin maju teknologi yang dimiliki makin
mampu manusia untuk mengubah dan mengatur lingkungan alam. Akibat dari proses
15. 11
ini akan berpengaruh pada unsur‐unsur alam yang saling terkait dan berdampingan (N.
Daldjoeni 1982).
Faktor‐faktor ekologi sebagai tempat sumberdaya alam sering nampak
memberikan peranan yang dinamis di dalam perkembangan kebudayaan dan/atau
sebaliknya.
Dengan menggunakan waktu sebagai ukuran dasar perubahan, dalam pendekatan
pembangunan yang berpusat pada rakyat dibedakan antara strategi jangka panjang
dengan strategi jangka pendek. Strategi jangka panjang diperlukan untuk
menghancurkan struktur ketimpangan sosial, kelas dan bangsa. Prasyarat dasar bagi
proses ini termasuk pembebasan nasional dari dominasi kolonialisme dan
neokolonialisme, pergeseran dari strategi pertanian yang berorientasi ekspor, dan
kontrol yang lebih besar terhadap aktivitas-aktivitas perusahaan-perusahaan
multinasional. Strategi jangka pendek didefinisikan sebagai kebutuhan untuk
menemukan cara-cara menghadapi krisis-krisis yang sedang berlangsung, dengan
membantu masyarakat dalam produksi pangan melalui peningkatan diversifikasi
pertanian, sebagaimana juga kesempatan kerja di sektor formal dan informal.
Strategi perladangan-perkebunan sering dianggap sebagai awal dari peradaban,
karna manusia mulai menandai wilayah yang dipakai dan dimiliki bagi kelangsungan
hidupnya. Manusia tidak merubah bentang alam(lingkungan) pada tahap berburu-
meramu, namun mulai merubah dalam skala kecil pada tahap perladangan dan
peternakan. Pada bentuk strategi adaptasi kedua perubahan bentang alam sedikit
terjadi dan ada keterbatasan oleh musim.
Pada tahap pertanian intensi manusia mulai mengubah lingkungan dan
memanfaatkan prinsip gravitasi untuk mendistribusikan air melalui sistem irigasi.
Keterbatasan oleh musim membuat manusia mampu menandai saat menanam yang
tepat dengan melihat pada posisi bintang seperti Orion. Saat produksi pangan bisa
disimpan dan saat produksi pangan bisa disimpan dan pada saat proses produksi-
distribusinya terkendali maka kota pun lahir. Pembangunan kota sering mengubah
bentang alam dan bertujuan melawan pembatasan dari musim.
16. 12
Pada strategi manusia yang terakhir yaitu industri, manusia sudah bisa
mengurangi keterbatasan dari musim dan iklim. Namun kota dan industri sudah
meninggalkan proses alamiah dan mematikan indra manusia dalam interaksinya
dengan lingkungan. Manusia mampu menerapkan informasi melalui rencana dan blue
print-nya untuk produksi-distribusi, namun mengabaikan faktor penentu dari
lingkungan. Faktor penentu ini adalah iklim dan keadaan topografis dari lokasi
kegiatan industrinya.
Daniel Chira (ahli lingkungan) dan W.L. Thomas (ahli geografis-budaya)
mengambil pendapat para antropolog-arkeolog yang menyatakan bahwa perladangan-
perkebunan di Asia diawali di daerah sekitar Timur Tengah dan Selatan Asia yaitu
India, dan Asia Tenggara. Antropolog Yehudi Cohen dan Phillip Kottak melihat
bahwa perladangan adalah langkah awal manusia yang mulai mengubah
lingkungannya walaupun dalam skala yang kecil. Sebagai suatu sistem produksi
makanan, strategi adaptasi perladangan mengambil lahan secukupnya. Para peladang
tetap menyediakan atau menyisakan lahan untuk penanaman di masa depan sekaligus
untuk memulihkan kesuburannya kembali. Dalam hal ini Otto Soemarwoto pernah
mengingatkan pentingnya pentingnya melaksanakan “prinsip secukupnya” dalam
pemanfaatans sumber daya lahan. Hadirnya lahan (ruang) yang dicadangkan,
menunjukkan pemanfaatan yang bersifat protektif. Di kalangan peladang sering ada
daerah terlarang yang harus selalu dilindungi dan sama sekali tidak boleh dijamah, dan
umumnya berada di sekitar mata air. Sifat protektif (preservation principle) sebagai
prinsip dari perladangan ini, sering tidak terlihat dan diabaikan oleh orang luar. Ahli
filsafat Australia, Warwick Fox, memilah interaksi manusia dengan lingkungannya
dalam beberapa pola. Pola pertama, manusia mengeksploitasi lingkungan semaksimal
mungkin. Pola kedua, manusia memanfaatkan lingkungannya dengan prinsip
konservasi untuk produksi. Pola ketiga, manusia memanfaatkan lingkungannya dengan
prinsip protektif untuk menjaga keauntetikan sebuah sumber daya alam.
