SlideShare a Scribd company logo
1 of 54
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Beton merupakan suatu batu buatan yang terdiri dari campuran air, agregat
halus, agregat kasar serta semen dengan adanya suatu rongga udara. Campuran
bahan-bahan yang membentuk beton harus ditetapkan sedemikian rupa, sehingga
menghasilkan beton yang memiliki kuat tekan rencana sesuai dengan standart
nasional indonesia setelah mengeras dan cukup ekonomis.
Sebagai mahasiswa teknik sipil hendaknya dapat berfikir secara kritis dan
inovatif dalam merencanakan pembuatan beton pada suatu konstruksi bangunan
misalnya ; kolom, balok, plat dan sebagainya. Salah satu unsur terjadinya suatu
geseran atau goncangan pada suatu struktur kolom disebabkan karena
karakteristik beton sendiri kuat terhadap tekan dan lemah terhadap tarik.Kekuatan
beton tergantung pada campurannya, apabila campuran tidak sesuai dengan
takaran maka pengaruhnya terhadap kualitas beton. Dengan bantuan desain
tulangan pada suatu struktur balok dan kolom maka beton akan kuat terhadap
tekan maupun tarik. Dari beberapa pernyataan diatas perlu diadakan kegiatan
praktikum bahwa campuran beton mempengaruhi suatu kualitas beton. Ternyata
bukan cuman campuran saja yang mempengaruhi suatu kualitas beton tetapi umur
akan mempengaruhi kuat tekan pada beton. Semakin lama umur beton maka
semakin tinggi kuat tekan beton
2
1.2. Maksud Dan Tujuan Praktikum
Praktikum ini diadakan dengan maksud untuk melatih pola berfikir
mahasiswa dalam mengembangkan pengetahuan dalam bidang bereksperimen
sehingga timbul adanya suatu berfikir secara inovatif dan edukatif. Tujuan yang
ingin dicapai dalam praktikum ini didalam tiap percobaan diantaranya yaitu :
1. Untuk mengetahui gradasi pasir dan mudulus kehalusan (“fineness
modulus”).
2. Untuk mengetahui gradasi kerikil dan mudulus kehalusan.
3. Penentuan ukuran derajat kemudahan pengecoran adukan beton basah
4. Menentukan berat isi beton
5. Menentukan kekuatan tekan beton berbentuk silinder yang dibuat dan
dirawat di laboratorium. Kekuatan tekan yaitu beban terhadap luas
penampang beton.
1.3. Waktu dan Tempat Praktikum
Lokasi diadakannya pengambilan data Praktikum Beton yaitu :
Tempat : Laboratorium Teknik Sipil, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik Sipil, Unversitas Wiraraja Sumenep.
Waktu : 08.00 – 14.00
Hari / Tanggal : Jumat, 11 Maret 2016
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dasar Teori Praktikum
Praktikum merupakan suatu kegiatan dalam memadukan teori dan praktek,
demi menguji kebenaran teori dalam meningkatkan pengetahuan dan pola berfikir
mahasiswa secara kritis.Adapun kegiatan dalam pelaksanaan praktikum beton
yaitu analisa saringan pasir, analisa saringan batu pecah, perencanaan mix design,
pengujian slump beton, penentuan berat isi beton, pengujian kuat tekan beton.
2.2. Bahan Praktikum
Dari beberapa percobaan praktikum beton unsur – unsur bahan yang
mendasari dalam pembuatan campuran beton diantaranya :
1. Semen
Semen ditemukan oleh JOSEPH ASPDIN pada tahun 1824. Semen
adalah bahan yang bertindak sebagai pengikat untuk agregat. Jika
dicampur dengan air, semen akan berubah menjadi pasta. Reaksi kimia
antara semen dengan air akan menghasilkan panas dan sifat perkerasan
pada pasta semen. Pada zaman sekarang telah ditemukan berbagai jenis
semen dengan sifat-sifat karakteristik yang berbeda.
JENIS-JENIS SEMEN
a) Semen tipe I
Semen biasa yang digunakan untuk pembuatan beton bagi
konstruksi beton yang tidak dipengaruhi oleh sifat-sifat lingkungan
yang mengandung bahan – bahan sulfat dan perbedaan temperatur
4
yang ekstrim. Pemakaian semen tipe ini umumnya untuk
konstruksi beton pada bangunan seperti: jalan, bangunan beton
bertulang, jembatan, tangki, waduk dan lain-lain.
b) Semen tipe II
Semen ini digunakan untuk pencegahan serangan sulfat dari
lingkungan, seperti sistem drainase dengan kadar konsentrat yang
tinggi di dalam tanah.
c) Semen tipe III
Tipe ini adalah tipe semen dengan waktu perkerasan yang cepat
(High Early Strength Portland Cement). Umumnya waktu
perkerasannya kurang dari seminggu. Digunakan pada struktur
bangunan yang bekistingnya harus cepat dibuka dan akan segera
dipakai.
d) Semen tipe IV
Semen ini adalah semen dengan hidrasi panas rendah yang
digunakan pada struktur–struktur dam, bangunan-bangunan masif.
dimana panas yang terjadi sewaktu hidrasi merupakan faktor
penentu bagi kebutuhan beton.
e) Semen tipe V
Semen jenis ini digunakan untuk penangkal sulfat, digunakan
untuk beton yang lingkungannya mengandung sulfat terutama
pada tanah atau air tanah dengan kadar sulfat tinggi.
5
f) Semen putih
Semen ini digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan arsitektur serta
keindahan dari struktur tersebut.
Disamping jenis semen yang disebutkan diatas terdapat juga jenis
semen yang lebih khusus, seperti:
1. Semen untuk sumur miyak (Oil Well Cement)
2. Semen kedap air (Waterproof Portland Cement)
3. Semen plastik (Plastic Cement)
4. Semen ekspansif (Expansif Cement)
5. Regulated Set Cement
Hidrasi, Pengikatan dan Pengerasan Pasta Semen (Hidration,
Setting and Hardening)
Semen bila dicampur dengan air akan membentuk pasta
bersifat plastis yang disebut reaksi hidrasi. Reaksi hidrasi dipengaruhi
oleh kehalusan semen jumlah air dan suhu. Setelah pencampuran,
untuk beberapa lama sifat pasta semen masih belum berubah, yang
sering dikenal dengan tahap tidur. Pada tahap selanjutnya pasta mulai
mengeras kesuatu tingkatan, yang walaupun masih lunak tapi sudah
tidak bisa mengalir lagi yang disebut tahap pengikatan awal (innitial
setting). Selanjutnya pasta semen akan berlanjut mengeras sampai pada
keadaan bentuk solid yang kaku yang disebut tahap pengikatan
akhir (final setting). Kondisi yang solid dan kaku ini disebut pasta
semen yang sudah mengeras (hardened cement paste). Pasta semen
6
yang sudah mengeras akan terus mengeras dan mencapai
kekuatannya.
C3A akan bereaksi menghasilkan 3CaO.Al2O3.3H2O
seyawa ini membentuk gel yang cepat kaku sehingga akan
mengontrol sifat setting time. Selanjutnya senyawa ini akan bereaksi
dengan gypsum yang segera membentuk etteringite yang akan
membungkus permukaan senyawa tersebut. Sehingga reaksi hidrasinya
akan dihalangi, dan proses setting akan dicegah. Namun demikan
lapisan ettringite pembungkus tersebut karena suatu fenomena osmosis
akan pecah, dan reaksi C3A akan terjadi lagi, tetapi segera pula akan
terbentuk etteringite baru yang akan membungkus gel
3CaO.Al2O3.3H2O. Proses ini akhirnya menghasilkan setting time.
Makin banyak ettringite yang terbentuk setting time akan makin
panjang oleh karena itu gypsum dikenal sebagai retarder.
C3S dan C2s akan menghasilkan kalsium silikat hidrat
(3CaO.2SiO3.3H2O) yang disebut gel CSH. Gel CSH merupakan
unsur utama pada senyawa (dengan demikan juga merupakan sumber
utama kekuatan beton). Gel tersebut berfungsi melakukan substitusi
ruang didalam butiran–butiran semen dan mengisi ruang- ruang
diantara butiran semen serta menjembatani diantara mereka, yang pada
akhirnya menyebabkan pengerasan dan kekuatan pasta semen. Proses
pengerasan pasta semen ini masih akan berlanjut dalam waktu yang
cukup lama dimana dalam proses selanjutnya, gel-gel CSH perlahan-
7
lahan akan mengisi pori-pori kapiler sehingga porositas pasta akan
makin berkurang dan kekuatannya akan makin bertambah. Kekuatan
pasta semen ditentukan oleh berbagai faktor yaitu jumlah gel pelekat
per satuan volume pasta semen, daya lekatnya dan kekuatan partikel itu
sendiri. Jumlah gel pelekat per satuan volume pasta semen yang
tergantung pada konsentrasi produk hidrasi semen dan ukuran dari
partikel gel CSH dimana konsentrasi produk hidrasi tergantung pada
tingkat kebersihan hidrasi, porositas dari pasta semen. Produk utama
dari reaksi semen dengan ini antara lain :
1. C3S (Trikalsium Silikat)
2. C2S (Dikalsium Silikat)
3. C3A (Trikalsium Aluminat)
4. C4AF (Tetrakalsium Alumino)
Ferrit)
Tri kalsium silikat (C3S) atau 3CaO.SiO2
 C3S mempuyai sifat yang hampir sama dengan sifat semen,
yaitu apabila ditambahkan air akan menjadi kaku dan di dalam
beberapa jam saja pasta akan mengeras.
 Bila bercampur dengan air akan menghasilkan panas hidrasi yang
cukup tinggi.
 Senyawa ini berpengaruh besar terhadap pengerasan semen,
terutama sebelum 14 hari sehingga mempengaruhi kekuatan awal
beton.
 Kandungan C3S pada PC bervariasi antara 35%-55% rata-rata 45%.
8
Dikalsium silikat (C2S) atau 2 CaO.SiO2
 Pada penambahan air senyawa terjadi reaksi, menyebabkan
pasta mengeras dan menimbulkan sedikit panas yaitu 250
joule/gram. Pasta yang mengeras, perkembangan kekuatannya
stabil dan lambat pada beberapa minggu kemudian mencapai
kekuatan tekan akhir hampir sama dengan C3S.
 Pengaruh C2S terhadap perkerasan semen setelah berumur lebih
dari 7 hari dan memberikan kekuatan akhir pada beton.
 Kandungan C2S pada PC bervariasi antara 15%-35% dan rata-rata
25%.
Trikalsium silikat alumina (C3A) atau 3CaO.Ai2O3
 Dengan air bereaksi menimbulkan panas hidrasi yang tinggi yaitu
850 Joul/gram.
 Perkembangan kekuatan terjadi pada satu sampai dua hari,
tetapi sangat rendah.
 Berpengaruh pada pengerasan awal dan pengerasan berikutnya
yang panjang.
 Kandungan C3A pada PC berfariasi antara 7%-15%.
Tetra kalsium alumino ferrit (C4AF) atau 4CaO.Al2O3.Fe2O3
 Bereaksi cepat dengan air, dan pasta terbentuk dalam beberapa
menit.
 Menimbulkan panas hidrasi 420 joule/gram
9
 Warna abu-abu pada semen dipengaruhi oleh senyawa ini
 Kandungan C4AF pada PC bervariasi antara 5%-10%.
Semen dapat mengikat air sekitar 40% dari beratnya,
sedangkan air yang berlebih akan tetap tinggal dalam pori-pori. Bila
spesi beton ditambah ekstra air, maka sebenarnya pori-porinya yang
akan bertambah banyak. Akibatnya beton berpori dan kekuatan serta
masa pakainya akan berkurang.
2. Agregat
Agregat terbagi atas agregat halus dan kasar. Agregat halus pada
umumnya terdiri dari pasir atau partikel yang lewat saringan #4 atau
5 mm, sedangkan agregat kasar tidak lewat saringan tersebut. Ukuran
maksimum agregat kasar dalam struktur beton diatur dalam peraturan
untuk kepentingan berbagai komponen. Namun pada dasarnya
bertujuan agar agregat dapat masuk atau lewat diantara sela-sela
tulangan atau acuan.
Umumnya penggunaan bahan agregat dalam adukan beon
mencapai jumlah lebih kurang 70%-75% dari seluruh volume massa
padat beton. Untuk membentuk massa padat diperlukan susunan
gradasi butiran agregat yang baik. Disamping bahan agregat harus
mempunyai cukup kekerasan, sifat kekal, tidak bersifat reaktif terhadap
alkali dan tidak mengandung bagian-bagian kecil (< 70 micron) atau
lumpur.
10
Agregat yang umum dipakai adalah pasir, kerikil dan batu- batu
pecah. Pemilihan aregat tergantung dari :
a. Syarat-syarat yang ditentukan beton
b. Persediaan lokasi pembuatan beton
c. Perbandiagan yanag telah ditentukan antara biaya dan mutu
d. Agregat tersebut harus bersih
e. Keras dan bebas dari penyerapan kimia
f. Tidak bercampur dengan tanah liat/lumpur
Distribusi/gradari ukuran agregat memenuhi ketentuan yang berlaku.
Berikut tabel dan grafik gradasi yang harus dipenuhi oleh agregat halus
(pasir) berdasar SNI-03-2834-2000 (Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Normal) dan ASTM C-33 (Standard Specification for
Concrete Aggregate):
Tabel 2.2.1 Ketentuan Gradasi Agregat Halus
Sumber: SNI-003-2834-2000 dan ASTM C-33
11
Grafik 2.2.1. Gradasi Pasir Kasar (Zona I – SNI 03-2834-2000)
Grafik 2.2.2. Gradasi Pasir Sedang (Zona II – SNI 03-2834-2000)
12
Grafik 2.2.3. Gradasi Pasir Agak Halus (Zona III – SNI 03-2834-2000)
Grafik 2.2.4. Gradasi Pasir Agak Halus (Zona III – SNI 03-2834-2000)
13
Berikut tabel dan grafik ketentuan gradasi agregat kasar (split) berdasar
SNI-03-2834-2000 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal):
Tabel 2.2.2 Ketentuan Gradasi Agregat Kasar
Sumber: SNI-03-2834-2000
Grafik 2.2.5. Gradasi Kerikil Ukuran Maksimum 10 mm (SNI 03-2834-2000)
14
Grafik 2.2.6. Gradasi Kerikil Ukuran Maksimum 20 mm (SNI 03-2834-2000)
Grafik 2.2.7. Gradasi Kerikil Ukuran Maksimum 40 mm (SNI 03-2834-2000
15
3. Air untuk Adukan Beton
Karena pengerasan beton berdasarkan reaksi antara semen dan air,
maka sangat diperlukan pemeriksaan apakah air yang akan digunakan
memenuhi syarat-syarat tertentu. Air ini harus memenuhi syarat-
syarat yang lebih tinggi daripada air untuk pembuatan beton. Air yang
dapat diminum dapat digunakan untuk air adukan beton, akan tetapi air
yang dapat digunakan untuk adukan beton tidak berarti dapat diminum.
Misalkan air untuk perawatan selanjutnya keasaman tidak boleh PH >6,
juga tidak boleh terlalu sedikit mengandung kapur.
Nilai banding berat air dan semen untuk suatu adukan beton
dinamakan Water Cement Ratio (WC ratio atau W/C). Agar terjadi
proses hidrasi yang sempurna dalam adukan beton, pada umumnya
dipakai nilai Water Cement Ratio 0,40 – 0,60 tergantung mutu beton
yang hendak dicapai. Semakin tinggi mutu beton yang akan dicapai
umumnya menggunaakan nilai Water Cement Ratio semakin rendah,
sedangkan dilain pihak, untuk menambah daya workability (kelecakan,
sifat mudah dikerjakan) diperlukan nilai Water Cement Ratio yang
lebih tinggi.
16
2.3. Analisa Saringan pasir
2.3.1.Alat-Alat yang Digunakan
a. 1 set ayakan terdiri atas:
Ø 9,50 mm (3/8”) ; Ø 0,475 mm (no. 4); Ø 2,36 mm (no.8); Ø1,18
mm (no. 16); Ø 0,6 mm (no.30); Ø 0,425 mm (no. 40); Ø 0,3 mm
(no. 50); Ø 0,15 mm (no.100); Ø 0,075 mm (no. 200); pan.
b. Timbangan dengan ketilitian 1 gr.
c. Mesin ayak (Sieve Shaker Electric)
2.3.2. Prosedur Percobaan
Adapun prosedur praktikum dalam percobaan ini sebagai berikut :
a. Menyusun ayakan sesuai urutan diameter lubang, lalu letakkan
dibawah mesin ayak.
b. Menimbang 1000 gr pasir kering (setelah dikeringkan dalam
mesin pengering), lalu masukkan ke ayakan Ø 9,5 mm, lalu
