2. DAFTAR PUSTAKA
1. Othmer E, Othmer SC. The clinical interview using
DSM-IV. Volume1: Fundamentals. Washington:
American Psychiatric Press Inc., 1994.
2. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s
synopsis of
psychiatry. 9th ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins, 2003.
3. LATAR BELAKANG
Wawancara psikiatri merupakan salah satu modal dasar yang harus
dimiliki dalam pemeriksaan psikiatri, karena selain bertujuan untuk
(1). mendapatkan data & memahami permasalahan, wawancara
tersebut juga harus (2). bersifat terapeutik, serta dapat (3).
mengkomunikasikan rencana terapi.
Berbeda dengan wawancara medik biasa:
- wawasan/tilikan pasien terhadap gangguannya sering tidak
ada atau tidak penuh.
- sikap pasien, suasana perasaan pasien, kemampuan
pasien menilai diri atau lingkungannya mempengaruhi
jalannya wawancara, juga dapat mempengaruhi sikap dan
perasaan pewawancara
4. LATAR BELAKANG
diperlukan teknik-teknik tertentu agar pemeriksa
dapat mengendalikan jalannya wawancara,
membina rapport serta mendapatkan data yang
akurat tanpa bersikap kontra-terapeutik
Selama melakukan wawancara, identifikasi
gejala/tanda yang terdapat pada pasien,
menginterpretasikan ke dalam suatu sindroma
klinik untuk dapat menegakkan diagnosis (dalam
hal ini diagnosis menggunakan ICD-10 PC).
5. MATERI TEKNIK WAWANCARA:
I. Strategi Membina Rapport
II. Strategi Mendapatkan Informasi
III.Pemeriksaan Status Mental
7. I. STRATEGI MEMBINA RAPPORT
Definisi Rapport:
interaksi atau relasi antara pasien dengan
pewawancara yang di dalamnya terdapat rasa
percaya (trust) dan pemahaman /pengertian
(understanding). Pasien merasa dimengerti
dan ‘diterima’.
8. Strategi Membina Rapport:
1. Buat suasana nyaman bagi pasien dan
pewawancara
2. Temukan hal-hal yang menyebabkan penderitaan
pasien, dan perlihatkan kepedulian terhadap hal
tsb.
3. Menilai tilikan dan menjadi pendamping pasien
4. Tunjukkan keahlian
5. Bangun sikap kepemimpinan (sbg dokter dan
terapis)
6. Seimbangkan peran sbg pendengar yang
berempati,
seorang ahli, dan sbg terapis.
9. 1. BUAT SUASANA NYAMAN BAGI PASIEN DAN
PEWAWANCARA
Saat pasien datang pertama kali dengan keluhan
psikologis, umumnya ia menghadapi perasaan
skeptis, cemas, gugup, ketidakyakinan atau
bingung.
Kondisi ini dapat diatasi dengan cara membuka
wawancara dengan percakapan dasar dan ringan,
bertujuan lebih mengenal/dekat dengan pasien,
bukan untuk mencari diagnosis secara dini.
Lingkungan nyaman, tidak bising dan tidak banyak
intervensi (bunyi HP, orang lalu lalang dll)
Menjadi pendengar yang efektif
10. a. Beri salam, bersalaman, sambil tersenyum
b. Perkenalkan diri pewawancara
c. Tanyakan nama pasien serta bagaimana sebaiknya
pewawancara memanggil pasien.
d. Dapat dilanjutkan dengan pertanyaan ringan
(cth: bagaimana perjalanan pasien sampai ke tempat
pewawancara)
e. Menjelaskan secara singkat tujuan wawancara dan
minta kesediaan pasien untuk memberikan informasi
f. Pewawancara menanyakan identitas pasien (usia,
tempat tinggal, asal, pekerjaan, pendidikan, dan status
menikah).
(observasi kondisi pasien: perilaku nonverbal, suara,
ekspresi pasien)
11. KOMUNIKASI NONVERBAL
1. Ekspresi wajah: tatapan mata, kerut dahi, alis,
hidung dan kesesuaian ekspresi wajah
2. Suara: nada, intonasi, jeda kata, cara bicara
3. Sikap tubuh: cara bersikap, gerakan tubuh,
tangan, kaki
4. Reaksi fisiologis: wajah merah/pucat,
berkeringat, napas tersengal, pupil mata
melebar
5. Penampilan: cara berpakaian, sikap dlm duduk
dan berdiri
12. PENDENGAR YANG EFEKTIF
Duduk berhadapan dan agak membungkuk ke
arah pasien
Membuat kontak mata
Rileks dan sikap terbuka, hangat & empatik
Memberi perhatian sepenuhnya
Suara lembut
Tidak memotong pembicaraan
Tidak menghakimi
Tidak memberi penilaian
13. 2. TEMUKAN HAL-HAL YANG MENYEBABKAN
PENDERITAAN PASIEN, DAN PERLIHATKAN
KEPEDULIAN
Dapat digunakan pertanyaan-pertanyaan, seperti :
- apa yang sedang mengganggu anda?
