2. Beton :
Adalah campuran antara
semen portland atau semen
hidrolik yang lain, agregat
halus, agregat kasar dan air,
dengan atau tanpa bahan
tambahan yang
membentuk massa padat
3. Kekuatan beton bergantung terhadap beberapa
faktor,antara lain :
Kekuatan semen
Kekuatan agregat
Kekuatan lekatan antara semen dan agregat
4. Semen
merupakan bahan pengikat utama untuk
adukan beton dan pasangan batu yang
digunakan untuk menyatukan bahan menjadi
satu kesatuan yang kuat,
Semen secara kimiawi akan aktif setelah
berhubungan dengan air (hidraulis)
5. tipe semen
Dalam peraturan Beton 1989 membagi semen Portland
menjadi lima jenis (SK.SNI T-15-1990-03:2), yaitu :
Type 1 : Ordinary Portland Cement (OPC), semen untuk
penggunaan umum, tidak memerlukan persyaratan
khusus
Type 2 : Moderate Sulphate Cement, semen untuk beton
yang tahan terhadap sulfat sedang dan mempunyai
panas hidrasi sedang.
Type 3 : High Early Strength Cement, semen untuk
beton dengan kekuatan awal tinggi (cepat mengeras).
6. Type 4 : Low Heat of Hydration Cement, semen
untuk beton yang memerlukan panas hidrasi
rendah, dengan kekuatan awal rendah.
Type 5 : High Sulphate Resistance Cement,
semen untuk beton yang tahan terhadap kadar
sulfat tinggi.
7. BAHAN BAKU SEMEN
kapur Ca CaO(60–67%)
Silika Si SiO2 ( 17 – 25% )
Aluminia Al Al203 (3 –8%)
Besi Fe Fe203 (0.5-0.6%)
Dan unsur yang tidak dominan: MgO, Na2O, k2O
Bahan baku digiling dalam klin sampai 1400 derajat
Celcius menghasilkan terak. Selanjutnya dicampur
gypsum.
8. SENYAWA SEMEN
Setelah proses pembakaran dengan temperatur tinggi
akan terbentuk senyawa semen Protland, antara lain :
C3S Tri Kalsium Silika ( 3 CaOSiO2 )
C2S Di Kalsium Silika ( 2 CaOSiO2 )
C3A Tri Kalsium Alumina ( 3 CaOSIO2O3 )
C4AF Tetra Kalsium Alumino ferrite (4 CaOAI2O3
Fe2O3)
9. SIFAT – SIFAT SENYAWA
C3S |(Tri Kalsium Silika)
Penyumbang kekuatan awal pada beton yakni beberapa jam setelah
beton mengalami setting.
C2S (Di Kalsium Silika)
Memberi kekuatan pada beton setelah beton berusia lebih dari satu
minggu.
C3A (Tri Kalsium Alumina)
Memberi kekuatan pada beton pada saat usia beton antara 1 sampai 2
hari.
C4AF (Tetra Kalsium Alumino ferrite)
Memberi kekuatan awal pada beton sesaat setelah beton setting.
