SlideShare a Scribd company logo
1 of 47
PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN
STUNTING
OLEH :
ROCHMAD APRIYANTO, SP, MM
KASIE KESEHATAN KELUARGA DAN GIZI
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN TANGGAMUS
MARET 2018
 Masa depan Anak harus sehat, cerdas, kreatif, dan
produktif. Jika anak-anak terlahir sehat, tumbuh dengan
baik & didukung oleh pendidikan yang berkualitas maka
mereka akan menjadi generasi yang menunjang
kesuksesan pembangunan bangsa. Sebaliknya jika
anak anak terlahir dan tumbuh dalam situasi
kekurangan gizi kronis, mereka akan menjadi anak
kerdil (stunting).
 Sekitar 37% balita atau sebanyak 9 juta balita Indonesia
mengalami stunting (Riskesdas 2013). Ini berarti, 1 dari
3 balita di Indonesia mengalami stunting.
 Kerdil (stunting) pada anak mencerminkan kondisi gagal
tumbuh pada anak Balita (Bawah 5 Tahun) akibat dari
kekurangan gizi kronis sejak bayi dalam kandungan dan
pada masa awal setelah bayi lahir, sehingga anak
menjadi terlalu pendek untuk usianya.
 Kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 thn.
Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely
stunted) adalah balita dengan panjang badan atau tinggi
badan menurut umurnya ((PB/U);(TB/U)) tidak sesuai
(WHO-MGRS, 2006).
 Definisi stunting menurut Kemenkes adalah anak balita
dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SD (stunted) dan
kurang dari – 3SD (severely stunted).
 Intervensi yang paling menentukan untuk dapat
mengurangi prevalensi stunting dilakukan pada 1.000
Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita.
 Penanganan stunting perlu koordinasi antar sektor dan
melibatkan berbagai pemangku kepentingan seperti
Pemerintah, Pemda, Dunia Usaha, Masyarakat, dll.
Kerangka Konsep Penyebab Stunting
Gagal Tumbuh
masa Janin
Kekurangan Gizi
Mikro
Kekurangan Gizi
Makro
Pemberian ASI
jelek
Kemiskinan
Kestabilan
sosial politik
Meningkatn
ya paparan
penyakit
Ketahanan
pangan
rendah
Akses
pelayanan
kurang
Infeksi
Infeksi
STUNTING
“pendek”
WASTING
CACAT
Meninggal
PMBA
GIZI IBU
9
10
12
PENYEBAB STUNTING
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak
hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh
ibu hamil maupun anak balita. Secara lebih detil, beberapa
faktor yang menjadi penyebab stunting dapat digambarkan
sebagai berikut :
1. Praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk
kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan
gizi sebelum dan pada masa kehamilan, serta setelah
ibu melahirkan.
Fakta : 60% bayi tidak ASI eksklusif, pemberian MP-ASI
tidak tepat waktu dan usia.
2. Masih terbatasnya ANC-Ante Natal Care (pelayanan
kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan) Post
Natal Care (KN dan KF) dan pembelajaran dini yang
berkualitas.
Fakta : D/S; Fe ibu hamil.
13
3. Masih kurangnya akses rumah tangga/keluarga ke
makanan bergizi.
Fakta : anemia ibu hamil.
4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi.
5. Pemanfaatan Buku KIA oleh masyarakat dalam deteksi
dini stunting masih kurang.
Anak kerdil yang terjadi di Indonesia sebenarnya tidak
hanya dialami oleh rumah tangga/keluarga yang miskin
dan kurang mampu, karena stunting juga dialami oleh
rumah tangga/keluarga yang tidak miskin/yang berada di
atas 40 % tingkat kesejahteraan sosial dan ekonomi.
100 Kabupaten/Kota Prioritas Intervensi Stunting Di Propinsi Lampung
Adalah Kabupaten Lampung Selatan, Lampung Timur Dan Lampung
Tengah. Tahun 2019 Kabupaten Tanggamus (dalam usulan) (Tim
Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K, 2017))
15
No Puskesmas
K1 K4
ABS % ABS %
1 Wonosobo 295 100.0 295 100.0
2 Siring Betik 327 100.0 325 99.4
3 Sanggi 414 100.0 413 99.8
4 Sudimoro 405 97.4 381 91.6
5 Sukaraja 260 100.0 249 95.8
6 Kotaagung 950 100.0 947 99.7
7 Way Nipah 332 89.0 288 77.2
8 Pasar Simpang 447 100.0 396 88.6
9 Negara Batin 602 100.0 596 99.0
10 Pl. Panggung 776 99.9 776 99.9
11 Air Naningan 650 100.0 623 95.8
12 Ngarip 1143 99.6 1110 96.7
13 T. Padang 894 98.7 874 96.5
14 Margoyoso 639 100.0 594 93.0
15 Gisting 848 100.0 807 95.2
16 Kedaloman 354 100.0 346 97.7
17 R. Tijang 707 100.0 666 94.2
18 Sumanda 340 100.0 323 95.0
19 B. Sukamara 400 100.0 400 100.0
20 P. Doh 438 99.5 383 87.0
21 Klumbayan 185 83.3 145 65.3
22 Klumbayan Barat 306 99.4 297 96.4
23 Antar Brak 376 100.0 331 88.0
Kabupaten 12088 99.1 11565 94.8
Cakupan K1 dan K4 Berdasarkan Puskesmas
Kabupaten Tanggamus Tahun 2017
 Cakupan K1 dan K4 terendah
adalah Puskesmas Klumbayan
(83,3%) dan (65,3%).
 Yang mencapai Standar
Pelayanan Minimal (SPM)
bidang kesehatan wajib Tahun
2016, hanya Puskesmas
Wonosobo dan Bulo
Sukamara (100%)
K1
94.7
K1
95.8
K1
96.8
K1
96.4
K1
99.1
K4
87.8
K4
90
K4
90.4
K4
90.4
K4
94.8
