SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
Saintek Vol 5, No 1 Tahun 2010
TINJAUAN SIFAT-SIFAT AGREGAT UNTUK CAMPURAN ASPAL PANAS
(STUDI KASUS BEBERAPA QUARRY DI GORONTALO)
Fadly Achmad
Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK
Agregat merupakan komponen utama dari campuran aspal panas (hotmix) yaitu ± 95% dari
total berat campuran. Di Provinsi Gorontalo, terdapat beberapa sumber agregat (quarry) yang
digunakan untuk memproduksi hotmix. Berkaitan dengan hal itu, penulis melakukan
penelitian tentang sifat-sifat fisik agregat yang digunakan pada campuran aspal panas.
Penelitian ini difokuskan pada Quarry Pilolalenga, Quarry Tangkobu dan Quarry
Molintogupo yang masing-masing dikelola oleh perusahaan kontraktor di Provinsi Gorontalo.
Sebagian besar campuran aspal untuk lapis permukaan jalan yang ada di Provinsi Gorontalo
menggunakan agregat yang berasal dari lokasi material di atas. Berdasarkan hasil
pengujian sifat-sifat agregat yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa ggregat yang
berasal dari Quarry Pilolalenga memenuhi spesifikasi Bina Marga 2007. Agregat yang
berasal dari Quarry Molintogupo, agregat halus lolos saringan no. 200 tidak memenuhi
spesifikasi yakni 8,38% > 8 %. Agregat yang berasal dari Quarry Tangkobu, agregat kasar
lolos saringan no. 200 tidak memenuhi spesifikasi yakni 1,30% > 1 %.
Kata-kata Kunci : agregat, gradasi, quarry.
PENDAHULUAN
Lapis permukaan jalan merupakan lapis perkerasan yang menerima langsung beban lalu
lintas. Kekuatan dari campuran untuk lapis permukan jalan sangat tergantung dari agregat
dalam campuran itu sendiri baik agregat kasar maupun agregat halus. Agregat merupakan
komponen utama dari campuran aspal panas (hotmix) yaitu ± 95% dari total berat campuran.
Di Provinsi Gorontalo terdapat beberapa sumber agregat (quarry) yang digunakan untuk
memproduksi hotmix. Berkaitan dengan hal itu, penulis melakukan penelitian tentang sifat-
sifat fisik agregat yang digunakan pada campuran aspal panas. Penelitian ini difokuskan pada
Quarry Pilolalenga, Quarry Tangkobu dan Quarry Molintogupo yang masing-masing
dikelola oleh perusahaan kontraktor di Provinsi Gorontalo. Sebagian besar campuran aspal
untuk lapis permukaan jalan yang ada di Provinsi Gorontalo menggunakan agregat yang
berasal dari lokasi material di atas.
TINJAUAN PUSTAKA
Agregat yang umum dipakai pada campuran aspal panas secara umum
berasal dari batuan. Berdasarkan proses terjadinya batuan ini dibedakan atas batuan beku
(igneous rock), batuan sedimen / endapan (sedimentary rock) dan batuan matamorf / malihan
(metamorphic rock).
1. Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan magma yang berasal dari bawah
permukaan bumi dan membeku di permukaan atau dekat permukaan bumi, contohnya :
granit, basalt, gabro dan lain-lain.
Sifat-sifat teknis batuan beku pada umumnya, adalah :
- Mempunyai karakteristik material yang baik, keras, padat dan berkualitas baik, bila
digunakan sebagai material bangunan.
- Kapasitas dukung tinggi sehingga sangat baik untuk mendukung fondasi bangunan.
2. Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk karena proses pengendapan, proses kimia
dan proses biologi. Umumnya terbentuk dari pecahan-pecahan batuan yang lebih tua,
fragmen-fragmen dipisahkan oleh air atau angin, contohnya : serpih, batupasir,
batugamping dan lain-lain.
Sifat-sifat teknis batuan sedimen pada umumnya, adalah :
- Serpih sering menjadi lunak bila terendam air dalam beberapa hari.
- Jarak kekar umumnya agak besar untuk batupasir.
- Kekuatan batugamping bervariasi dari lunak sampai keras.
3. Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari batuan yang sudah ada sebelumnya.
Batuan metamorf terbentuk akibat metamorfosa dari batuan beku dan sedimen. Perubahan
ini terjadi akibat proses panas dan tekanan tinggi yang terjadi di kerak bumi. Batuan
metamorf mempunyai banyak variasi diantaranya schist, gneiss, slate, phyllite dan
marble.
Sifat-sifat teknis batuan metamorf pada umumnya, adalah :
- Mempunyai karakteristik material yang keras dan kuat dan hamper tidak terpengaruh
oleh perubahan cuaca.
- Kuat geser tergantung dari sambungan-sambungan, lapisan-lapisan dan patahan dalam
batuannya.
- Mengandung lapisan-lapisan lemah di antara lapisan-lapisan yang keras.
Berdasarkan ukuran butirnya, agregat dapat dibedakan atas agregat kasar, agregat halus
dan bahan pengisi (filler).
Menurut The Asphalt Institute dalam Sukirman (2007), agregat dibedakan menjadi :
- Agregat kasar adalah agregat yang tertahan saringan no. 8 (2,36 mm).
- Agregat halus adalah agregat yang lolos saringan no. 8 (2,36 mm).
- Bahan pengisi adalah bagian dari agregat halus yang lolos saringan no. 30 (0,60 mm).
Menurut Bina Marga (2007), agregat dibedakan menjadi :
- Agregat kasar adalah agregat yang tertahan saringan no. 4 (4,75 mm).
- Agregat halus adalah agregat yang lolos saringan no. 4 (4,75 mm).
- Bahan pengisi harus mengandung bahan yang lolos saringan no. 200 (0,075 mm)
tidak kurang dari 75% terhadap beratnya.
Persyaratan Umum
Sebagai bahan campuran aspal panas, Bina Marga (2007) mensyaratkan agregat yang
digunakan harus memenuhi spesifikasi :
Agregat Kasar
- Fraksi agregat kasar untuk rancangan adalah yang tertahan saringan no. 8 (2,36 mm) dan
harus bersih, keras, awet dan bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki dan
memenuhi ketentuan yang diberikan dalam Tabel 1.
- Fraksi agregat kasar harus terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah dan harus disiapkan
dalam ukuran nominal tunggal. Ukuran maksimum (maximum size) agregat adalah satu
saringan yang lebih besar dari ukuran nominal (nominal maximum size). Ukuran nominal
maksimum adalah satu saringan yang lebih kecil dari saringan pertama (teratas) dengan
bahan tertahan kurang dari 10%.
