SlideShare a Scribd company logo
1 of 42
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
MODUL 3 
SEMEN, AIR DAN BAHAN TAMBAH UNTUK BETON 
Kegiatan Belajar 1: 
1. Semen dan Air Untuk Beton 
Tujuan Instruksional Khusus 
Setelah akhir pelajaran diharapkan siswa: 
· Mampu menjelaskan jenis-jenis semen untuk beton 
· Mampu menjelaskan syarat-syarat air untuk beton 
1.1. Semen 
Semen merupakan bahan campuran yang secara kimiawi aktif 
setelah berhubungan dengan air. Agregat tidak memainkan peranan 
penting dalam reaksi kimia tersebut, tetapi berfungsi sebagai bahan pengisi 
mineral yang dapat mencegah perubahan – perubahan volume beton 
setelah pengadukan semen dan memperbaiki keawetn beton yang 
dihasilkan. Umumnya beton mengandung rongga udara 1 – 2 %, pasta 
semen 25- 40 %, dan agregat 60 – 75 %. 
Semen dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu : 
1. Semen Non Hidrolik 
2. Semen Hidrolik 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 39
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
1.1.1. Semen Non Hidrolik 
Semen non hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air, 
akan tetapi dapat mengeras di udara. Contoh utama dari semen non 
hidrolik adalah kapur. 
Jenis kapur yang baik adalah kapur putih yang mengandung kalsium 
oksida tinggi ketika masih berbentuk kapur tohor (belum berhubungan 
dengan air), dan akan mengandung kalsium hidroksida ketika berhubungan 
dengan air. 
Kapur ini dihasilkan dengan membakar batu kapur dan kalsium 
karbonat bersama beserta bahan pengotornya, yaitu magnesium, silikat, 
besi, alkali, alumina dan belerang. Proses pembakaran dilaksanakan dalam 
tungku tanur tinggi yang berbentuk vertikal atau tungku putar pada suhu 
800o – 1200o C. Kalsium karbonat terurai menjadi kalsium oksida dan 
karbon dioksida. Kalsium oksida yang terbentuk disebut kapur tohor dan 
jiak berhubungan dengan air akan menjadi kalsium hidroksida serta panas 
dengan reaksi kimia sebagai berikut : 
CaO + H2O → Ca(OH)2 + panas 
Proses ini dinamakan dengan mematikan kapur (slanking) dan 
hasilnya yaitu kalsium hidroksida, sering disebut sebagai kapur mati. 
Kapur mati dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu : 
1. Dapat dimatikan dengan cepat 
2. Dapat dimatikan dengan agak lambat 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 40
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
3. Dapat dimatikan dengan lambat 
Kapur dapat dimatikan dengan menambahkan air secukupnya 
(sekitar sepertiga dari berat kapur tohor). Pengikatan kapur terjadi akibat 
kehilangan air akibat penyerapan oleh bata atau akibat penguapan. Proses 
pengerasan berlangsung akibat reaksi karbondioksida dari udara dengan 
kapur mati. Reaksinya sebagai berikut : 
Ca(OH)2 + CO2 → CaCO3 + H2O 
Dari reaksi kimia terlihat bahwa akan terbentuk kembali kristal – 
kristal kalsium karbonat, yang mengikat massa heterogen menjadi massa 
padat. Proses pengerasan ini berjalan lambat dan dapat berlangsung 
bertahun-tahun sebelum mencapai kekuatan yang penuh. Agar dapat 
berlangsung, diperlukan aliran udara bebas dan persediaan karbondioksida 
yang dapat menembus bagian terdalam dari adukan sehingga proses 
pengerasan dapat berlangsung menyeluruh. 
Kapur putih ini cocok untuk menjernihkan plesteran langit-langit, 
untuk mengapur ruangan yang tidak penting dan garasi. Jika digunakan 
sebagai bahan tambah campuran beton, kapur putih akan menambah 
kekenyalan dan memperbaiki sifat pengerjaan (workability). Selain itu 
dengan menggunakan campuran 1:3, kapur putih dapat memperbaiki 
permukaan beton yang tidak mengandung pori-pori. Kekuatan kapur 
sebagai bahan pengikat, hanya dapat mencapai sepertiga kekuatan semen 
portland. 
1.1.2. Semen Hidrolik 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 41
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan 
mengeras di dalam air. Contoh semen hidrolik adalah : 
· Kapur hidrolik 
· Semen pozzolan 
· Semen terak 
· Semen alam 
· Semen portland 
· Semen portland – pozzolan 
· Semen portland terak tanur tinggi 
· Semen alumina 
· Semen ekspansif 
· Semen portland putih, semen warna dan semen untuk keperluan 
khusus. 
a. Kapur Hidrolik 
Sebagian besar (65 – 75%) bahan kapur hidrolik terbuat dari batu 
gamping yaitu kalsium karbonat beserta bahan pengikutnya berupa silika, 
alumina, magnesium dan oksida besi. 
Kapur hidrolik memperlihatkan sifat hidroliknya, namun tidak cocok 
untuk bengunan-bangunan dalam air, karena membutuhkan udara yang 
cukup untuk mengeras. Sifat umum dari kapur hidrolik adalah sebagai 
berikut : 
1. Kekuatannya rendah 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 42
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
2. Berat jenis rata-rata 1000 kg/m3 
3. Bersifat hidrolik 
4. Tidak menunjukan pelapukan 
5. Dapat terbawa arus. 
Perawatan kapur hidrolik dimulai setelah 1 (satu) jam dan diakhiri 
setelah 15 (lima belas) jam. Penggunaan antara lain untuk adukan tembok, 
llapisan bawah plesteran, plesteran akhir, bahan pencampur semen dan 
sebagai bahan tambah jika beton akan diekspos. 
b. Semen pozzolan 
Pozzolan adalah sejenis bahan yang mengandung silisium atau 
aluminium, yang tidak mempunyai sifat penyemenan. Butirannya halus dan 
dapat bereaksi dengan kalsium hidroksida pada suhu ruang serta 
membentuk senyawa-senyawa yang mempunyai sifat-sifat semen. 
Semen pozzolan adalah bahan ikat yang mengandung silika amorf, 
bila dicmpur dengan kapur akan membentuk benda padat yang keras. 
Bahan yang mengandung pozzolan adalah teras, semen merah, abu 
terbang dan bubuk terak tanur tinggi ( SK. SNI T-15-1990-03:2). 
Teras alam dapat dibagi menjadi : 
1. Batu apung, obsidian, scoria, tuff, santorin dan teras yang dihasilkan 
dari batuan vulkanik. 
2. Terak yang mengandung silika amorf halus yang tersebar dalam jumlah 
banyak dan dapat bereaksi dengan kapur jika dibubuhi air serta 
membentuk silikat yang mempunyai sifat hidrolik. 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 43
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
3. Teras buatan, meliputi abu batu, abu terbang (fly ash) dari hasil residu 
PLTU dan hasil tambahan dari pengolahan bijih bauksit. Teras buatan 
ini dibuat dengan pembakaran batuan vulkanik yang kemudian digiling. 
Semen teras meliputi semua bahan semen yang dibuat dengan 
menggunakan teras dan kapur tohor, yang tidak membutuhkan 
pembakaran. Teras buatan ini digunakan sebagai bahan tambah pada 
bangunan yang tidak memerlukan persyaratan konstruksi khusus, tetapi 
menggunakan banyak semen. 
c. Semen terak 
Semen terak adalah semen hidrolik yang sebagian besar terdiri dari 
suatu campuran seragam serta kuat dari terak tanur kapur tinggi dan kapur 
tohor. Sekitar 60% beratnya berasal dari terak tanur tinggi. Campuran ini 
biasanya tidak dibakar. Jenis semen terak ada 2 : 
1. Bahan yang dapat digunakan sebagai kombinasi semen portland dalam 
pembuatan beton dan sebagai kombinasi kapur dalam pembuatan 
adukan tembok. 
2. Bahan yang mengandung bahan pembantu berupa udara, yang 
digunakan seperti halnya jenis pertama. 
Terak tanur tinggi adalah suatu bahan non metalik, yang sebagian 
besar terdiri dari silikat, alumina silikat, kalsium dan senyawa basa lainnya, 
yang terbentuk dalam keadaan cair bersama-sama dengan besi dalam 
tanur tinggi. 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 44
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
Semen terak tidak begitu penting dalam struktur beton, tetapi cukup 
menguntungkan jika digunakan untuk pekerjaan yang besar yang tidak 
begitu mementingkan aspek kekuatan. Karena kadar alkali yang rendah 
semen terak tidak memperlihatkan noda-noda oleh kadar alkali sehingga 
dapat digunakan untuk pekerjaan khusus. 
d. Semen alam 
Semen alam dihasilkan melalui pembakaran batu kapur yang 
mengandung lempung pada suhu lebih rendah dari suhu pengerasan. Hasil 
pembakaran kemudian digiling menjadi serbuk halus. Kadar silika, alumina 
dan oksida besi pada serbuk cukup untuk membuatnya bergabung dengan 
kalsium oksida sehingga membentuk senyawa kalsium silikat danaluminat 
yang dapat dianggap mempunyai sifat hidrolik. 
Semen alam tidak boleh digunakan ditempat yang langsung 
terekspos perubahan cuaca, tetapi dapat digunakan dalam adukan beton 
untuk konstruksi yang tidak memerlukan kekuatan tinggi. 
e. Semen portland 
Semen portland adalah semen hidrolik yang dihasilkan dengan 
menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya 
mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan 
tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya (ASTM C- 
150, 1985). 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 45
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
Semen portland yang digunakan di Indonesia harus memenuhi 
syarat SII.0013-81 atau Standar Uji Bahan Banguan Indonesia 1986, dan 
harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam standar (PB. 
1989:3.2-8) 
Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan 
dalam pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika ditambah air 
semen akan menjadi pasta semen. Jika ditambah agregat halus, pasta 
semen akan menjadi mortar dan jika digabungkan dengan agregat kasar 
akan menjadi campuran beton segar yang setelah mengeras akan menjadi 
beton keras (concrete). 
Semen portland dibagi menjadi lima jenis (SK. SNI T-15-1990-03:2), 
yaitu : 
· Tipe I, semen portland yang dalam penggunaannya tidak memerlukan 
syarat khusus seperti jenis-jenis lainnya. 
· Tipe II, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan 
ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. 
· Tipe III, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan 
kekuatan awal yang tinggi dalam fase permulaan setelah pengikatan 
terjadi. 
· Tipe IV, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan 
panas hidrasi rendah. 
· Tipe V, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan 
ketahanan yang tinggi terhadap sulfat. 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 46
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
a. Syarat Fisik Semen Portland 
Di Indonesia syarat mutu yang dipergunakan adalah SII.0013-81, 
”Mutu dan Cara Uji Semen Portland”. Syarat mutu yang ditetapkan SII 
diadopsi dari syarat mutu ASTM C-150. 
Tabel 3.1. Syarat Fisika Semen Portland 
No Uraian 
Tipe Semen 
I II III IV V 
1 Kehalusan: 
Sisa di atas ayakan 0.09 mm, % 
maksimum 
Dengan alat Vicat Blaney 
10 
2800 
10 
2800 
10 
2800 
10 
2800 
10 
2800 
2 Waktu pengikatan (Setting Time) : 
Dengan alat Vicat : 
- Awal, menit minimum 
- Akhir, jam maksimum 
Dengan alat Gillmore : 
- Awal, menit minimum 
- Akhir, jam maksimum 
45 
8 
60 
10 
45 
8 
60 
10 
45 
8 
60 
10 
45 
8 
60 
10 
45 
8 
60 
10 
3 Kekalan : Pemuaian dalam 
autoclave, maksimum 
0.80 0.80 0.80 0.80 0.80 
4 Kuat tekan (kg/cm2) : 
1 hari, minimum 
1 + 2 hari, minimum 
1 + 6 hari, minimum 
1 + 27 hari, minimum 
- 
125 
200 
- 
- 
100 
75 
- 
125 
250 
- 
- 
- 
- 
70 
175 
- 
85 
150 
210 
5 Pengikatan semu (False set) : 
Penetrasi akhir, % minimum 
50 50 50 50 50 
6 Panas hidrasi (cal/g), maksimum : 
7 hari 
28 hari 
- 
- 
70 
80 
- 
- 
60 
70 
- 
- 
7 Pemuaian karena sulfat : 
14 hari, % maksimum 
- - - - 0.45 
· Kehalusan Butir (Fineness) 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 47
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
Kehalusan semen mempengaruhi proses hidrasi. Waktu pengikatan 
(setting time) menjadi semakin lama jika butir semen lebih kasar. 
Kehalusan penggilingan butir semen dinamakan penampang spesifik, yaitu 
luas butir permukan semen. Jika permukaan penampang semen lebih 
besar, semen akan memperbesar bidang kontak dengan air. Semakin 
halus butiran semen, proses hidrasinya semakin cepat, sehingga kekuatan 
awal tinggi dan kekuatan akhir akan berkurang. 
Kehalusan butir semen yang tinggi dapat mengurangi terjadinya 
bleding (naiknya aie semen ke permukaan), tetapi menambah 
kecenderungan beton untuk menyusut lebih banyak dan mempermudah 
terjadinya retak susut. Menurut ASTM, butir semen yang lewat ayakan 
no.200 harus lebih dari 78%. Untuk mengukur kahalusan butir semen 
digunakan ”turbidimeter” dari Wagner atau ”air permeability” dari Blaney. 
· Kepadatan (density) 
Berat jenis semen yang disyaratkan oleh ASTM adalah 3.15 mg/m3. 
Berat jenis semen yang diproduksi berkisar antara 3.05 mg/m3 sampai 
3.25mg/m3. Variasi ini akan berpengaruh pada proporsi campuran semen 
dalam campuran. Pengujian berat jenis semen dapat dilakukan dengan Le 
Chatelier Flask menurut standar ASTM C-188. 
· Konsistensi 
Konsistensi semen berpengaruh pada saat awal pencampuran, 
yaitu pada saat terjadi pengikatan sampai saat beton mengeras. 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 48
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
Konsistensi yang terjadi bergantung pada ratio antara semen dan air serta 
aspek-aspek bahan semen seperti kehalusan dan kecepatan hidrasi. 
Konsistensi mortar bergantung pada konsistensi semen dan agregat 
pencampurnya. 
· Waktu Pengikatan (Setting Time) 
Waktu pengikatan adalah waktu yang diperlukan semen untuk 
mengeras, dihitung dari saat semen mulai bereaksi dengan air dan menjadi 
pasta semen sampai pasta semen cukup kaku untuk menahan tekanan. 
Waktu pengikatan semen dibedakan menjadi 2, yaitu : 
1. Waktu pengikatan awal (innitial setting time), yaitu waktu dari 
pencampuran semen dengan air menjadi pasta semen hingga 
hilangnya sifat keplastisan. Pada semen portland berkisar 1 – 2 jam, 
tetapi tidak boleh kurang dari 1 jam. 
2. Waktu pengikatan akhir (final setting time), yaitu waktu antara 
terbentuknya pasta semen hingga beton mengeras.Tidak boleh lebih 
dari 8 jam. 
Waktu pengikatan awal sangat penting pada kontrol pekerjaan 
beton. Pada keadaan tertentu diperlukan waktu pengikatan awal lebih dari 
2jam. Waktu yang panjang ini diperlukan untuk transportasi (hauling), 
penuangan (dumping/pouring), pemadatan (vibrating) dan penyelesaiannya 
(finishing). Proses ikatan disertai perubahan temperatur, dimulai sejak 
terjadi ikatan awal dan mencapai puncaknya pada waktu berakhirnya 
ikatan akhir. Waktu ikatan akan memendek karena naiknya temperatur 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 49
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
sebesar 30oC atau lebih. Waktu ikatan ini sangat dipengaruhi oleh jumlah 
air yang dipakai dan oleh lingkungan sekitarnya. 
· Panas Hidrasi 
Panas hidrasi adalah panas yang terjadi pada saat semen bereaksi 
dengan air. Satuannya kalori/gram. Jumlah panas yang terbentuk 
tergantung dari janis semen yang dipakai dan kehalusan butir semen. Pada 
pelaksanaan, perkembangan panas mengakibatkan masalah, yakni 
timbulnya retakan pada saat pendinginan. Pada beberapa struktur beton, 
terutama struktur beton mutu tinggi, retakan ini tidak diinginkan. Oleh 
karena itu perlu dilakukan pendinginan melalui perawatan (curing) selama 
masa pelaksanaan. 
Panas hidrasi naik sesuai dengan nilai temperatur pada saat hidrasi 
terjadi. Pada semen biasa, panas hidrasi bervariasi mulai 37 kalori/gram 
pada temperatur 5oC hingga 80 kalori/gram pada temperatur 40oC. Semua 
jenis semen umumnya telah membebaskan sekitar 50% panas totalnya 
pada satu hingga tiga hari pertama, 70% pada hari ketujuh, serta 83-91% 
setelah 6 bulan. Laju perubahan panas ini tergantung pada komposisi 
semen. 
Perkembangan panas hidrasi untuk berbagai semen pada suhu 
21oC diperlihatkan pada tabel 3.1 berikut 
Tabel 3.2. Perkembangan Panas Hidrasi Semen Portland pada Suhu 21oC 
Jenis Semen Portland 
Hari 
1 2 3 7 28 90 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 50
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
Tipe I 
Tipe II 
Tipe III 
Tipe IV 
Tipe V 
33 
- 
53 
- 
- 
53 
- 
67 
- 
- 
61 
- 
75 
41 
- 
80 
58 
92 
50 
45 
96 
75 
101 
66 
50 
104 
- 
107 
75 
- 
Tabel 3.3. Standar Pengujian Sifat Fisik Menurut ASTM 
Sifat Fisika ASTM Test 
Kehalusan Butir Semen 
(Fineness): 
- Air Permeability 
- Turbidimeter 
- Sieving 
C. 204 
C. 115 
C. 184 (No. 100 dan 200, dry) 
C. 786 (No. 50, 100, 200, wet) 
C. 430 (No. 325, wet) 
Kepadatan (density) C. 188 
Konsistensi (consistency) 
- Water requirement 
C. 109 
- Konsistensi normal 
C. 187 
Waktu Pengikatan (Setting Time) 
- Time of set 
- False set 
C. 266 (Gillmore) 
C. 191 (Vicat) 
C. 807 (Vicat Modifikasi) 
C. 451 
Panas Hidrasi C. 186 
Perubahan Volume C. 157 
Kuat tekan C. 109 
Keawetan (durability) 
- Air content 
- Reaksi alkali 
- Sulfate expansion 
C. 185 
C. 227 (menggunakan pyrex glass) 
C. 452 (untuk semen portland) 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 51
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
· Kekekalan (Perubahan Volume) 
Kekekalan pasta semen yang telah mengeras merupakan suatu 
ukuran yang menyatakan suatu kemampuan pengembangan bahan-bahan 
campurannya. Ketidak kekalan semen disebabkan oleh terlalu banyaknya 
jumlah kapur bebas yang pembakarannya tidak sempurna serta magnesia 
yang terdapat dalam campuran tersebut. Kapur bebas mengikat air 
kemudian menimbulkan gaya-gaya ekspansi. 
Alat untuk menentukan nilai kekekalan semen portland adalah 