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
2013 2014 2015 2016 2017
K1 K4
Trend Cakupan K1 dan K4
Kabupaten Tanggamus
Tahun 2013–2017
16
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
Wonosobo
Sudimoro
Sukaraja
Sanggi
Kota
Agung
Way
Nipah
Pasar
Simpang
Negara
Batin
Siring
Betik
Pulau
Panggung
Ngarip
Air
Naningan
Talang
Padang
Margoyoso
Gisting
Kedaloman
Rantau
Tijang
Sumanda
Bulok
Sukamara
Putih
doh
Klumbayan
Antar
Brak
Kelumbayan…
KABUPATEN
84.75
73.80
90.00
99.76
98.84
71.05
88.59
96.68
93.88
98.58
88.50
89.54
90.73
92.18
87.38
97.74
92.80
85.29
81.00
87.05
64.41
80.59
91.88
88.04
PERSENTASE
PUSKESMAS
Cakupan Pemberian Fe 3 Ibu Hamil
Kabupaten Tanggamus Tahun 2017
 Cakupan Fe3 ibu hamil Tahun 2017 sebesar 88,4%, cenderung turun daripada Tahun 2016
sebesar 90,95%.
 3 (tiga) Puskesmas cakupan Fe3 masih rendah, yaitu Puskesmas Klumbayan (64,41%), Way
Nipah (71,05%) dan Sudimoro (73,8%).
 Kondisi akses pelayanan kesehatan, tidak rutinnya pemeriksaan kehamilan ke tenaga
kesehatan dan kurangnya perilaku sehat untuk meminta Fe ketika habis menyebabkan
kurangnya pemberian Fe ke ibu hamil
17
Cakupan Bayi Mendapat Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Berdasarkan
Puskesmas Kabupaten Tanggamus Tahun 2017
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
Wonosobo
Sudimoro
Sukaraja
Sanggi
Kota
Agung
Way
Nipah
Pasar
Simpang
Negara
Batin
Siring
Betik
Pulau
Panggung
Ngarip
Air
Naningan
Talang
Padang
Margoyoso
Gisting
Kedaloman
Rantau
Tijang
Sumanda
Bulok
Sukamara
Putih
doh
Klumbayan
Antar
Brak
Kelumbayan
Barat
KABUPATEN
82.89
91.29
88.53
95.95
86.83
100.00
87.82
100.00
99.34
58.07
100.00
98.18
60.57
99.49
96.42
96.94
63.73
67.06
95.76
89.22
100.00
100.00
100.00
89.48
PERSENTASE
PUSKESMAS
 Cakupan bayi mendapat IMD di Kabupaten Tanggamus tahun 2017 sebesar
89,49%, meningkat dari tahun 2016 yang sebesar 89,13% dan sudah mencapai
SPM sebesar 39%.
 Puskesmas terendah dalam pelaksanaan IMD adalah Puskesmas Talang Padang
(58,07%) dan Pulau Panggung (60,57%).
18
Cakupan ASI Eksklusif Berdasarkan Puskesmas
Kabupaten Tanggamus Tahun 2017
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
Wonosobo
Sudimoro
Sukaraja
Sanggi
Kota
Agung
Way
Nipah
Pasar
Simpang
Negara
Batin
Siring
Betik
Pulau
Panggung
Ngarip
Air
Naningan
Talang
Padang
Margoyoso
Gisting
Kedaloman
Rantau
Tijang
Sumanda
Bulok
Sukamara
Putih
doh
Klumbayan
Antar
Brak
Kelumbayan
Barat
KABUPATEN
4.39
42.02
81.25
-
73.49
-
23.08
81.36
100.00
57.38
-
66.67
83.33
84.90
100.00
-
-
-
36.51
-
100.00
88.24
-
44.46
PERSENTASE
PUSKESMAS
 Cakupan ASI Eksklusif tahun 2017 sebesar 40%.
 Pencapaian cakupan ASI Eksklusif tertinggi 100% di Puskesmas Siring Betik,
Gisting dan dan Klumbayan.
 Puskesmas cakupan ASI Eksklusif 0% adalah Puskesmas Sanggi, Way Nipah,
Ngarip, Kedaloman, Rantau Tijang, Sumanda, Putihdoh dan Klumbayan Barat.
19
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
31.19
5.85
61.62
0.49
33.62
16.74
11.80
3.74
2.48
2.32
9.06
10.47
53.25
14.20
6.51
36.36
7.34
43.76
5.65
11.30
22.73
11.11
4.35
15.75
20.9
27.1
24.5
46.4
22.9
13.2
7.1
27.7
19.0
7.0
36.5
25.0
16.7
20.2
11.2
0.0
24.7
34.1
35.8
19.3
50.0
6.1
40.0
22.1
Anemia BBLR
Hubungan Antara Bumil Anemia dengan Kejadian BBLR
Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Tanggamus Tahun 2017
 Kejadian BBLR dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah
karena ibu saat hamil menderita anemia (kadar HB<10).
 Hubungan antara ibu hamil anemia dengan kejadian BBLR Kabupaten
Tanggamus tahun 2017 adalah ketika ada ibu hamil anemia 15,75%
dimungkinkan ada 22,1% bayi BBLR
20
Pencapaian D/S Berdasarkan Puskesmas
Kabupaten Tanggamus Tahun 2017
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
Wonosobo
Sudimoro
Sukaraja
Sanggi
Kota
Agung
Way
Nipah
Pasar
Simpang
Negara
Batin
Siring
Betik
Pulau
Panggung
Ngarip
Air
Naningan
Talang
Padang
Margoyoso
Gisting
Kedaloman
Rantau
Tijang
Sumanda
Bulok
Sukamara
Putih
doh
Klumbayan
Antar
Brak
Kelumbayan
Barat
KABUPATEN
81.46
100.00
73.71
55.90
91.40
44.78
76.42
86.67
65.07
73.78
79.73
79.20
68.46
94.32
86.90
81.47
90.83
100.00
96.59
38.30
67.93
86.56
65.16
78.84
PERSENTASE
PUSKESMAS
 Tahun 2017 cakupan peran serta masyarakat (D/S) Kabupaten Tanggamus
sebesar 78,84%, meningkat dibandingkan tahun 2016 sebesar 75,66%.
 Puskesmas dengan pencapaian D/S rendah adalah Puskesmas Putihdoh
sebesar 38,8% dan Way Nipah sebesar 44,78%.
21
Tahun Kabupaten
Masalah Gizi Balita
Underweight Stunting Wasting Gemuk Kategori
2016 Tanggamus 6,2% 24,8% 3,4% 2,8% Kronis
Lampung 14,0% 24,8% 9,0% 4,4% Akut
kronis
2017 Tanggamus 19,2% 37,3% 6,8% 3,1% Akut
kronis
Lampung 18,5% 31,6% 9,3% 4,2% Akut
kronis
HASIL PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) TAHUN 2016 DAN 2017
