SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Media Indonesia 
Minggu, 29 Juli 2007 
Hujan Pagi 
Cerpen: Dwicipta 
SISA hujan pagi masih tersampir di pucuk-pucuk dedaunan dan batang-batang pepohonan, 
Sayangku. Aku terbangun dari tidur pendek, setelah mengetik hampir semalaman, ditemani 
bayangan-bayangan letih tanpa kesudahan dari wajahmu. Pertengahan April, genap dua 
tahun aku tinggal di rumah ini, tanpa dirimu. Seperti letaknya yang jauh dari 
perkampungan, terpencil dari segenap kebisingan, kutemukan rumah ini dan diriku seolah 
menyatu dalam persekutuan aneh antara dua makhluk yang sama-sama kesepian. Hanya 
ditemani persawahan membentang, ricik suara air sungai di sebelah timur rumah, dan kicau 
burung atau binatang malam. Apakah ini yang kaumaksudkan ketika kita masih tinggal di 
pusat kota dulu: hidup yang tak diricuhi apa pun kecuali suara-suara alam? Ah sayang, 
begitu lekas kau pergi, dan tak punya waktu menikmati ketenangan rumah ini bersamaku. 
Padahal, rumah ini kubangun karena kau menginginkannya, bukan untukku sendiri. 
Dalam keheningan dan rasa ketakjuban pada apa yang menghampar di depanku, alangkah 
rindunya aku padamu. Hujan pagi seolah membawamu kembali sekarang. Lihatlah, 
matahari enggan keluar, nyaman di balik gumpalan awan tebal. Beberapa ekor burung yang 
berloncatan dari dahan ke dahan atau hinggap di reranting ringkih terbang dengan sayap 
gemetar menahan dingin. Haruskah aku bersyukur atau mengutuknya? Haruskah aku tak 
menerima jika kau tak akan kembali ke rumah ini? Sepi dan hawa dingin ini memaksaku 
kembali padamu, menyeret segala ingatanku tentangmu. 
Kastil kecil nan rapuh 
Di suatu senja yang berkilau jingga, dari loteng rumah kita di pusat kota, kau ingin 
melupakan segala deru dan amis kota. Tubuhmu melambai rapuh tertiup angin beracun, 
makin kurus oleh penyakit setan yang bersarang bertahun-tahun dan tak juga lekas tercerai 
darimu. Desis napasmu hilang oleh deru kendaraan. Jika saja kota ini bisa diheningkan 
sejenak, tentu akan kutangkap sengal itu, sisa waktu yang makin menipis dan mimpi-mimpi 
buruk yang akan menghantuiku menjalani setiap detik dan menit tanpamu suatu hari kelak. 
Namun kau berkeras, tak mau masuk dan membiarkan ringkih tulang dan dagingmu 
termakan angin. 
"Aku ingin menikmati udara sore. Bukankah aku sudah memakai jaket? Udara ini tidak 
sejahat yang kaukira...," ujarmu tersenyum. Kau menoreh perih setiap kali tersenyum 
seperti itu. Dengan kedua bibir ditarik ke salah satu sudut mulut, mata beningmu yang 
memancarkan kepasrahan, dan tulang pipimu yang menangkap hasratku untuk 
memelukmu. Kita seperti dua burung elang yang beranjak pulang ke sarang setelah 
menghabiskan hari dalam tualang. 
"Aku tak ingin kau lebih sakit lagi." 
"Kata ayah aku memang kastil kecil nan rapuh sejak kecil. Dan rumah kita ini, yang terselip 
di pusat kota, juga menjadi kastil rapuh bagiku. Lihatlah, bangunan-bangunan besar dan 
angkuh itu seperti mengusir kita dan berharap kita lekas pergi. Bila malam hari, dari tempat 
ini aku melihat mereka seperti raksasa-raksasa jahat yang sedang mengawasi kita. Aku tak 
ingin menempatinya lagi. Kalau kau mau, kita bisa membangun rumah di pinggir sawah. 
Tapi tentu kau tak mau." 
"Aku akan membuatkannya untukmu."
"Untuk apa? Toh kita tak punya anak. Alangkah inginnya aku punya momongan." 
"Sudahlah, jangan ingat-ingat itu lagi. Nikmati apa yang ada sekarang. Kalau kita menuruti 
keinginan, tak akan ada habisnya." 
Kau menatapku sembari melontarkan peluru-peluru itu ke jantungku: air mata yang meleleh 
pelan dan berharap jemari serta telapak tanganku menghapusnya. Bagaimana mungkin 
bidadari yang selalu punya kekuatan untuk menghidupkan segala impian mustahil dalam 
hidupku ini kubiarkan menangis? Apakah dunia memang sengaja menciptakan kau supaya 
aku mengutuk dan tak memercayai kehidupan ini? Tanpa suara, kau meraih kedua tanganku 
dan menciuminya seperti seorang ibu menemukan anak tunggalnya yang hilang, membawa 
gemetar tanganku ke seluruh raut mukamu, menjejaki segala keperihanmu dan usahaku 
menjauhkanmu dari segala rasa putus asa. 
"Kau terlalu baik untukku. Dan tak mau menuntut lebih pada hidup yang kita jalani. Aku 
heran kenapa aku bisa menemukanmu di antara segala wajah-wajah culas di kota ini." 
"Kau benar-benar ingin meninggalkan rumah ini?" 