10. AGREGAT
Agregat adalah sekumpulan butir- butir batu pecah,
kerikil, pasir, atau mineral lainnya baik berupa hasil alam
maupun buatan
Agregat menempati 70-75% dari total volume beton
sehingga kualitas agregat sangat berpengaruh terhadap
kualitas beton
Dari ukuran butir, agregat dapat dibedakan menjadi dua
golongan yaitu agregat kasar dan agregat halus
11. Pengaruh sifat agregat pada sifat beton
SIFAT AGREGAT PENGARUH PADA SIFAT BETON
Bentuk, tekstur dan
gradasi
Beton cair
Kelecakan,
pengikatan dan
pengerasan
Sifat fisik, sifat kimia
dan mineral
Beton keras
Kekuatan, kekerasan
dan ketahanan
(durability)
12. Agregat halus
Agregat halus ialah agregat yang semua butirnya
menembus ayakan berlubang 4.8 mm (SII.0052,1980) atau
4.75 mm (ASTM C33,1982) atau 5,0 mm (BS.812,1976)
Agregat halus yang baik harus tahan terhadap perubahan
cuaca, berbentuk baik dan tergradasi dengan baik sehingga
dapat mengisi ruang kosong secara menyeluruh dalam
beton
13. FUNGSI AGREGAT HALUS
Dalam beton, fungsi utama agregat halus adalah sebagai
bahan pengisi rongga-rongga antara agregat kasar, Semakin
padat struktur beton maka semakin tinggi kuat tekan yang
dihasilkan
Memberikan kelecakan (menambah mobilitas dan
mengurangi friksi antar butir agregat kasar)
14. Syarat Agregat Halus – PBI 71
Agregat halus terdiri dari butir-butir tajam dan keras
Tidak boleh mengandung lumpur lebih besar dari 5 % berat
kering
Tidak boleh mengandung bahan organik terlalu banyak
Butiran Agrega halus harus terdiri dari beraneka ragam, Jika
diuji dengan test ayakan ISO
- Sisa di atas ayakan 4 mm minimal 2 % berat total
- Sisa di ayakan 1 mm minimum 10 % berat total
- Sisa di ayakan 0.25 mm minimum 80 – 95 % berat
total
Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat halus kecuali
dengan petunjuk lembaga pemeriksaan yang diakui
15. BEBERAPA JENIS PASIR YANG BIASA DIGUNAKAN
- Pasir Silika
Pasir yang berbentuk kristal heksagonal yang mempunyai
komposisi gabungan dari SiO2, Fe2O3, CaO, MgO dll.
biasanya berwarna bening.
- Pasir Vulkanik
Pasir yang berasal dari erupsi gunung berapi, biasanya
berwarna gelap.
- Abu Batu
Limbah dari pemecahan batu.
18. Agregat kasar
Agregat kasar ialah agregat yang semua butirannya
tertinggal diatas ayakan 4.8 mm (SII.0052,1980) atau 4.75 mm
(ASTM C33,1982) atau 5,0 mm (BS.812,1976).
Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil atau batu
pecah. Kerikil adalah bahan yang terjadi sebagai hasil
desintegrasi alami dari batuan-batuan dan berbentuk agak
bulat serta permukaannya licin. Sedangkan batu pecah
adalah bahan yang diperoleh dari batu yang digiling
(dipecah)
19. Fungsi agregat kasar
Fungsi agregat kasar adalah sebagai komponen utama
yang paling banyak memberikan sumbangan kekuatan
kepada beton nantinya. Secara umum, kekuatan beton
tergantung pada kekuatan agregat kasarnya.
20. syarat Agregat kasar
– PBI 71
Agregat kasar terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak
berpori
Tidak boleh mengandung lumpur lebih besar dari 1 %
berat kering
Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat
merusak beton
Keausan dari butir-butir diperiksa dengan mesin los
angeles dengan syarat tertentu
Agregat terdiri dari butir yang beraneka ragam besarnya
dan tidak melewati saringan 5 mm
21. UNDERSANDED DAN OVERSANDED???
UNDERSANDED adalah keadaan dimana jumlah agregat halus dalam
campuran beton terlalu sedikit sehingga pastanya tidak cukup untuk
mengisi ruang kosong yang dapat mengakibatkan campuran mudah
terpisah (segregasi), susah dalam pengerjaan dan beton menjadi
keropos.
OVERSANDED adalah kondisi dimana jumlah agregat halus terlalu
banyak yang dapat mengakibatkan kebutuhan air meningkat sehingga
kebutuhan semen juga bertambah untuk mencapai faktor air semen
yang sama.
Kondisi yang sulit akan kita temui bila material pasir kita sangat halus
(zona 4) sedangkan kerikil kita berukuran besar (zona 1)
22. 4 KONDISI AIR DI DALAM AGREGAT
Kering Kerontang (oven dry)
Bagian dalam dan luar material tidak mengandung air sama sekali
Kering udara (air dry)
Bagian luar kering, tetapi bagian dalam masih mengandung air.
Saturated surface dry (SSD)
Kondisi dimana material tampak kering dari luar namun butiran
didalamnya telah jenuh air. (Kondisi teoritis ideal).
Lembab (wet)
Bagian dalam dan luar material sama-sama basah.
23. air
Air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses
kimiawi semen, membasahi agregat dan memberikan
kemudahan dalam pekerjaan beton.
Pada umumnya air yang dapat diminum dapat digunakan
sebagai bahan campuran beton.
