Kebudayaan ibu nifas di suku Tolaki masih terdapat berbagai larangan dan kewajiban, baik yang bersifat positif maupun negatif. Beberapa larangan seperti makan terong dan makanan pedas didasari oleh pemahaman yang keliru, sementara kewajiban mandi air hangat dan duduk dengan kaki lurus memiliki dampak positif bagi penyembuhan ibu. Faktor-faktor yang memicu kebudayaan tersebut antara lain pengetahuan, pendidikan,
3. N
I
F
A
S
Masa nifas adalah
masa sesudah
persalinan, masa perubahan,
pemulihan, penyembuhan dan
pengembalian alat-alat
kandungan. Proses masa nifas
berkisar antara 6 minggu atau
40 hari.
4. .
Kebudayaan Ibu Nifas dalam Suku
Tolaki.
Ibu dilarang makan terong.
Ibu diwajibkan
mengenakan mengenakan
gurita diperut.
Ibu diwajibkan mandi air
hangat/ mengkompres
perut dengan botol yang
diisi dengan air panas.
Jika ibu duduk atau tidur
harus meluruskan kakinya.
Ibu nifas tidak boleh
makan makanan yang
pedas yang pedas.
5. Ibu dilarang makan terong
Alasan :
Karena terong dapat membuat tubuh si ibu dan bayi
menjadi gatal.
Pembuktian :
Terong merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak
mengandung Vitamin A dan C. Terong jenis ini mempunyai banyak
manfaat dan khasiat, diantaranya mengandung antosianin,
termasuk kedalam golongan flavonoid yang merupakan salah satu
jenis antioksidan. Antioksidan ini dapat membantu daya tahan
tubuh menjadi lebih baik. Terong juga kaya akan vitamin A dan C
untuk meningkatkan daya tahan tubuh selain itu, bagi
pertumbuhan tubuh terong sangat bagus karena mengandung
fosfor dan magnesimu yang akan membantu pertumbuhan tulang.
Oleh karena itu, tidak benar bila terong dapat menyebabkan
gatal-gatal pada Ibu dan Bayi.
6. Ibu diwajibkan mandi air hangat/
mengkompres perut dengan botol yang
diisi dengan air panas
Alasan :
Karena dengan mandi air hangat dapat mengobati luka
dalam pasca melahirkan.
Pembuktian :
Hal ini dinilai cukup benar. Karena air hangat dapat
memperlancar peredaran darah. Aliran darah yang lancar
sangat mempengaruhi sistem metabolisme dalam tubuh.
Dalam darah terkandung oksigen serta nutrisi yang diperlukan
bagi sel-sel dalam tubuh,
sehingga dalam proses
penyembuhan luka dalam menjadi sedikit lebih cepat.
7. Ibu nifas tidak boleh makan
makanan yang pedas
Alasan :
Karena makanan pedas bila dikonsumsi ibu dapat menyebabkan ASI menjadi
pedas.
Pembuktian :
Sebenarnya, makanan pedas yang mengandung cabai memiliki kandungan
kapsaisin bersifat antikoagulan, yaitu menjaga darah tetap encer dan mencegah
terbentuknya kerak lemak pada pembuluh darah. Namun, bagi ibu nifas mengonsumsi
sambal/cabai dapat menyebabkan naiknya asam lambung sehingga menimbulkan rasa
tidak nyaman di perut. Bila dikonsumsi berlebih dapat mengakibatkan infeksi pada
lambung. Bayangkan saja, apabila ibu yang pasca melahirkan masih memiliki luka
didaerah perut(setelah operasi caesar) ataupun rasa sakit pasca melahirkan, kemudian
megonsumsi cabai/makanan pedas lainnya akan menambah rasa sakit bagi ibu. Oleh
karena itu, larangan ini memiliki dampak positive bagi Ibu nifas.
8. Ibu diwajibkan mengenakan
gurita diperut.
Alasan :
Karena gurita dapat mengembalikan
bentuk tubuh yang melar pasca melahirkan.
Pembuktian :
Pada dasarnya, dunia kedokteran tidak
menganjurkan setiap pasien bersalin untuk memakai
stagen. Stagen tidak memeberikan efek positif dalam
mengecilkan atau mengencangkan perut karena
sifatnya yang pasif. Kebudayaan ini hanya membawa
dampak positive bagi ibu yang mengalami masalah
kurang percaya diri dengan bentuk tubuh yang melar
pasca melahirkan. Penggunaan gurita diperbolehkan
karena gurita tidak membalut perut ibu terlalu
kencang seperti stagen. Namun perlu pula
diperhatikan bagi ibu yang baru melakukan operasi
caesar. Jahitan yang masih baru atau basah jika
langsung dipakaikan gurita, apalagi stagen, malah
akan bertambah parah. Jahitan bisa terbuka kembali,
atau bahkan bernanah.
9. •
Jika ibu duduk atau tidur harus
meluruskan kakinya.
Alasan :
Agar urat-urat tidak kendur.
Pembuktian :
Pada ibu yang baru saja melahirkan atau berada pada masa
nifas jelas hal ini sangat mempunyai dampak yang positive bagi
si ibu tersebut, karena jika ibu duduk atau tidur pada posisi
miring atau di tekuk dapat mempengaruhi posisi tulang ibu
tersebut karena tulang ibu pada masa nifas seperti bayi, yang
apabila si ibu melakukan gerakan miring pada saat tidur dan
menekuk saat duduk akan berisiko, larangan ini baik untuk ibu
karena pada ibu pada masa nifas mudah terkena varises dan
dampak negative akan larangan ini jelas tidak ada baik bagi si
ibu maupun pada bayi yang baru dilahirkan.
12. Faktor pendukung
Faktor yang terwujud
dalam lingkungan
fisik, tersedia atau
tidak bersedianya
fasilitas – fasilitas atau
sarana – sarana
kesehatan. Misalnya
Puskesmas, obatobatan, alat-alat
kontrasepsi, jamban.
13. Faktor pendorong
Faktor yang terwujud dalam sikap
dan perilaku petugas kesehatan atau
petugas lainnya yang merupakan
kelompok retefensi dari perilaku
masyarakat.
14. Kesimpulan
Dalam suku Tolaki masih terdapat kebudayaankebudayaan Ibu Nifas. Kebudayaan tersebut ada yang bersifat
negative hingga positif.
Kebudayaan tarak(larangan makan makanan
tertentu) dapat ditemukan dalam suku Tolaki. Diantaranya
larangan makan terong, dan makanan pedas. Kewajiban mandi air
hangat, duduk dengan kaki lurus, hingga menggunakan stagen,
merupakan beberapa kebudayaan yang masih ada ditengah
masyarakat hingga kini.
Faktor-faktor yang memicu : Faktor predisposisi
(pengetahuan, pendidikan, pengalaman, pekerjaan, ekonomi,
budaya), faktor pendukung, faktor pendorong.