”Autoclave Expansion of Portland Cement” cara ASTM C-151, atau cara 
Inggeris , BS ”Expansion by Le Chatellier”. 
· Kuat Tekan 
Kuat tekan semen diuji dengan cara membuat mortar yang 
kemudian ditekan sampai hancur. Contoh semen yang akan diuji dicampur 
dengan pasir silika dengan perbandingan tertentu,kemudian dicetak 
dengan kubus ukuran 5x5x5 cm. Setelah berumur 3,7,14 dan 28 hari dan 
setelah mengalami perawatan dengan perendaman, benda uji tersebut diuji 
kuat tekannya. 
Perkembangan kekuatan tekan untuk mortar dan beton yang 
menggunakan berbagai jenis semen dapat dilihat pada gambar 3.1 dan 3.2 
berikut. 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 52
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
Gambar 3.1 Perkembangan Kekuatan Tekan Mortar untuk Berbagai Tipe 
Semen Portland 
Gambar 3.2. Perkembangan Kekuatan Tekan Beton untuk Berbagai Tipe 
Semen Portland dengan fas 0.49 
b. Syarat Kimia Semen Portland 
Secara garis besar ada empat senyawa kimia utama yang 
menyusun semen portland, yaitu : 
1. Trikalsium Silikat (3 CaO.SiO2) disingkat menjadi C3S 
2. Dikalsium Silikat (2 CaO.SiO2) disingkat menjadi C2S 
3. Trikalsium Aluminat (3 CaO.Al2O3) disingkat menjadi C3A 
4. Tetrakalsium Aluminoferrit (4 CaO. Al2O3.Fe2O3) disingkat menjadi 
C4AF. 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 53
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
Komposisi C3S dan C2S sekitar 70 – 80% dari berat semen dan 
merupakan bagian yang paling dominan dalam memberikan sifat semen 
(Cokrodimuldjo, 1992). 
Tabel 3.4. Komposisi Senyawa Kimia Semen Portland 
f. Semen Portland – Pozzolan 
Semen Portland – Pozzolan adalah campuran semen portland dan 
bahan-bahan yang bersifat pozzollan seperti terak tanur tinggi dan hasil 
residu PLTU. Semen jenis ini biasanya digunakan untuk beton yang 
diekspos terhadap sulfat. Menurut SK. SNI. T-15-1990-03:2, semen 
Portland – Pozzolan dihasilkan dengan mencampur bahan semen portland 
dengan pozzolan (15 – 40% dari berat total campuran), dengan kandungan 
SiO2 + Al2O3 + Fe2O3 dalam pozzolan minimum 70%. 
Suatu konstruksi sipil yang menggunakan semen portland pozzolan 
sebagai bahan ikat harus memenuhi standar SII 0132 ”Mutu dan Cara Uji 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 54
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
Semen Portland Pozzolan atau syarat ASTM C.595-82, yaitu ”Spesification 
for Blend Hydraulic Cement” (SKBI. 1.4.53:2). 
Abu terbang (fly ash) atau bahan pozzolan lainnya yang dipakai 
sebagai bahan campuran tambahan harus memenuhi ” Spesification for Fly 
Ash and Row or Calcined Natural Pozollan for use as a Mineral Admixture 
in Portland Cement” (ASTM C.618). 
g. Semen Putih 
Semen putih adalah semen portland yang kadar oksida besinya 
rendah, kurang dari 0.5%. Bahan baku yang digunakan harus kapur murni, 
lempung putih yang tidak mengandung oksida besi dan pasir silika. 
Semen putih digunakan untuk mengisi siar ubin/keramik dan benda 
yang lebih banyak nilai seninya, umumnya tidak digunakan untuk 
bangunan struktur. Semen putih diproduksi secara massal di pabrik. 
h. Semen Alumina 
Semen alumina dihasilkan melalui pembakaran batu kapur dan 
bauksit yang telah digiling halus pada temperatur 1600oC. Hasil 
pembakaran tersebut berbentuk klinker, selanjutnya dihaluskan hingga 
menyerupai bubuk. Semen alumina berwarna abu-abu. 
Semen alumina mempunyai kekuatan awal tinggi, tahan terhadap 
serangan asam dan garam-garam sulfat serta tahan api. Tetapi jika 
digunakan pada suhu lebih dari 29oC, kekuatannya berangsur-angsur akan 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 55
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
uberkurang. Karena itu jenis semen ini hanya digunakan untuk negara 
yang mempunyai musim dingin. 
1.2 . Air 
Air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi 
semen, membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan 
beton. Air yang dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai 
campuran beton. Air yang mengandung senyawa-senyawa yang 
berbahaya, tercemar garam, minyak, gula atau bahan kimia lainnya, bila 
dipakai dalam campuran beton akan menurunkan kualitas beton. 
Karena pasta semen merupakan hasil reaksi kimia antara semen 
dengan air, maka bukan perbandingan jumlah air terhadap total berat 
campuran yang penting, melainkan perbandingan air dengan semen atau 
yang biasa disebut dengan faktor air semen (water cement ratio). 
Air yang berlebihan menyebabkan banyaknya gelembung air 
setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit akan 
mempengaruhi kekuatan beton. Jika beton menggunakan air yang tidak 
memenuhi syarat, kekuatan beton pada umur 7 hari atau 28 hari tidak 
boleh kurang dari 90% jika dibandingkan dengan kekuatan beton yang 
menggunakan air standar/suling (PB 1989:9). 
1.2.1. Syarat Umum Air 
Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak boleh 
mengandung minyak, asam, alkali, zat organis atau bahan lainnya yang 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 56
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
dapat merusak beton tulangan. Sebaiknya dipakai air tawar yang dapat 
diminum. Air yang digunakan dalam pembuatan beton pratekan dan beton 
yang akan ditanami logam aluminium (termasuk air bebas yang terkandung 
dalam agregat) tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang 
membahayakan (ACI 318-89:2-2). 
Untuk perlindungan terhadap korosi, konsentrasi ion klorida 
maksimum yang terdapat dalam beton keras umur 28 hari yang dihasilkan 
dari bahan campuran termasuk air, agregat, semen dan bahan tambah 
tidak boleh melampaui nilai batas yang diberikan pada tabel 3.4 berikut. 
Tabel 3.5 Batas Maksimum Ion Klorida 
Jenis Beton Batas (%) 
Beton Pratekan 
Beton bertulang yang terus berhubungan dg klorida 
Beton bertulang yang selamanya kering atau 
terlindung dari basah 
Konstruksi beton bertulang lainnya 
0.06 
0.15 
1.00 
0.30 
1.2.2. Syarat Mutu Air Menurut British Standard (BS. 3148-80) 
Kriteria yang harus dipenuhi oleh air yang akan digunakan sebagai 
campuran beton. Jika ketentuan-ketentuan ini tidak terpenuhi, sebaiknya 
air tidak digunakan untuk membuat campuran beton. Syarat-syarat tersebut 
antara lain: 
2. Garam – garam Anorganik 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 57
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
Ion-ion utama yang biasa terdapat dalam air adalah kalsium, 
magnesium, natrium,kalium, bikarbonat, sulfat, klorida, nitrat dan kadang-kadang 
karbonat. Gabungan ion-ion tersebut tidak boleh lebih dari 2000mg 
per liter. 
Garam-garam anorganik ini akan memperlambat waktu pengikatan 
beton dan menyebabkan turunnya kekuatan beton. Konsentrasi garam-garam 
tersebut hingga 500 ppm dalam campuran beton masih 
diperbolehkan. 
3. NaCl dan Sulfat 
Konsentrasi NaCL atau garam dapur sebesar 20000 ppm umumnya 
masih diijinkan. Air campuran beton yang mengandung 1250 ppm natrium 
sulfat, Na2SO4. 10H2O, dapat digunakan dengan hasil yang memuaskan. 
4. Air Asam 
Air asam dapat dipergunakan atau tidak dalam campuran beton, 
bergantung konsentrasi asam yang dinyatakan dalam ppm (part per million) 
. Bisa atau tidaknya air ini digunakan tergantung nilai pH nya. 
Air netral biasanya mempunyai pH sekitar 7.00. Nilai pH diatas 7.00 
menyatakan keadaan kebasaan dan nilai dibawah 7.00 menyatakan 
keasaman. Semakin tinggi nilai asam (pH lebih dari 3.00), semakin sulit 
beton dikelola. Karena itu penggunaan air diatas pH 3.00 harus dihindari. 
5. Air Basa 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 58
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
Air dengan kandungan natrium hidroksida sekitar 0.5% dari berat 
semen, tidak banyak berpengaruh pada kekuatan beton asalkan waktu 
pengikatan tidak berlangsung dengan cepat. Konsentrasi basa lebih tinggi 
0.5 % berat semen akan mempengaruhi kekuatan beton. 
6. Air Gula 
Bila kadar gula dalam campuran dinaikan hingga 0.2 % dari berat 
semen, maka waktu pengikatan biasanya akan semakin cepat. Gula 
sebanyak 0.25% berat semen atau lebih akan mengakibatkan bertambah 
cepatnya waktu pengikatan secara signifikan dan berkurangnya kekuatan 
beton pada umur 28 hari. 
7. Minyak 
Minyak mineral atau minyak tanah dengan konsentrasi lebih 2% 
berat semen dapat mengurangi kekuatan beton hingga 20%. Karena itu 
penggunaan air yang tercemar minyak sebaiknya dihindari. 
8. Rumput Laut 
Rumput laut yang tercampur dalam air campuran beton dapat 
menyebabkan berkurangnya kekuatan beton secara signifikan. 
Bercampurnya rumput laut dengan semen mengakibatkan berkurangnya 
daya lekat dan menimbulkan sangat banyak gelembung udara pada beton. 
Beton menjadi keropos dan berkurang kekuatannya. Rumput laut dapat 
juga dijumpai dalam agregat terutama agregat halus yang berasal dari 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 59
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
pasir pantai. Hal ini akan mengakibatkan hubungan anatar pasta semen 
dan agregat terganggu, bahkan menjadi buruk. 
9. Zat-zat Organik, Lanau, Bahan-bahan Terapung 
Kandungan zat organik dalam air dapat mempengaruhi waktu 
pengkatan semen dan kekuatan beton. Air yang berwarna tua, berbau tidak 
sedap dan mengandung butir-butir lumut perlu diragukan dan diuji sebelum 
dipakai. 
Lempung yang terapung atau bahan halus kira-kira 2000 ppm yang 
berasal dari batuan, diijinkan berada dalam campuran. Untuk mengurangi 
kadar lanau dan lempung dalam adukan beton, air yang mengandung 
lumpur harus diendapkan terlebih dahulu dalam bak-bak penampung 
sebelum digunakan. 
9. Air Limbah atau Air Cemaran Limbah Industri 
Air yang tercemar limbah industri sebelum dipakai harus dianalisis 
kandungan pengotornya dan diuji (dengan pecobaan perbandingan) untuk 
mengetahui pengikatnya dan kuat tekan betonnya. 
Air limbah biasanya mengandung 400 ppm senyawa organik. 
Setelah air limbah diencerkan/disaring di tempat yang cocok untuk 
keperluan pencampuran beton, konsentrasi senyawa organik biasanya 
turun menjadi 20 ppm atau kurang. Jadi setelah diencerkan air limbah 
dapat digunakan. 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 60
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
R A N G K U M A N 
Semen dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu Semen Non Hidrolik 
dan 
Semen Hidrolik 
Semen non hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air, akan 
tetapi dapat mengeras di udara. Sebaliknya semen hidrolik mempunyai 
kemampuan untuk mengikat dan mengeras di dalam air. 
Semen Portland adalah bahan konstruksi yang paling banyak digunakan 
dalam pekerjaan beton. 
Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak boleh 
mengandung minyak, asam, alkali, zat organis atau bahan lainnya yang 
dapat merusak beton tulangan. 
Zat – zat yang perlu diperhatikan dalam air untuk campuran beton adalah: 
garam-garam anorganik, NaCL dan Sulfat, asam/basa, kandungan gula, 
minyak, rumput laut, zat organik, lanau dan bahan-bahan terapung. 
Kandungan zat-zat tersebut tidak boleh melampaui batas yang diijinkan. 
Jika ketentuan-ketentuan tidak terpenuhi sebaiknya air tidak digunakan 
untuk membuat campuran beton. 
S O A L L A T I H A N 
1. Sebutkan jenis-jenis semen hidrolik dan non hidrolik! 
2. Jelaskan sifat dan karakteristik semen portland, baik sifat kimia maupun 
sifat fisika! 
3. Jelaskan kegunaan dari lima tipe semen portland! 
4. Jelaskan syarat mutu air yang layak digunakan untuk campuran beton! 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 61
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
5. Bila kualitas air yang akan digunakan dalam campuran beton 
meragukan, apa yang sebaiknya dilakukan? 
6. Jelaskan apa pengaruh sulfat dalam air yang akan digunakan untuk 
campuran beton! 
Sumber Pustaka 
American Concrete Institute, 1990, ACI 31-89 Building Code 
Requirements for Reinforce Concrete, Part II, Material Concrete 
Quality, Fifth Edition, Skokie, Illinois, USA:PCA. 
Departemen Pekerjaan Umum. LPMB, 1991, Tata Cara Rencana 
Pembuatan Campuran Beton Normal . SK SNI T-15-1990-3, Cetakan 
Pertama, Bandung. 
Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan PU, 
1989, Pedoman Beton 89, SKBI 1.4.53.1989, Draft Konsensus, 
Jakarta. 
Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan PU, 
1989, Ulasan Pedoman Beton 89, SKBI 1.4.53.1989, Draft 
Konsensus, Jakarta. 
PEDC, 1983, Teknologi Bahan 1 dan 2, Bandung. 
Tri Mulyono, 2004, Teknologi Beton, Penerbit Andi, Yogyakarta 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 62
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
Kegiatan Belajar 2: 
2. Bahan Tambah Untuk Beton 
Tujuan Instruksional Khusus 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 63
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
Setelah akhir pelajaran diharapkan siswa : 
· Mampu menjelaskan bahan – bahan tambah yang digunakan untuk 
beton. 
· Mampu menjelaskan hal-hal penting dalam pemilihan bahan – bahan 
tambah yang digunakan untuk beton 
Definisi Bahan Tambah 
Bahan tambah (admixture) adalah bahan-bahan yang ditambahkan 
ke dalam campuran beton pada saat atau selama pencampuran beton 
berlangsung. Fungsi bahan ini adalah mengubah sifat-sifat beton agar 
menjadi lebih cocok untuk pekerjaan tertentu,atau untuk menghemat biaya. 
Menurut ASTM C.125-1995:61, ”Standard Definition of Terminology 
Relating to Concrete and Concrete Aggregates” dan dalam ACI SP-19, 
”Cement and Concrete Terminology”, admixture didefinisikan sebagai 
material selain air, agregat dan semen hidrolik yang dicampur dengankan 
dalam beton atau mortar yang ditambahkan sebelum atau selama 
pengadukan berlangsung. Bahan tambah digunakan untuk memodifikasi 
sifat dan karakteristik dari beton misalnya untuk kemudahan pengerjaan 
atau untuk tujuan lain yaitu penghematan energi. 
Di Indonesia bahan tambah telah banyak digunakan. Bahan tambah 
yang digunakan harus memenuhi ketentuan yang diberikan SNI. Untuk 
bahan tambah kimia, harus memenuhi ASTM C.494, ”Standard 
Specification for Chemical Admixture for Concrete”. 
Menurut ACI Commitee 212.IR-81 (revised 1986), jenis bahan 
tambah beton dikelompokan menjadi 5 jenis yaitu : 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 64
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
1. Accelerating 
2. Air-entraining 
3. Water reducer and set-controling 
4. Finely devided mineral 
5. Miscellaneous 
Tujuan Menggunakan Bahan Tambah 
Tujuan penggunaan bahan tambah menurut manual of concrete 
practice dalam admixture and concrete adalah sebagai berikut : 
Memodifikasi beton segar, mortar dan grouting 
· Menambah sifat mudah pengerjaan tanpa menambah 
kandungan air. 
· Menghambat atau mempercepat waktu pengikatan awal 
campuran beton 
· Mengurangi atau mencegah penurunan atau perubahan volume 
· Mengurangi segregasi 
· Mengembangkan dan meningkatkan sifat penetrasi dan 
pemompaan beton segar 
· Mengurangi kehilangan nilai slump 
Memodifikasi beton keras, mortar dan grouting 
· Menghambat dan mengurangi panas selama proses 
pengerasan awal (beton muda) 
· Mempercepat laju pengembangan kekuatan beton pada 
umur muda 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 65
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
· Menambah kekuatan beton 
· Menambah sifat keawetan beton, ketahanan dari gangguan 
luar termasuk serangan garam-garam sulfat. 
· Mengurangi kapilaritas dari air 
· Mengurangi sifat permeabilitas 
· Mengontrol pengembangan yang disebabkan oleh reaksi 
alkali dari alkali termasuk alkali dalam agregat 
· Menghasilkan struktur beton yang baik 
· Menghasilkan warna tertentu pada beton atau mortar. 
Hal Yang Penting Diperhatikan dalam Penggunaan Bahan 
Tambah 
Penggunaan bahan tambah harus dikonfirmasi dengan standar 
yang berlaku, seperti SNI, ASTM atau ACI. Selain itu yang terpenting 
adalah memperhatikan petunjuk penggunaan bahan tambah tersebut, yang 
biasanya tertuang dalam manual bahannya. 
Beberapa evaluasi yang perlu dilakukan jika menggunakan bahan 
tambah : 
· Penggunaan semen dengan tipe khusus. 
Penggantian tipe semen atau sumber dari semen atau jumlah dari 
semen yang digunakan atau memodifikasi gradasi agregat, atau 
proporsi campuran yang diharapkan. 
· Penggunaan satu atau lebih bahan tambah. 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 66
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
Banyak bahan tambah mengubah lebih dari sifat beton, sehingga justru 
merugikan. 
· Efek bahan tambah sangat nyata untuk mengubah karakteristik beton 
misalnya FAS, tipe dan gradasi agregat, tipe dan lama pengadukan. 
Jenis Bahan Tambah 
Secara umum bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat 
dibedakan menjadi dua yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi 
(chemical admixture) dan bahan tambah yang besifat mineral (additive). 
Admixture ditambahkan saat pengadukan dan atau saat pelaksanaan 
pengecoran (placing),sehingga lebih banyak digunakan untuk memperbaiki 
kinerja pelaksanaan. Sedangkan additive bersifat mineral ditambahkan 
saat pengadukan dilaksanakan, lebih bersifat penyemenan lebih banyak 