Manusia, sebagaimana makhluk lainnya memiliki keterkaitan dan
ketergantungan terhadap alam dan lingkungannya. Namun demikian, pada akhir-akhir
ini manusia justru semakin aktif mengambil langkah-langkah yang merusak, atau
bahkan mengahncurkan lingkungan hidup. Hampir setiap hari kita mendengar berita
tentang kerusakan alam yang timbul pada sumber air, gunung, laut atau udara.
17. 13
Pemanfaatan alam lingkungan secara serampangan dan tanpa aturan telah
dimulai sejak manusia memiliki kemampuan lebih besar dalam menguasai alam
lingkungannya. Dengan mengeksploitasi alam, manusia menikmati kemakmuran
hidup yang lebih banyak. Namun, sayangnya seiring dengan kemajuan ilmu dan
teknologi alam lingkungan malah dieksploitasi sedemikian rupa sehingga
menimbulkan kerusakan yang dahsyat.
Kerusakan alam yang ditimbulkan oleh manusia bersumber dari cara pandang
manusia terhadap alam lingkungannya. Dalam pandangan manusia yang oportunis,
alam adalah barang dagang yang menguntungkan dan manusia bebas untuk melakukan
apa saja terhadap alam. Namun sebaliknya manusia akan memandang alam sebagai
sahabatnya dan tidak bisa dieksploitasi secara sewenang-wenang.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan masyarakat dalam peran serta dalam
audit lingkungan, yaitu prinsip prinsip pengelolaan lingkungan. Prinsip-prinsip dasar
pengelolaan lingkungan sering dikenal dengan 5 R Plus. Pertama adalah replace ganti
bahan baku/teknologi proses. Hal yang berkaitan dengan upaya untuk mencegah
pencemaran atau kerusakan lingkungan akibat dari sumber kegiatan. Kedua, reduce
dengan cara mengendalikan pencemaran dengan sumber perusakan lingkungan
melalui cara mengurangi beban pencemaran dan/atau dengan melakukan penghematan
sumber daya. Ketiga recyle daur ulang limbah. Prinsip ini untuk mengurangi
pencemaran saat proses melalui pemanfaatan limbah. Keempat adalah reuse gunakan
kembali limbah hasil produksi. Kelima adalah recovery melakukan pemulihan akibat
pencemaran dan kerusakan lingkungan. Untuk itu ada hal lain yaitu membuang limbah
secara aman dan memenuhi peraturan.
Prinsip-prinsip pengelolaan lingkunga tersebut hakikatnya mensyaratkan
perubahan perilaku manusia dalam kaitan dengan pemanfaatan sumber daya alam.
Seacra teoritis empirik kemudian dikenal langkah-langkah untuk membuat prinsip-
prinsip tersebut menjadi instrumen normatif dan prosedural, seperti pembentukan
gerakan moral, pemberian insentif ekonomi, merumuskan kebijakan dan penegakan
hukum.
Hubungan manusia dengan lingkungan alam ini sangat berkaitan dan
berkesinambungan terus menerus, seperti ikan yang hidup di air jika keluar dari air
18. 14
hanya beberapa menit saja ikan akan mati. Begitu juga jika airnya tercemari oleh racun
yang terus menerus, juga dari limbah industri hasil kreasi manusia ada sebagian ikan
mati, maka ekosistem air di kolam/sungai/danau/laut akan terganggu, lama kelamaan
produksi ikan terganggu. Jika begitu kita sebagai manusia tidak akan bisa
mengkonsumsi ikan yang sehat lagi, apalagi banyak kasus pengebooman ikan oleh
nelayan yang sangat cepat merusak lingkungan habitat ikan di laut.