- apa yang saat ini sedang terjadi pada anda?
- apa yang saat ini anda rasakan?
- apa yang bisa saya bantu? Dapatkah anda menceritakan..?
Fase awal wawancara seringkali penting untuk
membiarkan pasien ventilasi terhadap keluhannya
dengan bebas. Deteksi kemungkinan adanya
depresi, kecemasan, atau kemarahan.
- Jika pasien terlihat cemas, berikan dukungan kepada pasien, cth:
“saya mengerti bahwa hal ini mungkin sangat sulit
diceritakan..terutama jika anda baru bertemu pertama kali…”
14. Respon dengan empati
Empati -- dapat memahami apa yang dirasakan
oleh pasien. Bagaimana jika berada dalam posisi
orang lain tsb, namun tetap sebagai pihak yang
berdiri di luar masalah
Dapat jatuh dalam simpati, bila terlarut dalam
situasi yang dihadapi orang tsb, lalu gagal
bersikap objektif
Empati berkaitan dengan kepedulian,
pemahaman, serta sikap
menghargai/menghormati
15. Respon terapis bisa berupa :
1. Memperlihatkan kepedulian kita melalui bahasa tubuh
cth: memandang matanya, sesekali mengangguk, menampilkan
ekspresi yang sesuai, dll
2. Ekspresi-ekspresi verbal singkat dapat memperlihatkan bahwa kita
menghargai dan memahami
cth: “oh ya…, mmm…, saya mengerti…”
“saya dapat melihat bagaimana hal tersebut
mengganggu anda..” ; “hal tersebut pasti membuat
anda tidak nyaman..”
16. KESALAHAN YANG SERING DILAKUKAN
Mendengar sambil menulis atau kerja lain
Pandangan menerawang
Tidak sabar, menyela/interupsi
Berargumentasi
Banyak bicara atau menasihati
Berbasa-basi
Terlalu cepat menyimpulkan
17. 3. MENILAI TILIKAN & MENJADI
PENDAMPING
PASIEN
Nilai derajat tilikan pasien terhadap
penyakitnya, apakah memiliki tilikan
penuh, parsial atau tidak ada sama sekali.
Pasien yang menyadari adanya gejala-gejala psikiatri dan
gangguan pada dirinya, memiliki tilikan penuh -- dapat
dijelaskan penyebab dan perjalanan penyakit, pilihan terapi dan
implementasinya.
Pasien menyangkal dan menyalahkan penyakitnya pada
kondisi-kondisi di luar dirinya, memiliki tilikan parsial.
Pasien yang menyangkal sama sekali akan adanya gangguan
--- memiliki tilikan buruk atau tidak memiliki tilikan (no insight)
– terapis menerima dulu gejala pasien, tawarkan terapi utk
mengatasi hal yg mengganggunya.
18. 4. TUNJUKKAN KEAHLIAN
Buat pasien memahami bahwa tidak hanya pasien
sendiri yang menghadapi masalah seperti sekarang.
Sampaikan pada pasien bahwa terapis familiar
dengan masalah ini – tunjukkan pengetahuan yang
dimiliki terapis.
Bicarakan hal-hal yang diragukan oleh pasien tentang
kemampuan terapis, bersama dengan keluarga atau
teman yang mengantar pasien dengan profesional.
Bangkitkan semangat pasien akan masa depannya.
19. 5. Bangun sikap kepemimpinan (sbg dokter
dan terapis)
- kemampuan memotivasi dan mengarahkan pasien,
tunjukkan ketertarikan untuk membantu kesembuhan
pasien
6. Seimbangkan peran sbg pendengar yang
berempati, seorang ahli, dan sebagai
terapis.
20. II. STRATEGI MENDAPATKAN INFORMASI
Pembuka
Teknik pertanyaan terbuka (open-ended
questions) di awal wawancara akan membuat
pasien menceritakan masalahnya dengan
kata-kata pasien sendiri. Pertanyaan yang
membantu di antaranya adalah:
“Bagaimana saya dapat membantu anda?”
“Apa yang bisa saya bantu?”
“Masalah apa yang membawa anda ke sini?”
“Darimana sebaiknya kita mulai?”