"Sudahlah, lupakan keinginanku yang terlalu mengada-ada itu." 
Sisa badai kenangan 
Jauh sebelum kita bersama, ibuku bermimpi melihat buah simalakama. Semula ia tak tahu 
kalau itu buah simalakama. Rupanya hitam, bentuknya seperti buah manggis dengan 
tangkai berwarna merah. Di dalam buah itu terdapat lima ruangan berisi biji yang dibalut 
bagian empuk yang bisa dimakan. Pohon dari buah itu tumbuh di depan rumahku, dengan 
bentuk daun seperti daun mangga kecuali pohonnya yang tingginya tak lebih dari tiga 
meter. Seorang perempuan berwajah putih dengan mata bersinar bak mutiara menunggui 
pohon dan buah itu. Ketika ibu akan memetik buah itu, perempuan penunggu buah 
simalakama itu melarangnya. 
"Kenapa aku tak boleh memetiknya?" 
"Bukan kau yang berhak memetiknya." 
"Apa nama buah ini?" 
"Simalakama." 
"Ah, kau mengibul. Tak ada buah simalakama. Buah itu hanya dongeng saja, tak ada buah 
simalakama di dunia ini." 
"Sekarang kau melihatnya. Inilah buah simalakama itu." 
Ibu mengamati buah itu sampai tiba-tiba ia mendengar suaraku berteriak dari belakangnya. 
"Siapa perempuan ini Ibu? Alangkah cantiknya. Aku ingin matanya yang cemerlang itu 
Ibu. Seperti menyimpan cahaya." 
Perempuan itu memandangku lekat-lekat, dan kemudian tersenyum. Tangannya seolah 
memanjang dan mengambil salah satu buah dari pohon itu lalu mengangsurkannya padaku.
"Kau mau buah ini? Ibumu tak boleh makan, hanya kau yang boleh memakannya." 
Ibu melarangku menerimanya, namun dipenuhi rasa ingin tahu, tanpa memedulikan 
larangannya tanganku sudah menggenggam buah itu. 
"Bukalah, dan lihat isinya." 
Aku membukanya, dan melihat lima bulatan putih dalam lima ruangan terpisah oleh sekat 
buah itu. Segera kumakan buah itu, sementara kulihat ibuku menangis dan perempuan itu 
tersenyum sangat lembut. 
"Nah, kau sudah memakannya. Enak bukan?" 
"Rasanya manis tapi agak aneh." 
Perempuan bermata bak mutiara yang menjaga pohon simalakama itu memandang kami 
berdua, lalu berkata pada ibuku. 
"Ia telah memakannya. Suka atau tidak suka ia akan menanggung segala akibatnya." 
Begitu berkata seperti itu ibu terbangun dari mimpinya. Ia memeluk tubuhku yang persis 
tergolek di sampingnya erat-erat. Sejak saat itulah ibu seperti malaikat yang selalu 
menjagaku dari tangan-tangan jahat yang ingin menghancurkanku. Sampai kemudian kau 
datang dalam hidupku. Malaikat yang menjagaku siang dan malam itu tiba-tiba seperti 
kehilangan segala kekuatannya. 
Ulah para ahli nujum 
Kita bertemu oleh waktu yang memepat di sebuah titik yang tak pernah terduga 
sebelumnya. Bagaimana kita bisa menduganya kalau semua telah digariskan bukan oleh 
kita sendiri, melainkan oleh para aktor-aktor ganjil tak semestinya bersekutu 
mempertemukan kita? Pertama adalah ruang perpustakaan, tempat aku menghabiskan 
sebagian besar waktu hidupku. Sejak kecil ibu telah memanjakan aku dengan sebuah 
ruangan berukuran delapan kali sepuluh meter di rumah kami yang luas, memenuhinya 
dengan deretan rak dan buku-buku yang tertata bukan berdasarkan katalog seperti yang 
biasanya berlaku di perpustakaan umum namun berdasarkan nama pengarangnya. Di 
ruangan itulah, selepas waktu bermain bersama teman-teman masa kecil, aku menemukan 
sebuah lapis kehidupan yang lain, dunia yang menciptakan kejutan demi kejutan. 
Pada suatu hari, selepas masa sekolah menengah, ayah berharap aku masuk fakultas 
kedokteran, namun kekagumanku yang berlebihan pada senyawa-senyawa kimia 
membuatku lebih memilih ilmu kimia. Oleh hasrat hatinya yang tak tercapai, ayah 
bersumpah tak mau membiayai kuliahku, sedangkan ibu, dengan gaya bertarung seekor 
singa betina yang anggun, mati-matian membelaku. Rasa sayangnya seperti menguatkan 
nujum atas mimpinya di masa kecilku. Namun di kemudian hari, kuketahui pilihan salah 
belajar di jurusan itu. Dua tahun aku berusaha mencintai senyawa-senyawa kimia yang 
semula memukauku itu, namun ingatanku pada perpustakaan di rumah kami membuatku 
berontak dan mengkhianati pilihanku sendiri. Bukan laboratorium yang kucintai ternyata, 
namun aroma buku-buku lama di perpustakaan dan lapis-lapis kehidupan yang ada di tiap 
lembar buku. 
Tanpa memberi tahu ibu dan ayah, aku memutuskan pindah kuliah di kota yang berbeda 
dan kembali ke rumah lama nan temaram namun menyenangkan: perpustakaan. Ayahku 
