2. Tujuan studi filsafat adalah mengantarkan seseorang ke dalam
dunia filsafat, yatu mengetahui apakah filsafat, maksud dan
tujuannya. Studi filsafat dimaksudkan untuk “pendidikan mental”.
Tujuan umum filsafat adalah menjadikan manusia yang susila.
Orang yang susila dipandang sebagai ahli filsafat, ahli hidup, dan
sekaligus orang yang bijaksana.
Tujuan khusus filsafat adalah menjadikan manusia yang berilmu.
Ahli filsafat dipandang sebagai orang yang ahli dalam bidang ilmu
pengetahuan, yang selalu mencari kebenaran dari semua
problema keilmuan.
Perbedaan orang yang berfilsafat dengan orang yang tidak
berfilsafat terletak pada sikap seseorang terhadap hidupnya.
Filsafat mengajarkan tentang kesadaran, kemauan, dan
kemampuan manusia sesuai dengan kedudukannya sebagai
makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk Tuhan untuk
diaplikasikan dalam hidup.
.
2
3. Secara Etimologis : kata filsafat berasal dari bahasa Yunani
“Philosophia” yang merupakan penggabungan dua kata yakni
“philos” atau “philein” yang berarti “cinta”, “mencintai”, serta kata
“sophia” yang berarti “kebijaksanaan” atau “ hikmat”.
Secara bahasa “filsafat” memiliki arti “cinta akan kebijaksanaan”.
Cinta artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar.
Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang
sesungguhnya.
Arti kata ini belum memperhatikan makna yang sebenarnya dari
kata filsafat, sebab pengertian “mencintai” belum memperlihatkan
keaktifan seorang filosof untuk memperoleh kearifan itu.
Seseorang disebut filosof bila telah mendapat atau meraih
kebijaksanaan, pengertian ini berlaku di Timur (Tiongkok dan
India).
3
4. Plato (427 – 347 SM),
memberikan istilah
dialektika (seni
berdikskusi). Jadi filsafat
adalah mengkritik
pendapat-pendapat yang
berlaku. Jadi kearifan atau
pengetahuan intelektual
itu diperoleh melalui
suatu proses pemeriksaan
secara kritis, diskusi dan
penjelasan.
4
5. Aristoteles (384 – 322 SM), filsafat
sebagai ilmu menyelidiki tentang hal
ada sebagai hal ada yang berbeda
dengan bagian-bagiannya yang satu
atau lainnya.
Ilmu ini juga dianggap sebagai ilmu
yang pertama dan terakhir, sebab
secara logis disyaratkan adanya ilmu
lain yang juga harus dikuasai,
sehingga untuk memahaminya orang
harus menguasai ilmu yang lain itu.
5
6. Sir Francis Bacon (1561 – 1626 M), filsafat adalah
induk agung dari ilmu-ilmu. Filsafat menangani semua
pengetahuan sebagai bidangnya.
6
7. Rene Descartes (1590 – 1650),
filsafat sebagai kumpulan segala
pegetahuan di mana Tuhan, Alam,
dan Manusia menjadi pokok
penyelidikan
7
8. Dalam pengertian filsafat sebagai ilmu mengandung empat
pertanyaan ilmiah : bagaimanakah, mengapakah,
kemanakah, dan apakah.
Pertanyaan bagaimana menanyakan sifat-2 yang ditangkap
oleh indra. Jawaban yang diperolehnya bersifat deskriptif
(penggambaran)
Pertanyaan mengapa menanyakan tentang sebab (asal
mula) suatu obyek. Jawaban yang diperolehnya bersifat
kausalitas (sebab-akibat).
Pertanyaan kemana menanyakan apa yang terjadi dimasa
lampau, sekarang dan akan datang. Jawaban yang
diperoleh ada tiga jenis pengetahuan, yaitu : (1)
pengetahuan yang timbul dari hal yang selalu berulang
(kebiasaan), yang nantinya dapat dijadikan sebagai
pedoman. Ini dapat dijadikan dasar untuk mengetahui apa 8
9. (2) pengetahuan yang timbul dari pedoman yang
terkandung dalam adat istiadat yang berlaku dalam
masyarakat. Pedoman yang selalu dipakai disebut hukum,
(3) pengetahuan yang timbul dari pedoman yang dipakai
(hukum) sebagai suatu hal yang dijadikan pegangan.