- Agregat kasar harus mempunyai angularitas seperti pada Tabel 1.
- Agregat kasar untuk latasir kelas A dan B boleh dari kerikil yang bersih.
- Agregat kasar yang kotor dan berdebu yang mempunyai partikel lolos saringan no. 200
lebih besar 1% tidak boleh digunakan.
- Fraksi agregat kasar harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke Unit Pencampur Aspal
(UPA) dengan melalui pemasok penampung dingin (cold bin feeds) sedemikian rupa
sehingga gradasi gabungan agregat dapat dikendalikan dengan baik.
- Pembatasan lolos saringan No. 200 < 1%, pada saringan kering karena agregat kasar yang
dilekati lumpur tidak dapat dipisahkan pada waktu pengeringan sehingga tidak dapat
dilekati aspal.
- Penyerapan air oleh agregat maksimum 3%.
- Berat jenis (bulk specific gravity) agregat kasar dan halus minimum 2,5 dan perbedaannya
tidak boleh lebih dari 0,2.
Tabel 1. Ketentuan Agregat Kasar (Bina Marga, 2007)
Catatan :
(*) 95/90 menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah
satu atau lebih dan 90% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua
atau lebih.
(**) Pengujian dengan perbandingan lengan alat uji terhadap poros 1 : 5.
Agregat Halus
- Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau pengsaringan batu
pecah dan terdiri dari bahan yang lolos saringan no. 8 (2,36 mm).
- Fraksi-fraksi agregat kasar, agregat halus pecah mesin dan pasir harus ditumpuk
terpisah.
- Pasir boleh digunakan dalam campuran beraspal. Persentase maksimum yang
diijinkan untuk laston (AC) adalah 10 %.
- Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari lempung, atau bahan
yang tidak dikehendaki lainnya. Batu pecah halus harus diperoleh dari batu yang
memenuhi ketentuan mutu. Agar dapat memenuhi spesifikasi, batu pecah halus harus
diproduksi dari batu yang bersih.
- Agregat pecah halus dan pasir harus dipasok ke Unit Pencampur Aspal dengan
melalui pemasok penampung dingin (cold bin feeds) yang terpisah sedemikian rupa
sehingga rasio agregat pecah halus dan pasir dapat dikontrol dengan baik.
- Agregat halus harus memenuhi ketentuan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2.
- Penyerapan air oleh agregat maksimum 3%.
Tabel 2. Ketentuan Agregat Halus (Bina Marga, 2007)
Gradasi Agregat Gabungan
Gradasi adalah susunan ukuran butir agregat. Ukuran butir agregat dapat diperoleh
melalui pemeriksaan analisa saringan. Analisa saringan dapat dilakukan secara basah atau
kering (saringan basah atau saringan kering).
Menurut Sukirman (2007), gradasi agregat menentukan besarnya rongga atau pori
yang mungkin terjadi dalam agregat campuran. Agregat campuran yang terdiri dari agregat
berukuran sama akan berongga atau berpori banyak karena tidak terdapat agregat berukuran
kecil yang dapat mengisi rongga antar butiran. Sebaliknya, bila gabungan agregat
terdistribusi dari agregat yang kecil sampai besar secara merata, maka rongga yang terbentuk
oleh susunan agregat akan kecil.
Gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal ditunjukkan dalam persen terhadap
berat agregat, harus memenuhi batas-batas dan harus berada di luar ”daerah larangan”
(restriction zone) yang diberikan dalam Tabel 3. Gradasi agregat gabungan harus memenuhi
jarak terhadap batas-batas toleransi yang diberikan dalam Tabel 3 dan terletak di luar ”daerah
larangan” (Bina Marga, 2007).
Tabel 3. Gradasi Agregat untuk Campuran Aspal (Bina Marga, 2007)
Catatan :
1. Untuk HRS-WC dan HRS-Base, paling sedikit 80% agregat lolos saringan no.
8 (2,36 mm) harus juga lolos saringan no. 30 (0,600 mm). Lihat contoh
”bahan bergradasi senjang” yang lolos saringan no. 8 dan tertahan
saringan no. 30 dalam Tabel 4.
2. Untuk AC, digunakan titik kontrol gradasi agregat, berfungsi sebagai
batas-batas rentang utama yang harus ditempati oleh gradasi-gradasi
tersebut. Batas-batas gradasi ditentukan pada saringan ukuran nominal
maksimum, saringan menengah (2,36 mm) dan saringan terkecil (0,075 mm).
Tabel 4. Contoh Batas-batas ”Bahan Bergradasi Senjang”
(Bina Marga, 2007)
Daya Tahan Agregat
Daya tahan agregat merupakan ketahanan agregat terhadap adanya penurunan mutu
akibat proses mekanis dan kimiawi. Agregat dapat mengalami degradasi, yaitu perubahan
gradasi akibat pecahnya butir-butir agregat. Kehancuran agregat dapat disebabkan oleh
proses mekanis, seperti gaya-gaya yang terjadi selama proses pelaksanaan perkerasan jalan
penimbunan, penghamparan, pemadatan, pelayanan terhadap lalu lintas dan proses kimiawi
seperti pengaruh kelembaban, kepanasan dan perubahan suhu sepanjang hari.
Daya tahan agregat terhadap beban mekanis diperiksa dengan melakukan uji abrasi
dengan alat Los Angeles Machine (Sukirman, 2007).
PEMBAHASAN
Agregat penelitian diambil dari Hot Bin (HB) PT. Sinar Karya Cahaya lokasi Desa
Pilolalenga, PT. Cahaya Mandiri Persada lokasi Desa Molintogupo dan PT. Jayakarya Permai
Utama lokasi Desa Tangkobu. Agregat dari ketiga lokasi ini kemudian diuji di Laboratorium
Transportasi Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo. Pengujian sifat-sifat agregat batu
pecah kasar dan batu pecah halus berupa berat jenis dan penyerapan agregat kasar, berat jenis
dan penyerapan agregat halus, abrasi, sand equivalent disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Pemeriksaan Agregat
(Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2007)
JENIS PENGUJIAN
Quarry
Pilolalenga
Quarry
Molintogupo
Quarry
Tangkobu
Spesifikasi*)
Hot Bin I (Agr. Halus)
Berat Jenis Bulk
Berat Jenis SSD
Berat Jenis Semu
Penyerapan (%)
2,701
2,744
2,822
1,585
2,596
2,646
2,732
1,916
2,610
2,660
2,760
2,170
Min 2,50
Maks. 3%
Hot Bin II (Agr. Kasar)
Berat Jenis Bulk
Berat Jenis SSD
Berat Jenis Semu
Penyerapan (%)
2,701
2,744
2,822
1,585
2,575
2,622
2,701
1,818
2,640
2,680
2,760
1,520
Min 2,50
Maks. 3%
Hot Bin III (Agr. Kasar)
Berat Jenis Bulk
Berat Jenis SSD
Berat Jenis Semu
Penyerapan (%)
2,705
2,733
