Ceramah Antidadah SEMPENA MINGGU ANTIDADAH DI PERINGKAT SEKOLAH
Modul 2
1. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
MODUL 2
AGREGAT UNTUK BETON
Kegiatan Belajar 1:
1. Jenis-jenis Agregat Untuk Beton
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah akhir pelajaran diharapkan siswa: mampu menjelaskan jenis-jenis
agregat untukbeton
1.1. Pendahuluan
Agregat menempati volume terbesar dalam adukan beton. Agregat di
dalam beton memiliki fungsi sebagai berikut :
· Sebagai bahan pengisi
· Menentukan kekuatan aduk beton
· Membuat beton/adukan stabil terhadap pengaruh luar dan cuaca,
memperendah sifat susut dan muai.
· Memperkecil pemakaian perekat.
Jenis agregat untuk beton dikelompokan sebagai berikut :
· Jenis agregat berdasarkan berat volume beton
· Jenis agregat berdasarkan bentuk
· Jenis agregat berdasarkan tekstur permukaan
· Jenis agregat berdasarkan ukuran butir nominal
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 10
2. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
· Jenis agregat berdasarkan gradasi
1.2. Jenis Agregat Berdasarkan Berat Volume Beton :
1. Agregat ringan : dipakai untuk pembuatan beton dengan berat
volume kurang dari 1800 kg/m3. Jenis ini dibagi lagi yaitu beton ringan
dengan berat volume kurang dari 1200 kg/m3 dan beton setengah berat
dengan berat volume 1200- 1800 kg/m3.
2. Agregat normal : dipakai untuk adukan beton sehari-hari yang umum
dipakai. Untuk konstruksi bangunan secara umum, berat volumenya
1800 – 2800 kg/m3.
3. Agregat berat : dipakai terutama untuk adukan beton yang
ditekankan pada berat massa beton lebih dari 2800 kg/m3.
1.3. Jenis Agregat Berdasarkan Bentuk:
1. Agregat Bulat. Rongga udara 33%, sehingga ratio luas
permukaannya kecil. Beton yang dihasilkan agregat ini kurang cocok
untuk struktur yang menekankan pada kekuatan atau untuk beton mutu
tinggi, karena ikatan antar agregat kurang kuat.
2. Agregat bulat sebagian atau tidak teratur . Rongga udara lebih
tinggi 35 – 38 %, sehingga membutuhkan lebih banyak pasta semen
agarmudah dikerjakan. Beton yang dihasilkan agregat ini belum cukup
baik untuk struktur yang menekankan pada kekuatan atau untuk beton
mutu tinggi, karena ikatan antar agregat belum cukup baik(masih
kurang kuat).
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 11
3. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
3. Agregat bersudut. Rongga udara lebih tinggi 38 – 40 %. Beton yang
dihasilkan agregat ini cocok untuk struktur yang menekankan pada
kekuatan atau untuk beton mutu tinggi, karena ikatan antar agregat
baik.Agregat ini dapat juga digunkan untuk lapis perkerasan kaku (rigid
pavement).
4. Agregat panjang. Agregat ini panjangnya jauh lebih besar dari
lebarnya.Agregat disebut panjang jika ukuran terbesar lebih 9/5 ukuran
rata-rata. Ukuran rata-rata adalah ukuran ayakan yang meloloskan dan
menahan butir agregat. Agregat ini cenderung berada di rata-rata air
sehingga akan terdapat rongga di bawahnya. Kekuatan tekan dari
beton yang menggunkan agregat ini buruk.
5. Agregat pipih, jika perbandingan tebal agregat terhadap ukuran-ukuran
lebar dan tebalnya lebih kecil. Agregatini tidak baik untuk
campuran beton mutu tinggi.
6. Agregat pipih panjang, yaitu agregat yang mempunyai panjang jauh
lebih besar dari pada lebarnya, sedangkan lebarnya jauh lebih besar
dari tebalnya.
1.4. Jenis Agregat Berdasarkan Tekstur Permukaan
.1 Agregat licin/halus
.2 Berbutir (granular)
.3 Kasar
.4 Kristalin (cristalline)
.5 Berbentuk sarang lebah (honeycombs)
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 12
4. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
1.5. Jenis Agregat Berdasarkan Ukuran Butir Nominal
.1 Agregat halus, agregat yang semua ukuran butirnya menembus
ayakan 4,8 mm (SII.0052, 1980), atau4,75 mm (ASTM C33, 1995) atau
5 mm (BS.812, 1976).
.2 Agregat kasar ialah agregat yang semua butirnya tertinggal di atas
ayakan 4,8 mm (SII.0052, 1980), atau4,75 mm (ASTM C33, 1995) atau
5 mm (BS.812, 1976).
1.6. Jenis Agregat Berdasarkan Gradasi
1. Gradasi sela (gap gradation), jiuka salah satu atau lebih ukuran butir
atau fraksi pada satu set ayakan tidak ada.
2. Gradasi menerus, jika agregat yang semua ukuran butirnya ada dan
terdistribusi dengan baik.
3. Gradasi seragam, jika agregat mempunyai ukuran yang sama atau
seragam.
Hal-hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan penggunaan agregat
dalam beton (Landgren, 1994) :
1. Volume udara, udara yang terdapat dalam campuran beton akan
mempengaruhi proses pembuatan beton terutama setelah terbentuknya
pasta semen.
2. Volume padat, kepadatan volume agregat akan mempengaruhi berat isi
dari beton jadi.
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 13
5. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
3. Berat jenis agregat, akan mempengaruhi proporsi campuran dalam
berat sebagai kontrol.
4. Penyerapan, berpengaruh pada berat jenis
5. Kadar air permukaan agregat, berpengaruh pada penggunaan air saat
pencampuran.
R A N G K U M A N
Agregat di dalam beton memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Sebagai bahan pengisi
2. Menentukan kekuatan aduk beton
3. Membuat beton/adukan stabil terhadap pengaruh luar dan cuaca,
memperendah sifat susut dan muai.