 Kabupaten Tanggamus Tahun 2017 terjadi peningkatan balita kurang
gizi (underweight), pendek (stunting), kurus (wasting) dan gemuk;
 Diperlukan kegiatan intervensi spesifik yang hasilnya dapat dilihat
dalam waktu relatif pendek oleh kesehatan dan kegiatan intervensi
sensitif merupakan berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor
kesehatan dalam mendukung penyelesaian masalah underweight,
stunting, wasting dan gemuk.
23
Kerangka Intervensi Stunting yang dilakukan oleh
Pemerintah Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu
Intervensi Gizi Spesifik dan Intervensi Gizi Sensitif.
1. Intervensi Gizi Spesifik.
Intervensi gizi spesifik umumnya dilakukan pada sektor
kesehatan. Intervensi ini juga bersifat jangka pendek
dimana hasilnya dpt dicatat dalam waktu relatif pendek.
Intervensi Spesifik Gizi utama dimulai dr masa kehamilan
ibu hingga melahirkan bayi (1.000 HPK dan berkontribusi
pada 30% penurunan stunting) :
a. Ibu Hamil, intervensinya ANC terstandar, PMT ibu
hamil KEK, pemberian Fe, garam beryodium
pencegahan malaria dengan kelambu
b. Ibu Menyusui, intervensi dengan IMD, KN dan KF,
c. Anak Usia 0-6 Bulan, intervensi dengan pemberian
kolostrum dan ASI Eksklusif.
24
d. Anak Usia 7-23 bulan, intervensi dengan dorongan
tetap memberikan ASI hingga bayi berusia 23 bulan;
pemberian MP ASI setelah bayi berusia diatas 6
bulan; pemberian obat cacing dan vitamin A sesuai
umur; memberikan imunisasi dasar lengkap,
2. Intervensi Gizi Sensitif.
Kerangka ini idealnya dilakukan melalui berbagai
kegiatan pembangunan diluar sektor kesehatan dan
berkontribusi pada 70% Intervensi Stunting.
Sasaran dari intervensi gizi spesifik adalah masyarakat
secara umum, dan tidak khusus pada 1.000 HPK.
Intervensi ini melalui beberapa kegiatan umum (makro)
dan dilakukan secara lintas sektor yg dapat berkontribusi
pada penurunan stunting melalui :
a. Menyediakan dan memastikan akses terhadap air
bersih.
25
b. Menyediakan dan memastikan akses terhadap sanitasi.
c. Melakukan fortifikasi bahan pangan.
d. Menyediakan akses kepada layanan kesehatan dan
Keluarga Berencana (KB).
e. Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
f. Menyediakan Jaminan Persalinan (Jampersal).
g. Memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua.
h. Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
i. Memberikan pendidikan gizi masyarakat.
j. Memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi,
serta gizi pada remaja.
k. Menyediakan bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga
miskin (Program Keluarga Harapan).
l. Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi.
KEBIJAKAN DAN PROGRAM TERKAIT INTERVENSI
STUNTING YANG TELAH DILAKUKAN
1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) 2005–2025 (Pemerintah melalui program
pembangunan nasional ‘Akses Universal Air Minum dan
Sanitasi Tahun 2019’, menetapkan bahwa pada tahun
2019, Indonesia dapat menyediakan layanan air minum
dan sanitasi yang layak bagi 100% rakyat Indonesia).
2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
Rentra Kemkes 2015-2019 (target penurunan prevalensi
stunting menjadi 28% pada 2019).
3. Peraturan Pemerintah (PP) No.33/2012 tentang Air Susu
Ibu Eksklusif.
4. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2013 tentang
Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi,
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
450/Menkes/SK/IV/2004 tentang Pemberian Air Susu
Ibu (ASI) Secara Eksklusif Pada Bayi di Indonesia.
6. Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No.15/2013
tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus
Menyusui dan/atau Memerah Air Susu Ibu.
7. Permenkes No.3/2014 tentang Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM).
8. Peraturan Menteri Kesehatan No.23/2014 tentang
Upaya Perbaikan Gizi.
9. Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam
Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1.000
HPK) oleh Bapak Presiden Republik Indonesia tanggal
30 Oktober 2013.
Strategi yang dilakukan dalam upaya penanggulangan
stunting adalah :
1) Menjalin komitmen dan dukungan lintas sector tingkat
kabupaten dan tingkat kecamatan
2) Meningkatkan sumber daya (sarana, prasarana dan
sumber daya manusia kesehatan) dalam akses pelayanan
kesehatan SPM bidang kesehatan
3) Pelaksanaan Bulan Sayang Ibu dan Anak (BSIA)
4) Anjangsana dokter spesialis anak dan kandungan
5) Memasyarakatkan program 1000 Hari Pertama Kehidupan
(HPK) melalui “Gegermas”
6) Sosialisasi 1000 HPK kepada lintas sector (TP PKK, dll)
dan masyarakat dalam memperoleh generasi berkualitas
7) Program Jampersal yang membantu persalinan terstandar
bagi masyarakat yang miskin atau tidak mampu & tidak
mempunyai jaminan kesehatan apapun.
