Laporan praktikum mendeskripsikan prosedur penentuan konsentrasi larutan tak berwarna KNO2 dan KNO3 dengan spektrofotometer UV-Vis. Langkah-langkahnya meliputi pembuatan kurva kalibrasi dari larutan standar, pengukuran absorbansi larutan uji dan standar, serta perhitungan konsentrasi larutan uji berdasarkan kurva kalibrasi. Hasilnya menunjukkan konsentrasi larutan KNO2 dan K
1. LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS SPEKTROSKOPI
PERCOBAAN III
PENENTUAN KONSETRASI LARUTAN TAK BERWARNA DENGAN
SPEKTROFOTOMETER UV-VIS.
PROGRAM STUDI DIII ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2014
NAMA :
NIM :
KELOMPOK : I (SATU)
ASISTEN :
2. PERCOBAAN III
PENENTUAN KONSETRASI LARUTAN TAK BERWARNA DENGAN
SPEKTROFOTOMETER UV-VIS
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan praktikum ini adalah untuk menentukan
konsentrasi larutan KNO2 dan KNO3 secara spektrofotometer ultraviolet.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pengukuran absorbansi atau transmitasi dalam spektroskopi
ultraviolet dan daerah tampak digunakan untuk analisa kualitatif dan
kuantitatif spesies kimia. Absorbansi spesies ini berlangsung dalam dua
tahap, yang pertama yaitu M + hv = M*, merupakan eksitasi spesies akibat
absorbsi foton (hv) dengan waktu hidup terbatas. Tahap kedua adalah
relaksasi dengan berubahnya M* menjadi spesies baru dengan reaksi
fitokimia. Absorbsi dalam daerah ultraviolet dan daerah tampak
menyebabkan eksitasi elektron ikatan. Puncak absorbsi (λmaks) dapat
dihubungkan dengan jenis ikatan-ikatan yang ada dalam spesies.
Spektroskopi absobsi berguna untuk mengkarakterisasikan gugus fungsi
dalam suatu molekul dan untuk analisis kuantitatif. Spesies yang
mengabsobsi dapat melakukan transisi yang meliputi (a) elektron π, ϭ, n
(b) elektron-elektron d dan f (c) transfer muatan elektron (Khopkar, 2002).
Para kimiawan telah lama menggunakan warna sebagai bantuan
dalam mengenali zat-zat kimia. Spektrofotometri dapat di anggap sebagai
perluasan suatu pemeriksaan visual yg dengan studi lebih mendalam dari
absorbs energi radiasi oleh macam-macam zat kimia memperkenankan
dilakukannya pengukuran ciri-cirinya serta kuantitatifnya dengan
ketelitian yang lebih besar. Dengan menggantikan mata manusia dengan
pelacak-pelacak lain dari radiasi dimungkinkan studi dari absorbsi diluar
daerah terlihat spektrum, dan seringkali percobaan-percobaan
spektrofotometrik dapat dilakukan secara otomatik (Day, 1986)
3. Spektrofotometer UV-Vis merupakan alat dengan teknik
spektrofotometer pada daerah ultra-violet dan sinar tampak. Alat ini
digunakan guna mengukur serapan sinar ultra violet atau sinar tampak oleh
suatu materi dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang dianalisis
sebanding dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terdapat dalam
larutan tersebut (Yazid, 2005).
Sinar yang melewati suatu larutan akan terserap oleh senyawa-senyawa
dalam larutan tersebut. Intensitas sinar yang diserap tergantung
pada jenis senyawa yang ada, konsentrasi dan tebal atau panjang larutan
tersebut. Makin tinggi konsentrasi suatu senyawa dalam larutan, makin
banyak sinar yang diserap. Berbeda dengan spektrofotometri visible, pada
spektrofotometri UV berdasarkan interaksi sampel dengan sinar UV. Sinar
UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm. Sebagai sumber sinar dapat
digunakan lampu deuterium. Deuterium disebut juga heavy hidrogen. Dia
merupakan isotop hidrogen yang stabil yang terdapat berlimpah dilaut dan
daratan. Inti atom deuterium mempunyai satu proton dan satu neutron,
sementara hidrogen hanya memiliki satu proton dan tidak memiliki
neutrron. Nama deuterium diambil dari bahasa Yunani, deuteras yang
berarti dua, mengacu pada intinya yang memiliki 2 partikel. Karena sinar
UV tidak dapat dideteksi dengan mata kita maka senyawa yang dapat
menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki
warna, bening dan transparan. Oleh karena itu, sampel tidak berwarna
tidak perlu dibuat berwarna dengan penambahan reagen tertentu. Bahkan
sampel dapat langsung dianalisa meskipun tanpa preparasi. Namun perlu
diingat, sampel keruh tetap harus dibuat jernih dengan filtrasi atau
sentifungi. Prinsip dasar pada spektrofotometri adalah sampel harus jernih
dan larut sempurna. Tidak ada partikel koloid/ suspensi (Petrucci, 1987).
