SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
IKI MILIK Nadya Luqyana Salsabila

NYAWA PALESTINA
Aku harap aku tidak pernah terbangun hari itu. Aku harap aku tidak pernah terlahir
ke dunia itu. Goresan silet di pergelangan tanganku menjadi saksi atas hatiku yang labil dan
tak tentu arah, walaupun aku tahu menyayat pembuluh nadi tidak akan pernah bisa
membunuhku. Mataku seringkali terpejam, bukan karena debu masuk, hanya saja aku tak
mampu memandang dunia di hadapanku. Jeritan, raungan, teriakan minta tolong, rasanya
aku ingin muntah tiap kali telingaku mendengarnya. Perang Dunia memang sudah berakhir,
tapi perang di dunia kami tidak pernah berakhir.
Aku terbangun dari mimpiku yang indah, taman dengan pohon raksasa yang rindang,
pemandangan yang hijau, dan keluargaku yang duduk melingkar saling bergandengan
tangan, mimpi yang langka. Sudah sekian lama rasanya aku tidak bermimpi. Tidurku
seringkali diisi kekosongan, hening, tak berwarna. Aku selalu menyesali tiap pagi dimana aku
harus terbangun dan beranjak dari rumah yang bagiku adalah tempat paling aman di dunia
ini. Rasanya aku ingin tertidur kembali dan tidak ingin terbangun lagi. Aku memang
pengecut. Tapi siapa yang mau jadi pahlawan di dunia seperti ini?
“Anisah! Ibrahim sudah menunggumu di luar!” dari lantai bawah terdengar suara
Mama yang nyaring memanggil namaku. Aku harus berangkat ke sekolah bersama teman
lelakiku, Ibrahim. Bisa dibilang kami sangat dekat sejak 3 tahun hingga usia kami beranjak
14. Rumah kami bersebelahan, jadi setiap hari kami akan selalu berangkat ke sekolah
bersama, mengantisipasi adanya bahaya yang mungkin akan selalu terjadi tiap kali kami
keluar rumah. Asal tau saja, kami bisa dibilang kelas kakap dalam menghindari ledakan dan
reruntuhan bangunan.
“Ma, apa hari ini ada sarapan?” tanyaku selagi Mama menyisir rambut kusamku.
“Tidak. Penjual roti pergi sejak kemarin dan belum kembali.”
“Kemana dia pergi?” Mama terdiam sejenak dan berhenti menyisir rambutku.
“Ma?”
“Mungkin dia hilang di tengah kota. Sama seperti beberapa tetangga kita yang juga
hilang dua hari lalu.” Tiba-tiba Ibrahim duduk di sebelah kursiku dengan wajah serius.
Dua hari lalu kami memang kehilangan tetangga dekat kami, Nyonya Fatonah dan
Pak Abu. Mereka berdua dikabarkan pergi ke kota untuk mencari sisa-sisa reruntuhan
bangunan yang mungkin bisa dijual kembali ke penduduk sekitar. Bagiku, mereka termasuk
pemberani. Keadaan tengah kota di dunia kami, tidak seperti kota metropolitan dengan
teknologi tinggi dan manusia yang sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Tengah kota
bagi kami adalah tempat menakutkan yang amat sangat berbahaya. Dahulu tempat itu
menjadi pusat peradaban bagi kami, namun semenjak kedatangan tentara Israel, kini hanya
SMA NEGERI 2 SURABAYA