ayakan teratas ditutup.
c. Melakukan ayakan selama 10 menit .
d. Setelah selesai, menimbang berat pasir yang tertinggal pada
masing-masing ayakan.
17
2.4.Analisa Saringan Batu Pecah
2.4.1. Alat-Alat yang Digunakan
a. 1 set ayakan terdiri atas:
Ø 38,1 mm (1 ½ inch) ; Ø 25,4 mm (1inch); Ø 19 mm (no.3/4
inch); Ø 12,5 mm (1/2 inch); Ø 9,5 mm (3/8 inch); Ø 4,75 mm
(no. 4); Ø 2,36 mm (no. 8); Ø 0,15 mm; pan.
b. Timbangan dengan ketilitian 1 gr.
c. Mesin ayak (Sieve Shaker Electric)
2.4.2. Prosedur Percobaan
Adapun prosedur praktikum dalam percobaan ini sebagai berikut :
a. Menyusun ayakan sesuai urutan diameter lubang, lalu letakkan
dibawah mesin ayak.
b. Menimbang 1000 gr batu pecah kering (setelah dikeringkan
dalam mesin pengering), lalu masukkan ke ayakan Ø 9,5 mm, lalu
ayakan teratas ditutup.
c. Melakukan ayakan selama 10 menit .
d. Setelah selesai, menimbang berat batu pecah yang tertinggal pada
masing-masing ayakan.
18
2.5.Perencanaan Mix Design
2.5.1. Langkah-langkah pembuatan rencana Campuran Beton
a. Ambil kuat tekan beton yang disyaratkan fc pada umur tertentu;
b. Hitung deviasi standart menurut ketentuan butir a
c. Hitung nilai tambah;
d. Hitung kuat tekan beton rata-rata yang ditargetkan fcr’ menurut
butir b;
e. Tetapkan jenis semen;
f. Tentapkan jenis agregat kasar dan agregat halus. Agregat ini
dapat dalam bentuk tak terpecahkan (pasir atau koral) atau
dipecahkan;
g. Tentukan faktor air-semen menurut butir b bila dipergunakan
grafik 1 atau 2 ikut langkah-langkah berikut :
(1) Tentukan nilai kuat tekan pada umur 28 hari dengan
menggunakan tabel 2, sesuai dengan semen dan agregat yang
dipakai.
(2) Lihat grafik I untuk benda uji berbentuk silinder atau grafik 2
untuk benda uji berbentuk kubus;
(3) Tarik garis tegak lurus keatas melalui faktor air semen 0,5
sampai memotong kurva kuat tekan yang ditentukan pada sub
butir 2 diatas,
19
(4) Tarik garis mendatar melalui nilai kuat tekan yang
ditargetakan sampai memotong kurva yang ditentukan pada
sub butir 3 diatas;
(5) Tarik garis tegak lurus kebawah melalui titik potong tersebut
untuk mendapatkan faktor air-semen yang diperlukan.
h. Tetapkan faktor air-semen maksimum (dapat ditetapkan
sebelumnya atau tidak). Jika nilai faktor air-semen yang diperoleh
dari butir g diatas lebih kecil dari yang dikehendaki, maka yang
dipakai ialah yang terendah;
i. Tetapkan slump;
j. Tetapkan ukuran agregat maksimum.
k. Tentukan nilai kadar air – semen bebas menurut tabel 6.
l. Hitung jumlah semen yang besarnya adalah kadar semen adalah
kadar air bebas dibagi faktor air – semen.
m. Jumlah semen maksimum jika tidak ditetapkan, dapat diabaikan.
n. Tentukan jumlah semen seminimum mungkin.
o. Tentukan faktor air-semen yang disesuaikan jika jumlah semen
berubah karena lebih kecil dari jumlah semen minimum yang
ditetapkan (atau lebih besar dari jumlah semen maksimum yang
disyaratkan), maka faktor air semen faktor air semen harus
diperhitungkan kembali;
p. Tentukan susunan besar butir agregat halus (pasir) kalau agregat
halus sudah dikenal dan sudah dilakukan analisa ayakan menurut
20
standar yang berlaku, maka kurva dari pasir ini dapat
dibandingkan dengan kurva-kurva yang tertera dalam grafik 3 s/d
6 dan grafik 7 s/d 9 untuk agregat kasar;
q. Tentukan persentasi pasir dengan menggunakan grafik 10 s/d 12;
r. Dengan diketahuinya ukuran butir agregat maksimum butir 10,
slump 9, faktor air-semen butir 15 dan daerah susunan butir buir
16, maka jumlah presentase pada yang siperluka dapat dibaca
pada grafik. Jumlah ini adalah seluruhnya dari pasir atau fraksi
agregat yang lebih halus dari 5mm.
s. Dalam agregat kasar yang biasa dipakai di Indonesia seringkali
dijumpai bagian yang lebih halus dari 5 mm dalam jumlah yang
lebih dari 5 persen. Dalam hal ini maka jumlah agregat yang
diperlukan harus dikurangi.
t. Hitung berat jenis relatif agregat
u. Tentukan berat jenis relatif beton menurut grafik 13 sesuai
dengan kadar air bebas yang sudah ditemukan dari tabel 6 dan
berat jenis relatif dari agregat gabungan.
v. Hitung kadar agregat gabungan yang besarnya adalah berat jenis
beton dikurangi jumlah kadar semen dan kadar air bebas;
w. Hitung kadar agregat halus yang besarnya adalah hasil kali
presentasi pasir dikurangi kadar agregat gabungan.
x. Hitung kadar agregat kasar yang besarnya adalah kadar agregat
gabungan dikurangi kadar agregat halus.
21
y. Koreksi proporsi campuran.
z. Buatlah campuran uji, ukur dan catatlah besarnya slump serta
kekuatan tekan yang sesungguhnya, perhatikan hal berikut :
1) Jika harga yang didapat sesuai dengan harga yang
diharapkan, maka susunan campuran beton tersebut dikatakan
baik. Jika tidak, maka campuran perlu dibetulkan;
2) Kalau slump ternyata terlalu tinggi / rendah, maka kadar air
perlu dikurangi/ ditambah (dengan demikian juga kadar
semennya, karena faktor air-semen harus dijaga agar tetap tak
berubah);
3) Jika kekuatan beton dari campuran uji ini terlalu tinggi atau
rendah, maka faktor air-semen dapat atau harus ditambah
atau dikurangi sesuai dengan grafik 1 atau 2.
Apabila agregat tidak dalam keadaan jenuh kering permukaan
proporsi campuran harus dikoreksi terhadap kandungan air
dalam agregat.
22
Koreksi proporsi campuran harus dilakukan terhadap kadar air dalam
agregat paling sedikit minimum satu kali dalam sehari dan dihitung
menurut rumus sebagai berikut :
AIR
= B – (Ck – Ca) x C / 100 – (Dk – Da) x D/100;
AGREGAT HALUS
= C + (Ck – Ca) x C/ 100;
AGREGAT KASAR
= D + (Ck – Ca) x D / 100
Dimana :
B = Jumlah air (kg/m3)
C = Jumlah agregat halus (kg/m3)
D = Jumlah kerikil (kg/m3)
Ca = Absorsip air pada agregat halus (%)
Da = Absorsip air pada agregat kasar (%)
Ca = Kandungan air dalam agregat kasar (%)
Dk = Kandungan air dalam agregat kasar (%)
23
Tabel 2.5.1 Perencanaan Mix Desain
DAFTAR ISIAN (FORMULIR) PERENCANAAN CAMPURAN BETON
No. URAIAN
TABEL/GRAFIK/
PERHITUNGAN
NILAI
1. Kuat tekan yang disyaratkan Ditetapkan N/mm2 pada ......... hari
Bagian cacat ......
...persen
2. Deiviasi standar .............
N/mm2 atau tanpa data
........
Tabel 2.5.2 ...... N/mm2
3. Nilai tambah (margin)
(k=1.64)1.64 x ....=
.......N/mm2
4.
Kekuatan rata-rata yang
ditargetkan ........
........... = .............
N/mm2
5. Jenis Semen ............. Ditetapkan
6.
Jenis Agregat : Kasar
.............
.................
Jenis Agregat : Halus
.............
.................
7.
Faktor air-semen bebas
.............
Tabel 2.5.3 .................
Gambar 2.5.1
(ambil nilai yang
terkecil)
8.
Faktor air –semen maks
.............
.................
9. Slump ............. Slump ................. mm
10.
Ukuran agregat maksimum
.............
................. mm
11. Kadar air bebas ............. Tabel 2.5.7 ................. kg/ m3
24
12. Jumlah semen ............. 11 : 8 atau 7
.................= .................
kg/m3
13.
Jumlah semen maksimum
.............
Ditetapkan ................. kg/ m3
14.
Jumlah semen minimum
.............
.............. kg/ m3 (pakai
bila lebih besar dari 12,
lalu hitung 15)
15.
Faktor air-semen yang
disesuakan .............
16.
Susunan besar butir agregat
halus .............
Gambar 3.1.3
Daerah gradasi susunan
butir .....
17. Persen agregat halus Gambar 2.5.5 ................. persen
18.
Berat jenis relatif, agregat
.............
.................
diketahui/dianggap
(kering permukaan)
19. Berat jenis beton ............. Gambar 2.5.3 ................. kg/ m3
20.
Kadar agregat gabungan
.............
19 – (12 + 11) ............=............ kg/ m3
21. Kadar agregat halus ............. 17 x 20 ............=............ kg/ m3
22. Kadar agregat kasar ............. 20 – 21 ............=............ kg/ m3
Proposal Campuran semen air agregat halus agregat kasar
(kg) (kg atau lt) (kg) (kg)
Tiap m3 .......... ................ ................ ................ ................
Tiap campuran uji ....... m3 ................ ................ ................ ................
Sumber: Diktat Penuntun Praktikum Beton, Laboratorium teknik Sipil, Unversitas
Wiraraja Sumenep; 2016.
25
Tabel 2.5.2. Faktor pengali untuk deviasi standar bila data hasil uji yang
disediakan kurang dari 30
JUMLAH PENGUJIAN
FAKTOR PENGALI
DEVIASI STANDAR
Kurang dari 15
15
20
25
30 atau lebih
-
1,16
1,08
1,03
1,00
Sumber: Diktat Penuntun Praktikum Beton, Laboratorium teknik Sipil,
Universitas Wiraraja Sumenep; 2016.
Bila data uji lapangan untuk menghitung deviasi standar yang memenuhi
persyaratan ayat 3.2.1 butir 1 diatas tidak tersedia, maka kuat tekan rata-rata yang
ditargetkan fcr’harus diambil tidak kurang dari (fc + 12) Mpa.
26
Tabel 2.5.3. Perkiraan kekuatan tekan (n/mm) beton dengan faktor air semen 0,5
dan jenis semen dan agregat kasar yang biasa dipakai di Indonesia.
JENIS SEMEN
JENIS AGREGAT
KASAR
KEKUATAN TEKAN (N/mm)
PADA UMUR
(HARI)
BENTUK
BENDA
UJI
7 28 91
Semen Portland
Tipe IA tau
Semen tahan
sulfat tipe II,V
Batu tak dipecahkan 17 23 33 40
Silinder
Batu pecah 19 27 37 45
Batu tak dipecahkan 29 25 40 45
Kubus
Batu pecah 23 32 45 54
Semen Portland
Tipe III
Batu tak dipecahkan 21 25 35 44
Silinder
Batu pecah 25 33 44 45
Batu tak dipecahkan 25 31 465 55
Kubus
Batu pecah 30 40 53 60
Sumber: Diktat Penuntun Praktikum Beton, Laboratorium teknik Sipil, Unversitas
Wiraraja Sumenep; 2016.
Catatan :
- 1 N/mm2 = 1 MN/m2 = 1 Mpa = 10,2 kg/cm2 = 145,075 psi
- Kuat tekan silinder = 0,83 kuat tekan kubus (150 mmx300 mm) (150 mmx150
mm)
27
Tabel 2.5.4. Persyaratan jumlah semen minimum dan faktor air semen maksimum
untuk berbagai macam pembetonan dalam lingkungan khusus.
JUMLAH SEMEN
MINIMUM PER m3
BETON (kg)
NILAI FAKTOR
SEMEN
MAKSIMUM
Beton di dalam ruang bangunan :
a. Keadaan keliling non-korosif 275 0,60
b. Keadaan keliling korosif disebabkan
oleh kondensasi atau uap korosif
325 0,52
Beton di luar ruangan bangunan :
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik
matahari langsung
325 0,60
b. Terlindung dari hujan dan terik
matahari langsung
275 0,60
Beton yang masuk ke dalam tanah :
a. Mengalami keadaan basah dan kering
berganti-ganti
325 0,55
b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali
dari tanah.
Beton yang kontinue berhubungan :
a. Air tawar Lihat tabel 4
b. Air laut Lihat tabel 4
Sumber: Diktat Penuntun Praktikum Beton, Laboratorium teknik Sipil, Unversitas
Wiraraja Sumenep; 2016.
28
Tabel 2.5.7. Perkiraan kadar air bebas (kg/m3) yang dibutuhkan untuk beberapa
tingkat kemudahan pengerjaan adukan beton
SLUMP (mm) 0-10 10-30 30-60 60-180
UKURAN BESAR
BUTIR AGREGAT
MAKSIMUM
JENIS AGREGAT
10
Batu tak dipecahkan
Batu pecah
150
180
180
205
205
230
225
250
20
Batu tak dipecahkan
Batu pecah
135
170
160
190
180
210
195
225
40
Batu tak dipecahkan
Batu pecah
115
155
140
175
160
190
175
205
Sumber: Diktat Penuntun Praktikum Beton, Laboratorium teknik Sipil, Unversitas
Wiraraja Sumenep; 2016.
Catatan :
1. Koreksi Suhu:
Untuk suhu diatas 20oC, setiap kenaikan 5oC harus ditambah air 5 liter per m3
adukan beton.
2. Kondisi permukaan :
Untuk permukaan agregat yang kasar harus ditambah air 10 liter per m3
adukan beton.
29
Grafik 2.5.1. Hubungan Antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen (Benda uji
Berbentuk Silinder Diameter 150 mm dan Tinggi 300 mm - SNI 03-
2834-2000)
30
Grafik 2.5.2. Hubungan Antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen (Benda uji
Berbentuk Kubus ukuran 150 mm x 150 mm - SNI 03-2834-2000)
31
Grafik 2.5.3. Perkiraan berat isi beton basah yang telah selesai didapatkan (SNI
03-2834-2000)
Grafik 2.5.4. Persen pasir terhadap kadar total agregat yang dianjurkan
Untuk ukuran butir maksimum 10 mm
32
Grafik 2.5.5. Persen pasir terhadap kadar total agregat yang dianjurkan
Untuk ukuran butir maksimum 20 mm
Grafik 2.5.6. Persen pasir terhadap kadar total agregat yang dianjurkan
Untuk ukuran butir maksimum 40 mm
33
2.6. Pengujian Slump Beton
2.6.1. Alat-Alat yang Digunakan
a. Cetakan berupa kerucut terpancung dengan diameter bagian
bawah 20 cm, bagian atas 10 cm dan tingi 30 cm. Bagian atas
dan bawah cetakan terbuka.
b. Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm.
Ujungnya dibulatkan dan sebaiknya bahan tongkat terbuat dari
baja tahan karat.
c. Alat logam dengan permukaan rata dan kedap air.
d. Sendok cekung.
e. Contoh beton segar sesuai dengan cetakan
2.6.2. Prosedur Percobaan
Adapun prosedur praktikum dalam percobaan ini sebagai berikut :
a. Cetakan dan pelat dibasahi dengan kain basah
b. Letakkan cetakan diatas pelat
c. Letakkan cetakan sampai penuh dengan beton segar dalam tiga
lapis.Tiap lapis kira-kira 1/3 isi cetakan. Setiap lapis
dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 tusukan
secara merata. Tongkat pemadat harus masuk tepat sampai
lapisan bagian bawah tiap-tiap lapisan. Pada lapisan pertama,
penusukan bagian tepi dilakukan dengan tongkat
dimiringkan sesuai dengan kemiringan dinding cetakan.
d. Setelah selesai pemadatan, ratakan permukaan benda uji
34
e. dengan tongkat. Tunggu selama ½ menit, dan dalam jangka
waktu ini semua kelebihan beton segar harus dibersihkan.
f. Cetakan diangkat perlahan-lahan secara tegak lurus keatas.
g. Balikkan cetakan dan letakkan disamping benda uji.
h. Ukurlah SLUMP yang terjadi dengan menentukan perbedaan
tinggi cetakan dengan tinggi rata-rata dari benda uji.
i. PERHITUNGAN
Nilai SLUMP = tinggi cetakan – tinggi cetakan rata-rata benda uji
2.7. Penentuan berat isi beton
2.7.1. Alat-Alat yang Digunakan
a. Timbangan dengan ketelitian 0,3% dari berat contoh.
b. Tongkat pemadatan dengan diameter 16 mm, panjang 60
cm. Ujung dibulatkan dan sebaiknya terbuat dari baja tahan
karat.
c. Alat perata
d. Takaran dengan kapasitas dan penggunaan.
KAPASITAS (liter)
UKURAN MAKSIMUM
AGREGAT (mm)
6
10
14
28
25.00
37.50
50.00
75.00
Contoh beton segar sesuai dengan kapasitas takaran.
35
2.7.2. Prosedur Percobaan