4. Memperkecil pemakaian perekat (semen)
Jenis agregat untuk beton dikelompokan sebagai berikut :
1. Jenis agregat berdasarkan berat volume beton
2. Jenis agregat berdasarkan bentuk
3. Jenis agregat berdasarkan tekstur permukaan
4. Jenis agregat berdasarkan ukuran butir nominal
5. Jenis agregat berdasarkan gradasi
S O A L L A T I H A N
1. Jelaskan jenis agregat berdasarkan :
a. beratnya
b. bentuknya
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 14
6. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
c. tekstur permukaannya
d. ukuran nominalnya
e. gradasi ayakannya
2. Berdasarkan bentuk, tekstur permukaannya, ukuran nominal dan
gradasinya, agregat yang bagaimana yang baik digunakan untuk
campuran beton?
Sumber Pustaka
ASTM, 1995, Concrete and Agregat , Annual Book of ASTM Standard,
Vol 04.02, Philadelphia.
British Standard Institutions, 1982, Method for sampling and Testing
of Material aggregates, sands and fillers , BS 812:Part1-4, England.
Landgren,Robert ,1978, Unit weight, specific gravity, absorpsion,
and surface moisture, significance of test and properties of
concrete and concrete materials , ASTM STP 169C, Philadelphia.
Tri Mulyono, 2004, Teknologi Beton, Penerbit Andi, Yogyakarta
Kegiatan Belajar 2:
2. Sifat –sifat Agregat Untuk Beton
Tujuan Instruksional Khusus
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 15
7. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Setelah akhir pelajaran diharapkan siswa, mampu menjelaskan sifat-sifat
agregat yang digunakan untuk beton
Sifat-sifat agregat dalam campuran beton yang perlu diketahui adalah
sebagai berikut :
1. Serapan air dan kadar air agregat
2. Berat jenis dan daya serap agregat
3. Gradasi agregat
4. Modulus halus butir
5. Ketahanan kimia
6. Kekekalan
7. Perubahan volume
8. Karakteristik panas
9. Bahan-bahan lain yang mengganggu
2.1. Serapan Air dan Kadar Air Agregat
2.1.1 Serapan Air
Serapan air dihitung dari banyaknya air yang mampu diserap oleh agregat
pada kondisi jenuh permukaan kering (JPK) atau saturated surface dry
(SSD), kondisi ini merupakan:
1. Keadaan kebasahan agregat yang hampir sama dengan agregat dalam
beton, sehingga agregat tidak akan menambah maupun mengurangi air
dari pastanya.
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 16
8. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
2. Kadar air dilapangan lebih banyak mendekati kondisi SSD daripada
kondisi kering oven.
Resapan efektif dinyatakan dengan banyaknya jumlah air yang diperlukan
agregat dalam kondisi kering udara (WKU) menjadi SSD (WSSD), dinyatakan
dengan rumusan sebagai berikut :
x100%
R W W
SSD KU
W
SSD
ef
-
=
Resapan efektif (Ref) dipakai untuk menghitung berat air yang akan diserap
(Wsr) oleh agregat (Wag) dalam adukan beton, yaitu dengan rumus :
Wsr = Ref . Wag
Sehingga kelebihan air dalam campuran beton yang merupakan kontribusi
dari agregat dapat dihitung dengan rumus :
x100%
W W
BSH SSD
W
A
SSD
kel
-
=
Air kelebihan ini dipakai untuk menghitung berat tambahan (Wtam) terhadap
campuran adukan beton, yaitu :
Wtam = Akel . Wag
Kelebihan (Wagr) dan berat pada kondisi SSD (WSSD) dapat digunakan untuk
menghitung banyaknya kandungan air (Kair) dalam agregat yang dinyatakan
dengan rumus :
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 17
9. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
x100%
W W
Agr SSD
W
K
SSD
air
-
=
2.1.2 Kadar Air
Kadar air adalah banyaknya air yang terkandung dalam suatu agregat.
Kadar air dapat dibedakan dalam empat jenis :
1. Kadar air kering oven, yaitu keadaan yang benar-benar tidak berair
2. Kadar air kering udara, yaitu kondisi agregat yang permukaannya
kering tetapi sedikit mengandung air dalam porinya dan masih dapat
menyerap air.
3. Jenuh Kering Permukaan (JKP), yaitu keadaan dimana tidak ada air di
permukaan agregat, tetapi agregat tersebut masih mampu menyerap
air. Pada kondisi ini, air dalam agregat tidak akan menambah atau
mengurangi air pada campuran beton.
4. Kondisi basah, yaitu kondisi dimana butir-butir agregat banyak
mengandung air, sehingga akan menyebabkan penambahan kadar air
campuran beton.
Dari keempat kondisi ini, hanya dua kondisi yang sering dipakai yaitu
kondisi kering oven dan kondisi SSD. Kadar air biasanya dinayatan dalam
prosen dan dapat dihitung sebagai berikut :
KA W W -
1 2 x
W
100%
2
=
dimana :
W1 = Berat agregat basah (gram)
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 18
10. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
W2 = Berat agregat kering oven
KA = Kadar air, biasanya juga dilambangkan dengan simbol : w
2.2. Berat Jenis dan Daya Serap Agregat
Berat jenis digunakan untuk menetukan volume yang diisi oleh agregat.
Berat jenis dari agregat pada akhirnya akan menentukan berat jenis dari
beton sehingga secara langsung menentukan banyaknya campuran
agregat dalam campuran beton. Hubungan antara berat jenis dengan daya
serap adalah jika semakin tinggi nilai berat jenis agregat maka semakin
kecil daya serap air agregat tersebut.
2.3. Gradasi Agregat
Untuk mendapat campuran beton yang baik, kadang-kadang kita harus
mencampur beberapa jenis agregat. Dalam pekerjaan beton yang banyak
dipakai adalah agregat normal dengan gradasi yang harus memenuhi
syarat standar, namun untuk keperluan yang khusus sering dipakai agregat
ringan ataupun agregat berat.
