Semen adalah zat yang digunakan untuk merekatkan bahan bangunan lainnya seperti batu bata dan batako. Semen berasal dari kata caementum dalam bahasa Latin yang berarti memotong menjadi bagian-bagian kecil tak beraturan. Semen pertama kali ditemukan di zaman Romawi di Puzzuoli, Italia. Sejak itu, proses pembuatan semen terus berkembang hingga ditemukannya semen Portland oleh Joseph Aspdin pada tahun 1824
1. Tugas Konstruksi Beton
1
Debora Elluisa Manurung Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Semen adalah perekat hidraulis bahan bangunan, artinya akan jadi perekatan
bila bercampur dengan air. Bahan dasar semen pada umumnya ada 3 macam yaitu
klinker/terak (70% hingga 95%, merupakan hasil olahan pembakaran batu kapur,
pasir silika, pasir besi dan lempung), gypsum (sekitar 5%, sebagai zat pelambat
pengerasan) dan material ketiga seperti batu kapur, pozzolan, abu terbang, dan lain-
lain. Jika unsur ketiga tersebut tidak lebih dari sekitar 3 % umumnya masih
memenuhi kualitas tipe 1 atau OPC (Ordinary Portland Cement). Namun bila
kandungan material ketiga lebih tinggi hingga sekitar 25% maksimum, maka semen
tersebut akan berganti tipe menjadi PCC (Portland Composite Cement).
Sejarah
Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan,
tentu kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-
batu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Alhasil
berdirilah bangunan fenomenal, sepertu Candi Borobudur atau Candi Prambanan di
Indonesia ataupun jembatan di Cina yang menurut legenda menggunakan ketan
sebagai perekat. Taupun menggunakan aspal alam sebagaimana peradaban di
Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun bangunan kuno yang dijumpai di Pulau
Buton. Terlepas dari benar atau tidaknya, cerita legenda tadi menunjukkan
dikenalnya fungsi semen sejak zaman dahulu. Sebelum mencapai bentuk seperti
sekarang, perekat dan penguat bangunan ini awalnya merupakan hasil pencampuran
batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi,
tepatnya di Puzzuoli, dekat teluk Napoli Italia. Bubuk itu lantas dinamai
puzzoulana.
Semen adalah zat yang digunakan untuk merekatkan batu bata, batako,
maupun bahan bangunan lainnya. Sedangkan kata semen sendiri berasal dari
caementum (bahasa Latin), yang berarti “memotong menjadi bagian-bagian kecil
tak beraturan”. Meski sempat popular di zamannya, nenek moyang semen made in
Napoli ini tak berumur panjang. Menyusul runtuhnya kerajaan Romawi, sekitar
2. Tugas Konstruksi Beton
2
Debora Elluisa Manurung Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
abad pertengahan (tahun 1100-1500 Masehi) resep ramuan pozzuolana sempat
menghilang dari peredaran.
Pabrik semen di Australia
Baru pada abad ke 18 (ada juga sumber yang menyebut sekitar tahun 1700-
an Masehi), John Smeaton insinyur asal Inggris menemukan kembali ramuan kuno
berkhasiat luar biasa ini. Dia membuat adonan dengan memanfaatkan campuran
batu kapur dan tanah liat saat membangun menara suar Eddystone di lepas pantai
Cornwall, Inggris.
Ironisnya, bukan Smeaton yang akhirnya mematenkan proses pembuatan
cikal bakal semen. Joseph Aspdin, juga insinyur berkebangsaan Inggris pada tahun
1824 mengurus hak paten ramuan yang kemudian dia sebut sebagai semen Portland.
Asal nama tersebut dikarenakan warna hasil olahannya mirip tanaah liat Pulau
Portland Inggris. Hasil rekayasa Aspdin inilah yang sekarang banyak dipajang di
took-toko bangunan.
