Makalah ini membahas peranan manusia dalam lingkungan dari perspektif Islam. Secara umum, manusia didefinisikan sebagai makhluk hidup ciptaan Tuhan, sedangkan lingkungan adalah tempat tinggal manusia dan mahluk hidup lain. Dalam perspektif Islam, manusia adalah makhluk mulia yang diciptakan untuk beribadah, sedangkan lingkungan adalah ciptaan Tuhan yang perlu dilestarikan oleh manusia sebagai khalifah di b
1. Peranan Manusia Dalam Lingkungan Perspektif Islam
Makalah Ilmu Sosial Budaya Dasar
Disusun oleh :
Ati Rohaeti
Jibril Abdurrahman
Mila Falhan
Neni Santika
Nizar Ridaus Syamsi
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN ISLAM
BANDUNG
2012
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT, yang atas rahmatnya kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk pembelajaran dan diskusi dalam mata kuliah “ Ilmu
Sosial Budaya Dasar ” yang dibimbing oleh bapak Ihsan Setiadi latief, dosen dari STKIP
Persatuan Islam. Ucapan rasa terima kasih kami kepada beliau yang sudah banyak
memberi kami pengetahuan baru dalam pembelajaran ini. Dan juga kepada beberapa
mahasiswa yang telah membantu mencari referensi agar makalah ini mencapai target.
Kami berharap semoga Allah memberikan pahalayang baik pada mereka yang
telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah,
Amiin Yaa Robbal „Alamiin.
Kami menyadari tulisan ini banyak kekurangan oleh karena itu kami ucapkan
mohon maaf bila ada kesalahan-kesalahan yang kami lakukan dalam penulisanya, mohon
kritik dan saran untuk perbaikan dan sekaligus memperbesar manfaat tulisan ini sebagai
pengalaman. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
Bandung, 11 JUNI 2012
Kelompok 5
i
3. INTISARI
Dalam makalah ini materi yang akan dikemukakan adalah suatu perihal yang
berjudul “Peranan Manusia Dalam Lingkungan Perspektif Islam” yang konteksnya
tentang definisi Manusia dalam lingkungan. Makalah ini lebih menggambarkan manusia
di muka bumi dalam suatu pandangan, yang akan kita ambil dan dibedah dalam
Perspektif Islam.
Makalah ini bertujuan guna untuk mempersentasikan Materi Ilmu Sosial Budaya
Dasar dalam judul yang telah kami tuliskan sebelumnya untuk suatu pembelajaran yang
akan kami bahas.
iii
4. Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Terdapat beberapa pandangan mengenai peranan manusia di muka bumi
diantaranya; dari segi ekologi, budaya, ekosistem, agama, sosial, dan lain sebagainya.
Namun apakah manusia memahaminya?, jika manusia memahaminya lantas kenapa
masih terdapat banyak manusia yang memanfaatkan lingkungan dengan cara yang tidak
patut, tanpa memikirkan Analisa Dampak Lingkungan yang akan berpengaruh pada
fenomena kehidupan yang sudah tercipta dengan indahnya oleh Alloh Swt. Bukan hanya
hal itu, tetapi juga dari segi pemahaman Teologi yang berbeda yang disebabkan oleh
kesalahan konseptual dalam suatu interaksi lingkungan sosial masyarakat. Oleh hal sebab
hal itu, perlu terciptanya lingkungan yang berdasarkan atas ajaran agama, terutama ajaran
Islam, agama yang telah di ridaai oleh Alloh Swt sebagai pegangan untuk hambanya. Dan
Alloh maha kuasa lagi maha benar.
B.