24. Berapakah kebutuhan air dalam beton???
Air yang diperlukan dipengaruhi faktor-faktor dibawah ini :
Ukuran agregat maksimum
semakin besar diameter agregat maka kebutuhan air menurun
(kebutuhan mortar menurun)
Bentuk butir
bentuk bulat membutuhkan air yang lebih sedikit daripada batu
pecah.
Gradasi agregat
gradasi yang baik membutuhkan air yang sedikit untuk mencapai
kelecakan yang sama.
Kotoran dalam agregat
semakin kotor agregat, kebutuhan air semakin meningkat
Jumlah agregat halus
semakin sedikit persen agregat halus, kebutuhan air menurun.
25. Syarat air - pbi 71
Tidak mengandung lumpur (benda melayang
lainnya) lebih dari 2 gram/liter
Tidak mengandung garam –garam yang merusak
beton (asam, zat organik dll) lebih dari 15 gram/liter
Tidak mengandung klorida (CI) lebih dari 0,5
gram/liter
Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dar 1
gram/liter
26. PENGARUH KOTORAN DAN SENYAWA KIMIA YANG
TERKANDUNG DALAM AIR TERHADAP BETON
NO KANDUNGAN PENGARUH
1 Sodium & Potasium Mempengaruhi waktu pengikatan
2 Klorida & Sulfat Menyebabkan korosi
3 Air Laut Mengurangi kuat tekan, korosi
4 Magnesium & karbonat Mempengaruhi waktu pengikatan & kuat tekan
5 Garam Besi Mempengaruhi kekuatan mortar
6
Mangan, timbal, seng,
tembaga
Mengurangi kekuatan yang signifikan dan variasi
pada waktu pengikatan
7 Air Asam Mempersulit pengerjaan beton
8 Air Basa Mempercepat pengikatan, mengurangi kekuatan
9 Gula Memperlambat pengikatan
10 Minyak Mengurangi kekuatan hingga 20%
12 Ganggang Mengurangi lekatan, mengurangi kekuatan
13 Silt (Butiran tersuspensi) Mengurangi kekuatan beton
27. ADDITIVE
Bahan-bahan selain air, semen dan agregat yang
ditambahkan ke dalam beton atau mortar sebelum atau
selama pengadukan.
Fungsi dari bahan ini adalah untuk mengubah sifat-sifat
dari beton agar menjadi lebih cocok untuk pekerjaan
tertentu, atau untuk menghemat biaya.
Secara umum bahan tambah dibagi menjadi dua yaitu
mineral additive dan chemical admixture
28. TUJUAN PENGGUNAAN ADMIXTURE PADA BETON SEGAR
Memperbaiki workability beton
Mengatur factor air semen pada beton segar
Mengurangi penggunaan semen
Mencegah segregasi dan bleeding
Mengatur waktu pengikatan aduk beton
Meningkatkan kekuatan tekan beton
Meningkatkan sifat kedap air pada beton keras
Meningkatkan kekebalan beton terhadap zat zat kimia
29. MINERAL ADDITIVE
FLY ASH
Fly ash mempunyai kadar bahan semen
yang tinggi dan mempunyai sifat
pozzolanik.
Pozzolan adalah bahan yang mengandung
silika dan alumina, tetapi tidak
mempunyai sifat seperti semen akan
tetapi dengan adanya air, maka senyawa-
senyawa tersebut akan bereaksi dengan
kalsium hidroksida dan akan membentuk
senyawa kalsium silikat hidrat dan
kalsium hidrat yang bersifat hidraulis.
Sebagian besar kandungan fly ash terdiri
dari Silikat dioksida (SiO2), Aluminium
(Al2O3), Besi (Fe2O3), dan Kalsium
(CaO).
30. KLASIFIKASI FLY ASH
Berdasarkan tipe batu bara, fly ash dibagi menjadi 2 jenis
(ASTM C618-86) yaitu :
1. Kelas F – antrasit dan bituminous
2. Kelas C – Lignite dan subituminious
Berdasarkan kandungan kimia nya, fly ash dibedakan
menjadi 3 jenis (ACI 1992=3 Parts 1 226.3R-3) yaitu :
KANDUNGAN TYPE C TYPE F TYPE N
SiO2+Al2O3+Fe2O3 >50% >70% >70%
CaO 10% <5% -
Kadar dlm cmpuran
beton
15-35% 15-25% 15-25%
Loss in ignition 6% 12% 10%
31. KEUNTUNGAN PEMAKAIAN FLY ASH
Pada beton segar :
1. Mampu meningkatkan workability karena kehalusan
partikel nya.