Sebenarnya adonan Aspdin tak beda jauh dengan Smeaton. Dia tetap
menggunakan dua bahan utama, batu kapur (kaya akan kalsium karbonat) dan tanah
lempung yang banyak mengandung silica (sejenis mineral berbentuk pasir),
aluminium oksida (alumina) serta oksida besi. Bahan-bahan itu kemudia dihaluskan
dan diapanskan paa suhu tinggi sampai terbentuk campuran baru. Selama proses
pemanasan terbentuklah campuran padat yang mengandung zat besi, agar tak
mengeras seperti abut ramuan diberi bubuk gips dan dihaluskan hingga berbentuk
partikel-partikel kecil mirip bedak.
3. Tugas Konstruksi Beton
3
Debora Elluisa Manurung Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Pengaduk semensederhana
Lazimnya untuk mencapai kekuatan tertentu semen Portland berkolaborasi
dengan bahan lain. Jika bertemu air (minus bahan-bahan lain) akan memunculkan
reaksi kimia yang sanggup mengubah ramuan menjadi sekeras batu. Jika
ditambahkan pasir, terciptalah perekat tembok yang kokoh. Namun, untuk
pembuatan pondasi bangunan campuran tadi biasanya masih ditambah dengan
bongkahan batu atau kerikil yang sering kita sebut concrete atau beton.
Meski bahan baku sama, “dosis” semen sebenarnya bias disesuaikan dengan
beragam kebutuhan. Misalnya, jika kadar aluminanya diperbanyak, kolaborasi
dengan bahan bangunan lainnya bias menghasilkan bahan tahan api. Ini karena sifat
alumina yang tahan terhadap suhu tinggi. Ada juga smeen yang cocok buat
mengecor karena campurannya bias mengisi pori-pori bagian yang hendak
diperkuat.
Kandungan kimia yang terkandung di dalam semen biasanya terdiri dari :
Trikalsium silikat
Dikalsium silikat
Trikalsium aluminat
Tetrakalsium aluminofe
Gypsum
Jenis Semen menurut Standarisasi Nasional
Indonesia (SNI)
1. Semen Putih (White Cement)
4. Tugas Konstruksi Beton
4
Debora Elluisa Manurung Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), sebagai filler atau
pengisi. Semen putih dibuat umtuk tujuan dekoratif, bukan untuk tujuan konstruktif.
Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni. Pembuatan
semen ini membutuhkan persyaratan bahan baku dan proses pembuatan yang
khusus, seperti misalnya bahan mentahnya mengandung oksida besi dan oksida
manganese yang sangat rendah (dibawah 1 %).
2. Semen Portland
Jenis yang paling umum dari semen dalam penggunaan umum di seluruh
dunia karena merupakan bahan dasar beton, dan plesteran semen. Macam-macam
Tipe Semen Portland yaitu :
a. Semen Portland Tipe I (Ordinary Portland Cement)
Digunakan untuk keperluan konstruksi umum yang tidak memakai
persyaratan khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal.
Cocok dipakai pada tanah dan air yang mengandung sulfat 0, 0% – 0, 10
% dan dapat digunakan untuk bangunan rumah pemukiman, gedung-
gedung bertingkat, perkerasan jalan, struktur rel, jembatan, landasan
pacu dan lain-lain
b. Semen Portland Tipe II (Moderate Sulfat Resistance)
Digunakan untuk konstruksi bangunan dari ebton massa yang
memerlukan ketahanan sulfat (pada lokasi tanah dan air yang
mengandung sulfat antara 0,10-0,20%) dan panas hidrasi sedang.