30
1. PELAYANAN
KESEHATAN IBU
HAMIL
2. PELAYANAN
KESEHATAN IBU
BERSALIN
3. PELAYANAN
KESEHATAN
BAYI BARU
LAHIR
4. PELAYANAN
KESEHATAN
BALITA
5. PELAYANAN
KESEHATAN PADA
USIA PEND. DASAR
6. PELAYANAN
KESEHATAN PADA
USIA PRODUKTIF
7. PELAYANAN
KESEHATAN PADA
USIA LANJUT
8. PELAYANAN
KESEHATAN
PENDERITA
HIPERTENSI
9. PELAYANAN
KESEHATAN PENDERITA
DM
10. UPAYA KESEHATAN
JIWA PADA ODJ BERAT
11. PELAYANAN
KESEHATAN ORANG
DENGAN TB
12. PELAYANAN
KESEHATAN ORANG
DENGAN RISIKO
TERINFEKSI HIV
SPM BIDANG KESEHATAN
KABUPATEN/KOTA
Permenkes Nomor 43 Tahun 2016
SPM Bidang Kesehatan (Permenkes No.
43/2016) diantaranya :
1) Setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal
sesuai standar;
2) Setiap ibu bersalin mendapatkan pelayanan
persalinan sesuai standar;
3) Setiap bayi baru lahir mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar;
4) Setiap balita mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar.
Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil (Permenkes No. 43/2016)
a. Pernyataan Standar, yaitu setiap ibu hamil mendapatkan
pelayanan antenatal sesuai standar.
b. Pengertian
1) Pelayanan antenatal sesuai standar adalah pelayanan
yang diberikan kepada ibu hamil minimal 4 kali selama
kehamilan dengan jadwal 1x pada trimester 1 (T1), 1x
pada T2 dan 2x pada T3 yang dilakukan oleh Bidan dan
atau Dokter dan atau Dokter Spesialis Kebidanan baik
yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah
maupun swasta yg memiliki Surat Tanda Register (STR).
2) Yang disebut dengan standar pelayanan antenatal
adalah pelayanan yang dilakukan kepada ibu hamil
dengan memenuhi kriteria 10 T
c. Capaian Kinerja merupakan cakupan K4 bumil
Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin (Permenkes 43/2016)
a. Pernyataan Standar yaitu setiap ibu bersalin mendapatkan
pelayanan persalinan sesuai standar.
b. Pengertian
1) Pelayanan persalinan sesuai standar adalah persalinan
yang dilakukan oleh Bidan dan atau Dokter dan atau
Dokter Spesialis Kebidanan yang bekerja di fasilitas
pelayanan kesehatan Pemerintah maupun Swasta
yang memiliki Surat Tanda Register (STR) baik
persalinan normal dan atau persalinan dengan
komplikasi.
2) Fasilitas pelayanan kesehatan meliputi Polindes,
Poskesdes, Puskesmas, bidan praktek swasta, klinik
pratama, klinik utama, klinik bersalin, balai kesehatan
ibu dan anak, rumah sakit pemerintah maupun swasta.
Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir (Permenkes No.
43/2016)
a. Pernyataan Standar adalah setiap bayi baru lahir
mendptkan pelayanan kesehatan sesuai standar.
b. Pengertian
1) Pelayanan kesehatan bayi baru lahir sesuai standar
adalah pelayanan yang diberikan pada bayi usia 0-28
hari, dilakukan oleh Bidan dan atau perawat dan atau
Dokter dan atau Dokter Spesialis Anak yang memiliki
Surat Tanda Register (STR).
2) Pelayanan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan
pemerintah maupun swasta Posyandu dan atau
kunjungan rumah
c. Capaian Kinerja dinilai dari persentase jumlah bayi baru
lahir usia 0-28 hari yang mendapatkan pelayanan
kesehatan bayi baru lahir sesuai standar
KN KF
KN 1 (6 jam - 48 jam) KF 1 (6 jam - 48 jam)
KN 2 (3 hari - 7 hari)
KF 2 (4 hari - 28 hari)
KN 3 (8 - 28 hari)
KF 3 (29 hari - 42 hari)
JADWAL KUNJUNGAN NEONATUS (KN)
DAN KUNJUNGAN NIFAS (KF)
Dalam pelaksanaannya, KN1 bersamaan dengan KF1
yaitu antara 6-48 jam, sementara KN2 dan KN3
bersamaan dengan KF2 yaitu antara 3-28 hari setelah
persalinan
Pelayanan Kesehatan Balita
Adalah setiap balita mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar di wilayah kerjanya dlm kurun waktu 1 tahun.
Pelayanan kesehatan balita sesuai standar adalah :
Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada anak berusia
0-59 bulan dan dilakukan oleh Bidan dan atau Perawat
dan atau Dokter/DLP dan atau Dokter Spesialis Anak yang
memiliki STR dan diberikan di fasilitas kesehatan
pemerintah maupun swasta, dan UKBM.
Pelayanan kesehatan, meliputi :
a) Penimbangan minimal 8 kali setahun, pengukuran
panjang/tinggi badan minimal 2 kali setahun
b) Pemberian kapsul vitamin A 2 kali setahun.
c) Pemberian imunisasi dasar lengkap.
 Komitmen Pemerintah Indonesia telah dinyatakan
melalui Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2013
tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi,
 Tanggal 30 Oktober 2013 Bapak Presiden Republik
Indonesia telah meluncurkan “Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka Seribu Hari
Pertama Kehidupan” (Gerakan 1000 HPK).
Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)
Apakah 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) ?
Masa selama 270 hari (9 bulan) dalam kandungan
+
(24 bulan pasca kelahiran) :
ASI Eksklusif (180 hari)