Page 1
IKI MILIK Nadya Luqyana Salsabila
debu dan reruntuhan bangunan yang bisa kami ratapi. Tapi kami sudah biasa dengan
keadaan itu. Kami yang tersisa hanya bisa tinggal di tempat terpencil di pinggiran kota yang
mungkin belum saatnya bagi tentara Israel menjarah kemari.
“Sudah sana kalian cepat berangkat. Hati-hati di jalan, awas ranjau.” Mama mengusir
kami untuk segera pergi ke sekolah. Rasanya aku sudah muak dengan berbagai rintangan
yang harus kami hadapi untuk menuju kesana. Hanya untuk mendapat ilmu yang langka di
dunia kami.
“Anisah, aku malas pergi ke sekolah.” Kata Ibrahim selagi kami melangkah menjauhi
rumah.
“Lalu apa?” tanyaku yang merasa lebih malas daripada dia.
“Kita ke tempat biasanya aja yuk. Aku dengar kemarin malam ada seorang dari
teman kita yang tidak sengaja menginjak ranjau hingga kakinya hilang sebelah. Tentara
sialan itu meletakkan beberapa ranjau baru di jalan menuju sekolah.”
Mendengar kabar itu, aku dan Ibrahim sudah terbiasa. Kami terbiasa dengan rasa
kehilangan, kematian, dan ranjau. Sekolah kami memang agak jauh dan membutuhkan
tekad yang kuat untuk mencapai tempat itu dengan selamat semenjak tentara-tentara tidak
tahu malu itu mengetahui bahwa ada satu sekolah yang masih bersikeras untuk membagi
ilmu di tengah situasi perang seperti ini. Mereka meletakkan berbagai jenis ranjau yang
tidak segan melukai bahkan mengambil nyawa manusia seperti kami.
Akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke sebuah rumah tua yang jauh dari
pandangan tentara Israel. Kami duduk di atapnya dan memandang langit abu-abu
kemerahan di pagi hari.
“Menurutmu, kenapa mereka terus melempari kita dengan bom dan peluru?”
Ibrahim membuka pembicaraan.
“Mereka menginginkan tanah air kita.”
“Ya, seharusnya aku sudah tahu hal itu. Tapi kenapa dunia luar seolah membisu dan
mematung melihat kondisi kita yang dijajah seperti ini? Ini dunia modern, seharusnya
eksploitasi seperti ini dikecam oleh PBB.”
Aku memejamkan mata untuk kesekian kalinya. Aku menggenggam tangan Ibrahim
dan berkata, “Kau tahu, aku bahkan tidak bisa menangis lagi. Semua air mataku telah habis
ketika satu persatu orang-orang terdekatku dibantai secara keji oleh mereka. Kini yang
tersisa hanya menunggu.”
Ibrahim juga telah terbiasa dengan jawabanku. Dia sering bertanya tentang keadilan,
namun pertanyaan itu tidak pernah bisa dijawab, oleh siapapun.
SMA NEGERI 2 SURABAYA

Page 2
IKI MILIK Nadya Luqyana Salsabila
“Aku ingin tetap hidup. Tapi tiap kali aku melihat orang lain mati, rasanya aku juga
ingin mati.” Aku melanjutkan kalimatku dengan nada datar.
“Kau menyayat tanganmu lagi?” tanya Ibrahim.
“Tidak. Aku tahu itu tidak berguna.”
Kami terdiam selama beberapa menit. Kami hanya bisa menatap langit dengan
perasaan putus asa. Seringkali terlintas di pikiranku, untuk apa aku susah-susah pergi ke
sekolah jika akhirnya nanti sekolah kami juga akan hangus? Hanya masalah waktu. Mama
juga tidak jarang terlihat putus asa ketika sahabat-sahabatnya direnggut satu persatu, hari
demi hari. Hanya masalah waktu bagi kami untuk bertahan dan akhirnya dimangsa juga.
“Aku punya banyak cita-cita.” Ucap Ibrahim lirih. “Aku ingin jadi presiden. Ingin
menjadikan negaraku makmur dan bebas dari penjajahan. Aku juga ingin jadi pilot. Ingin
menerbangkan Papa dan Mama ke Perancis. Mereka ingin sekali kesana. Kau bagaimana?”
Aku memandang wajah Ibrahim dengan raut muka pasrah dan berkata, “Aku juga
punya banyak, banyak sekali. Tapi entah mengapa, satu persatu cita-citaku gugur seiring
dengan kenyataan yang kuhadapi. Tapi aku punya satu cita-cita yang rasanya akan menjadi
cita-cita terakhir yang akan gugur.”
“Apa itu?”
“Aku ingin Palestina merdeka, aku ingin dunia peduli, aku ingin Israel angkat kaki dari
bumi kita, aku ingin hidup di hamparan hijau tanpa asap dan ledakan bom, aku ingin hidup
damai di Palestina.”
Kami saling memandang dan tersenyum. Jika memang hanya itu satu-satunya citacitaku yang akan abadi, memang hanya sampai di situ mimpi orang-orang seperti kami.
Kadang kami iri dengan kehidupan di luar sana. Kadang kami bertanya kepada Tuhan,
kenapa harus Palestina?
“Jika kau diberi kesempatan untuk melakukan sesuatu yang dapat merubah nasib
Palestina, di hari terakhir kau akan hidup, apa yang akan kau lakukan?” tanyaku kepada
Ibrahim.
“Kalau aku? Aku? Mungkin terdengar konyol. Tapi aku ingin Palestina dan Israel
hidup berdampingan dalam kedamaian. Rasanya tidak mungkin.” Terdengar sedikit tawa di
akhir kalimat.
“Jika memang pada akhirnya kita akan hidup berdampingan, mungkin aku akan
memaafkan mereka.” Aku tersenyum kepada langit. Ibrahim nampak tenang, dia
memejamkan matanya sambil tersenyum. Aku tidak tahu kenapa, tapi hari ini terdengar
seperti mimpi, seolah kami sedang berbaring di taman yang indah, sama seperti dalam
SMA NEGERI 2 SURABAYA