semakin murka, dan tak mau mengakuiku sebagai anak. Dan ibu, tetap sebagai seekor singa
betina yang anggun terus membelaku meskipun dengan tenaga yang makin melemah. 
Keyakinanku kembali ke rumah yang temaram itu datang di tahun kedua kuliahku di 
jurusan sastra saat tanpa sengaja kutemukan sebuah novel Jack London, White Fang yang 
dulu kubaca ketika masih berusia sepuluh tahun. Dan pada hari aku membaca Penderitaan 
Pemuda Werther, tanpa sengaja kutemukan dirimu di sudut ruang perpustakaan Universitas, 
sedang menggenggam Victoria. 
Saat itulah waktu memepat, dan dunia seperti membuncahkan segala rahasianya di depan 
kita, Sayangku. Kau, dengan matamu di balik lensa kaca mata menelan semua impian yang 
telah kusemai. Rambut ikalmu yang berwarna agak keemasan jatuh di dahi, lalu bibirmu 
tersenyum simpul melihatku bagai berhenti menahan napas. Aku tidak tahu jika saat itu aku 
masuk ke wilayah paling runyam dalam hidupku. 
Melewati jembatan api 
Apa yang salah dari hidup kita sebenarnya? Bukankah semestinya cinta tak dihalangi oleh 
apa pun? Dua tahun setelah kau pergi, aku memikirkannya tanpa henti. Kita tak menyangka 
telah berani menentang badai dengan memasuki ketidakmenentuan demi 
ketidakmenentuan. Sadarlah aku, melemahnya kekuatan singa betina yang merasuk dalam 
tubuh ibuku digantikan oleh kehadiranmu. Kau selalu bilang semenjak kita merekatkan hati 
satu sama lain di ruang perpustakaan bahwa kita akan melewati jembatan api. 
"Tapi aku tak mau menjadi Victoria. Kalaupun aku mati, aku akan mati setelah 
mewujudkan seluruh impian dan cintaku," katamu dengan mata menerawang. 
Perlahan-lahan ucapanmu menemukan kenyataan-kenyataan ganjilnya. Ancaman kedua 
orang tuamu hanya kau lewatkan seperti sebuah arus sungai besar yang tak bisa dibendung 
hanya oleh tanggul tipis dan rentan. Aku memberesi seluruh barang-barang dari rumahmu, 
diikuti sumpah serapah dari ayahmu dan tangisan ibumu. Alangkah menyedihkannya 
menikahimu tanpa kedua orang tuamu dan ayahku. Tapi apakah yang lebih agung dari cinta 
kita ini? Seperti sihir paling memilukan, hanya ibuku yang merestui pernikahan kita. 
Tahun kedua pernikahan kau masih tampak sehat, namun belum juga kau mengandung. 
Semula kupikir badai akan segera berlalu. Tapi tidak, selepas tahun kedua, kau divonis tak 
bisa mengandung karena rahimmu dihuni kista. Ah Sayangku, aku masih teringat 
senyummu menghadapi vonis itu, juga air matamu yang luruh sembari menyembunyikan 
wajah di balik dadaku. Bertahun-tahun kemudian, oleh derita dan nestapa itu, penyakit 
demi penyakit menghampirimu. 
Hidup di sebuah negeri yang mustahil seperti negeri kita, tempat ujung pena penulis 
dipandang sama berbahayanya dengan sebuah senapan, akhirnya mengantarkan aku ke 
dalam penjara. Sebuah buku yang kutulis, karena dianggap menghina sebuah agama, hanya 
mengantarkan kegetiran paling meletihkanmu. Aku menjalani kehidupan dalam ruang 
sempit dan pengap, sedangkan kau harus menghadapi teror demi teror yang dilontarkan 
orang-orang tak dikenal dari depan rumah kita. Kau tak mengira jika setelah melewati 
jembatan api bersamamu, kita akan melewati neraka demi neraka kehidupan kita di dunia. 
Kehancuran kastil kecil nan rapuh. 
Akhirnya saat itu tiba. Aku keluar dari penjara dan kembali ke rumah kita. Kau memelukku 
erat, seolah-olah mengisyaratkan perpisahan panjang. Kau membenci deru kehidupan kota 
dan udara amisnya yang beracun. Kau ingin menciptakan akhir yang damai bagi hidupmu 
dengan menatap persawahan dan mendengar cericit burung serta binatang malam. Dan 
akhir itu datang dua tahun lalu, ketika kastil kecil nan rapuh itu-–tubuhmu--rubuh dalam
pembaringan yang hingga kini masih menyisakan aroma tubuhmu. 
Tinggallah aku di sini, menghisap aroma kenangan yang membuar dahsyat. Ah sayangku, 
dua tahun sudah aku tinggal di sini tanpamu. Setiap malam kuhabiskan waktuku dengan 
mengetik tanpa henti. Setiap kelelahan mendera, kau seolah mengelus dan memelukku dari 
belakang.*** 
Yogyakarta, Tengah April 2007
pembaringan yang hingga kini masih menyisakan aroma tubuhmu. 
Tinggallah aku di sini, menghisap aroma kenangan yang membuar dahsyat. Ah sayangku, 
dua tahun sudah aku tinggal di sini tanpamu. Setiap malam kuhabiskan waktuku dengan 
mengetik tanpa henti. Setiap kelelahan mendera, kau seolah mengelus dan memelukku dari 
belakang.*** 
Yogyakarta, Tengah April 2007