Adapun prosedur praktikum dalam percobaan ini sebagai berikut :
a. Timbang dan catat berat takaran (W1)
b. Isilah takaran dengan benda uji dalam tiga lapis.
c. Tiap-tiap lapis dipadatkan dengan 25 kali tusukan secara
merata. Pada pemadatan lapis pertama, tongkat tidak boleh
mengenai dasar takaran. Pemadatan kedua dan ketiga, tusukan
tongkat kira-kira sampai 2,5 cm dibawah lapisan sebelumnya.
d. Setelah selesai pemadatan, ketuklah sisi takaran perlahan-
lahan sampai tidak tampak gelembung-gelembung udara
pada permukaan serta rongga bekas tusukan tertutup.
e. Ratakan permukaan benda pada benda uji dan tentukan beratnya
(W2).
2.7.3. Perhitungan
Berat Isi Beton, D = W2 – W1
Keterangan:W1 = berat takaran
W2 = berat takaran + beton
V = isi takaran (liter)
Banyaknya beton untuk campuran satu sak semen:
Y = (W/ V) x 0,001 (m3 / sak )
Keterangan :
Y : berat total bahan campuran beton per sak semen ( kg )
Banyaknya semen per m3 beton : 1/Y ( sak/m3 )
V
36
2.8.Pengujian Kuat Tekan Beton
2.8.1. Alat-Alat yang Digunakan
a. Mesin penguji
2.8.2. Prosedur Percobaan
a. Ambillah benda uji dari tempat perawatan.
b. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris.
c. Jalankan mesin tekan. Tekanan harus dinaikkan berangsur -
angsur dengan kecepatan berkisar antara 6 s/d 4 kg/cm2 per detik.
d. Letakkan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan
catatlah beban maksimum hancur yang terjadi selama
pemeriksaan benda uji.
e. Lakukan proses a s/d d sesuai jumlah benda uji yang akan
ditetapkan kekuatan tekan karakteristiknya.
2.8.3. Perhitungan
Kuat Tekan Beton (fc) = P /A (N / mm2, MPa)
P = Beban Maksimum (N)
A = Luas Penampang benda uji mm
2
)
Catatan :
Beberapa ketentuan khusus yang harus diikuti sebagai berikut :
1. Untuk benda uji berbentuk kubus ukuran sisi 20 x 20 x 20 cm cetakan
diisi dengan adukan beton dalam 2 lapis, tiap-tiap lapis dipadatkan
37
2. dengan 29 kali tusukan, tongkat pemadat diameter 16 mm, panjang 600
mm.
3. Untuk benda uji berbentuk kubus ukuran sisi 15 x 15 x 15 cm, cetakan
diisi dengan adukan beton dalam 2 lapis, tiap-tiap lapis dipadatkan
dengan 32 kali tusukan, tongkat pemadat diameter 10 mm, panjang 300
mm.
4. Benda uji berbentuk kubus tidak perlu dilapisi
5. Bila tidak ada ketentuan lain konversi kuat tekan beton dari bentuk kubus
ke bentuk silinder, maka gunakan angka perbandingan kuat tekan seperti
berikut :
Tabel 2.8.1.Daftar Konversi
Bentuk Benda Uji Perbandingan
Kubus : 15 cm x 15 cm x 15 cm
: 20 cm x 20 cm x 20 cm *)
Silinder : 15 cm x 30 cm
1,0
0,95
0,83
Sumber: Diktat Penuntun Praktikum Beton, Laboratorium teknik Sipil,
Unversitas Wiraraja Sumenep; 2015.
6. Pemeriksaan kekuatan tekan beton biasanya pada umur 3 hari, 7 hari, dan
28 hari
7. Hasil pemeriksaan diambil nilai rata-rata dari minimum 2 buah benda uji
8. Apabila pengaduan dilakukan dengan tangan (hanya untuk perencanaan
campuran beton), isi bak pengaduk maksimum 7 dm3 dan pengaduan
tidak boleh dilakukan untuk campuran beton slump.
38
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil dan Pembahasan Percobaan Analisa Saringan Pasir
Tabel 3.1.1. Data Pengujian Dan Perhitungan Analisa Saringan Pasir
Ukuran
Saringan Berat
Tertahan
(gr)
Berat
Tertahan
Komulatif
(gr)
%Tertahan
Komulatif
% Lolos
KomulatifMm Inch
3,52 3/8 173 173 17,33 82,67
2,36 8 1 174 17,43 82,57
1,70 12 93 267 26,75 73,25
1,18 16 89 356 35,67 64,33
0,60 30 221 577 57,81 42,19
0,425 40 133 710 71,14 28,86
0,30 50 33 743 74,44 25,56
0,15 100 210 953 95,49 4,51
0,075 200 29 982 98,39 1,61
Pan 16 998 100 0
Jumlah 998
Sumber: Analisa Perhitungan (2016)
Contoh Perhitungan:
a. Berat Tertahan adalah berat pasir yang tertinggal di setiap nomor ayakan
b. Berat Tertahan kumulatif adalah berat pasir di ayakan dijumalahkan
dengan berat pasir yang tertahan di nomor ayakan sebelumnya.
c. % tertahan kumulatif merupakan perbandingan berat tertahan kumulatif
d. terhadap jumlah pasir yang tertinggal.
39
0.000
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00
%Lolosayakan
Ayakan
Hubungan Ayakan dan % Lolos
% lolos ayakan
e. % lolos ayakan merupakan 100% berat pasir dikurangi % tertahan
kumulatif.
Berdasarkan hasil percobaan analisa ayakan dan hasil perhitungan,
maka didapat hubungan antara % lolos kumulatif dengan nomor saringan
(Grafik 3.1.1). Selain itu didapat pula penempatan zona pasir. Dari percobaan
ini, pasir yang kami uji merupakan pasir dengan gradasi di zona 2 (Grafik
3.1.3).
Grafik 3.1.1. Hubungan antara % Lolos Kumulatif dan Nomor Ayakan
Saringan Pasir.
Semakin besar nomor ayakan, maka persentase lolosnya akan semakin
besar pula (Berbanding lurus)
40
Grafik 3.1.2. Gradasi Pasir Kasar (Zona I)
Grafik 3.1.3. Gradasi Pasir Sedang (Zona II)
41
Grafik 3.1.4. Gradasi Pasir Agak Halus (Zona III)
Grafik 3.1.5. Gradasi Pasir Halus (Zona IV)
42
3.2. Hasil dan Pembahasan Percobaan Analisa Saringan Batu Pecah
Tabel 3.2.1. Data Pengaujian Dan Perhitungan Analisa Saringan Batu pecah
Ukuran
Saringan
Berat
Tertahan
(gr)
Berat
Tertahan
Komulatif (gr)
% Tertahan
Komulatif
% Lolos
Komulatifmm Inch
76,2 3 0 0 0 100
50,8 2 0 0 0 100
3,81 1,5 0 0 0 100
25,4 1 0 0 0 100
4,75 #4 995 995 99,5 0,5
2,36 #8 1 996 99,6 0,4
0,15 100 1 997 99,7 0,3
Pan 3 1000 100 0
Jumlah 1000
Sumber:Analisa Perhitungan (2016)
Berdasarkan hasil percobaan analisa ayakan dan hasil perhitungan,
maka didapat hubungan antara % lolos kumulatif dengan nomor saringan
(Grafik 3.2.1). Selain itu didapat pula penempatan zona batu pecah. Dari
percobaan ini, pasir yang kami uji merupakan batu pecah dengan gradasi di
batu pecah ukuran maksimum 20 mm (Grafik 3.2.3).
43
Grafik 3.2.1. Hubungan antara % Lolos Kumulatif dan Nomor Ayakan
Saringan Pasir
Hubungan nomor ayakan dan persentase lolos kerikil bersifat
fluktuatif (tidak beraturan).
Grafik 3.2.2. Gradasi Batu Pecah Ukuran Maksimum 10 mm
0.000
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00
%loloskumulatif
Nomor ayakan
Hubungan Ayakan dan % Lolos
% lolos ayakan
44
Grafik 3.2.3. Gradasi Batu Pecah Ukuran Maksimum 20 mm
Grafik 3.2.4. Gradasi Batu Pecah Ukuran Maksimum 40 mm
45
3.3. Hasil dan Pembahasan Perencanaan Mix Design
Tabel 3.3.1.Data Hasil Perhitungan Perencanaan Campuran Mix Design
No URAIAN
Tabel / Grafik /
Perhitungan
NILAI
1.
Kuat tekan yang
disyaratkan
Ditetapkan
25 Mpa
N/mm2 pada 28 hari
Bagian cacat 5%, k =
1,64
2. Deiviasi standar Tabel 2.5.2
7 Mpa N/mm2 atau
tanpa data .... N/mm2
3.
Nilai tambah (margin) 12
N/mm2
1,64 x 7 11,48 N/mm2
4.
Kekuatan rata-rata yang
ditargetkan
1+3 36,48 Mpa
5. Jenis Semen Tipe 1 Ditetapkan
6. Jenis Agregat : Kasar Ditetapkan Batu pecah
Jenis Agregat : Halus Ditetapkan Pasir Hitam
7. Faktor air-semen bebas Tabel 2.5.3 0,57
Grafik 2.5.1
(Ambil nilai yang
terendah)
8. Faktor air –semen maks Ditetapkan 0.60
9. Slump Ditetapkan Slump 30 - 60 mm
10. Ukuran agregat maksimum Ditetapkan 20 mm
11. Kadar air bebas Tabel 2.5.3 210 kg/ m3
46
12. Jumlah semen 225 : 0,6 350 kg/m3
13. Jumlah semen maksimum -
14. Jumlah semen minimum
275 kg/ m3 (pakai bila
lebih besar dari 12,
lalu hitung 15)
15.
Faktor air-semen yang
disesuaikan
-
16.
Susunan besar butir
agregat halus
Grafik 3.1.3 Zona II
17. Persen agregat halus Grafik 2.5.5 40%
18.
Berat jenis relatif, agregat
(kering permukaan)
2.650 kg/m3
diketahui/dianggap
19. Berat jenis beton Grafik 2.5.3 2.380 kg/ m3
20. Kadar agregat gabungan 2.380-(350+210) 1.820 kg/ m3
21. Kadar agregat halus 40% x 2.380 952 kg/ m3
22. Kadar agregat kasar 1.820-952 868 kg/ m3
Sumber : Analisa Perhitungan (2016)
47
Tabel 3.3.2 Campuran Bahan Benda Uji
Proposal Campuran Semen air
Agregat
halus
Agregat
kasar
(kg) (liter) (kg) (kg)
Tiap m³ 1,181 0,708 3,213 2,929
Tiap campuran uji m³ 3,543 2,124 9,639 8,787
Ditambah 15 % 4,07445 2,5426 11,08485 10,10502
Sumber : Analisa Perhitungan (2016)
Menurut data tabel di atas dapat di simpulkan bahwa campuran bahan
benda uji beton membutuhkan; Semen = 4,07445 kg, Air = 2,5426 liter, agregat
halus = 11,08485 kg, agregat kasar = 10,10502 kg
3.4. Hasil dan Pembahasan Pengujian Slump Beton
Tabel 3.4.1. Data Pengujian Dan Perhitungan Nilai Slump
No.
Tinggi Cetakan Slump
(cm)
Tinggi
Campuran (cm)
Nilai Slump
(cm)
1 30 27 3
2 30 27 3
3 30 27 3
Rata-Rata Nilai Slump 3
Sumber: Analisa Perhitungan (2016)
Berdasarkan percobaan didapat nilai slump rata-rata adalah 3 cm,
sedangkan nilai slump yang ditetapkan sebelumnya adalah 3-6 cm. Nilai
slump rata-rata yang didapat sudah memenuhi nilai slump yang ditetapkan.
48
3.5. Hasil dan Pembahasan Penentuan Berat Isi Beton
Diketahui penentuan berat beton per sak semen :
A = Semen
B = Air
C = Pasir
D = Batu Pecah
Jadi ; Semen =
275
275
× 40 = 40 Kg
Air =
210
275
× 40 = 30.545 Kg
Pasir =
952
275
× 40 = 138.472 Kg
Kerikil =
868
275
× 40 = 126.254 Kg
W = A+B+C+D
= 40 Kg +30.545 Kg+138.472 Kg + 126.254 Kg
= 335.271 Kg
Berat isi beton:
D = W2 / V
Banyaknya beton untuk campuran satu sak semen:
Y = W / D
Dimana:
D = Berat isi beton
W = Berat campuran beton per sak semen
W1 = Berat mould
W2 = Berat beton
V = Isi mould (m3)
49
Y = berat total bahan campuran beton per sak semen (kg)
1/Y = Banyaknya semen per m3 beton (sak/m3)
Tabel 3.5.1. Data Pengujian Dan Perhitungan Nilai Berat Isi Beton
PERCOBAAN
W1
(kg)
W2
(kg) V (dm3)
D
(kg/m3) Y (m3/sak)
1/Y
(sak/ m3)
1 10350 16235 3,375 1.74 0,1293 5.20
2 10689 17738 3,375 2.09 0,1605 6.23
3 10670 17806 3,375 2.11 0,1586 6.31
Rata-Rata 10570 17260 3,375 1.98 0,1705 5.91
Sumber: Analisa Perhitungan (2016)
Pada tabel percobaan diatas dapat diketahui bahwa rata-rata kebutuhan
banyaknya semen per m3 campuran beton adalah
Contoh perhitungan :
D =
𝑊2−𝑊1
𝑉
=
16235 −10350
3,375
= 1,74
1/Y = 5,20
Y =
𝑊
𝐷
x 0,001
=
335.271
1,74
x 0,001
= 0,1293
50
3.6. Hasil dan Pembahasan Pengujian Kuat Tekan Beton
Tabel 3.6.1. Data Pengujian Dan Perhitungan Nilai Kuat Tekan Beton
NO
TANGGAL
BERAT
(Kg)
UMUR
(Hari)
Tek. Hancur
(N)
Teg.
Hancur
(N/Cm2
)
(𝑓𝑐 - 𝑓𝑐̅̅̅)2
BUAT UJI
1 15 -3-2016 22-3-2016 5885 7 152000 9,651 1,165
2 15 -3-2016 22-3-2016 7058 7 175000 11,111 0,145
3 15 -3-2016 22-3-2016 7136 7 180000 11,429 0,488
RATA-RATA 10,730 1,798
Sumber perhitungan (2016)
Contoh perhitungan:
P = Beban Maksimum (kg)
A = Luas penampang benda uji (cm2)
K = Konversi umur beton
fci = Kuat tekan beton secara individual
n = Banyaknya sampel/ data yang di ambil
fci = Tekagan Hancur (N/cm2)
fci =
𝑃
𝐴 𝑥 𝐾
=
152000
22500 𝑥 0,70
=
152000
15750
= 9,651kg/cm².
S = √
(𝑓𝑐𝑖− 𝑓𝑐̅̅̅̅)2
𝑛−1
= √
1,798
2
= 0,948 kg/cm²
F’c = 𝑓𝑐̅̅̅ – M
= 𝑓𝑐̅̅̅ – (1,64 x 0,984) = 9,18 kg/cm²
51
Berdasarkan hasil pengujian dan perhitungan didapatkan nilai
tegangan hancur yang masih jauh dari nilai yang direncanakan.
Perencanaan awal ditentukan bahwa benda uji akan memiliki nilai kuat
tekan 22500 N/cm² namun hasil pengujian menunjukkan nilai kuat tekan
9,18 N/cm². Nilai tersebut memiliki selisih 22490,82 N/mm² yang
menandakan hasil praktikum yang dilakukan masih jauh dari prencanaan.
Hal ini terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhi hasil uji tekan,
diantaranya:
1. Praktikum beton ini terpisah dengan praktikum bahan, oleh sebab
itu bahan pembuatan benda uji jauh dari standar sehingga akan sangat
mempengaruhi hasil kekuatan benda uji.
2. Pencampuran bahan untuk membuat benda uji kurang sempurna,
hal ini dikarenakan pengalaman pertama tim praktikum melakukan
pencampuran bahan pembuat beton.
3. Permukaan benda uji tidak bagus, ada beberapa rongga di
permukaan benda uji.
4. Meski dalam pengawasan dosen pembimbing praktikum, terdapat
beberapa kesalahan yang mungkin tidak disadari sehingga mempengaruhi
hasil praktikum.
52
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari hasil praktikum beton ini adalah sebagai berikut:
1. Percobaan analisa saringan pasir bertujuan untuk mengetahui gradasi pasir
yang akan diuji. Pasir yang kami uji termasuk gradasi pasir pada zona II
yang menandakan gradasi pasir uji adalah sedang.
2. Percobaan analisa saringan batu pecah bertujuan untuk mengetahui gradasi
batu pecah yang akan diuji. Batu pecah yang kami uji termasuk gradasi
batu pecah ukuran maksimum 20 mm.
3. Perencanaan mix desain dilakukan untuk menentukan kekuatan benda uji
dengan merencanakan jenis dan jumlah bahan yang digunakan
berdasarkan standarisasi yang telah disepakati dan terdapat pada buku
panduan praktikum beton. Pada praktikum ini direncanaka benda uji
dengan kuat tekan 250 kg/cm².
4. Rata-rata hasil uji kuat tekan ketiga benda uji yang berbentuk kubus adalah
4,849 kg/cm², yaitu sangat jauh dari rencana mix desain. Hal ini sangat
wajar karena terdapat banyak faktor yang mempengaruhinya, salah
satunya bahan yang digunakan tidak berdasarkan standarisasi yang ada dan
uji praktikum beton terpisah dari uji bahan atau agregat sehingga bahan
yang digunakan masih alami dan bukan hasil dari uji bahan.
53
4.2 Saran
1. Kesalahan yang terjadi dalam praktikum wajar, namun setiap hasil
praktikum harus dilaporkan apa adanya, namun ketelitian dan kehati-
hatian dalam praktikum sangatlah penting agar hasil yang diperoleh dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Praktikum beton hendaknya menjadi satu rangkaian dengan praktikum
bahan karena hasil yang akan didapat akan lebih akurat dan dapat
dibandingkan dengan jelas. Jika praktikum dilaksanakan terpisah, maka
mix desain yang telah dilakukan tidak lagi dapat menjadi tolak ukur yang
sesuai dengan benda uji yang telah dibuat.
54
DAFTAR PUSTAKA
-------------. 2015. Diktat Penuntun Praktikum Beton. Sumenep: Laboratorium
Teknik Sipil Fakultas Teknik Institut Universitas Wiraraja.
Gunawan T dan Margaret S. 2007. Diktat Teori Soal dan Penyelesaian Konstruksi
Beton I, Jilid I. Delta Teknik Group; Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional (BSN). Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran
Beton Normal. SNI 03-2834-2000.