2. Mengurangi resiko terjadinya bleeding dan segregasi
Pada beton keras :
1. Meningkatkan durabilitas beton.
2. Meningkatkan density (kepadatan) beton.
3. Mengurangi penyusutan
4. Meningkatkan kuat tekan beton setelah 52 hari.
32. BAHAN TAMBAH MINERAL LAINNYA:
Abu sekam
Abu sekam adalah limbah dari tanaman padi, yang pada
saat ini limbah padi kurang dimanfaatkan untuk hal-hal
yang penting. Padahal didalam sekam padi ini terdapat
unsur SiO2 yang dengan mengatur pembakaran tertentu
akan diperoleh silika yang reaktif
Silika fume (SF)
adalah material pozzolan yang halus, dimana
komposisi silika lebih banyak dihasilkan dari tanur
tinggi atau sisa produksi silikon atau alloy besi silikon
33. KONSEP PEMAKAIAN ADMIXTURE
Water/Cement = A
Slump = B
Strength = C
CEMENT
ADMIXTURE
WATER
- WATER
-CEMENT
-WATER
W/C = A
Slump > B
Strength = C
Water/Cement < A
Slump < B
Strength > C
Water/Cement >A
Slump > B
Strength < C
Water/Cement < A
Slump = B
Strength > C
Water/Cement = A
Slump = B
Strength = C
+
+
+
34. MACAM-MACAM ADMIXTURE BERDASARKAN
ASTM C 494
Tipe Pengaruh
A mengurangi air (water reducing)
B memperlambat waktu pengikatan (retarding)
C mempercepat waktu pengikatan (accelerating)
D
mengurangi air dan memperlambat waktu pengikatan (water reducing and
retarding)
E
mengurangi air dan mempercepat waktu pengikatan (water reducing and
accelerating)
F
mengurangi air dalam jumlah banyak (high range water reducing,
superplasticizer)
G
mengurangi air dalam jumlah banyak dan memperlambat waktu pengikatan
(high range water reducing and retarding)
35. CARA KERJA WATER REDUCER PADA CAMPURAN BETON
1. Melapisi semen dengan ion negatif sehingga menyebabkan semen
yang awalnya membentuk kumpulan (floc) setelah bereaksi dengan
air menjadi telak menolak.
2. Partikel bahan kimia ini kemudian diserap oleh permukaan partikel
semen yang mengakibatkan partikel semen bermuatan negatif
sehingga akan terjadi tolak menolak diantara partikel smeen.
3. Akibat terjadinya gaya tolak-menolak tersebut, butir semen yang
mengumpul (floc) tadi menjadi tersebar sehingga air yang terjebak di
antara butiran smeen tersebut terlepas.