2,783
1,034
2,637
2,670
2,727
1,251
2,640
2,690
2,760
1,550
Min 2,50
Maks. 3%
Hot Bin IV (Agr. Kasar)
Berat Jenis Bulk
Berat Jenis SSD
Berat Jenis Semu
Penyerapan (%)
2,777
2,800
2,841
0,802
2,631
2,677
2,757
1,727
Min 2,50
Maks. 3%
Agregat kasar lolos saringan
no. 200 (%)
0,31 0,40 1,30 Maks. 1
Agregat halus lolos saringan
no. 200 (%)
6,80 8,38 6,80 Maks. 8
Angularitas agr. kasar (%) 95 95 95 95/90
Angularitas agr. halus (%) 90 90 95 Min. 45
Abrasi (%) 15,00 23,00 14,37 Maks. 40
Sand Equivalent (%) 60,19 79,78 70,65 Min. 50
*)
Bina Marga 2007
Dari Tabel 5, dapat dilihat bahwa nilai abrasi untuk agregat dari masing-masing
Quarry < 25% artinya agregat ini memiliki kekuatan dan keawetan yang cukup tinggi, tetapi
untuk mendapatkan agregat pecah halus sangat kurang.
Hasil pengujian analisa saringan terhadap agregat disajikan pada Tabel 6. Gradasi
agregat sangat menentukan kepadatan dari suatu campuran kaitannya dengan nilai rongga
dalam butir (VMA).
Tabel 6. Hasil Analisa Saringan Agregat Pilolalenga
(Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2007)
Nomor
Saringan
Bukaan
(mm)
% Lolos
HB I HB II HB III HB IV
1" 25,40 100,0 100,00 100,0 100,0
3/4" 19,10 100,0 100,00 100,0 99,3
1/2" 12,70 99,9 99,22 67,6 12,1
3/8" 9,50 99,8 97,73 11,2 1,7
No. 4 4,75 97,8 53,49 0,3 0,0
No. 8 2,30 83,8 5,10 0,3 -
No. 16 1,18 64,2 0,61 0,3 -
No. 30 0,59 40,8 0,43 0,3 -
No. 50 0,28 24,4 0,39 0,2 -
No. 200 0,08 6,8 0,31 0,1 -
Gambar 1. Gradasi Agregat Quarry Pilolalenga
Tabel 7. Hasil Analisa Saringan Agregat Molintogupo
(Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2007)
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
0.01 0.10 1.00 10.00
%Lolos
Ukuran Saringan (mm)
HB I HB II HB III HB IV
Nomor
Saringan
Bukaan
(mm)
% Lolos
HB I HB II HB III HB IV
1" 25,40 100,00 100,0 100,00 100,0
3/4" 19,10 100,00 100,0 100,00 99,3
1/2" 12,70 100,00 99,8 70,20 8,5
3/8" 9,50 99,90 99,8 26,03 0,8
No. 4 4,75 99,58 90,0 3,18 0,1
No. 8 2,30 93,83 6,7 0,30 0,1
No. 16 1,18 69,88 1,3 0,26 0,1
No. 30 0,59 53,48 0,8 0,26 0,1
No. 50 0,28 39,24 0,7 0,26 0,1
No. 200 0,08 8,38 0,4 0,19 0,1
Gambar 2. Gradasi Agregat Quarry Molintogupo
Tabel 8. Hasil Analisa Saringan Agregat Molintogupo
(Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2007)
0
20
40
60
80
100
120
0.01 0.10 1.00 10.00
%Lolos
Ukuran Saringan (mm)
HB I HB II HB III HB IV
Nomor
Saringan
Bukaan
(mm)
% Lolos
HB I HB II HB III
1" 25,40 100,0 100,0 100,00
3/4" 19,10 100,0 93,2 100,00
1/2" 12,70 100,0 39,7 100,00
3/8" 9,50 99,9 21,1 99,60
No. 4 4,75 99,7 4,1 83,68
No. 8 2,30 91,5 1,3 15,38
No. 16 1,18 67,3 0,8 7,89
No. 30 0,59 51,7 0,7 5,11
No. 50 0,28 31,6 0,6 3,68
No. 200 0,08 6,8 0,4 1,30
Gambar 3. Gradasi Agregat Quarry Tangkobu
Berdasarkan Tabel 5 ; 6 ; 7 dan 8 dapat dilihat bahwa untuk agregat yang berasal dari
Quarry Pilolalenga memenuhi spesifikasi Bina Marga 2007. Untuk agregat yang berasal dari
Quarry Molintogupo, agregat halus lolos saringan no. 200 tidak memenuhi spesifikasi yakni
8,38% > 8 %. Untuk agregat yang berasal dari Quarry Tangkobu agregat kasar lolos saringan
no. 200 tidak memenuhi spesifikasi yakni 1,30% > 1 %.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian sifat-sifat agregat yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Agregat yang berasal dari Quarry Pilolalenga memenuhi spesifikasi Bina Marga 2007.
2. Agregat yang berasal dari Quarry Molintogupo, agregat halus lolos saringan no. 200 tidak
memenuhi spesifikasi yakni 8,38% > 8 %.
3. Agregat yang berasal dari Quarry Tangkobu, agregat kasar lolos saringan no. 200 tidak
memenuhi spesifikasi yakni 1,30% > 1 %.
SARAN
Untuk agregat yang tidak memenuhi spesifikasi sebaiknya sebelum dilakukan proses
pemecahan di stone crusher, agregat dicuci terlebih dahulu agar bersih dari lempung yang
menempel.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, F., 2006, Pemanfaatan Kapur Sebagai Filler Pada Campuran Hot Rolled Sheet -
Wearing Course (HRS-WC), Jurnal Teknik Vol. 4 No. 2, Fakultas Teknik
Universitas Negeri Gorontalo, hal. 130 – 139.
Balai Bahan Dan Perkerasan Jalan Puslitbang Prasarana Transportasi, 2003, Campuran
Beraspal Panas, Bandung.
Bidang Pelayanan IPTEK Puslitbang Prasarana Transportasi, 2004, Advis Teknik
Pengendalian Mutu Campuran Beraspal Panas, Bandung.
0
20
40
60
80
100
120
0.01 0.10 1.00 10.00
%Lolos
Ukuran Saringan (mm)
HB I HB II HB III
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Dirjen Prasarana Wilayah, 2007, Spesifikasi
Umum, Pusjatan-Balitbang PU.
Hardiyatmo, H. C., 2006, Penanganan Tanah Longsor dan Erosi, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Hasil komunikasi penulis dengan Tim Puslitbang Prasarana Transportasi Bandung.
Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2007, Laporan JMF PT. Sinar Karya Cahaya, PT.
Cahaya Mandiri Persada, PT. Jayakarya Permai Utama (tidak dipublikasikan),
Gorontalo.
Puslitbang Prasarana Transportasi, 2002, Beberapa Kesalahan Umum Dalam Penerapan
Spesifikasi Baru Campuran Beraspal Panas, Bandung.
Puslitbang Prasarana Transportasi, 2002, Kinerja Campuran Beraspal di Indonesia,
Bandung.
Sukirman, S., 2007, Beton Aspal Campuran Panas, Bandung.
Utama, D., 2005, Pengaruh Gradasi Agregat Terhadap Kedalaman Alur Roda Pada
Campuran Beton Aspal Panas, Jurnal Transportasi FSTPT, Volume 5, Nomor 1, hal.
87 – 97.
Yamin, A., 2002, Kinerja Campuran Beraspal di Indonesia, Desiminasi Spesifikasi Baru
Campuran Beraspal Panas dengan Alat PRD, Puslitbang Prasarana Transportasi,
Bandung.
Yamin, A., 2002, Menuju Spesifikasi Baru Campuran Beraspal, Desiminasi Spesifikasi Baru
Campuran Beraspal Panas dengan Alat PRD, Puslitbang Prasarana Transportasi,
Bandung.
Yamin, A., 2002, Spesifikasi Baru Campuran Beraspal, Desiminasi Spesifikasi Baru
Campuran Beraspal Panas dengan Alat PRD, Puslitbang Prasarana Transportasi,
Bandung.