Misalnya bangunan dipinggir laut, bangunan di bekas tanah rawa, saluran
irigasi, beton massa untuk dam-dam, bandar udara dan landasan
jembatan.
c. Semen Portland Tipe III (High Early Strength Portland Cement)
Digunakan untuk konstruksi bangunan yang memerlukan kekuatan tekan
awal tinggi pada fase permulaan setelah pengikatan terjadi. Semen tipe
III ini dibuat dengan kehalusan yang tinggi blaine biasa mencapai 5000
cm2/gr dengan nilai C3S nya juga tinggi. Beton yang dibuat dengan
5. Tugas Konstruksi Beton
5
Debora Elluisa Manurung Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
menggunakan semen Portland tipe III ini dalam waktu 24 jam dapat
mencapai kekuatan yang sama dengan kekuatan yang dicapai semen
Portland tipe I pada umur 3 hari, dan dalam umur 7 hari semen Portland
tipe III ini kekuatannya menyamai beton dengan menggunakan semen
portlan tipe I pada umur 28 hari. Misalnya untuk pembuatan jalan beton,
bangunan-bangunan tingkat tinggi, bangunan-bangunan dalam air yang
tidak memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat, pembuatan jalan
raya, bangunan tingkat tinggi dan bandara udara.
d. Semen Portland Tipe IV (Low Heat Of Hydration)
Tipe semen dengan panas hidrasi rendah. Semen tipe ini digunakan untuk
keperluan konstruksi yang memerlukan jumlah dan kenaikan panas harus
diminimalkan. Oleh karena itu semen jenis ini akan memperoleh tingkat
kuat beton dengan lebih lambat ketimbang Portland tipe I. Tipe semen
seperti ini digunakan untuk struktur beton masif seperti dam gravitasi
besar yang mana kenaikan temperatur akibat panas yang dihasilkan
selama proses curing merupakan faktor kritis.
e. Semen Portland Tipe V (Sulfat Resistance Cement)
Digunakan untuk konstruksi bangunan-bangunan pada tanah/ air yang
mengandung sulfat melebihi 0, 20 % dan sangat cocok untuk instalasi
pengolahan limbah pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan,
pelabuhan, dan pembangkit tenaga nuklir.
3. Blended Cement (Semen Campur)
Semen campur dibuat karena dibutuhkannya sifat-sifat khusus yang tidak
dimiliki oleh semen portland. Untuk mendapatkan sifat khusus tersebut diperlukan
material lain sebagai pencampur. Jenis semen campur :
a. Semen Portland Pozzolan/ Portland Pozzolan Cement (PPC)
Semen yang memenuhi persyaratan mutu semen Portland Pozzoland SNI
15-0302-2004 dan ASTM C 595 M-05 s. Dapat digunakan secara luas
seperti :
6. Tugas Konstruksi Beton
6
Debora Elluisa Manurung Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
konstruksi beton massa ( bendungan, dam dan irigasi)
konstruksi Beton yang memerlukan ketahanan terhadap serangan
sulfat (Bangunan tepi pantai, tanah rawa) .
Bangunan / instalasi yang memerlukan kekedapan yang lebih
tinggi.
Pekerjaan pasangan dan plesteran.
b. Portland Blast Furnace Slag Cement
Portland Blast Furnace Slag Cement adalah semen Portland yang
dicampur dengan kerak dapur tinggi secara homogen dengan cara
mencampur bubuk halus semen Portland dengan bubuk halus slag atau
menggiling bersama antara klinker porland dengan butiran
slag. Activitas slag (Slag Activity) bertambah dengan bertambahnya
ratio CaO + MgO/SiO2 + Al2O3 dan glass content. Tetapi biasanyan
keberadaan ratio oksida dan glass Content tersebut saling berkebalikan.
Beberapa sifat slag semen adalah sabagai berikut :
Jika kehalusannya cukup, mempunyai kekuatan tekan yang sama
dengan semen portland.
Betonnya lebih stabil dari pada beton semen Portland
Mempunyai permebility yang rendah
c. Semen Mosonry
Semen masonry pertama kali diperkenalkan di USA, kemudian
berkembang kebeberapa negara.Secara tradisional plesteran untuk
bangunan umumnya menggunakan kapur padam, kemudian meningkat
dengan dipakainya semen portland yang dicampur dengan kapur padam.