Masalah lingkungan hidup baik di perkotaan maupun di perdesaan adalah
masalah bersama dan secara kolektif hal ini menjadi masalah nasional. Untuk dapat
mewujudkan penanganan hal tersebut diatas, diperlukan komitmen berbagai pihak
untuk mengubah pendekatan pembangunan yang selama ini terlalu berorientasi pada
pertumbuhan ekonomi semata tanpa memperhitungan batasan toleransi daya dukung
lingkungan ataupun ekologi. Program ini memerlukan dukungan tidak hanya dari
kalangan pemerintah atau birokrat tetapi juga dunia usaha dan masyarakat. Pemerintah
memandang perlu untuk melakukan intervensi terhadap penanganan masalah
lingkungan mengingat situasi dan kondisi yang ada tidak mengalami perbaikan justru
mengalami penurunan kualitas lingkungan.
Strategi pembangunan berpusat pada rakyat memiliki tujuan akhir untuk
memperbaiki kualitas hidup seluruh rakyat dengan aspirasi-aspirasi dan harapan
individu dan kolektif, dalam konsep tradisi budaya dan kebiasaan-kebiasaan mereka
yang sedang berlaku. Tujuan objektif dalam strategi pembangunan berpusat pada
rakyat pada intinya memberantas kemiskinan absolut, realisasi keadilan distributif, dan
peningkatan partisipasi masyarakat secara nyata. Prioritas awal diperuntukkan pada
daerah yang tidak menguntungkan dan kelompok-kelompok sosial yang rawan
terpengaruh, termasuk wanita, anak-anak, generasi muda yang tidak mampu, lanjut
usia, dan kelompok-kelompok marginal lainnya.
Model ekologi mencakup badan yang berkembang dari teori dan penelitian
berkaitan dengan proses dan kondisi yang mengatur jalannya perkembangan manusia
seumur hidup di lingkungan yang sebenarnya di mana manusia hidup. Dalam teori
ekologi memandang perkembangan manusia merupakan hasil interaksi atau transaksi
antara kekuatan internal dan kekuatan eksternal. Interaksi merupakan dasar bagi
perkembangan manusia. Interaksi diartikan sebagai aktivitas saling mempengaruhi
19. 15
antara kekuatan internal (organisme dengan berbagai atributnya) dan kekuatan
eksternal (lingkungan: fisik, psikologis, maupun sosial).
Bentuk interaksi yang terjadi kemungkinan adalah individu dipengaruhi
lingkungan, lingkungan dipengaruhi individu, atau individu dan lingkungan secara
menetap berinteraksi satu sama lain sehingga mengalami perubahan. Dalam konsep
lingkungan perkembangan manusia, lingkunganadalah sesuatu yang melekat pada
individu. Setiap saat individu tidak dapat lepas dari lingkungannya, bahkan terus
berinteraksi tiada henti (intensif dan berkesinambungan) dalam suatu proses yang
dinamis dan saling mempengaruhi.
Pengaruh perubahan ekosistem terhadap tatanan sosial, ekonomi, politik, dan
budaya setempat. Karena luasnya cakupan ekologi manusia maka terbuka pilihan –
pilihan relung kajian yang din sesuaikan dengan latar belakang dan tradisi keilmuan,
satuan sosial yang di telaah (keluarga, kelompok, komunitas, dan masyrakat) serta
ekosistem penyangga kehidupannya (ekosistem hutan, pantai, sungai, desa dan kota0
dalam ruang dan waktu tertentu. Bagi kalangan ahli gizi dan ilmu keluarga bahwa
tubuh manusia akan seimbang bila di berikan gizi yang seimbang begitu juga dengan
ekologi dan perkembangan manusia itu sendiri.
Perilaku manusia terhadap lingkungan menimbulkan banyak sekali perubahan
dalam hal positif maupun negatifnya. Manusia di tuntut untuk mengikuti
perkembangan zaman agar tidak ketinggalan, tetapi kadang hal itulah yang memicu
manusia berulah sesuaoi dengan kehendaknya tanpa memikirkan kesehatan
lingkungannya sendiri.