Pertanyaaan apakah yang menanyakan tentang hakekat
atau inti mutlak dari suatu hal. Hakekat ini sifatnya sangat
dalam (radix) dan tidak lagi bersifat empiris sehingga
hanya dapat dimengerti oleh akal. Jawaban yang diperolah
akan dapat mengetahui hal-hal yang sifatnya umum,
universal, abstrak.
Untuk memperoleh pengetahuan hakekat, haruslah
dilakukan dengan abstraksi, yaitu suatu perbuatan akal
untuk menghilangkan keadaan, sifat-2 yang secara
kebetulan, sehingga akhirnya tinggal sifat yang harus 9
10. Berpikir secara filsafat artinya berpikir yang sangat
mendalam sampai hakekat atau secara menyeluruh, atau
berpikir dilihat dari berbagai sudut pandang ilmu
pengtahuan.
Berpikir demikian sebagai upaya untuk berpikir secara
tepat dan benar serta dapat dipertanggung jawabkan.
Ada beberapa persyaratan yaitu :
Harus sistimatis, pemikiran yang sistematis
dimaksudkan untuk menyusun suatu pola pengetahuan
yang rasional. Sistematikan pemikiran filosof
dipengaruhi oleh keadaan dirinya, lingkungan,
zamannya, pendifikan.
Harus konseptual, maksudnya adalah sebagai upaya
untuk menyusun suatu bagan yang terkonsepsi (jelas),
karena berpikir secara filsafat sebenarnya berpikir
tentang hal dan prosesnya. 10
11. Harus koheren, koheren atau runtut adalah unsur-unsur
tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan
satu sama lain. Koheren memuat suatu kebenaran
logis.
Harus rasional, maksudnya adalah unsur-unsurnya
berhubungan secara logis. Artinya pemikiran filsafat
harus diuraikan dalam bentuk yang logis.
Harus sinoptik, sinoptik artinya pemikiran filsafat harus
melihat hal-hal secara menyeluruh atau dalam
kebersamaan secara integral.
Harus mengarah kepada pandangan dunia, maksudnya
adalah pemikiran filsafat sbagai upaya untuk
memahami semua realitas kehidupan dengan jalan 11
12. Filsafat pada hakekatnya bersumber pada kodrat pribadi
manusia. Hal ini berarti bahwa filsafat mendasarkan pada
penjelmaan manusia secara total dan sentral sesuai dengan
hakekat manusia sebagai makhluk monodualisme. Manusia
secara total (menyeluruh) dan sentral didalamnya memuat
sekaligus sebagai sumber penjelmaan bermacam-macam
filsafat seperti :
Manusia dengan unsur raganya melahirkan filsafat biologi.
Manusia dengan unsur rasanya melahirkan filsafat
keindahan (estetika).
Manusia dengan unsur monodualismenya melahirkan
filsafat antropologi.
Manusia dengan unsur kehendaknya untuk berbuat baik-
buruk melahirkan filsafat tingkah laku (etika) 12
13. Manusia sebagai makhluk yang berakal melahirkan
filsafat berpikir (logika).
Manusia dengan segala aspek kehidupannya melahirkan
filsafat nilai (aksiologi).
Manusia dengan dan sebagai warga negara melahirkan
filsafat negara.
Filsafat sebagai pandangan hidup merupakan suatu
pandangan hidup yang dijadikan dasar setiap tindakan dan
tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
Pandangan hidup akan tercermin didalam sikap hidup dan
cara hidup. Sikap dan cara hidup akan muncul apabila
manusia mampu memikirkan dirinya sendiri secara total.