More Related Content

What's hot

Jurnal beton komposisi
Jurnal beton komposisiJurnal beton komposisi
Jurnal beton komposisi
zulki zul
 
diklat pisk palembang Pengendalian mutu beton
diklat pisk palembang Pengendalian mutu beton diklat pisk palembang Pengendalian mutu beton
diklat pisk palembang Pengendalian mutu beton
Abdul Majid
 
Mix design (aci) 111134027
Mix design (aci)   111134027Mix design (aci)   111134027
Mix design (aci) 111134027
R Ladera
 
tahap proses pembuatan beton
tahap proses pembuatan betontahap proses pembuatan beton
tahap proses pembuatan beton
Riky Rida
 

What's hot (19)

Bahan kuliah _teknologi_beton
Bahan kuliah _teknologi_betonBahan kuliah _teknologi_beton
Bahan kuliah _teknologi_beton
 
Tugas Teknologi Bahan Konstruksi
Tugas Teknologi Bahan KonstruksiTugas Teknologi Bahan Konstruksi
Tugas Teknologi Bahan Konstruksi
 
Sni pengujian beton
Sni pengujian betonSni pengujian beton
Sni pengujian beton
 
Jurnal beton komposisi
Jurnal beton komposisiJurnal beton komposisi
Jurnal beton komposisi
 
Alat dan bahan bab3
Alat dan bahan bab3Alat dan bahan bab3
Alat dan bahan bab3
 
Tugas pemeliharaan dan perbaikan bangunan
Tugas  pemeliharaan dan perbaikan bangunanTugas  pemeliharaan dan perbaikan bangunan
Tugas pemeliharaan dan perbaikan bangunan
 
Teknik Sipil - Perancangan beton sni
Teknik Sipil - Perancangan beton sniTeknik Sipil - Perancangan beton sni
Teknik Sipil - Perancangan beton sni
 
Bahan bangunan II
Bahan bangunan IIBahan bangunan II
Bahan bangunan II
 
diklat pisk palembang Pengendalian mutu beton
diklat pisk palembang Pengendalian mutu beton diklat pisk palembang Pengendalian mutu beton
diklat pisk palembang Pengendalian mutu beton
 
Perancangan campuran beton
Perancangan campuran betonPerancangan campuran beton
Perancangan campuran beton
 
99160197 kendali-mutu-beton
99160197 kendali-mutu-beton99160197 kendali-mutu-beton
99160197 kendali-mutu-beton
 
Hammer test report
Hammer test reportHammer test report
Hammer test report
 
Teknologi bahan 1
Teknologi bahan 1Teknologi bahan 1
Teknologi bahan 1
 
Bismillah
BismillahBismillah
Bismillah
 
Mix design (aci) 111134027
Mix design (aci)   111134027Mix design (aci)   111134027
Mix design (aci) 111134027
 
Cara uji slump beton
Cara uji slump betonCara uji slump beton
Cara uji slump beton
 
laporan uji slump beton
laporan uji slump beton laporan uji slump beton
laporan uji slump beton
 
metode kerja beton
metode kerja betonmetode kerja beton
metode kerja beton
 
tahap proses pembuatan beton
tahap proses pembuatan betontahap proses pembuatan beton
tahap proses pembuatan beton
 

Viewers also liked (12)

Paving block
Paving blockPaving block
Paving block
 
"peralatan pemisahan" Ayakan
"peralatan pemisahan" Ayakan"peralatan pemisahan" Ayakan
"peralatan pemisahan" Ayakan
 
Perhitungan Beton Mutu Tinggi Metode ACI
Perhitungan Beton Mutu Tinggi Metode ACIPerhitungan Beton Mutu Tinggi Metode ACI
Perhitungan Beton Mutu Tinggi Metode ACI
 
Bassem-CV
Bassem-CVBassem-CV
Bassem-CV
 
LastNew CV
LastNew CVLastNew CV
LastNew CV
 
IERC a patent for Global Earth Warming Mitigation
IERC a patent for Global Earth Warming MitigationIERC a patent for Global Earth Warming Mitigation
IERC a patent for Global Earth Warming Mitigation
 
cardiopatia isquemica
cardiopatia isquemica cardiopatia isquemica
cardiopatia isquemica
 
12 seven characteristics of living organism.yr7
12 seven characteristics of living organism.yr712 seven characteristics of living organism.yr7
12 seven characteristics of living organism.yr7
 
Ainul wafa
Ainul wafaAinul wafa
Ainul wafa
 
Power engineering assignment
Power engineering assignmentPower engineering assignment
Power engineering assignment
 
Young marketers elite 4 assignment 2.1 - quang minh -bao nhu-quynh phuong -...
Young marketers elite 4   assignment 2.1 - quang minh -bao nhu-quynh phuong -...Young marketers elite 4   assignment 2.1 - quang minh -bao nhu-quynh phuong -...
Young marketers elite 4 assignment 2.1 - quang minh -bao nhu-quynh phuong -...
 
Selected Work [Model Making]
Selected Work [Model Making]Selected Work [Model Making]
Selected Work [Model Making]
 

Similar to Bab inew-update-24juni

Digital 122933 r010843-pengaruh pemakaian-literatur
Digital 122933 r010843-pengaruh pemakaian-literaturDigital 122933 r010843-pengaruh pemakaian-literatur
Digital 122933 r010843-pengaruh pemakaian-literatur
kusmira
 
Teknologi beton mutu tinggi
Teknologi beton mutu tinggiTeknologi beton mutu tinggi
Teknologi beton mutu tinggi
Indah Samad
 
Self compacting concrete
Self compacting concreteSelf compacting concrete
Self compacting concrete
Indah Samad
 
idoc.pub_makalah-struktur-beton-bertulang.pdf
idoc.pub_makalah-struktur-beton-bertulang.pdfidoc.pub_makalah-struktur-beton-bertulang.pdf
idoc.pub_makalah-struktur-beton-bertulang.pdf
CandraSartiko
 

Similar to Bab inew-update-24juni (20)

aplikasi semen
aplikasi semenaplikasi semen
aplikasi semen
 
Digital 122933 r010843-pengaruh pemakaian-literatur
Digital 122933 r010843-pengaruh pemakaian-literaturDigital 122933 r010843-pengaruh pemakaian-literatur
Digital 122933 r010843-pengaruh pemakaian-literatur
 
ilmu-bahan-beton-2a.ppt
ilmu-bahan-beton-2a.pptilmu-bahan-beton-2a.ppt
ilmu-bahan-beton-2a.ppt
 
fly ash pada beton mutu tinggi
fly ash pada beton mutu tinggifly ash pada beton mutu tinggi
fly ash pada beton mutu tinggi
 
Makalah Teknologi Bangunan
Makalah Teknologi BangunanMakalah Teknologi Bangunan
Makalah Teknologi Bangunan
 
Teknologi beton mutu tinggi
Teknologi beton mutu tinggiTeknologi beton mutu tinggi
Teknologi beton mutu tinggi
 
Jurnal TA Analisis Pengaruh Temperatur Tinggi Terhadap Kuat Tekan Beton Yang ...
Jurnal TA Analisis Pengaruh Temperatur Tinggi Terhadap Kuat Tekan Beton Yang ...Jurnal TA Analisis Pengaruh Temperatur Tinggi Terhadap Kuat Tekan Beton Yang ...
Jurnal TA Analisis Pengaruh Temperatur Tinggi Terhadap Kuat Tekan Beton Yang ...
 