Page 3
IKI MILIK Nadya Luqyana Salsabila
mimpiku. Kami memejamkan mata dan tidak menghiraukan suara ribut nan jauh di sana.
Kami nampak bahagia, seolah apa yang kami impikan akan segera terwujud esok hari. Kami
terelelap dalam senyuman di bawah langit yang sama. Langit yang memandang manusia di
bawahnya, manusia yang serakah, manusia yang bekerja, manusia yang pemaaf, dan
manusia yang putus asa.
Mungkin hari itu memang hari yang indah. Telingaku mendengar suara nyaring
sekali, mataku terbuka perlahan dan mendapati sosok Ibrahim sedang berbaring jauh di
pojok ruangan. Sejak kapan kami turun dari atap? Aku sulit menggerakkan tubuhku, rasanya
seperti tertimpa kulkas. Jari-jariku berusaha untuk bergerak, berkeliling sekitarku, basah.
Entah apa yang sedang terjadi, tapi hatiku berkata bahwa ini adalah hari yang indah. Hari
dimana aku dan Ibrahim akan pergi jauh dari tempat ini. Aku melihat dua orang tentara
Israel membalikkan tubuh Ibrahim yang kurasa sudah pergi terlebih dahulu, aku menatap
wajahnya, berdarah-darah, namun tetap saja aku merasa bahwa Ibrahim merasa bahagia
hari ini. Mereka menyeret tubuh Ibrahim dengan kasar keluar ruangan. Mataku bahkan tak
sanggup untuk mengikuti kepergian Ibrahim, terlalu sakit untuk membuka mata. Aku
menyadari di hadapanku ada tiga orang tentara yang siap menyarangkan pelurunya di
keningku. Mereka menatapku sejenak. Mungkin mereka berpikir, apa yang sedang mereka
lakukan. Perlahan aku memejamkan mata, untuk kesekian kalinya. Aku tersenyum. Dan kini
suara nyaring di telingaku semakin memekik. Inilah saatnya aku pergi.
Memang, aku dan Ibrahim hanya dua anak yang bolos sekolah di hari itu. Tapi, kami
punya harapan yang tidak akan pernah gugur. Kami ingin dunia ini damai, kami ingin tinggal
di hamparan hijau tanpa peperangan antar manusia. Kami memang telah pergi, kami
memang sudah kehabisan kesempatan untuk melakukan perubahan bagi Palestina, kami
hanya bisa berharap, suatu hari nanti akan ada anak seperti kami yang juga berani
bermimpi, yang mendapat kesempatan untuk tetap hidup demi kemerdekaan Palestina dan
mewujudkan mimpinya. Cerita ini memang tidak seperti yang diharapkan, tidak seperti akhir
kisah dongeng yang bahagia. Aku bercerita tentang kehidupan, berat, kejam, tidak kenal
ampun. Aku harap, nyawa kami, pemimpi yang hidup di bawah penjajahan di tanah kami
sendiri, akan terbayar suatu hari nanti, dengan kedamaian, cinta, dan hamparan hijau yang
indah.