More Related Content

What's hot

106070953 kadar-lumpur
106070953 kadar-lumpur106070953 kadar-lumpur
106070953 kadar-lumpurRahmad Saputra
 
teknologi bahan
teknologi bahanteknologi bahan
teknologi bahanNur Adi
 
Stabilitas tanah dengan kapur
Stabilitas tanah dengan kapurStabilitas tanah dengan kapur
Stabilitas tanah dengan kapurherewith sofian
 
tahap proses pembuatan beton
tahap proses pembuatan betontahap proses pembuatan beton
tahap proses pembuatan betonRiky Rida
 
Stabilitas tanah dengan kapur (lime in soil stabilization) stjr 2018 - itb
Stabilitas tanah dengan kapur (lime in soil stabilization)   stjr 2018 - itbStabilitas tanah dengan kapur (lime in soil stabilization)   stjr 2018 - itb
Stabilitas tanah dengan kapur (lime in soil stabilization) stjr 2018 - itbHanifa Indira Ryandhini
 
Pemeriksaan Bahan Lewat Saringan No. 200
Pemeriksaan Bahan Lewat Saringan No. 200Pemeriksaan Bahan Lewat Saringan No. 200
Pemeriksaan Bahan Lewat Saringan No. 200Vivi Vitriana
 
Infopublik20120813120931
Infopublik20120813120931Infopublik20120813120931
Infopublik20120813120931twaruiyo
 
2a sipil perlintasan, jalan, pagar- 2015
2a sipil perlintasan, jalan, pagar- 20152a sipil perlintasan, jalan, pagar- 2015
2a sipil perlintasan, jalan, pagar- 2015handygun
 
Pemerikasaan Kadar lumpur dalam pasir
Pemerikasaan Kadar lumpur dalam pasirPemerikasaan Kadar lumpur dalam pasir
Pemerikasaan Kadar lumpur dalam pasirfirdiaudi
 
Bahan kuliah _teknologi_beton
Bahan kuliah _teknologi_betonBahan kuliah _teknologi_beton
Bahan kuliah _teknologi_betonramabhakti123
 
Pengujian berat jenis dan penyerapan
Pengujian berat jenis dan penyerapanPengujian berat jenis dan penyerapan
Pengujian berat jenis dan penyerapanM Hayale
 
Jurnal beton komposisi
Jurnal beton komposisiJurnal beton komposisi
Jurnal beton komposisizulki zul
 
Perkuatan geotextile di lahan gambut
Perkuatan geotextile di lahan gambutPerkuatan geotextile di lahan gambut
Perkuatan geotextile di lahan gambutOki Endrata Wijaya
 
Agregat teknologi beton
Agregat teknologi betonAgregat teknologi beton
Agregat teknologi betonSiti Fatimah
 
Teknik Sipil - Perancangan beton metode aci
Teknik Sipil - Perancangan beton metode aciTeknik Sipil - Perancangan beton metode aci
Teknik Sipil - Perancangan beton metode acinoussevarenna
 
Mengenal proses pengecoran logam
Mengenal proses pengecoran logamMengenal proses pengecoran logam
Mengenal proses pengecoran logamsurya1975
 
Uji Bahan Agregat & Campuran
Uji Bahan Agregat & CampuranUji Bahan Agregat & Campuran
Uji Bahan Agregat & CampuranAfianto Faisol
 

What's hot (20)

106070953 kadar-lumpur
106070953 kadar-lumpur106070953 kadar-lumpur
106070953 kadar-lumpur
 
Alat dan bahan bab3
Alat dan bahan bab3Alat dan bahan bab3
Alat dan bahan bab3
 
teknologi bahan
teknologi bahanteknologi bahan
teknologi bahan
 
Stabilitas tanah dengan kapur
Stabilitas tanah dengan kapurStabilitas tanah dengan kapur
Stabilitas tanah dengan kapur
 
tahap proses pembuatan beton
tahap proses pembuatan betontahap proses pembuatan beton
tahap proses pembuatan beton
 
Stabilitas tanah dengan kapur (lime in soil stabilization) stjr 2018 - itb
Stabilitas tanah dengan kapur (lime in soil stabilization)   stjr 2018 - itbStabilitas tanah dengan kapur (lime in soil stabilization)   stjr 2018 - itb
Stabilitas tanah dengan kapur (lime in soil stabilization) stjr 2018 - itb
 
Pemeriksaan Bahan Lewat Saringan No. 200
Pemeriksaan Bahan Lewat Saringan No. 200Pemeriksaan Bahan Lewat Saringan No. 200
Pemeriksaan Bahan Lewat Saringan No. 200
 
Infopublik20120813120931
Infopublik20120813120931Infopublik20120813120931
Infopublik20120813120931
 
2a sipil perlintasan, jalan, pagar- 2015
2a sipil perlintasan, jalan, pagar- 20152a sipil perlintasan, jalan, pagar- 2015
2a sipil perlintasan, jalan, pagar- 2015
 
Pemerikasaan Kadar lumpur dalam pasir
Pemerikasaan Kadar lumpur dalam pasirPemerikasaan Kadar lumpur dalam pasir
Pemerikasaan Kadar lumpur dalam pasir
 
Bahan kuliah _teknologi_beton
Bahan kuliah _teknologi_betonBahan kuliah _teknologi_beton
Bahan kuliah _teknologi_beton
 
Pengujian berat jenis dan penyerapan
Pengujian berat jenis dan penyerapanPengujian berat jenis dan penyerapan
Pengujian berat jenis dan penyerapan
 
Jurnal beton komposisi
Jurnal beton komposisiJurnal beton komposisi
Jurnal beton komposisi
 
205 m
205 m205 m
205 m
 
Perkuatan geotextile di lahan gambut
Perkuatan geotextile di lahan gambutPerkuatan geotextile di lahan gambut
Perkuatan geotextile di lahan gambut
 
Agregat teknologi beton
Agregat teknologi betonAgregat teknologi beton
Agregat teknologi beton
 
