1. pada jumlah kalsit dan dolomit serta material non- karbonat yang terkandung di
dalamnya. Oleh karena itu, jika jumlah kalsit yang terkandung di dalam batuan
karbonat tersebut merupakan yang terbanyak, maka dapat dikatakan batuan
69
tersebut merupakan batugamping.
7.2. Genesa Batugamping
Batugamping dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik,
secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batugamping di alam terjadi
secara organik. Jenis ini berasal dari pengendapan cangkang atau rumah kerang
dan siput. Foraminifera atau ganggang.atau berasal dari kerang binatang koral /
kerang. Untuk batugamping yang terjadi secara mekanik, sebetulnya bahannya
tidak jauh berbeda dengan jenis batugamping yang terjadi secara organik.Yang
membedakannya adalah terjadinya perombakan dari bahan batugamping tersebut
yang kemudian terbawa oleh arus dan biasanya diendapkan tidak jauh dari tempat
semula. Sedangkan yang terjadi secara kimia adalah jenis batugamping yang
terjadi dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam air laut ataupun
air tawar. Mata air mineral dapat pula mengendapkan batugamping. Jenis
batugamping ini terjadi karena peredaran air panas alam yang melarutkan lapisan
batugamping dibawah permukaan, yang kemudian diendapkan dibawah
permukaan bumi. Magnesium, lempung dan pasir merupakan unsur pengotor yang
mengendap bersama-sama pada saat proses pengendapan. Keberadaan pengotor
batugamping memberikan klasifikasi jenis batugamping. Apabila pengotornya
magnesium, maka batugamping tersebut diklasifikasikan sebagai batugamping
dolomitan. Begitu juga apabila pengotornya lempung, maka batugamping tersebut
diklasifikasikan sebagai batugamping lempungan, dan batugamping pasiran
2. apabila pengotornya pasir. Persentase unsur - unsur pengotor sangat berpengaruh
terhadap warna batu kapur tersebut, yaitu mulai dari warna putih susu, abu-abu
muda, abu-abu tua, coklat, bahkan hitam. Warna kemerah-merahan misalnya,
biasanya disebabkan oleh adanya unsur mangan, sedangkan kehitam-hitaman
disebabkan oleh adanya unsur organik. Batugamping dapat bersifat keras dan
padat, tetapi dapat pula kebalikannya. Selain yang pejal di jumpai juga yag poros.
Batugamping yang mengalami metamorfosa akan berubah penampakannya
maupun sifat-sifatnya. Hal ini terjadi karena pengaruh tekanan maupun panas,
sehingga batugamping tersebut menjadi berhablur, seperti yang dijumpai pada
marmer. Selain itu, air tanah juga sangat berpengaruh terhadap penghabluran
kembali pada permukaan batugamping, sehingga terbentuk hablur kalsit.
Dibeberapa daerah endapan batu batugamping seringkali ditemukan di gua dan
sungai bawah tanah. Hal ini terjadi sebagai akibat reaksi tanah. Air hujan yang
mengandung CO3 dari udara maupun dari hasil pembusukan zat-zat organik
dipermukaan, setelah meresap ke dalam tanah dapat melarutkan batugamping
yang dilaluinya. Reaksi kimia dari proses tersebut adalah sebagai berikut :
“CaCO3 + 2 CO2 + H2O Ca (HCO3)2 + CO2 Ca(HCO3)2 larut dalam air,
sehingga lambat laun terjadi rongga di dalam tubuh batugamping tersebut. Secara
geologi batugamping erat hubungannya dengan dolomit. Karena pengaruh
pelindian atau peresapan unsur magnesium dari air laut ke dalam batu kapur,
maka batugamping tersebut dapat berubah menjadi dolomitan atau jadi dolomit.
Kadar dolomit atau MgO dalam batu kapur yang berbeda akan memberikan
klasifikasi yang berlainan pula pada jenis batugamping tersebut.