13
14. Obyek materi adalah hal atau bahan yang diselidiki (hal
yang dijadikan sasaran penyelidikan). Sedangkan obyek
forma adalah sudut pandang).
Obyek materi filsafat adalah segala sesuatu yang ada. “Ada”
disini mempunyai tiga pengertian, yaitu ada dalam
kenyataan, pikiran dan kemungkinan. Sedangkan obyek
forma filsafat adalah menyeluruh secara umum.
Menyeluruh berarti bahwa filsafat dalam memandangnya
dapat mencapai hakekat (mendalam), tidak ada satupun
yang berada di luar jangkauan pembahasan filsafat. Umum
berarti bahwa dalam hal tertentu, hal tersebut dianggap
benar selama tidak merugikan kedudukan filsafat sebagai
ilmu. 14
15. Ada beberapa ciri yang dapat mencapai derajat pemikiran
filsafat yaitu :
Sangat umum/universal.
Pemikiran filsafat mempunyai kecenderungan sangat umum
dan tingkat keumumannya sangat tinggi. Pemikiran filsafat
tidak bersangkutan dengan obyek khusus, akan tetapi
dengan konsep yang sifatnya umum (tentang manusia,
keadilan, kebebasan).
Tidak faktual.
Kata lain adalah spekulatif, yang artinya filsafat membuat dugaan-2
yang masuk akal mengenai sesuatu dengan tidak berdasarkan pada
bukti. Jawaban yang didapat dari dugaan ini sifatnya juga spekulatif.
Bukan berarti pemikiran filsafat tidak ilmiah, tetapi tidak termasuk
dalam kewenangan ilmu khusus. 15
16. Bersangkutan dengan nilai.
Filsafat merupakan usaha untuk mencari
pengetahuan, berupa fakta-fakta yang disebut
penilaian. Yang dibicarakan dalam penilaian adalah
tentang yang baik dan buruk.
Berkaitan dengan arti.
Nilai selalu dipertahankan dan dicari. Sesuatu yang
bernilai tentu didalamnya penuh dengan arti. Agar
filosof dalam mengungkapkan idenya sarat dengan
arti, harus dapat menciptakan kalimat logis dan
bahasa yang tepat.
Implikatif.
Pemikiran filsafat yang baik dan terpilih selalu 16
17. Filsafat tentang pengetahuan, terdiri dari :
Epistemologi
Logika
Kritik ilmu-ilmu
Filsafat tentang keseluruhan kenyataan, terdiri dari :
Metafisika umum (ontologi)
Metafisika khusus, terdiri :
Teologi metafisik
Antropologi
Kosmologi
Filsafat tentang tindakan, terdiri dari :
Etika
Estetika
Sejarah filsafat
17
18. Pembagian filsafat secara sistimatis yang didasarkan pada
sistematika yang berlaku didalam kurikulum akademis :
Metafisika (filsafat tentang hal yang ada)
Epistemologi (teori pengetahuan)
Metodologi (teori tentang metode)
Logika (teori tentang penyimpulan)
Etika (filsafat tentang pertimbangan nilai)
Estetika (filsafat tentang keindahan)
Sejarah filsafat
Pembagian filsafat berdasar struktur pengetahuan yang
berkembang sekarang ini, terbagi menjadi tiga bidang,
yaitu filsafat sistematis, filsafat kusus dan filsafat keilmuan.
Filsafat sistematis, terdiri :
Metafisika
Epistemologi 18
19. Metodologi
Logika
Etika
Estetika
Filsafat khusus terdiri :
Filsafat seni
Filsafat kebudayaan
Filsafat Pendidikan
Filsafat Sejarah
Filsafat Bahasa
Filsafat Hukum
Filsafat Politik
Filsafat Agama
Filsafat Nilai
19
20. Filsafat Keilmuan terdiri :
Filsafat Matematika
Filsafat Biologi
Filsafat Linguistik
Filsafat Psikologi
Dalam studi filsafat untuk memahaminya secara baik paling
tidak kita harus mempelajari lima bidang pokok, yaitu
Metafisika, Epistemologi, Logika, Etika, dan Sejarah
Filsafat.