Hgi
HgiHgi
Hgi
 
Teknik Sipil - Perancangan beton metode aci
Teknik Sipil - Perancangan beton metode aciTeknik Sipil - Perancangan beton metode aci
Teknik Sipil - Perancangan beton metode aci
 
Mengenal proses pengecoran logam
Mengenal proses pengecoran logamMengenal proses pengecoran logam
Mengenal proses pengecoran logam
 
Uji Bahan Agregat & Campuran
Uji Bahan Agregat & CampuranUji Bahan Agregat & Campuran
Uji Bahan Agregat & Campuran
 

Similar to Sifat Agregat Gorontalo

AGREGAT PERKERASAN JALAN
AGREGAT PERKERASAN JALANAGREGAT PERKERASAN JALAN
AGREGAT PERKERASAN JALANChristianTian18
 
pertemuan-10-perencanaan-campuran-beraspal.pdf
pertemuan-10-perencanaan-campuran-beraspal.pdfpertemuan-10-perencanaan-campuran-beraspal.pdf
pertemuan-10-perencanaan-campuran-beraspal.pdfAgusTriyono78
 
Bab i ,ii, iii okkkkk
Bab i ,ii, iii okkkkkBab i ,ii, iii okkkkk
Bab i ,ii, iii okkkkkHas Neni
 
BAHANASPAL2.pptx
BAHANASPAL2.pptxBAHANASPAL2.pptx
BAHANASPAL2.pptxDwi Ist
 
SNI 03-2461-2002.pdf
SNI 03-2461-2002.pdfSNI 03-2461-2002.pdf
SNI 03-2461-2002.pdfJhon772482
 
5. spek khusus slurry seal
5. spek khusus slurry seal5. spek khusus slurry seal
5. spek khusus slurry sealIra Falkiya
 
1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptx
1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptx1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptx
1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptxHidayatNm1
 
PER 09_Aspal Beton(2020-2021)Ganjil_UNIVARSITAS BINA DARMA.pptx
PER 09_Aspal Beton(2020-2021)Ganjil_UNIVARSITAS BINA DARMA.pptxPER 09_Aspal Beton(2020-2021)Ganjil_UNIVARSITAS BINA DARMA.pptx
PER 09_Aspal Beton(2020-2021)Ganjil_UNIVARSITAS BINA DARMA.pptxdevanopurwono
 
jteknologi_2015_12_2_7_soumokil.pdf
jteknologi_2015_12_2_7_soumokil.pdfjteknologi_2015_12_2_7_soumokil.pdf
jteknologi_2015_12_2_7_soumokil.pdfNizarTarmidzi
 
Perkerasan berbutir
Perkerasan berbutirPerkerasan berbutir
Perkerasan berbutirsatrioajiRio
 
perkerasan berbutir.pptx
perkerasan berbutir.pptxperkerasan berbutir.pptx
perkerasan berbutir.pptxFadliST
 
Tatacara pelapisan ulang_dengan_campuran_aspal_emulsi
Tatacara pelapisan ulang_dengan_campuran_aspal_emulsiTatacara pelapisan ulang_dengan_campuran_aspal_emulsi
Tatacara pelapisan ulang_dengan_campuran_aspal_emulsiKetut Swandana
 

Similar to Sifat Agregat Gorontalo (20)

AGREGAT PERKERASAN JALAN
AGREGAT PERKERASAN JALANAGREGAT PERKERASAN JALAN
AGREGAT PERKERASAN JALAN
 
pertemuan-10-perencanaan-campuran-beraspal.pdf
pertemuan-10-perencanaan-campuran-beraspal.pdfpertemuan-10-perencanaan-campuran-beraspal.pdf
pertemuan-10-perencanaan-campuran-beraspal.pdf
 
Agregat 1
Agregat 1Agregat 1
Agregat 1
 
Bab i ,ii, iii okkkkk
Bab i ,ii, iii okkkkkBab i ,ii, iii okkkkk
Bab i ,ii, iii okkkkk
 
teknologi bahan bangunan
teknologi bahan bangunanteknologi bahan bangunan
teknologi bahan bangunan
 
Material jalan 2
Material jalan 2Material jalan 2
Material jalan 2
 
BAHANASPAL2.pptx
BAHANASPAL2.pptxBAHANASPAL2.pptx
BAHANASPAL2.pptx
 
SNI 03-2461-2002.pdf
SNI 03-2461-2002.pdfSNI 03-2461-2002.pdf
SNI 03-2461-2002.pdf
 
5. spek khusus slurry seal
5. spek khusus slurry seal5. spek khusus slurry seal
5. spek khusus slurry seal
 
1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptx
1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptx1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptx
1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptx
 
PER 09_Aspal Beton(2020-2021)Ganjil_UNIVARSITAS BINA DARMA.pptx
PER 09_Aspal Beton(2020-2021)Ganjil_UNIVARSITAS BINA DARMA.pptxPER 09_Aspal Beton(2020-2021)Ganjil_UNIVARSITAS BINA DARMA.pptx
PER 09_Aspal Beton(2020-2021)Ganjil_UNIVARSITAS BINA DARMA.pptx
 
.Tatap Muka VI (aspal-beton).ppt
.Tatap Muka VI (aspal-beton).ppt.Tatap Muka VI (aspal-beton).ppt
.Tatap Muka VI (aspal-beton).ppt
 
jteknologi_2015_12_2_7_soumokil.pdf
jteknologi_2015_12_2_7_soumokil.pdfjteknologi_2015_12_2_7_soumokil.pdf
jteknologi_2015_12_2_7_soumokil.pdf
 
Perkerasan berbutir
Perkerasan berbutirPerkerasan berbutir
Perkerasan berbutir
 
perkerasan berbutir.pptx
perkerasan berbutir.pptxperkerasan berbutir.pptx
perkerasan berbutir.pptx
 
Spesifikasi tekni ss
Spesifikasi tekni ssSpesifikasi tekni ss
Spesifikasi tekni ss
 
Tatacara pelapisan ulang_dengan_campuran_aspal_emulsi
Tatacara pelapisan ulang_dengan_campuran_aspal_emulsiTatacara pelapisan ulang_dengan_campuran_aspal_emulsi
Tatacara pelapisan ulang_dengan_campuran_aspal_emulsi
 
10 Pengendalian Mutu
10 Pengendalian Mutu10 Pengendalian Mutu
10 Pengendalian Mutu
 
Kadar aspal
Kadar aspalKadar aspal
Kadar aspal
 
Kadar aspal
Kadar aspalKadar aspal
Kadar aspal
 

Recently uploaded

2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfHendroGunawan8
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikThomasAntonWibowo
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 

Recently uploaded (20)