More Related Content

What's hot

What's hot (18)

When speak heart
When speak heartWhen speak heart
When speak heart
 
Kertas pena by cmoot
Kertas pena by cmootKertas pena by cmoot
Kertas pena by cmoot
 
Analisis intertekstualitas puisi
Analisis intertekstualitas puisiAnalisis intertekstualitas puisi
Analisis intertekstualitas puisi
 
Hujan bulan juni
Hujan bulan juniHujan bulan juni
Hujan bulan juni
 
Hubungan intertekstual antar dua puisi
Hubungan intertekstual antar dua puisiHubungan intertekstual antar dua puisi
Hubungan intertekstual antar dua puisi
 
Doa emak untuk asa
Doa emak untuk asaDoa emak untuk asa
Doa emak untuk asa
 
Kumpulan puisi
Kumpulan puisiKumpulan puisi
Kumpulan puisi
 
Sepasang mata untuk perempuan (salman rusydie anwar)
Sepasang mata untuk perempuan (salman rusydie anwar)Sepasang mata untuk perempuan (salman rusydie anwar)
Sepasang mata untuk perempuan (salman rusydie anwar)
 
Cerpe
CerpeCerpe
Cerpe
 
Analisis Cerita Pendek (Judul: Pemetik Air Mata)
Analisis Cerita Pendek (Judul: Pemetik Air Mata)Analisis Cerita Pendek (Judul: Pemetik Air Mata)
Analisis Cerita Pendek (Judul: Pemetik Air Mata)
 
Puisi cinta
Puisi cintaPuisi cinta
Puisi cinta
 
Paku di kepala istri sanusi (gita nuari)
Paku di kepala istri sanusi (gita nuari)Paku di kepala istri sanusi (gita nuari)
Paku di kepala istri sanusi (gita nuari)
 
ORANG ASING -- ALBERT CAMUS
ORANG ASING -- ALBERT CAMUSORANG ASING -- ALBERT CAMUS
ORANG ASING -- ALBERT CAMUS
 
Hujan di bulan desember
Hujan di bulan desemberHujan di bulan desember
Hujan di bulan desember
 
Lebah madu pembuat sarang yang sempurna. indonesian. bahasa indonesia
Lebah madu pembuat sarang yang sempurna. indonesian. bahasa indonesiaLebah madu pembuat sarang yang sempurna. indonesian. bahasa indonesia
Lebah madu pembuat sarang yang sempurna. indonesian. bahasa indonesia
 
Hujan mulai deras, malam! (palti r. tamba)
Hujan mulai deras, malam! (palti r. tamba)Hujan mulai deras, malam! (palti r. tamba)
Hujan mulai deras, malam! (palti r. tamba)
 
Kumpulan puisi kacamata
Kumpulan puisi kacamataKumpulan puisi kacamata
Kumpulan puisi kacamata
 
Sebotol Hujan untuk Sapardi - Joko Pinurbo
Sebotol Hujan untuk Sapardi - Joko PinurboSebotol Hujan untuk Sapardi - Joko Pinurbo
Sebotol Hujan untuk Sapardi - Joko Pinurbo
 

Viewers also liked

Viewers also liked (10)

Ibu tahu rahasiaku (puthut ea)
Ibu tahu rahasiaku (puthut ea)Ibu tahu rahasiaku (puthut ea)
Ibu tahu rahasiaku (puthut ea)
 
Hujan februari (tary)
Hujan februari (tary)Hujan februari (tary)
Hujan februari (tary)
 
Pasangan muda (ni komang ariani)
Pasangan muda (ni komang ariani)Pasangan muda (ni komang ariani)
Pasangan muda (ni komang ariani)
 
Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)
Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)
Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)
 
Perut (yanusa nugroho)
Perut (yanusa nugroho)Perut (yanusa nugroho)
Perut (yanusa nugroho)
 
Dongeng untuk anjeli (willy hangguman)
Dongeng untuk anjeli (willy hangguman)Dongeng untuk anjeli (willy hangguman)
Dongeng untuk anjeli (willy hangguman)
 
Badai bunga (triyanto triwikromo)
Badai bunga (triyanto triwikromo)Badai bunga (triyanto triwikromo)
Badai bunga (triyanto triwikromo)
 
Aryati (dodiek adyttya dwiwanto)
Aryati (dodiek adyttya dwiwanto)Aryati (dodiek adyttya dwiwanto)
Aryati (dodiek adyttya dwiwanto)
 
Anggang dari laut (pinto anugrah)
Anggang dari laut (pinto anugrah)Anggang dari laut (pinto anugrah)
Anggang dari laut (pinto anugrah)
 
Perempuan petelur (iggoy el fitra)
Perempuan petelur (iggoy el fitra)Perempuan petelur (iggoy el fitra)
Perempuan petelur (iggoy el fitra)
 

Similar to CerpenHujanPagi

Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)
Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)
Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)Arvinoor Siregar SH MH
 
Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)
Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)
Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)arvin2014
 
Tiga surat cinta untuk bunga (heru kurniawan)
Tiga surat cinta untuk bunga (heru kurniawan)Tiga surat cinta untuk bunga (heru kurniawan)
Tiga surat cinta untuk bunga (heru kurniawan)Arvinoor Siregar SH MH
 
KUMPULAN PUISI - NURUL FAELA SHUFA
KUMPULAN PUISI - NURUL FAELA SHUFAKUMPULAN PUISI - NURUL FAELA SHUFA
KUMPULAN PUISI - NURUL FAELA SHUFANurul Shufa
 
Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)
Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)
Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)Arvinoor Siregar SH MH
 
Dua tanjung (farizal sikumbang)
Dua tanjung (farizal sikumbang)Dua tanjung (farizal sikumbang)
Dua tanjung (farizal sikumbang)Andri Goodwood
 