1. Metafisika.
Metafisika merupakan cabang filsafat yang memuat suatu
bagian dari persoalan filsafat. Suatu cabang filsafat yang
paling sulit dipahami terutama bagi pemula belajar filsafat. 20
21. Membicarakan tentang prinsip-prinsip yang paling
universal;
Membicarakan sesuatu yang bersifat keluarbiasaan;
Membicarakan karakteristik hal-hal yang sangat
mendasar;
Berupaya menyajikan suatu pandangan yang
komprehenship tentang segala sesuatu
Membicarakan persoalan-2 seperti : hubungan akal
dengan benda, hakekat perubahan, wujud Tuhan,
kehidupan setelah mati.
2. Epistemologi.
Epistemologi lazimnya disebut teori pengetahuan yang
21
22. Persoalan Epistemologi (teori pengetahuan) berkaitan
erat dengan persoalan Metafisika. Bedanya persoalan
epistemologi berpusat pada apakah yang ada, yang
didalamnya memuat :
Problem asal pengetahuan
Apakah sumber-sumber pengetahuan
Dari mana pengetahuan yang benar, dan bagaimana
kita dapat mengetahui
Apakah pengetahuan kita itu benar
Bagaimana membedakan antara kebenaran dan
kekeliruan
3. Logika.
Logika adalah bidang pengetahuan yang mempelajari
segenap asas, aturan, dan tatacara penalaran yang
betul. Pada mulanya logika sebagai pengetahuan 22
23. Logika tradisional dikembangkan menjadi logika
modern, sehingga dewasa ini menjadi bidang
pengetahuan yang amat luas yang tidak lagi semata-
mata bersifat filsafati, tetapi bercorak teknis dan ilmiah.
tika.
4. Etika atau filsafat perilaku, sebagai satu cabang
filsafat yang membicarakan “tindakan manusia”, dengan
penekanan yang baik dan yang buruk.
Terdapa dua permasalahan, yaitu yang menyangkut
“tindakan“ dan “baik-buruk”. Dalam pemahaman etika
sebagai pengetahuan norma baik-buruk dalam tindakan
mempunyai persoalan yang luas.
Etika berbeda dengan agama yang didalamnya juga 23
24. Etika bersumber pada rasio semata yang lepas dari
sumber wahyu agama yang dijadikan sumber norma Ilahi.
Dengan demikian etika adalah ilmu yang bekerja secara
rasional.
5. Sejarah Filsafat.
Sejarah filsafat adalah laporan suatu peristiwa yang
berkaitan dengan pemikiran filsafat. Memuat berbagai
pemikiran kefilsafatan mulai dari zaman pra-Yunan I
hingga zaman modern.
Dengan mengetahui pemikiran filsafat para ahli pikir
(filosof) akan didapat berbagai ragam pemikiran.
Dalam sejarah filsafat akan diketahui pemikiran-2 yang
genius hingga pemikir tersebut dapat mengubah dunia,
yaitu dengan ide-ide yang cemerlang.
24
25. Ilmu, filsafat dan agama mempunyai hubungan yang
terkait dan reflektif dengan manusia. Ketiganya tidak
dapat bergerak dan berkembang apabila tidak ada tiga
alat dan tenaga utama yang berada di dalam diri
manusia.
Tiga alat dan tenaga utama manusia yaitu akal pikir, rasa
dan keyakinan, sehingga manusia dapat mencapai
kebahagiaan bagi dirinya.
Ilmu dan filsafat dapat bergerak dan berkembang berkat
akal pikiran. Agama dapat bergerak dan berkembang
berkat adanya keyakinan.
Ketika alat dan tenaga utama tidak dapat berhubungan
dengan ilmu, filsafat dan agama apabila tidak didorong 25
26. Reflektif, karena ilmu, filsafat dan agama baru dapat
dirasakan faedahnya dalam kehidupan manusia,
apabila ketiganya merefleksi (lewat proses pantul diri)
dalam diri manusia.
