1. Nama : Puan Habibah
Bp : 1920242005
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
2. Pendahuluan
Pada umumnya, umbi ubi kayu dimanfaatkan
sebagai bahan pangan sumber karbohidrat
(54,2%), industri tepung tapioka (19,70%),
industri pakan ternak (1,80%), industri non
pangan lainnya (8,50%) dan sekitar 15,80%
diekspor
(Manihot esculanta)
3. Pendahuluan
Luas panen ubi kayu tahun 2011-2016, ditiga (3)
provinsi sentra ubi kayu berkontribusi sebesar
57,10%. Provinsi tersebut adalah Lampung
(27,71%), Jawa Timur (14,80%) dan Jawa Tengah
(14,59%). Demikian juga produksinya di tiga
provinsi tersebut berkontribusi 66,32%. Provinsi
tersebut adalah Lampung (33,93%), Jawa Tengah
(16,68%) dan Jawa Timur (15,71%). Pertumbuhan
volume ekspor ubi kayu tahun 2000-2015 rata-rata
meningkat sebesar 96,21% per tahun, demikian
halnya dengan nilai ekspornya yang meningkat
sebesar 118,22% per tahun (Balitkabi, 2016).
3
4. 4
Tanaman Ubi kayu dengan nama latin Manihot esculenta, pertama
kali dikenal di Amerika Selatan kemudian dikembangkan pada masa
prasejarah di Brasil dan Paraguay. Ubi kayu ditanam secara
komersial di wilayah Indonesia (waktu itu Hindia Belanda) pada
sekitar tahun 1810, setelah sebelumnya diperkenalkan orang
Portugis pada abad ke-16 ke Nusantara dari Brasil. :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dycotiledonae
Ordo : Eupphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot Esculenta Crantz.
Lanjutan
5. Syarat Tumbuh
• Ubi kayu tumbuh optimal pada ketinggian
tempat 10–700 m dpl,
• Curah hujan 760 –1.015 mm/tahun
• Suhu udara 18–35oC
• kelembaban udara 60–65%
• lama penyinaran matahari 10 jam/hari. Agar
berproduksi optimal, ubi kayu memerlukan
curah hujan 150–200 mm pada umur 1–3
bulan, 250–300 mm pada umur 4–7 bulan
Balitkabi, 2014
8. Budidaya Ubi kayu
Secara Vegetatif /okulasi
• Pohon berasal dari tanaman induk yang cukup tua (10-
12 bulan).
• Ketela pohon harus dengan pertumbuhannya yang
normal dan sehat serta seragam.
• Batangnya telah berkayu dan berdiameter + 2,5 cm
lurus.
• Belum tumbuh tunas-tunas baru.
8
9. Pengolahan Media Tanam
Tanah sebaiknya diolah dengan kedalaman
sekitar 25 cm, kemudian dibuat bedengan
dengan lebar bedengan dan jarak antar
bedengan disesuaikan jarak tanam ubi kayu,
yaitu 80-130 cm x 60-100 cm
9
Penyiapan Lahan
Penanaman
Stek yang ditanam dengan posisi vertikal (tegak)
dengan kedalaman sekitar 15 cm memberikan
hasil tertinggi baik pada musim hujan maupun
musim kemarau. Penanam stek dengan posisi
vertikal juga dapat memacu pertumbuhan akar
dan menyebar merata di lapisan olah. Stek yang
ditanam dengan posisi miring atau horizontal
(mendatar), akarnya tidak terdistribusi secara
merata seperti stek yang ditanam vertikal pada
kedalaman 15 cm dan kepadatannya rendah
Pemupukan
Untuk pertanaman ubi kayu sistem
monokultur, disarankan pemberian
pupuk anorganik sebanyak 200 kg Urea,
100 kg SP36, dan 100 kg KCl hektar-1
yang diberikan sebanyak tiga tahap.