70
3. 7.3. Lingkungan Pengendapan Batugamping
Batugamping termasuk batuan sedimen, batuan sedimen sering pula
disebut dengan batuan endapan. Batuan ini berwarna putih, kelabu, atau warna
lain terdiri dari kalsium karbonat. Batuan gamping ini pada dasrnya berasal dari
sisa-sisa organisme laut seperti kerang, siput laut, radiolarit, tumbuhan/ binatang
karang (koral), dan sebagian yang telah mati. Berdasarkan hal tersebut, maka
batuan gamping adalah batuan sedimen yang berbasis dari laut. Karena hal itu,
batuan gamping berdasarkan tenaga alam yang mengangkutnya dan tempat batuan
gamping itu di endapkan termaksut klasifikasi batuan sedimen marin. Berdasarkan
proses pengendapannya, batugamping radiolarit dan batu karang merupakan
batuan sedimen organik. Di samping hal tersebut, batuan gamping termasuk di
dalamnya stalaktit dan stalakmit yang banyak dijumpain di gua-gua gamping.
Menurut prosese pengendapannya juga termasuk batuan sedimen kimiawi.
71
7.4. Manfaat Batugamping
Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang
semakin berkembang berkaitan dengan bidang industri, maka kebutuhan akan
batugamping sebagai salah satu bahan galian industri juga semakin meningkat
baik sebagai bahan bangunan, bahan baku industri maupun sebagai bahan
pelengkap atau penunjang suatu industri. Berikut beberapa manfaat batugamping:
7.4.1. Industri Bata Silika
Pembuatan bata silika, batugamping yang diperlukan adalah dengan kadar
CaO minimum 90 %, MgO maksimum 4,5 %, Fe2O3 + Al2O3 maksimum 1,5 %
dan CO2 maksimum 5 %.
4. 72
7.4.2. Industri Kaca
Industri kaca batugamping digunakan sebagai bahan tambahan. Jenis batu
kapur yang digunakan adalah jenis batu kapur dan dolomit yang mempunyai
komposisi, SiO2 0,96 %, Fe2O3 0,04 %, Al2O3 0,14 %, MgO 0,15 %, CaO 55,8 %.
7.4.3. Industri Semen
Industri semen batugamping merupakan bahan baku utama. Untuk satu ton
semen diperlukan tidak kurang dari 1 ton batugamping. Syarat – syarat harus
dipenuhi dalam pembuatan semen adalah kadar CaO 50 – 55 %, MgO maksimum
2 %, kekentalan luluhan 3200 centipoise (40 % H2O), Fe2O3 2,47 % dan Al2O3
0,95 %.
7.4.4. Pembuatan Karbid
Bahan utama pembuatan karbid adalah kapur tohor 60 %, lainnya adalah
kokas 40 %. Kapur tohor yang cocok untuk pembuatan karbid ini adalah dengan
spesifikasi total CaO minimum 92 %, MgO maksimum 1,75 %, SiO2 maksimum 2
%, Fe2O3 + Al2O3 maksimum 1 %, Fe2O3 tidak lebih dari 5 %, S maksimum 0,2 %
dan P maksimum 0,02 %.
7.4.5. Peleburan dan Pemurnian Baja
Batugamping berfungsi sebagai imbuh pada tanur tinggi. Untuk itu
batugamping yang diperlukan harus mempunyai kadar CaO yang tinggi, dan
batuan tersebut harus sarang dan keras. Syarat- syarat umum yang harus dipenuhi
antara lain, untuk batugaming CaO minimum 52 %, SiO2 maksimum 4 %, Al2O3
+ Fe2O3 maksimum 3 %, MgO maksimum 3,5 %, Fe2O3 maksimum 0,65 % dan P
maksimum 0,1 %. Untuk dolomit MgO 17 % - 19 %, SiO2 maksimum 6 % dan
Al2O3 + Fe2O3 maksimum 3 %.
5. 7.4.6. Bahan Pemutih dalam Industri Kertas, Pulp, dan Karet
Batugamping yang diperlukan ialah yang mempunyai hablur murni
(hampir CaCO3) yang digerus sangat halus. Biasanya berasal dari jenis
batugamping yang lunak, berwarna putih, terutama yang terdiri dari cangkang –
cangkang kerang dan jasad – jasad renik yang terdiri darikapur / CaCO3 sebagai
hasil sampingan pembuatan basic magnesisum karbonat dari dolomit.
Batugamping yang cocok untuk bahan pemutih adalah dengan kadar
CaCO3 98 %, kehalusan 325 mesh, mempunyai daya serap terhadap minyak,
warna putih dan Ph 7,8. Bahan pemutih ini dipakai dalam industri kertas untuk
pemutih pulp, pengisi, pelapis, dan pengkilap.