Pelat Beton Bertulang
Pelat Beton BertulangPelat Beton Bertulang
Pelat Beton Bertulang
 
2799045.ppt
2799045.ppt2799045.ppt
2799045.ppt
 
Self compacting concrete
Self compacting concreteSelf compacting concrete
Self compacting concrete
 
Kbb_UII_Arsi 14_ a bata_kiki cs_okky
Kbb_UII_Arsi 14_ a bata_kiki cs_okkyKbb_UII_Arsi 14_ a bata_kiki cs_okky
Kbb_UII_Arsi 14_ a bata_kiki cs_okky
 
STRUKTUR BETON BERTULANG 1.pptx
STRUKTUR BETON BERTULANG 1.pptxSTRUKTUR BETON BERTULANG 1.pptx
STRUKTUR BETON BERTULANG 1.pptx
 
teknologi bahan
teknologi bahanteknologi bahan
teknologi bahan
 
Pengaruh penambahan fly ash terhadap kuat tekan beton mutu
Pengaruh penambahan fly ash terhadap kuat tekan beton mutuPengaruh penambahan fly ash terhadap kuat tekan beton mutu
Pengaruh penambahan fly ash terhadap kuat tekan beton mutu
 
1c. PENDAHULUAN ( PENGERTIAN BTN BRTL ).pdf
1c. PENDAHULUAN ( PENGERTIAN  BTN  BRTL ).pdf1c. PENDAHULUAN ( PENGERTIAN  BTN  BRTL ).pdf
1c. PENDAHULUAN ( PENGERTIAN BTN BRTL ).pdf
 
Tugas Besar 2.pptx
Tugas Besar 2.pptxTugas Besar 2.pptx
Tugas Besar 2.pptx
 
Inovasi teknologi beton
Inovasi teknologi betonInovasi teknologi beton
Inovasi teknologi beton
 
Kegagalan konstruksi
Kegagalan konstruksiKegagalan konstruksi
Kegagalan konstruksi
 
semen
semensemen
semen
 
idoc.pub_makalah-struktur-beton-bertulang.pdf
idoc.pub_makalah-struktur-beton-bertulang.pdfidoc.pub_makalah-struktur-beton-bertulang.pdf
idoc.pub_makalah-struktur-beton-bertulang.pdf
 

Recently uploaded

Obat Aborsi Papua Barat 082223109953 ( Pills Cytotec Asli ) Jual Obat Penggug...
Obat Aborsi Papua Barat 082223109953 ( Pills Cytotec Asli ) Jual Obat Penggug...Obat Aborsi Papua Barat 082223109953 ( Pills Cytotec Asli ) Jual Obat Penggug...
Obat Aborsi Papua Barat 082223109953 ( Pills Cytotec Asli ) Jual Obat Penggug...
Jual Obat Aborsi Apotik Jual Obat Cytotec Di Sorong
 
402610954-HIV-AID-DAN-NAPZA-PADA-REMAJA-ppt.ppt
402610954-HIV-AID-DAN-NAPZA-PADA-REMAJA-ppt.ppt402610954-HIV-AID-DAN-NAPZA-PADA-REMAJA-ppt.ppt
402610954-HIV-AID-DAN-NAPZA-PADA-REMAJA-ppt.ppt
MiaZahir
 
BAB 7 konsep ,teknik dan prosedur seni teater
BAB 7 konsep ,teknik dan prosedur seni teaterBAB 7 konsep ,teknik dan prosedur seni teater
BAB 7 konsep ,teknik dan prosedur seni teater
Agustinus791932
 
Jual Cytotec Jakarta Barat 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Jakarta Barat 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Jakarta Barat 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Jakarta Barat 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
ssupi412
 

Recently uploaded (13)

IDMPO : SITUS SLOT MPO KEMENANGAN JACKPOT TERPERCAYA & PASTI WITHDRAW
IDMPO : SITUS SLOT MPO KEMENANGAN JACKPOT TERPERCAYA & PASTI WITHDRAWIDMPO : SITUS SLOT MPO KEMENANGAN JACKPOT TERPERCAYA & PASTI WITHDRAW
IDMPO : SITUS SLOT MPO KEMENANGAN JACKPOT TERPERCAYA & PASTI WITHDRAW
 
Sakai99 Link Slot Gacor Resmi Anti Nawala Terpercaya Gampang Maxwin
Sakai99 Link Slot Gacor Resmi Anti Nawala Terpercaya Gampang MaxwinSakai99 Link Slot Gacor Resmi Anti Nawala Terpercaya Gampang Maxwin
Sakai99 Link Slot Gacor Resmi Anti Nawala Terpercaya Gampang Maxwin
 
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot BesarBAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
 
IDMPO : SITUS SLOT PALING PROVITE & REKOMENDASI 2024
IDMPO : SITUS SLOT PALING PROVITE & REKOMENDASI 2024IDMPO : SITUS SLOT PALING PROVITE & REKOMENDASI 2024
IDMPO : SITUS SLOT PALING PROVITE & REKOMENDASI 2024
 
SLOT RAHFFI AHMAD > LINK DAFTAR GACOR 2024
SLOT RAHFFI AHMAD  > LINK DAFTAR GACOR 2024SLOT RAHFFI AHMAD  > LINK DAFTAR GACOR 2024
SLOT RAHFFI AHMAD > LINK DAFTAR GACOR 2024
 
Obat Aborsi Papua Barat 082223109953 ( Pills Cytotec Asli ) Jual Obat Penggug...
Obat Aborsi Papua Barat 082223109953 ( Pills Cytotec Asli ) Jual Obat Penggug...Obat Aborsi Papua Barat 082223109953 ( Pills Cytotec Asli ) Jual Obat Penggug...
Obat Aborsi Papua Barat 082223109953 ( Pills Cytotec Asli ) Jual Obat Penggug...
 
402610954-HIV-AID-DAN-NAPZA-PADA-REMAJA-ppt.ppt
402610954-HIV-AID-DAN-NAPZA-PADA-REMAJA-ppt.ppt402610954-HIV-AID-DAN-NAPZA-PADA-REMAJA-ppt.ppt
402610954-HIV-AID-DAN-NAPZA-PADA-REMAJA-ppt.ppt
 
Kisetoto Daftar Situs Slot Gacor Anti Nawala RTP Mudah Menang Terbaru
Kisetoto Daftar Situs Slot Gacor Anti Nawala RTP Mudah Menang TerbaruKisetoto Daftar Situs Slot Gacor Anti Nawala RTP Mudah Menang Terbaru
Kisetoto Daftar Situs Slot Gacor Anti Nawala RTP Mudah Menang Terbaru
 
tugas kelompok irsyad aldey.pdf
tugas kelompok irsyad aldey.pdftugas kelompok irsyad aldey.pdf
tugas kelompok irsyad aldey.pdf
 
DOMBATOTO Sensasi Togel Online dengan Bet 100 Rupiah di 2024
DOMBATOTO Sensasi Togel Online dengan Bet 100 Rupiah di 2024DOMBATOTO Sensasi Togel Online dengan Bet 100 Rupiah di 2024
DOMBATOTO Sensasi Togel Online dengan Bet 100 Rupiah di 2024
 
Sizi99 Rekomendasi Bo Slot Gacor Anti Nawala Gampang Jackpot 2024
Sizi99 Rekomendasi Bo Slot Gacor Anti Nawala Gampang Jackpot 2024Sizi99 Rekomendasi Bo Slot Gacor Anti Nawala Gampang Jackpot 2024
Sizi99 Rekomendasi Bo Slot Gacor Anti Nawala Gampang Jackpot 2024
 
BAB 7 konsep ,teknik dan prosedur seni teater
BAB 7 konsep ,teknik dan prosedur seni teaterBAB 7 konsep ,teknik dan prosedur seni teater
BAB 7 konsep ,teknik dan prosedur seni teater
 
Jual Cytotec Jakarta Barat 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Jakarta Barat 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Jakarta Barat 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Jakarta Barat 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
 