36. PENGARUH WAKTU PENAMBAHAN ADMIXTURE
PADA BETON
1 2 3
Slump awal (cm) 8 8 8
Slump + add (cm) 15 17,5 18
60 menit (cm) 9,5 11 12
Initial Set (jam) 7 jam 15 menit 7 jam 24 menit 7 jam 45 menit
Final Set (jam) 8 jam 20 menit 8 jam 35 menit 9 jam
Keterangan :
1. Ditambahkan pada saat air baru masuk 50%
2. Ditambahkan bersama dengan air
3. Ditambahkan setelah semua air masuk
Sumber : Sika
37. COMPUTERIZED
CONTROL
ROOM
RAW MATERIAL
RECEIVING
RAW MATERIAL
INSPECTION & TEST
DELIVERY/
DISPATCHING
PRODUCTION PROCESS
RAW MATERIAL
STOCKING & HANDLING
FLOW DIAGRAM OF READY MIXED CONCRETE
PROCESS
1
2
3
4
5
5
2
4
BEAKER
GLASS
FLOW
METER
``
SAND
``
COARSE
AGGREGATE
ADMIXTURES
RESEARCH &
DEVELOPMENT
LABORATORY
` `
`
WEIGHER
CEMENT
SILO
SILO
ADMIXTURES
COARSE AGREGATE
3
SAND
WATER TANK
SLUMP TEST
CONCRETE
SAMPLE
WEIGHER
CEMENT
WATER
42. MATERIAL TEST METHOD
1. TES BERAT JENIS ( ASTM C 128 – 93 )
2. TES RESAPAN ( ASTM C 128 – 93 )
3. TES KADAR LUMPUR (ASTM C 142 – 97)
4. TES GRADASI (ASTM C 136 – 93)
5. TES KADAR AIR ( ASTM C 556 - 89 )
6. TES KADAR ORGANIK (ASTM C 40 – 92)
7. TES ABRASI ( ASTM C 535-96 )
43. BERAT JENIS / SPESIFIC GRAVITY
( ASTM C 128 – 93 ) / SNI 03-1970-1990
Pasir
Tujuan :
Menentukan berat jenis dalam kondisi SSD menurut
prosedur ASTM. Nilai ini diperlukan untuk menetapkan
besarnya komposisi volume agregat dalam adukan campuran
beton
45. Cara Kerja
Rendam Pasir selama 24 jam, kemudian tiriskan
Keringkan dengan hair dryer atau diangin – anginkan hingga
mencapai kondisi SSD (Saturated Surface Dry / Kering Permukaan)
Timbang pasir SSD sebanyak ( W ) gram
Timbang labu ukur dengan air kapasitas penuh ( W1 )
Timbang labu ukur beserta air dan agregat (W2)
Hasil Perhitungan
Berat Jenis Pasir : W
( W + W1 ) – W2
Berat Jenis : …………….gr/cm³
46. BERAT JENIS / SPESIFIC GRAVITY
( ASTM C 127 – 88 )/SNI 03-1969-1990
Batu Pecah
Tujuan :
Menentukan berat jenis menurut prosedur ASTM.
Nilai ini diperlukan untuk menetapkan besarnya
komposisi volume agregat dalam adukan beton
48. Cara Kerja
Rendam batu pecah selama 24 jam, kemudian
tiriskan
Dilap dengan kain satu per satu hingga SSD
(Kering permukaan )
Timbang batu pecah SSD sebanyak ( W1 )
gram
Masukkan batu pecah ke dalam keranjang
kawat didalam bak air, kemudian timbang
(W2) gram
Hasil Perhitungan
Berat Jenis Batu : W1
W1 – W2
Berat Jenis : …………….gr/cm³
49. RESAPAN / ABSORPTION
Pasir ( ASTM C 128 – 93 ) / SNI 03-1970-1990
Batu pecah ( ASTM C 127 – 88 ) / SNI 03-1969-1990
Tujuan :
Menentukan besarnya nilai resapan agregat untuk
menetapkan besarnya jumlah volume air dalam
campuran beton
51. Cara Kerja
Timbang pasir / batu pecah kondisi SSD sebanyak ( W ) gram
Masukkan ke dalam oven atau pemanas selama 24 jam
Kelurkan pasir dari dalam oven, dinginkan dan timbang beratnya
( W1 ) gram
Hasil Perhitungan
Resapan : W- W1
W1
Resapan :…………………..%
Hubungan antara berat jenis dan penyerapan :
Semakin tinggi nilai berat jenis agregat, semakin kecil daya serap
air tersebut
52. KADAR LUMPUR
( ASTM C 142 – 97)
Pasir : WI – JMR – 62
Kerikil : WI – JMR - 63
Tujuan :
Menentukan besarnya kadar lumpur yang terkandung dalam
agregat untuk menentukan apakah material tersebut layak
Atau tidak digunakan sebagai campuran beton.
54. Cara Kerja
Isi gelas ukur dengan pasir sebanyak 6 cm
Isi gelas ukur tersebut dengan air 50% lebih tinggi dari pasir
Kocok gelas air yang telah berisi pasir dan air tersebut, kemudian
Diamkan selama 24 jam.
Ukur tinggi pasir dan tinggi lumpur menggunakan mistar
Hasil Perhitungan
Kadar Lumpur : (H1 / H2) x 100 %
H1 : Tinggi endapan lumpur
H2 : Tinggi endapan pasir + lumpur
56. Cara Kerja
Timbang agregat kasar (kering oven) sebanyak 100gr (W1)
Masukkan agregat ke dalam pan dan cuci sampai bersih.