SMA NEGERI 2 SURABAYA

Page 4

More Related Content

What's hot

Kisah abu nawas
Kisah abu nawasKisah abu nawas
Kisah abu nawasmayalla
 
Di kampung, tak ada kunang kunang (indrian koto)
Di kampung, tak ada kunang kunang (indrian koto)Di kampung, tak ada kunang kunang (indrian koto)
Di kampung, tak ada kunang kunang (indrian koto)Andri Goodwood
 
Hujan mulai deras, malam! (palti r. tamba)
Hujan mulai deras, malam! (palti r. tamba)Hujan mulai deras, malam! (palti r. tamba)
Hujan mulai deras, malam! (palti r. tamba)Arvinoor Siregar SH MH
 
Kisah 1001 malam abu nawas sang penggeli hati
Kisah 1001 malam   abu nawas sang penggeli hatiKisah 1001 malam   abu nawas sang penggeli hati
Kisah 1001 malam abu nawas sang penggeli hatiBernadi Mubarok
 
Karangan naratif Cikgu Lila
Karangan naratif Cikgu LilaKarangan naratif Cikgu Lila
Karangan naratif Cikgu LilaLilaSalle Salle
 
Anggang dari laut (pinto anugrah)
Anggang dari laut (pinto anugrah)Anggang dari laut (pinto anugrah)
Anggang dari laut (pinto anugrah)Andri Goodwood
 

What's hot (12)

Kisah abu nawas
Kisah abu nawasKisah abu nawas
Kisah abu nawas
 
Latihan soal 9 16
Latihan soal 9 16Latihan soal 9 16
Latihan soal 9 16
 
Karangan cerpen sendiri
Karangan cerpen sendiriKarangan cerpen sendiri
Karangan cerpen sendiri
 
Di kampung, tak ada kunang kunang (indrian koto)
Di kampung, tak ada kunang kunang (indrian koto)Di kampung, tak ada kunang kunang (indrian koto)
Di kampung, tak ada kunang kunang (indrian koto)
 
Kata kata gombal
Kata kata gombalKata kata gombal
Kata kata gombal
 
Hujan mulai deras, malam! (palti r. tamba)
Hujan mulai deras, malam! (palti r. tamba)Hujan mulai deras, malam! (palti r. tamba)
Hujan mulai deras, malam! (palti r. tamba)
 
Kisah 1001 malam abu nawas sang penggeli hati
Kisah 1001 malam   abu nawas sang penggeli hatiKisah 1001 malam   abu nawas sang penggeli hati
Kisah 1001 malam abu nawas sang penggeli hati
 
Remember wife
Remember wifeRemember wife
Remember wife
 
Seorang ibu menunggu (an. ismanto)
Seorang ibu menunggu (an. ismanto)Seorang ibu menunggu (an. ismanto)
Seorang ibu menunggu (an. ismanto)
 
Karangan naratif Cikgu Lila
Karangan naratif Cikgu LilaKarangan naratif Cikgu Lila
Karangan naratif Cikgu Lila
 
Kutukan makam mummy
Kutukan makam mummyKutukan makam mummy
Kutukan makam mummy
 
Anggang dari laut (pinto anugrah)
Anggang dari laut (pinto anugrah)Anggang dari laut (pinto anugrah)
Anggang dari laut (pinto anugrah)
 

Similar to CEPEN: Nyawa Palestina

Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)
Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)
Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)Arvinoor Siregar SH MH
 
Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)
Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)
Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)Arvinoor Siregar SH MH
 
Penjambung lidah rakjat_soukarno
Penjambung lidah rakjat_soukarnoPenjambung lidah rakjat_soukarno
Penjambung lidah rakjat_soukarnofrisca maulida
 
Penjambung lidah rakjat soekarno
Penjambung lidah rakjat   soekarnoPenjambung lidah rakjat   soekarno
Penjambung lidah rakjat soekarnoTrisna Nurdiaman
 