Bab inew-update-24juni

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beton merupakan suatu batu buatan yang terdiri dari campuran air, agregat halus, agregat kasar serta semen dengan adanya suatu rongga udara. Campuran bahan-bahan yang membentuk beton harus ditetapkan sedemikian rupa, sehingga menghasilkan beton yang memiliki kuat tekan rencana sesuai dengan standart nasional indonesia setelah mengeras dan cukup ekonomis. Sebagai mahasiswa teknik sipil hendaknya dapat berfikir secara kritis dan inovatif dalam merencanakan pembuatan beton pada suatu konstruksi bangunan misalnya ; kolom, balok, plat dan sebagainya. Salah satu unsur terjadinya suatu geseran atau goncangan pada suatu struktur kolom disebabkan karena karakteristik beton sendiri kuat terhadap tekan dan lemah terhadap tarik.Kekuatan beton tergantung pada campurannya, apabila campuran tidak sesuai dengan takaran maka pengaruhnya terhadap kualitas beton. Dengan bantuan desain tulangan pada suatu struktur balok dan kolom maka beton akan kuat terhadap tekan maupun tarik. Dari beberapa pernyataan diatas perlu diadakan kegiatan praktikum bahwa campuran beton mempengaruhi suatu kualitas beton. Ternyata bukan cuman campuran saja yang mempengaruhi suatu kualitas beton tetapi umur akan mempengaruhi kuat tekan pada beton. Semakin lama umur beton maka semakin tinggi kuat tekan beton
  • 2. 2 1.2. Maksud Dan Tujuan Praktikum Praktikum ini diadakan dengan maksud untuk melatih pola berfikir mahasiswa dalam mengembangkan pengetahuan dalam bidang bereksperimen sehingga timbul adanya suatu berfikir secara inovatif dan edukatif. Tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum ini didalam tiap percobaan diantaranya yaitu : 1. Untuk mengetahui gradasi pasir dan mudulus kehalusan (“fineness modulus”). 2. Untuk mengetahui gradasi kerikil dan mudulus kehalusan. 3. Penentuan ukuran derajat kemudahan pengecoran adukan beton basah 4. Menentukan berat isi beton 5. Menentukan kekuatan tekan beton berbentuk silinder yang dibuat dan dirawat di laboratorium. Kekuatan tekan yaitu beban terhadap luas penampang beton. 1.3. Waktu dan Tempat Praktikum Lokasi diadakannya pengambilan data Praktikum Beton yaitu : Tempat : Laboratorium Teknik Sipil, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil, Unversitas Wiraraja Sumenep. Waktu : 08.00 – 14.00 Hari / Tanggal : Jumat, 11 Maret 2016
  • 3. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Praktikum Praktikum merupakan suatu kegiatan dalam memadukan teori dan praktek, demi menguji kebenaran teori dalam meningkatkan pengetahuan dan pola berfikir mahasiswa secara kritis.Adapun kegiatan dalam pelaksanaan praktikum beton yaitu analisa saringan pasir, analisa saringan batu pecah, perencanaan mix design, pengujian slump beton, penentuan berat isi beton, pengujian kuat tekan beton. 2.2. Bahan Praktikum Dari beberapa percobaan praktikum beton unsur – unsur bahan yang mendasari dalam pembuatan campuran beton diantaranya : 1. Semen Semen ditemukan oleh JOSEPH ASPDIN pada tahun 1824. Semen adalah bahan yang bertindak sebagai pengikat untuk agregat. Jika dicampur dengan air, semen akan berubah menjadi pasta. Reaksi kimia antara semen dengan air akan menghasilkan panas dan sifat perkerasan pada pasta semen. Pada zaman sekarang telah ditemukan berbagai jenis semen dengan sifat-sifat karakteristik yang berbeda. JENIS-JENIS SEMEN a) Semen tipe I Semen biasa yang digunakan untuk pembuatan beton bagi konstruksi beton yang tidak dipengaruhi oleh sifat-sifat lingkungan yang mengandung bahan – bahan sulfat dan perbedaan temperatur
  • 4. 4 yang ekstrim. Pemakaian semen tipe ini umumnya untuk konstruksi beton pada bangunan seperti: jalan, bangunan beton bertulang, jembatan, tangki, waduk dan lain-lain. b) Semen tipe II Semen ini digunakan untuk pencegahan serangan sulfat dari lingkungan, seperti sistem drainase dengan kadar konsentrat yang tinggi di dalam tanah. c) Semen tipe III Tipe ini adalah tipe semen dengan waktu perkerasan yang cepat (High Early Strength Portland Cement). Umumnya waktu perkerasannya kurang dari seminggu. Digunakan pada struktur bangunan yang bekistingnya harus cepat dibuka dan akan segera dipakai. d) Semen tipe IV Semen ini adalah semen dengan hidrasi panas rendah yang digunakan pada struktur–struktur dam, bangunan-bangunan masif. dimana panas yang terjadi sewaktu hidrasi merupakan faktor penentu bagi kebutuhan beton. e) Semen tipe V Semen jenis ini digunakan untuk penangkal sulfat, digunakan untuk beton yang lingkungannya mengandung sulfat terutama pada tanah atau air tanah dengan kadar sulfat tinggi.
  • 5. 5 f) Semen putih Semen ini digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan arsitektur serta keindahan dari struktur tersebut. Disamping jenis semen yang disebutkan diatas terdapat juga jenis semen yang lebih khusus, seperti: 1. Semen untuk sumur miyak (Oil Well Cement) 2. Semen kedap air (Waterproof Portland Cement) 3. Semen plastik (Plastic Cement) 4. Semen ekspansif (Expansif Cement) 5. Regulated Set Cement Hidrasi, Pengikatan dan Pengerasan Pasta Semen (Hidration, Setting and Hardening) Semen bila dicampur dengan air akan membentuk pasta bersifat plastis yang disebut reaksi hidrasi. Reaksi hidrasi dipengaruhi oleh kehalusan semen jumlah air dan suhu. Setelah pencampuran, untuk beberapa lama sifat pasta semen masih belum berubah, yang sering dikenal dengan tahap tidur. Pada tahap selanjutnya pasta mulai mengeras kesuatu tingkatan, yang walaupun masih lunak tapi sudah tidak bisa mengalir lagi yang disebut tahap pengikatan awal (innitial setting). Selanjutnya pasta semen akan berlanjut mengeras sampai pada keadaan bentuk solid yang kaku yang disebut tahap pengikatan akhir (final setting). Kondisi yang solid dan kaku ini disebut pasta semen yang sudah mengeras (hardened cement paste). Pasta semen
  • 6. 6 yang sudah mengeras akan terus mengeras dan mencapai kekuatannya. C3A akan bereaksi menghasilkan 3CaO.Al2O3.3H2O seyawa ini membentuk gel yang cepat kaku sehingga akan mengontrol sifat setting time. Selanjutnya senyawa ini akan bereaksi dengan gypsum yang segera membentuk etteringite yang akan membungkus permukaan senyawa tersebut. Sehingga reaksi hidrasinya akan dihalangi, dan proses setting akan dicegah. Namun demikan lapisan ettringite pembungkus tersebut karena suatu fenomena osmosis akan pecah, dan reaksi C3A akan terjadi lagi, tetapi segera pula akan terbentuk etteringite baru yang akan membungkus gel 3CaO.Al2O3.3H2O. Proses ini akhirnya menghasilkan setting time. Makin banyak ettringite yang terbentuk setting time akan makin panjang oleh karena itu gypsum dikenal sebagai retarder. C3S dan C2s akan menghasilkan kalsium silikat hidrat (3CaO.2SiO3.3H2O) yang disebut gel CSH. Gel CSH merupakan unsur utama pada senyawa (dengan demikan juga merupakan sumber utama kekuatan beton). Gel tersebut berfungsi melakukan substitusi ruang didalam butiran–butiran semen dan mengisi ruang- ruang diantara butiran semen serta menjembatani diantara mereka, yang pada akhirnya menyebabkan pengerasan dan kekuatan pasta semen. Proses pengerasan pasta semen ini masih akan berlanjut dalam waktu yang cukup lama dimana dalam proses selanjutnya, gel-gel CSH perlahan-
  • 7. 7 lahan akan mengisi pori-pori kapiler sehingga porositas pasta akan makin berkurang dan kekuatannya akan makin bertambah. Kekuatan pasta semen ditentukan oleh berbagai faktor yaitu jumlah gel pelekat per satuan volume pasta semen, daya lekatnya dan kekuatan partikel itu sendiri. Jumlah gel pelekat per satuan volume pasta semen yang tergantung pada konsentrasi produk hidrasi semen dan ukuran dari partikel gel CSH dimana konsentrasi produk hidrasi tergantung pada tingkat kebersihan hidrasi, porositas dari pasta semen. Produk utama dari reaksi semen dengan ini antara lain : 1. C3S (Trikalsium Silikat) 2. C2S (Dikalsium Silikat) 3. C3A (Trikalsium Aluminat) 4. C4AF (Tetrakalsium Alumino) Ferrit) Tri kalsium silikat (C3S) atau 3CaO.SiO2  C3S mempuyai sifat yang hampir sama dengan sifat semen, yaitu apabila ditambahkan air akan menjadi kaku dan di dalam beberapa jam saja pasta akan mengeras.  Bila bercampur dengan air akan menghasilkan panas hidrasi yang cukup tinggi.  Senyawa ini berpengaruh besar terhadap pengerasan semen, terutama sebelum 14 hari sehingga mempengaruhi kekuatan awal beton.  Kandungan C3S pada PC bervariasi antara 35%-55% rata-rata 45%.
  • 8. 8 Dikalsium silikat (C2S) atau 2 CaO.SiO2  Pada penambahan air senyawa terjadi reaksi, menyebabkan pasta mengeras dan menimbulkan sedikit panas yaitu 250 joule/gram. Pasta yang mengeras, perkembangan kekuatannya stabil dan lambat pada beberapa minggu kemudian mencapai kekuatan tekan akhir hampir sama dengan C3S.  Pengaruh C2S terhadap perkerasan semen setelah berumur lebih dari 7 hari dan memberikan kekuatan akhir pada beton.  Kandungan C2S pada PC bervariasi antara 15%-35% dan rata-rata 25%. Trikalsium silikat alumina (C3A) atau 3CaO.Ai2O3  Dengan air bereaksi menimbulkan panas hidrasi yang tinggi yaitu 850 Joul/gram.  Perkembangan kekuatan terjadi pada satu sampai dua hari, tetapi sangat rendah.  Berpengaruh pada pengerasan awal dan pengerasan berikutnya yang panjang.  Kandungan C3A pada PC berfariasi antara 7%-15%. Tetra kalsium alumino ferrit (C4AF) atau 4CaO.Al2O3.Fe2O3  Bereaksi cepat dengan air, dan pasta terbentuk dalam beberapa menit.  Menimbulkan panas hidrasi 420 joule/gram
  • 9. 9  Warna abu-abu pada semen dipengaruhi oleh senyawa ini  Kandungan C4AF pada PC bervariasi antara 5%-10%. Semen dapat mengikat air sekitar 40% dari beratnya, sedangkan air yang berlebih akan tetap tinggal dalam pori-pori. Bila spesi beton ditambah ekstra air, maka sebenarnya pori-porinya yang akan bertambah banyak. Akibatnya beton berpori dan kekuatan serta masa pakainya akan berkurang. 2. Agregat Agregat terbagi atas agregat halus dan kasar. Agregat halus pada umumnya terdiri dari pasir atau partikel yang lewat saringan #4 atau 5 mm, sedangkan agregat kasar tidak lewat saringan tersebut. Ukuran maksimum agregat kasar dalam struktur beton diatur dalam peraturan untuk kepentingan berbagai komponen. Namun pada dasarnya bertujuan agar agregat dapat masuk atau lewat diantara sela-sela tulangan atau acuan. Umumnya penggunaan bahan agregat dalam adukan beon mencapai jumlah lebih kurang 70%-75% dari seluruh volume massa padat beton. Untuk membentuk massa padat diperlukan susunan gradasi butiran agregat yang baik. Disamping bahan agregat harus mempunyai cukup kekerasan, sifat kekal, tidak bersifat reaktif terhadap alkali dan tidak mengandung bagian-bagian kecil (< 70 micron) atau lumpur.
  • 10. 10 Agregat yang umum dipakai adalah pasir, kerikil dan batu- batu pecah. Pemilihan aregat tergantung dari : a. Syarat-syarat yang ditentukan beton b. Persediaan lokasi pembuatan beton c. Perbandiagan yanag telah ditentukan antara biaya dan mutu d. Agregat tersebut harus bersih e. Keras dan bebas dari penyerapan kimia f. Tidak bercampur dengan tanah liat/lumpur Distribusi/gradari ukuran agregat memenuhi ketentuan yang berlaku. Berikut tabel dan grafik gradasi yang harus dipenuhi oleh agregat halus (pasir) berdasar SNI-03-2834-2000 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal) dan ASTM C-33 (Standard Specification for Concrete Aggregate): Tabel 2.2.1 Ketentuan Gradasi Agregat Halus Sumber: SNI-003-2834-2000 dan ASTM C-33
  • 11. 11 Grafik 2.2.1. Gradasi Pasir Kasar (Zona I – SNI 03-2834-2000) Grafik 2.2.2. Gradasi Pasir Sedang (Zona II – SNI 03-2834-2000)
  • 12. 12 Grafik 2.2.3. Gradasi Pasir Agak Halus (Zona III – SNI 03-2834-2000) Grafik 2.2.4. Gradasi Pasir Agak Halus (Zona III – SNI 03-2834-2000)
  • 13. 13 Berikut tabel dan grafik ketentuan gradasi agregat kasar (split) berdasar SNI-03-2834-2000 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal): Tabel 2.2.2 Ketentuan Gradasi Agregat Kasar Sumber: SNI-03-2834-2000 Grafik 2.2.5. Gradasi Kerikil Ukuran Maksimum 10 mm (SNI 03-2834-2000)
  • 14. 14 Grafik 2.2.6. Gradasi Kerikil Ukuran Maksimum 20 mm (SNI 03-2834-2000) Grafik 2.2.7. Gradasi Kerikil Ukuran Maksimum 40 mm (SNI 03-2834-2000
  • 15. 15 3. Air untuk Adukan Beton Karena pengerasan beton berdasarkan reaksi antara semen dan air, maka sangat diperlukan pemeriksaan apakah air yang akan digunakan memenuhi syarat-syarat tertentu. Air ini harus memenuhi syarat- syarat yang lebih tinggi daripada air untuk pembuatan beton. Air yang dapat diminum dapat digunakan untuk air adukan beton, akan tetapi air yang dapat digunakan untuk adukan beton tidak berarti dapat diminum. Misalkan air untuk perawatan selanjutnya keasaman tidak boleh PH >6, juga tidak boleh terlalu sedikit mengandung kapur. Nilai banding berat air dan semen untuk suatu adukan beton dinamakan Water Cement Ratio (WC ratio atau W/C). Agar terjadi proses hidrasi yang sempurna dalam adukan beton, pada umumnya dipakai nilai Water Cement Ratio 0,40 – 0,60 tergantung mutu beton yang hendak dicapai. Semakin tinggi mutu beton yang akan dicapai umumnya menggunaakan nilai Water Cement Ratio semakin rendah, sedangkan dilain pihak, untuk menambah daya workability (kelecakan, sifat mudah dikerjakan) diperlukan nilai Water Cement Ratio yang lebih tinggi.
  • 16. 16 2.3. Analisa Saringan pasir 2.3.1.Alat-Alat yang Digunakan a. 1 set ayakan terdiri atas: Ø 9,50 mm (3/8”) ; Ø 0,475 mm (no. 4); Ø 2,36 mm (no.8); Ø1,18 mm (no. 16); Ø 0,6 mm (no.30); Ø 0,425 mm (no. 40); Ø 0,3 mm (no. 50); Ø 0,15 mm (no.100); Ø 0,075 mm (no. 200); pan. b. Timbangan dengan ketilitian 1 gr. c. Mesin ayak (Sieve Shaker Electric) 2.3.2. Prosedur Percobaan Adapun prosedur praktikum dalam percobaan ini sebagai berikut : a. Menyusun ayakan sesuai urutan diameter lubang, lalu letakkan dibawah mesin ayak. b. Menimbang 1000 gr pasir kering (setelah dikeringkan dalam mesin pengering), lalu masukkan ke ayakan Ø 9,5 mm, lalu ayakan teratas ditutup. c. Melakukan ayakan selama 10 menit . d. Setelah selesai, menimbang berat pasir yang tertinggal pada masing-masing ayakan.