2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 

Sifat Agregat Gorontalo

  • 1. Saintek Vol 5, No 1 Tahun 2010 TINJAUAN SIFAT-SIFAT AGREGAT UNTUK CAMPURAN ASPAL PANAS (STUDI KASUS BEBERAPA QUARRY DI GORONTALO) Fadly Achmad Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Agregat merupakan komponen utama dari campuran aspal panas (hotmix) yaitu ± 95% dari total berat campuran. Di Provinsi Gorontalo, terdapat beberapa sumber agregat (quarry) yang digunakan untuk memproduksi hotmix. Berkaitan dengan hal itu, penulis melakukan penelitian tentang sifat-sifat fisik agregat yang digunakan pada campuran aspal panas. Penelitian ini difokuskan pada Quarry Pilolalenga, Quarry Tangkobu dan Quarry Molintogupo yang masing-masing dikelola oleh perusahaan kontraktor di Provinsi Gorontalo. Sebagian besar campuran aspal untuk lapis permukaan jalan yang ada di Provinsi Gorontalo menggunakan agregat yang berasal dari lokasi material di atas. Berdasarkan hasil pengujian sifat-sifat agregat yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa ggregat yang berasal dari Quarry Pilolalenga memenuhi spesifikasi Bina Marga 2007. Agregat yang berasal dari Quarry Molintogupo, agregat halus lolos saringan no. 200 tidak memenuhi spesifikasi yakni 8,38% > 8 %. Agregat yang berasal dari Quarry Tangkobu, agregat kasar lolos saringan no. 200 tidak memenuhi spesifikasi yakni 1,30% > 1 %. Kata-kata Kunci : agregat, gradasi, quarry. PENDAHULUAN Lapis permukaan jalan merupakan lapis perkerasan yang menerima langsung beban lalu lintas. Kekuatan dari campuran untuk lapis permukan jalan sangat tergantung dari agregat dalam campuran itu sendiri baik agregat kasar maupun agregat halus. Agregat merupakan komponen utama dari campuran aspal panas (hotmix) yaitu ± 95% dari total berat campuran. Di Provinsi Gorontalo terdapat beberapa sumber agregat (quarry) yang digunakan untuk memproduksi hotmix. Berkaitan dengan hal itu, penulis melakukan penelitian tentang sifat- sifat fisik agregat yang digunakan pada campuran aspal panas. Penelitian ini difokuskan pada Quarry Pilolalenga, Quarry Tangkobu dan Quarry Molintogupo yang masing-masing dikelola oleh perusahaan kontraktor di Provinsi Gorontalo. Sebagian besar campuran aspal untuk lapis permukaan jalan yang ada di Provinsi Gorontalo menggunakan agregat yang berasal dari lokasi material di atas. TINJAUAN PUSTAKA Agregat yang umum dipakai pada campuran aspal panas secara umum berasal dari batuan. Berdasarkan proses terjadinya batuan ini dibedakan atas batuan beku (igneous rock), batuan sedimen / endapan (sedimentary rock) dan batuan matamorf / malihan (metamorphic rock). 1. Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan magma yang berasal dari bawah permukaan bumi dan membeku di permukaan atau dekat permukaan bumi, contohnya : granit, basalt, gabro dan lain-lain. Sifat-sifat teknis batuan beku pada umumnya, adalah :
  • 2. - Mempunyai karakteristik material yang baik, keras, padat dan berkualitas baik, bila digunakan sebagai material bangunan. - Kapasitas dukung tinggi sehingga sangat baik untuk mendukung fondasi bangunan. 2. Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk karena proses pengendapan, proses kimia dan proses biologi. Umumnya terbentuk dari pecahan-pecahan batuan yang lebih tua, fragmen-fragmen dipisahkan oleh air atau angin, contohnya : serpih, batupasir, batugamping dan lain-lain. Sifat-sifat teknis batuan sedimen pada umumnya, adalah : - Serpih sering menjadi lunak bila terendam air dalam beberapa hari. - Jarak kekar umumnya agak besar untuk batupasir. - Kekuatan batugamping bervariasi dari lunak sampai keras. 3. Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari batuan yang sudah ada sebelumnya. Batuan metamorf terbentuk akibat metamorfosa dari batuan beku dan sedimen. Perubahan ini terjadi akibat proses panas dan tekanan tinggi yang terjadi di kerak bumi. Batuan metamorf mempunyai banyak variasi diantaranya schist, gneiss, slate, phyllite dan marble. Sifat-sifat teknis batuan metamorf pada umumnya, adalah : - Mempunyai karakteristik material yang keras dan kuat dan hamper tidak terpengaruh oleh perubahan cuaca. - Kuat geser tergantung dari sambungan-sambungan, lapisan-lapisan dan patahan dalam batuannya. - Mengandung lapisan-lapisan lemah di antara lapisan-lapisan yang keras. Berdasarkan ukuran butirnya, agregat dapat dibedakan atas agregat kasar, agregat halus dan bahan pengisi (filler). Menurut The Asphalt Institute dalam Sukirman (2007), agregat dibedakan menjadi : - Agregat kasar adalah agregat yang tertahan saringan no. 8 (2,36 mm). - Agregat halus adalah agregat yang lolos saringan no. 8 (2,36 mm). - Bahan pengisi adalah bagian dari agregat halus yang lolos saringan no. 30 (0,60 mm). Menurut Bina Marga (2007), agregat dibedakan menjadi : - Agregat kasar adalah agregat yang tertahan saringan no. 4 (4,75 mm). - Agregat halus adalah agregat yang lolos saringan no. 4 (4,75 mm). - Bahan pengisi harus mengandung bahan yang lolos saringan no. 200 (0,075 mm) tidak kurang dari 75% terhadap beratnya. Persyaratan Umum Sebagai bahan campuran aspal panas, Bina Marga (2007) mensyaratkan agregat yang digunakan harus memenuhi spesifikasi : Agregat Kasar - Fraksi agregat kasar untuk rancangan adalah yang tertahan saringan no. 8 (2,36 mm) dan harus bersih, keras, awet dan bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki dan memenuhi ketentuan yang diberikan dalam Tabel 1. - Fraksi agregat kasar harus terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah dan harus disiapkan dalam ukuran nominal tunggal. Ukuran maksimum (maximum size) agregat adalah satu saringan yang lebih besar dari ukuran nominal (nominal maximum size). Ukuran nominal maksimum adalah satu saringan yang lebih kecil dari saringan pertama (teratas) dengan bahan tertahan kurang dari 10%. - Agregat kasar harus mempunyai angularitas seperti pada Tabel 1.