Garwo Omah Dowo.docx
Garwo Omah Dowo.docxGarwo Omah Dowo.docx
Garwo Omah Dowo.docxBackLinking
 
Garwo Omah Dowo.docx
Garwo Omah Dowo.docxGarwo Omah Dowo.docx
Garwo Omah Dowo.docxBackLinking
 
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra IndonesiaSASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra IndonesiaGhina Siti Ramadhanty
 
CERPEN DALAM DAN LUAR NEGARA
CERPEN DALAM DAN LUAR NEGARACERPEN DALAM DAN LUAR NEGARA
CERPEN DALAM DAN LUAR NEGARAfadzlinshamira
 
Menyibak Tabir Uga Prabu Siliwangi
Menyibak Tabir Uga Prabu SiliwangiMenyibak Tabir Uga Prabu Siliwangi
Menyibak Tabir Uga Prabu SiliwangiHulu Kujang
 
SETIAP HARI MENJAGA KEMULIAAN KITA.pdf
SETIAP HARI MENJAGA KEMULIAAN KITA.pdfSETIAP HARI MENJAGA KEMULIAAN KITA.pdf
SETIAP HARI MENJAGA KEMULIAAN KITA.pdfrebecca paulus
 

Similar to CEPEN: Nyawa Palestina (20)

Penyair muda, istri muda (leo kelana)
Penyair muda, istri muda (leo kelana)Penyair muda, istri muda (leo kelana)
Penyair muda, istri muda (leo kelana)
 
Hujan pagi (dwicipta)
Hujan pagi (dwicipta)Hujan pagi (dwicipta)
Hujan pagi (dwicipta)
 
Hujan pagi (dwicipta)
Hujan pagi (dwicipta)Hujan pagi (dwicipta)
Hujan pagi (dwicipta)
 
Karangan naratif
Karangan naratif Karangan naratif
Karangan naratif
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)
Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)
Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)
 
Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)
Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)
Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)
 
Khadimul ummah
Khadimul ummahKhadimul ummah
Khadimul ummah
 
Krakteristik balai pustaka
Krakteristik balai pustakaKrakteristik balai pustaka
Krakteristik balai pustaka
 
Penjambung lidah rakjat_soukarno
Penjambung lidah rakjat_soukarnoPenjambung lidah rakjat_soukarno
Penjambung lidah rakjat_soukarno
 
Penjambung lidah rakjat soekarno
Penjambung lidah rakjat   soekarnoPenjambung lidah rakjat   soekarno
Penjambung lidah rakjat soekarno
 
Para Penanti
Para PenantiPara Penanti
Para Penanti
 
Garwo Omah Dowo.docx
Garwo Omah Dowo.docxGarwo Omah Dowo.docx
Garwo Omah Dowo.docx
 
Garwo Omah Dowo.docx
Garwo Omah Dowo.docxGarwo Omah Dowo.docx
Garwo Omah Dowo.docx
 
Aa gym
Aa gymAa gym
Aa gym
 
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra IndonesiaSASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
 
Uas smster ganjil 7
Uas smster ganjil 7Uas smster ganjil 7
Uas smster ganjil 7
 
CERPEN DALAM DAN LUAR NEGARA
CERPEN DALAM DAN LUAR NEGARACERPEN DALAM DAN LUAR NEGARA
CERPEN DALAM DAN LUAR NEGARA
 
Menyibak Tabir Uga Prabu Siliwangi
Menyibak Tabir Uga Prabu SiliwangiMenyibak Tabir Uga Prabu Siliwangi
Menyibak Tabir Uga Prabu Siliwangi
 
SETIAP HARI MENJAGA KEMULIAAN KITA.pdf
SETIAP HARI MENJAGA KEMULIAAN KITA.pdfSETIAP HARI MENJAGA KEMULIAAN KITA.pdf
SETIAP HARI MENJAGA KEMULIAAN KITA.pdf
 

Recently uploaded

BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 

Recently uploaded (20)

BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 

CEPEN: Nyawa Palestina

  • 1. IKI MILIK Nadya Luqyana Salsabila NYAWA PALESTINA Aku harap aku tidak pernah terbangun hari itu. Aku harap aku tidak pernah terlahir ke dunia itu. Goresan silet di pergelangan tanganku menjadi saksi atas hatiku yang labil dan tak tentu arah, walaupun aku tahu menyayat pembuluh nadi tidak akan pernah bisa membunuhku. Mataku seringkali terpejam, bukan karena debu masuk, hanya saja aku tak mampu memandang dunia di hadapanku. Jeritan, raungan, teriakan minta tolong, rasanya aku ingin muntah tiap kali telingaku mendengarnya. Perang Dunia memang sudah berakhir, tapi perang di dunia kami tidak pernah berakhir. Aku terbangun dari mimpiku yang indah, taman dengan pohon raksasa yang rindang, pemandangan yang hijau, dan keluargaku yang duduk melingkar saling bergandengan tangan, mimpi yang langka. Sudah sekian lama rasanya aku tidak bermimpi. Tidurku seringkali diisi kekosongan, hening, tak berwarna. Aku selalu menyesali tiap pagi dimana aku harus terbangun dan beranjak dari rumah yang bagiku adalah tempat paling aman di dunia ini. Rasanya aku ingin tertidur kembali dan tidak ingin terbangun lagi. Aku memang pengecut. Tapi siapa yang mau jadi pahlawan di dunia seperti ini? “Anisah! Ibrahim sudah menunggumu di luar!” dari lantai bawah terdengar suara Mama yang nyaring memanggil namaku. Aku harus berangkat ke sekolah bersama teman lelakiku, Ibrahim. Bisa dibilang kami sangat dekat sejak 3 tahun hingga usia kami beranjak 14. Rumah kami bersebelahan, jadi setiap hari kami akan selalu berangkat ke sekolah bersama, mengantisipasi adanya bahaya yang mungkin akan selalu terjadi tiap kali kami keluar rumah. Asal tau saja, kami bisa dibilang kelas kakap dalam menghindari ledakan dan reruntuhan bangunan. “Ma, apa hari ini ada sarapan?” tanyaku selagi Mama menyisir rambut kusamku. “Tidak. Penjual roti pergi sejak kemarin dan belum kembali.” “Kemana dia pergi?” Mama terdiam sejenak dan berhenti menyisir rambutku. “Ma?” “Mungkin dia hilang di tengah kota. Sama seperti beberapa tetangga kita yang juga hilang dua hari lalu.” Tiba-tiba Ibrahim duduk di sebelah kursiku dengan wajah serius. Dua hari lalu kami memang kehilangan tetangga dekat kami, Nyonya Fatonah dan Pak Abu. Mereka berdua dikabarkan pergi ke kota untuk mencari sisa-sisa reruntuhan bangunan yang mungkin bisa dijual kembali ke penduduk sekitar. Bagiku, mereka termasuk pemberani. Keadaan tengah kota di dunia kami, tidak seperti kota metropolitan dengan teknologi tinggi dan manusia yang sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Tengah kota bagi kami adalah tempat menakutkan yang amat sangat berbahaya. Dahulu tempat itu menjadi pusat peradaban bagi kami, namun semenjak kedatangan tentara Israel, kini hanya SMA NEGERI 2 SURABAYA Page 1
  • 2. IKI MILIK Nadya Luqyana Salsabila debu dan reruntuhan bangunan yang bisa kami ratapi. Tapi kami sudah biasa dengan keadaan itu. Kami yang tersisa hanya bisa tinggal di tempat terpencil di pinggiran kota yang mungkin belum saatnya bagi tentara Israel menjarah kemari. “Sudah sana kalian cepat berangkat. Hati-hati di jalan, awas ranjau.” Mama mengusir kami untuk segera pergi ke sekolah. Rasanya aku sudah muak dengan berbagai rintangan yang harus kami hadapi untuk menuju kesana. Hanya untuk mendapat ilmu yang langka di dunia