Makalah ini membahas tentang Archaebacteria dengan menjelaskan pengertian, ciri-ciri, klasifikasi, peran, dan hasil analisis Archaebacteria di sekolah. Topik utama yang dibahas adalah perbedaan Archaebacteria dari bakteri dan eukariota serta habitat mereka yang ekstrem.
1. Makalah Mikrobiologi Dan Virologi
REVIEW JURNAL TENTANG ARCHEABACTERIA
Dosen pengampu : Lilis Sugiarti,M,Si
Oleh :
Dian Ratna Novita U. (201605042)
Prodi : S1 Farmasi
STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS
TAHUN 2017
2. KATA PEGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kami. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di
waktu yang akan datang.
Kudus, 21 Oktober 2017
Penyusun
3. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan penelitian selanjutnya diketahui bahwa organisame archaebateria memiliki
sifat molekuler yang lebih mirip dengan eukariot. Pada tahun 1990 peneliti dari Universitas Illionis,
Dr. carlWoese dan koleganya dapat membuktikan bahwa Archea memiliki perbedaan yang mendasar
dengan bakteri eukaria. Sehingga dia memisahkan archaea ke dalam domain tersendiri yaitu archaea.
Pemisahan ini berdasarkan pendekatan sekuen gen penyandi 16S rRNA yang bersifat universal bagi
seluruh organisme. Atas dasar penelitiannya tersebut, Woese mengajukan bahwa kehidupan dibagi
menjadi tiga domain, yaitu bacteria,eukaria,dan archaea (Weose et al,1990).
Beberapa anggota archaea diketahui merupakan organisme penghuni lingkungan paling
ekstrim di bumi. Diantaranya, hidup di dekat kantung-kantung gas di dasar laut, sementara lainnya
berada pada sumber mata air panas atau bahkan pada air dengan kadar garam/asam yang sangat
tinggi. Beberapa archaea juga ditemukan pada saluran pencernaan sapi, rayap. Mereka juga dapat
hidup pada lumpur di dasar laut tanpa oksigen sekalipun. Namun, saat ini telah ditemukan beberapa
archaea yang juga hidup pada kondisi normal seperti bakteri kebanyakan.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Archaebacteria?
b. Bagaimana ciri-ciri dari Archaebacteria?
c. Bagaimana klasifikasi Archaebacteria?
d. Bagaimana peranan Archaebacteria dalam kehidupan?
e. Bagaimana hasil analisa tentang Archaebacteria di MAN 2 Jakarta?
f. Bagaimana hasil
1.3 Tujuan Penulisan
a. Mengetahui pengertian Archaebacteria.
b. Mengetahui ciri-ciri dari Archaebacteria.
c. Mengetahui klasifikasi Archaebacteria.
d. Mengetahui peranan Archaebacteria dalam kehidupan.
e. Mengetahui hasil analisa tentang Archaebacteria di MAN 2 Jakarta
BAB II
PEMBAHASAN
4. 2.1 Pengertian Archaebacteria
Arkea atau archaea (bahasa Yunani: αρχαία— "yang tua"), juga disebut arkeobakteri,
merupakan satu divisi organisme hidup yang utama. Meskipun filogeni yang tepat masih
tidak dapat dipastikan untuk kumpulan-kumpulan ini, Arkea, Eukariota, dan Bakteria
merupakan kelas yang termasuk sistem tiga domain. Sama dengan bakteria, Arkea
merupakan organisme yang tidak memiliki nukleus, oleh sebab itu, Arkea termasuk
Prokariota. Awalnya, termasuk dalam kerajaan Monera. Arkea berhabitat di lingkungan
kotor, tetapi ditemukan bahwa arkea terdapat di setiap tempat.Pokok filogenetik berdasarkan
data rRNA yang menunjukkan pemisahan bakteria, arkea, dan eukariota.
Arkea ditemukan pada tahun 1977 oleh Carl Woese dan George Fox berdasarkan
pemisahan dari prokariot yang lain dalam pohon filogentik rRNA 16S. Awalnya, kedua
kumpulan ini adalah Arkeabakteria dan Eubakteria, dan dibagi dalam kingdom atau
subkingdom yang diistilahkan oleh Woses dan Fox sebagai Urkingdom. Woese berpendapat
bahawa Arkea pada dasarnya merupakan satu cabang hidupan yang berlainan. Ia kemudian
memberi nama Arkea dan Bakteria untuk memperkuat pendapatnya, dan berpendapat bahwa
Arkea merupakan bagian dari tiga domain.
Istilah biologi, Arkea, harus tidak dikelirukan dengan frasa geologi, eon Arkean, yang
juga dikenal sebagai Era Arkeozoik. Istilah kedua ini merujuk kepada zaman primordium
dalam sejarah bumi ketika Arkea dan Bakteria merupakan organisme bersel yang tunggal di
bumi. Fosil-fosil ini kemungkinan merupakan fosil mikroba yang berasal dari 3,8 juta tahun
yang lalu.