Konsep dan asumsi, sebagai sebuah bidang ilmu ekologi manusia berkembang
dari keniscayaan adanya interaksi manusia (man and culture) dan alam (nature), yang
sebenarnya telah berlangsung sejak sejarah mencatat eksistensi kehidupan di planet
bumi ini. Bidang ilmu ekologi manusia sangat diperlukan kehadirannya dalam dunia
ilmu pengetahuan , karena kemampuannya dalam memberikan landasan teoritik dan
konseptual yang berguna untuk memaknai dan memahami fonomena dan fakta
hubungan interaksional manusia dan alam serta perubahan sosial dan ekologis yang
terjadi di alam.
20. 16
Konsep ekologi manusia yang dimana dapat dikatakan sebagai studi yang
mempelajari bentuk dan perkembangan komunitas dalam sebuah populasi manusia.
Manusia tidak akan pernah terlepas dari alam karna manusia sangat bergantung pada
alam. Keberlangsungan hidup generasi mendatang tergantung dari manusia saat ini.
Oleh sebab itu perlu ditanamkan paradigama ekosentrisme disini yang dimana
manusia dan alam memiliki kesetaraan yang sama, atau tingkatan yang sama. Jadi
manusia akan senantiasa menjaga alam untuk digunakan dalam waktu yang panjang,
itulah sebabnya pembangunan berkelanjutan perlu untuk dilaksanakan karna
pertumbuhan manusia akan selalu meningkat jadi tentu saja kebutuhan manusia juga
akan semakin meningkat pula. Jika kekayaan alam terus digunakan secara
berlebihan/habis-habisan maka sama saja manusia merusak alam atau ekosistem yang
dapat mengurangi jumlah sumber daya yang tersedia akan rusak dan menipis, tidak
ada yang tersisa untuk generasi yang selanjutnya.
Sama halnya dengan yang sudah dijelaskan diatas, contoh kasus pengebooman
ikan, pencemaran lingkungan jika itu dilakukan ekosistem laut akan rusak, ikan akan
mati serta berkurang dampaknya juga akan dirasakan oleh manusia sendiri, padahal
kita tahu ikan adalah makanan sehat yang dikonsumsi oleh manusia, bagaimana jika
ikan yang dikonsumsi beracun tentu akan berdampak pada kesehatan manusia.
Semakin banyaknya bencana alam yang terjadi di dunia, dapat membuat
manusia sadar bahwa, alam sepertinya telah bosan dengan aktifitas manusia yang
semakin hari semakin merampas haknya. Tetapi tidak pernah melakukan
kewajibannya. Eksploitasi alam yang semakin meningkat tanpa diimbangi dengan
kearifan untuk menjaga alam, saat itu yang terjadi alam akan merasa terusik dengan
apa yang telah dilakukan oleh manusia. Ketika alam mulai terusik maka alam akan
menunjukan amarahnya dengan terjadinya bencana di mana-mana, kebanjiran yang
tiada henti, kebakaran yang terus melanda diakibatkan keserakahan dari diri manusia
itu sendiri. Pada intinya pembangunan jangka panjang sangat dibutuhkan guna
mengatur pola hidup atau tingkah laku manusia agar tidak semena-mena dalam
mengguakan sumber daya alam.
2.3. Determinisme Karakteristik Lingkungan Alam Terhadap Corak Interaksi
Komunitas
21. 17
Determinisme adalah aliran filsafat yang berpendapat bahwa manusia tidak
mempunyai kebebasan untuk berbuat dan berkehendak. Menurut aliran ini, segala
sesuatu dalam alam ini diatur oleh sebab musabab, manusia tidak terkecuali.
Manusia hidup di dunia selalu melakukan interaksi dan adptasi dengan alam.
Manusia melakukan adaptasi dan interaksi ekosistem. Pembahasan tentang manusia
dengan alam memang sangat kompleks dan rumit. Kompleksitas interaksi dan adaptasi
manusia dengan alam tidak terlepas dari pengaruh unsur botik dan abiotik yang ada
dilingkungan sekitarnya.