Ilmu mendasarkan pada akal pikir lewat pengalaman
dan indra, dan filsafat mendasarkan pada otoritas akal
murni terhadap kenyataan dan pengalaman manusia.,
dan agama mendasarkan pada otoritas wahyu.
Filsafat yang sejati haruslah berdasarkan pada agama,
apabila tidak, maka filsafat tidak akan memuat
kebenaran obyektif karena yang memberikan
penerangan adalah akal pikiran.
Apabila hanya berdasark pada akal pikiran, akan tidak 26
27. Dapat menambah ilmu pengetahuan, karena dengan
bertambahnya ilmu bertambah pula cakrawala pemikiran
yang semakin luas. Dengan demikian dapat membantu
penyelesaian masalah secara bijaksana.
Membawa manusia ke arah kemampuan untuk
merentang kesadaran dalam segala tindakan, sehingga
akan dapat lebih hidup, lebih tanggap terhadap diri dan
lingkungan, lebih sadar terhadap hak dan kewajiban.
Kemajuan dan teknologi dan dampak negatif yang
dihasilkan, akan menghasilkan kebigungan, keraguan
(skeptis). Untuk itu sangat diperlukan suatu ilmu yang
sifatnya memberikan pengarahan, dan manusia dibekali
suatu kebijaksanaan yang memuat nilai-nilai kehidupan. 27
28. Kegiatan berpikir atau kegiatan kefilsafatan
sesungguhnya berupa “perenungan”. Perenungan untuk
menyusun suatu bagan yang konseptual, tidak boleh
kontradiktif, hubungan bagian yang satu dengan lain
harus logis, harus mampu memberi penjelasan tentang
pandangan dunia.
Sebagai perangkat berpikir adalah analisis dan sintesis.
Dalam menganalisis dan mensistesis para ahli pikir
menggunakan alat pemikiran berupa logika, deduksi,
analogi dan komparasi.
Analisis adalah melakukan pemeriksaan secara
konsepsional terhadap makana dan istilah yang
digunakan dalam pernyataan yang kita buat.
28
29. Logika adalah ilmu pengetahuan tentang penyimpulan
yang lurus serta menguraikan tentang aturan-aturan untuk
mencapai kesimpulan dari premis-premis.
Logika Induksi membicarakan penarikan kesimpulan
bukan dari pernyataan yang umum, melainkan dari
pernyataan yang khusus. Kesimpulannya bersifat
probabilitas berdasarkan atas pernyataan yang diajukan.
29
30. rata-rata 40-60 km/jam. Kedua motor ini juga sama-sama
telah menempuh jarak 5.000 km. Sepeda motor Asri irit
bensinnya.
Tuti dan Asti masing-masing memiliki sebuah sepeda
motor. Kedua motor itu memiliki merek yang sama.
Karena sepeda motor Tuti irit bensinnya , maka Asti bisa
mengharapkan motornya irut juga bensinnya.
Probabilita kebenaran kesimpulan argumen mana yang
lebih tinggi ?
3. Kekuatan konklusi argumen analogis. Kekuatan disini erat
kaitannya dengan sempit atau luasnya konklusi terhadap
premis.
Perhatikan contoh tentang Asri dan Dudu. Dikatakan 30
31. Menghabiskan satu liter untuk 30 Km. Dengan demikian
bisa dikatakan kesimpulan Dudu ini realtif lemah. Tetapi
bila ia berkesimpulan bahwa motornya menghabiskan
bensin sebanyak satu liter untuk 28 Km, dapat dikatakan
kesimpulan Dudu relatif kuat.
4. Jumlah butir ketidaksamaan/disanalogi antara obyek yang
disebutkan dalam premis dengan obyek yang disebutkan
dalam konklusi.
Maksud kriteria ini adalah bahwa semakin banyak butir
disanalogi diantara obyek-obyek yang disebutkan dalam
premis, semakin besar probabilita kebenaran konklusi
suatu argumen analogis.