Tahap I umur 7 - 10 hari diberikan 50 kg
Urea, 100 kg SP36, dan 50 kg KCl ha-1,
dan tahap II umur 2 - 3 bulan diberikan
75 kg Urea dan 50 kg KCl ha-1, serta
tahap III umur 5 bulan diberikan lagi 75
kg Urea ha-1. Pupuk organik (kotoran
ternak) dapat digunakan sebanyak 1 -2
ton ha-1 pada saat tanam.
11. HAMA, PENYAKIT DAN GULMA yang menyerang Tananaman Jeruk
11
Sumber:Balitkabi, 2016
Gejala serangan pada daun kiri, sebagian daun tanaman rontok (kanan)
akibat tungau merah
Gejala penyakit busuk pada pangkal batang dan umbi akibat terserang
jamur
12. GULMA
• Cynodon dactylon, Cyperus rotundus, Echinochloa crussgalli,
Eupatorium odoratum, Imperata cylindrica, Melastoma
malabathrium, Mikania micranta, Momordica charantia, dan
Paspalum conjugatum. Sedangkan gulma pada lahan ubi kayu yaitu
Ageratum conyzoides, Amaranthus spinosus, Borreria articularis,
Borreria ocymoides, Commelina diffusa, C. dactylon, C. rotundus,
Digitaria adscendens, Echinochloa colonum, Euphorbia hirta,
Ipomoea triloba, Mimosa pudica, Panicum repens, dan Portulacca
oleracea.
12
13. Pengendalian gulma (weed management) dalam
budidaya tanaman ubi kayu:
Tindakan Pencegahan/ prevention
Pengolahan tanah sebelum
tanam, pergiliran tanaman,
penggunaan benih bersertifikat,
sistem pertanaman, pemrosesan
makanan ternak yang berasal
dari hasil tanaman, penggunaan
pupuk kandang yang telah
mengalami proses fermentasi
sempurna, mencegah ternak
maupun alat-alat pertanian
sebagai sarana penyebar biji
gulma berbahaya, dan lainnya
Pengendalian Kontrol
Pengendalian gulma merupakan
suatu usaha untuk membatasi
atau menekan infestasi gulma
sampai tingkat tertentu sehingga
pengusahaan tanaman budidaya
menjadi produktif dan efisien.
Pengendalian gulma dapat
dilakukan secara mekanis, kimia
(penggunaan herbisida), dan
terintegrasi (terpadu).
13
14. Pengendalian gulma secara kimia pada kebun ubi kayu terdiri dari dua
jenis, yaitu pengendalian sebelum gulma tumbuh (pre-emergence) dan
pengendalian setelah gulma tumbuh (post-emergence).
14
Pengendalian gulma yang pertama dilakukan sebelum olah tanah dengan
penggunaan herbisida 2,4-D (dosis 2 L ha-1), herbisida Ametrin (dosis 3 l
ha-1) dan herbisida campuran 2,4-D + Ametrin (dosis 2 l ha-1 + 3 l ha-1).
Perlakuan penyemprotan herbisida dilakukan 1 minggu sebelum olah
tanah.
Pre-emergence
15. Pengelolaan Gulma
15
Secara Mekanis
Melakukan pencabutan langsung
menggunakan tangan (handweeding)
pada areal lahan, dengan
menggunakan kored atau cangkul. Dan
juga pada awal persiapan lahan
dengan menggunakan traktor.
16. PENGELOLAAN GULMA SECARA KIMIA DAN CARA PENGAPLIKASIAN
16
Jenis Gulma
/Rerumputan
Cara aplikasi Produsen Merek Dagang
Cynodon dactylon/
Grintingan
Bahan aktif . Dengan cara mencampurkan 8 tutup botol
pada 14 L air dan diberikan/semprot langsung kepada
gulma yang ada pada tanaman jeruk.
PT Hidup cerah
sejahtera
Phefoc HCS
Digitaria ciliaris Herbisida atrazine dengan cara campurkan 1-2 tutup botol
BABLAS dengan 10 liter air, semprotkan ke gulma yang
mengganggu. Dalam 4 hari, gulma akan kering dan mati. Atau
Campurkan 3-4 tutup botol BABLAS dengan 10 liter air,
semprotkan pada gulma/rumput yang mengganggu.