Namun karena dianggap kurang praktis maka diperkanalkan Semen
Masonry. Semen ini lebih tepat digunakan untuk konstruksi perumahan
gedung, jalan dan irigasi yang struktur betonnya maksimal K 225. Dapat
juga digunakan untuk bahan baku pembuatan genteng beton, paving
block, hollow brick, tegel dan bahan bangunan lainnya.
d. Semen Portland Campur (SPC)
7. Tugas Konstruksi Beton
7
Debora Elluisa Manurung Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Suatu bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama-sama dari
terak semen portland dan gips dengan satu atau lebih bahan anorganik
yang bersifat tidak bereaksi (inert).
e. Portland Composite Cement (PCC)
Semen memnuhi persyratan mutu portland Composite Cement SNI 15-
7064-2004. Digunakan untuk bangunan-bangunan pada umumnya, sama
dengan penggunaan Semen Portland Tipe I dengan kuat tekan yang sama.
PCC mempunyai panas hidrasi yang lebih rendah selama proses
pendinginan dibandingkan dengan Semen Portland Tipe I, sehingga
pengerjaannya akan lebih mudah dan menghasilkan permukaan
beton/plester yang lebih rapat dan lebih halus. Dapat digunakan secara
luas untuk konstruksi umum pada semua beton. Struktur bangunan
bertingkat, struktur jembatan, struktur jalan beton, bahan bangunan,
beton pra tekan dan pra cetak, pasangan bata, Plesteran dan acian, panel
beton, paving block, hollow brick, batako, genteng, potongan ubin, lebih
mudah dikerjakan, suhu beton lebih rendah sehingga tidak mudah retak,
lebih tahan terhadap sulfat, lebih kedap air dan permukaan acian lebih
halus.
4. Water Proofed Cement
Water proofed cement adalah campuran yang homogen antara semen Portland
dengan “Water proofing agent”, dalam jumlah yang kecil seperti: Calcium,
Aluminium, atau logam stearat lainnya. Semen ini banyak dipakai untuk konstruksi
beton yang berfungsi menahan tekanan hidrostatis, misalnya tangki penyimpanan
cairan kimia.
5. High Alumina Cement
High Alumina Cement dapat menghasilkan beton dengan kecepatan
pengerasan yang cepat dan tahan terhadap serangan sulfat asam, akan tetapi tidak
tahan terhadap serangan alkali. Semen tahan api juga dibuat dari High Alumina
8. Tugas Konstruksi Beton
8
Debora Elluisa Manurung Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Cement. Semen ini juga mempunyai kecepatan pengerasan awal yang lebih baik
dari semen Portland tipe III. Bahan baku semen ini terbuat dari batu kapur dan
bauksit, sedangkan kegunaannya adalah :
Refactory Concrete
Heat resistance concret
Corrosion resistance concret
6. Semen Anti Bakteri
Semen anti bakteri adalah campuran yang homogeny Antara semen Portland
drngan “anti bacterial agent” seperti germicide. Bahan tersebut ditambahkan pada
semen Portland untuk “Self Desinfectant” beton terhadap serangan bakteri dan
jamur yang tumbuh. Sifat-sifat kimia dan fisiknya hamper sama dengan semen
Portland tipe I. Penggunaan semen anti bakteri antara lain yaitu :
Kamar mandi
Kolam-kolam
Lantai industri makanan
Keramik
Bangunan dimana terdapat jamur pathogenic dan bakteri
7. Oil Well Cement Class G-HSR ( High Sulfate Resistance)
Merupakan semen Khusus yang digunakan untuk pembuatan sumur minyak
bumi dan gas alam dengan konstruksi sumur minyak bawah permukaan laut dan
bumi, OWC yang telah diproduksi adalah class G-HSR ( High Sulfat Resistance)
disebut juga sebagai ” BASIC OWC”. Adaptif dapat ditambahkan untuk pemakaian
pada berbagai kedalaman dan temperatur. Oil well cement adalah semen Portland
semen yang dicampur dengan bahan retarder khusus seperti asam borat, casein,
lignin, gula atau organic hidroxid acid. Fungsi dari retarder disini adalah untuk
mengurangi kecepatan pengerasan semen, sehingga adukan dapat dipompakan
kedalam sumur minyak atau gas. Pada kedalaman 1800 sampai dengan 4900 meter
tekanan dan suhu didasar sumur minyak atau adalah tinggi. Karena pengentalan dan
9. Tugas Konstruksi Beton
9
Debora Elluisa Manurung Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
pengerasan semen itu dipercepat oleh kenaikan temperature dan tekanan, maka
semen yang mengental dan mengeras secara normal tidak dapat digunakan pada
pengeboran sumur yang dalam. Semen ini masih dibedakan lagi menjadi beberapa
kelas sesuai dengan API Spesification 10 1986, yaitu:
Kelas A Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830 meter,
apabila sifat-sifat khusus tidak dipersyaratkan.
