2. Nasionalisme adalah suatu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (nation) dengan mewujudkan suatu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia
8. Partisipasi Pendidikan 4,3 juta siswa masuk SD setiap tahun, dan hanya 1,7 juta siswa yang lulus SMU setiap tahun hanya 18% (4,5 juta jiwa) masyarakat berusia 17-25 tahun (sekitar 25 juta jiwa) yang dapat menikmati perguruan tinggi
10. KETIMPANGAN PERTUMBUHAN Antara kota dan Desa Antara Barat dan Timur Antara Pusat dan Daerah Antara Jawa dan Luar Jawa DPR menaikkan nilai belanja dalam RAPBN 2011 menjadi Rp 1.229,5 triliun dari jumlah awal dalam Nota Keuangan 2011 yang sebesar Rp 1.202 triliun. Dari jumlah itu Rp 836,57 triliun untuk belanja pemerintah pusat, dan sisanya Rp 392,98 triliun untuk transfer ke daerah.
11. BHINEKA TUNGGAL IKA GAM vs TNI, Islam vs Kristen di Maluku dan Poso, Dayak vs Melayu vs Madura di Kalimantan, sentimen anti-cima separatisme di Papua, hingga LSI vs LPI.....
13. 2011 : Tahun Konsolidasi Politik Migrant Democracy and Native Democary (Anis Matta) Oposisi akan melihat dan menunggu di tahun 2011 (Fadjroel Rahman) Pemimpin Militer dan Dinamika Rakyat Sipil (Anies Baswedan) Ekonomi Indonesia akan berkembang karena ditunjang oleh Stabilitas Politik (Umar Juoro) Indonesia Harus lebih bisa mengolah Daya Budi Ketimbang Budi Daya (Taufik Rhazen)
16. Nasionalisme diprediksikan akan lenyap sejalan dengan semakin sebuah negara menjadi modern (Ian Adams) ? pertama, hasrat untuk bersatu sebagai bangsa (nationalist passion) hanyalah salah satu tahap menuju sebuah negara modern yang liberal dan demokratis di mana kepentingan-kepentingan yang lebih pragmatik dan individual akan lebih mendominasi corak kehidupan masyarakat dibanding kebutuhan akan penegasan diri dalam sebuah identitas nasional (Ian Adams, Political Ideology Today, 1995: 83). Kedua, nationalist passion kalah bersaing dengan menguatnya politik identitas di mana orang mengidentifikasi diri tidak lagi dengan sebuah bangsa, tetapi dengan sebuah etnis atau agama tertentu. Tesis ini seakan menemukan kebenaran ketika satu persatu negara bagian Uni Soviet melepaskan diri dan menjadi negara merdeka berdasarkan kesamaan etnis dan agama. Ketiga, hasrat untuk bersatu sebagai bangsa kehilangan raison d’être ketika diterjang gelombang globalisasi. Di sini orang mempertanyakan relevansi nasionalisme ketika batas-batas wilayah negara menjadi semakin kabur dan negara-negara “terpaksa” masuk menjadi anggota dari “a borderless society” karena tuntutan atau dikte pasar bebas dan liberalisasi ekonomi (bdk I Wibowo dkk, Neoliberalisme, Cindelaras, 2003: 326–331).
17. Nasionalisme Indonesia ? Pertama, beberapa pengalaman kolektif seharusnya menjadi “roh baru” pembangkit semangat nasionalisme Indonesia. Misalnya, keberhasilan para siswa kita dalam olimpiade Fisika, Kimia, Biologi atau Matematika di tingkat regional dan internasional, keberhasilan atlet menjadi juara dunia (tinju), prestasi pemimpin kita menjadi menteri ekonomi terbaik di Asia (Dr. Sri Mulyani Indrawati) dan seterusnya. Sebaliknya, pengalaman dicemoh dan direndahkan sebagai bangsa terkorup, sarang teroris atau bangsa pengekspor asap terbesar seharusnya memicu kita untuk berubah dan tampil sebagai bangsa terpandang. Kedua, negara Indonesia sangat plural. Identifikasi sebuah kelompok etnis atau agama pada identitas kolektif sebagai bangsa hanya mungkin terjadi kalau negara mengakui, menerima, menghormati, dan menjamin hak hidup mereka. Masyarakat akan merasa lebih aman dan diterima dalam kelompok etnis atau agamanya ketika negara gagal menjamin kebebasan beragama—termasuk kebebasan beribadah dan mendirikan rumah ibadah, persamaan di hadapan hukum, hak mendapatkan pendidikan yang murah dan berkualitas, hak memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak, dan sebagainya.
19. Nobel objection tantangan Creation of nobility Nobel activity Takdir mimpi Tidak cocok menjauh komunitas Terlalujauh perubahan Indonesia mandiri Tidak bisa menjawab Realita cara pandang masyarakat
20. Tantangan bagi nasionalisme Indonesia ke depan adalah bagaimana kita mewujudkan sebuah negara kebangsaan yang bersifat liberal-demokratis di mana hak-hak dasar setiap warga negara diakui, dihormati, dan dijamin, di mana hukum ditegakkan secara pasti dan adil, di mana negara mewujudkan kesejahteraan umum, dan sebagainya. Itulah alasan dasar tekad para pemuda 78 tahun yang lalu, yakni menjadi satu Indonesia demi mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.