Usia 6-24 bulan (550 hari)
 1000 Hari Pertama merupakan“Periode Emas” dikarenakan pada masa ini
terjadi pertumbuhan otak yang sangat pesat. Kurang gizi di periode ini akan
mengakibatkan kerusakan atau terhambatnya pertumbuhan yg tidak dapat
diperbaiki dimasa kehidupan selanjutnya.
39
1 Timbang Badan dan Ukur Tinggi Badan (IMT)
2 Ukur Tekanan Darah
3 Nilai Status Gizi (ukur LiLA)
4 (ukur) Tinggi Fundus Uteri
5 Tentukan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin
6 Skrining Status Imunisasi TT (dan Pemberian Imunisasi TT)
7 Pemberian Tablet Besi (90 Tablet selama kehamilan)
8 Test Lab Sederhana (Hb, Protein Urin) dan atau berdasarkan
indikasi (HBsAg, Sifilis, HIV, Malaria, TBC dll)
9 Tata Laksana Kasus
10 Temu Wicara (Konseling) termasuk P4K serta KB PP
1 kali TM I, 1 kali TM 2, 2 kali TM III atau (K4)
10
T
Bagaimana caranya agar kebutuhan gizi bayi di
1000 Hari Pertama Kehidupan (Periode Emas)
dapat dipenuhi dengan sempurna?
A. Masa Kehamilan
B. Bayi usia 0-6 Bulan
1. Lakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) langsung
setelah bayi lahir, agar bayi mendapatkan kolostrum
dalam kehangatan dekapan ibu, dan inisiasi ini sangat
mendukung keberhasilan pemberian ASI Eksklusif
2. Berikan ASI EKSKLUSIF bayi usia 0 – 6 bulan.
Semua kebutuhan gizi bayi usia 0-6 bulan sudah
terpenuhi sempurna dengan ASI saja
3. Rutin menimbang berat badan bayi tiap bulan di
Posyandu dan memperoleh kapsul vitamin A serta
imunisasi lengkap sesuai jadwal
4. Lakukan pengukuran Panjang Badan minimal 1x/3 bln
5. Lakukan pencatatan BB dan PB menurut Umur dalam
grafik buku KIA
C. Bayi usia 6-9 Bulan
1. Teruskan pemberian ASI dengan makanan tambahan
pendamping ASI (MP ASI).
2. Berikan ASI dulu baru MP-ASI (bubur tepung beras,
pisang lumat)
3. Pemberian MP-ASI sebagai berikut:
• Usia 6 bulan 2 kali perhari (6 sdm/makan)
• Usia 7 bulan 2 kali perhari (7 sdm/makan)
• Usia 8 bulan 3 kali perhari (8 sdm/makan)
• Usia 9 bulan 3 kali perhari (9 sdm/makan)
4. Rutin menimbang berat badan bayi tiap bulan di
Posyandu dan memperoleh kapsul vitamin A serta
imunisasi lengkap sesuai jadwal
5. Lakukan pengukuran Panjang Badan minimal 1x/3 bln
6. Lakukan pencatatan BB dan PB menurut Umur dalam
grafik buku KIA
D. Bayi usia 9 -12 bulan:
1. Berikan ASI dulu baru MP-ASI lebih padat dan kasar seperti
bubur, nasi tim, nasi lembik.
2. Untuk selingan: biscuit bayi dan buah.
3. Pemberian MP-ASI sebagai berikut:
• Usia bayi 9 bulan 3 kali perhari (9 sdm /makan) dan
makanan selingan 2 kali
• Usia bayi 10 bulan 3 kali perhari (10 sdm /makan) dan
makanan selingan 2 kali
• Usia bayi 11 bulan 3 kali perhari ( 11 sdm /makan) dan
makanan selingan 2 kali
4. Rutin menimbang berat badan bayi tiap bulan di Posyandu
dan memperoleh kapsul vitamin A serta imunisasi lengkap
sesuai jadwal
5. Lakukan pengukuran Panjang Badan minimal 1x/3 bln
6. Lakukan pencatatan BB dan PB menurut Umur dalam grafik
buku KIA
E. Anak usia 12-24 bulan:
1. Berikan MP-ASI dulu baru ASI
2. Berikan makanan keluarga secara bertahap sesuai
kemampuan anak (3 kali sehari sebanyak 1/3 – 1/2
porsi orang dewasa)
3. Makanan selingan diberikan 2 kali sehari diantara
waktu makan (pudding, kue, jus buah dll.)
4. Makanan keluarga harus bervariasi beragam dan
berimbang
5. Rutin menimbang berat badan bayi tiap bulan di
Posyandu dan memperoleh kapsul vitamin A serta
imunisasi lengkap sesuai jadwal
6. Lakukan pengukuran Panjang Badan minimal 1x/3 bln
7. Lakukan pencatatan BB dan PB menurut Umur dalam
grafik buku KIA
Gerakan Generasi Emas (Gegermas)
a. Tujuan yang ingin dicapai adalah mewujudkan sumberdaya
manusia berkualitas (generasi emas) dengan 1000 HPK dan
dilaksanakan pemberian akses pelayanan kesehatan ibu
hamil, bayi 0-6 bulan dan anak 6 s/d 24 bulan yang
berkualitas dan terpantau dengan melibatkan Gasbinsa,
Bidan Desa, Bidan Koordinator, Tenaga Pelaksana Gizi dan
Lintas Program serta lintas sector terkait.
b. Uji coba setiap puskesmas menunjuk 1 pekon/desa.
Anjangsana Dokter Spesialis Kandungan dan Anak
ke Puskesmas
Tujuan adalah pemberian edukasi perawatan kesehatan
bagi tenaga kesehatan, masyarakat dan keluarga
sasaran serta mendekatkan akses pelayanan dokter
spesialistik (anak dan kandungan) ke masyarakat.
Bulan Sayang Ibu dan Anak (BSIA)
a.Tujuan pelayanan Bulan Sayang Ibu dan Anak adalah
memberikan pelayanan kesehatan komprehensif kepada
Ibu Hamil Ibu Bersalin, ibu Nifas dan Bayi di Kabupaten
Tanggamus sebagai salah satu upaya dalam penurunan
dan penanggulangan stunting.
b.Ruang lingkup pelayanan Bulan Sayang Ibu dan Anak
meliputi pelayanan ANC terpadu kepada ibu hamil,
pelayanan kesehatan ibu nifas, ibu bersalin dan bayi serta
pelayanan imunisasi dasar kepada bayi.
Filosofi
STUNTING PROMKES.pptx