Determinisme lingkungan dikenal dengan determinisme iklim atau determinisme
geografi adalah pandangan bahwa lingkungan fisik bukannya kondisi sosial yang
menentukan kebudayaan. Bisa dikatakan iklim cuaca sangat berpengaruh dalam
kehidupan manusia yang menuntun terjadinya interaksi di dalam komunitas itu sendiri,
menentukan pola fikir serta tindakan ditentukan oleh itu. Misalnya iklim tropis
dikatakan menyebabkan kemalasan dan sikap santai , sementara seringnya perubahan
cuaca di daerah sub-tropis cenderung membuat etos kerja yang lebih bersemangat.
Semua ruang aktifitas manusia (antroposfera) dan budayanya tidak bisa lepas
dari atmosfer, biosfer, hidrosfer dan litosfer. Manusia sangat bergantung dari keempat
hal tersebut. Manusia melakukan adaptasi dan interaksi mengembangkan budaya
sehingga terjadi perubahan-perubahan ekosistem. Pengembangan budaya dan
perubahan ekosistem akan nampak pada fenomena lingkungan alam, lingkungan
masyarakt, dan secara keseluruhan fenomena tersebut dapat dilihat dari sejarah.
Lingkungan alam memandang bahwa ilmu bumi sebagai sudut pandang
menggunakan biologi untuk memahami pola flora dan fauna baik secara regional
maupun global, dan matematika serta fisika untuk memahami pergerakan bumi dan
hubungannya dengan anggota tata surya yang lain.
rinci dapat dikatakan bahwa kegiatan produktif dalam interaksi manusia dengan
alam seperti: eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya alam dari bumi oleh manusia,
produksi dari komoditi berupa bahan mentah, bahan pangan, dan barang pabrik (N.
Daldjoeni 1982).
22. 18
Tahap perkembangan selanjutnya kegiatan produktif yang dilakukan individu,
kelompok, dan/atau suatu negara terhadap hubungan dengan daerah lain, yaitu:
produksi, transportasi, dan pemasaran komoditi dalam hubungannya hal tersebut dari
sudut etnoekologi kita berusaha menjawab pertanyaan‐pertanyaan, seperti: jenis
kegiatan produktif apakah yang dilakukan manusia?, selanjutnya di mana dilakukan?,
mengapa?, kapan?, dan bagaimanakah kegiatan itu dilaksanakan?. Kegiatan
produktif yang dilakukan individu, kelompok, dan/atau suatu negara terhadap
hubungan dengan daerah lain, yaitu: produksi, transportasi, dan pemasaran komoditi
terlebih dulu kita memperhatikan pokok‐pokok dasarnya, yaitu: latar belakang
geografi dan penduduk dunia dalam hubungannya dengan masalah pangan (N.
Daldjoeni 1982).
Kunci dari uraian di atas menurut H. Robinson (1979) bahwa: alam dan
kondisinya yang ada hanya sekedar menawarkan ketersediaan sumber daya alami,
sedangkan kondisi manusialah yang akan menentukan tingkat pemanfaatan
sumberdaya alami tersebut. Uraian H. Robinson tersebut yang menggunakan paham
possibilisme dari Vidal De La Blache (1845‐ 1918), yaitu: alam hanya menyediakan
bahan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, tetapi tingkat pemanfaatan
ditentukan dari tanggapan manusia pada lingkungannya dalam hal ini peran teknologi,
keahlian, organisasi, dan tenaganya sangat besar (N. Daldjoeni 1982). Kegiatan
produktif manusia tidak bisa terlepas dari perjuangan hidup Geograf Belanda H.J
Keuning membahas cara manusia memenuhi semua kebutuhannya, perjuangan
manusia dalam bentuk apapun selalu terikat oleh suatu tempat atau wilayah tertentu
dimuka bumi, kondisi alam ini berpengaruh pada perjuangan hidup manusia (N.
Daldjoeni 1982). Kegiatan‐kegiatan produktif, reproduktif, dan sosial sedikit
banyak sangat dipengaruhi oleh faktor topografi, iklim, suhu, dan air. Faktor‐ faktor
tersebut akan mempengaruhi produksi, transportasi, dan pemasaran dari kegiatan
produktif, reproduktif, dan sosial tersebut. Budaya dalam bentuk nonmateriil yaitu:
sistem kepercayaan, adat‐ istiadat, kesenian, sistem pengetahuan, dan bahasa/sastra,
sedikit banyaknya dipengaruhi oleh alam dan merupakan hasil adaptasi terhadap alam.