Rumusan Masalah
Untuk menuju terciptanya lingkungan yang islami maka harus didasarkan pada :
1. Paham tentang definisi Manusia dan Lingkungan secara Umum
2. Paham tentang definisi Manusia dan Lingkungan secara Perspektif Islam
3. Etika Islam dalam konseptual menuju lingkungan hidup islami
4. Peranan Manusia dalam Lingkungan Alam Semesta secara Perspektif Islam.
5. Interaksi Manusia dalam Lingkungan Sosial secara perspektif Islam
5. Bab II
Pembahasan
PERANAN MANUSIA DALAM LINGKUNGAN
PERSPEKTIF ISLAM
A. Definisi Manusia dan Lingkungan Secara Umum
Manusia
Definisi manusia dapat dilihat dari berbagai segi. Secara bahasa manusia berasal
dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau
makhluk yang mampu menguasai makhluk lain. Secara istilah manusia dapat diartikan
sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus)
atau seorang individu. Secara biologi, manusia diartikan sebagai sebuah spesies primata
dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
Ada beberapa definisi manusia Menurut beberapa ahli :
I Wayan Watra
Manusia adalah mahluk yang dinamis dengan trias dinamikanya, yaitu cipta,
rasa dan karsa.
PAULA J. C & JANET W. K
Manusia adalah mahluk terbuka, bebas memilih makna dalam situasi,
mengemban tanggung jawab atas keputusan yang hidup secara kontinu serta
turut menyusun pola berhubungan dan unggul multidimensi dengan berbagai
kemungkinanan.
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany
Manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang
berfikir, dan manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan
6. ruh), manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan
lingkungan.
Manusia adalah mahluk hidup ciptaan tuhan dengan segala fungsi dan potensinya
yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan,
perkembangan, dan meninggal, dan lain sebagainya. Serta terkait berinteraksi dengan
alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik baik itu positif maunpun
negatif.
Lingkungan
Lingkungan adalah Kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan
sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, serta flora dan fauna yang tumbuh di
atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia
seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.
Dan
merupakan
suatu
media
dimana
mahluk
hidup
tinggal,
mencari
penghidupannya, dan memiliki karakter serta fungsi yang khas yang mana terkait secara
timbal balik dengan keberadaan mahluk hidup yang menempatinya, terutama manusia
yang memiliki peranan yang lebih kompleks dan real.
Manusia dan Lingkungan merupakan sebuah kesatuan System fenomena Alam
yang tidak dapat dipisahkan atau yang disebut dalam istilah Ekologi, Ekologi ialah
hubungan timbal balik manusia dengan lingkungannya. Ialah studi ilmiah tentang
interaksi yang menentukan pengelolaan lingkungan , penyebaran, dan kepadatan mahluk
hidup.
7. B.
Definisi manusia dan Lingkungan Secara Perspektif Islam
Manusia
Manusia menurut agama Islam Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan
beberapa istilah, antara lain:
Dari aspek Historis penciptaannya, manusia disebut dengan Bani Adam Qs.AlA‟raf 7 : 31.
Aspek Biologis, manusia disebut dengan panggilan Basyar, yaitu mencerminkan
sifat-sifat fisik kimia biologisnya Qs.Al-Mukminuun (23 ) : 33.
Dari aspek kecerdasannya manusia disebut Insan, yakni makhluk terbaik yang
diberi akal sehingga mampu menyerap ilmu pengetahuan Qs.Ar-Rahmaan ( 55 ) :
3-4.
Dari aspek Sosiologisnya manusia disebut An-Nas, yang menunjukkan sifatnya
berkelompok sesama jenisnya.
Aspek Posisinya, Abdun ( hamba ),yakni sebagai hamba Allah yang harus tunduk
dan patuh kepada Nya.
Di Hal lainnya dalam Al-Qur‟an dan Al-Sunnah disebutkan bahwa manusia adalah
makhluk yang paling mulia dan memiliki berbagai potensi serta memperoleh petunjuk
kebenaran dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.
Lingkungan
Alam adalah tanda-tanda kebesaran Alloh (Ali-Imran : 190), yang diciptakannya
akan berpengaruh terhadap fenomena kehidupan sebagai hamparan untuk manusia dalam
menjalankan perintahnya. Alam juga merupakan sebagai media untuk membangun
peradaban (Shaad : 72) dan Al-Isra : 70 yang berbunyi :
8. “ maka apabila telah ku sempurnakan kejadianya dan kutiupkan kepadanya Ruh
(ciptaan) ku, maka hendaklah kamu bersungkur dengan sujud kepadanya.”(Shaad:72).