digunakan untuk memperbaiki kinerja kekuatannya. 
Bahan Tambah Kimia (Admixture ) 
Menurut ASTM C.494 dan Pedoman Beton 1989 SKBI.1.4.53.1989, 
jenis bahan tambah kimia dibedakan menjadi tujuh tipe bahan tambah. 
Pada dasarnya suatu bahan tambah harus mampu memperlihatkan 
komposisi dan unjuk kerja yang sama sepanjang waktu pengerjaan selama 
bahan tersebut digunakan dalam campuran beton sesuai dengan pemilihan 
proporsi betonnya (PB, 1989 :12). 
a. Tipe A ”Water – Reducing Admixtures ” 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 67
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
Water – Reducing Admixtures adalah bahan tambah yang 
mengurangi air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton 
dengan konsistensi tertentu. 
Water – Reducing Admixtures digunakan antara lain dengan tidak 
mengurangi kadar semen dan nilai slump untuk memproduksi beton 
dengan nilai perbandingan atau ratio faktor air semen (fas) yang rendah. 
Atau dengan tidak merubah kadar semen yang digunakan dengan faktor air 
semen yang tetap maka nilai slump yang dihasilkan dapat lebih tinggi. Hal 
ini dimaksudkan dengan mengubah kadar semen tetapi tidak merubah fas 
dan slump. Pada kasus pertama dengan mengurangi fas secara tidak 
langsung akan meningkatkan kekuatan tekannya, karena dalam banyak 
kasus fas yang rendah meningkatkan kuat tekan beton. Pada kasus kedua, 
tingginya nilai slump yang didapat akan memudahkan penuangan adukan 
(placing) atau waktu penuangan adukan dapat diperlambat. Pada kasus 
ketiga dimaksudkan untuk mengurangi biaya karena penggunaan semen 
yang kecil ( Marther, Bryant, 1994) 
Hal –hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan bahan tambah 
ini adalah air yang dibutuhkan, kandungan air, konsistensi, bleding dan 
kehilangan air pada saat beton segar, laju pengerasan, kuat tekan dan 
lentur, perubahan volume, susut pada saat pengeringan. Berdasarkan hal 
tersebut penting untuk melakukan pengujian sebelum pelaksanaan 
pencampuran terhadap bahan tambah tersebut. 
b. Tipe B ”Retarding Admixtures ” 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 68
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
Retarding Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi untuk 
menghambat waktu pengikatan beton. Penggunaannya untuk menunda 
waktu pengikatan beton, misalnya karena kondisi cuaca yang panas, atau 
untuk memperpanjang waktu untuk pemadatan, untuk menghindari cold 
joints dan menghindari dampak penurunan saat beton segar saat 
pelaksanaan pengecoran. 
c. Tipe C ”Accelerating Admixtures ” 
Accelerating Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi 
untuk mempercepat pengikatan dan pengembangan kekuatan awal beton. 
Bahan ini digunakan untuk mengurangi lamanya waktu pengeringan 
(hidrasi) dan mempercepat pencapaian kekuatan awal beton. Accelerating 
Admixtures yang paling terkenal adalah kalsium klorida. Dosis maksimum 
adalah 2% dari berat semen yang digunakan. Secara umum, kelompok 
bahan tambah ini dibagi tiga kelompok yaitu : Larutan garam organik, 
Larutan campuran organik dan Material miscellaneous. 
d. Tipe D ” Water Reducing and Retarding Admixtures ” 
Water Reducing and Retarding Admixtures adalah bahan tambah 
yang berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang 
diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu dan 
menghambat pengikatan awal. 
Water Reducing and Retarding Admixtures yaitu pengurang air dan 
pengontrol pengeringan. Bahan ini digunakan untuk menambah kekuatan 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 69
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
beton. Bahan ini juga akan mengurangi kandungan semen yang sebanding 
dengan pengurangan kandungan air. Bahan ini hampir semuanya berwujud 
cair. Air yang terkandung dalam bahan akan menjadi bagian air campuran 
beton. Dalam perencanaan air ini harus ditambahkan sebagai berat air total 
dalam campuran beton. Perlu diingat, perbandingan antara mortar dengan 
agregat kasar tidak boleh berubah. Perubahan kandungan air, atau udara 
atau semen, harus diatasi dengan perubahan kandungan agregat halus 
sehingga volume tidak berubah. 
e. Tipe E ” Water Reducing and Accelerating Admixtures ” 
Water Reducing and Accelerating Admixtures adalah bahan tambah 
yang berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang 
diperlukan untuk menghasilkan beton yang konsistensinya tertentu dan 
mempercepat pengikatan awal. 
f. Tipe F ” Water Reducing ,High Range Admixtures ” 
Water Reducing ,High Range Admixtures adalah bahan tambah 
yang berfungsi untuk mengurangi julah air pencamppur yang diperlukan 
untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12% 
atau lebih. 
g. Tipe G ” Water Reducing ,High Range Retarding 
Admixtures ” 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 70
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
Water Reducing ,High Range Retarding Admixtures adalah bahan 
tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang 
diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, 
sebanyak 12% atau lebih dan juga untuk menghambat pengikatan beton. 
Jenis bahan tambah ini merupakan gabungan superplasticizer 
dengan menunda waktu pengikatan beton. Biasanya digunakan untuk 
kondisi pekerjaan yang sempit karena sedikitnya sumber daya yang 
mengelola beton disebabkan keterbatasan ruang kerja. 
Bahan Tambah Mineral (Additive ) 
Pada saat ini, bahan tambah mineral lebih banyak digunakan untuk 
memperbaiki kuat tekan beton. Beberapa bahan tambah mineral adalah 
pozzollan, fly ash, slag dan silica fume. Beberapa keuntungan penggunaan 
bahan tambah mineral (Cain, 1994) : 
· Memperbaiki kinerja workability 
· Mengurangi panas hidrasi 
· Mengurangi biaya pekerjaan beton 
· Mengurangi daya tahan terhadap serangan sulfat 
· Mempertinggi daya tahan terhadap serangan reaksi alkali-silika 
· Mempertinggi usia beton 
· Mempertinggi kuat tekan beton 
· Mempertinggi keawetan beton 
· Mengurangi penyusutan 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 71
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
· Mengurangi porositas dan daya serap air dalam beton. 
a. Abu Terbang Batu Bara (Fly Ash ) 
Menurut ASTM C.618, abu terbang didefinisikan sebagai butiran 
halus hasil residu pembakaran batu bara atau bubuk batu bara. Abu 
terbang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu abu terbang yang normal yang 
dihasilkan dari pembakaran batu bara antrasit atau batubara bitomius dan 
abu terbang kelas C yang dihasilkan dari batu bara kelas lignite atau 
subbitemeus. Abu terbang kelas C kemungkinan mengandung kapur (lime) 
lebih dari 10% beratnya. Kandungan kimia abu terbang tercantum dalam 
tabel 3.3 (ASTM C.618-95) 
Tabel 3.6. Kandungan Kimia Abu Terbang (Fly Ash) 
Senyawa Kimia Jenis F Jenis C 
Oksida Silika (SiO2) + Oksida Alumina 
70.00 50.00 
(Al2O3) + Oksida Besi (Fe2O3), minimum % 
Trioksida Sulfur (SO3), maksimum % 5.0 5.0 
Kadar air, maksimum % 3.0 3.0 
Kehilangan Panas, maksimum % 6.0 6.0 
b. Slag 
Slag merupakan hasil residu pembakaran tanur tinggi. Definisi slag 
menurut ASTM C.989 ”Standard specification for ground granulated Blast- 
Furnace slag for use in concrete and mortar ” adalah produk non metal yang 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 72
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
merupakan material berbentuk halus, granular hasil pembakaran yang 
kemudian didinginkan, misalnya dengan mencelupkannya ke dalam air. 
Keuntungan penggunaan slag dalam campuran beton adalah 
sebagai berikut (Lewis, 1982) : 
· Mempertinggi kekuatan beton, karena kecenderungan lambatnya 
kenaikan kuat tekan. 
· Menaikan ratio antara kelenturan dan kuat tekan 
· Mengurangi variasi kuat tekan 
· Mempertinggi ketahanan terhadap sulfat dalam air laut 
· Mengurangi serangan alkali silika 
· Mengurangi panas hidrasi dan menurunkan suhu 
· Memperbaiki penyelesaian akhir dan memberi warna cerah pada beton 
· Memperbaiki keawetan karena pengaruh perubahan volume 
· Mengurangi porositas dan serangan klorida. 
c. Silika Fume 
Menurut ASTM C.1240-95 ”Specificatio for Silica Fume for Use in 
Hydraulic Cement Concrete and Mortar” , silica fume adalah material 
pozzolan yang halus, dimana komposisi silika lebih banyak yang dihasilkan 
dari tanur tinggi atau sisa produksi silikon atau alloy besi silikon (dikenal 
dengan gabungan antara microsilika dengan silika fume). 
Penggunaan silika fume dalam campuran beton dimaksudkan untuk 
menghasilkan beton dengan kekuatan tekan yang tinggi. Misalnya untuk 
kolom struktur, dinding geser, pre-cast atau beton pra tegang dan 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 73
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
beberapa keperluan lain. Kriteria beton betkekuatan tinggi sekitar 50 – 70 
Mpa pada umur 28 hari. Penggunaan silika fume berkisar 0-30%, untuk 
memperbaiki karakteristik kekuatan dan keawetan beton dengan faktor air 
semen sebesar 0.34 dan 0.28 dengan atau tanpa superplastisizer dan nilai 
slump 50 mm (Yogendran, et al, 1987) 
Tabel 3.7 Komposisi Kimia Silika Fume 
Kimia Berat dalam Persen 
SiO2 
92 – 94 
Karbon 
3 – 5 
Fe2O3 
0.10 – 0.50 
CaO 
0.10 – 0.15 
Al2O3 
0.20 – 0.30 
MgO 
0.10 – 0.20 
MnO 
0.008 
K2O 
0.10 
Na2O 
0.10 
Fisika Berat dalam Persen 
Bera jenis 
2.02 
Rata-rata ukuran partikel, mm 
0.1 
Lolos ayakan No. 325 dalam % 
99.00 
Keasaman pH (10% air dalam slurry) 
7.3 
Sumber : Yogendran, et al, 1987 
Selain pada tabel 3.4 diatas, komposisi kimia dan fisika yang 
dibutuhkan silica fume dapat dilihat pada tabel 1 sampai tabel 4 ASTM 
C.1240. 
d. Penghalus Gradasi (Finely devided mineral admixtures ) 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 74
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
Bahan ini merupakan mineral yang dipakai untuk memperhalus 
perbedaan – perbedaan pada campuran beton dengan memberikan ukuran 
yang tidak ada atau kurang dalam agregat. Selain itu juga dapat 
dipergunakan untuk menaikan mutu beton yang akan dibuat. Kegunaan 
lainnya adalah mengurangi permeabilitas atau ekspansi dan juga 
mengurangi biaya produksi beton. Contoh bahan ini adalah kapur hidrolis, 
semen slag, fly ash dan pozzollan alam yang sudah menjadi kapur atau 
mentah. 
Bahan Tambah Lainnya 
a. Air Entraining 
Bahan tambah ini membentuk gelembung udara berdiameter 1 mm 
ataulebih kecil, selamapencampuran beton atau mortar, dengan maksud 
mempermudah pengecoran beton pada saat pengecoran dan 
menambahkan ketahanan awal pada beton. 
Hampir semua bahan air entraining admixture berbentuk cair, tetapi 
ada juga yang berbentuk serbuk, lapisan-lapisan dan gumpalan. 
Banyaknya bahan tambah yang digunakan tergantung pada gradasi 
agregat yang digunakan. Semakin halus ukuran agregat semakin besar 
prosentase bahan tambah yang digunakan. 
b. Beton Tanpa Slump 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 75
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
Beton tanpa slump didefinisikan sebagai beton yang mempunyai 
slump sebesar 1 inchi (25,4 mm) atau kurang, sesaat setelah 
pencampuran. Pmilihan bahan tambah tergantung sifat-sifat beton yang 
diinginkan, seperti sifat plastisnya, waktu pengikatan dan pencapaian 
kekuatan, efek beku cair, kekuatan dan harga dari beton tersebut. 
c. Polimer 
Polimer merupakan produk bahan tambah baru, yang dapat 
menghasilkan kuat tekan beton tinggi sekitar 15.000 Psi (1.000 psi = 6.9 
Mpa) atau lebih, dan kekuatan belah tariknya sekitar 15.000 Psi atau lebih. 
Beton dengan kekuatan tinggi ini biasanya diproduksi dengan 
menggunakan polimer dengan cara : 
· Memodifikasi sifat beton dengan mengurangi air di lapangan. 
· Menjenuhkan dan memancarkannya pada temperatur yang sangat 
tinggi di laboratorium. 
Beton dengan modifikasi polimer (PMC = Polimer Modified 
Concrete) adalah beton yang ditambah resin dan pengeras sebagai bahan 
tambahan. Prinsipnya menggantikan air pencampur dengan polimer 
sehingga dihasilkan beton yang berkekuatan tinggi dan mempunyai mutu 
yang baik. Faktor polimer beton yang optimum adalah berkisar 0.3 sampai 
0.45 dalam perbandingan berat, untuk mencapai kekuatan tinggi tersebut. 
d. Bahan Pembantu Untuk Mengeraskan Permukaan Semen 
(Hardener Concrete) 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 76
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
Permukaan beton yang selalu menanggung beban hidup yang berat 
serta selalu dalam keadaan beputar dan berpindah-pindah, seperti lantai 
untuk bengkel-bengkel alat berat (heavy equipment) dan lainnya. 
Pembebanan ini akan mengakibatkan keausan pada permukaan beton. 
Untuk menghindri pengausan tersebut digunakan dua jenis bahan 
untuk mengeraskan permukaan beton : 
· Agregat beton terbuat dari bahan kimia 
· Agregat metalik, terdiri dari butiran-butiran halus. 
Untuk memperkeras permukaan beton, dipilih salah satu dari bahan 
tersebut, kemudiian tambahkan dalam campuran beton saat pengerjaan 
beton berlangsung. 
e. Bahan Pembantu Kedap Air ( Water Proofing) 
Jika beton terletak dalam air atau dekat permukaan air tanah 
(misalnya untuk tunnel), maka beton tersebut tidak boleh mengalami 
rembesan dan diusakan kedap air. Salah satu bahan yang dapat 
digunakan adalah partikel-partikel halus atau gradasi yang menerus dalam 
campuran beton. Bahan-bahan semacam itu akan mengurangi 
permeabilitas pada beton. 
f. Bahan Tambah Pemberi Warna 
Beton yang diekspos permukaannya biasanya memerlukan 
keindahan. Bahan yang digunakan untuk memberi warna pada permukaan 
beton ini cat (coating) yang dilapisi setelah pengerjaan beton. Cara lainnya 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 77
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
adalah dengan menambahkan bahan warna, misalnya oker atau pewarna 
coklat, kedalam permukaan beton, selagi beton masih segar. Bahan-bahan 
ini biasanya dicampur dalam suatu adukan yang mutunya terjamin baik. 
Selain itu dapat pula dengan menaburkan pasir silika atau agregat metalik 
selagi permukaan beton masih dalam keadaan segar. 
g. Bahan Tambah Untuk Memperkuat Ikatan Beton Lama 
dengan Beton Baru (bonding agent for concrete ) 
Penuangan beton segar di atas permukaan beton lama sering 
mengalami kesulitan dalam penyatuannya. Untuk mengatasinya perlu 
ditambahkan suatu bahan yang dapat menyatukan ikatan antara 
permukaan yang lama dengan permukan yang baru. Jenis bahan tambah 
tersebut biasanya disebut bonding agent yang merupakan larutan polimer. 
R A N G K U M A N 
Bahan tambah (admixture) adalah bahan-bahan yang ditambahkan ke 
dalam campuran beton pada saat atau selama pencampuran beton 
berlangsung. 
Fungsi bahan ini adalah mengubah sifat-sifat beton agar menjadi lebih 
cocok untuk pekerjaan tertentu, atau untuk menghemat biaya. 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 78
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
Bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedakan menjadi dua 
yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi (chemical admixture) dan bahan 
tambah yang besifat mineral (additive). 
Admixture ditambahkan saat pengadukan dan atau saat pelaksanaan 
pengecoran (placing), digunakan untuk memperbaiki kinerja pelaksanaan. 
Sedangkan additive bersifat mineral ditambahkan saat pengadukan 
dilaksanakan, digunakan untuk memperbaiki kuat tekan. 
Jenis bahan tambah beton dikelompokan menjadi 5 jenis (ACI Commitee 
212.IR-81 ,revised 1986), yaitu :Accelerating, Air-entraining, Water 
reducer and set-controling, Finely devided mineral dan Miscellaneous. 
S O A L L A T I H A N 
i. Jelaskan apa yang dimaksud dengan bahan tambah ! 
ii. Apa yang dimaksud dengan bahan tambah kimia dan mineral? 
Bagaimana proses pencampurannya? 
iii. Jelaskan beberapa alasan mengapa digunakan bahan tambah? 
iv. Jelaskan apa yang perlu diperhatikan ketika menggunakan bahan 
tambah dalam campuran beton! 
v. Sebutkan minimal 5 buah keuntungan menggunakan bahan tambah 
mineral. 
Sumber Pustaka 
American Society for Testing Material,1995, Annual Book for ASTM 
Standard, Concrete and Agregates, ASTM, Philadelphia. 
American Concrete Institute, 1986, Admixture for Concrete, 
ACI.212.IR-81 Revised 1986, USA. 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 79
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 
JURUSAN TEKNIK SIPIL 
Cain, Craig J, 1994, Mineral Admixture, Significance of Test and 
Properties of Concrete and Concrete Making Material STP 169 C, 
Philadelpia. 
Departemen Pekerjaan Umum. LPMB, 1991, Tata Cara Rencana 
Pembuatan Campuran Beton Normal . SK SNI T-15-1990-3, Cetakan 
Pertama, Bandung. 
Lewis, S.W., 1982, Discussion of Admixture for Concrete, 
ACI.212.IR-81, Concrete International : Design and Construction, Vol 27 No 
5, May . 
Mather, Bryant., 1994, Chemical Admixture, Significant of Test and 
Properties of Concrete and Concrete Making Material-STP 169 C, 
Philadelpia. 
PEDC, 1983, Teknologi Bahan 2, Bandung. 
Taylor, W.H., Concrete Technology and Practice, Mc. Graw –Hill 
Book. Sidney 
Tri Mulyono, 2004, Teknologi Beton, Penerbit Andi, Yogyakarta 
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 80