  • 3. - Agregat kasar untuk latasir kelas A dan B boleh dari kerikil yang bersih. - Agregat kasar yang kotor dan berdebu yang mempunyai partikel lolos saringan no. 200 lebih besar 1% tidak boleh digunakan. - Fraksi agregat kasar harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke Unit Pencampur Aspal (UPA) dengan melalui pemasok penampung dingin (cold bin feeds) sedemikian rupa sehingga gradasi gabungan agregat dapat dikendalikan dengan baik. - Pembatasan lolos saringan No. 200 < 1%, pada saringan kering karena agregat kasar yang dilekati lumpur tidak dapat dipisahkan pada waktu pengeringan sehingga tidak dapat dilekati aspal. - Penyerapan air oleh agregat maksimum 3%. - Berat jenis (bulk specific gravity) agregat kasar dan halus minimum 2,5 dan perbedaannya tidak boleh lebih dari 0,2. Tabel 1. Ketentuan Agregat Kasar (Bina Marga, 2007) Catatan : (*) 95/90 menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dan 90% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua atau lebih. (**) Pengujian dengan perbandingan lengan alat uji terhadap poros 1 : 5. Agregat Halus - Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau pengsaringan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos saringan no. 8 (2,36 mm). - Fraksi-fraksi agregat kasar, agregat halus pecah mesin dan pasir harus ditumpuk terpisah. - Pasir boleh digunakan dalam campuran beraspal. Persentase maksimum yang diijinkan untuk laston (AC) adalah 10 %. - Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari lempung, atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Batu pecah halus harus diperoleh dari batu yang memenuhi ketentuan mutu. Agar dapat memenuhi spesifikasi, batu pecah halus harus diproduksi dari batu yang bersih. - Agregat pecah halus dan pasir harus dipasok ke Unit Pencampur Aspal dengan melalui pemasok penampung dingin (cold bin feeds) yang terpisah sedemikian rupa sehingga rasio agregat pecah halus dan pasir dapat dikontrol dengan baik. - Agregat halus harus memenuhi ketentuan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2. - Penyerapan air oleh agregat maksimum 3%. Tabel 2. Ketentuan Agregat Halus (Bina Marga, 2007)
  • 4. Gradasi Agregat Gabungan Gradasi adalah susunan ukuran butir agregat. Ukuran butir agregat dapat diperoleh melalui pemeriksaan analisa saringan. Analisa saringan dapat dilakukan secara basah atau kering (saringan basah atau saringan kering). Menurut Sukirman (2007), gradasi agregat menentukan besarnya rongga atau pori yang mungkin terjadi dalam agregat campuran. Agregat campuran yang terdiri dari agregat berukuran sama akan berongga atau berpori banyak karena tidak terdapat agregat berukuran kecil yang dapat mengisi rongga antar butiran. Sebaliknya, bila gabungan agregat terdistribusi dari agregat yang kecil sampai besar secara merata, maka rongga yang terbentuk oleh susunan agregat akan kecil. Gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal ditunjukkan dalam persen terhadap berat agregat, harus memenuhi batas-batas dan harus berada di luar ”daerah larangan” (restriction zone) yang diberikan dalam Tabel 3. Gradasi agregat gabungan harus memenuhi jarak terhadap batas-batas toleransi yang diberikan dalam Tabel 3 dan terletak di luar ”daerah larangan” (Bina Marga, 2007). Tabel 3. Gradasi Agregat untuk Campuran Aspal (Bina Marga, 2007) Catatan : 1. Untuk HRS-WC dan HRS-Base, paling sedikit 80% agregat lolos saringan no. 8 (2,36 mm) harus juga lolos saringan no. 30 (0,600 mm). Lihat contoh ”bahan bergradasi senjang” yang lolos saringan no. 8 dan tertahan saringan no. 30 dalam Tabel 4. 2. Untuk AC, digunakan titik kontrol gradasi agregat, berfungsi sebagai batas-batas rentang utama yang harus ditempati oleh gradasi-gradasi tersebut. Batas-batas gradasi ditentukan pada saringan ukuran nominal maksimum, saringan menengah (2,36 mm) dan saringan terkecil (0,075 mm). Tabel 4. Contoh Batas-batas ”Bahan Bergradasi Senjang” (Bina Marga, 2007)
  • 5. Daya Tahan Agregat Daya tahan agregat merupakan ketahanan agregat terhadap adanya penurunan mutu akibat proses mekanis dan kimiawi. Agregat dapat mengalami degradasi, yaitu perubahan gradasi akibat pecahnya butir-butir agregat. Kehancuran agregat dapat disebabkan oleh proses mekanis, seperti gaya-gaya yang terjadi selama proses pelaksanaan perkerasan jalan penimbunan, penghamparan, pemadatan, pelayanan terhadap lalu lintas dan proses kimiawi seperti pengaruh kelembaban, kepanasan dan perubahan suhu sepanjang hari. Daya tahan agregat terhadap beban mekanis diperiksa dengan melakukan uji abrasi dengan alat Los Angeles Machine (Sukirman, 2007). PEMBAHASAN Agregat penelitian diambil dari Hot Bin (HB) PT. Sinar Karya Cahaya lokasi Desa Pilolalenga, PT. Cahaya Mandiri Persada lokasi Desa Molintogupo dan PT. Jayakarya Permai Utama lokasi Desa Tangkobu. Agregat dari ketiga lokasi ini kemudian diuji di Laboratorium Transportasi Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo. Pengujian sifat-sifat agregat batu pecah kasar dan batu pecah halus berupa berat jenis dan penyerapan agregat kasar, berat jenis dan penyerapan agregat halus, abrasi, sand equivalent disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Pemeriksaan Agregat (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2007) JENIS PENGUJIAN Quarry Pilolalenga Quarry Molintogupo Quarry Tangkobu Spesifikasi*) Hot Bin I (Agr. Halus) Berat Jenis Bulk Berat Jenis SSD Berat Jenis Semu Penyerapan (%) 2,701 2,744 2,822 1,585 2,596 2,646 2,732 1,916 2,610 2,660 2,760 2,170 Min 2,50 Maks. 3% Hot Bin II (Agr. Kasar) Berat Jenis Bulk Berat Jenis SSD Berat Jenis Semu Penyerapan (%) 2,701 2,744 2,822 1,585 2,575 2,622 2,701 1,818 2,640 2,680 2,760 1,520 Min 2,50 Maks. 3% Hot Bin III (Agr. Kasar) Berat Jenis Bulk Berat Jenis SSD Berat Jenis Semu Penyerapan (%) 2,705 2,733 2,783 1,034 2,637 2,670 2,727 1,251 2,640 2,690 2,760 1,550 Min 2,50 Maks. 3% Hot Bin IV (Agr. Kasar)