Spektroskopi merupakan salah satu alat yang banyak dipakai
untuk mengidentifikasi senyawa baik alamai maupun buatan. Sinar infra
merah yang dilewatkan melalui cuplikan senyawa organik maka sejumlah
frekuensi akan diserap. Gambaran antara persen absorbasi atau persen
transmitansi lawan frekuensi akan menghasilkan suatu spektrum infra
4. merah. Transisi yang terjadi didalam serapan inframerah berkaitan dengan
perubahan perubahan vabrasi dalam molekul (Sastrohamidjojo, 1985)
Spektrofotometer UV-Vis (Ultra Violet-Visible) adalah salah
satu dari sekian banyak instrumen yang biasa digunakan dalam
menganalisa suatu senyawa kimia. Spektrofotometer umum digunakan
karena digunakan karena kemampuannya dalam menganalisa begitu
banyak senyawa kimia serta kepraktisannya dalam hal preparasi salpel
apabila dibandingkan dengan beberapa metode analisis. Spektrofotometer
UV-Vis adalah pengukuran serapan cahaya didaerah ultraviolet (200 – 350
nm) dan sinar tampak (350 – 800 nm) oleh suatu senyawa. Serapan cahaya
uv atau cahaya campak mengakibatkan transisis elektronik, yaitu promosi
elektron elektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke
orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi. Panjang gelombang
cahaya uv atau cahaya tampak tergantung pada mudahnya promosi
elektron.molekul molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk
promosi elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih
pendek. Molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap
pada panjang gelombang yang lebih panjang. Senyawa yang menyerap
cahaya dalam daerah tampak (senyawa berwarna) mempunyai elektron
yang mudah dipromosikan dari pada senyawa yang menyerap pada
panjang gelombang lebih pendek (Herliani, 2008).
Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak
yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau
blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absopsi antara sampel
dan blanko ataupun pembanding
a. Sumber yang biasa digunakan pada spektroskopi absorpsi adalah
lampu Wolfarm. Lampu hydrogen atau lampu deuterium digunakan
untuk sumber pada daerah UV. Keuntungan lampu Wolfarm adalah
energi yang dibebaskan tidak bervariasi pada berbagai panjang
gelombang.
b. Monokromator digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang
monokromatis. Alatnya dapat berupa prisma atau grating. Untuk
5. mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan dari hasil
penguraian ini dapat digunakan celah untuk mendapatkan panjang
gelombang yang diinginkan.
c. Sel absorpsi untuk pengukuran pada daerah UV kita harus
menggunakan sel kuarsa hasil leburan karena gelas tidak tembus
cahaya pada daerah ini. Sel yang biasanya digunakan berbentuk
persegi, tetapi bentuk silinder dapat juga digunakan.
d. Detektor memiliki peranan yaitu memberikan respon
spektrofotometer, tabung pengganda elektron yang digunakan prinsip
kerjanya telah diuraikan (Khopkar, 2002).
Spektrum absorbsi dapat diperoleh dengan menggunakan
bermacam-macam bentuk contoh: gas, lapisan tipis cairan, larutan dalam
bermacam-macam pelarut, dan bahkan padat. Kebanyakan pekerjaan
analitik menyangkut larutan, dan kita diharapkan di sini untuk
mengembangkan satu uraian kuantitatif dari hubungan konsentrasi larutan
dan kemampuannya untuk menyerap radiasi. Pada waktu yang sama, kita
harus sadar bahwa besarnya absorbs akan tergantung juga pada jarak yang
dijalani oleh radiasi melewati larutan (Day, 1986).