More Related Content

What's hot

Sni 1741 2008 cara uji ketahanan api komponen struktur bangunan
Sni 1741 2008 cara uji ketahanan api komponen struktur bangunanSni 1741 2008 cara uji ketahanan api komponen struktur bangunan
Sni 1741 2008 cara uji ketahanan api komponen struktur bangunanRonaariyansyah17
 
Desain struktur portal baja dan detailing
Desain struktur portal baja dan detailingDesain struktur portal baja dan detailing
Desain struktur portal baja dan detailingrhtrusli
 
Sni 03-2834-2000
Sni 03-2834-2000Sni 03-2834-2000
Sni 03-2834-2000frans1982
 
perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatanFarid Thahura
 
21376 sni 15-2049-2004-semen-portland
21376 sni 15-2049-2004-semen-portland21376 sni 15-2049-2004-semen-portland
21376 sni 15-2049-2004-semen-portlandandika dika
 
Metode pengujian kuat lentur beton
Metode pengujian kuat  lentur beton Metode pengujian kuat  lentur beton
Metode pengujian kuat lentur beton Arnas Aidil
 
Eksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasiEksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasidwidam
 
Handout mer iv d iii
Handout mer iv d iiiHandout mer iv d iii
Handout mer iv d iiiJunaida Wally
 
Modul 7-bangunan portal , statika dan mekanika dasar
Modul 7-bangunan portal ,  statika dan mekanika dasar Modul 7-bangunan portal ,  statika dan mekanika dasar
Modul 7-bangunan portal , statika dan mekanika dasar MOSES HADUN
 
Balok komposit vs balok biasa - afret nobel
Balok komposit vs balok biasa - afret nobelBalok komposit vs balok biasa - afret nobel
Balok komposit vs balok biasa - afret nobelAfret Nobel
 
Analisis Struktur Portal Bergoyang dengan Metode Cross
Analisis Struktur Portal Bergoyang dengan Metode CrossAnalisis Struktur Portal Bergoyang dengan Metode Cross
Analisis Struktur Portal Bergoyang dengan Metode CrossArdia Tiara R
 
Struktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangStruktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangMira Pemayun
 
Metode pelaksanaan konstruksi Pondasi Setempat dan Pondasi Batu Kali.
Metode pelaksanaan konstruksi Pondasi Setempat dan Pondasi Batu Kali.Metode pelaksanaan konstruksi Pondasi Setempat dan Pondasi Batu Kali.
Metode pelaksanaan konstruksi Pondasi Setempat dan Pondasi Batu Kali.Shaleh Afif Hasibuan
 
Civil engineering perhitungan beban gempa pada sap 2000
Civil engineering  perhitungan beban gempa pada sap 2000Civil engineering  perhitungan beban gempa pada sap 2000
Civil engineering perhitungan beban gempa pada sap 2000Muhamad Abdul Hamid
 
contoh kerjaan struktur beton bertulang 2
contoh kerjaan struktur beton bertulang 2contoh kerjaan struktur beton bertulang 2
contoh kerjaan struktur beton bertulang 2Aryo Bimantoro
 
Bab 2 perencanaan gording
Bab 2 perencanaan gordingBab 2 perencanaan gording
Bab 2 perencanaan gordingGraham Atmadja
 
Konstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-bautKonstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-bautJunaida Wally
 

What's hot (20)

Pondasi cerucuk
Pondasi cerucukPondasi cerucuk
Pondasi cerucuk
 
Sni 1741 2008 cara uji ketahanan api komponen struktur bangunan
Sni 1741 2008 cara uji ketahanan api komponen struktur bangunanSni 1741 2008 cara uji ketahanan api komponen struktur bangunan
Sni 1741 2008 cara uji ketahanan api komponen struktur bangunan
 
Desain struktur portal baja dan detailing
Desain struktur portal baja dan detailingDesain struktur portal baja dan detailing
Desain struktur portal baja dan detailing
 
Sni 03-2834-2000
Sni 03-2834-2000Sni 03-2834-2000
Sni 03-2834-2000
 
Preliminary design kel. 3revisi
Preliminary design kel. 3revisiPreliminary design kel. 3revisi
Preliminary design kel. 3revisi
 
perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatan
 
21376 sni 15-2049-2004-semen-portland
21376 sni 15-2049-2004-semen-portland21376 sni 15-2049-2004-semen-portland
21376 sni 15-2049-2004-semen-portland
 
Metode pengujian kuat lentur beton
Metode pengujian kuat  lentur beton Metode pengujian kuat  lentur beton
Metode pengujian kuat lentur beton
 
Eksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasiEksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasi
 
Handout mer iv d iii
Handout mer iv d iiiHandout mer iv d iii
Handout mer iv d iii
 
Modul 7-bangunan portal , statika dan mekanika dasar
Modul 7-bangunan portal ,  statika dan mekanika dasar Modul 7-bangunan portal ,  statika dan mekanika dasar
Modul 7-bangunan portal , statika dan mekanika dasar
 
Balok komposit vs balok biasa - afret nobel
Balok komposit vs balok biasa - afret nobelBalok komposit vs balok biasa - afret nobel
Balok komposit vs balok biasa - afret nobel
 
Analisis Struktur Portal Bergoyang dengan Metode Cross
Analisis Struktur Portal Bergoyang dengan Metode CrossAnalisis Struktur Portal Bergoyang dengan Metode Cross
Analisis Struktur Portal Bergoyang dengan Metode Cross
 
Struktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangStruktur Beton Bertulang
Struktur Beton Bertulang
 
Metode pelaksanaan konstruksi Pondasi Setempat dan Pondasi Batu Kali.
Metode pelaksanaan konstruksi Pondasi Setempat dan Pondasi Batu Kali.Metode pelaksanaan konstruksi Pondasi Setempat dan Pondasi Batu Kali.
Metode pelaksanaan konstruksi Pondasi Setempat dan Pondasi Batu Kali.
 
