Teks tersebut membahas tentang filsafat Pancasila sebagai sistem ilmu pengetahuan. Pancasila memenuhi syarat sebagai sistem ilmu dengan memiliki konsep ontologis, epistemologi, dan aksiologi. Secara ontologis, Pancasila mengacu pada lima sila sebagai hakikat yang universal. Secara epistemologis, Pancasila mengajak untuk menggali pengetahuan secara benar. Sedangkan secara aksiologis, realisasi Pancasila
5. Menurut Aristoteles,
filsafat mulai dari rasa
kagum yang timbul dari
aporia, yaitu suatu
kesulitan karena
adanya perbincangan-
perbincangan yang
saling bertentangan.
Istilah aporiaberarti “problem”,“pertanyaan”,
atau “tanpa jalankeluar”
5
8. Agustinus dan Rene Descartes menyatakan kesangsian sebagai sumber utama pemikirannya.
Akan tetapi penjelasan itu tidak dapat dibuktikan
dan tidak masuk akal.
Sehingga para filsuf meragukan atau
menyangsikan cerita-cerita mitos dan mulai
berspekulasi dengan menggunakan akalnya.
Agustinus Rene Descartes
Semua gejala alam dijelaskan
oleh mitos dan dongeng
8
9. Dikatakan bahwa pelangi adalah
tangga bidadari.
Contoh kesangsiang para filsuf terhadap mitos.
Penjelasan itu diragukan oleh
filsuf Anaxagoras, ia menyatakan
bahwa pelangi adalah pantulan
matahari terhadap awan.
Filsuf Anaxagoras
9
10. Dengan menggunakan akalnya mereka menghasilkan pemikiran yang
dapat dibuktikan dan diteliti kebenarannya oleh orang lain.
10
12. Istilah ‘filsafat’ dari bahasa Yunani, philosophia. Dari kata philos yang
berarti cinta dan sophos yang berarti kebijaksanaan, pengetahuan,
keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi.
Maka mempelajari filsafat berarti merupakan upaya
manusia untuk mencari kebijaksanaan hidup yang bisa
menjadi konsep yang bermanfaat bagi peradaban manusia.
Secaraharfiahberartimencintaikebijaksanaan.
12
13. Maka dari itu ada dua arti secara etimologi:
1. Bila mengacu pada asal kata philein dan shopos. Maka
berarti mencintai hal-hal yang bijaksana (sebagai kata sifat)
2.Bila mengacu pada asal kata philos dan shopia. Maka
berarti teman kebijaknasaan (sebagai kata benda)
Istilah Yunani mengenai Philosophia
Philein : mencintai
Philos : teman
Shopos : bijaksana
Shopia : kebijaksanaan
13
14. Menurut sejarah Phytagoras (572-497 SM)
adalah orang yang pertama kali memakai kata
philosophia untuk menunjukan dirinya sebagai
pecinta kebijaksanaan, bukan kebijaksanaan itu
sendiri.
Sophia mengandung arti yang
lebih luas yaitu :
1. Kerajinan
2.Pengetahuan yang luas
3.Kebajikan intelektual
4.Pertimbangan yang sehat
5.Kecerdikan dalam
memutuskan hal-hal praktis.
Phytagoras
14
15. Suatu pengetahuan
bijaksana akan
mengantarkan seseorang
mencapai kebenaran.
Orang yang mencintai
pengetahuan bijaksana
adalah orang yang
Filsuf dalam mencari
kebijaksanaan,
mempergunakan akal
atau cara berpikir
sedalam-dalamnya dan
diharapkan menghasilkan
pengetahuan yang paling
bijaksana atau
mendekati
kesempurnaan.
15
17. Menurut C.D. Broad,
tujuan filsafat adalah
mengambil alih hasil-
hasil pengalaman
manusia dalam bidang
keagamaan, etika, dan
ilmu pengetahuan, yang
kemudian direnungkan
secara menyeluruh.
Dengan harapan
diperoleh beberapa
kesimpulan yaitu
mengetahui sifat-sifat17
18. Filsuf yang berusaha memperoleh pandangan secara komprehensif :
Plato Aristoteles Thomas Aquinas
G.W. Freidrich Hegel John Dewey A.N. Whitehead 18
21. 2. Aristoteles (384-322 SM) “Filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang
meliputi kebenaran, yang
di dalamnya terkandung
ilmu-ilmu metafisika,
logika, retorika, etika,
ekonomi, politik, dan
estetika atau filsafat
menyelidiki sebab dan
asas segala benda”
21
22. 3. Marcus Tullius Cicero (106-143 SM)
“Filsafat adalah
pengetahuan tentang
sesuatu yang
mahaagung dan
usaha-usaha untuk
mencapainya”
22
23. 4. Immanuel Kant (1728-1804)
“Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal
segala pengetahuan yang mencakup
di dalamnya persoalan, yaitu:
“apakah yang dapat kita ketahui?”
(dijawab oleh metafisika)
“apakah yang dapat kita kerjakan?”
(dijawab oleh etika)
“sampai dimanakah pengharapan
kita?” (dijawab oleh antropologi)”
23
24. Secara umum, filsafat merupakan ilmu yang berusaha
menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh
kebenaran.
Ciri-ciri filsafat dapat disebut sebagai usaha berpikir
radikal, menyeluruh, dan integral atau sebagai suatu cara
berpikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya.
Sejak filsafat muncul di Yunani dan menyusul
perkembangan pusat ilmu pegetahuan, kedudukan filsafat
dikenal sebagai The Mother of Science (induk ilmu
pengetahuan) yang bersifat positivistik.