2.4. Modulus Halus Butir
Modulus halus butir (finnes modulus) atau biasa disingkat dengan MHB
ialah suatu indek yang dipakai untuk mengukur kehalusan atau kekasaran
butir-butir agregat (Abrams, 1918). MHB didefinisikan sebagai jumlah
persen komulatif dari butir agregat yang tertinggal diatas satu set ayakan
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 19
11. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
(38, 19, 9, 6, 4.8, 2.4, 1.2, 0.6, 0.3, 0.15 mm), kemudian nilai tersebut
dibagi dengan seratus (Ilsley, 1942:232)
Makin besar nilai MHB suatu agregat maka semakin besar butiran
agregatnya. Umumnya agregat halus mempunyai MHB sekitar 1.50 – 3.8
dan kerikil mempunyai MHB 5 – 8. Nilai ini juga dapat dipakai sebagai
dasar untuk mencari perbandingan dari campuran agregat. Untuk agregat
campuran nilai MHB yang biasa dipakai berkisar sekitar 5.0 – 6.0.
Hubungan ketiga nilai MHB tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut :
W = (K – C) / (C – P) x 100 %
Dimana :
W : Persentase berat agregat halus (pasir) terhadap berat agregat kasar
(kerikil/batu pecah)
K : Modulus halus butir agregat kasar
P : Modulus halus butir agregat halus
C : Modulus halus butir agregat campuran.
2.5. Ketahanan Kimia
Pada umumnya beton tidak tahan terhadap serangan kimia. Ada
beberapa bahan kimia yang bereaksi dengan beton, tetapi dua bentuk yang
biasa dijumpai menyerang beton adalah alkali dan sulfat.
Bahan-bahan kimia pada dasarnya bereaksi dengan komponen-komponen
tertentu dari pasta semen yang telah mengeras. Oleh karena itu
ketahanan terhadap beton yang telah mengeras sebagian besar tergantung
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 20
12. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
pada jenis semen yang digunakan. Ketahanan terhadap serangan kimia
bertambah dengan bertambahnya kekedapan beton terhadap air.
2.5.1. Ketahanan Alkali
Beberapa jenis agregat dapat bereaksi dengan alkali yang ada dalam
semen dan membentuk gel silika yang suasananya adalah basa. Bila
terjadi hal yang demikian maka agregat tersebut mengembang dan
membengkak yang menyebabkan timbulnya retak-retak serta penguraian
beton yang bersangkutan. Jenis agregat yang mengandung silika reaktif
dapat ditemui dalam batuan seperti cherts, batu kapur yang mengandung
silika dan beberapa jenis batuan vulkanik.
Calsium hidroksida (CaOH) dalam pasta semen yang mengeras
dapat llarut dalam air, terutama jika terdapat carbondiokxida (CO2). Bila
beton dalam masa perawatan dan dilalui air dan menyerapnya, kalsimsium
hidroksida dalam semen berpindah dan hilang tersaring keluar. Peristiwa
ini merugikan beton, karena keawetan beton akan berkurang. Keadaan ini
sering dijumpai di bangunan hidrolik yang terdapat retak-retak, bagian yang
keropos karena terjadi segregasi, siar-siar pelaksanaan yang jelek dan
pori-pori yang dapat dilalui oleh aliran air. Karena beton juga dapat
menyerap ait tanah atau air hujan, maka proses di atas dpat juga terjadi.
Pencegahan paling mudah yaitu dengan membuat beton yang
homogen, padat serta dengan daya serap yang rendah sehingga dapat
mengurangi serangan alkali. Untuk itu pemilihan agregat dan usaha
perawatan untuk mengurangi susut beton akan sangat membentu. Cara
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 21
13. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
lainnya yaitu dengan membubuhkan bahan teras yang halus ke dalam
campuran beton yang bersangkutan. Bahan teras yang halus ini akan
bereaksi dengan unsur-unsur alkali dalam semen pada saat campuran
beton masih dalam keadaan plastis, sehingga akan mengurangi kadar
alkali secara efektif.
2.5.2. Ketahanan Sulfat
Hampir semua larutan sulfat bereaksi dengan calsium hidroxida
Ca(OH)2, dan tricalsium aluminat C3A dari semen yang berhidrasi untuk
membentuk senyawa-senyawa kalsium sulfat dan kalsium sulfoaluminat.
Dalam hal ini, kalsium sulfat dan magnesium sulfat adalah yang paling
reaktif dalam suasana basa, dijumpai secara luas dalam tanah, terutama
tanah lempung (clay), dalam air tanah atau laut. Tidak seperti kalsium
hidroksida, senyawa-senyawa kimia ini tidak larut dalam air. Meski
demikian, volumenya lebih besar dari pada senyawa-senyawanya pasta
semen sebagai bahan induk senyawa-senyawa tersebut.
Bertambahnya volume pada beton yang telah mengeras ini,
memberikan kontribusi yang tidak sedikit bagi kehancuran struktur.
Intensitas serta kecepatan serangan sulfat tergantung pada faktor-faktor
seperti jenis sulfat, konsentrasi serta kandungan senyawa tersebut. Jenis-jenis
sulfat magnesium yang paling kuat serangannya. Konsentrasi sulfat
dinyatakan dalam ukuran beratnya.
2.6. Kekekalan
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 22
14. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Kekekalan agregat diuji dengan menggunakan larutan kimia untuk
memeriksa reaksinya pada agregat. (PB 89, 1990). Agregat harus
memenuhi syarat seperti yang tercantum dalam SII.0052-80 ”Mutu dan
Cara Uji Agregat Beton” untuk beton normal atau memenuhi syarat ASTM
C.33-86 ”Standard Specification for Concrete Aggregates”
Syarat mutu agregat normal :
1. Agegat halus jika diuji dengan larutan garam sulfat (natrium sulfat,
NaSO4), bagian yang hancur maksimum 10% dan jika diuji dengan
magnesium sulfat (MgSO4) bagian yang hancur maksimum 15%.