Menurut N. Daldjoeni (1982), Bryan (1933) sebagai penganut aliran cultural
geography menekankan berbagai macam bentuk interaksi manusia dengan
alam. Sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi bentang alam bumi yang dihuni oleh
23. 19
manusia merupakan sebagai bentuk nyata dari interaksi dan adaptasi manusia pada
lingkungan alamnya. Dalam bukunya Man’s Adaptation to Nature bahwa antara
wilayah satu dengan wilayah yang lainya terdapat perbedaan dalam cultural landscape,
yaitu: bentang alam budaya. Ada empat aspek bentang alam budaya yaitu: 1. Sarana‐
sarana mobilisasi manusia dan barang. 2. Proses‐proses khusus, contoh: kegiatan
pertanian, perkebunan, kehutanan, dan perairan. 3. Bentuk‐bentuk struktural, contoh:
pemukiman masyarakat, lahan garapan, pertambangan, dan industri. 4. Hasil‐hasil dari
kegiatan manusia, contoh: pangan, sandang, kesehatan masyarakat, dan pemerintahan.
Bentang alam budaya yang disebutkan di atas belum mampu menguraikan wilayah
tersebut karena hanya memperhatikan adaptasi manusia yang sifatnya materiil
saja. Bentang alam budaya tersebut harus memperhatikan semua faktor yang ada
untuk menafsirkan karakteristik wilayah tersebut. Pandangan hidup dan keyakinan
yang di pegang oleh masyarakat tersebut perlu juga digunakan sebagai dasar untuk
menafsirkan karekteristik wilayah tersebut, sehingga diperoleh ciri‐ciri yang khas yang
membuat berbeda dengan daerah lain. Prilaku manusia dalam interaksi dan
adaptasinya pada lingkungan alam dengan cara mengembangkan budaya, hal ini
nampak dalam teknik‐ teknik mengelola lahan, membentuk pemukiman, peralatan
pertanian/perkebunan, peralatan rumah tangga, pakaian, makanan dan
sebagainya. Perbedaan baik sedikit maupun banyak antara daerah satu dengan yang
lainnya terlihat pada hal‐hal yang nampak tersebut.
24. 20
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ekosentrisme adalah suatu teori etika lingkungan yang memusatkan etika pada seluruh
komunitas ekologi, baik yang hidup maupun yang tidak hidup. Secara ekologis, mahluk
hidup dan benda-benda abiotis lainnya saling terkait satu sama lain. Oleh karena itu,
kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi pada mahluk hidup tetapi
juga berlaku terhadap semua realitas ekologis (Hardjasoemantri dalam Satmiadi, 2015).
Arne Naess dalam Sutoyo (2013), filfuf asal Norwegia memperkenalkan konsep ekologi
mendalam (deep ecolgy).
Istilah antroposentrisme mematik perdebatan baru yang hingga kini belum
berakhir. Teori ini merupakan teori etika lingkungan hidup yang
memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Manusia dan
kepentingannya dianggap yang paling menentukan dalam tatanan
ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitannya dengan alam, baik secara
langsung atau tidak langsung.
Sosiologi lingkungan didefinisikan sebagai cabang sosiologi yang memusatkan
kajiannya pada keterkaitan antar perilaku sosial manusia dengan lingkungan.
Ekologi adalah kelangsungan hidup makluk hidup yang mengedepankan
hubungantimbal balik antara manusia dengan makluk hidup lainnya di muka bumi.
Etikalingkungan adalah kepedulian manusia terhadap lingkungan yang tidak
berpusatpada diri individu dengan status moral. Manusia tidak boleh merusak
lingkungankarena mereka memiliki moral. Manusia adalah mahluk sosial yang hidup
dengan cara berkelompok yang saling membutuhkan satu sama lain yang memiliki
akal fikiran.
Ekologi manusia adalah hubungan timbal balik antara manusia dengan
lingkungannya yang sudah terjalin sejak ribuan tahun yang menghasilkan sejumlah
bentuk strategi adaptasi. Pada awalnya manusia bertahan dengan strategi adaptasi
pengumpul-berburu, kemudian dilanjutkan dengan perladangan-perkebunan,
25. 21
seterusnya dengan peternakan. Setelah itu berkembang pertanian intensif, dan strategi
yang terakhir adalah dengan cara kehidupan industri.