More Related Content

Similar to STUNTING PROMKES.pptx

varwwwhtmldinkescommonuploadBahan Sosialisasi Stunting Sekda Langkat Rakerkes...
varwwwhtmldinkescommonuploadBahan Sosialisasi Stunting Sekda Langkat Rakerkes...varwwwhtmldinkescommonuploadBahan Sosialisasi Stunting Sekda Langkat Rakerkes...
varwwwhtmldinkescommonuploadBahan Sosialisasi Stunting Sekda Langkat Rakerkes...
sisrinirahayu1
 
varwwwhtmldinkescommonuploadBahan Sosialisasi Stunting Sekda Langkat Rakerkes...
varwwwhtmldinkescommonuploadBahan Sosialisasi Stunting Sekda Langkat Rakerkes...varwwwhtmldinkescommonuploadBahan Sosialisasi Stunting Sekda Langkat Rakerkes...
varwwwhtmldinkescommonuploadBahan Sosialisasi Stunting Sekda Langkat Rakerkes...
YernimaDaeli1
 
Bahan Sosialisasi Stunting Sekda Langkat Rakerkesda Tahun 2018.ppt
Bahan Sosialisasi Stunting Sekda Langkat Rakerkesda Tahun 2018.pptBahan Sosialisasi Stunting Sekda Langkat Rakerkesda Tahun 2018.ppt
Bahan Sosialisasi Stunting Sekda Langkat Rakerkesda Tahun 2018.ppt
MJPutra2
 
varwwwhtmldinkescommonuploadBahan Sosialisasi Stunting Sekda Langkat Rakerkes...
varwwwhtmldinkescommonuploadBahan Sosialisasi Stunting Sekda Langkat Rakerkes...varwwwhtmldinkescommonuploadBahan Sosialisasi Stunting Sekda Langkat Rakerkes...
varwwwhtmldinkescommonuploadBahan Sosialisasi Stunting Sekda Langkat Rakerkes...
MughniEfendi
 
kec-buayan.kebumenkab.go.id.281220-stunting.pptx
kec-buayan.kebumenkab.go.id.281220-stunting.pptxkec-buayan.kebumenkab.go.id.281220-stunting.pptx
kec-buayan.kebumenkab.go.id.281220-stunting.pptx
ardysuper
 
Penanggulangan_Anemia_Gizi_Besi_pada_Rematri_edit.ppt
Penanggulangan_Anemia_Gizi_Besi_pada_Rematri_edit.pptPenanggulangan_Anemia_Gizi_Besi_pada_Rematri_edit.ppt
Penanggulangan_Anemia_Gizi_Besi_pada_Rematri_edit.ppt
EmiIrmawati
 
Materi Dinas Kesehatan Prov. Sulteng Ibu Isti.pptx
Materi Dinas Kesehatan Prov. Sulteng Ibu Isti.pptxMateri Dinas Kesehatan Prov. Sulteng Ibu Isti.pptx
Materi Dinas Kesehatan Prov. Sulteng Ibu Isti.pptx
HarrySetiawan45
 

Similar to STUNTING PROMKES.pptx (20)

varwwwhtmldinkescommonuploadBahan Sosialisasi Stunting Sekda Langkat Rakerkes...
varwwwhtmldinkescommonuploadBahan Sosialisasi Stunting Sekda Langkat Rakerkes...varwwwhtmldinkescommonuploadBahan Sosialisasi Stunting Sekda Langkat Rakerkes...
varwwwhtmldinkescommonuploadBahan Sosialisasi Stunting Sekda Langkat Rakerkes...
 
varwwwhtmldinkescommonuploadBahan Sosialisasi Stunting Sekda Langkat Rakerkes...
varwwwhtmldinkescommonuploadBahan Sosialisasi Stunting Sekda Langkat Rakerkes...varwwwhtmldinkescommonuploadBahan Sosialisasi Stunting Sekda Langkat Rakerkes...
varwwwhtmldinkescommonuploadBahan Sosialisasi Stunting Sekda Langkat Rakerkes...
 
Bahan Sosialisasi Stunting Sekda Langkat Rakerkesda Tahun 2018.ppt
Bahan Sosialisasi Stunting Sekda Langkat Rakerkesda Tahun 2018.pptBahan Sosialisasi Stunting Sekda Langkat Rakerkesda Tahun 2018.ppt
Bahan Sosialisasi Stunting Sekda Langkat Rakerkesda Tahun 2018.ppt
 
varwwwhtmldinkescommonuploadBahan Sosialisasi Stunting Sekda Langkat Rakerkes...
varwwwhtmldinkescommonuploadBahan Sosialisasi Stunting Sekda Langkat Rakerkes...varwwwhtmldinkescommonuploadBahan Sosialisasi Stunting Sekda Langkat Rakerkes...
varwwwhtmldinkescommonuploadBahan Sosialisasi Stunting Sekda Langkat Rakerkes...
 
kec-buayan.kebumenkab.go.id.281220-stunting.pptx
kec-buayan.kebumenkab.go.id.281220-stunting.pptxkec-buayan.kebumenkab.go.id.281220-stunting.pptx
kec-buayan.kebumenkab.go.id.281220-stunting.pptx
 
Paparan anc terpadu final edit
Paparan anc terpadu final editPaparan anc terpadu final edit
Paparan anc terpadu final edit
 
progker stunting 080.pptx
progker stunting 080.pptxprogker stunting 080.pptx
progker stunting 080.pptx
 
MATERI TENTANG PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING.ppt
MATERI TENTANG PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING.pptMATERI TENTANG PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING.ppt
MATERI TENTANG PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING.ppt
 
Lokmin 6 agustus 2015
Lokmin 6 agustus 2015Lokmin 6 agustus 2015
Lokmin 6 agustus 2015
 
Stunting Meldy.pptx
Stunting Meldy.pptxStunting Meldy.pptx
Stunting Meldy.pptx
 
DRAFF PAPARAN LINSEK.ppt
DRAFF PAPARAN LINSEK.pptDRAFF PAPARAN LINSEK.ppt
DRAFF PAPARAN LINSEK.ppt
 
monev thn 2019.pptx
monev thn 2019.pptxmonev thn 2019.pptx
monev thn 2019.pptx
 
STUNTING DAN PENCEGAHANNYA UNTUK ANAK KITA
STUNTING DAN PENCEGAHANNYA UNTUK ANAK KITASTUNTING DAN PENCEGAHANNYA UNTUK ANAK KITA
STUNTING DAN PENCEGAHANNYA UNTUK ANAK KITA
 
Peran Nakes Dalam Penanganan Stunting
Peran Nakes Dalam Penanganan StuntingPeran Nakes Dalam Penanganan Stunting
Peran Nakes Dalam Penanganan Stunting
 
Sistematika proposal Inotek Gizi (Revisi).docx
Sistematika proposal Inotek Gizi (Revisi).docxSistematika proposal Inotek Gizi (Revisi).docx
Sistematika proposal Inotek Gizi (Revisi).docx
 
Penanggulangan_Anemia_Gizi_Besi_pada_Rematri_edit.ppt
Penanggulangan_Anemia_Gizi_Besi_pada_Rematri_edit.pptPenanggulangan_Anemia_Gizi_Besi_pada_Rematri_edit.ppt
Penanggulangan_Anemia_Gizi_Besi_pada_Rematri_edit.ppt
 
Penanggulangan_Anemia_Gizi_Besi_pada_Rematri_edit.ppt
Penanggulangan_Anemia_Gizi_Besi_pada_Rematri_edit.pptPenanggulangan_Anemia_Gizi_Besi_pada_Rematri_edit.ppt
Penanggulangan_Anemia_Gizi_Besi_pada_Rematri_edit.ppt
 