2. Agregat kasar jika diuji dengan larutan garam sulfat (natrium sulfat,
NaSO4), bagian yang hancur maksimum 12% dan jika diuji dengan
magnesium sulfat (MgSO4) bagian yang hancur maksimum 18%.
2.7. Perubahan Volume
Faktor utama yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan
dalam volume beton adalah kombinasi reaksi kimia antar semen dengan air
seiring dengan mengeringnya beton. Jika agregat mengandung senyawa
kimia yang dapat mengganggu proses hirasi semen, maka beton yang
terbentuk akan mengalami keretakan. ASTM C.330 ”Spesification for
Ligtweight Agregates for Structural Concrete” memberikan keterangan
bahwa susut kering untuk agregat ringan tidak boleh melebihi 0.10%.
2.8. Karakteristik Panas
2.8.1 Koefisien Muai
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 23
15. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Koefisien muai beton bertambah dengan bertambahnya sifat
thermal agregat yang dipakai. Jika koefisiennya besar, maka perubahan
suhu dapat mengakibatkan perbedaan gerakan sehingga dapat
melepaskan lekatan antara agregat dan pasta semen. Jika koefisien muai
antara beton dan agregat berbeda lebih dari 5.4 x 10-6, beton akan retak
jika mengalami proses panas dan dingin atau jika terjadi kebakaran.
Koefesien muai tergantung dari jenis agregatnya. Nilainya berkisar
antara 5.4 x 10-6 sampai 12.6 x 10-6 perderajat celcius dan koefisien muai
pasta semen antara 10.8 x 10-6 sampai 16.2 x 10-6 perderajat celcius
2.8.2 Panas Jenis dan Penghantar Panas
Panas jenis perlu dihitung jika beton digunakan untuk pekerjaan
massa dan juga pekerjaan khusus, seperti isolasi dalam bangunan pabrik.
2.9. Bahan-bahan Lain Yang Mengganggu
Bahan pengganggu menyebabkan terganggunya proses pengikatan
dan pengerasan pada beton. Selain alkali dan sulfat, bahan lain yang
mengganggu pengerjaan beton yang berasal dari agregat adalah sebagai
berikut :
2.9.1 Bahan Padat Yang Menetap
Lempung, tanah liat dan abu batu tidak diijinkan dalam jumlah
banyak. Ada kecenderungan meningkatnya penggunaan air dalam
campuran beton yang bersangkutan, jika terdapat bahan-bahan tersebut.
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 24
16. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Bahan ini tidak dapat menyatu dengan semen, sehingga menghalangi
penggabungan antara semen dan agregat. Pada akhirnya kekuatan tekan
beton akan berkurang karena tidak adanya ikatan antara semen dan
agregat.
2.9.2. Bahan – bahan Organik Dan Humus
Bahan organik mengganggu proses hidrasi. Bahan organik yang
biasa dijumpai terdiri dari daun-daunan yang telah membusuk, humus,
asam dan llainnya. Bahan ini lebih banyak terdapat dalam agregat halus
dari pada agregat kasar terutama yang berasal dari sumber hulu sungai.
Bahan-bahan organik dan humus yang dipergunkan dalam beton
tidak boleh melebihi batas yang disyaratkan.
Tabel 2.1. Syarat bahan-bahan yang mengganggu
Uraian Prosentase maksimum dalam berat
Lempung dan partikel
Butiran halus lolos ayakan no 200 :
- Beton tahan abrasi
- Beton umumnya
Batu bara dan lignit :
- Beton ekspose
- Beton umumnya
3.0
3.0
5.0
0.5
1.0
Contoh soal :
Perhitungan Modulus Halus Butir.
Dari hasil uji agregat kasar dan halus didapat data sebagai berikut :
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 25
17. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Tabel 2.2. Contoh data hasil analisa ayak (saringan)
Lubang
Ayakan (mm)
Berat Tertinggal (gram)
Agregat Kasar
(gram) Agregat Halus (gram)
38 0 0
19 0 0
9.6 640 0
4.8 270 25
2.4 90 45
1.2 0 95
0.6 0 110
0.3 0 140
0.15 0 75
Sisa 0 10
Jumlah 1000 500
Hitunglah Modulus halus butir untuk agregat kasar dan agregat halus dari
data diatas.
Penyelesaian :
Untuk mempermudah perhitungan modulus halus butir agregat,
perhitungan sebaiknya dilakukan dengan tabulasi.
Tabel 2.3. Contoh Hiitungan Modulus Halus Butir Agregat Halus
Lubang
Ayakan (mm)
Berat Tertahan
(gram) (%) Komulatif (%)
38 0 0 0
19 0 0 0
9.6 0 0 0
4.8 25 5 5
2.4 45 9 14
1.2 95 19 33
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 26
18. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
0.6 110 22 55
0.3 140 28 83
0.15 75 15 98
Sisa 10 2 ---
Jumlah 500 100 288
Modulus halus butir = 288 / 100 =2.88
Tabel 2.4. Contoh Hiitungan Modulus Halus Butir Agregat Kasar
Lubang
Ayakan (mm)
Berat Tertahan
(gram) (%) Komulatif (%)
38 0 0 0
19 210 21 21
9.6 510 51 72
4.8 230 23 95
2.4 50 5 100
1.2 0 0 100
0.6 0 0 100
0.3 0 0 100
0.15 0 0 100
Sisa 0 0 ---
Jumlah 1000 100 688
Modulus halus butir = 688 / 100 =6.88
R A N G K U M A N
Sifat-sifat agregat sangat berpengaruh pada mutu campuran beton.
Sifat-sifat agregat dalam campuran beton yang perlu diketahui adalah
sebagai berikut :
1. Serapan air dan kadar air agregat
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 27
19. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
2. Berat jenis dan daya serap agregat
3. Gradasi agregat
4. Modulus halus butir
5. Ketahanan kimia
6. Kekekalan
7. Perubahan volume
8. Karakteristik panas
9. Bahan-bahan lain yang mengganggu
Modulus Halus Butir (MHB) merupakan suatu indeks ukuran kehalusan
atau kekasaran suatu agregat. Makin besar nilai MHB suatu agregat maka
semakin besar butiran agregatnya.