kami. “Anisah, aku malas pergi ke sekolah.” Kata Ibrahim selagi kami melangkah menjauhi rumah. “Lalu apa?” tanyaku yang merasa lebih malas daripada dia. “Kita ke tempat biasanya aja yuk. Aku dengar kemarin malam ada seorang dari teman kita yang tidak sengaja menginjak ranjau hingga kakinya hilang sebelah. Tentara sialan itu meletakkan beberapa ranjau baru di jalan menuju sekolah.” Mendengar kabar itu, aku dan Ibrahim sudah terbiasa. Kami terbiasa dengan rasa kehilangan, kematian, dan ranjau. Sekolah kami memang agak jauh dan membutuhkan tekad yang kuat untuk mencapai tempat itu dengan selamat semenjak tentara-tentara tidak tahu malu itu mengetahui bahwa ada satu sekolah yang masih bersikeras untuk membagi ilmu di tengah situasi perang seperti ini. Mereka meletakkan berbagai jenis ranjau yang tidak segan melukai bahkan mengambil nyawa manusia seperti kami. Akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke sebuah rumah tua yang jauh dari pandangan tentara Israel. Kami duduk di atapnya dan memandang langit abu-abu kemerahan di pagi hari. “Menurutmu, kenapa mereka terus melempari kita dengan bom dan peluru?” Ibrahim membuka pembicaraan. “Mereka menginginkan tanah air kita.” “Ya, seharusnya aku sudah tahu hal itu. Tapi kenapa dunia luar seolah membisu dan mematung melihat kondisi kita yang dijajah seperti ini? Ini dunia modern, seharusnya eksploitasi seperti ini dikecam oleh PBB.” Aku memejamkan mata untuk kesekian kalinya. Aku menggenggam tangan Ibrahim dan berkata, “Kau tahu, aku bahkan tidak bisa menangis lagi. Semua air mataku telah habis ketika satu persatu orang-orang terdekatku dibantai secara keji oleh mereka. Kini yang tersisa hanya menunggu.” Ibrahim juga telah terbiasa dengan jawabanku. Dia sering bertanya tentang keadilan, namun pertanyaan itu tidak pernah bisa dijawab, oleh siapapun. SMA NEGERI 2 SURABAYA Page 2
  • 3. IKI MILIK Nadya Luqyana Salsabila “Aku ingin tetap hidup. Tapi tiap kali aku melihat orang lain mati, rasanya aku juga ingin mati.” Aku melanjutkan kalimatku dengan nada datar. “Kau menyayat tanganmu lagi?” tanya Ibrahim. “Tidak. Aku tahu itu tidak berguna.” Kami terdiam selama beberapa menit. Kami hanya bisa menatap langit dengan perasaan putus asa. Seringkali terlintas di pikiranku, untuk apa aku susah-susah pergi ke sekolah jika akhirnya nanti sekolah kami juga akan hangus? Hanya masalah waktu. Mama juga tidak jarang terlihat putus asa ketika sahabat-sahabatnya direnggut satu persatu, hari demi hari. Hanya masalah waktu bagi kami untuk bertahan dan akhirnya dimangsa juga. “Aku punya banyak cita-cita.” Ucap Ibrahim lirih. “Aku ingin jadi presiden. Ingin menjadikan negaraku makmur dan bebas dari penjajahan. Aku juga ingin jadi pilot. Ingin menerbangkan Papa dan Mama ke Perancis. Mereka ingin sekali kesana. Kau bagaimana?” Aku memandang wajah Ibrahim dengan raut muka pasrah dan berkata, “Aku juga punya banyak, banyak sekali. Tapi entah mengapa, satu persatu cita-citaku gugur seiring dengan kenyataan yang kuhadapi. Tapi aku punya satu cita-cita yang rasanya akan menjadi cita-cita terakhir yang akan gugur.” “Apa itu?” “Aku ingin Palestina merdeka, aku ingin dunia peduli, aku ingin Israel angkat kaki dari bumi kita, aku ingin hidup di hamparan hijau tanpa asap dan ledakan bom, aku ingin hidup damai di Palestina.” Kami saling memandang dan tersenyum. Jika memang hanya itu satu-satunya