PT Mitra Tani Bablas 500 ML
Eulisine indica Bahan aktif berupa Metil Metsulfuron 24% PT Mitra Kreasi
Dharma
METSUL
20 WP
Imperata cylindrica Herbisida dengan bahan aktif Monoammo
Glifosat 75.7 berikan 50 - 70 cc per 15 - 20 liter
air.
PT SARI KRESNA
KIMIA
Imperata rugosum Bahan aktif IPA Glifosat 300 g/l + 2,4 D
Dimetilamina dengan dosis pemberian 50 - 70 cc
per 15 - 20 liter air.
PT SARI KRESNA
KIMIA
RUMAT
Rottboelia
cochinchinensis
Bahan aktif oksadizon dengan dosis 50 - 70 cc
per 15 - 20 liter air.
PT SARI KRESNA
KIMIA
17. PENGELOLAAN GULMA SECARA KIMIA DAN CARA PENGAPLIKASIAN
17
Jenis Gulma /Teki Cara aplikasi dan dosis pembarian Produsen Merek Dagang
Cyperus rotundus Bahan Aktif 2,4 D Dimetilamina 720 g/l cara
aplikasi dengan memberikan 5-6 tutup botol
kedalam 10 L air pada tanaman jeruk
PT. Sari Kresna
Kimia
Cyperus killingia Bahan aktif Diuron cara aplikasi dengan cara
memberikan 10-15 tutup/L air pada tanaman
PT. Sari Kresna
Kimia
VIARON
Fimbristilis miliacea Bahan aktif Diuron 80% cara aplikasi dengan
memberiakan 3-4 sendok Viaron 80 WP kedalam
5 L air.
PT. Sari Kresna
Kimia
VIARON
80 WP
18. JENIS GULMA DAN CARA PENGAPLIKASIAN
18
Jenis Gulma /Daun
lebar
Cara aplikasi dan dosis pemberian Produsen Merek Dagang
Ageratum Conyzoides Bahan aktif Glifosat Takaran yang dapat diterapkan
antara ±100 cc per 15 - 20 liter air.
PT. Fortuna Mulia
Sejati
Bio UP 490
Alternanthera sessilis Penambahan Topshot 60 dengan takaran yang dapat
diterapkan antara 5 tetes per 10 liter air.
PT Dow Agro-science
Amaranthus spinosus Penambahan Cyro 24 WG Bahan Aktif Metil
Metsulfuron 24% dengan Takaran yang dapat
diterapkan antara ±100 cc per 15 - 20 liter air.
PT. Kresna Bumitama
Sejati
Commelina diffusa Penambahan Dikamin. Bahan aktif 2,4 D
Dimetilamina 720 g/l, Takaran yang dapat
diterapkan antara ±100 cc per 15 - 20 liter air.
PT. Sari Kresna Kimia
Ludwigia octovalvis Bahan aktif 2,4 D Dimetilamina 720 g/l Takaran yang
dapat diterapkan antara ±100 cc per 15 - 20 liter air.
PT. Sari Kresna Kimia
Mimosa pudica Bahan aktif Diaron cara aplikasi dengan memberikan
500 g/L
PT. Sari Kresna Kimia
19. PENGELOLAN GULMA SECARA KIMIA DAN CARA PENGAPLIKASIAN
19
Jenis Gulma
/Daun lebar
Cara aplikasi dan dosis pemberian Produsen Merek Dagang
Portulaca
oleracea
Bahan aktif berupa Parakuat Diklorida 297 g/l
dengan cara pemberian 100 cc per 10-15/L air
PT. Sari Kresna Kimia KRESNA XONE
Boreria laevis Bahan aktif berupa Amethrin 500 g/l pengaplikasian
dengan cara±100 cc per 15 - 20 Lair.