“dan sesungguhnya telah kami muliakan ank-anak Adam, kami angkut mereka
didaratan dan dilautan, kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkan
merekadengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan mahluk yang telah kami
ciptakan.” (Al-Isra:70)
Alam ini juga merupakan sebagian amanah Alloh (Al-ahzab : 72) yang berbunyi :
sesungguhnya kami menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka
semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir mengkhianatinya, dan
dipikulah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat dzalim dan bodoh.
Sangatlah nyata apa yg tertera pada al-qur‟an dengan keterkaitan duniawi, Pada
kenyataan nya yang sekarang ini terdapat lingkungan yang rusak akibat manusia karena
keserakahan untuk kepentingan individu, padahal sudah sampai pengetahuan kepada
mereka.
C. Etika Islam dalam Konseptual Menuju Lingkungan Hidup Islami.
Untuk menuju ke arah itu, etika lingkungan islam didasarkan pada kerangka
konseptual yang meliputi konsep tauhid (monoteisme), ibadah (pengabdian), Ilm
(pengetahuan), khilafah (memanfaatkan dan memelihara), amanah (kejujuran), adalah
(keseimbangan), jamal (keindahan) dan halal haram.
Tauhid (monoteisme)
Pokok ajaran islam berangkat dari keesaan, yang meliputi tauhid rububiyah,
mulkiyah, maupun uluhiyah. Tauhid rububiyah dan mulkiyah diakui oleh kebanyakan
agama, tetapi tauhid uluhiyyah yang menyatakan Alloh yang maha esa hanya terdapat
9. dalam ajaran islam. Menurut Ali Syariati, sebagaimana dikutip Sardar (1985:233),
“Dalam pandangan dunia tauhid, manusia takut hanya pada satu kekuatan dan bertangung
jawab hanya pada satu hakim. Dia berpaling hanya pada satu kiblat (arah peny), dan
mengarahkan harapan-harapan dan kekhawatirannya pada satu sumber saja. Oleh karena
itu, segala sesuatu selainnya adalah “palsu” dan “tidak bermakna”. Semua
kecenderungan, perjuangan, rasa takut, harapan, dan keimanan manusia yang berbeda dan
bermacam-macam itu sia-sia dan tidak mendatangkan hasil. Keputusan pada-nya semata
norma tertinggi bagi seluruh mahluk, memaksa manusia untuk melawan semua kekuatan
pendusta, seluruh belenggu ketakutan dan ketamakan yang memalukan.
Tauhid tidak dapat dipisahkan dengan aspek lain seperti aspek khilafah dan
amanah yang mendorong manusia mempertanggung jawabkan segala perilakunya. Kita
dilahirkan sebagai manusia yang suci dan mempunyai kebebasan untuk memilih. Untuk
itu, setiap tindakan kita adalah tanggung jawab kita sendiri. Sebagai khalifah di muka
bumi ini, kita, manusia, harus mampu memelihara dan melestarikan alam ini.
Ibadah (pengabdian)
Kita diciptakan oleh Alloh Swt untuk beribadah kepada-nya. Dalam ajaran islam,
segala sesuatu dinilai ibadah dengan syarat memulainya dengan niat yang ikhlas. Dalam
salah satu ayat Al-Qur‟an dinyatakan, “tidaklah sekali-kali kami ciptakan jin dan manusia
kecuali untuk beribadah kepadaku” (Al-dzariyat: 56). Setiap orang yang melakukan
“eksploitasi” dan menggunakan alam adalah demi kepentingan ibadah, dan karena itu
setiap orang yang melestarikanya juga adalah ibadah. Jadi memelihara lingkungan adalah
ibadah. Rasul Saw, sebagaimana di informasikan oleh Anas bin Malik, bersabda
sehubungan dengan pelestarian ekosistem sebagai berikut :
10. “tidak ada seorang muslim pun yang menanam pepohonan dan menanam tanaman
(kecil), lalu memakanya dari tanaman itu, baik burung, manusia maupun binatang ternak
lainya, kecuali hal itu akan menjadi shadaqah baginya” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Jadi apabila seseorang menanam sesuatu, jangan hanya berpikir tentang dirinya sendiri,
tetapi harus berpikir terhadap lingkungan secara keseluruhan. Atas dasar itu, kaidah
ushuliyah yang berkaitan dengan lingkungan perlu dibuat, seperti : “Memelihara
lingkungan adalah ibadah”.