Pembuatan kurva standar didahului dengan pembuatan larutan
standar dari beberapa mL larutan induk kemudian diencerkan dengan suatu
larutan baku (akuades). Dari pengenceran tersebut diperoleh konsentrasi
larutan standar. Menentukan kadar sampel adalah pertama-tama dibaca
serapan sinar (absorbansi) dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang tertentu. Dihitung jumlah suatu sampel dari hasil absorbansi
masing.masing (Maramis, 2013).
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah beker
glass, botol semprot, buret, kuvet kotak, labu takar, monitor BMC
internasional, pipet Mohr, pipet tetes, printer IEE 00-100263-XX,
propipet, spektrofotometer UV-Vis DMS 100, statif, dan tube film.
6. B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah
akuades, larutan standar 1.10-1, 5.10-2, 1.10-2, 5.10-3, 1.10-3, 5.10-4,
1.10-4 M KNO2 dan larutan standar 1.10-1, 5.10-2, 1.10-2, 5.10-3, 1.10-3,
5.10-4, 1.10-4 M KNO3.
IV. PROSEDUR KERJA
A. Kurva kalibrasi larutan KNO2 dan larutan KNO3
1. Dihidupkan alat spektrofotometer, monitor dan printer selama 15-
30 menit.
2. Dipilih sistem optik daerah UV dengan cara menekan tombol
dengan tanda UV on-off.
3. Dipilih skala untuk penentuan absorbansi dengan dimasukkan
nilai absorbans tertinggi pada ORD MAX dan absorban terendah
pada ORD MIN.
4. Dipilih pembacaan TIME CONSTANT untuk lamanya
pembacaan sampel hingga tampil dilayar monitor.
5. Dipilih panjang gelombang maksimum untuk daerah tertinggi dan
minimum untuk daerah terendah.
6. Dimasukkan blanko kedalam kuvet kotak dan diamati pada layar
monitor.
7. Dimasukkan salah satu konsentrasi larutan untuk melakukan scan
panjang gelombang pada absorbansi maksimum.
8. Dipilih panjang gelombang maksimum sebagai nilai panjang
gelombang maksimum tetap (FIXED WAVELENGTH).
9. Diukur nilai absorbans semua larutan standar untuk memperoleh
kurvanya (secara regresi linier)
B. Menentukan konsentrasi larutan KNO2 dan larutan KNO3
1. Diukur konsentrasi larutan cuplikan dengan mengukur
absorbansinya pada panjang gelombang maksimum.
7. 2. Dialurkan nilai absorbansi yang diperoleh ke dalam kurva
kalibrasi yang diperoleh dari larutan standar.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum yang telah dilaksanakan,
yaitu sebagai berikut:
Tabel 1. Penentuan Absorbansi KNO2 pada λmax = 211 nm
Konsentrasi KNO2 (M) Absorbansi
1.10-4 1,110
5.10-4 2,472
1.10-3 2,261
5.10-3 2,604
1.10-2 2,679
5.10-2 2,807
1.10-1 2,917
Grafik 1. Hubungan antara konsentrasi dan Absorbansi KNO2 pada
λmax = 211 nm
Grafik Hubungan antara Konsentrasi dan Absorbansi
KNO2 λmaks= 211 nm
y = 0.2325x + 1.4773
R² = 0.6753
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0.0001 0.0005 0.001 0.005 0.01 0.05 0.1
Absorbansi
Konsentrasi (M)
8. Tabel 2. Penentuan Absorbansi KNO3 pada λmax = 202 nm
Konsentrasi KNO3 (M) Absorbansi
0,0001 0,981
0,0005 2,093
0,001 2,095
0,005 2,173
0,01 2,246
0,05 2,437
0,1 2,534
Grafik 2. Hubungan antara Konsentrasi dan Absorbansi KNO3 pada
λmax = 202 nm
3
2.5
2
1.5
1
0.5
Grafik Hubungan antara Konsentrasi dan Absorbansi
KNO3 λmaks= 202 nm
Tabel 3. Penentuan Absorbansi sampel
Sampel Absorbansi
KNO2 2,639
KNO3 2,250
Perhitungan
Untuk larutan KNO2
Diketahui: Absorbansi larutan = 2,639
y = 0,232x + 1,477
y = 0.1964x + 1.2943
R² = 0.6842
0
0.0001 0.0005 0.001 0.005 0.01 0.05 0.1
Absorbansi
Konsetrasi (M)
9. Absorbansi = y
Ditanya: x (konsentrasi) = …..?