Dibandingkan dengan ilmu pengetahuan yang lain, filsafat
merupakan kegiatan intelektual yang metodis dan
sistematis, namun lebih menekankan aspek reflektif dalam
menangkap makna yang hakiki dari segala sesuatu. 24
25. Filsafat memiliki empat cabang keilmuan yang utama, yaitu:
1. Metafisika : cabang yang mempelajari asal mula segala sesuatu
yang ada dan yang mungkin ada.
Metafisika umum disebut sebagai ontologi, yaitu ilmu
membahas segala sesuatu yang ada.
Metafisika khusus terbagi dalam :
a.Teodesi : membahas adanya Tuhan
b.Kosmologi : membahas adanya alam semesta
c.Antropologi : membahas adanya manusia
2. Epistemologi : cabang yang mempelajari seluk beluk pengetahuan.
Terkandung pertanyaan mendasar tentang pengetahuan, seperti:
a.Kriteria apa yang dapat memuaskan kita untuk menangkap
kebenaran
b.Apakah sesuatu yang kita percaya dapat diketahui
c.Apa yang dimaksudkan oleh suatu pernyataan yang dianggap
benar 25
26. 3. Aksiologi : cabang yang menelusuri hakikat nilai. Dalam
aksiologi terdapat
Etika : membahas hakikat nilai baik-buruk,
mempelajari benar-salah dengan
pertimbangan moral secara fundamental dan praktis.
Estetika : membahas nilai-nilai keindahan,
mempelajari kriteria-kriteria suatu hal
yang dapat disebut indah.
4. Logika : cabang yang memuat aturan-aturan berpikir
rasional.
Bagi para filsuf, logika merupakan alat utama dalam
meluruskan pertimbangan- pertimbangan rasional
mereka untuk menemukan kebenaran dari problem
kefilsafatan
26
30. Pancasila terdiri dari lima sila yang spesifik yang berasal dari nilai-
nilai dan norma yang berasal dari alam atau masyarakat Indonesia.
Pancasila selalu dipertanyakan dengan skeptis, mengacu bahwa
Pancasila selalu bisa diuji ketangguhan dan kebenarannya.
Dengan menggunakan metode induktif yang bermula dari
keberadaan dan hakikat Pancasila akhirnya sampai pada rumusan
Pancasila yang kefilsafatan 30
31. Tersusun secara sistematis merujuk pada hierarki yang saling
mengisi satu sama lain. Lima sila pancasila bersifat organis (tiap sila
mempunyai kedudukan dan fungsi sendiri-sendiri ; antar sila yang
satu dengan yang lain saling melengkapi).
Pancasila disepakati bersama dan bersifat universal. Kesatuan sila-
sila Pancasila berdasarkan pada kodrat yang menjadi bawaan
manusia. Pancasila merupakan rumusan dari sifat-sifat kodrat
manusia sewajarnya.
31
32. Terpenuhinya syarat-syarat pengetahuan ilmiah, Pancasila
dapat dikembangkan sebagai suatu sistem.
Pancasila sebagai sistem filsafat harus mempunyai tiga
konsep, yaitu:
1. Konsep Ontologis : hakikat apa yang dikaji
2.Konsep Epistemology : bagaimana cara mendapatkan
pengetahuan Pancasila secara benar.
3.Konsep Aksiologi : nilai kegunaan Pancasila terutama
sebagai falsafah dan peranan hidup bangsa Indonesia.
32
33. mengacu pada objek atau isi dari arti Pancasila
yang abstrak, umum, dan universal, yaitu :
Ke-
Tuhanan
Kemanusi
aan
Persatua
n
Kerakyat
an Keadilan
Dimaksudkan tidak hanya dalam fikiran atau angan-angan tetapi
merupakan cita-cita bangsa yang menjadi dasar filsafat Negara.
Rumusan hubungan yang ada diantara Negara dengan Tuhan,
manusia, kesatuan, rakyat, adil, ialah kesesuaian sifat-sifat dan
keadaan-keadaan di dalam Negara dengan hakikat Tuhan, manusia,
kesatuan, rakyat, dan adil
33
34. Secara aksiologi realisasi, pelaksanaan atau penjelmaan isi arti Pancasila yang
hakiki terbagi menjadi dua yaitu:
Isi arti umum kolektif : realisasinya dalam bidang-bidang kehidupan
Isi arti khusus : realisasinya dalam suatu lapangan kehidupan tertentu.
Segala sesuatu mulai dari kepribadian bangsa sampai pelaksanaan dalam
kehidupan bermasyarakat harus sesuai dengan hakikat Pancasila.
Secara epistemologis pancasila sebagai sistem filsafat mengajak untuk menggali
bagaimana mendapatkan pengetahuan secara benar.
Pemikiran filsafat lebih menekankan pemikiran secara komprehensif. Metode
yang digunakan bisa melalui logika maupun secara ilmiah, karena Pancasila
selalu bisa diuji kebenarannya.
Namun Filsafat Pancasila bukan membahas tentang kebenaran dari Pancasila itu
sendiri, melainkan tentang nilai-nilai yang terkandung pada Pancasila agar
bermanfaat dalam mencapai tujuan bangsa dan negara ini.
34
35. Filsafat Pancasilamenempatkan nilai-nilai
Pancasila sebagai referensi kebenaran. Hal itu
akan memberi manfaat yang lebih nyata dan
mengarah ke tujuan sebenarnya bangsa ini ketika
hakikat dari nilai-nilai pada sila-sila Pancasila
dijadikan sebagai acuan.
35