Ilm (Pengetahuan)
Islam menempatkan ilmu pada tempat yang tinggi dan orang yang berilmu akan
selalu ditinggikan oleh Alloh Swt. Konsep ilmu yang dimaksud dalam telaah ini ialah
„tanda-tanda‟ alam yang harus dikaji dengan menggunakan ilmu pengetahuan. Kita
memaklumi, sebagaimana dikemukakan juga oleh Sardar bahwa dalam Islam “Pencarian
pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari pemikiran moralitas. „Ilmu berkembang melalui
perantaraan tauhid. Pengetahuan yang dicari manusia adalah dalam kerangka
mengagungkan Alloh dan memenuhi tanggung jawab manusia atas kepercayaan-nya.
Dengan demikian, pencarian pengetahuan yang memberi manusia pandangan-pandangan
yang salah tentang kedaulatan mutlak atau membahayakan kepercayaan terhadap tuhan,
dan lingkungan bumi, tidak diperbolehkan dalam islam. Konsep tauhid, khilafah, dan Ilm
saling berkaitan dan membentuk pemikiran-pemikiran dan arah pencarian rasional.
Dengan demikian, epistemologi islam “sepenuhnya dan tidak boleh tidak bersifat holistik,
dan di dalam konteks ini pengetahuan yang terpecah-pecah atau epistemologi reduksionis
akan merupakan pengertian yang saling bertentang”.
11. Khilafah (pemanfaatan dan pemeliharaan)
Konsep khilafah secara umum amat berkaitan dengan pengaturan dunia ini.
khilafah dalam Islam bukan hanya berbicara tentang politik kenegaraan, tetapi lebih luas
dari itu, yaitu setiap gerak langkah yang berkaitan dengan pengaturan alam semesta. Surat
Al-baqarah ayat 30 yang membicarakan pengangkatan manusia sebagai khalifah dimuka
bumi cenderung khalifah dalam pengertian umum yaitu mengolah alam, memanfaatkan
alam, dan melestarikan alam. Kita sebagai khalifah diminta pertanggungjawaban oleh
generasi yang akan datang di muka bumi ini dan oleh tuhan di akhirat kelak.
Amanah dan Adalah (kejujuran dan keseimbangan)
Amanah dan Adalah merupakan aspek lain dari kerangka konsep lingkungan Islam.
Amanah atau kejujuran dalam memperlakukan alam serta keseimbangan atau adil dalam
memberdayakannya. Keadilan itulah dituntut selanjutnya setelah amanah diberlakukan.
Konsep keseimbangan ini diperlukan agar setiap pelanggar amanah dapat segera ditegur
oleh hukum yang berlaku. Konsep istihlah dalam pembentukan hukum lingkungan perlu
ditata kembali dan memenuhi prinsip keadilan.
Jamal (keindahan)
Apa yang kita lakukan dalam menggunakan alam harus memperhatikan estetika
atau keindahan. Dunia yang indah ini jangan sampai rusak demi kepentingan kemewahan
dan kerakusan manusia. Gunung Gemunung, air laut yang tampak membiru, dan sungai
yang jernih airnya jangan sampai terkontaminasi oleh berbagai macam polusi demi
kepentingan orang tertentu karena bukan saja akan membahayakan manusia, tetapi juga
segala habitat flora dan fauna yang demikian banyak nya. Terdapat dalam surat Al-A‟raf:
56 yang membicarakan tentang larangan membuat kerusakan di muka bumi :
12. “ Dan janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi, sesudah (Alloh)
Memperbaikinya dan berdo‟alah kepadanya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan
harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Alloh amat dekat kepada orang-orang
yang berbuat baik.