Determinisme adalah aliran filsafat yang berpendapat bahwa manusia tidak
mempunyai kebebasan untuk berbuat dan berkehendak. Menurut aliran ini, segala
sesuatu dalam alam ini diatur oleh sebab musabab, manusia tidak terkecuali.
Manusia hidup di dunia selalu melakukan interaksi dan adptasi dengan alam.
Manusia melakukan adaptasi dan interaksi ekosistem. Pembahasan tentang manusia
dengan alam memang sangat kompleks dan rumit. Kompleksitas interaksi dan adaptasi
manusia dengan alam tidak terlepas dari pengaruh unsur botik dan abiotik yang ada
dilingkungan sekitarnya.
Tindakan atau pola fikir manusia dapat ditentukan dengan iklim yang terjadi saat
itu juga.
26. 22
DAFTAR PUSTAKA
Aminatun, D. T. (2010). Etika Lingkungan Global.
A. Sonny Keraf. (2010). Etika Lingkungan Hidup (Jakarta: PT Kompas Media
Nusantara, 2010), hal. 47-48. digilib.uinsby.ac.id. 16–37.
Chang.W 2000. Moral Lingkungan Hidup Jogyakarta: Kanisius
Ekologi Manusia dan Pembangunan Berkelanjutan - Oekan S. Abdullah - Google Buku
Ekologi Manusia: Konsep, Implementasi, dan Pengembangannya - Weka Widayati -
Google Buku
etheses.iainkediri.ac.id
Ginting Suka, 2012. Teori Etika Lingkungan. Denpasar: Udayana University Press
https://batukarinfo.com/system/files/Etnoekologi.pdf
https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=paradigma+ekosentrisme
+vs+antroposentrisme&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3DnTXO1uFzM-YJ
http://repository.upi.edu/36839/
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=Icu2DwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR1&
dq=info:89ImDPyWeScJ:scholar.google.com/&ots=7RGdbvJYz7&sig=6Zg8-
nglzFrCXvkm3Uxvvc6Xw3E&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false
https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0,5&q=kontradiksi+antara+ekosentris
me+dan+antroposentrisme#d=gs_qabs&u=%23p%3DIcWEc-LbORYJ
https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=artikel+tentang+lingkung
an&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3D89ImDPyWeS
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=XnHsDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1
&dq=info:6i5ThBfCxPsJ:scholar.google.com/&o
27. 23
Keraf, A. S. (2010). Etika lingkungan hidup - A. Prosiding, 2(42), 521–525.
https://books.google.co.id/books?id=gW6qG0DQ2_cC&printsec=frontcover#v=on
epage&q&f=false%0Ahttps://books.google.co.id/books?id=gW6qG0DQ2_cC&pri
ntsec=frontcover&dq=lingkungan+hidup&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwit1Pulktj
mAhUCcCsKHQHNBy8Q6AEIKTAA#v=onepage&q=lingkungan
Krisis Lingkungan : Perlunya Etika Lingkungan Baru ? Kerangka Diskusi : (n.d.). 1–31.
Nurkamilah, C. (2018). Etika Lingkungan Dan Implementasinya Dalam Pemeliharaan
Lingkungan Alam Pada Masyarakat Kampung Naga. Religious: Jurnal Studi
Agama-Agama Dan Lintas Budaya, 2(2), 136–148.
https://doi.org/10.15575/rjsalb.v2i2.3102
Prof.Dr.Ir.H. ADNAN KASR. (2006). Ekologi Dan Ilmu Lingkungan | Kumpulan
Artikel. Espada Blog. http://mangihot.blogspot.com/2016/11/ekologi-dan-ilmu-
lingkungan.html
Rukandar, D. (2010). ETIKA LINGKUNGAN. هرامش 8; ص 99-117.
Suparto. (2009). Menyakralkan Yang Profan Dan Memrofankan Yang Sakral?
Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur, & Sipil), 3, 20–21.
Soerjani, P. D. M. (2001). Ekologi Manusia dan Alam Semesta. 1–31.