Civil engineering perhitungan beban gempa pada sap 2000
Civil engineering  perhitungan beban gempa pada sap 2000Civil engineering  perhitungan beban gempa pada sap 2000
Civil engineering perhitungan beban gempa pada sap 2000
 
contoh kerjaan struktur beton bertulang 2
contoh kerjaan struktur beton bertulang 2contoh kerjaan struktur beton bertulang 2
contoh kerjaan struktur beton bertulang 2
 
Bab 2 perencanaan gording
Bab 2 perencanaan gordingBab 2 perencanaan gording
Bab 2 perencanaan gording
 
Konstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-bautKonstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-baut
 
Metode pelaksanaan-konstruksi-jembatan
Metode pelaksanaan-konstruksi-jembatanMetode pelaksanaan-konstruksi-jembatan
Metode pelaksanaan-konstruksi-jembatan
 

Viewers also liked (9)

2. analisis tenaga alat berat
2. analisis tenaga alat berat2. analisis tenaga alat berat
2. analisis tenaga alat berat
 
Permenkes RI No. 34 th 2014 Tentang Pedagang Besar Farmasi
Permenkes RI No. 34 th 2014 Tentang Pedagang Besar FarmasiPermenkes RI No. 34 th 2014 Tentang Pedagang Besar Farmasi
Permenkes RI No. 34 th 2014 Tentang Pedagang Besar Farmasi
 
Simbol hidraulik
Simbol hidraulikSimbol hidraulik
Simbol hidraulik
 
Kertas penerangan k1
Kertas penerangan k1Kertas penerangan k1
Kertas penerangan k1
 
Pert 7 teori probabilitas
Pert 7  teori probabilitasPert 7  teori probabilitas
Pert 7 teori probabilitas
 
Sistem pneumatik
Sistem pneumatikSistem pneumatik
Sistem pneumatik
 
Water in concrete
Water in concreteWater in concrete
Water in concrete
 
UU RI Nomor 36 Tahun 2009 ttg Kesehatan
UU RI Nomor 36 Tahun 2009 ttg KesehatanUU RI Nomor 36 Tahun 2009 ttg Kesehatan
UU RI Nomor 36 Tahun 2009 ttg Kesehatan
 
Makalah kimia semen
Makalah kimia semenMakalah kimia semen
Makalah kimia semen
 

Similar to Modul 3

Teknik Industri proses kimia semen dan kapur
Teknik Industri proses kimia semen dan kapurTeknik Industri proses kimia semen dan kapur
Teknik Industri proses kimia semen dan kapurIqbal Nak-bah Nak-bah
 
Pkl pt. semen gresik tbk. (pabrik tuban)
Pkl pt. semen gresik tbk. (pabrik tuban)Pkl pt. semen gresik tbk. (pabrik tuban)
Pkl pt. semen gresik tbk. (pabrik tuban)gilank_upn
 
Industri semen
Industri semenIndustri semen
Industri semenliabika
 
Pkl PT Semen gresik tbk-pabriktuba
Pkl PT Semen gresik tbk-pabriktubaPkl PT Semen gresik tbk-pabriktuba
Pkl PT Semen gresik tbk-pabriktubaAhya Alamsyah
 
Bahan kuliah _teknologi_beton
Bahan kuliah _teknologi_betonBahan kuliah _teknologi_beton
Bahan kuliah _teknologi_betonramabhakti123
 
Digital 122933 r010843-pengaruh pemakaian-literatur
Digital 122933 r010843-pengaruh pemakaian-literaturDigital 122933 r010843-pengaruh pemakaian-literatur
Digital 122933 r010843-pengaruh pemakaian-literaturkusmira
 
PROSES PEMBENTUKAN METALURGI BATU BATA TAHAN API
PROSES PEMBENTUKAN METALURGI BATU BATA TAHAN APIPROSES PEMBENTUKAN METALURGI BATU BATA TAHAN API
PROSES PEMBENTUKAN METALURGI BATU BATA TAHAN APIindahnuur
 
kimia bahan kelompok 4.pptx
kimia bahan kelompok 4.pptxkimia bahan kelompok 4.pptx
kimia bahan kelompok 4.pptxPUTRIUtti1
 
Tugas Besar 2.pptx
Tugas Besar 2.pptxTugas Besar 2.pptx
Tugas Besar 2.pptxmaulpeter
 
Bab vii pengendapan gamping travertin
Bab vii pengendapan gamping travertinBab vii pengendapan gamping travertin
Bab vii pengendapan gamping travertinSamuel Semy
 
ITSB_Bahan Galian Batukapur dan Asosiasinya
ITSB_Bahan Galian Batukapur dan AsosiasinyaITSB_Bahan Galian Batukapur dan Asosiasinya
ITSB_Bahan Galian Batukapur dan AsosiasinyaAfikFathoni1
 
Pembuatan kaca - bahan galian industri
Pembuatan kaca - bahan galian industriPembuatan kaca - bahan galian industri
Pembuatan kaca - bahan galian industriBonita Susimah
 
fedib mekban.docx
fedib mekban.docxfedib mekban.docx
fedib mekban.docxRoyMaor4
 
Material Teknik - Nikel
Material Teknik - NikelMaterial Teknik - Nikel
Material Teknik - NikelZhafran Anas
 

Similar to Modul 3 (20)

Teknik Industri proses kimia semen dan kapur
Teknik Industri proses kimia semen dan kapurTeknik Industri proses kimia semen dan kapur
Teknik Industri proses kimia semen dan kapur
 
Pkl pt. semen gresik tbk. (pabrik tuban)
Pkl pt. semen gresik tbk. (pabrik tuban)Pkl pt. semen gresik tbk. (pabrik tuban)
Pkl pt. semen gresik tbk. (pabrik tuban)
 
Industri semen
Industri semenIndustri semen
Industri semen
 
aplikasi semen
aplikasi semenaplikasi semen
aplikasi semen
 
Pkl PT Semen gresik tbk-pabriktuba
Pkl PT Semen gresik tbk-pabriktubaPkl PT Semen gresik tbk-pabriktuba
Pkl PT Semen gresik tbk-pabriktuba
 
Bahan banguan
Bahan banguanBahan banguan
Bahan banguan
 
Bahan kuliah _teknologi_beton
Bahan kuliah _teknologi_betonBahan kuliah _teknologi_beton
Bahan kuliah _teknologi_beton
 
Pengolahan keramik 2
Pengolahan keramik 2Pengolahan keramik 2
Pengolahan keramik 2
 
Digital 122933 r010843-pengaruh pemakaian-literatur
Digital 122933 r010843-pengaruh pemakaian-literaturDigital 122933 r010843-pengaruh pemakaian-literatur
Digital 122933 r010843-pengaruh pemakaian-literatur
 
bahan teknik
bahan teknikbahan teknik
bahan teknik
 
PROSES PEMBENTUKAN METALURGI BATU BATA TAHAN API
PROSES PEMBENTUKAN METALURGI BATU BATA TAHAN APIPROSES PEMBENTUKAN METALURGI BATU BATA TAHAN API
PROSES PEMBENTUKAN METALURGI BATU BATA TAHAN API
 
Bahankonstruksiteknik
BahankonstruksiteknikBahankonstruksiteknik
Bahankonstruksiteknik
 
kimia bahan kelompok 4.pptx
kimia bahan kelompok 4.pptxkimia bahan kelompok 4.pptx
kimia bahan kelompok 4.pptx
 
Tugas Besar 2.pptx
Tugas Besar 2.pptxTugas Besar 2.pptx
Tugas Besar 2.pptx
 
Bab vii pengendapan gamping travertin
Bab vii pengendapan gamping travertinBab vii pengendapan gamping travertin
Bab vii pengendapan gamping travertin
 
ITSB_Bahan Galian Batukapur dan Asosiasinya
ITSB_Bahan Galian Batukapur dan AsosiasinyaITSB_Bahan Galian Batukapur dan Asosiasinya
ITSB_Bahan Galian Batukapur dan Asosiasinya
 
Pembuatan kaca - bahan galian industri
Pembuatan kaca - bahan galian industriPembuatan kaca - bahan galian industri
Pembuatan kaca - bahan galian industri
 
fedib mekban.docx
fedib mekban.docxfedib mekban.docx
fedib mekban.docx
 
Tipe-Tipe Semen (Konstruksi Beton)
Tipe-Tipe Semen (Konstruksi Beton)Tipe-Tipe Semen (Konstruksi Beton)
Tipe-Tipe Semen (Konstruksi Beton)
 
Material Teknik - Nikel
Material Teknik - NikelMaterial Teknik - Nikel
Material Teknik - Nikel
 

Recently uploaded

KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 

Recently uploaded (20)

KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 

Modul 3

  • 1. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL MODUL 3 SEMEN, AIR DAN BAHAN TAMBAH UNTUK BETON Kegiatan Belajar 1: 1. Semen dan Air Untuk Beton Tujuan Instruksional Khusus Setelah akhir pelajaran diharapkan siswa: · Mampu menjelaskan jenis-jenis semen untuk beton · Mampu menjelaskan syarat-syarat air untuk beton 1.1. Semen Semen merupakan bahan campuran yang secara kimiawi aktif setelah berhubungan dengan air. Agregat tidak memainkan peranan penting dalam reaksi kimia tersebut, tetapi berfungsi sebagai bahan pengisi mineral yang dapat mencegah perubahan – perubahan volume beton setelah pengadukan semen dan memperbaiki keawetn beton yang dihasilkan. Umumnya beton mengandung rongga udara 1 – 2 %, pasta semen 25- 40 %, dan agregat 60 – 75 %. Semen dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu : 1. Semen Non Hidrolik 2. Semen Hidrolik Modul 3 Kegiatan Belajar 1 39
  • 2. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL 1.1.1. Semen Non Hidrolik Semen non hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air, akan tetapi dapat mengeras di udara. Contoh utama dari semen non hidrolik adalah kapur. Jenis kapur yang baik adalah kapur putih yang mengandung kalsium oksida tinggi ketika masih berbentuk kapur tohor (belum berhubungan dengan air), dan akan mengandung kalsium hidroksida ketika berhubungan dengan air. Kapur ini dihasilkan dengan membakar batu kapur dan kalsium karbonat bersama beserta bahan pengotornya, yaitu magnesium, silikat, besi, alkali, alumina dan belerang. Proses pembakaran dilaksanakan dalam tungku tanur tinggi yang berbentuk vertikal atau tungku putar pada suhu 800o – 1200o C. Kalsium karbonat terurai menjadi kalsium oksida dan karbon dioksida. Kalsium oksida yang terbentuk disebut kapur tohor dan jiak berhubungan dengan air akan menjadi kalsium hidroksida serta panas dengan reaksi kimia sebagai berikut : CaO + H2O → Ca(OH)2 + panas Proses ini dinamakan dengan mematikan kapur (slanking) dan hasilnya yaitu kalsium hidroksida, sering disebut sebagai kapur mati. Kapur mati dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu : 1. Dapat dimatikan dengan cepat 2. Dapat dimatikan dengan agak lambat Modul 3 Kegiatan Belajar 1 40
  • 3. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL 3. Dapat dimatikan dengan lambat Kapur dapat dimatikan dengan menambahkan air secukupnya (sekitar sepertiga dari berat kapur tohor). Pengikatan kapur terjadi akibat kehilangan air akibat penyerapan oleh bata atau akibat penguapan. Proses pengerasan berlangsung akibat reaksi karbondioksida dari udara dengan kapur mati. Reaksinya sebagai berikut : Ca(OH)2 + CO2 → CaCO3 + H2O Dari reaksi kimia terlihat bahwa akan terbentuk kembali kristal – kristal kalsium karbonat, yang mengikat massa heterogen menjadi massa padat. Proses pengerasan ini berjalan lambat dan dapat berlangsung bertahun-tahun sebelum mencapai kekuatan yang penuh. Agar dapat berlangsung, diperlukan aliran udara bebas dan persediaan karbondioksida yang dapat menembus bagian terdalam dari adukan sehingga proses pengerasan dapat berlangsung menyeluruh. Kapur putih ini cocok untuk menjernihkan plesteran langit-langit, untuk mengapur ruangan yang tidak penting dan garasi. Jika digunakan sebagai bahan tambah campuran beton, kapur putih akan menambah kekenyalan dan memperbaiki sifat pengerjaan (workability). Selain itu dengan menggunakan campuran 1:3, kapur putih dapat memperbaiki permukaan beton yang tidak mengandung pori-pori. Kekuatan kapur sebagai bahan pengikat, hanya dapat mencapai sepertiga kekuatan semen portland. 1.1.2. Semen Hidrolik Modul 3 Kegiatan Belajar 1 41
  • 4. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras di dalam air. Contoh semen hidrolik adalah : · Kapur hidrolik · Semen pozzolan · Semen terak · Semen alam · Semen portland · Semen portland – pozzolan · Semen portland terak tanur tinggi · Semen alumina · Semen ekspansif · Semen portland putih, semen warna dan semen untuk keperluan khusus. a. Kapur Hidrolik Sebagian besar (65 – 75%) bahan kapur hidrolik terbuat dari batu gamping yaitu kalsium karbonat beserta bahan pengikutnya berupa silika, alumina, magnesium dan oksida besi. Kapur hidrolik memperlihatkan sifat hidroliknya, namun tidak cocok untuk bengunan-bangunan dalam air, karena membutuhkan udara yang cukup untuk mengeras. Sifat umum dari kapur hidrolik adalah sebagai berikut : 1. Kekuatannya rendah Modul 3 Kegiatan Belajar 1 42
  • 5. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL 2. Berat jenis rata-rata 1000 kg/m3 3. Bersifat hidrolik 4. Tidak menunjukan pelapukan 5. Dapat terbawa arus. Perawatan kapur hidrolik dimulai setelah 1 (satu) jam dan diakhiri setelah 15 (lima belas) jam. Penggunaan antara lain untuk adukan tembok, llapisan bawah plesteran, plesteran akhir, bahan pencampur semen dan sebagai bahan tambah jika beton akan diekspos. b. Semen pozzolan Pozzolan adalah sejenis bahan yang mengandung silisium atau aluminium, yang tidak mempunyai sifat penyemenan. Butirannya halus dan dapat bereaksi dengan kalsium hidroksida pada suhu ruang serta membentuk senyawa-senyawa yang mempunyai sifat-sifat semen. Semen pozzolan adalah bahan ikat yang mengandung silika amorf, bila dicmpur dengan kapur akan membentuk benda padat yang keras. Bahan yang mengandung pozzolan adalah teras, semen merah, abu terbang dan bubuk terak tanur tinggi ( SK. SNI T-15-1990-03:2). Teras alam dapat dibagi menjadi : 1. Batu apung, obsidian, scoria, tuff, santorin dan teras yang dihasilkan dari batuan vulkanik. 2. Terak yang mengandung silika amorf halus yang tersebar dalam jumlah banyak dan dapat bereaksi dengan kapur jika dibubuhi air serta membentuk silikat yang mempunyai sifat hidrolik. Modul 3 Kegiatan Belajar 1 43
  • 6. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL 3. Teras buatan, meliputi abu batu, abu terbang (fly ash) dari hasil residu PLTU dan hasil tambahan dari pengolahan bijih bauksit. Teras buatan ini dibuat dengan pembakaran batuan vulkanik yang kemudian digiling. Semen teras meliputi semua bahan semen yang dibuat dengan menggunakan teras dan kapur tohor, yang tidak membutuhkan pembakaran. Teras buatan ini digunakan sebagai bahan tambah pada bangunan yang tidak memerlukan persyaratan konstruksi khusus, tetapi menggunakan banyak semen. c. Semen terak Semen terak adalah semen hidrolik yang sebagian besar terdiri dari suatu campuran seragam serta kuat dari terak tanur kapur tinggi dan kapur tohor. Sekitar 60% beratnya berasal dari terak tanur tinggi. Campuran ini biasanya tidak dibakar. Jenis semen terak ada 2 : 1. Bahan yang dapat digunakan sebagai kombinasi semen portland dalam pembuatan beton dan sebagai kombinasi kapur dalam pembuatan adukan tembok. 2. Bahan yang mengandung bahan pembantu berupa udara, yang digunakan seperti halnya jenis pertama. Terak tanur tinggi adalah suatu bahan non metalik, yang sebagian besar terdiri dari silikat, alumina silikat, kalsium dan senyawa basa lainnya, yang terbentuk dalam keadaan cair bersama-sama dengan besi dalam tanur tinggi. Modul 3 Kegiatan Belajar 1 44
  • 7. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL Semen terak tidak begitu penting dalam struktur beton, tetapi cukup menguntungkan jika digunakan untuk pekerjaan yang besar yang tidak begitu mementingkan aspek kekuatan. Karena kadar alkali yang rendah semen terak tidak memperlihatkan noda-noda oleh kadar alkali sehingga dapat digunakan untuk pekerjaan khusus. d. Semen alam Semen alam dihasilkan melalui pembakaran batu kapur yang mengandung lempung pada suhu lebih rendah dari suhu pengerasan. Hasil pembakaran kemudian digiling menjadi serbuk halus. Kadar silika, alumina dan oksida besi pada serbuk cukup untuk membuatnya bergabung dengan kalsium oksida sehingga membentuk senyawa kalsium silikat danaluminat yang dapat dianggap mempunyai sifat hidrolik. Semen alam tidak boleh digunakan ditempat yang langsung terekspos perubahan cuaca, tetapi dapat digunakan dalam adukan beton untuk konstruksi yang tidak memerlukan kekuatan tinggi. e. Semen portland Semen portland adalah semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya (ASTM C- 150, 1985). Modul 3 Kegiatan Belajar 1 45
  • 8. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL Semen portland yang digunakan di Indonesia harus memenuhi syarat SII.0013-81 atau Standar Uji Bahan Banguan Indonesia 1986, dan harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam standar (PB. 1989:3.2-8) Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika ditambah air semen akan menjadi pasta semen. Jika ditambah agregat halus, pasta semen akan menjadi mortar dan jika digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi campuran beton segar yang setelah mengeras akan menjadi beton keras (concrete). Semen portland dibagi menjadi lima jenis (SK. SNI T-15-1990-03:2), yaitu : · Tipe I, semen portland yang dalam penggunaannya tidak memerlukan syarat khusus seperti jenis-jenis lainnya. · Tipe II, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. · Tipe III, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan awal yang tinggi dalam fase permulaan setelah pengikatan terjadi. · Tipe IV, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi rendah. · Tipe V, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan yang tinggi terhadap sulfat. Modul 3 Kegiatan Belajar 1 46
  • 9. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL a. Syarat Fisik Semen Portland Di Indonesia syarat mutu yang dipergunakan adalah SII.0013-81, ”Mutu dan Cara Uji Semen Portland”. Syarat mutu yang ditetapkan SII diadopsi dari syarat mutu ASTM C-150. Tabel 3.1. Syarat Fisika Semen Portland No Uraian Tipe Semen I II III IV V 1 Kehalusan: Sisa di atas ayakan 0.09 mm, % maksimum Dengan alat Vicat Blaney 10 2800 10 2800 10 2800 10 2800 10 2800 2 Waktu pengikatan (Setting Time) : Dengan alat Vicat : - Awal, menit minimum - Akhir, jam maksimum Dengan alat Gillmore : - Awal, menit minimum - Akhir, jam maksimum 45 8 60 10 45 8 60 10 45 8 60 10 45 8 60 10 45 8 60 10 3 Kekalan : Pemuaian dalam autoclave, maksimum 0.80 0.80 0.80 0.80 0.80 4 Kuat tekan (kg/cm2) : 1 hari, minimum 1 + 2 hari, minimum 1 + 6 hari, minimum 1 + 27 hari, minimum - 125 200 - - 100 75 - 125 250 - - - - 70 175 - 85 150 210 5 Pengikatan semu (False set) : Penetrasi akhir, % minimum 50 50 50 50 50 6 Panas hidrasi (cal/g), maksimum : 7 hari 28 hari - - 70 80 - - 60 70 - - 7 Pemuaian karena sulfat : 14 hari, % maksimum - - - - 0.45 · Kehalusan Butir (Fineness) Modul 3 Kegiatan Belajar 1 47
  • 10. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL Kehalusan semen mempengaruhi proses hidrasi. Waktu pengikatan (setting time) menjadi semakin lama jika butir semen lebih kasar. Kehalusan penggilingan butir semen dinamakan penampang spesifik, yaitu luas butir permukan semen. Jika permukaan penampang semen lebih besar, semen akan memperbesar bidang kontak dengan air. Semakin halus butiran semen, proses hidrasinya semakin cepat, sehingga kekuatan awal tinggi dan kekuatan akhir akan berkurang. Kehalusan butir semen yang tinggi dapat mengurangi terjadinya bleding (naiknya aie semen ke permukaan), tetapi menambah kecenderungan beton untuk menyusut lebih banyak dan mempermudah terjadinya retak susut. Menurut ASTM, butir semen yang lewat ayakan no.200 harus lebih dari 78%. Untuk mengukur kahalusan butir semen digunakan ”turbidimeter” dari Wagner atau ”air permeability” dari Blaney. · Kepadatan (density) Berat jenis semen yang disyaratkan oleh ASTM adalah 3.15 mg/m3. Berat jenis semen yang diproduksi berkisar antara 3.05 mg/m3 sampai 3.25mg/m3. Variasi ini akan berpengaruh pada proporsi campuran semen dalam campuran. Pengujian berat jenis semen dapat dilakukan dengan Le Chatelier Flask menurut standar ASTM C-188. · Konsistensi Konsistensi semen berpengaruh pada saat awal pencampuran, yaitu pada saat terjadi pengikatan sampai saat beton mengeras. Modul 3 Kegiatan Belajar 1 48
  • 11. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL Konsistensi yang terjadi bergantung pada ratio antara semen dan air serta aspek-aspek bahan semen seperti kehalusan dan kecepatan hidrasi. Konsistensi mortar bergantung pada konsistensi semen dan agregat pencampurnya. · Waktu Pengikatan (Setting Time) Waktu pengikatan adalah waktu yang diperlukan semen untuk mengeras, dihitung dari saat semen mulai bereaksi dengan air dan menjadi pasta semen sampai pasta semen cukup kaku untuk menahan tekanan. Waktu pengikatan semen dibedakan menjadi 2, yaitu : 1. Waktu pengikatan awal (innitial setting time), yaitu waktu dari pencampuran semen dengan air menjadi pasta semen hingga hilangnya sifat keplastisan. Pada semen portland berkisar 1 – 2 jam, tetapi tidak boleh kurang dari 1 jam. 2. Waktu pengikatan akhir (final setting time), yaitu waktu antara terbentuknya pasta semen hingga beton mengeras.Tidak boleh lebih dari 8 jam. Waktu pengikatan awal sangat penting pada kontrol pekerjaan beton. Pada keadaan tertentu diperlukan waktu pengikatan awal lebih dari 2jam. Waktu yang panjang ini diperlukan untuk transportasi (hauling), penuangan (dumping/pouring), pemadatan (vibrating) dan penyelesaiannya (finishing). Proses ikatan disertai perubahan temperatur, dimulai sejak terjadi ikatan awal dan mencapai puncaknya pada waktu berakhirnya ikatan akhir. Waktu ikatan akan memendek karena naiknya temperatur Modul 3 Kegiatan Belajar 1 49
  • 12. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL sebesar 30oC atau lebih. Waktu ikatan ini sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang dipakai dan oleh lingkungan sekitarnya. · Panas Hidrasi Panas hidrasi adalah panas yang terjadi pada saat semen bereaksi dengan air. Satuannya kalori/gram. Jumlah panas yang terbentuk tergantung dari janis semen yang dipakai dan kehalusan butir semen. Pada pelaksanaan, perkembangan panas mengakibatkan masalah, yakni timbulnya retakan pada saat pendinginan. Pada beberapa struktur beton, terutama struktur beton mutu tinggi, retakan ini tidak diinginkan. Oleh karena itu perlu dilakukan pendinginan melalui perawatan (curing) selama masa pelaksanaan. Panas hidrasi naik sesuai dengan nilai temperatur pada saat hidrasi terjadi. Pada semen biasa, panas hidrasi bervariasi mulai 37 kalori/gram pada temperatur 5oC hingga 80 kalori/gram pada temperatur 40oC. Semua jenis semen umumnya telah membebaskan sekitar 50% panas totalnya pada satu hingga tiga hari pertama, 70% pada hari ketujuh, serta 83-91% setelah 6 bulan. Laju perubahan panas ini tergantung pada komposisi semen. Perkembangan panas hidrasi untuk berbagai semen pada suhu 21oC diperlihatkan pada tabel 3.1 berikut Tabel 3.2. Perkembangan Panas Hidrasi Semen Portland pada Suhu 21oC Jenis Semen Portland Hari 1 2 3 7 28 90 Modul 3 Kegiatan Belajar 1 50
  • 13. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV Tipe V 33 - 53 - - 53 - 67 - - 61 - 75 41 - 80 58 92 50 45 96 75 101 66 50 104 - 107 75 - Tabel 3.3. Standar Pengujian Sifat Fisik Menurut ASTM Sifat Fisika ASTM Test Kehalusan Butir Semen (Fineness): - Air Permeability - Turbidimeter - Sieving C. 204 C. 115 C. 184 (No. 100 dan 200, dry) C. 786 (No. 50, 100, 200, wet) C. 430 (No. 325, wet) Kepadatan (density) C. 188 Konsistensi (consistency) - Water requirement C. 109 - Konsistensi normal C. 187 Waktu Pengikatan (Setting Time) - Time of set - False set C. 266 (Gillmore) C. 191 (Vicat) C. 807 (Vicat Modifikasi) C. 451 Panas Hidrasi C. 186 Perubahan Volume C. 157 Kuat tekan C. 109 Keawetan (durability) - Air content - Reaksi alkali - Sulfate expansion C. 185 C. 227 (menggunakan pyrex glass) C. 452 (untuk semen portland) Modul 3 Kegiatan Belajar 1 51
  • 14. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL · Kekekalan (Perubahan Volume) Kekekalan pasta semen yang telah mengeras merupakan suatu ukuran yang menyatakan suatu kemampuan pengembangan bahan-bahan campurannya. Ketidak kekalan semen disebabkan oleh terlalu banyaknya jumlah kapur bebas yang pembakarannya tidak sempurna serta magnesia yang terdapat dalam campuran tersebut. Kapur bebas mengikat air kemudian menimbulkan gaya-gaya ekspansi. Alat untuk menentukan nilai kekekalan semen portland adalah ”Autoclave Expansion of Portland Cement” cara ASTM C-151, atau cara Inggeris , BS ”Expansion by Le Chatellier”. · Kuat Tekan Kuat tekan semen diuji dengan cara membuat mortar yang kemudian ditekan sampai hancur. Contoh semen yang akan diuji dicampur dengan pasir silika dengan perbandingan tertentu,kemudian dicetak dengan kubus ukuran 5x5x5 cm. Setelah berumur 3,7,14 dan 28 hari dan setelah mengalami perawatan dengan perendaman, benda uji tersebut diuji kuat tekannya. Perkembangan kekuatan tekan untuk mortar dan beton yang menggunakan berbagai jenis semen dapat dilihat pada gambar 3.1 dan 3.2 berikut. Modul 3 Kegiatan Belajar 1 52