Ada pun hukuman terhadap orang yang merusak lingkungan yaitu dalam surat AlMaidah : 33
“Sesungguhnya pembalasan terhdap orang-orang yang memerangi Alloh dan
Rosulnya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib,
atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari
negeri(tempat kediamanya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka
didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar”. (Al-Maidah:33)
13. Halal dan Haram
Lingkungan Islam ialah lingkungan yang harus dikontrol oleh dua konsep:
halal(menguntungkan) dan haram(membahayakan). Jika diteliti secara cermat, haram
mencakup segala sesuatu yang bersifat merusak bagi manusia sebagai individu,
lingkungan terdekatnya, dan lingkungan umum. Kata merusak harus dipahami dalam
pengertian fisik, mental dan ruhani. Segala sesuatu yang menguntungkan bagi seorang
individu, masyarakat dan lingkungannya adalah Halal. Dengan demikian, suatu tindakan
yang halal, memberi keuntungan bagi semua orang. Lingkungan, karena itu, memainkan
peranan yang menentukan dalam pola Islam menyangkut segala hal yang dapat
mendatangkan keuntungan bagi seorang individu mungkin akan melahirkan dampak yang
membahayakan
bagi
masyarakat
atau
lingkungan,
dengan
segenap
kekayaan
kaleidoskopiknya, harus dilestarikan (Sardar, 1985:235).
Selanjutnya Sardar mengatakan bahwa gabungan konsep-konsep tauhid, khilafah,
amanah, halal dan haram dengan istilah-istilah bagi keadilan („adl) dan moderisasi,
kesederhanaan,
keseimbagan,
keselarasan
(i‟tidal)
dan
konsep-konsep
ihtisan
(kecenderungan pada yang lebih baik) dan istishlah (kesejahteraan sosial), akan menjadi
kerangka yang paling canggih bagi suatu etika lingkungan yang didambakan manusia.
Sosio etika muslim, yaitu landasan dari masyarakat itu sendiri adalah suatu usaha
pencahar keseimbangan, dan dengan demikian jga keridaan tuhan. Penerima mandat
perwakilan (khilafah) dari perjuangan untuk menjadi komunitas yang moderat (ummah
wasath), „tulis Parvez Manzoor. Cita-cita keadilan, kepentingan umum, keseimbangan
lingkungan dan keselarasan dengan alam yang ditegaskan oleh kesadaran muslim, dapat
dicapai dengan mengikuti jalan moderasi.
14. D. Peranan Manusia dalam Lingkungan terhadap Alam Semesta secara
Perspektif Islam.
Manusia sebagai salah satu makhluk hidup di Bumi ini mempunyai berbagai
fungsi, peran dan tanggung jawab, dan Islam sebagai agama dengan jumlah pemeluknya
terbesar dibanding agama-agama yang lain, sudah tentu mempunyai pandangan tersendiri
akan peran dan tanggung jawab manusia di Bumi.
Manusia Sebagai Khalifah dimuka bumi.
Dalam Surat Al Baqarah : 30 yang berbunyi : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi
itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal
kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan
berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.
Allah SWT menciptakan manusia di muka bumi agar manusia dapat menjadi
kalifah di muka bumi tersebut. Yang dimaksud dengan khalifah ialah bahwa manusia
diciptakan untuk menjadi penguasa yang mengatur apa-apa yang ada di bumi, seperti
tumbuhannya, hewannya, hutannya, airnya, sungainya, gunungnya, lautnya, perikanannya
dan seyogyanya manusia harus mampu memanfaatkan segala apa yang ada di bumi untuk
kemaslahatannya. Jika manusia telah mampu menjalankan itu semuanya maka sunatullah
yang menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi benar-benar dijalankan dengan baik
oleh manusia tersebut, terutama manusia yang beriman kepada Allah SWT dan
Rasulullah Saw.
15. Kesimpulan kandungan Surat Al Baqarah : 30, diantaranya:
1.
Allah memberitahu kepada malaikat bahwa Allah akan menciptakan khalifah (wakil
Allah) di bumi
Allah memilih manusia menjadi khalifah di muka bumi
malaikat menyangsikan kemampuan manusia dalam mengemban tugas sebagai
manusia. Menurut pandangan malaikat, manusia suka membuat kerusakan dan
menumpahkan darah
Malaikat beranggapan bahwa yang pantas menjadi khalifah di bumi adalah dirinya.
Malaikat merasa selalu bertasbih, bertauhid dan menyucikan Allah
Allah lebih mengetahui apa yang tidak diketahui oleh malaikat
Ketika memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada beberapa
peranan penting yang diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari kiamat.