73
7.4.7. Pembuatan Soda Abu
Pembuatan soda abu menggunakan metode solvay yaitu dengan
menggunakan bahan-bahan antara lain : batu gamping, garam, kokas, batu bara,
ammonia losses, karbon dioksida, sodium sulfida dan air pendingin. Untuk
pembuatan 1 ton soda abu di perlukan batugamping 1 – 1,25 ton, persyaratan yang
harus dipenuhi antaralain CaCO3 90 – 99 %, MgCO3 0,6 % dan FeO3 + Al2O3 +
SiO2 0,3 %.
7.4.8. Industri Gula
Industri gula, batugamping digunakan dalam proses penjernihan nira tebu
dan menaikkan pH nira. Batugamping yang di butuhkan untuk 1000 kw tebu
adalah sekitar 150 kg. Persyaratan yang di butuhkan adalah batugamping dengan
kadar H2O 0,2 %, HCL 0,2 %, SiO2 0,1%, Al2O3 0,1 %, CaO 55 %, MgO 0,4 %,
CO2 43,6 %.
6. 74
7.4.9. Bahan Bagunan
Batugamping yang digunakan sebagai bahan bagunan berfungsi sebagai
campuran dalam adukan pasangan bata/plester, pembuatan semen trass atau
semen merah. Umumnya batugamping yang digunakan adalah gamping kalsium.
Syarat yang harus dipenuhi untuk bahan bagunan ini adalah : (CaO + MgO)
minimum 95 %, (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3) maksimum 5 %, CO2 maksimum 3 %
dan 70 % lolos ayakan 0,85 mm.
7.4.10. Bahan Penstabilan Jalan
Batugamping yang digunakan sebagai fondasi jalan raya, termasuk rawa –
rawa yang dilaluinya, berfungsi untuk menguragi penyusutan plastisitas dan
pemuaian fondasi jalan raya tersebut. Reaksi yang terjadi diperkirakan sama
dengan pembentukan semen tras, sedangkan jumlah pemakaian gamping
padamnya sekitar 1 – 6 %, sesuai dengan keadaan tanah dan konstruksi jalan yang
akan dibuat. Untuk keperluan ini batugamping yang digunakan diharapkan
berkadar belerang rendah.
7.4.11. Pertanian
Kesuburan tanah akan lebih baik apabila keasamannya diturunkan melalui
pengapuran. Untuk setiap jenis tanaman memerlukan tingkat keasaman yang
berbeda; untuk kacang-kacangan, gandum, dan kentang masing-masing
memerlukan tingkat keasaman antara 6 – 7; 5.75 – 7.5; dan 5 – 6.45. Batugamping
yang digunakan dalam pertanian, dapat berupa serbuk yang ditaburkan atau
gamping tohor. Untuk serbuk batugamping diharapkan mempunyai kadar MgCO3
maksimum 100 % dan ukuran butiran lebih kecildari 5 mm dengan 95 %
didalamnya berukuran kurang dari 3 mm. pengapuran dapat memberikan beberapa
7. keuntungan. Dengan menurunkan keasaman tanah, pengapuran memungkinkan
nutrient lain lepas dari pupuk. Tingkat keasaman yang rendah juga memperbaiki
peningkatan mikrobiologi alam dari tanah melalui penghancuran bahan organik
(penggemburan tanah). Gamping pada tanah liat (clay) dapat memperbaiki
struktur fisik, sehingga dapat membantu pertumbuhan akar. Gamping juga
memberikan kontribusi kalsium terdapat tanaman tingkat magnesiumnya rendah/
75
hilang akibat erosi.
7.4.12. Penjernihan Air
Dalam penjernihan air, gamping umumnya digunakan bersama soda abu
dalam proses kapur soda. Disini gamping berfungsi untuk menghilangkan
biokarbonat sebagai penyebaba kekeruhan sementara pada air. Air kotor yang
banyak mengandung bakteri akan menjadi bersih dalam waktu 24 – 48 jam,
apabila dibubuhi gamping yang cukup banyak. Demikian juga dengan air keruh
akan menjadi jernih, sedangkan air yang mengandung CO2 dinetralkan. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindarkan terbawanya karat pada pipa yang disalurkan
kepada konsumen.