S O A L L A T I H A N
1. Jelaskan sifat dan karakteristik agregat dalam campuran beton!
2. Apa yang dimaksud dengan modulus halus butir, dan bagaimana cara
menghitungnya?
3. Mengapa agregat harus tahan terhadap serangan kimia alkali dan
sulfat?
4. Apa pengaruh karakteristik panas dalam agregat terhadap keawetan
dan kualitas beton ?
5. Mengapa agregat tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat
merusak? Sebutkan dan jelaskan zat yang dapat merusak tersebut!
6. Pengujian agregat menghasilkan data sebagai berikut :
Lubang
Ayakan (mm)
Berat Tertinggal (gram)
Agregat
Kasar
Agregat
Halus A
Agregat
Halus B
38 0 0 0
19 10 0 0
9.6 450 0 10
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 28
20. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
4.8 300 0 20
2.4 140 15 30
1.2 100 10 140
0.6 0 250 100
0.3 0 175 150
0.15 0 35 40
Sisa 0 15 10
Jumlah 1000 500 500
Hitunglah modulus halus butir agregat kasar, agregat halus A dan B?
Sumber Pustaka
ASTM, 1995, Concrete and Agregat , Annual Book of ASTM Standard,
Vol 04.02, Philadelphia.
Brink, RH and Timms, AG, 1978, Weight, Density, Absorption, and
Surface Moisture, Significance of Test and Properties of
Concrete and Concrete-Material, ASTM STP 169B, Philadelphia
Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan PU,
1989, Pedoman Beton 1989, SKBI 1.4.53. Draft Konsensus ,
DPU, Jakarta.
PEDC, 1983, Teknologi Bahan 2 dan 3, PEDC, Bandung.
Tri Mulyono, 2004, Teknologi Beton, Penerbit Andi, Yogyakarta
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 29
21. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Kegiatan Belajar 3:
3. Gradasi Agregat
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah akhir pelajaran diharapkan siswa, mampu menjelaskan susunan
butir untuk agregat yang digunakan untuk beton.
Pengertian Gradasi
Gradasi atau susunan butir adalah distribusi dari ukuran agregat.
Distribusi ini bervariasi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu gradasi sela
(gap grade), gradasi menerus (continous grade) dan gradasi seragam
(uniform grade). Untuk mengetahui gradasi tersebut dilakukan pengujian
melalui analisa ayak sesuai dengan standard dari BS 812, ASTM C-33, C
136, ASHTO T.26 ataupun Standar Nasionalan Indonesia.
Beberapa ukuran saringan yang digunakan untuk mengetahui gradasi
agregat dapat dilihat pada tabel 2. berikut :
Tabel 2.5. Ukuran Saringan Standar Agregat untuk Campuran Beton
STANDAR
ASTM E
US
D ISO
11
STANDAR
D
BRITISH STANDARD
BS – 812 (BS. 410, 1976)
STANDAR
D JERMAN
128 mm
64 mm
100 mm
90 mm
-
-
-
-
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 30
22. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
-
-
-
32 mm
-
16 mm
-
8 mm
4 mm
2 mm
1 mm
500 mm
250 mm
125 mm
62 mm
75 mm
63 mm
50 mm
37.5 mm
25 mm
19 mm
12.5 mm
9.5 mm
4.75 mm
2.36 mm
1.18 mm
600 mm
300 mm
150 mm
75 mm
No. 1”
No. ¾ ”
Np. 3/8”
No. 4
No. 8
No. 30
No. 50
No. 100
No. 200
-
-
-
-
-
-
75 mm
63 mm
50 mm
37.5 mm
28 mm
20 mm
14 mm
10 mm
5.0 mm
2.36 mm
1.18 mm
600 mm
300 mm
150 mm
75 mm
-
63 mm
-
31.5 mm
-
16 mm
-
8 mm
4 mm
2 mm
1 mm
500 mm
250 mm
Pengaruh susunan butir terhadap sifat aduk/beton segar adalah
sebagai berikut :
1. Mempengaruhi sifat mampu dikerjakan (workability)
2. Mempengaruhi sifat kohesif campuran agregat, semen dan air.
3. Mempengaruhi keseragaman/homogenitas adukan sehingga akan
berpengaruh pada cara pengecoran dan pewadahan.
4. Mempengeruhi sifat segregasi (pemisahan butir) atau juga bleding.
5. Mempengaruhi hasill pekerjaan finishing permukaan beton dan adukan
Pengaruh susunan butir terhadap sifat aduk/beton keras adalah
sebagai berikut :
1. Mempengaruhi porositas.
2. Berpengaruh terhadap sifat kedap air.
3. Berpengaruh terhadap kepadatan.
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 31
23. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Susunan butir yang ada diperdagangan atau di alam biasanya tidak
memiliki persyaratan yang dikehendaki, sehingga perlu adanya
penggabungan agregat halus dan kasar untuk mendapatkan susunan butir
tertentu yang sesuai dengan pedoman kurva butir.