Penyelesaian:
y = 0,232x + 1,477
2,639 = 0,232x + 1,477
2,639-1,477 = 0,232x
1,162 = 0,232x
=
1,162
0,232
= 5,008 M
Untuk larutan KNO3
Diketahui: Absorbansi larutan = 2,250
y = 0,196x + 1,294
Absorbansi = y
Ditanya: x (konsentrasi) = …..?
Penyelesaian:
y = 0,196x + 1,294
2,250 = 0,196x + 1,294
2,250-1,294 = 0,196x
0,956 = 0,196x
=
0,956
0,196
= 4,877 M
10. B. Pembahasan
Percobaan ini berjudul Penentuan Konsentrasi Larutan Tak Berwarna
Dengan Spektrofotometer Uv-Vis dengan tujuannya adalah untuk menentukan
konsentrasi larutan KNO2 secara spektrofotometri. Spektrofotometri adalah
analisa instrumen yang membahas tentang molekul dan radiasi elektromagnetik
KNO2 yang mempunyai struktur umum. Spektrofotometri adalah suatu metode
analisi kimia yang di gunakan untuk menerapkan kadar suatu zat atau senyawa
dengan menggunakan alat yang biasa disebut spektrofotometer.
Prinsip kerja spektrofotometer adalah menggunakan instrumen molekul
dengan radiasi elektromagnetik, yang energinya sesuai. Interaksi tersebut akan
meningkatkan energi potensi elektron. Apabila pada molekul yang sederhana tadi
hanya terjadi transisi elektronik pada suatu macam gugus maka akan terjadi suatu
absorbsi yang merupakan garis spektrum.
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu, beker glass, botol
semprot, buret, kuvet kotak, labu takar, monitor BMC internasional, pipet Mohr,
pipet tetes, printer IEE 00-100263-XX, propipet, spektrofotometer UV-Vis DMS
100, statif, dan tube film. Kemudian bahan-bahan yang digunakan pada percobaan
ini adalah akuades, larutan standar 1.10-1, 5.10-2, 1.10-2, 5.10-3, 1.10-3, 5.10-4, 1.10-
4 M KNO2 .
Spektrometri UV-Vis adalah salah satu metoda analisis yang berdasarkan
pada penurunan intensitas cahaya yang diserap oleh suatu media. Berdasarkan
penurunan intensitas cahaya yang diserap oleh suatu media tergantung pada tebal
tipisnya media dan konsentrasi warna spesies yang ada pada media tersebut.
Spektrometri visible umumnya disebut kalori, oleh karena itu pembentukan warna
pada metoda ini sangat menentukan ketelitian hasil yang diperoleh. Pembentukan
warna dilakukan dengan cara penambahan pengompleks yang selektif terhadap
unsur yang ditentukan.
Spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya penyerapan energi
cahaya oleh suatu sistem kimia itu sebagai suatu fungsi dari panjang gelombang
radiasi, demikian pula pengukuran penyerapan yang menyendiri pada suatu
panjang gelombang tertentu. perpindahan elektron dari tingkat energi yang
rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi.
11. Spektrofotometri Uv-Vis dapat dilakukan penentuan terhadap sampel yang
berupa larutan, gas, atau uap. Untuk sampel yang berupa larutan perlu
diperhatikan beberapa persyaratan pelarut yang digerakan antara lain pelarut yang
digunakan tidak menggunakan sistem ikatan rangkap terkonjugasi pada struktur
molekulnya dan tidak berwarna, tidak terjadi interaksi dengan senyawa dianalis,
dan kemurniannya harus tinggi atau derajat untuk analisis.
Pada umumnya pelarut yang sering dipakai dalam analisis
spektrofotometer Uv-Vis adalah air, etanol, sikloheksa-tetraproponal. Hal lain
yang perlu di perhatikan dalam pemilihan pelarut adalah polaritas dari pelarut
yang dipakai karena akan sangat berpengaruh terhadap pergeseran spektrum
molekul yang di analisa.