PT. Sari Kresna Kimia KRESNA UP
Cleome
rutidosperma
e
Bahan aktif berupa IPA Glifosat 160 g/l PT. Fortuna Mulia
Sejati
JIFOS 160 SL
Capsicum
frutescent
Bahan aktif berupa IPA Glifosat 480 g/l PT. Sari Kresna Kimia GRASO 480 SL
Paspalum
niruri
KRESTAR 300/100 SL Bahan aktif IPA Glifosat 300 g/l + 2,4 D
Dimetilamina 100 g/l
PT. Bravo Dinamika KRESTAR
Alternanther
a sp.
Bahan aktif berupa Paraquat Diklorida dengan dosis
pemberian 276 g/L pada tanaman jeruk
PT. Fortuna Mulia
Sejati
TAMAXONE
Brassica
campestris
Pada Gulma berdaun lebar dengan Takaran yang
dapat diterapkan antara ±100 cc per 15 - 20 liter air.
PT. Bravo Dinamika Bablas 490 SL
B.A Glifosat
20. • B. Penyiangan/Pengelolaan gulma
• Gulma-gulma yang biasa tumbuh dan ikut berkompetisi pada areal pertanaman jeruk diantaranya :
20
Empirata celendrica Cyperus Rotundus Paspalum notatum Eulisne indica Borreria alata
Amaranthus spinosus Panicum repens Phyllanthus niruri Ageratum conides
Cynodon dactylon Euphorbia hirta Mimosa pudica Chromolaena odorata Impirata cilindrica
21. Panen
Ubi kayu berumur genjah dapat dipanen pada
umur 6–8 bulan, yang berumur sedang dipanen
umur 8–10 bulan, dan yang berumur dalam
dipanen umur 10– 12 bulan. Harga jual menjadi
pertimbangan petani untuk segera memanen
atau menunda panen. Pada harga yang baik,
petani cenderung memanen lebih awal.
Penentuan umur panen tersebut sangat penting
karena berkorelasi dengan kadar air dan kadar
pati. Kadar air berkurang dengan semakin tua
umbi. Sebaliknya kadar pati meningkat sejalan
dengan bertambahnya umur tanaman
21
22. Daftar Pustaka
Anonim. 2000. Studi Investasi untuk Pengembangan Komoditi Pertanian di Propinsi Lampung: Pendekatan
input-output. J. Ekonomi. Media Ilmiah Indonusa Univ. Indonusa Esa Unggul 12(1):32-39.
Anggraini, N., A.I. Hasyim, dan S. Situmorang, 2013. Analisis efisiensi pemasaran ubi kayu di Provinsi Lampung.
JIIA 1(1):80-86.
Asher, C.J., Edwards, D.G. and Howeler, R.H. 1980. Nutritional Disorder of Cassava (Manihot esculenta
Crantz). Univ. Of Queensland, St Lucia, Queensland, Australia.
Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. 2016. Pedoman Budidaya Ubi Kayu di Indonesia. Indonesian
Agency For Agricultural Research And Development (IAARD) Press. ISBN 978-602-344-135-8
CIAT. 1998. Annual Report for 1998. Project PE-5 Sustainable system forsmallholders integrated improved
germplasm and resource management for enhance crops and livestock production system. CIAT, Cali,
Columbia.
Dinas Pertanian Kabupaten Grobokan https://dinpertan.grobogan.go.id/index.php/teknologi/budidaya-
tanaman pangan/43-teknik-budidaya-ubi-jalar diakses pada tanggal 09 Maret 2020.
http://www.kemenperin.go.id/direktori-perusahaan. Daftar industri pengolah ubikayu. Diakses tanggal 4
Desember 2015.
Howeler, H. 1981. Mineral Nutrition and Fertilization of Cassava (Manihot esculenta Crantz). CIAT, Cali,
Colombia. 52 p.
Kementrian Pertanian. 2016. Komoditas Pertanian Sub Sektor Tanaman Pangan Ubi Kayu. Nurhayati, dkk ISSN :
1907 – 1507. 74 hal. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian
22