citacitaku yang akan abadi, memang hanya sampai di situ mimpi orang-orang seperti kami. Kadang kami iri dengan kehidupan di luar sana. Kadang kami bertanya kepada Tuhan, kenapa harus Palestina? “Jika kau diberi kesempatan untuk melakukan sesuatu yang dapat merubah nasib Palestina, di hari terakhir kau akan hidup, apa yang akan kau lakukan?” tanyaku kepada Ibrahim. “Kalau aku? Aku? Mungkin terdengar konyol. Tapi aku ingin Palestina dan Israel hidup berdampingan dalam kedamaian. Rasanya tidak mungkin.” Terdengar sedikit tawa di akhir kalimat. “Jika memang pada akhirnya kita akan hidup berdampingan, mungkin aku akan memaafkan mereka.” Aku tersenyum kepada langit. Ibrahim nampak tenang, dia memejamkan matanya sambil tersenyum. Aku tidak tahu kenapa, tapi hari ini terdengar seperti mimpi, seolah kami sedang berbaring di taman yang indah, sama seperti dalam SMA NEGERI 2 SURABAYA Page 3
  • 4. IKI MILIK Nadya Luqyana Salsabila mimpiku. Kami memejamkan mata dan tidak menghiraukan suara ribut nan jauh di sana. Kami nampak bahagia, seolah apa yang kami impikan akan segera terwujud esok hari. Kami terelelap dalam senyuman di bawah langit yang sama. Langit yang memandang manusia di bawahnya, manusia yang serakah, manusia yang bekerja, manusia yang pemaaf, dan manusia yang putus asa. Mungkin hari itu memang hari yang indah. Telingaku mendengar suara nyaring sekali, mataku terbuka perlahan dan mendapati sosok Ibrahim sedang berbaring jauh di pojok ruangan. Sejak kapan kami turun dari atap? Aku sulit menggerakkan tubuhku, rasanya seperti tertimpa kulkas. Jari-jariku berusaha untuk bergerak, berkeliling sekitarku, basah. Entah apa yang sedang terjadi, tapi hatiku berkata bahwa ini adalah hari yang indah. Hari dimana aku dan Ibrahim akan pergi jauh dari tempat ini. Aku melihat dua orang tentara Israel membalikkan tubuh Ibrahim yang kurasa sudah pergi terlebih dahulu, aku menatap wajahnya, berdarah-darah, namun tetap saja aku merasa bahwa Ibrahim merasa bahagia hari ini. Mereka menyeret tubuh Ibrahim dengan kasar keluar ruangan. Mataku bahkan tak sanggup untuk mengikuti kepergian Ibrahim, terlalu sakit untuk membuka mata. Aku menyadari di hadapanku ada tiga orang tentara yang siap menyarangkan pelurunya di keningku. Mereka menatapku sejenak. Mungkin mereka berpikir, apa yang sedang mereka lakukan. Perlahan aku memejamkan mata, untuk kesekian kalinya. Aku tersenyum. Dan kini suara nyaring di telingaku semakin memekik. Inilah saatnya aku pergi. Memang, aku dan Ibrahim hanya dua anak yang bolos sekolah di hari itu. Tapi, kami punya harapan yang tidak akan pernah gugur. Kami ingin dunia ini damai, kami ingin tinggal di hamparan hijau tanpa peperangan antar manusia. Kami memang telah pergi, kami memang sudah kehabisan kesempatan untuk melakukan perubahan bagi Palestina, kami hanya bisa berharap, suatu hari nanti akan ada anak seperti kami yang juga berani bermimpi, yang mendapat kesempatan untuk tetap hidup demi kemerdekaan Palestina dan mewujudkan mimpinya. Cerita ini memang tidak seperti yang diharapkan, tidak seperti akhir kisah dongeng yang bahagia. Aku bercerita tentang kehidupan, berat, kejam, tidak kenal ampun. Aku harap, nyawa kami, pemimpi yang hidup di bawah penjajahan di tanah kami sendiri, akan terbayar suatu hari nanti, dengan kedamaian, cinta, dan hamparan hijau yang indah. SMA NEGERI 2 SURABAYA Page 4