Teks membahas tentang tiga kemuliaan manusia yaitu ditiupkan ruh, diberi keistimewaan, dan alam semesta ditundukkan untuk manusia. Namun manusia harus menjaga kemuliaan tersebut dengan menjalankan ajaran agama dan tidak melakukan perbuatan yang dilarang.
3. Tiga Kemuliaan
• Ditiupkan RUH (32:9)
– Malaikat hanya ruh sahaja
– Binatang dan tumbuhan tidak diberi ruh
• Diberikan KEISTIMEWAAN (17:70)
– Diberi kendaraan darat dan laut
– Diberi rizki (makanan yang beraneka)
– Diberi kelebihan
• Alam semesta ditundukkan bagi manusia (16:14)
– Doa naik kendaraan (43:13-14)
4. MUKARRAM (DIMULIAKAN)
• Manusia adalah satu-satunya makhluk Allah
yang dimuliakan oleh Allah dari makhluk
yang lain (17:70)
• Di sini disebutkan “dimuliakan”, bukan
mulia dengan sendirinya
– Padahal diciptakan dari benda yang hina (air
mani yang hina) 32:8, 77:20
– Padahal lahir dalam kondisi tidak tahu apapun
(16:78)
AA-Sharing never ending
5. HARI INI,,,KITA DI KAMPUS yang
MEMUDAHKAN untuk TAAT
Di’dekat’kan dengan hal syar’i
Difasilitasi belajar Islam secara
Intens
Nikmat manalagi yg kita dustakan??
Akankah kita sia-siakan?
6. Satu di antara yg perlu kita selalu
syukuri...terkait syariat Allah
HIJAB
Tidak ada yang melarang terkait syariat
Hijab. Tidak ada yang mempersulit.
Dipermudah
7. HIJAB dan keluasan Maknanya
• Hijab adalah segala sesuatu yang menutupi sesuatu
yang dituntut untuk ditutupi atau terlarang untuk
menggapainya. Di antara penerapan maknanya,
hijab dimaknai dengan as sitr (penutup, yaitu
menghalangi sesuatu agar tidak bisa terlihat.
• Demikian juga al bawwab (pintu), disebut sebagai
hijab karena menghalangi orang untuk masuk. Asal
maknanya, hijab adalah entitas yang menjadi
penghalang antara dua entitas lain”
(Al Munawi dalam At Tauqif ‘ala Muhimmat At-
Ta’arif, 1/136)
8. Dalil jelas sudah ada
• QS. An-Nur 30 – 31
• Al-Ahzab 59
• Tentang Khalwat
• Tentang Ikhtilath
• Apa masih perlu diingatkan tentang JAM MALAM?
• Apa masih perlu dinyinyirin tentang adab sosmed?
• Pacaran Syar’i, adakah? Biarkan IMAM AHMAD bin
HANBAL berkisah
9. Maka, Salahkah Hati yang rindu dicintai dan
mencintai?
• Fitrah Manusia Allah ciptakan berpasang-pasangan
(QS. Az Zariyat: 49)
• CINTA dari HATI YANG TERJAGA
• MENJAGA HATI until…NIKAH
• perNIKAHan : Kebutuhan dan Kemuliaan
• Apa masih perlu diingatkan tentang JAM MALAM?
• Apa masih perlu dinyinyirin tentang adab sosmed?
10. DAKWAH DUSTA
(JALAN CINTA PARA PEJUANG-ust. Salim A. Fillah)
Ada sebuah kisah cantik yang dikutip oleh Syaikh ’Abdullah
Nashih ’Ulwan dalam Taujih Ruhiyah-nya. Kisah menarik
ini, atau yang semakna dengannya juga termaktub dalam
karya agung Ibnul Qayyim Al Jauziyah yang khusus
membahas para pencinta dan pemendam rindu, Raudhatul
Muhibbin.
11. Ini kisah tentang seorang gadis yang sebegitu cantiknya. Dialah sang bunga di
sebuah kota yang harumnya semerbak hingga negeri-negeri tetangga. Tak banyak
yang pernah melihat wajahnya, sedikit yang pernah mendengar suaranya, dan bisa
dihitung jari orang yang pernah berurusan dengannya. Dia seorang pemilik
kecantikan yang terjaga bagaikan bidadari di taman surga.
Sebagaimana wajarnya, sang gadis juga memendam cinta. Cinta itu tumbuh,
anehnya, kepada seorang pemuda yang belum pernah dilihatnya, belum pernah dia
dengar suaranya, dan belum tergambar wujudnya dalam benak. Hanya karena
kabar. Hanya karena cerita yang beredar. Bahwa pemuda ini tampan bagai Nabi
Yusuf zaman ini. Bahwa akhlaqnya suci. Bahwa ilmunya tinggi. Bahwa
keshalihannya membuat iri. Bahwa ketaqwaannya telah berulangkali teruji.
Namanya kerap muncul dalam pembicaraan dan doa para ibu yang merindukan
menantu.
12. Gadis pujaan itu telah kasmaran sejak didengarnya sang bibi berkisah tentang
pemuda idaman. Tetapi begitulah, cinta itu terpisah oleh jarak, terkekang oleh
waktu, tersekat oleh rasa asing dan ragu. Hingga hari itu pun tiba. Sang pemuda
berkunjung ke kota si gadis untuk sebuah urusan. Dan cinta sang gadis tak lagi bisa
menunggu. Ia telah terbakar rindu pada sosok yang bayangannya mengisi ruang
hati. Meski tak pasti adakah benar yang ia bayangkan tentang matanya, tentang
alisnya, tentang lesung pipitnya, tentang ketegapannya, tentang semuanya. Meski
tak pasti apakah cintanya bersambut sama.