  • 17. 17 2.4.Analisa Saringan Batu Pecah 2.4.1. Alat-Alat yang Digunakan a. 1 set ayakan terdiri atas: Ø 38,1 mm (1 ½ inch) ; Ø 25,4 mm (1inch); Ø 19 mm (no.3/4 inch); Ø 12,5 mm (1/2 inch); Ø 9,5 mm (3/8 inch); Ø 4,75 mm (no. 4); Ø 2,36 mm (no. 8); Ø 0,15 mm; pan. b. Timbangan dengan ketilitian 1 gr. c. Mesin ayak (Sieve Shaker Electric) 2.4.2. Prosedur Percobaan Adapun prosedur praktikum dalam percobaan ini sebagai berikut : a. Menyusun ayakan sesuai urutan diameter lubang, lalu letakkan dibawah mesin ayak. b. Menimbang 1000 gr batu pecah kering (setelah dikeringkan dalam mesin pengering), lalu masukkan ke ayakan Ø 9,5 mm, lalu ayakan teratas ditutup. c. Melakukan ayakan selama 10 menit . d. Setelah selesai, menimbang berat batu pecah yang tertinggal pada masing-masing ayakan.
  • 18. 18 2.5.Perencanaan Mix Design 2.5.1. Langkah-langkah pembuatan rencana Campuran Beton a. Ambil kuat tekan beton yang disyaratkan fc pada umur tertentu; b. Hitung deviasi standart menurut ketentuan butir a c. Hitung nilai tambah; d. Hitung kuat tekan beton rata-rata yang ditargetkan fcr’ menurut butir b; e. Tetapkan jenis semen; f. Tentapkan jenis agregat kasar dan agregat halus. Agregat ini dapat dalam bentuk tak terpecahkan (pasir atau koral) atau dipecahkan; g. Tentukan faktor air-semen menurut butir b bila dipergunakan grafik 1 atau 2 ikut langkah-langkah berikut : (1) Tentukan nilai kuat tekan pada umur 28 hari dengan menggunakan tabel 2, sesuai dengan semen dan agregat yang dipakai. (2) Lihat grafik I untuk benda uji berbentuk silinder atau grafik 2 untuk benda uji berbentuk kubus; (3) Tarik garis tegak lurus keatas melalui faktor air semen 0,5 sampai memotong kurva kuat tekan yang ditentukan pada sub butir 2 diatas,
  • 19. 19 (4) Tarik garis mendatar melalui nilai kuat tekan yang ditargetakan sampai memotong kurva yang ditentukan pada sub butir 3 diatas; (5) Tarik garis tegak lurus kebawah melalui titik potong tersebut untuk mendapatkan faktor air-semen yang diperlukan. h. Tetapkan faktor air-semen maksimum (dapat ditetapkan sebelumnya atau tidak). Jika nilai faktor air-semen yang diperoleh dari butir g diatas lebih kecil dari yang dikehendaki, maka yang dipakai ialah yang terendah; i. Tetapkan slump; j. Tetapkan ukuran agregat maksimum. k. Tentukan nilai kadar air – semen bebas menurut tabel 6. l. Hitung jumlah semen yang besarnya adalah kadar semen adalah kadar air bebas dibagi faktor air – semen. m. Jumlah semen maksimum jika tidak ditetapkan, dapat diabaikan. n. Tentukan jumlah semen seminimum mungkin. o. Tentukan faktor air-semen yang disesuaikan jika jumlah semen berubah karena lebih kecil dari jumlah semen minimum yang ditetapkan (atau lebih besar dari jumlah semen maksimum yang disyaratkan), maka faktor air semen faktor air semen harus diperhitungkan kembali; p. Tentukan susunan besar butir agregat halus (pasir) kalau agregat halus sudah dikenal dan sudah dilakukan analisa ayakan menurut
  • 20. 20 standar yang berlaku, maka kurva dari pasir ini dapat dibandingkan dengan kurva-kurva yang tertera dalam grafik 3 s/d 6 dan grafik 7 s/d 9 untuk agregat kasar; q. Tentukan persentasi pasir dengan menggunakan grafik 10 s/d 12; r. Dengan diketahuinya ukuran butir agregat maksimum butir 10, slump 9, faktor air-semen butir 15 dan daerah susunan butir buir 16, maka jumlah presentase pada yang siperluka dapat dibaca pada grafik. Jumlah ini adalah seluruhnya dari pasir atau fraksi agregat yang lebih halus dari 5mm. s. Dalam agregat kasar yang biasa dipakai di Indonesia seringkali dijumpai bagian yang lebih halus dari 5 mm dalam jumlah yang lebih dari 5 persen. Dalam hal ini maka jumlah agregat yang diperlukan harus dikurangi. t. Hitung berat jenis relatif agregat u. Tentukan berat jenis relatif beton menurut grafik 13 sesuai dengan kadar air bebas yang sudah ditemukan dari tabel 6 dan berat jenis relatif dari agregat gabungan. v. Hitung kadar agregat gabungan yang besarnya adalah berat jenis beton dikurangi jumlah kadar semen dan kadar air bebas; w. Hitung kadar agregat halus yang besarnya adalah hasil kali presentasi pasir dikurangi kadar agregat gabungan. x. Hitung kadar agregat kasar yang besarnya adalah kadar agregat gabungan dikurangi kadar agregat halus.
  • 21. 21 y. Koreksi proporsi campuran. z. Buatlah campuran uji, ukur dan catatlah besarnya slump serta kekuatan tekan yang sesungguhnya, perhatikan hal berikut : 1) Jika harga yang didapat sesuai dengan harga yang diharapkan, maka susunan campuran beton tersebut dikatakan baik. Jika tidak, maka campuran perlu dibetulkan; 2) Kalau slump ternyata terlalu tinggi / rendah, maka kadar air perlu dikurangi/ ditambah (dengan demikian juga kadar semennya, karena faktor air-semen harus dijaga agar tetap tak berubah); 3) Jika kekuatan beton dari campuran uji ini terlalu tinggi atau rendah, maka faktor air-semen dapat atau harus ditambah atau dikurangi sesuai dengan grafik 1 atau 2. Apabila agregat tidak dalam keadaan jenuh kering permukaan proporsi campuran harus dikoreksi terhadap kandungan air dalam agregat.
  • 22. 22 Koreksi proporsi campuran harus dilakukan terhadap kadar air dalam agregat paling sedikit minimum satu kali dalam sehari dan dihitung menurut rumus sebagai berikut : AIR = B – (Ck – Ca) x C / 100 – (Dk – Da) x D/100; AGREGAT HALUS = C + (Ck – Ca) x C/ 100; AGREGAT KASAR = D + (Ck – Ca) x D / 100 Dimana : B = Jumlah air (kg/m3) C = Jumlah agregat halus (kg/m3) D = Jumlah kerikil (kg/m3) Ca = Absorsip air pada agregat halus (%) Da = Absorsip air pada agregat kasar (%) Ca = Kandungan air dalam agregat kasar (%) Dk = Kandungan air dalam agregat kasar (%)
  • 23. 23 Tabel 2.5.1 Perencanaan Mix Desain DAFTAR ISIAN (FORMULIR) PERENCANAAN CAMPURAN BETON No. URAIAN TABEL/GRAFIK/ PERHITUNGAN NILAI 1. Kuat tekan yang disyaratkan Ditetapkan N/mm2 pada ......... hari Bagian cacat ...... ...persen 2. Deiviasi standar ............. N/mm2 atau tanpa data ........ Tabel 2.5.2 ...... N/mm2 3. Nilai tambah (margin) (k=1.64)1.64 x ....= .......N/mm2 4. Kekuatan rata-rata yang ditargetkan ........ ........... = ............. N/mm2 5. Jenis Semen ............. Ditetapkan 6. Jenis Agregat : Kasar ............. ................. Jenis Agregat : Halus ............. ................. 7. Faktor air-semen bebas ............. Tabel 2.5.3 ................. Gambar 2.5.1 (ambil nilai yang terkecil) 8. Faktor air –semen maks ............. ................. 9. Slump ............. Slump ................. mm 10. Ukuran agregat maksimum ............. ................. mm 11. Kadar air bebas ............. Tabel 2.5.7 ................. kg/ m3
  • 24. 24 12. Jumlah semen ............. 11 : 8 atau 7 .................= ................. kg/m3 13. Jumlah semen maksimum ............. Ditetapkan ................. kg/ m3 14. Jumlah semen minimum ............. .............. kg/ m3 (pakai bila lebih besar dari 12, lalu hitung 15) 15. Faktor air-semen yang disesuakan ............. 16. Susunan besar butir agregat halus ............. Gambar 3.1.3 Daerah gradasi susunan butir ..... 17. Persen agregat halus Gambar 2.5.5 ................. persen 18. Berat jenis relatif, agregat ............. ................. diketahui/dianggap (kering permukaan) 19. Berat jenis beton ............. Gambar 2.5.3 ................. kg/ m3 20. Kadar agregat gabungan ............. 19 – (12 + 11) ............=............ kg/ m3 21. Kadar agregat halus ............. 17 x 20 ............=............ kg/ m3 22. Kadar agregat kasar ............. 20 – 21 ............=............ kg/ m3 Proposal Campuran semen air agregat halus agregat kasar (kg) (kg atau lt) (kg) (kg) Tiap m3 .......... ................ ................ ................ ................ Tiap campuran uji ....... m3 ................ ................ ................ ................ Sumber: Diktat Penuntun Praktikum Beton, Laboratorium teknik Sipil, Unversitas Wiraraja Sumenep; 2016.
  • 25. 25 Tabel 2.5.2. Faktor pengali untuk deviasi standar bila data hasil uji yang disediakan kurang dari 30 JUMLAH PENGUJIAN FAKTOR PENGALI DEVIASI STANDAR Kurang dari 15 15 20 25 30 atau lebih - 1,16 1,08 1,03 1,00 Sumber: Diktat Penuntun Praktikum Beton, Laboratorium teknik Sipil, Universitas Wiraraja Sumenep; 2016. Bila data uji lapangan untuk menghitung deviasi standar yang memenuhi persyaratan ayat 3.2.1 butir 1 diatas tidak tersedia, maka kuat tekan rata-rata yang ditargetkan fcr’harus diambil tidak kurang dari (fc + 12) Mpa.
  • 26. 26 Tabel 2.5.3. Perkiraan kekuatan tekan (n/mm) beton dengan faktor air semen 0,5 dan jenis semen dan agregat kasar yang biasa dipakai di Indonesia. JENIS SEMEN JENIS AGREGAT KASAR KEKUATAN TEKAN (N/mm) PADA UMUR (HARI) BENTUK BENDA UJI 7 28 91 Semen Portland Tipe IA tau Semen tahan sulfat tipe II,V Batu tak dipecahkan 17 23 33 40 Silinder Batu pecah 19 27 37 45 Batu tak dipecahkan 29 25 40 45 Kubus Batu pecah 23 32 45 54 Semen Portland Tipe III Batu tak dipecahkan 21 25 35 44 Silinder Batu pecah 25 33 44 45 Batu tak dipecahkan 25 31 465 55 Kubus Batu pecah 30 40 53 60 Sumber: Diktat Penuntun Praktikum Beton, Laboratorium teknik Sipil, Unversitas Wiraraja Sumenep; 2016. Catatan : - 1 N/mm2 = 1 MN/m2 = 1 Mpa = 10,2 kg/cm2 = 145,075 psi - Kuat tekan silinder = 0,83 kuat tekan kubus (150 mmx300 mm) (150 mmx150 mm)
  • 27. 27 Tabel 2.5.4. Persyaratan jumlah semen minimum dan faktor air semen maksimum untuk berbagai macam pembetonan dalam lingkungan khusus. JUMLAH SEMEN MINIMUM PER m3 BETON (kg) NILAI FAKTOR SEMEN MAKSIMUM Beton di dalam ruang bangunan : a. Keadaan keliling non-korosif 275 0,60 b. Keadaan keliling korosif disebabkan oleh kondensasi atau uap korosif 325 0,52 Beton di luar ruangan bangunan : a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari langsung 325 0,60 b. Terlindung dari hujan dan terik matahari langsung 275 0,60 Beton yang masuk ke dalam tanah : a. Mengalami keadaan basah dan kering berganti-ganti 325 0,55 b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari tanah. Beton yang kontinue berhubungan : a. Air tawar Lihat tabel 4 b. Air laut Lihat tabel 4 Sumber: Diktat Penuntun Praktikum Beton, Laboratorium teknik Sipil, Unversitas Wiraraja Sumenep; 2016.
  • 28. 28 Tabel 2.5.7. Perkiraan kadar air bebas (kg/m3) yang dibutuhkan untuk beberapa tingkat kemudahan pengerjaan adukan beton SLUMP (mm) 0-10 10-30 30-60 60-180 UKURAN BESAR BUTIR AGREGAT MAKSIMUM JENIS AGREGAT 10 Batu tak dipecahkan Batu pecah 150 180 180 205 205 230 225 250 20 Batu tak dipecahkan Batu pecah 135 170 160 190 180 210 195 225 40 Batu tak dipecahkan Batu pecah 115 155 140 175 160 190 175 205 Sumber: Diktat Penuntun Praktikum Beton, Laboratorium teknik Sipil, Unversitas Wiraraja Sumenep; 2016. Catatan : 1. Koreksi Suhu: Untuk suhu diatas 20oC, setiap kenaikan 5oC harus ditambah air 5 liter per m3 adukan beton. 2. Kondisi permukaan : Untuk permukaan agregat yang kasar harus ditambah air 10 liter per m3 adukan beton.
  • 29. 29 Grafik 2.5.1. Hubungan Antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen (Benda uji Berbentuk Silinder Diameter 150 mm dan Tinggi 300 mm - SNI 03- 2834-2000)
  • 30. 30 Grafik 2.5.2. Hubungan Antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen (Benda uji Berbentuk Kubus ukuran 150 mm x 150 mm - SNI 03-2834-2000)
  • 31. 31 Grafik 2.5.3. Perkiraan berat isi beton basah yang telah selesai didapatkan (SNI 03-2834-2000) Grafik 2.5.4. Persen pasir terhadap kadar total agregat yang dianjurkan Untuk ukuran butir maksimum 10 mm
  • 32. 32 Grafik 2.5.5. Persen pasir terhadap kadar total agregat yang dianjurkan Untuk ukuran butir maksimum 20 mm Grafik 2.5.6. Persen pasir terhadap kadar total agregat yang dianjurkan Untuk ukuran butir maksimum 40 mm
  • 33. 33 2.6. Pengujian Slump Beton 2.6.1. Alat-Alat yang Digunakan a. Cetakan berupa kerucut terpancung dengan diameter bagian bawah 20 cm, bagian atas 10 cm dan tingi 30 cm. Bagian atas dan bawah cetakan terbuka. b. Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm. Ujungnya dibulatkan dan sebaiknya bahan tongkat terbuat dari baja tahan karat. c. Alat logam dengan permukaan rata dan kedap air. d. Sendok cekung. e. Contoh beton segar sesuai dengan cetakan 2.6.2. Prosedur Percobaan Adapun prosedur praktikum dalam percobaan ini sebagai berikut : a. Cetakan dan pelat dibasahi dengan kain basah b. Letakkan cetakan diatas pelat c. Letakkan cetakan sampai penuh dengan beton segar dalam tiga lapis.Tiap lapis kira-kira 1/3 isi cetakan. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 tusukan secara merata. Tongkat pemadat harus masuk tepat sampai lapisan bagian bawah tiap-tiap lapisan. Pada lapisan pertama, penusukan bagian tepi dilakukan dengan tongkat dimiringkan sesuai dengan kemiringan dinding cetakan. d. Setelah selesai pemadatan, ratakan permukaan benda uji
  • 34. 34 e. dengan tongkat. Tunggu selama ½ menit, dan dalam jangka waktu ini semua kelebihan beton segar harus dibersihkan. f. Cetakan diangkat perlahan-lahan secara tegak lurus keatas. g. Balikkan cetakan dan letakkan disamping benda uji. h. Ukurlah SLUMP yang terjadi dengan menentukan perbedaan tinggi cetakan dengan tinggi rata-rata dari benda uji. i. PERHITUNGAN Nilai SLUMP = tinggi cetakan – tinggi cetakan rata-rata benda uji 2.7. Penentuan berat isi beton 2.7.1. Alat-Alat yang Digunakan a. Timbangan dengan ketelitian 0,3% dari berat contoh. b. Tongkat pemadatan dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm. Ujung dibulatkan dan sebaiknya terbuat dari baja tahan karat. c. Alat perata d. Takaran dengan kapasitas dan penggunaan. KAPASITAS (liter) UKURAN MAKSIMUM AGREGAT (mm) 6 10 14 28 25.00 37.50 50.00 75.00 Contoh beton segar sesuai dengan kapasitas takaran.