Spektrum absorpsi yang diperoleh dari hasil analisis dapat
memberikan informasi panjang gelombang dengan absorban
maksimum dari senyawa atau unsur. Panjang gelombang dan absorban
yang dihasilkan selama proses analisis digunakan untuk membuat
kurva standar. Konsentrasi suatu senyawa atau unsur dapat dihitung
dari kurva standar yang diukur pada panjang gelombang dengan
absorban maksimum. Dari kurva standar kalibrasi, diperoleh
persamaan garis:
12. Y = ax + b
Dimana Y merupakan serapan dan x adalah konsentrasi unsur
atau senyawa. Dengan persamaan garis tersebut dapat ditentukan
konsentrasi sampel. Pada spektrofotometer UV-VIS, warna yang
diserap oleh suatu senyawa atau unsur adalah warna komplementer
dari warna yang teramati. Hal tersebut dapat diketahui dari larutan
berwarna yang memiliki serapan maksimum pada warna
komplementernya. Namun apabila larutan berwarna dilewati radiasi
atau cahaya putih, maka radiasi tersebut pada panjang gelombang
tertentu akan diserap secara selektif sedangkan radiasi yang tidak
diserap akan diteruskan.
Adanya perpindahan elektron dalam atom atau molekul ke
tingkat energi yang lebih tinggi merupakan akibat dari antaraksi antara
materi dengan sinar elektromagnetik. Besarnya perpindahan elektron
sama dengan energi radiasi yang berineraksi dengan molekul. Eksitasi
elektron ketingkat energi yang lebih tinggi tergantung pada senyawa
penyerapnya (kromofor penyerap).
Pemilihan akuades sebagai blanko dikarenakan akuades tidak
menyerap sinar ultraviolet, sehingga cocok untuk dipakai dalam
percobaan ini, di mana sampel yang digunakan adalah larutan KNO2
dan KNO3. Preparasi sampel dilakukan dengan memvariasikan
konsentrasi sampel dari konsentrasi 1.10-1 M sampai dengan 1.10-4 M.
Percobaan yang dilakukan kali ini diperoleh data λmax dari larutan
KNO2 sebesar 211 nm dengan persamaan garis berdasarkan kurva
konsentrasi dan adsorbansi adalah y = 0,232x + 1,477 dan R2 adalah
0,675. Kemudian dengan menggunakan data λmax ini, larutan KNO2
yang telah divariasikan konsentrasinya dianalisis absorbansinya, dari
serapan yang diperoleh kemudian dibuat dalam bentuk grafik
absorbansi terhadap konsentrasi larutan. Lalu grafik yang diperoleh ini
merupakan kurva standar dan akan digunakan untuk analisis cuplikan.
Dari analisis larutan KNO2 pada λmaks= 211 nm dengan konsentrasi
1.10-1 M absorbansinya adalah 2,917, konsentrasi 5.10-2 M
13. absorbansinya adalah 2,807, dan konsentrasi 1.10-2 M adsorbansinya
adalah 2,679. Selain itu, konsentrasi 5.10-3 M absorbansinya adalah
2,604, konsentrasi 1.10-3 M absorbansinya adalah 2,261, konsentrasi
5.10-4 M absorbansinya adalah 2,472, dan konsentrasi 1.10-4 M
absorbansinya adalah 1,110.
Berdasarkan praktikum kali ini, diperoleh data dari hasil
pengukuran yang dilakukan dan dibuat grafik, didapatkan nilai
absorbansi dari cuplikan untuk larutan adalah sebesar 2,639. Data ini
kemudian digunakan untuk menentukan konsentrasi KNO2 dalam
masing-masing sampel. Dari hasil perhitungan diperoleh konsentrasi
cuplikan KNO2 yaitu sebesar 5,008 M.