-
Pertama, memakmurkan bumi (al „imarah) dengan mengelola pemanfaatan
lingkungan alam.
-
Kedua, memelihara dan menjaga bumi dari upaya-upaya perusakan yang datang
dari pihak manapun (ar ri‟ayah).
-
Ketiga, kebersihan (an-nadofah), dengan menjaga kebersihan, lingkungan tidak
menjadi terkontaminasi dari penyakit. Dari peranan tersebut manusia sudah
memelihara lingkungan agar tetap hidup sehat. Kebersihan itu sifatnya meluas
dalam berbagai aspek, diantaranya :
Aspek Biologis yang erat kaitannya pada kesehatan dan lain sebagainya.
Aspek Geografis yang erat kaitanya pada kebersihan dalam pemetaan
tempat luas tatanan suatu wilayah.
16. Aspek Geologis yang erat kaitanya pada ke telitian dalam penggunaan
sumber daya alam.
Aspek Hydrologis yang erat kaitannya pada kebersihan Air untuk menjaga
dari kontaminasi polusi seperti dari bahan kimia yg berbahaya bagi
kehidupan masyarakat.
-
Ke‟Empat, keseimbangan alam(At-tawazunu Fi Tabieah), dengan menjaga apa
yang telah alloh ciptakan keseimbangan dalam penciptaanya, maka dalam
pemanfaatannya pun tidak akan berlebihan, seperti contohnya manusia menebang
pohong untuk keperluan hidup, disisi pemanfaatnya itu manusia melakukan
penanaman ulang agar tidak berdampak negatif seperti pemanasan global, banjir,
dan lain sebagainya. (QS Ar-Rahmaan (55) 7-13.
Sebagai khalifah, manusia diberi wewenang berupa kebebasan memilih dan
menentukan, sehingga kebebasannya melahirkan kreatifitas yang dinamis. Kebebasan
manusia sebagai khalifah bertumpu pada landasan tauhidullah seperti yg sudah dijelaskan
sebelumnya, sehingga kebebasan yang dimiliki tidak menjadikan manusia bertindak
sewenang-wenang, seperti memanfaatkan lingkungan hanya untuk kepentingan individual
itu sama sekali bukan yang di ajarkan dalam ajaran Islam.
17. Kekuasaan manusia sebagai wakil Allah dibatasi oleh aturan-aturan dan ketentuanketentuan yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hukum-hukum Allah baik
yang tertulis dalam kitab suci (al-Qur‟an), maupun yang tersirat dalam kandungan alam
semesta (al-kaun). Seorang wakil yang melanggar batas ketentuan yang diwakili adalah
wakil yang mengingkari kedudukan dan peranannya, serta mengkhianati kepercayaan
yang diwakilinya. Oleh karena itu, ia(manusia) diminta pertanggungjawaban terhadap
penggunaan kewenangannya di hadapan yang diwakilinya, sebagaimana firman Allah
dalam QS 35 (Faathir : 39) yang artinya adalah :
“Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah dimuka bumi. Barang siapa
yang kafir, maka (akibat) kekafiran orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah akan
menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu
tidak lainhanyalah akan menambah kerugian mereka belaka”.
Di dalam Al Quran sudah begitu lengkap semua hal mengenai fungsi, peran dan
tanggung jawab manusia. Oleh karena itu manusia wajib membaca dan memahami Al
Quran agar dapat memahami apa fungsi, peran dan tanggung jawabnya sebagai manusia
sehingga dapat menjalani kehidupan dengan penuh makna.
E.
Interaksi Manusia dalam Lingkungan Sosial secara Perspektif Islam
Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka peran yang dilakukan adalah
sebagai pelaku ajaran Allah dan sekaligus pelopor dalam membudayakan ajaran Allah.
Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan ajaran Allah,
seseorang dituntut memulai dari diri dan keluarganya, baru setelah itu kepada orang lain.
18. Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah
ditetapkan Allah, diantaranya adalah :
1. Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin :54) ; Belajar yang dinyatakan pada
ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur‟an.
2. Mengajarkan ilmu (al Baqoroh : 31-39)
3. Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 ) ; Ilmu yang telah diketahui bukan hanya
untuk disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri
dahulu agar membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.