Wangi+kaki+ibu
Wangi+kaki+ibuWangi+kaki+ibu
Wangi+kaki+iburadikalzen
 
Ebook tuhan maha romantis bab 1
Ebook tuhan maha romantis   bab 1Ebook tuhan maha romantis   bab 1
Ebook tuhan maha romantis bab 1ElviraYunita2
 
Antologi puisi egois maghfur amien
Antologi puisi egois maghfur amienAntologi puisi egois maghfur amien
Antologi puisi egois maghfur amienMaghfur Amien
 
Aku ingin meraih kembali cintamu menjadi kenyataan
Aku ingin meraih kembali cintamu menjadi kenyataanAku ingin meraih kembali cintamu menjadi kenyataan
Aku ingin meraih kembali cintamu menjadi kenyataanRicky L
 
Tenggelamnya kapal van der wijck
Tenggelamnya kapal van der wijckTenggelamnya kapal van der wijck
Tenggelamnya kapal van der wijckHisyam Fayrus
 
Cerita kanak-kanak
Cerita kanak-kanakCerita kanak-kanak
Cerita kanak-kanakSabrina Eyna
 

Similar to CerpenHujanPagi (20)

Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)
Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)
Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)
 
Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)
Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)
Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)
 
Tiga surat cinta untuk bunga (heru kurniawan)
Tiga surat cinta untuk bunga (heru kurniawan)Tiga surat cinta untuk bunga (heru kurniawan)
Tiga surat cinta untuk bunga (heru kurniawan)
 
Para Penanti
Para PenantiPara Penanti
Para Penanti
 
KUMPULAN PUISI - NURUL FAELA SHUFA
KUMPULAN PUISI - NURUL FAELA SHUFAKUMPULAN PUISI - NURUL FAELA SHUFA
KUMPULAN PUISI - NURUL FAELA SHUFA
 
08. Imaji Musim Gugur
08. Imaji Musim Gugur08. Imaji Musim Gugur
08. Imaji Musim Gugur
 
Guruji.docx
Guruji.docxGuruji.docx
Guruji.docx
 
Uang jemputan (farizal sikumbang)
Uang jemputan (farizal sikumbang)Uang jemputan (farizal sikumbang)
Uang jemputan (farizal sikumbang)
 
Tentang aku
Tentang akuTentang aku
Tentang aku
 
My cerpen "Kotak Buah"
My cerpen "Kotak Buah"My cerpen "Kotak Buah"
My cerpen "Kotak Buah"
 
Black angel
Black angelBlack angel
Black angel
 
Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)
Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)
Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)
 
Dua tanjung (farizal sikumbang)
Dua tanjung (farizal sikumbang)Dua tanjung (farizal sikumbang)
Dua tanjung (farizal sikumbang)
 
Wangi+kaki+ibu
Wangi+kaki+ibuWangi+kaki+ibu
Wangi+kaki+ibu
 
Ebook tuhan maha romantis bab 1
Ebook tuhan maha romantis   bab 1Ebook tuhan maha romantis   bab 1
Ebook tuhan maha romantis bab 1
 
Antologi puisi egois maghfur amien
Antologi puisi egois maghfur amienAntologi puisi egois maghfur amien
Antologi puisi egois maghfur amien
 
Aku ingin meraih kembali cintamu menjadi kenyataan
Aku ingin meraih kembali cintamu menjadi kenyataanAku ingin meraih kembali cintamu menjadi kenyataan
Aku ingin meraih kembali cintamu menjadi kenyataan
 
Tenggelamnya kapal van der wijck
Tenggelamnya kapal van der wijckTenggelamnya kapal van der wijck
Tenggelamnya kapal van der wijck
 
Cerita kanak-kanak
Cerita kanak-kanakCerita kanak-kanak
Cerita kanak-kanak
 
crita kanak-kanak
crita kanak-kanakcrita kanak-kanak
crita kanak-kanak
 

More from Arvinoor Siregar SH MH (20)

Unschooling your-child-212
Unschooling your-child-212Unschooling your-child-212
Unschooling your-child-212
 
Montessori homeschooling-223
Montessori homeschooling-223Montessori homeschooling-223
Montessori homeschooling-223
 
Homeschooling the-darker-side-501
Homeschooling the-darker-side-501Homeschooling the-darker-side-501
Homeschooling the-darker-side-501
 
Homeschooling the teenager-225
Homeschooling the teenager-225Homeschooling the teenager-225
Homeschooling the teenager-225
 
Homeschooling methods-572
Homeschooling methods-572Homeschooling methods-572
Homeschooling methods-572
 
Homeschooling and-college-223
Homeschooling and-college-223Homeschooling and-college-223
Homeschooling and-college-223
 
Homeschool field-trips-184
Homeschool field-trips-184Homeschool field-trips-184
Homeschool field-trips-184
 
Homeschool burnout-223
Homeschool burnout-223Homeschool burnout-223
Homeschool burnout-223
 
Financing homeschooling-433
Financing homeschooling-433Financing homeschooling-433
Financing homeschooling-433
 
Thurgood marshall
Thurgood marshallThurgood marshall
Thurgood marshall
 
The rainbow coalition
The rainbow coalitionThe rainbow coalition
The rainbow coalition
 
The halls of power
The halls of powerThe halls of power
The halls of power
 
The dred scott decision
The dred scott decisionThe dred scott decision
The dred scott decision
 
Slavery
SlaverySlavery
Slavery
 
Rosa parks
Rosa parksRosa parks
Rosa parks
 
Martin luther king's dream
Martin luther king's dreamMartin luther king's dream
Martin luther king's dream
 
Martin luther king, jr.
Martin luther king, jr.Martin luther king, jr.
Martin luther king, jr.
 