Standard Gradasi Agregat Normal
SK.SNI. T-15-1990-3 memberikan syarat-syarat untuk agregat halus
yang diadopsi dari British Standard di Inggris. Agregat halus dikelompokan
dalam 4 daerah (zona) seperti pada tabel 3 berikut :
Tabel 2.6. Batas gradasi Agregat Halus (British Standard)
Lubang
ayakan
(mm)
Persen Berat Butir yang Lewat Ayakan
Zona I Zona II Zona III Zona IV
10
4.8
2.4
1.2
0.6
0.3
0.15
100
90 – 100
60 – 95
30 – 70
15 – 34
5 – 20
0 - 10
100
90 – 100
75 – 100
55 – 90
35 – 59
8 – 30
0 - 10
100
90 – 100
85 – 100
75 – 100
60 – 79
12 – 40
0 - 10
100
95 – 100
95 – 100
90 – 100
80 – 100
15 – 50
0 - 15
Keterangan :
Daerah gradasi I = Pasir Kasar
Daerah gradasi II = Pasir AgakKasar
Daerah gradasi III = Pasir Halus
Daerah gradasi IV = Pasir Agak Halus
Batas gradasi ini sering juga ditampilkan dalam bentuk gambar sbb :
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 32
24. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Gambar 2.1. Daerah Gradasi Pasir Kasar
Gambar 2.2. Daerah Gradasi Pasir Agak Kasar
Gambar 2.3. Daerah Gradasi Pasir Halus
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 33
25. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Gambar 2.4. Daerah Gradasi Pasir Agak Halus
Tabel 2.7. Batas gradasi Agregat Kasar (British Standard)
Lubang
ayakan
(mm)
Persen Butir Lewat Ayakan, Besar Butir Maks
40 mm 20 mm 12.5 mm
40
20
12.5
10
4.8
95 – 100
30 – 70
-
10 – 35
0 - 5
100
95 – 100
-
25 - 55
0 - 10
100
100
90 - 100
40 – 85
0 - 10
Standar Gradasi Agregat Campuran
Gradasi yang baik kadang sangat sulit didapatkan langsung dari
suatu tempat (quarry). Dalam Praktek, biasanya dilakukan pencampuran
agar didapatkan gradasi yang baik antara agregat kasar dengan agregat
halus. SK.SNI T-15-1990-3:21 memberikan batasan gradasi yang diadopsi
dari B.S., seperti pada tabel 5 sampai 8
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 34
26. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Tabel 2.8. Persen Butir yang Lewat Ayakan (%) untuk Agregat dengan
Butir Maksimum 40 mm
Lubang Ayakan (mm) Kurva 1 Kurva 2 Kurva 3 Kurva 4
38
19
9.6
4.8
2.4
1.2
0.6
0.3
0.15
100
50
36
24
18
12
7
3
0
100
59
44
32
25
17
12
7
0
100
67
52
40
31
24
17
11
2
100
75
60
47
38
30
23
15
5
Dalam bentuk grafik disajikan pada gambar 5 berikut :
Gambar 2.5. Gradasi Standar Agregat Campuran - Butiran Maks. 40 mm
Tabel 2.9. Persen Butir yang Lewat Ayakan (%) untuk Agregat dengan
Butir Maksimum 30 mm
Lubang Ayakan (mm) Kurva 1 Kurva 2 Kurva 3
38
19
9.6
4.8
2.4
100
74
47
28
18
100
89
70
52
40
100
93
82
70
57
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 35
27. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
1.2
0.6
0.3
0.15
10
6
4
0
30
21
11
1
46
32
19
4
Dalam bentuk grafik disajikan pada gambar 6 berikut :
Gambar 2.6. Gradasi Standar Agregat Campuran - Butiran Maks. 30 mm
Tabel 2.10. Persen Butir yang Lewat Ayakan (%) untuk Agregat dengan
Butir Maksimum 20 mm
Lubang Ayakan (mm) Kurva 1 Kurva 2 Kurva 3 Kurva 4
38
19
9.6
4.8
2.4
1.2
0.6
0.3
0.15
100
100
45
30
23
16
9
2
0
100
100
55
35
28
21
14
3
0
100
100
65
42
35
28
21
5
0
100
100
75
48
42
34
27
12
2
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 36
28. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Dalam bentuk grafik disajikan pada gambar 7 berikut :
Gambar 2.7. Gradasi Standar Agregat Campuran - Butiran Maks. 20 mm
Tabel 2.11. Persen Butir yang Lewat Ayakan (%) untuk Agregat dengan
Butir Maksimum 10 mm
Lubang Ayakan (mm) Kurva 1 Kurva 2 Kurva 3 Kurva 4
38
19
9.6
4.8
2.4
1.2
0.6
0.3
0.15
100
100
100
30
20
16
12
4
0
100
100
100
45
33
26
19
8
1
100
100
100
60
46
37
28
14
3
100
100
100
75
60
46
34
20
6
Dalam bentuk grafik disajikan pada gambar 8 berikut :
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 37
29. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Gambar 2.8. Gradasi Standar Agregat - Butiran Maksimum 10 mm
Penggabungan Agregat
Yang dimaksud dengan penggabungan agregat adalah pencampuran
agregat halus dan kasar, sehingga menjadi campuran yang homogen dan
mempunyai susunan butir sesuai dengan standar.
Penggabungan agregat dapat dilakukan dengan beberapa cara :
1. Cara coba-coba (trial and error)
2. Cara diagonal
3. Cara grafis
4. Cara analitis
Cara Coba-coba (Trial and Error)
Prinsipnya :
1. Memahami batas gradasi yang disyaratkan.
2. Memasukan data spesifikasi gradasi pada kolom gradasi spesifikasi
limit pada lampiran.
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 38
30. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
3. Memasukan prosentase lolos saringan pada masing-masing jenis
agregat kedalam prosentase passing (lewat)
4. Memasukan spesifikasi ideal pada kolom target value, yaitu nilai salah
satu dari spesifikasi ideal yang disyaratkan.
5. Mengambil slah satu spesifikasi ideal, dengan jenis yang ada dalam hal
ini agregat kasar, sedang dan halus.
Tabel 2.12. Perhitungan Analisa Aggegat Gabungan Cara Trial and Error
Agregat Kasar Sedang Halus
GradationCombined
Persent
Target Value
Specification used
50 30 20
U.S. Sieve
%
Pass
%
Batch
%
Pass
%
Batch
%
Pass
%
Batch
1'' 100 50 100 30 100 20 100 100 100
3/4'' 80.81 40.41 100 30 100 20
90.4
1 90 80 – 100
3/8'' 47.58 23.79 100 30 100 20
73.7
9 70 60 – 80
No. 4 27.45 13.72 79.14 23.74 100 20
57.4
6
56.5
0 48 – 65
No. 8 16.73 8.37 53.87 16.16 87.02 17.40
41.9
3
42.5
0 35 – 50
No. 30 7.79 3.90 26.01 7.80 51.80 10.36
22.0
6
24.5
0 19 – 30
No. 50 5.07 2.54 17.96 5.39 36.18 7.23
15.1
6
18.0
0 13 – 23
No. 100 3.03 1.52 12.50 3.75 24.19 4.84
10.1
1
11.0
0 7- 15
No. 200 1.32 0.66 8.15 2.45 12.28 2.45 5.56 4.50 1 – 8
Cara Diagonal
Prinsip kerjanya :
1. Mengetahui persyaratan gradasi yang diminta
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 39
31. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
2. Dibuat gambar empat persegi panjang, dengan ukuran (10 x 20 ) cm
pada kertas milimeter block.