2.2 Ciri-ciri Archaebacteria
Archaebacteria memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Sel bersifat prokaryotik.
2. Lipida pada membran sel bercabang.
3. Tidak memiliki mitokondria, retikulum endoplasma, badan golgi, dan lisosom.
4. Habitat di lingkungan bersuhu tinggi, bersalinitas tinggi, dan asam.
5. Berukuran 0,1 um sampai 15 um, dan beberapa ada yang berbentuk filamen dengan panjang
200 m.
6. Dapat diwarnai dengan pewarnaan Gram.
Archaebacteria berukuran dari 0,1 um sampai 15 um, dan ada beberapa Archaebacteria
yang berbentuk filamen mencapai panjang 200 m. Bentuk Archaebacteria bervariasi, seperti
berbentuk bola, batang, spiral, cuping, dan empat persegi panjang. Bentuk-bentuk yang
berbeda ini menunjukkan perbedaan tipe metabolismenya.
Pada prinsipnya habitat Archaebacteria di lingkungan bersuhu tinggi, bersalinitas tinggi
dan asam. Tetapi biasanya Archaebacteria dikelompokkan berdasarkan habitatnya, yaitu:
1. Halophiles, yaitu lingkungan yang berkadar garam tinggi.
2. Methanogens, yaitu lingkungan yang memproduksi methan. Ini dapat ditemukan pada usus
binatang.
3. Thermophiles, yaitu lingkungan yang mempunyai suhu tinggi.
5. Dalam contoh konkrit kalian dapat menemukan Archaebacteria di gletser, asap hitam,
tanah rawa, kotoran, air laut, tanah dan saluran pencernaan makanan pada binatang seperti
ruminansia, dan rayap.
Terdapat juga pada saluran pencernaan makanan pada manusia. Walaupun demikian,
Archaebacteria biasanya tidak berbahaya bagi organisme lainnya dan tidak satu pun dikenal
sebagai penyebab penyakit.
2.3 Klasifikasi Protista
Arkhaebakteria banyak ditemukan hidup di lingkungan ekstrim seperti di sumber air
panas, telaga garam, bahkan dalam saluran pencernaan hewan ruminansia (sapi, domba).
Berdasarkan lingkungan yang ekstrim Archaebacteria dibedakan menjadi 3 kelompok :
1. Metanogen
Kelompok Archaebacteria ini bersifat anaerobik dan kemosintetik. Bakteri ini memperoleh
makanan dengan mereduksi CO2 menggunakan H2 menjadi metana (CH4). Hidup di rawa-
rawa dan danau yang kekurangan oksigen karena konsumsi mikroorganisme lain.
4H2 + CO2 ―→ CH4 + 2H2O
Metanogenik juga berperan dalam pembusukan sampah dan kotoran ternak. Metanogenik
merupakan bakteri utama dalam pembentukan biogas atau gas metana. Beberapa bakteri
metanogenik bersimbiosis dalam rumen herbivora dan hewan pengonsumsi selulosa lainnya.
Contoh :
· Lachnospira multiparus, organisme ini mampu menyederhanakan pektin
· Ruminococcus albus, organisme ini mampu menghidrolisis selulosa
· Succumonas amylotica, memiliki kemampuan menguraikan amilum.
· Methanococcus janashii, penghasil gas methane
2. Halofilik
Bakteri Halofilik (halo : garam, philis: suka) ini hidup pada lingkungan dengan kadar garam
tinggi dan sebagian memerlukan kadar garam 10 kali lebih tinggi daripada air laut untuk
dapat hidup. seperti di danau Great Salt (danau garam), Laut Mati, atau di dalam makanan
yang bergaram. Beberapa bakteri halofilik dapat berfotosintesis dan memiliki zat warna yang
disebut bacteriorodhopsin
3. Termofilik
Sesuai dengan namanya (thermo: panas, philis: suka), Archaebacteria ini hidup di tempat
dengan suhu 60°C hingga 80°C. Beberapa bakteri termofilik mampu mengoksidasi sulfur,
seperti Sulfolobus yang hidup di mata air sulfur. Bahkan, beberapa spesies mampu dengan
suhu 105°C
Menurut Woese, Kandler dan Wheelis, 1990, Archaebacteria dibagi menjadi beberapa
phylum, yaitu:
1. Phylum Grenarchaeota
2. Phylum Euryarchaeota
6. 3. Halobacteria
4. Methanococci
5. Methanophyri
6. Archaeoglobi
7. Thermococci
8. Thermoplasmata
9. Phylum Korarchaeota
10. Phylum Nanoarchaeota
2.4 Peranan Protista
Arkae juga mempunyai peranan dalam kehidupan, diantaranya:
a. Menggunakan reaksi kimia yang digunakan untuk membuat materi organic dan reaksi
kimai lainnya (umumnya menghasilkan gas metan dan sulfur dioksida).
b. Mengubah karbon dioksida dan hydrogen menjadi metan.
c. Gas metan yang dihasilkan dapat digunakan sebagai biogas.
d. Mampu mengoksida sulfur.
e. Bakteri metanogen yang ada di Ruminansia (pemamah biak) dapat mencegah pectin
(lachnospira multipharus), memecah amilum (succinomonas amylolytica), dan memecah
selulosa (ruminococcus albus).