Jordon and ali
Jordon and aliJordon and ali
Jordon and ali
 
Jackie robinson
Jackie robinsonJackie robinson
Jackie robinson
 
Harriet tubman
Harriet tubmanHarriet tubman
Harriet tubman
 

Recently uploaded

IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...Neta
 
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang MaxwinBento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang MaxwinBento88slot
 
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolikMAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolikssuser328cb5
 
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari IniSizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari IniSizi99
 
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari IniJasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari IniJasatoto99
 
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfPEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfachsofyan1
 
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................teeka180806
 
Nila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari Ini
Nila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari IniNila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari Ini
Nila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari IniNila88
 

Recently uploaded (8)

IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
 
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang MaxwinBento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
 
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolikMAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
 
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari IniSizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
 
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari IniJasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
 
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfPEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
 
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
 
Nila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari Ini
Nila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari IniNila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari Ini
Nila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari Ini
 

CerpenHujanPagi

  • 1. Media Indonesia Minggu, 29 Juli 2007 Hujan Pagi Cerpen: Dwicipta SISA hujan pagi masih tersampir di pucuk-pucuk dedaunan dan batang-batang pepohonan, Sayangku. Aku terbangun dari tidur pendek, setelah mengetik hampir semalaman, ditemani bayangan-bayangan letih tanpa kesudahan dari wajahmu. Pertengahan April, genap dua tahun aku tinggal di rumah ini, tanpa dirimu. Seperti letaknya yang jauh dari perkampungan, terpencil dari segenap kebisingan, kutemukan rumah ini dan diriku seolah menyatu dalam persekutuan aneh antara dua makhluk yang sama-sama kesepian. Hanya ditemani persawahan membentang, ricik suara air sungai di sebelah timur rumah, dan kicau burung atau binatang malam. Apakah ini yang kaumaksudkan ketika kita masih tinggal di pusat kota dulu: hidup yang tak diricuhi apa pun kecuali suara-suara alam? Ah sayang, begitu lekas kau pergi, dan tak punya waktu menikmati ketenangan rumah ini bersamaku. Padahal, rumah ini kubangun karena kau menginginkannya, bukan untukku sendiri. Dalam keheningan dan rasa ketakjuban pada apa yang menghampar di depanku, alangkah rindunya aku padamu. Hujan pagi seolah membawamu kembali sekarang. Lihatlah, matahari enggan keluar, nyaman di balik gumpalan awan tebal. Beberapa ekor burung yang berloncatan dari dahan ke dahan atau hinggap di reranting ringkih terbang dengan sayap gemetar menahan dingin. Haruskah aku bersyukur atau mengutuknya? Haruskah aku tak menerima jika kau tak akan kembali ke rumah ini? Sepi dan hawa dingin ini memaksaku kembali padamu, menyeret segala ingatanku tentangmu. Kastil kecil nan rapuh Di suatu senja yang berkilau jingga, dari loteng rumah kita di pusat kota, kau ingin melupakan segala deru dan amis kota. Tubuhmu melambai rapuh tertiup angin beracun, makin kurus oleh penyakit setan yang bersarang bertahun-tahun dan tak juga lekas tercerai darimu. Desis napasmu hilang oleh deru kendaraan. Jika saja kota ini bisa diheningkan sejenak, tentu akan kutangkap sengal itu, sisa waktu yang makin menipis dan mimpi-mimpi buruk yang akan menghantuiku menjalani setiap detik dan menit tanpamu suatu hari kelak. Namun kau berkeras, tak mau masuk dan membiarkan ringkih tulang dan dagingmu termakan angin. "Aku ingin menikmati udara sore. Bukankah aku sudah memakai jaket? Udara ini tidak sejahat yang kaukira...," ujarmu tersenyum. Kau menoreh perih setiap kali tersenyum seperti itu. Dengan kedua bibir ditarik ke salah satu sudut mulut, mata beningmu yang memancarkan kepasrahan, dan tulang pipimu yang menangkap hasratku untuk memelukmu. Kita seperti dua burung elang yang beranjak pulang ke sarang setelah menghabiskan hari dalam tualang. "Aku tak ingin kau lebih sakit lagi." "Kata ayah aku memang kastil kecil nan rapuh sejak kecil. Dan rumah kita ini, yang terselip di pusat kota, juga menjadi kastil rapuh bagiku. Lihatlah, bangunan-bangunan besar dan angkuh itu seperti mengusir kita dan berharap kita lekas pergi. Bila malam hari, dari tempat ini aku melihat mereka seperti raksasa-raksasa jahat yang sedang mengawasi kita. Aku tak ingin menempatinya lagi. Kalau kau mau, kita bisa membangun rumah di pinggir sawah. Tapi tentu kau tak mau." "Aku akan membuatkannya untukmu."