3. Buat garis diagonal dari sisi kiri bawah ke sisi kanan atas
4. Untuk sisi vertikal (10 cm) adalah merupakan % lolos saringan
5. Dengan melihat ideal spesifikasi, letakan setiap nilai ideal spesifikasi
pada garis tiap – tiap yang diwujutkan berupa titik.
6. Dari tiap-tiap titik pada diagonal tersebut ditarik garis vertikal untuk
tempat menuliskan nomor-nomor saringan.
7. Menggambarkan grafik % lolos saringan dari masing-masing fraksi
batuan (agregat kasar,agregat sedang,agregat halus). Untuk
menentukan % kasar, dapat dilihat dengan jarak yg sama antara grafik
fraksi agregat sedang terhadap garis tepi atas kotak dan jarak anrata
grafik.....
8. Pada kedua jarak itu, tariklah garis vertikal yang memotong garis
diagonal pada satu titik.
9. Dari titik potong tersebut, tariklah garis mendatar ke kanan sampai
memotong garis tepi empat persegi panjang pada bagian sebelah
kanan, sehingga diperoleh titik yang merupakan titik % agregat 2 yang
diperlukan.
10. Buatlah garis potong dengan jarak yang sama antara jarak terhadap
agregat 3 (halus sama dengan jumlah jarak terhadap agregat 1 dan 2)
11. Dari titik potong ini ditarik garis mendatar kesamping kanan, sehingga
diperoleh titik dimana didapatkan % agregat 1, 2, dan 3. Dengan
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 40
32. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
demikian kita telah memperoleh ketiga agregat dalam bentuk % (1, 2,
3)
12. Dari prosentase ini, fraksi-fraksi yang diperoleh dapat dihitung
(..............memenuhi syarat atau spesifikasi yang dipakai).
Tabel 2.13. Tabel Perhitungan agregat gabungan cara diagonal
Agregat Kasar Sedang Halus
GradationCombined
Target Value
Specification
Persent
used
46% 26% 28%
U.S. Sieve
%
Pass
%
Batch
%
Pass
%
Batch
%
Pass
%
Batch
1'' 100 46 100 26 100 28 100 100 100
3/4'' 80.81 37.17 100 26 100 28
91.1
7 90 80 - 100
3/8'' 47.58 21.89 100 26 100 28
75.8
9 70 60 - 80
No. 4 27.45 12.63 79.14 20.57 100 28
61.2
0
56.5
0 48 - 65
No. 8 16.73 7.96 53.87 14.01 87.02 24.37
46.3
4
42.5
0 35 - 50
No. 30 7.79 3.58 26.01 6.76 51.80 14.51
24.8
5
24.5
0 19 - 30
No. 50 5.07 2.33 17.96 4.67 36.18 10.13
17.1
3
18.0
0 13 - 23
No. 100 3.03 1.39 12.50 3.25 24.19 6.77
11.4
1
11.0
0 7- 15
No. 200 1.32 0.61 8.15 2.12 12.28 3.44 6.17 4.50 1 - 8
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 41
35. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Cara Grafis
Prinsip Kerjanya :
1. Buatlah kotak dengan ukuran bujur sangkar (10 x 10 cm) sebanyak dua
buah.
2. Untuk sisi kiri merupakan % agregat kasar.
3. Plot pada garis paling tepi titik-titik dari masing-masing nomer saringan
untuk agregat kasar.
4. Plot pada garis paling tepi untuk agregat sedang.
5. Gabungkan masing-masing titik/nomor saringan yang sama.
6. Pada garis-garis penghubung tersebut ditentukan batas spesifikasi.
7. Tentukan batas maksimum dan minimum yang paling dekat terhadap
garis agregat kasar dan agregat sedang yang paling dekat.
8. Dari batas maksimum dan minimum tersebut ditarik garis vertikal.
9. Tarik garis yang membagi dua daerah maksimum dan minimum
sehingga dari garis ini dapat ditentukan % agregat kasar dan halus.
10. Pada bujur sangkar yang kedua, tarik garis mendatar untuk
memindahkan nomor-nomor saringan.
11. Pada garis sisi kanan sebagai agregat halus, tentukan titik-titik pada
garis tersebut sesuai ukuran saringan.
12. Hubungkan kedua titik pada garis agregat kasar dan agregat sedang
serta agregat halus.
13. Tentukan spesifikasi yang berlaku.
14. Cari harga maksimum dan minimum yang mempunyai jarak terdekat.
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 44
36. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
15. Tarik garis vertikal dari masing-masing titik maksimum dan minimum
tersebut.
16. Tarik garis pembagi dua, sehingga dapat ditentukan prosentase
agregat kasar, agregat sedang dan agregat halus.
Tabel 2.14 Data Perhitungan agregat gabungan cara grafis
No Sieve 1'' 3/4'' 3/8''
No.
4
No.
8
No.
30
No.5
0
No.
100
No.