7.4.13. Manfaat lainnya
Batugamping juga bermanfaat dalam penjernihan air, proses pengendapan
biji logam non- ferrous, bahan campuran pasta gigi, industri pestisida dan lain
sebagainya.
7.5. Potensi Batugamping Travertin di Daerah Penelitian.
Pada daerah penelitian, potensi penyebaran batugamping travertin
dilakukan dengan memperhatikan sifat fisik, analisa kadar unsur kimia dan
potensi batugamping travertin yang ada sangat prospek untuk di lakukan
8. penelitian lanjutan ketahap yang lebih detail. Data – data lapangan yang dimaksud
76
diantaranya adalah:
7.5.1. Sifat Fisik Batugamping Travertin di Daerah Penelitian
Sifat fisik berdasarkan dari analisa petrologi terhadap contoh batugamping
travertin maupun melalui hasil pengamatan langsung dilapangan secara kasatmata
dan analisa laboratorium petrografi terhadap singkapan batugamping travertin
yang dijumpain pada daerah penelitian, maka Penulis berkesimpulan bahwa
batugamping travertin yang ada pada Daerah Penen dan Sekitarnya Kecamatan
Sibiru - biru Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara memiliki sifat
sebagai berikut :
- Warna segar : Putih
- Warna lapuk : Kuning kecoklatan
- Tekstur : Nonklastik
- Komposisi mineral : Kalsit
Di lapangan penyebaran batugamping travertin ini secara umum ditandai
dengan morfologi landai, dan terbentuk dalam gua batugamping dan di daerah air
panas hasil dari proses kimia. Hal ini menunjukkan adanya kemungkinan mereka
berada dalam sistem perguaan yang sama, dan hampir semuanya berada pada
areal perkebunan penduduk yang ditanami kelapa, dan tanaman liar. Dari Kota
Medan, Desa Penen dapat ditempuh sekitar 1,5 jam dengan kendaraan pribadi,
Jalannya cukup mulus dengan panorama sawah dan hutan di kiri dan kanan. Gua-gua
di Penen memiliki lorong yang tidak begitu panjang dan sempit, di dalamnya
di jumpai stalagmit dan stalagtit. Masing-masing gua memiliki karakteristik
tersendiri dengan satu batuan yang sama.
9. Dari hasil analisa petrografi berkesimpulan bahwa batugamping travertin
yang ada pada Daerah Penen dan Sekitarnya Kecamatan Sibiru - biru Kabupaten
Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara memiliki sifat sebagai berikut :
77
- Warna segar : Putih
- Warna lapuk : Kecoklat - coklatan
- Ukuran butir : 0.05 – 0.5 mm
- Tekstur : Nonklastik
- Komposisi mineral : Kalsit
Berdasarkan ciri fisik litologinya yang tersusun oleh kalsit, berwarna,
interferensi putih, kelimpahan 27%, penyebaran merata. Lumpur karbonat
(mikrit), berwarna coklat, warna interferensi coklat kekuning-kuningan, ukuran
butir <0.03 mm, kelimpahan 65.2%, penyebaran merata. Semen kalsit (Sparit),
pada nikol sejajar berwarna coklat kehitaman dan nikol bersilang berwarna abu –
abu, ukuran <0,03mm, kelimpahan 7.8%, penyebaran kurang merata.
7.5.2. Sifat Kimia Pada Batugamping Travertin di Daerah Penelitian
Sifat kimia berdasarkan dari analisa laboratorium pengujian balai riset dan
standardisasi industri medan. Hasil uji kandungan kadar unsur kimia terhadap
batugamping travertin yang ada pada Daerah Penen dan Sekitarnya Kecamatan
Sibiru – biru Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara sebagai berikut :
10. Tabel 7.1. Hasil analisis unsur kimia pada batugamping travertin
78
Lokasi/no. contoh : LP. 57
Daerah : Penen
NO PARAMETER SATUAN HASIL METODE
1 Kadar abu % b/b 4,83 Titrimetri
2 MgO % 2,16 Gravimetri
3 CaCO3 % 89,9 Perhitungan
4 Al2O3 % 0,46 Perhitungan
5 Fe2O3 % 0,41 Perhitungan
Keterangan :
% b/b = Persen Berat
% = Persen
Foto 7.1. Pengambilan sampel untuk analisa unsur kimia pada batugamping
travertin, LP 57, Titik koordinat : 03º 18´ 10´´ LU dan 98º 38´ 50´´ BT
11. Dari hasil analisa batugamping travertin diperoleh : kadar abu = 4,83 %
b/b, MgO = 2,16 %, CaCO3 = 89,9%, Al2O3 = 0,46 %, Fe2O3 = 0,41 %.