  • 15. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL Gambar 3.1 Perkembangan Kekuatan Tekan Mortar untuk Berbagai Tipe Semen Portland Gambar 3.2. Perkembangan Kekuatan Tekan Beton untuk Berbagai Tipe Semen Portland dengan fas 0.49 b. Syarat Kimia Semen Portland Secara garis besar ada empat senyawa kimia utama yang menyusun semen portland, yaitu : 1. Trikalsium Silikat (3 CaO.SiO2) disingkat menjadi C3S 2. Dikalsium Silikat (2 CaO.SiO2) disingkat menjadi C2S 3. Trikalsium Aluminat (3 CaO.Al2O3) disingkat menjadi C3A 4. Tetrakalsium Aluminoferrit (4 CaO. Al2O3.Fe2O3) disingkat menjadi C4AF. Modul 3 Kegiatan Belajar 1 53
  • 16. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL Komposisi C3S dan C2S sekitar 70 – 80% dari berat semen dan merupakan bagian yang paling dominan dalam memberikan sifat semen (Cokrodimuldjo, 1992). Tabel 3.4. Komposisi Senyawa Kimia Semen Portland f. Semen Portland – Pozzolan Semen Portland – Pozzolan adalah campuran semen portland dan bahan-bahan yang bersifat pozzollan seperti terak tanur tinggi dan hasil residu PLTU. Semen jenis ini biasanya digunakan untuk beton yang diekspos terhadap sulfat. Menurut SK. SNI. T-15-1990-03:2, semen Portland – Pozzolan dihasilkan dengan mencampur bahan semen portland dengan pozzolan (15 – 40% dari berat total campuran), dengan kandungan SiO2 + Al2O3 + Fe2O3 dalam pozzolan minimum 70%. Suatu konstruksi sipil yang menggunakan semen portland pozzolan sebagai bahan ikat harus memenuhi standar SII 0132 ”Mutu dan Cara Uji Modul 3 Kegiatan Belajar 1 54
  • 17. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL Semen Portland Pozzolan atau syarat ASTM C.595-82, yaitu ”Spesification for Blend Hydraulic Cement” (SKBI. 1.4.53:2). Abu terbang (fly ash) atau bahan pozzolan lainnya yang dipakai sebagai bahan campuran tambahan harus memenuhi ” Spesification for Fly Ash and Row or Calcined Natural Pozollan for use as a Mineral Admixture in Portland Cement” (ASTM C.618). g. Semen Putih Semen putih adalah semen portland yang kadar oksida besinya rendah, kurang dari 0.5%. Bahan baku yang digunakan harus kapur murni, lempung putih yang tidak mengandung oksida besi dan pasir silika. Semen putih digunakan untuk mengisi siar ubin/keramik dan benda yang lebih banyak nilai seninya, umumnya tidak digunakan untuk bangunan struktur. Semen putih diproduksi secara massal di pabrik. h. Semen Alumina Semen alumina dihasilkan melalui pembakaran batu kapur dan bauksit yang telah digiling halus pada temperatur 1600oC. Hasil pembakaran tersebut berbentuk klinker, selanjutnya dihaluskan hingga menyerupai bubuk. Semen alumina berwarna abu-abu. Semen alumina mempunyai kekuatan awal tinggi, tahan terhadap serangan asam dan garam-garam sulfat serta tahan api. Tetapi jika digunakan pada suhu lebih dari 29oC, kekuatannya berangsur-angsur akan Modul 3 Kegiatan Belajar 1 55
  • 18. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL uberkurang. Karena itu jenis semen ini hanya digunakan untuk negara yang mempunyai musim dingin. 1.2 . Air Air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi semen, membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan beton. Air yang dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai campuran beton. Air yang mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya, tercemar garam, minyak, gula atau bahan kimia lainnya, bila dipakai dalam campuran beton akan menurunkan kualitas beton. Karena pasta semen merupakan hasil reaksi kimia antara semen dengan air, maka bukan perbandingan jumlah air terhadap total berat campuran yang penting, melainkan perbandingan air dengan semen atau yang biasa disebut dengan faktor air semen (water cement ratio). Air yang berlebihan menyebabkan banyaknya gelembung air setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit akan mempengaruhi kekuatan beton. Jika beton menggunakan air yang tidak memenuhi syarat, kekuatan beton pada umur 7 hari atau 28 hari tidak boleh kurang dari 90% jika dibandingkan dengan kekuatan beton yang menggunakan air standar/suling (PB 1989:9). 1.2.1. Syarat Umum Air Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, zat organis atau bahan lainnya yang Modul 3 Kegiatan Belajar 1 56
  • 19. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL dapat merusak beton tulangan. Sebaiknya dipakai air tawar yang dapat diminum. Air yang digunakan dalam pembuatan beton pratekan dan beton yang akan ditanami logam aluminium (termasuk air bebas yang terkandung dalam agregat) tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang membahayakan (ACI 318-89:2-2). Untuk perlindungan terhadap korosi, konsentrasi ion klorida maksimum yang terdapat dalam beton keras umur 28 hari yang dihasilkan dari bahan campuran termasuk air, agregat, semen dan bahan tambah tidak boleh melampaui nilai batas yang diberikan pada tabel 3.4 berikut. Tabel 3.5 Batas Maksimum Ion Klorida Jenis Beton Batas (%) Beton Pratekan Beton bertulang yang terus berhubungan dg klorida Beton bertulang yang selamanya kering atau terlindung dari basah Konstruksi beton bertulang lainnya 0.06 0.15 1.00 0.30 1.2.2. Syarat Mutu Air Menurut British Standard (BS. 3148-80) Kriteria yang harus dipenuhi oleh air yang akan digunakan sebagai campuran beton. Jika ketentuan-ketentuan ini tidak terpenuhi, sebaiknya air tidak digunakan untuk membuat campuran beton. Syarat-syarat tersebut antara lain: 2. Garam – garam Anorganik Modul 3 Kegiatan Belajar 1 57
  • 20. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL Ion-ion utama yang biasa terdapat dalam air adalah kalsium, magnesium, natrium,kalium, bikarbonat, sulfat, klorida, nitrat dan kadang-kadang karbonat. Gabungan ion-ion tersebut tidak boleh lebih dari 2000mg per liter. Garam-garam anorganik ini akan memperlambat waktu pengikatan beton dan menyebabkan turunnya kekuatan beton. Konsentrasi garam-garam tersebut hingga 500 ppm dalam campuran beton masih diperbolehkan. 3. NaCl dan Sulfat Konsentrasi NaCL atau garam dapur sebesar 20000 ppm umumnya masih diijinkan. Air campuran beton yang mengandung 1250 ppm natrium sulfat, Na2SO4. 10H2O, dapat digunakan dengan hasil yang memuaskan. 4. Air Asam Air asam dapat dipergunakan atau tidak dalam campuran beton, bergantung konsentrasi asam yang dinyatakan dalam ppm (part per million) . Bisa atau tidaknya air ini digunakan tergantung nilai pH nya. Air netral biasanya mempunyai pH sekitar 7.00. Nilai pH diatas 7.00 menyatakan keadaan kebasaan dan nilai dibawah 7.00 menyatakan keasaman. Semakin tinggi nilai asam (pH lebih dari 3.00), semakin sulit beton dikelola. Karena itu penggunaan air diatas pH 3.00 harus dihindari. 5. Air Basa Modul 3 Kegiatan Belajar 1 58
  • 21. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL Air dengan kandungan natrium hidroksida sekitar 0.5% dari berat semen, tidak banyak berpengaruh pada kekuatan beton asalkan waktu pengikatan tidak berlangsung dengan cepat. Konsentrasi basa lebih tinggi 0.5 % berat semen akan mempengaruhi kekuatan beton. 6. Air Gula Bila kadar gula dalam campuran dinaikan hingga 0.2 % dari berat semen, maka waktu pengikatan biasanya akan semakin cepat. Gula sebanyak 0.25% berat semen atau lebih akan mengakibatkan bertambah cepatnya waktu pengikatan secara signifikan dan berkurangnya kekuatan beton pada umur 28 hari. 7. Minyak Minyak mineral atau minyak tanah dengan konsentrasi lebih 2% berat semen dapat mengurangi kekuatan beton hingga 20%. Karena itu penggunaan air yang tercemar minyak sebaiknya dihindari. 8. Rumput Laut Rumput laut yang tercampur dalam air campuran beton dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan beton secara signifikan. Bercampurnya rumput laut dengan semen mengakibatkan berkurangnya daya lekat dan menimbulkan sangat banyak gelembung udara pada beton. Beton menjadi keropos dan berkurang kekuatannya. Rumput laut dapat juga dijumpai dalam agregat terutama agregat halus yang berasal dari Modul 3 Kegiatan Belajar 1 59
  • 22. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL pasir pantai. Hal ini akan mengakibatkan hubungan anatar pasta semen dan agregat terganggu, bahkan menjadi buruk. 9. Zat-zat Organik, Lanau, Bahan-bahan Terapung Kandungan zat organik dalam air dapat mempengaruhi waktu pengkatan semen dan kekuatan beton. Air yang berwarna tua, berbau tidak sedap dan mengandung butir-butir lumut perlu diragukan dan diuji sebelum dipakai. Lempung yang terapung atau bahan halus kira-kira 2000 ppm yang berasal dari batuan, diijinkan berada dalam campuran. Untuk mengurangi kadar lanau dan lempung dalam adukan beton, air yang mengandung lumpur harus diendapkan terlebih dahulu dalam bak-bak penampung sebelum digunakan. 9. Air Limbah atau Air Cemaran Limbah Industri Air yang tercemar limbah industri sebelum dipakai harus dianalisis kandungan pengotornya dan diuji (dengan pecobaan perbandingan) untuk mengetahui pengikatnya dan kuat tekan betonnya. Air limbah biasanya mengandung 400 ppm senyawa organik. Setelah air limbah diencerkan/disaring di tempat yang cocok untuk keperluan pencampuran beton, konsentrasi senyawa organik biasanya turun menjadi 20 ppm atau kurang. Jadi setelah diencerkan air limbah dapat digunakan. Modul 3 Kegiatan Belajar 1 60
  • 23. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL R A N G K U M A N Semen dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu Semen Non Hidrolik dan Semen Hidrolik Semen non hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air, akan tetapi dapat mengeras di udara. Sebaliknya semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras di dalam air. Semen Portland adalah bahan konstruksi yang paling banyak digunakan dalam pekerjaan beton. Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, zat organis atau bahan lainnya yang dapat merusak beton tulangan. Zat – zat yang perlu diperhatikan dalam air untuk campuran beton adalah: garam-garam anorganik, NaCL dan Sulfat, asam/basa, kandungan gula, minyak, rumput laut, zat organik, lanau dan bahan-bahan terapung. Kandungan zat-zat tersebut tidak boleh melampaui batas yang diijinkan. Jika ketentuan-ketentuan tidak terpenuhi sebaiknya air tidak digunakan untuk membuat campuran beton. S O A L L A T I H A N 1. Sebutkan jenis-jenis semen hidrolik dan non hidrolik! 2. Jelaskan sifat dan karakteristik semen portland, baik sifat kimia maupun sifat fisika! 3. Jelaskan kegunaan dari lima tipe semen portland! 4. Jelaskan syarat mutu air yang layak digunakan untuk campuran beton! Modul 3 Kegiatan Belajar 1 61
  • 24. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL 5. Bila kualitas air yang akan digunakan dalam campuran beton meragukan, apa yang sebaiknya dilakukan? 6. Jelaskan apa pengaruh sulfat dalam air yang akan digunakan untuk campuran beton! Sumber Pustaka American Concrete Institute, 1990, ACI 31-89 Building Code Requirements for Reinforce Concrete, Part II, Material Concrete Quality, Fifth Edition, Skokie, Illinois, USA:PCA. Departemen Pekerjaan Umum. LPMB, 1991, Tata Cara Rencana Pembuatan Campuran Beton Normal . SK SNI T-15-1990-3, Cetakan Pertama, Bandung. Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan PU, 1989, Pedoman Beton 89, SKBI 1.4.53.1989, Draft Konsensus, Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan PU, 1989, Ulasan Pedoman Beton 89, SKBI 1.4.53.1989, Draft Konsensus, Jakarta. PEDC, 1983, Teknologi Bahan 1 dan 2, Bandung. Tri Mulyono, 2004, Teknologi Beton, Penerbit Andi, Yogyakarta Modul 3 Kegiatan Belajar 1 62
  • 25. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL Kegiatan Belajar 2: 2. Bahan Tambah Untuk Beton Tujuan Instruksional Khusus Modul 3 Kegiatan Belajar 1 63
  • 26. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL Setelah akhir pelajaran diharapkan siswa : · Mampu menjelaskan bahan – bahan tambah yang digunakan untuk beton. · Mampu menjelaskan hal-hal penting dalam pemilihan bahan – bahan tambah yang digunakan untuk beton Definisi Bahan Tambah Bahan tambah (admixture) adalah bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam campuran beton pada saat atau selama pencampuran beton berlangsung. Fungsi bahan ini adalah mengubah sifat-sifat beton agar menjadi lebih cocok untuk pekerjaan tertentu,atau untuk menghemat biaya. Menurut ASTM C.125-1995:61, ”Standard Definition of Terminology Relating to Concrete and Concrete Aggregates” dan dalam ACI SP-19, ”Cement and Concrete Terminology”, admixture didefinisikan sebagai material selain air, agregat dan semen hidrolik yang dicampur dengankan dalam beton atau mortar yang ditambahkan sebelum atau selama pengadukan berlangsung. Bahan tambah digunakan untuk memodifikasi sifat dan karakteristik dari beton misalnya untuk kemudahan pengerjaan atau untuk tujuan lain yaitu penghematan energi. Di Indonesia bahan tambah telah banyak digunakan. Bahan tambah yang digunakan harus memenuhi ketentuan yang diberikan SNI. Untuk bahan tambah kimia, harus memenuhi ASTM C.494, ”Standard Specification for Chemical Admixture for Concrete”. Menurut ACI Commitee 212.IR-81 (revised 1986), jenis bahan tambah beton dikelompokan menjadi 5 jenis yaitu : Modul 3 Kegiatan Belajar 1 64
  • 27. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL 1. Accelerating 2. Air-entraining 3. Water reducer and set-controling 4. Finely devided mineral 5. Miscellaneous Tujuan Menggunakan Bahan Tambah Tujuan penggunaan bahan tambah menurut manual of concrete practice dalam admixture and concrete adalah sebagai berikut : Memodifikasi beton segar, mortar dan grouting · Menambah sifat mudah pengerjaan tanpa menambah kandungan air. · Menghambat atau mempercepat waktu pengikatan awal campuran beton · Mengurangi atau mencegah penurunan atau perubahan volume · Mengurangi segregasi · Mengembangkan dan meningkatkan sifat penetrasi dan pemompaan beton segar · Mengurangi kehilangan nilai slump Memodifikasi beton keras, mortar dan grouting · Menghambat dan mengurangi panas selama proses pengerasan awal (beton muda) · Mempercepat laju pengembangan kekuatan beton pada umur muda Modul 3 Kegiatan Belajar 1 65
  • 28. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL · Menambah kekuatan beton · Menambah sifat keawetan beton, ketahanan dari gangguan luar termasuk serangan garam-garam sulfat. · Mengurangi kapilaritas dari air · Mengurangi sifat permeabilitas · Mengontrol pengembangan yang disebabkan oleh reaksi alkali dari alkali termasuk alkali dalam agregat · Menghasilkan struktur beton yang baik · Menghasilkan warna tertentu pada beton atau mortar. Hal Yang Penting Diperhatikan dalam Penggunaan Bahan Tambah Penggunaan bahan tambah harus dikonfirmasi dengan standar yang berlaku, seperti SNI, ASTM atau ACI. Selain itu yang terpenting adalah memperhatikan petunjuk penggunaan bahan tambah tersebut, yang biasanya tertuang dalam manual bahannya. Beberapa evaluasi yang perlu dilakukan jika menggunakan bahan tambah : · Penggunaan semen dengan tipe khusus. Penggantian tipe semen atau sumber dari semen atau jumlah dari semen yang digunakan atau memodifikasi gradasi agregat, atau proporsi campuran yang diharapkan. · Penggunaan satu atau lebih bahan tambah. Modul 3 Kegiatan Belajar 1 66
  • 29. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL Banyak bahan tambah mengubah lebih dari sifat beton, sehingga justru merugikan. · Efek bahan tambah sangat nyata untuk mengubah karakteristik beton misalnya FAS, tipe dan gradasi agregat, tipe dan lama pengadukan. Jenis Bahan Tambah Secara umum bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedakan menjadi dua yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi (chemical admixture) dan bahan tambah yang besifat mineral (additive). Admixture ditambahkan saat pengadukan dan atau saat pelaksanaan pengecoran (placing),sehingga lebih banyak digunakan untuk memperbaiki kinerja pelaksanaan. Sedangkan additive bersifat mineral ditambahkan saat pengadukan dilaksanakan, lebih bersifat penyemenan lebih banyak digunakan untuk memperbaiki kinerja kekuatannya. Bahan Tambah Kimia (Admixture ) Menurut ASTM C.494 dan Pedoman Beton 1989 SKBI.1.4.53.1989, jenis bahan tambah kimia dibedakan menjadi tujuh tipe bahan tambah. Pada dasarnya suatu bahan tambah harus mampu memperlihatkan komposisi dan unjuk kerja yang sama sepanjang waktu pengerjaan selama bahan tersebut digunakan dalam campuran beton sesuai dengan pemilihan proporsi betonnya (PB, 1989 :12). a. Tipe A ”Water – Reducing Admixtures ” Modul 3 Kegiatan Belajar 1 67