Pada larutan KNO3 sebesar 202 nm diperoleh persamaan garis
berdasarkan kurva konsentrasi dan adsorbansi adalah y = 0,196x +
1,294 dan R2 adalah 0,684. Kemudian dengan menggunakan data λmax
ini, larutan KNO3 yang telah divariasikan konsentrasinya dianalisis
absorbansinya, dari serapan yang diperoleh kemudian dibuat dalam
bentuk grafik absorbansi terhadap konsentrasi larutan. Dari analisis
larutan KNO3 pada λmaks= 202 nm dengan konsentrasi 1.10-1 M
absorbansinya adalah 2,534, konsentrasi 5.10-2 M absorbansinya
adalah 2,437, dan konsentrasi 1.10-2 M absorbansinya adalah 2,246.
Selain itu, konsentrasi 5.10-3 M absorbansinya adalah 2,173,
konsentrasi 1.10-3 M absorbansinya adalah 2,095, konsentrasi 5.10-4
M absorbansinya adalah 2,093, dan konsentrasi 1.10-4 M
absorbansinya adalah 0,981.
Berdasarkan perolehan data dari hasil pengukuran yang
dilakukan dan dibuat grafik, didapatkan nilai absorbansi dari cuplikan
untuk larutan adalah sebesar 2,250. Data ini kemudian digunakan
untuk menentukan konsentrasi KNO3 dalam masing-masing sampel.
Dari hasil perhitungan diperoleh konsentrasi cuplikan KNO3 yaitu
sebesar 4,877 M.
Menurut Syafnir (2011), kurva kalibrasi merupakan metode
yang banyak digunakan untuk penentuan konsentrasi analit serta
14. menunjukkan kelinieran pengukuran, yaitu dari persamaan regresi
kurva, yang ditunjukkan dengan nilai koefisien koerelasi (R2) dari
persamaan regresi kurva yang mendekati 1. Regresi linier yang
mendekati 1 menyatakan absorbansi yang dihasilkan mendekati benar.
Selain regresi linier, jika grafik berbentuk garis lurus yang melewati
titik 0 maka hukum Lambert Beer terpenuhi.
Hasil yang bisa disimpulkan pada grafik KNO2 maupun KNO3
adalah grafik tersebut tidak memenuhi hukum Lamber Beer
dikarenakan grafik tersebut tidak menghasilkan garis yang lurus/linier
yang melewati 0 dan nilai R2 = KNO2 (0,675) dan R2 = KNO3 (0,684)
tidak mendekati 1, sehingga percobaan kali ini dianggap tidak layak.
Penggunaan sinar UV dalam analisis kuantitatif memberikan
beberapa keuntungan, diantaranya: dapat digunakan secara luas,
memiliki kepekaan tinggi, keselektifannya cukup baik dan terkadang
tinggi, ketelitian tinggi, tidak rumit dan cepat.
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah:
1. Spektrofotometer adalah instrumen yang digunakan untuk mempelajari
serapan atau emisi radiasi elektromagnetik sebagai fungsi panjang
gelombang.
2. Grafik pada percobaan ini didapatkan persamaan untuk KNO2 y =
0,232x + 1,477 R2 = 0,675 dan untuk KNO3 y = 0,196x + 1,294
R2 = 0,684.
3. Nilai konsetrasi pada larutan KNO2 dan KNO3 adalah KNO2 = 5,008
M dan KNO3 = 4,877 M.
4. Hasil didapatkan tidak sesuai dengan hukum Lambert Beer yang
seharusnya memiliki grafik dengan garis lurus melewati 0 dan R2
mendekati satu.
15. DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A dan Underwood, A.L. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga,
Jakarta.
Herliani, A. 2008. Spektrofotometri. Pengendalian Mutu Agroindustri-Program
D4-PJJ.
Khopkar, M.S. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press, Jakarta.
Maramis, R.K., G. Citraningtyas, & F. Wehantouw. 2013. Analisis Kafein dalam
Kopi Bubuk di Kota Manado Menggunakan Spektrofotometri UV-Vis.
Pharmacon, Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 2. No. 4. 122-128.
Petrucci, R. 1987. Kimia DasarEdisi 4 Jilid 2. Erlangga, Bogor.
Sastrihamidjojo H. 1985. Spektroskopi. Liberty, Yogyakarta.
Syafnir, L & A.R. Putri. 2011. Pengujian Kandungan Merkuri Dalam Sediaan
Kosmetik dengan Spektrofotometer Serapan Atom. Prosiding
Snapp2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan. Vol. 2. No. 1. 71-78.