  • 6. Berat Jenis Bulk Berat Jenis SSD Berat Jenis Semu Penyerapan (%) 2,777 2,800 2,841 0,802 2,631 2,677 2,757 1,727 Min 2,50 Maks. 3% Agregat kasar lolos saringan no. 200 (%) 0,31 0,40 1,30 Maks. 1 Agregat halus lolos saringan no. 200 (%) 6,80 8,38 6,80 Maks. 8 Angularitas agr. kasar (%) 95 95 95 95/90 Angularitas agr. halus (%) 90 90 95 Min. 45 Abrasi (%) 15,00 23,00 14,37 Maks. 40 Sand Equivalent (%) 60,19 79,78 70,65 Min. 50 *) Bina Marga 2007 Dari Tabel 5, dapat dilihat bahwa nilai abrasi untuk agregat dari masing-masing Quarry < 25% artinya agregat ini memiliki kekuatan dan keawetan yang cukup tinggi, tetapi untuk mendapatkan agregat pecah halus sangat kurang. Hasil pengujian analisa saringan terhadap agregat disajikan pada Tabel 6. Gradasi agregat sangat menentukan kepadatan dari suatu campuran kaitannya dengan nilai rongga dalam butir (VMA). Tabel 6. Hasil Analisa Saringan Agregat Pilolalenga (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2007) Nomor Saringan Bukaan (mm) % Lolos HB I HB II HB III HB IV 1" 25,40 100,0 100,00 100,0 100,0 3/4" 19,10 100,0 100,00 100,0 99,3 1/2" 12,70 99,9 99,22 67,6 12,1 3/8" 9,50 99,8 97,73 11,2 1,7 No. 4 4,75 97,8 53,49 0,3 0,0 No. 8 2,30 83,8 5,10 0,3 - No. 16 1,18 64,2 0,61 0,3 - No. 30 0,59 40,8 0,43 0,3 - No. 50 0,28 24,4 0,39 0,2 - No. 200 0,08 6,8 0,31 0,1 -
  • 7. Gambar 1. Gradasi Agregat Quarry Pilolalenga Tabel 7. Hasil Analisa Saringan Agregat Molintogupo (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2007) 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 0.01 0.10 1.00 10.00 %Lolos Ukuran Saringan (mm) HB I HB II HB III HB IV Nomor Saringan Bukaan (mm) % Lolos HB I HB II HB III HB IV 1" 25,40 100,00 100,0 100,00 100,0 3/4" 19,10 100,00 100,0 100,00 99,3 1/2" 12,70 100,00 99,8 70,20 8,5 3/8" 9,50 99,90 99,8 26,03 0,8 No. 4 4,75 99,58 90,0 3,18 0,1 No. 8 2,30 93,83 6,7 0,30 0,1 No. 16 1,18 69,88 1,3 0,26 0,1 No. 30 0,59 53,48 0,8 0,26 0,1 No. 50 0,28 39,24 0,7 0,26 0,1 No. 200 0,08 8,38 0,4 0,19 0,1
  • 8. Gambar 2. Gradasi Agregat Quarry Molintogupo Tabel 8. Hasil Analisa Saringan Agregat Molintogupo (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2007) 0 20 40 60 80 100 120 0.01 0.10 1.00 10.00 %Lolos Ukuran Saringan (mm) HB I HB II HB III HB IV Nomor Saringan Bukaan (mm) % Lolos HB I HB II HB III 1" 25,40 100,0 100,0 100,00 3/4" 19,10 100,0 93,2 100,00 1/2" 12,70 100,0 39,7 100,00 3/8" 9,50 99,9 21,1 99,60 No. 4 4,75 99,7 4,1 83,68 No. 8 2,30 91,5 1,3 15,38 No. 16 1,18 67,3 0,8 7,89 No. 30 0,59 51,7 0,7 5,11 No. 50 0,28 31,6 0,6 3,68 No. 200 0,08 6,8 0,4 1,30
  • 9. Gambar 3. Gradasi Agregat Quarry Tangkobu Berdasarkan Tabel 5 ; 6 ; 7 dan 8 dapat dilihat bahwa untuk agregat yang berasal dari Quarry Pilolalenga memenuhi spesifikasi Bina Marga 2007. Untuk agregat yang berasal dari Quarry Molintogupo, agregat halus lolos saringan no. 200 tidak memenuhi spesifikasi yakni 8,38% > 8 %. Untuk agregat yang berasal dari Quarry Tangkobu agregat kasar lolos saringan no. 200 tidak memenuhi spesifikasi yakni 1,30% > 1 %. SIMPULAN Berdasarkan hasil pengujian sifat-sifat agregat yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Agregat yang berasal dari Quarry Pilolalenga memenuhi spesifikasi Bina Marga 2007. 2. Agregat yang berasal dari Quarry Molintogupo, agregat halus lolos saringan no. 200 tidak memenuhi spesifikasi yakni 8,38% > 8 %. 3. Agregat yang berasal dari Quarry Tangkobu, agregat kasar lolos saringan no. 200 tidak memenuhi spesifikasi yakni 1,30% > 1 %. SARAN Untuk agregat yang tidak memenuhi spesifikasi sebaiknya sebelum dilakukan proses pemecahan di stone crusher, agregat dicuci terlebih dahulu agar bersih dari lempung yang menempel. DAFTAR PUSTAKA Achmad, F., 2006, Pemanfaatan Kapur Sebagai Filler Pada Campuran Hot Rolled Sheet - Wearing Course (HRS-WC), Jurnal Teknik Vol. 4 No. 2, Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo, hal. 130 – 139. Balai Bahan Dan Perkerasan Jalan Puslitbang Prasarana Transportasi, 2003, Campuran Beraspal Panas, Bandung. Bidang Pelayanan IPTEK Puslitbang Prasarana Transportasi, 2004, Advis Teknik Pengendalian Mutu Campuran Beraspal Panas, Bandung. 0 20 40 60 80 100 120 0.01 0.10 1.00 10.00 %Lolos Ukuran Saringan (mm) HB I HB II HB III
  • 10. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Dirjen Prasarana Wilayah, 2007, Spesifikasi Umum, Pusjatan-Balitbang PU. Hardiyatmo, H. C., 2006, Penanganan Tanah Longsor dan Erosi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hasil komunikasi penulis dengan Tim Puslitbang Prasarana Transportasi Bandung. Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2007, Laporan JMF PT. Sinar Karya Cahaya, PT. Cahaya Mandiri Persada, PT. Jayakarya Permai Utama (tidak dipublikasikan), Gorontalo. Puslitbang Prasarana Transportasi, 2002, Beberapa Kesalahan Umum Dalam Penerapan Spesifikasi Baru Campuran Beraspal Panas, Bandung. Puslitbang Prasarana Transportasi, 2002, Kinerja Campuran Beraspal di Indonesia, Bandung. Sukirman, S., 2007, Beton Aspal Campuran Panas, Bandung. Utama, D., 2005, Pengaruh Gradasi Agregat Terhadap Kedalaman Alur Roda Pada Campuran Beton Aspal Panas, Jurnal Transportasi FSTPT, Volume 5, Nomor 1, hal. 87 – 97. Yamin, A., 2002, Kinerja Campuran Beraspal di Indonesia, Desiminasi Spesifikasi Baru Campuran Beraspal Panas dengan Alat PRD, Puslitbang Prasarana Transportasi, Bandung. Yamin, A., 2002, Menuju Spesifikasi Baru Campuran Beraspal, Desiminasi Spesifikasi Baru Campuran Beraspal Panas dengan Alat PRD, Puslitbang Prasarana Transportasi, Bandung. Yamin, A., 2002, Spesifikasi Baru Campuran Beraspal, Desiminasi Spesifikasi Baru Campuran Beraspal Panas dengan Alat PRD, Puslitbang Prasarana Transportasi, Bandung.