  • 2. "Untuk apa? Toh kita tak punya anak. Alangkah inginnya aku punya momongan." "Sudahlah, jangan ingat-ingat itu lagi. Nikmati apa yang ada sekarang. Kalau kita menuruti keinginan, tak akan ada habisnya." Kau menatapku sembari melontarkan peluru-peluru itu ke jantungku: air mata yang meleleh pelan dan berharap jemari serta telapak tanganku menghapusnya. Bagaimana mungkin bidadari yang selalu punya kekuatan untuk menghidupkan segala impian mustahil dalam hidupku ini kubiarkan menangis? Apakah dunia memang sengaja menciptakan kau supaya aku mengutuk dan tak memercayai kehidupan ini? Tanpa suara, kau meraih kedua tanganku dan menciuminya seperti seorang ibu menemukan anak tunggalnya yang hilang, membawa gemetar tanganku ke seluruh raut mukamu, menjejaki segala keperihanmu dan usahaku menjauhkanmu dari segala rasa putus asa. "Kau terlalu baik untukku. Dan tak mau menuntut lebih pada hidup yang kita jalani. Aku heran kenapa aku bisa menemukanmu di antara segala wajah-wajah culas di kota ini." "Kau benar-benar ingin meninggalkan rumah ini?" "Sudahlah, lupakan keinginanku yang terlalu mengada-ada itu." Sisa badai kenangan Jauh sebelum kita bersama, ibuku bermimpi melihat buah simalakama. Semula ia tak tahu kalau itu buah simalakama. Rupanya hitam, bentuknya seperti buah manggis dengan tangkai berwarna merah. Di dalam buah itu terdapat lima ruangan berisi biji yang dibalut bagian empuk yang bisa dimakan. Pohon dari buah itu tumbuh di depan rumahku, dengan bentuk daun seperti daun mangga kecuali pohonnya yang tingginya tak lebih dari tiga meter. Seorang perempuan berwajah putih dengan mata bersinar bak mutiara menunggui pohon dan buah itu. Ketika ibu akan memetik buah itu, perempuan penunggu buah simalakama itu melarangnya. "Kenapa aku tak boleh memetiknya?" "Bukan kau yang berhak memetiknya." "Apa nama buah ini?" "Simalakama." "Ah, kau mengibul. Tak ada buah simalakama. Buah itu hanya dongeng saja, tak ada buah simalakama di dunia ini." "Sekarang kau melihatnya. Inilah buah simalakama itu." Ibu mengamati buah itu sampai tiba-tiba ia mendengar suaraku berteriak dari belakangnya. "Siapa perempuan ini Ibu? Alangkah cantiknya. Aku ingin matanya yang cemerlang itu Ibu. Seperti menyimpan cahaya." Perempuan itu memandangku lekat-lekat, dan kemudian tersenyum. Tangannya seolah memanjang dan mengambil salah satu buah dari pohon itu lalu mengangsurkannya padaku.
  • 3. "Kau mau buah ini? Ibumu tak boleh makan, hanya kau yang boleh memakannya." Ibu melarangku menerimanya, namun dipenuhi rasa ingin tahu, tanpa memedulikan larangannya tanganku sudah menggenggam buah itu. "Bukalah, dan lihat isinya." Aku membukanya, dan melihat lima bulatan putih dalam lima ruangan terpisah oleh sekat buah itu. Segera kumakan buah itu, sementara kulihat ibuku menangis dan perempuan itu tersenyum sangat lembut. "Nah, kau sudah memakannya. Enak bukan?" "Rasanya manis tapi agak aneh." Perempuan bermata bak mutiara yang menjaga pohon simalakama itu memandang kami berdua, lalu berkata pada ibuku. "Ia telah memakannya. Suka atau tidak suka ia akan menanggung segala akibatnya." Begitu berkata seperti itu ibu terbangun dari mimpinya. Ia memeluk tubuhku yang persis tergolek di sampingnya erat-erat. Sejak saat itulah ibu seperti malaikat yang selalu menjagaku dari tangan-tangan jahat yang ingin menghancurkanku. Sampai kemudian kau datang dalam hidupku. Malaikat yang menjagaku siang dan malam itu tiba-tiba seperti kehilangan segala kekuatannya. Ulah para ahli nujum Kita bertemu oleh waktu yang memepat di sebuah titik yang tak pernah terduga sebelumnya. Bagaimana kita bisa menduganya kalau semua telah digariskan bukan oleh kita sendiri, melainkan oleh para aktor-aktor ganjil tak semestinya bersekutu mempertemukan kita? Pertama adalah ruang perpustakaan, tempat aku menghabiskan sebagian besar waktu hidupku. Sejak kecil ibu telah memanjakan aku dengan sebuah ruangan berukuran delapan kali sepuluh meter di rumah kami yang luas, memenuhinya dengan deretan rak dan buku-buku yang tertata bukan berdasarkan katalog seperti yang biasanya berlaku di perpustakaan umum namun berdasarkan nama pengarangnya. Di ruangan itulah, selepas waktu bermain bersama teman-teman masa kecil, aku menemukan sebuah lapis kehidupan yang lain, dunia yang menciptakan kejutan demi kejutan. Pada suatu hari, selepas masa sekolah menengah, ayah berharap aku masuk fakultas kedokteran, namun kekagumanku yang berlebihan pada senyawa-senyawa kimia membuatku lebih memilih ilmu kimia. Oleh hasrat hatinya yang tak tercapai, ayah bersumpah tak mau membiayai kuliahku, sedangkan ibu, dengan gaya