Kelas B Digunakan untuk sumur sampai kedalaman 1830 meter, apabila
kondisi membutuhkan tahan terhadap sulfat sedang.
Kelas C Digunakan untuk sumur sampai kedalaman 1830 meter, apabila
kondisi membutuhkan sifat kekuatan tekan awal yang tinggi.
Kelas D Digunakan untuk sumur dengan kedalaman 1830-3050 meter,
dengan kondisi suhu dan tekanan yang sedang.
Kelas E Digunakan untuk sumur dengan kedalaman 3050-4270 meter,
dengan kondisi suhu dan tekanan yang tinggi.
Kelas F Digunakan untuk sumur dengan kedalaman 3050-4880 meter,
dengan kondisi suhu dan tekanan yang tinggi.
Kelas G Digunakan untuk cementing mulai surface casing sampai dengan
kedalaman 2440 meter, akan tetapi dengan penambahan
accelerator atau retarder. Dapat digunakan untuk semua range
pemakaian mulai dari A sampai kelas F.
11. Tugas Konstruksi Beton
11
Debora Elluisa Manurung Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Konsumsi dan Ekspor Semen Indonesia dari Tahun
ke Tahun
Tahun Konsumsi Nasional (dalam ton) Ekspor(dalam ton)
1990 13.762.000 2.516.000
1991 15.513.000 1.041.000
1992 15.801.000 2.570.000
1993 17.804.000 1.409.000
1994 21.527.000 536.000
1995 23.979.000 154.000
1996 25.374.000 330.000
1997 27.940.000 801.000
1998 19.243.000 4.420.000
1999 18.769.000 5.108.000
2000 22.290.000 4.903.000
2001 25.530.000 5.750.000
2002 27.180.000 4.183.000
2003 27.528.000 3.073.000
2004 30.069.000 2.946.000
2005 31.433.000 3.289.000
2009 38.400.000
2010 41.500.000* 3.000.000
2011 45.000.000 2.000.000*
12. Tugas Konstruksi Beton
12
Debora Elluisa Manurung Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
2012 48.150.000*
Catatan :
Sumber: Untuk tahun 1991 sampai 2005 dari Departemen Perindustrian,
Direkterat Agro dan Kimia tahun 2006
Keterangan = (*) : Prediksi
Pangsa Pasar Industri Semen Nasional Tahun 2008
13. Tugas Konstruksi Beton
13
Debora Elluisa Manurung Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Produksi Semen di Indonesia
Produksi semen di Indonesia saat ini terus meningkat sehingga Indonesia
telah menguasai pasar semen Asean. Untuk itu para produsen semen di Indonesia
membuat proyeksi peningkatan produksi sampai tahun 2016 berdasarkan data
tahun 2012 dan 2013.