Materi Dinas Kesehatan Prov. Sulteng Ibu Isti.pptx
Materi Dinas Kesehatan Prov. Sulteng Ibu Isti.pptxMateri Dinas Kesehatan Prov. Sulteng Ibu Isti.pptx
Materi Dinas Kesehatan Prov. Sulteng Ibu Isti.pptx
 
PIS-PK
PIS-PKPIS-PK
PIS-PK
 
2. MTBS untuk TB Anak.ppt
2. MTBS untuk TB Anak.ppt2. MTBS untuk TB Anak.ppt
2. MTBS untuk TB Anak.ppt
 

Recently uploaded

Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwuPenjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
Khiyaroh1
 
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptxAksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
AgusSuarno2
 
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptxMateri Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
AvivThea
 
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptxPPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
iwidyastama85
 

Recently uploaded (20)

PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025
PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025
PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025
 
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwuPenjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Mekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptx
Mekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptxMekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptx
Mekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptx
 
Materi Penggolongan Obat Undang-Undang Kesehatan
Materi Penggolongan Obat Undang-Undang KesehatanMateri Penggolongan Obat Undang-Undang Kesehatan
Materi Penggolongan Obat Undang-Undang Kesehatan
 
Obat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitik
Obat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitikObat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitik
Obat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitik
 
Analisis Regresi Analisis Regresi dan Korelasi.ppt
Analisis Regresi Analisis Regresi dan Korelasi.pptAnalisis Regresi Analisis Regresi dan Korelasi.ppt
Analisis Regresi Analisis Regresi dan Korelasi.ppt
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdf
 
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptxAksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
 
METODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptx
METODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptxMETODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptx
METODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptx
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptxMateri Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?
Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?
Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?
 
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.ppt
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.pptDemokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.ppt
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.ppt
 
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptxPPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
 