bertarung seekor singa betina yang anggun, mati-matian membelaku. Rasa sayangnya seperti menguatkan nujum atas mimpinya di masa kecilku. Namun di kemudian hari, kuketahui pilihan salah belajar di jurusan itu. Dua tahun aku berusaha mencintai senyawa-senyawa kimia yang semula memukauku itu, namun ingatanku pada perpustakaan di rumah kami membuatku berontak dan mengkhianati pilihanku sendiri. Bukan laboratorium yang kucintai ternyata, namun aroma buku-buku lama di perpustakaan dan lapis-lapis kehidupan yang ada di tiap lembar buku. Tanpa memberi tahu ibu dan ayah, aku memutuskan pindah kuliah di kota yang berbeda dan kembali ke rumah lama nan temaram namun menyenangkan: perpustakaan. Ayahku semakin murka, dan tak mau mengakuiku sebagai anak. Dan ibu, tetap sebagai seekor singa
  • 4. betina yang anggun terus membelaku meskipun dengan tenaga yang makin melemah. Keyakinanku kembali ke rumah yang temaram itu datang di tahun kedua kuliahku di jurusan sastra saat tanpa sengaja kutemukan sebuah novel Jack London, White Fang yang dulu kubaca ketika masih berusia sepuluh tahun. Dan pada hari aku membaca Penderitaan Pemuda Werther, tanpa sengaja kutemukan dirimu di sudut ruang perpustakaan Universitas, sedang menggenggam Victoria. Saat itulah waktu memepat, dan dunia seperti membuncahkan segala rahasianya di depan kita, Sayangku. Kau, dengan matamu di balik lensa kaca mata menelan semua impian yang telah kusemai. Rambut ikalmu yang berwarna agak keemasan jatuh di dahi, lalu bibirmu tersenyum simpul melihatku bagai berhenti menahan napas. Aku tidak tahu jika saat itu aku masuk ke wilayah paling runyam dalam hidupku. Melewati jembatan api Apa yang salah dari hidup kita sebenarnya? Bukankah semestinya cinta tak dihalangi oleh apa pun? Dua tahun setelah kau pergi, aku memikirkannya tanpa henti. Kita tak menyangka telah berani menentang badai dengan memasuki ketidakmenentuan demi ketidakmenentuan. Sadarlah aku, melemahnya kekuatan singa betina yang merasuk dalam tubuh ibuku digantikan oleh kehadiranmu. Kau selalu bilang semenjak kita merekatkan hati satu sama lain di ruang perpustakaan bahwa kita akan melewati jembatan api. "Tapi aku tak mau menjadi Victoria. Kalaupun aku mati, aku akan mati setelah mewujudkan seluruh impian dan cintaku," katamu dengan mata menerawang. Perlahan-lahan ucapanmu menemukan kenyataan-kenyataan ganjilnya. Ancaman kedua orang tuamu hanya kau lewatkan seperti sebuah arus sungai besar yang tak bisa dibendung hanya oleh tanggul tipis dan rentan. Aku memberesi seluruh barang-barang dari rumahmu, diikuti sumpah serapah dari ayahmu dan tangisan ibumu. Alangkah menyedihkannya menikahimu tanpa kedua orang tuamu dan ayahku. Tapi apakah yang lebih agung dari cinta kita ini? Seperti sihir paling memilukan, hanya ibuku yang merestui pernikahan kita. Tahun kedua pernikahan kau masih tampak sehat, namun belum juga kau mengandung. Semula kupikir badai akan segera berlalu. Tapi tidak, selepas tahun kedua, kau divonis tak bisa mengandung karena rahimmu dihuni kista. Ah Sayangku, aku masih teringat senyummu menghadapi vonis itu, juga air matamu yang luruh sembari menyembunyikan wajah di balik dadaku. Bertahun-tahun kemudian, oleh derita dan nestapa itu, penyakit demi penyakit menghampirimu. Hidup di sebuah negeri yang mustahil seperti negeri kita, tempat ujung pena penulis dipandang sama berbahayanya dengan sebuah senapan, akhirnya mengantarkan aku ke dalam penjara. Sebuah buku yang kutulis, karena dianggap menghina sebuah agama, hanya mengantarkan kegetiran paling meletihkanmu. Aku menjalani kehidupan dalam ruang sempit dan pengap, sedangkan kau harus menghadapi teror demi teror yang dilontarkan orang-orang tak dikenal dari depan rumah kita. Kau tak mengira jika setelah melewati jembatan api bersamamu, kita akan melewati neraka demi neraka kehidupan kita di dunia. Kehancuran kastil kecil nan rapuh. Akhirnya saat itu tiba. Aku keluar dari penjara dan kembali ke rumah kita. Kau memelukku erat, seolah-olah mengisyaratkan perpisahan panjang. Kau membenci deru kehidupan kota dan udara amisnya yang beracun. Kau ingin menciptakan akhir yang damai bagi hidupmu dengan menatap persawahan dan mendengar cericit burung serta binatang malam. Dan akhir itu datang dua tahun lalu, ketika kastil kecil nan rapuh itu-–tubuhmu--rubuh dalam
  • 5. pembaringan yang hingga kini masih menyisakan aroma tubuhmu. Tinggallah aku di sini, menghisap aroma kenangan yang membuar dahsyat. Ah sayangku, dua tahun sudah aku tinggal di sini tanpamu. Setiap malam kuhabiskan waktuku dengan mengetik tanpa henti. Setiap kelelahan mendera, kau seolah mengelus dan memelukku dari belakang.*** Yogyakarta, Tengah April 2007
  • 6. pembaringan yang hingga kini masih menyisakan aroma tubuhmu. Tinggallah aku di sini, menghisap aroma kenangan yang membuar dahsyat. Ah sayangku, dua tahun sudah aku tinggal di sini tanpamu. Setiap malam kuhabiskan waktuku dengan mengetik tanpa henti. Setiap kelelahan mendera, kau seolah mengelus dan memelukku dari belakang.*** Yogyakarta, Tengah April 2007