2.5 Hasil Analisa Tentang Archaebacteria Di MAN 2 Jakarta
Temuan yang didapat setelah menelusuri pemahaman siswa pada konsep
Archaebacteria dan Eubacteria didapatkan informasi bahwa siswa memiliki nilai miskonsepsi
yang sedikit (19%). Kategori miskonsepsi yang dialami oleh siswa cenderung teridentifikasi
pada miskonsepsi utuh. Pernyataan indikator butir soal yang mendominasi nilai miskonsepsi
adalah ”Usaha manusia yang dilakukan untuk menghindari peran negatif bakteri.” dengan
anggapan yang salah berupa “Bakteri lebih banyak menimbulkan kerugian daripada
keuntungan bagi manusia dan lingkungan. Anggapan ini sebagian besar berasal dari
kelompok siswa dengan kemampuan kognitif sedang dan tinggi.
Sedikitnya total persentase miskonsepsi siswa bukan disebabkan pada rendahnya kepahaman
siswa terhadap konsep, melainkan dari tingginya ketidakpahaman siswa. Hal ini disebabkan
pada proses belajar yang tidak tercapaiannya kebermaknaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian berikutnya untuk menelusuri sumber ketidakpahaman tersebut yang dapat berasal
dari siswa, guru, buku teks, maupun strategi mengajar. Hasil dari penelitian ini dan
berikutnya dapat dijadikan refleksi bagi guru dalam pembelajaran biologi selanjutnya dan
perguruan tinggi sebagai referensi dalam perbaikan pembelajaran untuk calon guru.
7. BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam sistem klasifikasi pada sistem enam kingdom, Archaebacteria termasuk dalam
satu kingdom tersendiri. Yang termasuk Archaebacteria, yaitu bakteri yang hidup di sumber
air panas, di tempat berkadar garam tinggi, di tempat yang panas dan asam.
Archaebacteria termasuk kelompok prokariotik. Pertama kali diidentifikasikan pada tahun
1977 oleh Carl Woese dan George Fox. Ada tiga kelompok dari Archaebacteria, yaitu
methanogens, halophiles, dan thermophiles. Peranan archae dalm kehidupan adalh pegubah
karbondioksida dan hydrogen menjadi metan, yang digunakan sebagai biogas.
Ketidakpahaman siswa terhadap konsep Archaebacteria disebabkan pada proses
belajar yang tidak tercapaiannya kebermaknaan. Oleh karena itu terjadi tingginya
ketidakpahaman pada siswa,perlu dilakukan penelitian berikutnya untuk menelusuri sumber
ketidakpahaman tersebut yang dapat berasal dari siswa, guru, buku teks, maupun strategi
mengajar. Hasil dari penelitian ini dan berikutnya dapat dijadikan refleksi bagi guru dalam
pembelajaran biologi selanjutnya dan perguruan tinggi sebagai referensi dalam perbaikan
pembelajaran untuk calon guru.
Hasil penelitian menunjukkan perangkat pembelajaran valid dengan kriteria kevalidan
perangkat pembelajaran memenuhi kriteri layak/baik pada semua perangkat yang
dikembangkan terhadap konsep Archaebacteria .
8. DAFTAR PUSTAKA
American Institute of Biological Sciences. 2013. “Misconceptions About Microbes”.
http://www.usc.edu/org/coseewest/Mar262011/01MisconceptionsAboutMicrobes.pdf
Campbell, N.A.,Reece,J.B.,and Mitchell L.G., 2003,Biologi (terjemah), Erlangga. Jakarta.
Perry,J.J.,Staley, J.T and Lory, S., 2002, Mirobial Life,Sinauer Ass. Publ.,Sunderland
Pujiyanto S. 2012. Menjelajah Dunia Biologi. Jakarta:Platinum.
Reid A, Greene S. 2013. Human Microbiome. American Academy of Microbiology:
Washington DC.
Strelkauskas A, Strelkauskas J. 2014. Microbiology: A Clinical Approach.
http://www.garlandscie nce.com/res/pdf/9780815365143_ch05.pdf.
Tekkaya C. 2002. Misconceptions as Barrier to Understanding Biology. Journal of Hacattepe
Universitesi EgitimFakultasi Dergisi 23: 259-266.