Maka ditulisnyalah surat itu, memohon bertemu.
Dan ia mendapat jawaban. ”Ya”, katanya.
13. Akhirnya mereka bertemu di satu tempat yang disepakati. Berdua saja. Awal-awal tak ada
kata. Tapi bayangan masing-masing telah merasuk jauh menembus mata, menghadirkan
rasa tak karuan dalam dada. Dan sang gadis yang mendapati bahwa apa yang ia
bayangkan tak seberapa dibanding aslinya; kesantunannya, kelembutan suaranya,
kegagahan sikapnya. Ia berkeringat dingin. Tapi diberanikannya bicara, karena
demikianlah kebiasaan yang ada pada keluarganya.
”Maha Suci Allah”, kata si gadis sambil sekilas kembali memandang, ”Yang telah
menganugerahi engkau wajah yang begitu tampan.”
Sang pemuda tersenyum. Ia menundukkan wajahnya. ”Andai saja kau lihat aku”, katanya,
”Sesudah tiga hari dikuburkan. Ketika cacing berpesta membusukkannya. Ketika ulat-ulat
bersarang di mata. Ketika hancur wajah menjadi busuk bernanah. Anugerah ini begitu
sementara. Janganlah kau tertipu olehnya.”
”Betapa inginnya aku”, kata si gadis, ”Meletakkan jemariku dalam genggaman
tanganmu.”
14. Sang pemuda berkeringat dingin mendengarnya. Ia menjawab sambil tetap menunduk
memejamkan mata. ”Tak kurang inginnya aku berbuat lebih dari itu. Tetapi coba
bayangkan, kulit kita adalah api neraka; yang satu bagi yang lainnya. Tak berhak saling
disentuhkan. Karena di akhirat kelak hanya akan menjadi rasa sakit. dan penyesalan yang
tak berkesudahan.”
Si gadis ikut tertunduk. ”Tapi tahukah engkau”, katanya melanjutkan, ”Telah lama aku
dilanda rindu, takut, dan sedih. Telah lama aku merindukan saat aku bisa meletakkan
kepalaku di dadamu yang berdegub. Agar berkurang beban-beban. Agar Allah
menghapus kesempitan dan kesusahan.”
”Jangan lakukan itu kecuali dengan haknya”, kata si pemuda. ”Sungguh kawan-kawan
akrab pada hari kiamat satu sama lain akan menjadi seteru. Kecuali mereka yang
bertaqwa.”
15. Kita cukupkan sampai di sini sang kisah. Mari kita dengar komentar Syaikh
’Abdullah Nashih ’Ulwan tentangnya. ”Apa yang kita pelajari dari kisah ini?”,
demikian beliau bertanya. ”Sebuah kisah yang indah. Sarat dengan ’ibrah dan
pelajaran. Kita lihat bahwa sang pemuda demikian fasih membimbing si gadis
untuk menghayati kesucian dan ketaqwaan kepada Allah.”
”Tapi”, kata beliau memberi catatan. ”Dalam kisah indah ini kita tanpa sadar
melupakan satu hal. Bahwa sang pemuda dan gadis melakukan pelanggaran
syari’at. Bahwa sang pemuda mencampuradukkan kebenaran dan kebathilan.
Bahwa ia meniupkan nafas da’wah dalam atmosfer yang ternoda. Dan dampaknya
bisa kita lihat dalam kisah; sang gadis sama sekali tak mengindahkan da’wahnya.
Bahkan ia makin berani dalam kata-kata; mengajukan permintaan-permintaan yang
makin meninggi tingkat bahayanya dalam pandangan syari’at Allah.”
16. Ya. Dia sama sekali tak memperhatikan isi kalimat da’wah sang
pemuda. Buktinya, kalimatnya makin berani dan menimbulkan
syahwat dalam hati. Mula-mula hanya mengagumi wajah. Lalu
membayangkan tangan bergandengan, jemarinya menyatu bertautan.
Kemudian membayangkan berbaring dalam pelukan. Subhanallah,
bagaimana jika percakapan diteruskan tanpa batas waktu?
”Kesalahan itu”, kata Syaikh ’Abdullah Nashih ’Ulwan memungkasi,
”Telah terjadi sejak awal.” Apa itu? ”Mereka berkhalwat! Mereka tak
mengindahkan peringatan syari’at dan pesan Sang Nabi tentang hal
yang satu ini.”
17. Ya. Mereka berkhalwat! Bersepi berduaan. Ya. Sang pemuda
memang sedang berda’wah. Tapi meminjam istilah salah
seorang Akh yang paling saya cintai dalam ’surat cinta’-nya
yang masih saya simpan hingga kini, ini adalah ”Da’wah
dusta!” Da’wah dusta. Da’wah dusta. Di jalan cinta para
pejuang, mari kita hati-hati terhadap jebakan syaithan. Karena
yang tampak indah selalu harus diperiksa dengan ukuran
kebenaran.
(the end)
25. Jadi,,
Pilihan ada di tangan kita.
Menjaga Kemuliaan, atau
menjatuhkan diri pada
kehinaan..
MARI menjaga HATI,
mengarahkannya kepada Allah
sebagai iLah.