“Bagaimana kelanjutannya?”; “lalu?”
21. Dikombinasikan dengan beberapa pertanyaan tertutup
(close-ended questions) untuk menelusuri kata kunci
atau menanyakan hal yang spesifik, detil-detil yang
dibutuhkan untuk diagnosis
contoh:
D : Apakah anda mempunyai masalah untuk bisa tidur?
P : Ya
D : Sudah berapa lama anda mengalami keluhan sulit
tidur?
P : 2 minggu
D : Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk bisa
tertidur
belakangan ini?
P : Kadang-kadang satu jam, kadang 3 jam, kadang saya
tidak
bisa tidur sama sekali sepanjang malam.
D : Apakah anda pernah terbangun sangat awal dan tidak
bisa
tidur lagi?
22. Pendekatan yang baik adalah dengan mengkombinasikan
keduanya dengan teknik yang berkelanjutan dari pertanyaan luas
ke pertanyaan yang terfokus dan tajam.
Memulai topik baru dengan pertanyaan terbuka yang luas;
lanjutkan dengan memfokuskan pada satu topik target; akhiri
dengan serial pertanyaan yang semakin menyempit, sesekali
tertutup – tipe ya/tidak.
Jika ingin menghindari pertanyaan tertutup, gunakan pertanyaan
terbuka yang tajam dan fokus.
Contoh:
“Apakah anda mengalami sulit tidur?” (jawaban yang muncul
adalah: ya atau tidak)
lebih baik bertanya:
“Apa yang terjadi saat anda mencoba tidur?”
23. Teknik Refleksi – mengulangi cerita pasien dengan sikap
suportif
Cth: pasien menceritakan bahwa ia takut menghadapi kematian,
namun tidak berani menceritakan hal ini kepada keluarganya --
“Tampaknya anda khawatir hal tsb dapat menjadi beban bagi
keluarga..”
Teknik Klarifikasi
“anda merasa sedih. Kapan waktu anda merasa paling sedih?”
Teknik Fasilitasi
“lalu..” “apa yang terjadi kemudian?”
Teknik Silence
terkadang pasien membutuhkan waktu untuk menangis, membutuhkan
waktu untuk bercerita dalam kondisi yang mendukung
24. Teknik Dukungan Positif
“Saya sangat menghargai anda menceritakan kepada
saya bahwa anda berhenti meminum obat. Dapatkah
anda memberitahukan kepada saya, apa masalahnya?
Mengakhiri wawancara
- Kesimpulan singkat – selipkan kalimat suportif
- Penjelasan tentang rencana terapi
- Beri pasien kesempatan untuk bertanya
- Mengucapkan terima kasih kepada pasien atas
segala informasi yang diberikan
25. Jika terjadi Resistensi
Resistensi: pasien yang secara sadar menghindari
pembicaraan tentang suatu topik. Contoh:
“Saya tidak mau membicarakan tentang hal itu
sekarang.”
“Saya tidak mau membahas hal ini dengan anda.”
Resistensi tidak langsung: pasien berusaha
mengalihkan perhatian pewawancara dari suatu topik,
menjawab pertanyaan secara singkat atau tidak
menjawab sama sekali, atau mengalihkan
pembicaraan, ekspresi wajahnya menunjukkan
ketidaktertarikan, atau berhenti sebelum menjawab.
Contoh:
-- > Ekspresikan penerimaan
Mengubah fokus pembicaraan – tunda topik
26. WAWANCARA SAAT EMERGENSI
Waktu terbatas
Fokus pada keluhan saat ini dan alasan
dibawa ke fasilitas kesehatan (IGD)
Heteroanamnesis pada keluarga, teman,
atau bahkan polisi yang membawa pasien
Wawancara: pertanyaan langsung pada
intinya, namun tetap tenang dan tidak
“mengancam” pasien. Pewawancara
tampak mengendalikan situasi, secara
meyakinkan akan melindungi pasien dari
kemungkinan melukai diri sendiri maupun
dari orang lain.
27. III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
Observasi
Observasi tanda (sign) dari pasien termasuk
penampilan, perilaku.
Percakapan (conversation)
Percakapan sederhana/komunikasi sehari-hari
Eksplorasi
Mengeksplorasi pengalaman internal pasien –
gejala (symptom)
28. Observasi
penampilan secara umum, kesadaran,
psikomotor, bahasa tubuh, afek
Percakapan
orientasi, perhatian, konsentrasi, bicara,
memori, proses pikir, afek
Eksplorasi
mood, isi pikiran (waham), halusinasi, tilikan
terhadap gangguan/penyakitnya,