Berdasarkan dari hasil analisa kimia kadar unsur CaCO3 memiliki jumlah kadar
yang tinggi yaitu 89,9%. Maka dalam batugamping tersebut berkualitas cukup
79
baik.
7.5.3. Cadangan Batugamping Travertin Daerah Penelitian
Karena peralatan yang digunakan untuk pemetaan sangatlah sederhana
maka cadangan batugamping yang di perkirakan hanya yang tersingkap di
permukaan. Sehingga untuk menghitung cadangan hanya di dasarkan pada
batugamping yang terlihat di permukaan. Untuk menghitung ketebalan rata – rata
dari endapan didasarkan pada perbedaan nilai kontur yang terdapat pada peta
penyebaran batugamping tersebut. Dalam hal ini setiap kontur pada peta
penyebaran batugamping dianggap mewakili ketebalan perlapisan batugamping
tersebut.
Besar cadangan batugamping di hitung berdasarkan metode “Conventional
Methods” ( Contantions c.popoff, 1965 ). Peneliti mencoba menggunakan Metode
isolen (kontur) dengan penampang vertikal dimana cadangan yang dihitung hanya
singkapan yang dipermukaan saja dengan menggunakan peta topografi skala 1 :
25.000.
Untuk memudahkan perhitungan cadangan maka sebaran batugamping
dibagi menjadi beberapa blok dengan interval kontur tertentu. Luas endapan
batugamping dari tiap penampang dihitung dan akhirnya didapatkan volume
dengan mengalikan interval kontur. Dalam penampang ini ditarik garis lurus
12. mengenai dari titik batas yang telah ditentukan dan mengikuti arah persebaran
80
endapan batugamping tersebut.
퐋 =
퐋ퟏ + 퐋ퟐ
ퟐ
h ……………………………………… ( 7.1 )
Dimana :
L = Luas masing - masing blok (m²)
L1, L2 = Panjang penampang endapan (m)
h = Jarak antara kedua penampang ( m )
퐯 = 퐋 × 퐈 ………………………………………………. ( 7.2)
Dimana :
V = Volume cadangan (m³)
I = Interval kontur (m)
L = Luas masing - masing blok (m²)
Contoh perhitungan :
Luas penampang endapan A - A’ = 225 m, dan luas penampang endapan
B - B’ = 450 m, sedangkan jarak yang memisahkan kedua penampang = 125 m,
dengan interval kontur 12,5 m
maka :
L1 (Panjang penampang endapan) A – A’ = 0,9 x skala peta
= 0,9 x 250 m
= 225 m
13. L2 (Panjang penampang endapan) B – B’ = 1,8 x skala peta
81
= 1,8 x 250 m
= 450 m
h = 0,5 x skala peta
= 0.5 x 250 m
= 125 m
- Luas masing – masing blok = 225 푚+450 푚
2
× 125 m = 42.187,5 푚2
- Volume cadangan = L x I (interval kontur)
= 42.187,5 m² x 12,5 m
= 527.343,7 m³
Berdasarkan perhitungan seperti diatas maka secara keseluruhan dapat
dilihat di lampiran. Maka diperoleh besar cadangan batugamping travertin yang
terdapat pada daerah penelitian adalah sebesar 103.398.437 m³ dengan jumlah
tonnase sebesar 268.835.936 ton.
Jadi berdasarkan dari segi cadangan batugamping dengan ciri gamping
travertin yang terdapat pada daerah penelitian dan kegunaan batugamping maka
endapan tersebut cukup berpotensi untuk dikembangkan. Agar besar cadangan
yang berada dibawah permukaan dapat diketahui maka perlu dilakukan
penyelidikan lebih detail.