4. Menyeru dalam penegakan ajaran Islam (Dakwah), dalam Al-Qur‟an surat An-Nahl
ayat 125, disebutkan bahwa dakwah adalah mengajak umat manusia ke jalan Alloh
dengan cara bijaksana, nasihat yang baik serta berdebatlah dengan cara yang baik
pula. Berbunyi :
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik serta bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”
19. BAB III
PENUTUP
A. Analisa
Interaksi
semua
makhluk
hidup
dengan
makhluk
hidup
lainnya
serta
lingkungannya membentuk suatu proses yang berlangsung dalam kurun waktu yang lama
dalam keadaan selaras dan seimbang membentuk hukum alam dalam sebuah ekosistem
B. Kesimpulan
Manusia diciptakan untuk menjadi khalifah bagi alam semesta, sehingga
mempunyai kewajiban untuk mengolah, memelihara, dan bersikap ramah terhadap
lingkungan sesuai dengan ajaran agama.
Manusia dan berbagai makhluk ciptaan Allah lainnya diberikan hak untuk hidup di
alam semesta. Mereka saling membutuhkan dan saling ketergantungan.
C. Saran
Banyak sekali fenomena lingkungan yang tidak wajar di muka bumi ini, bagaikan
hidup dalam suatu dinasti, khusus nya jawa barat, Bandung Wilayah Indonesia yang
pemetaan dalam pengonsepan tatanan bangunan yang diluar batas wajar. Sedikit
menyindir kepada Hak Asasi Manusia yang katanya sudah diterapkan dalam UU Dasar
Negara Republik Indonesia, namun kenyataannya terdapat banyak Perusahaan yang
memproyeksi suatu bangunan tanpa memikirkan AMDAL yg dampak nya tentu akan
berpengaruh pada seluruh manusia. Dan yang saya herankan penduduk masyarakat yang
dekat dengan pembanguan proyek itu tidak ada aksi penolakan, contoh seperti Industri
yang tidak sesuai dengan etika perindustrian yang lokasinya di Desa Cienteung. Oleh
sebab hal itu sangat perlu nya membentuk kesatuan masyarakat dalam aspek Kepedulian
Lingkungan Alam.
20. Daftar Pustaka
Dra. Elly M.Setiadi, M.SI Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Kencana, 2008. Ed.2. Cet. 3
Prof. Dr. Kh. M. Abdurrahman, MA
M.Hatta Rajasa, Pengamat Lingkungan. Memelihara Lingkungan Dalam Ajaran Islam,
Bandung, 2011. Cet 1.
Dierat kaitkan dengan Al – Qur‟an
Drs. Djoko Widagdho
Ilmu Budaya Dasar, ed 1, cet 10 – Jakarta:Bumi Aksara, 2008
Bustamam Ismail
Manusia Sebagai Khalifah,
http://hbis.wordpress.com/2008/12/03/manusia-sebagai-
khalifah/ , December 3, 2008. Dsb.
21. Daftar Isi
Kata Pengantar................................................................................................
i
Daftar isi........................................................................................................
ii
Intisari............................................................................................................
iii
Bab I Pendahuluan..........................................................................................
4
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................................
4
B. Rumusan Masalah ...................................................................................
4
Bab II Pembahasan.........................................................................................
5
Peranan manusia dalam lingkungan perspektif Islam.....................................
5
A. Definisi Manusia dan Lingkungan secara umum......................................
5
-
Manusia...............................................................................................
5
-
Lingkungan.........................................................................................
6
B. Definisi Manusia dan Lingkungan secara perspektif Islam.......................
6
-
Manusia...............................................................................................
6
-
Lingkungan .........................................................................................
7
C. Etika Islam dalam konseptual menuju lingkungan hidup islami.................
8
D. Peranan manusia dalam lingkungan terhadap alam semesta secara
perspektif Islam........................................................................................
13
E. Interaksi manusia dalam lingkungan sosial secara perspektif Islam
Bab III Penutup...............................................................................................
19
A. Analisa .....................................................................................................
19
B. Kesimpulan ...............................................................................................
19
C. Saran..........................................................................................................
19
Daftar Pustaka ..................................................................................................
20
ii