  • 35. 35 2.7.2. Prosedur Percobaan Adapun prosedur praktikum dalam percobaan ini sebagai berikut : a. Timbang dan catat berat takaran (W1) b. Isilah takaran dengan benda uji dalam tiga lapis. c. Tiap-tiap lapis dipadatkan dengan 25 kali tusukan secara merata. Pada pemadatan lapis pertama, tongkat tidak boleh mengenai dasar takaran. Pemadatan kedua dan ketiga, tusukan tongkat kira-kira sampai 2,5 cm dibawah lapisan sebelumnya. d. Setelah selesai pemadatan, ketuklah sisi takaran perlahan- lahan sampai tidak tampak gelembung-gelembung udara pada permukaan serta rongga bekas tusukan tertutup. e. Ratakan permukaan benda pada benda uji dan tentukan beratnya (W2). 2.7.3. Perhitungan Berat Isi Beton, D = W2 – W1 Keterangan:W1 = berat takaran W2 = berat takaran + beton V = isi takaran (liter) Banyaknya beton untuk campuran satu sak semen: Y = (W/ V) x 0,001 (m3 / sak ) Keterangan : Y : berat total bahan campuran beton per sak semen ( kg ) Banyaknya semen per m3 beton : 1/Y ( sak/m3 ) V
  • 36. 36 2.8.Pengujian Kuat Tekan Beton 2.8.1. Alat-Alat yang Digunakan a. Mesin penguji 2.8.2. Prosedur Percobaan a. Ambillah benda uji dari tempat perawatan. b. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris. c. Jalankan mesin tekan. Tekanan harus dinaikkan berangsur - angsur dengan kecepatan berkisar antara 6 s/d 4 kg/cm2 per detik. d. Letakkan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catatlah beban maksimum hancur yang terjadi selama pemeriksaan benda uji. e. Lakukan proses a s/d d sesuai jumlah benda uji yang akan ditetapkan kekuatan tekan karakteristiknya. 2.8.3. Perhitungan Kuat Tekan Beton (fc) = P /A (N / mm2, MPa) P = Beban Maksimum (N) A = Luas Penampang benda uji mm 2 ) Catatan : Beberapa ketentuan khusus yang harus diikuti sebagai berikut : 1. Untuk benda uji berbentuk kubus ukuran sisi 20 x 20 x 20 cm cetakan diisi dengan adukan beton dalam 2 lapis, tiap-tiap lapis dipadatkan
  • 37. 37 2. dengan 29 kali tusukan, tongkat pemadat diameter 16 mm, panjang 600 mm. 3. Untuk benda uji berbentuk kubus ukuran sisi 15 x 15 x 15 cm, cetakan diisi dengan adukan beton dalam 2 lapis, tiap-tiap lapis dipadatkan dengan 32 kali tusukan, tongkat pemadat diameter 10 mm, panjang 300 mm. 4. Benda uji berbentuk kubus tidak perlu dilapisi 5. Bila tidak ada ketentuan lain konversi kuat tekan beton dari bentuk kubus ke bentuk silinder, maka gunakan angka perbandingan kuat tekan seperti berikut : Tabel 2.8.1.Daftar Konversi Bentuk Benda Uji Perbandingan Kubus : 15 cm x 15 cm x 15 cm : 20 cm x 20 cm x 20 cm *) Silinder : 15 cm x 30 cm 1,0 0,95 0,83 Sumber: Diktat Penuntun Praktikum Beton, Laboratorium teknik Sipil, Unversitas Wiraraja Sumenep; 2015. 6. Pemeriksaan kekuatan tekan beton biasanya pada umur 3 hari, 7 hari, dan 28 hari 7. Hasil pemeriksaan diambil nilai rata-rata dari minimum 2 buah benda uji 8. Apabila pengaduan dilakukan dengan tangan (hanya untuk perencanaan campuran beton), isi bak pengaduk maksimum 7 dm3 dan pengaduan tidak boleh dilakukan untuk campuran beton slump.
  • 38. 38 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil dan Pembahasan Percobaan Analisa Saringan Pasir Tabel 3.1.1. Data Pengujian Dan Perhitungan Analisa Saringan Pasir Ukuran Saringan Berat Tertahan (gr) Berat Tertahan Komulatif (gr) %Tertahan Komulatif % Lolos KomulatifMm Inch 3,52 3/8 173 173 17,33 82,67 2,36 8 1 174 17,43 82,57 1,70 12 93 267 26,75 73,25 1,18 16 89 356 35,67 64,33 0,60 30 221 577 57,81 42,19 0,425 40 133 710 71,14 28,86 0,30 50 33 743 74,44 25,56 0,15 100 210 953 95,49 4,51 0,075 200 29 982 98,39 1,61 Pan 16 998 100 0 Jumlah 998 Sumber: Analisa Perhitungan (2016) Contoh Perhitungan: a. Berat Tertahan adalah berat pasir yang tertinggal di setiap nomor ayakan b. Berat Tertahan kumulatif adalah berat pasir di ayakan dijumalahkan dengan berat pasir yang tertahan di nomor ayakan sebelumnya. c. % tertahan kumulatif merupakan perbandingan berat tertahan kumulatif d. terhadap jumlah pasir yang tertinggal.
  • 39. 39 0.000 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 %Lolosayakan Ayakan Hubungan Ayakan dan % Lolos % lolos ayakan e. % lolos ayakan merupakan 100% berat pasir dikurangi % tertahan kumulatif. Berdasarkan hasil percobaan analisa ayakan dan hasil perhitungan, maka didapat hubungan antara % lolos kumulatif dengan nomor saringan (Grafik 3.1.1). Selain itu didapat pula penempatan zona pasir. Dari percobaan ini, pasir yang kami uji merupakan pasir dengan gradasi di zona 2 (Grafik 3.1.3). Grafik 3.1.1. Hubungan antara % Lolos Kumulatif dan Nomor Ayakan Saringan Pasir. Semakin besar nomor ayakan, maka persentase lolosnya akan semakin besar pula (Berbanding lurus)
  • 40. 40 Grafik 3.1.2. Gradasi Pasir Kasar (Zona I) Grafik 3.1.3. Gradasi Pasir Sedang (Zona II)
  • 41. 41 Grafik 3.1.4. Gradasi Pasir Agak Halus (Zona III) Grafik 3.1.5. Gradasi Pasir Halus (Zona IV)
  • 42. 42 3.2. Hasil dan Pembahasan Percobaan Analisa Saringan Batu Pecah Tabel 3.2.1. Data Pengaujian Dan Perhitungan Analisa Saringan Batu pecah Ukuran Saringan Berat Tertahan (gr) Berat Tertahan Komulatif (gr) % Tertahan Komulatif % Lolos Komulatifmm Inch 76,2 3 0 0 0 100 50,8 2 0 0 0 100 3,81 1,5 0 0 0 100 25,4 1 0 0 0 100 4,75 #4 995 995 99,5 0,5 2,36 #8 1 996 99,6 0,4 0,15 100 1 997 99,7 0,3 Pan 3 1000 100 0 Jumlah 1000 Sumber:Analisa Perhitungan (2016) Berdasarkan hasil percobaan analisa ayakan dan hasil perhitungan, maka didapat hubungan antara % lolos kumulatif dengan nomor saringan (Grafik 3.2.1). Selain itu didapat pula penempatan zona batu pecah. Dari percobaan ini, pasir yang kami uji merupakan batu pecah dengan gradasi di batu pecah ukuran maksimum 20 mm (Grafik 3.2.3).
  • 43. 43 Grafik 3.2.1. Hubungan antara % Lolos Kumulatif dan Nomor Ayakan Saringan Pasir Hubungan nomor ayakan dan persentase lolos kerikil bersifat fluktuatif (tidak beraturan). Grafik 3.2.2. Gradasi Batu Pecah Ukuran Maksimum 10 mm 0.000 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 %loloskumulatif Nomor ayakan Hubungan Ayakan dan % Lolos % lolos ayakan
  • 44. 44 Grafik 3.2.3. Gradasi Batu Pecah Ukuran Maksimum 20 mm Grafik 3.2.4. Gradasi Batu Pecah Ukuran Maksimum 40 mm
  • 45. 45 3.3. Hasil dan Pembahasan Perencanaan Mix Design Tabel 3.3.1.Data Hasil Perhitungan Perencanaan Campuran Mix Design No URAIAN Tabel / Grafik / Perhitungan NILAI 1. Kuat tekan yang disyaratkan Ditetapkan 25 Mpa N/mm2 pada 28 hari Bagian cacat 5%, k = 1,64 2. Deiviasi standar Tabel 2.5.2 7 Mpa N/mm2 atau tanpa data .... N/mm2 3. Nilai tambah (margin) 12 N/mm2 1,64 x 7 11,48 N/mm2 4. Kekuatan rata-rata yang ditargetkan 1+3 36,48 Mpa 5. Jenis Semen Tipe 1 Ditetapkan 6. Jenis Agregat : Kasar Ditetapkan Batu pecah Jenis Agregat : Halus Ditetapkan Pasir Hitam 7. Faktor air-semen bebas Tabel 2.5.3 0,57 Grafik 2.5.1 (Ambil nilai yang terendah) 8. Faktor air –semen maks Ditetapkan 0.60 9. Slump Ditetapkan Slump 30 - 60 mm 10. Ukuran agregat maksimum Ditetapkan 20 mm 11. Kadar air bebas Tabel 2.5.3 210 kg/ m3
  • 46. 46 12. Jumlah semen 225 : 0,6 350 kg/m3 13. Jumlah semen maksimum - 14. Jumlah semen minimum 275 kg/ m3 (pakai bila lebih besar dari 12, lalu hitung 15) 15. Faktor air-semen yang disesuaikan - 16. Susunan besar butir agregat halus Grafik 3.1.3 Zona II 17. Persen agregat halus Grafik 2.5.5 40% 18. Berat jenis relatif, agregat (kering permukaan) 2.650 kg/m3 diketahui/dianggap 19. Berat jenis beton Grafik 2.5.3 2.380 kg/ m3 20. Kadar agregat gabungan 2.380-(350+210) 1.820 kg/ m3 21. Kadar agregat halus 40% x 2.380 952 kg/ m3 22. Kadar agregat kasar 1.820-952 868 kg/ m3 Sumber : Analisa Perhitungan (2016)
  • 47. 47 Tabel 3.3.2 Campuran Bahan Benda Uji Proposal Campuran Semen air Agregat halus Agregat kasar (kg) (liter) (kg) (kg) Tiap m³ 1,181 0,708 3,213 2,929 Tiap campuran uji m³ 3,543 2,124 9,639 8,787 Ditambah 15 % 4,07445 2,5426 11,08485 10,10502 Sumber : Analisa Perhitungan (2016) Menurut data tabel di atas dapat di simpulkan bahwa campuran bahan benda uji beton membutuhkan; Semen = 4,07445 kg, Air = 2,5426 liter, agregat halus = 11,08485 kg, agregat kasar = 10,10502 kg 3.4. Hasil dan Pembahasan Pengujian Slump Beton Tabel 3.4.1. Data Pengujian Dan Perhitungan Nilai Slump No. Tinggi Cetakan Slump (cm) Tinggi Campuran (cm) Nilai Slump (cm) 1 30 27 3 2 30 27 3 3 30 27 3 Rata-Rata Nilai Slump 3 Sumber: Analisa Perhitungan (2016) Berdasarkan percobaan didapat nilai slump rata-rata adalah 3 cm, sedangkan nilai slump yang ditetapkan sebelumnya adalah 3-6 cm. Nilai slump rata-rata yang didapat sudah memenuhi nilai slump yang ditetapkan.
  • 48. 48 3.5. Hasil dan Pembahasan Penentuan Berat Isi Beton Diketahui penentuan berat beton per sak semen : A = Semen B = Air C = Pasir D = Batu Pecah Jadi ; Semen = 275 275 × 40 = 40 Kg Air = 210 275 × 40 = 30.545 Kg Pasir = 952 275 × 40 = 138.472 Kg Kerikil = 868 275 × 40 = 126.254 Kg W = A+B+C+D = 40 Kg +30.545 Kg+138.472 Kg + 126.254 Kg = 335.271 Kg Berat isi beton: D = W2 / V Banyaknya beton untuk campuran satu sak semen: Y = W / D Dimana: D = Berat isi beton W = Berat campuran beton per sak semen W1 = Berat mould W2 = Berat beton V = Isi mould (m3)
  • 49. 49 Y = berat total bahan campuran beton per sak semen (kg) 1/Y = Banyaknya semen per m3 beton (sak/m3) Tabel 3.5.1. Data Pengujian Dan Perhitungan Nilai Berat Isi Beton PERCOBAAN W1 (kg) W2 (kg) V (dm3) D (kg/m3) Y (m3/sak) 1/Y (sak/ m3) 1 10350 16235 3,375 1.74 0,1293 5.20 2 10689 17738 3,375 2.09 0,1605 6.23 3 10670 17806 3,375 2.11 0,1586 6.31 Rata-Rata 10570 17260 3,375 1.98 0,1705 5.91 Sumber: Analisa Perhitungan (2016) Pada tabel percobaan diatas dapat diketahui bahwa rata-rata kebutuhan banyaknya semen per m3 campuran beton adalah Contoh perhitungan : D = 𝑊2−𝑊1 𝑉 = 16235 −10350 3,375 = 1,74 1/Y = 5,20 Y = 𝑊 𝐷 x 0,001 = 335.271 1,74 x 0,001 = 0,1293
  • 50. 50 3.6. Hasil dan Pembahasan Pengujian Kuat Tekan Beton Tabel 3.6.1. Data Pengujian Dan Perhitungan Nilai Kuat Tekan Beton NO TANGGAL BERAT (Kg) UMUR (Hari) Tek. Hancur (N) Teg. Hancur (N/Cm2 ) (𝑓𝑐 - 𝑓𝑐̅̅̅)2 BUAT UJI 1 15 -3-2016 22-3-2016 5885 7 152000 9,651 1,165 2 15 -3-2016 22-3-2016 7058 7 175000 11,111 0,145 3 15 -3-2016 22-3-2016 7136 7 180000 11,429 0,488 RATA-RATA 10,730 1,798 Sumber perhitungan (2016) Contoh perhitungan: P = Beban Maksimum (kg) A = Luas penampang benda uji (cm2) K = Konversi umur beton fci = Kuat tekan beton secara individual n = Banyaknya sampel/ data yang di ambil fci = Tekagan Hancur (N/cm2) fci = 𝑃 𝐴 𝑥 𝐾 = 152000 22500 𝑥 0,70 = 152000 15750 = 9,651kg/cm². S = √ (𝑓𝑐𝑖− 𝑓𝑐̅̅̅̅)2 𝑛−1 = √ 1,798 2 = 0,948 kg/cm² F’c = 𝑓𝑐̅̅̅ – M = 𝑓𝑐̅̅̅ – (1,64 x 0,984) = 9,18 kg/cm²
  • 51. 51 Berdasarkan hasil pengujian dan perhitungan didapatkan nilai tegangan hancur yang masih jauh dari nilai yang direncanakan. Perencanaan awal ditentukan bahwa benda uji akan memiliki nilai kuat tekan 22500 N/cm² namun hasil pengujian menunjukkan nilai kuat tekan 9,18 N/cm². Nilai tersebut memiliki selisih 22490,82 N/mm² yang menandakan hasil praktikum yang dilakukan masih jauh dari prencanaan. Hal ini terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhi hasil uji tekan, diantaranya: 1. Praktikum beton ini terpisah dengan praktikum bahan, oleh sebab itu bahan pembuatan benda uji jauh dari standar sehingga akan sangat mempengaruhi hasil kekuatan benda uji. 2. Pencampuran bahan untuk membuat benda uji kurang sempurna, hal ini dikarenakan pengalaman pertama tim praktikum melakukan pencampuran bahan pembuat beton. 3. Permukaan benda uji tidak bagus, ada beberapa rongga di permukaan benda uji. 4. Meski dalam pengawasan dosen pembimbing praktikum, terdapat beberapa kesalahan yang mungkin tidak disadari sehingga mempengaruhi hasil praktikum.
  • 52. 52 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari hasil praktikum beton ini adalah sebagai berikut: 1. Percobaan analisa saringan pasir bertujuan untuk mengetahui gradasi pasir yang akan diuji. Pasir yang kami uji termasuk gradasi pasir pada zona II yang menandakan gradasi pasir uji adalah sedang. 2. Percobaan analisa saringan batu pecah bertujuan untuk mengetahui gradasi batu pecah yang akan diuji. Batu pecah yang kami uji termasuk gradasi batu pecah ukuran maksimum 20 mm. 3. Perencanaan mix desain dilakukan untuk menentukan kekuatan benda uji dengan merencanakan jenis dan jumlah bahan yang digunakan berdasarkan standarisasi yang telah disepakati dan terdapat pada buku panduan praktikum beton. Pada praktikum ini direncanaka benda uji dengan kuat tekan 250 kg/cm². 4. Rata-rata hasil uji kuat tekan ketiga benda uji yang berbentuk kubus adalah 4,849 kg/cm², yaitu sangat jauh dari rencana mix desain. Hal ini sangat wajar karena terdapat banyak faktor yang mempengaruhinya, salah satunya bahan yang digunakan tidak berdasarkan standarisasi yang ada dan uji praktikum beton terpisah dari uji bahan atau agregat sehingga bahan yang digunakan masih alami dan bukan hasil dari uji bahan.
  • 53. 53 4.2 Saran 1. Kesalahan yang terjadi dalam praktikum wajar, namun setiap hasil praktikum harus dilaporkan apa adanya, namun ketelitian dan kehati- hatian dalam praktikum sangatlah penting agar hasil yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan. 2. Praktikum beton hendaknya menjadi satu rangkaian dengan praktikum bahan karena hasil yang akan didapat akan lebih akurat dan dapat dibandingkan dengan jelas. Jika praktikum dilaksanakan terpisah, maka mix desain yang telah dilakukan tidak lagi dapat menjadi tolak ukur yang sesuai dengan benda uji yang telah dibuat.
  • 54. 54 DAFTAR PUSTAKA -------------. 2015. Diktat Penuntun Praktikum Beton. Sumenep: Laboratorium Teknik Sipil Fakultas Teknik Institut Universitas Wiraraja. Gunawan T dan Margaret S. 2007. Diktat Teori Soal dan Penyelesaian Konstruksi Beton I, Jilid I. Delta Teknik Group; Jakarta. Badan Standardisasi Nasional (BSN). Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal. SNI 03-2834-2000.