31
32. 1. Ada 10 orang lulusan SMA X yang kuliah dan telah
berhasil lulus dari tingkat I secara mudah. Ali adalah
lulusan SMA X yang baru akan mengikuti kuliah.
Kemungkinan Ali akan dapat menyelesaikan mata kuliah
dengan mudah.
2. Ada 10 orang lulusan SMA X yang kuliah dan telah
berhasil lulus dari tingkat I secara mudah. Mereka ini
berasal dari keluarga dengan latar belakang sosial
ekonomi yang berbeda-beda. Ali merupakan lulusan
SMA X yang akan mengikuti kuliah tingkat I.
Kemungkinan, Ali dapat naik ke tingkat II dengan mudah.
Mana konklusi/kesimpulan yang lebih besar probabilita
kebenarannya ? 32
33. 5. Relevansi ciri-ciri yang sama dari obyek-obyek yang
disebutkan dalam premis (dan dalam kesimpulan).
Dari butr penilaian kedua, dapat disimpulkan bahwa
semakin banyak kesamaan ciri antara sepeda motor Asri
dengan sepeda motor Dudu, semakin besar kemungkinan
kebenaran konklusi Dudu.
Dalam kaitan dengan butir penilaian kelima, dapat
dikatakan bahwa jumlah ciri kesamaan saja tidak
memadai. Tetapi juga perlu diperhatikan relevan atau
tidaknya ciri kesamaan yang disebutkan.
Contoh : Butir kesamaan antara sepeda motor Asri
dengan Dudu ada 6 buah : (1) warna, (2) bentuk kaca
spion, (3) bentuk sadel, (4) ukuran kunci, (5) model lampu,
(6) ukuran tangki bensin. Sepeda Asri ternyata irit
33
34. Berlandaskan pada hal-hal ini, Dudu menyimpulkan bahwa
sepeda motornya irit bensin. Besarkah probabilita
kebenaran kesimpulan Dudu ?
Mencari mana ciri yang relevan untuk diperhitungkan
dalam suatu argumen analogis tidaklah mudah. Kita harus
terlebih dahulu mengetahui hal-hal apa yang
menyebabkan apa.
Untuk soal irit/tidaknya pemakaian bensin, kita harus
terlebih dahulu mengetahui hal-hal apa saja yang
menyebabkan irit atau tidaknya pemakaian bensin sepeda
motor.
Dengan kata lain kita perlu berbekal pengetahuan tentang 34
35. Suatu peristiwa/kejadian tidak terjadi begitu saja;
melainkan bertalian dengan peristiwa lain dalam suatu
hubungan kausal (sebab-akibat).
Dalam pembicaraan sehari-hari, sering kita beranggapan
bahwa sebab itu terjadi mendahului akibat., atau akibat itu
mengikuti sebab.
Tidak selamanya akibat itu mengikuti sebab, bisa
sebaliknya. Ini terjadi , salah satunya adalah dalam soal
pencapaian tujuan melalui cara tertentu.
Seringkali keinginan untuk mencapai tujuan tertentu justru
menjadi penyebab dilaksanakannya suatu cara tertentu.
Akibat mengikuti sebab : Tiupan angin Kibaran
bendera
Sebab mengikuti akibat : Belajar giat Nilai
tinggi
35
36. Sebab-akibat bisa diartikan juga dalam konteks kondisi
mutlak – kondisi memadai. Dalam konteks kondisi mutlak,
bahwa untuk terjadinya akibat tertentu, mutlak diperlukan
sebab tertentu.
Adanya api - Ledakan di pabrik mesiu.
Kondisi memadai adalah sebab tertentu yang
keberadaannya saja sudah menjamin terjadinya akibat
tertentu. Pertemuan antara mesiu dan api. Ini bisa
dianggap sebagai kondisi memadai karena
keberadaannya saja sudah memadai untuk menimbulkan
ledakan.
Tidak selamanya suatu sebab hanya tergolong sebagai
kondisi mutlak dan sebab lainnya sebagai kondisi
memadai. Bisa terjadi suatu sebab sekaligus tergolong 36