  • 30. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL Water – Reducing Admixtures adalah bahan tambah yang mengurangi air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu. Water – Reducing Admixtures digunakan antara lain dengan tidak mengurangi kadar semen dan nilai slump untuk memproduksi beton dengan nilai perbandingan atau ratio faktor air semen (fas) yang rendah. Atau dengan tidak merubah kadar semen yang digunakan dengan faktor air semen yang tetap maka nilai slump yang dihasilkan dapat lebih tinggi. Hal ini dimaksudkan dengan mengubah kadar semen tetapi tidak merubah fas dan slump. Pada kasus pertama dengan mengurangi fas secara tidak langsung akan meningkatkan kekuatan tekannya, karena dalam banyak kasus fas yang rendah meningkatkan kuat tekan beton. Pada kasus kedua, tingginya nilai slump yang didapat akan memudahkan penuangan adukan (placing) atau waktu penuangan adukan dapat diperlambat. Pada kasus ketiga dimaksudkan untuk mengurangi biaya karena penggunaan semen yang kecil ( Marther, Bryant, 1994) Hal –hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan bahan tambah ini adalah air yang dibutuhkan, kandungan air, konsistensi, bleding dan kehilangan air pada saat beton segar, laju pengerasan, kuat tekan dan lentur, perubahan volume, susut pada saat pengeringan. Berdasarkan hal tersebut penting untuk melakukan pengujian sebelum pelaksanaan pencampuran terhadap bahan tambah tersebut. b. Tipe B ”Retarding Admixtures ” Modul 3 Kegiatan Belajar 1 68
  • 31. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL Retarding Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi untuk menghambat waktu pengikatan beton. Penggunaannya untuk menunda waktu pengikatan beton, misalnya karena kondisi cuaca yang panas, atau untuk memperpanjang waktu untuk pemadatan, untuk menghindari cold joints dan menghindari dampak penurunan saat beton segar saat pelaksanaan pengecoran. c. Tipe C ”Accelerating Admixtures ” Accelerating Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi untuk mempercepat pengikatan dan pengembangan kekuatan awal beton. Bahan ini digunakan untuk mengurangi lamanya waktu pengeringan (hidrasi) dan mempercepat pencapaian kekuatan awal beton. Accelerating Admixtures yang paling terkenal adalah kalsium klorida. Dosis maksimum adalah 2% dari berat semen yang digunakan. Secara umum, kelompok bahan tambah ini dibagi tiga kelompok yaitu : Larutan garam organik, Larutan campuran organik dan Material miscellaneous. d. Tipe D ” Water Reducing and Retarding Admixtures ” Water Reducing and Retarding Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu dan menghambat pengikatan awal. Water Reducing and Retarding Admixtures yaitu pengurang air dan pengontrol pengeringan. Bahan ini digunakan untuk menambah kekuatan Modul 3 Kegiatan Belajar 1 69
  • 32. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL beton. Bahan ini juga akan mengurangi kandungan semen yang sebanding dengan pengurangan kandungan air. Bahan ini hampir semuanya berwujud cair. Air yang terkandung dalam bahan akan menjadi bagian air campuran beton. Dalam perencanaan air ini harus ditambahkan sebagai berat air total dalam campuran beton. Perlu diingat, perbandingan antara mortar dengan agregat kasar tidak boleh berubah. Perubahan kandungan air, atau udara atau semen, harus diatasi dengan perubahan kandungan agregat halus sehingga volume tidak berubah. e. Tipe E ” Water Reducing and Accelerating Admixtures ” Water Reducing and Accelerating Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton yang konsistensinya tertentu dan mempercepat pengikatan awal. f. Tipe F ” Water Reducing ,High Range Admixtures ” Water Reducing ,High Range Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi julah air pencamppur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12% atau lebih. g. Tipe G ” Water Reducing ,High Range Retarding Admixtures ” Modul 3 Kegiatan Belajar 1 70
  • 33. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL Water Reducing ,High Range Retarding Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12% atau lebih dan juga untuk menghambat pengikatan beton. Jenis bahan tambah ini merupakan gabungan superplasticizer dengan menunda waktu pengikatan beton. Biasanya digunakan untuk kondisi pekerjaan yang sempit karena sedikitnya sumber daya yang mengelola beton disebabkan keterbatasan ruang kerja. Bahan Tambah Mineral (Additive ) Pada saat ini, bahan tambah mineral lebih banyak digunakan untuk memperbaiki kuat tekan beton. Beberapa bahan tambah mineral adalah pozzollan, fly ash, slag dan silica fume. Beberapa keuntungan penggunaan bahan tambah mineral (Cain, 1994) : · Memperbaiki kinerja workability · Mengurangi panas hidrasi · Mengurangi biaya pekerjaan beton · Mengurangi daya tahan terhadap serangan sulfat · Mempertinggi daya tahan terhadap serangan reaksi alkali-silika · Mempertinggi usia beton · Mempertinggi kuat tekan beton · Mempertinggi keawetan beton · Mengurangi penyusutan Modul 3 Kegiatan Belajar 1 71
  • 34. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL · Mengurangi porositas dan daya serap air dalam beton. a. Abu Terbang Batu Bara (Fly Ash ) Menurut ASTM C.618, abu terbang didefinisikan sebagai butiran halus hasil residu pembakaran batu bara atau bubuk batu bara. Abu terbang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu abu terbang yang normal yang dihasilkan dari pembakaran batu bara antrasit atau batubara bitomius dan abu terbang kelas C yang dihasilkan dari batu bara kelas lignite atau subbitemeus. Abu terbang kelas C kemungkinan mengandung kapur (lime) lebih dari 10% beratnya. Kandungan kimia abu terbang tercantum dalam tabel 3.3 (ASTM C.618-95) Tabel 3.6. Kandungan Kimia Abu Terbang (Fly Ash) Senyawa Kimia Jenis F Jenis C Oksida Silika (SiO2) + Oksida Alumina 70.00 50.00 (Al2O3) + Oksida Besi (Fe2O3), minimum % Trioksida Sulfur (SO3), maksimum % 5.0 5.0 Kadar air, maksimum % 3.0 3.0 Kehilangan Panas, maksimum % 6.0 6.0 b. Slag Slag merupakan hasil residu pembakaran tanur tinggi. Definisi slag menurut ASTM C.989 ”Standard specification for ground granulated Blast- Furnace slag for use in concrete and mortar ” adalah produk non metal yang Modul 3 Kegiatan Belajar 1 72
  • 35. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL merupakan material berbentuk halus, granular hasil pembakaran yang kemudian didinginkan, misalnya dengan mencelupkannya ke dalam air. Keuntungan penggunaan slag dalam campuran beton adalah sebagai berikut (Lewis, 1982) : · Mempertinggi kekuatan beton, karena kecenderungan lambatnya kenaikan kuat tekan. · Menaikan ratio antara kelenturan dan kuat tekan · Mengurangi variasi kuat tekan · Mempertinggi ketahanan terhadap sulfat dalam air laut · Mengurangi serangan alkali silika · Mengurangi panas hidrasi dan menurunkan suhu · Memperbaiki penyelesaian akhir dan memberi warna cerah pada beton · Memperbaiki keawetan karena pengaruh perubahan volume · Mengurangi porositas dan serangan klorida. c. Silika Fume Menurut ASTM C.1240-95 ”Specificatio for Silica Fume for Use in Hydraulic Cement Concrete and Mortar” , silica fume adalah material pozzolan yang halus, dimana komposisi silika lebih banyak yang dihasilkan dari tanur tinggi atau sisa produksi silikon atau alloy besi silikon (dikenal dengan gabungan antara microsilika dengan silika fume). Penggunaan silika fume dalam campuran beton dimaksudkan untuk menghasilkan beton dengan kekuatan tekan yang tinggi. Misalnya untuk kolom struktur, dinding geser, pre-cast atau beton pra tegang dan Modul 3 Kegiatan Belajar 1 73
  • 36. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL beberapa keperluan lain. Kriteria beton betkekuatan tinggi sekitar 50 – 70 Mpa pada umur 28 hari. Penggunaan silika fume berkisar 0-30%, untuk memperbaiki karakteristik kekuatan dan keawetan beton dengan faktor air semen sebesar 0.34 dan 0.28 dengan atau tanpa superplastisizer dan nilai slump 50 mm (Yogendran, et al, 1987) Tabel 3.7 Komposisi Kimia Silika Fume Kimia Berat dalam Persen SiO2 92 – 94 Karbon 3 – 5 Fe2O3 0.10 – 0.50 CaO 0.10 – 0.15 Al2O3 0.20 – 0.30 MgO 0.10 – 0.20 MnO 0.008 K2O 0.10 Na2O 0.10 Fisika Berat dalam Persen Bera jenis 2.02 Rata-rata ukuran partikel, mm 0.1 Lolos ayakan No. 325 dalam % 99.00 Keasaman pH (10% air dalam slurry) 7.3 Sumber : Yogendran, et al, 1987 Selain pada tabel 3.4 diatas, komposisi kimia dan fisika yang dibutuhkan silica fume dapat dilihat pada tabel 1 sampai tabel 4 ASTM C.1240. d. Penghalus Gradasi (Finely devided mineral admixtures ) Modul 3 Kegiatan Belajar 1 74
  • 37. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL Bahan ini merupakan mineral yang dipakai untuk memperhalus perbedaan – perbedaan pada campuran beton dengan memberikan ukuran yang tidak ada atau kurang dalam agregat. Selain itu juga dapat dipergunakan untuk menaikan mutu beton yang akan dibuat. Kegunaan lainnya adalah mengurangi permeabilitas atau ekspansi dan juga mengurangi biaya produksi beton. Contoh bahan ini adalah kapur hidrolis, semen slag, fly ash dan pozzollan alam yang sudah menjadi kapur atau mentah. Bahan Tambah Lainnya a. Air Entraining Bahan tambah ini membentuk gelembung udara berdiameter 1 mm ataulebih kecil, selamapencampuran beton atau mortar, dengan maksud mempermudah pengecoran beton pada saat pengecoran dan menambahkan ketahanan awal pada beton. Hampir semua bahan air entraining admixture berbentuk cair, tetapi ada juga yang berbentuk serbuk, lapisan-lapisan dan gumpalan. Banyaknya bahan tambah yang digunakan tergantung pada gradasi agregat yang digunakan. Semakin halus ukuran agregat semakin besar prosentase bahan tambah yang digunakan. b. Beton Tanpa Slump Modul 3 Kegiatan Belajar 1 75
  • 38. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL Beton tanpa slump didefinisikan sebagai beton yang mempunyai slump sebesar 1 inchi (25,4 mm) atau kurang, sesaat setelah pencampuran. Pmilihan bahan tambah tergantung sifat-sifat beton yang diinginkan, seperti sifat plastisnya, waktu pengikatan dan pencapaian kekuatan, efek beku cair, kekuatan dan harga dari beton tersebut. c. Polimer Polimer merupakan produk bahan tambah baru, yang dapat menghasilkan kuat tekan beton tinggi sekitar 15.000 Psi (1.000 psi = 6.9 Mpa) atau lebih, dan kekuatan belah tariknya sekitar 15.000 Psi atau lebih. Beton dengan kekuatan tinggi ini biasanya diproduksi dengan menggunakan polimer dengan cara : · Memodifikasi sifat beton dengan mengurangi air di lapangan. · Menjenuhkan dan memancarkannya pada temperatur yang sangat tinggi di laboratorium. Beton dengan modifikasi polimer (PMC = Polimer Modified Concrete) adalah beton yang ditambah resin dan pengeras sebagai bahan tambahan. Prinsipnya menggantikan air pencampur dengan polimer sehingga dihasilkan beton yang berkekuatan tinggi dan mempunyai mutu yang baik. Faktor polimer beton yang optimum adalah berkisar 0.3 sampai 0.45 dalam perbandingan berat, untuk mencapai kekuatan tinggi tersebut. d. Bahan Pembantu Untuk Mengeraskan Permukaan Semen (Hardener Concrete) Modul 3 Kegiatan Belajar 1 76
  • 39. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL Permukaan beton yang selalu menanggung beban hidup yang berat serta selalu dalam keadaan beputar dan berpindah-pindah, seperti lantai untuk bengkel-bengkel alat berat (heavy equipment) dan lainnya. Pembebanan ini akan mengakibatkan keausan pada permukaan beton. Untuk menghindri pengausan tersebut digunakan dua jenis bahan untuk mengeraskan permukaan beton : · Agregat beton terbuat dari bahan kimia · Agregat metalik, terdiri dari butiran-butiran halus. Untuk memperkeras permukaan beton, dipilih salah satu dari bahan tersebut, kemudiian tambahkan dalam campuran beton saat pengerjaan beton berlangsung. e. Bahan Pembantu Kedap Air ( Water Proofing) Jika beton terletak dalam air atau dekat permukaan air tanah (misalnya untuk tunnel), maka beton tersebut tidak boleh mengalami rembesan dan diusakan kedap air. Salah satu bahan yang dapat digunakan adalah partikel-partikel halus atau gradasi yang menerus dalam campuran beton. Bahan-bahan semacam itu akan mengurangi permeabilitas pada beton. f. Bahan Tambah Pemberi Warna Beton yang diekspos permukaannya biasanya memerlukan keindahan. Bahan yang digunakan untuk memberi warna pada permukaan beton ini cat (coating) yang dilapisi setelah pengerjaan beton. Cara lainnya Modul 3 Kegiatan Belajar 1 77
  • 40. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL adalah dengan menambahkan bahan warna, misalnya oker atau pewarna coklat, kedalam permukaan beton, selagi beton masih segar. Bahan-bahan ini biasanya dicampur dalam suatu adukan yang mutunya terjamin baik. Selain itu dapat pula dengan menaburkan pasir silika atau agregat metalik selagi permukaan beton masih dalam keadaan segar. g. Bahan Tambah Untuk Memperkuat Ikatan Beton Lama dengan Beton Baru (bonding agent for concrete ) Penuangan beton segar di atas permukaan beton lama sering mengalami kesulitan dalam penyatuannya. Untuk mengatasinya perlu ditambahkan suatu bahan yang dapat menyatukan ikatan antara permukaan yang lama dengan permukan yang baru. Jenis bahan tambah tersebut biasanya disebut bonding agent yang merupakan larutan polimer. R A N G K U M A N Bahan tambah (admixture) adalah bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam campuran beton pada saat atau selama pencampuran beton berlangsung. Fungsi bahan ini adalah mengubah sifat-sifat beton agar menjadi lebih cocok untuk pekerjaan tertentu, atau untuk menghemat biaya. Modul 3 Kegiatan Belajar 1 78
  • 41. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL Bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedakan menjadi dua yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi (chemical admixture) dan bahan tambah yang besifat mineral (additive). Admixture ditambahkan saat pengadukan dan atau saat pelaksanaan pengecoran (placing), digunakan untuk memperbaiki kinerja pelaksanaan. Sedangkan additive bersifat mineral ditambahkan saat pengadukan dilaksanakan, digunakan untuk memperbaiki kuat tekan. Jenis bahan tambah beton dikelompokan menjadi 5 jenis (ACI Commitee 212.IR-81 ,revised 1986), yaitu :Accelerating, Air-entraining, Water reducer and set-controling, Finely devided mineral dan Miscellaneous. S O A L L A T I H A N i. Jelaskan apa yang dimaksud dengan bahan tambah ! ii. Apa yang dimaksud dengan bahan tambah kimia dan mineral? Bagaimana proses pencampurannya? iii. Jelaskan beberapa alasan mengapa digunakan bahan tambah? iv. Jelaskan apa yang perlu diperhatikan ketika menggunakan bahan tambah dalam campuran beton! v. Sebutkan minimal 5 buah keuntungan menggunakan bahan tambah mineral. Sumber Pustaka American Society for Testing Material,1995, Annual Book for ASTM Standard, Concrete and Agregates, ASTM, Philadelphia. American Concrete Institute, 1986, Admixture for Concrete, ACI.212.IR-81 Revised 1986, USA. Modul 3 Kegiatan Belajar 1 79
  • 42. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL Cain, Craig J, 1994, Mineral Admixture, Significance of Test and Properties of Concrete and Concrete Making Material STP 169 C, Philadelpia. Departemen Pekerjaan Umum. LPMB, 1991, Tata Cara Rencana Pembuatan Campuran Beton Normal . SK SNI T-15-1990-3, Cetakan Pertama, Bandung. Lewis, S.W., 1982, Discussion of Admixture for Concrete, ACI.212.IR-81, Concrete International : Design and Construction, Vol 27 No 5, May . Mather, Bryant., 1994, Chemical Admixture, Significant of Test and Properties of Concrete and Concrete Making Material-STP 169 C, Philadelpia. PEDC, 1983, Teknologi Bahan 2, Bandung. Taylor, W.H., Concrete Technology and Practice, Mc. Graw –Hill Book. Sidney Tri Mulyono, 2004, Teknologi Beton, Penerbit Andi, Yogyakarta Modul 3 Kegiatan Belajar 1 80