Agregat yang tertahan dimasukkan kedalam oven dipanaskan hingga
suhu 110 ± 5 C
Hasil Perhitungan
Kadar lumpur : W1 – W2 x 100% = …..%
W1
Dengan,
W1 = Berat agregat sebelum dicuci (grm)
W2 = Berat agregat setelah dicuci (gram)
59. Agregat dikeringkan didalam oven selama ± 24 jam
kemudian didinginkan.
Timbang minimal 1000 gr untuk agregat halus dan 2000 gr untuk
agregat kasar
Ayak agregat tersebut dengan ayakan satu nomor di atas max. size
selama 15 menit diatas mesin penggetar
Timbang berat aggregat yang tertahan diatas masing – masing ayakan
Hitung % berat benda uji yang tertahan dengan rumus
a = A x 100 %
B
Dimana :
A = Berat benda uji yang tertahan diatas saringan
B = Berat benda uji total
60. Ayakan
Nominal
Size
5 - 10 10 – 20 20 - 30
1,18 X
2,36 X
4,75 X X
9,5 X X X
12,5 X X X
19 X X
25 X X
37,5 X
50
61. Data yang diperoleh :
Jumlah prosentase diatas masing – masing ayakan
Modulus kehalusan (FM)
Prosentase kumulatif lolos ayakan.
Gambar grafik dari hasil masing – masing ayakan.
62. KADAR AIR
Pasir ( ASTM C 556-89 )
Batu pecah ( ASTM C 556-89 )
Tujuan :
Menentukan kelembapan /Moisture content pasir
atau batu pecah, guna menentukan besarnya jumlah
air dalam campuran beton
64. Cara Kerja
Timbang pasir / batu pecah kondisi asli sebanyak ( W ) gram
Masukkan ke dalam oven atau pemanas selama 24 jam
Kelurkan pasir dari dalam oven, dinginkan dan timbang beratnya
( W1 ) gram
Hasil Perhitungan
Kadar air : W- W1
W1
Kadar air :…………………..%
66. Alat dan Bahan :
Tabung kaca berskala
Gelas Ukur
Tintometer
Larutan Sodium Hidroksida 3%
67. Langkah Kerja :
Isikan agregat halus kedalam botol sampai 130 ml.
Tambahkan larutan Sodium Hidroksida 3 % sampai
200 ml.
Kocok Botol selama 10 menit.
Diamkan selama 24 jam.
Amati warna cairan diatas permukaan agregat halus
dalam botol dan bandingkan warnanya dengan
larutan pembanding. Maksimal warna no. 3
WARNING : Kadar organik dikatakan tinggi
jika warna cairan dalam botol lebih tua
dibandingkan larutan pembanding.
68. Pengaruh Kandungan Organik pada beton
1. Dapat menyebabkan variasi terhadap waktu
ikat beton
2. Dapat mengurangi kuat tekan beton
69. TES ABRASI
Batu pecah ( ASTM C 535-96 )
Tujuan :
Mengetahui angka keausan material, yang dinyatakan
dengan perbandingan antara berat bahan aus lolos saringan
No. 12 (1,7 mm) terhadap berat semula, dalam persen.
71. Cara Kerja
Cuci dan keringkan agregat pada temperatur 110 C ± 5 C sampai berat
tetap.
Lakukan penyaringan kedalam fraksi-fraksi yang dikehendaki dengan
penyaringan dan lakukan penimbangan.
Pengujian ketahanan agregat kasar dilakukan dengan salah satu cara
berikut :
72. Benda uji dan bola baja dimasukkan kedalam mesin abrasi
putar mesin dengan kecepatan 30 sampai dengan 33 rpm. Jumlah
putaran gradasi A, B, C, dan D 500 putaran dan untuk gradasi E, F, dan
G 1000 putaran;
Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian
saring dengan saringan no. 12 (1,7 mm); butiran yang tertahan di
atasnya dicuci bersih. Selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu
(110 ± 5)°C sampai berat tetap.
Hasil Perhitungan
Keausan : a – b x 100% = ….
a
Dengan,
a = berat benda uji awal (gr)
W2 = Berat benda uji tertahan saringan no 12
(1,70)