200
Spilt 100 80.81 47.58
27.4
5
16.7
3 7.79 5.07 3.03 1.32
Screen 100 100 100
79.1
4
53.8
7
26.0
1 17.96 12.5 8.15
Filler 100 100
100.0
0 100
87.0
2 51.8 36.18
24.1
9 12.28
Spec
Limit 100
80-
100 60-80 48-65 35-50 19-30 13-23 7- 15 1 - 8
Ideal
spec 100 90 70.00
56.5
0
42.5
0
24.5
0 18 11
4.5
0
Modul 2 Kegiatan Belajar 3 45
38. PROGRAM KERJASAMA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KERJA (P2K-PLUS)
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
DENGAN
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM
Cara Analitis
Gradasi agregat yang digunakan :
Tabel 2.15. Data Perhitungan Agregat Gabungan Cara Analitis
No Sieve 1'' 3/4'' 3/8'' No. 4 No. 8 No.50
No.
200
Spilt 100 96 45 12.5 6.1 0.5 0.1
Screen - - 100 98.2 85.6 20.4 3.3
Filler - - - - 100 96.2 76.2
Spec
Limit 100 90 - 100 60 - 80 35- 65 20 - 50 3 – 20 2 - 8
Ideal
spec 100 95 70 50 35 11.5 5
Menentukan campuran split, screen dan filler :
· Contoh butiran diatas no 8, sebagian besar diperoleh dari bahan screen
85.6 %
· Dari ideal spesifikasi diperoleh 35 %
· Campuran split dan screen dapat dihitung dengan rumus :
x100%
X = F -
S
F -
C
dimana :
X = % berat agregat Split yang diperlukan dalam campuran
F = % berat agregat Screen yang melewati No. 8
S= % berat agregat Screen yang diperlukan lewat No. 8
C = % berat agregat Split yang melewati No. 8
X = - x
85.6 35 =
100% 63.65%
-
85.6 6.1
Modul 2 Kegiatan Belajar 1 47
39. PROGRAM KERJASAMA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KERJA (P2K-PLUS)
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
DENGAN
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM
Split = 63.65 %
Screen = 36.65 %
Butiran lewat No. 200
- dari split = 63.65 / 100 x 0.1 % = 0.06 %
- dari screen= 36.35 / 100 x 3.3 % = 1.20 %
Jumlah butiran lewat No. 200 = 1.26 %
Dari ideal spec. terdapat butiran lewat No. 200 = 5 %
Kekurangan butiran lewat No. 200 = ( 5 – 1.26)% = 3.74 %
Jadi butiran lewat No. 200 yang diperlukan dalam campuran =
3.74 / 76.2 x 100 % = 4.91 %
Komposisi campuran :
· Split = 63.65 %
· Screen = (36.35 – 4.91 ) % = 31.44 %
· Filler = 4.91 %
R A N G K U M A N
Gradasi atau susunan butir berpengaruh terhadap sifat aduk/beton segar
maupun beton keras.
Modul 2 Kegiatan Belajar 1 48
40. PROGRAM KERJASAMA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KERJA (P2K-PLUS)
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
DENGAN
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM
Pengaruh gradasi terhadap sifat aduk/beton segar adalah mempengaruhi:
workability, sifat kohesif campuran agregat, semen dan air,homogenitas
adukan, segregasi dan bleding, finishing permukaan beton dan adukan.
Pengaruh gradasi terhadap sifat aduk/beton keras adalah sebagai
berikut :mempengaruhi porositas, sifat kedap air dan kepadatan.
Susunan butir yang diperdagangkan atau yang ada di alam, biasanya tidak
memiliki persyaratan yang dikendaki sehingga untuk mendapatkan
campuran beton yang baik, harus dilakukan pencampuran agregat.
Pencampuran agregat dapat dilakukan dengan beberapa cara/metoda
yaitu: cara coba-coba (trial and error), cara diagonal, cara grafis dan cara
analitis
S O A L L A T I H A N
1. Jelaskan bagaimana cara mengetahui gradasi suatu agregat?
2. Sebutkan 4 zona penggolongan agregat halus !
3. Jelaskan apa tujuan ditetapkannya zona standard untuk agregat !
4. Jelaskan pengaruh gradasi terhadap sifat beton, baik beton segar
maupun beton keras !
5. Diketahui data hasil saringan seperti pada tabel dibawah ini.
Lakukan pencampuran agregat dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Komposisi pencampuran agregat =
45 % Agregat kasar + 35 % Agregat A dan 20% Agregat B
b. Specifikasi agregat gabungan berdasarkan standar gradasi agregat
campuran SK.SNI T-15-1990-3:21 untuk besar butir maksimum 20
mm (daerah antara zona kurva 2 dan 3)
Modul 2 Kegiatan Belajar 1 49
41. PROGRAM KERJASAMA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KERJA (P2K-PLUS)
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
DENGAN
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM
Lubang
Ayakan (mm)
Berat Tertinggal (gram)
Agregat
Kasar
Agregat
Halus A
Agregat
Halus B
38 0 0 0
19 10 0 0
9.6 450 0 10
4.8 300 0 20
2.4 140 15 30
1.2 100 10 140
0.6 0 250 100
0.3 0 175 150
0.15 0 35 40
Sisa 0 15 10
Jumlah 1000 500 500
Tentukan komposisi campuran tersebut. Gunakan metoda diagonal dan
analitis.
Sumber Pustaka
ASTM, 1995, Concrete and Agregat , Annual Book of ASTM Standard,
Vol 04.02, Philadelphia.
Brink, RH and Timms, AG, 1978, Weight, Density, Absorption, and
Surface Moisture, Significance of Test and Properties of
Concrete and Concrete-Material, ASTM STP 169B, Philadelphia
Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan PU,
1989, Pedoman Beton 1989, SKBI 1.4.53. Draft Konsensus ,
DPU, Jakarta.
Modul 2 Kegiatan Belajar 1 50
42. PROGRAM KERJASAMA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KERJA (P2K-PLUS)
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
DENGAN
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM
Pusat Pelatihan MBT, 1992, Modul Pelatihan Asisten Teknisi
Laboratorium Pengujian Aspal , MBT, Padalarang.
PEDC, 1983, Teknologi Bahan 1, 2 dan 3, PEDC, Bandung.
Tri Mulyono, 2004, Teknologi Beton, Penerbit Andi, Yogyakarta
Modul 2 Kegiatan Belajar 1 51