STUNTING PROMKES.pptx

  • 1. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN STUNTING OLEH : ROCHMAD APRIYANTO, SP, MM KASIE KESEHATAN KELUARGA DAN GIZI DINAS KESEHATAN KABUPATEN TANGGAMUS MARET 2018
  • 2.
  • 3.
  • 4.  Masa depan Anak harus sehat, cerdas, kreatif, dan produktif. Jika anak-anak terlahir sehat, tumbuh dengan baik & didukung oleh pendidikan yang berkualitas maka mereka akan menjadi generasi yang menunjang kesuksesan pembangunan bangsa. Sebaliknya jika anak anak terlahir dan tumbuh dalam situasi kekurangan gizi kronis, mereka akan menjadi anak kerdil (stunting).  Sekitar 37% balita atau sebanyak 9 juta balita Indonesia mengalami stunting (Riskesdas 2013). Ini berarti, 1 dari 3 balita di Indonesia mengalami stunting.  Kerdil (stunting) pada anak mencerminkan kondisi gagal tumbuh pada anak Balita (Bawah 5 Tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir, sehingga anak menjadi terlalu pendek untuk usianya.
  • 5.  Kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 thn. Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang badan atau tinggi badan menurut umurnya ((PB/U);(TB/U)) tidak sesuai (WHO-MGRS, 2006).  Definisi stunting menurut Kemenkes adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SD (stunted) dan kurang dari – 3SD (severely stunted).  Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi stunting dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita.  Penanganan stunting perlu koordinasi antar sektor dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan seperti Pemerintah, Pemda, Dunia Usaha, Masyarakat, dll.
  • 6. Kerangka Konsep Penyebab Stunting Gagal Tumbuh masa Janin Kekurangan Gizi Mikro Kekurangan Gizi Makro Pemberian ASI jelek Kemiskinan Kestabilan sosial politik Meningkatn ya paparan penyakit Ketahanan pangan rendah Akses pelayanan kurang Infeksi Infeksi STUNTING “pendek” WASTING CACAT Meninggal PMBA GIZI IBU
  • 7.
  • 8.
  • 9. 9
  • 10. 10
  • 11.
  • 12. 12 PENYEBAB STUNTING Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Secara lebih detil, beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting dapat digambarkan sebagai berikut : 1. Praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, serta setelah ibu melahirkan. Fakta : 60% bayi tidak ASI eksklusif, pemberian MP-ASI tidak tepat waktu dan usia. 2. Masih terbatasnya ANC-Ante Natal Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan) Post Natal Care (KN dan KF) dan pembelajaran dini yang berkualitas. Fakta : D/S; Fe ibu hamil.
  • 13. 13 3. Masih kurangnya akses rumah tangga/keluarga ke makanan bergizi. Fakta : anemia ibu hamil. 4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi. 5. Pemanfaatan Buku KIA oleh masyarakat dalam deteksi dini stunting masih kurang. Anak kerdil yang terjadi di Indonesia sebenarnya tidak hanya dialami oleh rumah tangga/keluarga yang miskin dan kurang mampu, karena stunting juga dialami oleh rumah tangga/keluarga yang tidak miskin/yang berada di atas 40 % tingkat kesejahteraan sosial dan ekonomi. 100 Kabupaten/Kota Prioritas Intervensi Stunting Di Propinsi Lampung Adalah Kabupaten Lampung Selatan, Lampung Timur Dan Lampung Tengah. Tahun 2019 Kabupaten Tanggamus (dalam usulan) (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K, 2017))
  • 14.
  • 15. 15 No Puskesmas K1 K4 ABS % ABS % 1 Wonosobo 295 100.0 295 100.0 2 Siring Betik 327 100.0 325 99.4 3 Sanggi 414 100.0 413 99.8 4 Sudimoro 405 97.4 381 91.6 5 Sukaraja 260 100.0 249 95.8 6 Kotaagung 950 100.0 947 99.7 7 Way Nipah 332 89.0 288 77.2 8 Pasar Simpang 447 100.0 396 88.6 9 Negara Batin 602 100.0 596 99.0 10 Pl. Panggung 776 99.9 776 99.9 11 Air Naningan 650 100.0 623 95.8 12 Ngarip 1143 99.6 1110 96.7 13 T. Padang 894 98.7 874 96.5 14 Margoyoso 639 100.0 594 93.0 15 Gisting 848 100.0 807 95.2 16 Kedaloman 354 100.0 346 97.7 17 R. Tijang 707 100.0 666 94.2 18 Sumanda 340 100.0 323 95.0 19 B. Sukamara 400 100.0 400 100.0 20 P. Doh 438 99.5 383 87.0 21 Klumbayan 185 83.3 145 65.3 22 Klumbayan Barat 306 99.4 297 96.4 23 Antar Brak 376 100.0 331 88.0 Kabupaten 12088 99.1 11565 94.8 Cakupan K1 dan K4 Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Tanggamus Tahun 2017  Cakupan K1 dan K4 terendah adalah Puskesmas Klumbayan (83,3%) dan (65,3%).  Yang mencapai Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan wajib Tahun 2016, hanya Puskesmas Wonosobo dan Bulo Sukamara (100%) K1 94.7 K1 95.8 K1 96.8 K1 96.4 K1 99.1 K4 87.8 K4 90 K4 90.4 K4 90.4 K4 94.8 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 2013 2014 2015 2016 2017 K1 K4 Trend Cakupan K1 dan K4 Kabupaten Tanggamus Tahun 2013–2017
  • 16. 16 - 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 Wonosobo Sudimoro Sukaraja Sanggi Kota Agung Way Nipah Pasar Simpang Negara Batin Siring Betik Pulau Panggung Ngarip Air Naningan Talang Padang Margoyoso Gisting Kedaloman Rantau Tijang Sumanda Bulok Sukamara Putih doh Klumbayan Antar Brak Kelumbayan… KABUPATEN 84.75 73.80 90.00 99.76 98.84 71.05 88.59 96.68 93.88 98.58 88.50 89.54 90.73 92.18 87.38 97.74 92.80 85.29 81.00 87.05 64.41 80.59 91.88 88.04 PERSENTASE PUSKESMAS Cakupan Pemberian Fe 3 Ibu Hamil Kabupaten Tanggamus Tahun 2017  Cakupan Fe3 ibu hamil Tahun 2017 sebesar 88,4%, cenderung turun daripada Tahun 2016 sebesar 90,95%.  3 (tiga) Puskesmas cakupan Fe3 masih rendah, yaitu Puskesmas Klumbayan (64,41%), Way Nipah (71,05%) dan Sudimoro (73,8%).  Kondisi akses pelayanan kesehatan, tidak rutinnya pemeriksaan kehamilan ke tenaga kesehatan dan kurangnya perilaku sehat untuk meminta Fe ketika habis menyebabkan kurangnya pemberian Fe ke ibu hamil
  • 17. 17 Cakupan Bayi Mendapat Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Tanggamus Tahun 2017 - 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 Wonosobo Sudimoro Sukaraja Sanggi Kota Agung Way Nipah Pasar Simpang Negara Batin Siring Betik Pulau Panggung Ngarip Air Naningan Talang Padang Margoyoso Gisting Kedaloman Rantau Tijang Sumanda Bulok Sukamara Putih doh Klumbayan Antar Brak Kelumbayan Barat KABUPATEN 82.89 91.29 88.53 95.95 86.83 100.00 87.82 100.00 99.34 58.07 100.00 98.18 60.57 99.49 96.42 96.94 63.73 67.06 95.76 89.22 100.00 100.00 100.00 89.48 PERSENTASE PUSKESMAS  Cakupan bayi mendapat IMD di Kabupaten Tanggamus tahun 2017 sebesar 89,49%, meningkat dari tahun 2016 yang sebesar 89,13% dan sudah mencapai SPM sebesar 39%.  Puskesmas terendah dalam pelaksanaan IMD adalah Puskesmas Talang Padang (58,07%) dan Pulau Panggung (60,57%).
  • 18. 18 Cakupan ASI Eksklusif Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Tanggamus Tahun 2017 - 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 Wonosobo Sudimoro Sukaraja Sanggi Kota Agung Way Nipah Pasar Simpang Negara Batin Siring Betik Pulau Panggung Ngarip Air Naningan Talang Padang Margoyoso Gisting Kedaloman Rantau Tijang Sumanda Bulok Sukamara Putih doh Klumbayan Antar Brak Kelumbayan Barat KABUPATEN 4.39 42.02 81.25 - 73.49 - 23.08 81.36 100.00 57.38 - 66.67 83.33 84.90 100.00 - - - 36.51 - 100.00 88.24 - 44.46 PERSENTASE PUSKESMAS  Cakupan ASI Eksklusif tahun 2017 sebesar 40%.  Pencapaian cakupan ASI Eksklusif tertinggi 100% di Puskesmas Siring Betik, Gisting dan dan Klumbayan.  Puskesmas cakupan ASI Eksklusif 0% adalah Puskesmas Sanggi, Way Nipah, Ngarip, Kedaloman, Rantau Tijang, Sumanda, Putihdoh dan Klumbayan Barat.
  • 19. 19 - 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 31.19 5.85 61.62 0.49 33.62 16.74 11.80 3.74 2.48 2.32 9.06 10.47 53.25 14.20 6.51 36.36 7.34 43.76 5.65 11.30 22.73 11.11 4.35 15.75 20.9 27.1 24.5 46.4 22.9 13.2 7.1 27.7 19.0 7.0 36.5 25.0 16.7 20.2 11.2 0.0 24.7 34.1 35.8 19.3 50.0 6.1 40.0 22.1 Anemia BBLR Hubungan Antara Bumil Anemia dengan Kejadian BBLR Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Tanggamus Tahun 2017  Kejadian BBLR dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah karena ibu saat hamil menderita anemia (kadar HB<10).  Hubungan antara ibu hamil anemia dengan kejadian BBLR Kabupaten Tanggamus tahun 2017 adalah ketika ada ibu hamil anemia 15,75% dimungkinkan ada 22,1% bayi BBLR
  • 20. 20 Pencapaian D/S Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Tanggamus Tahun 2017 - 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 Wonosobo Sudimoro Sukaraja Sanggi Kota Agung Way Nipah Pasar Simpang Negara Batin Siring Betik Pulau Panggung Ngarip Air Naningan Talang Padang Margoyoso Gisting Kedaloman Rantau Tijang Sumanda Bulok Sukamara Putih doh Klumbayan Antar Brak Kelumbayan Barat KABUPATEN 81.46 100.00 73.71 55.90 91.40 44.78 76.42 86.67 65.07 73.78 79.73 79.20 68.46 94.32 86.90 81.47 90.83 100.00 96.59 38.30 67.93 86.56 65.16 78.84 PERSENTASE PUSKESMAS  Tahun 2017 cakupan peran serta masyarakat (D/S) Kabupaten Tanggamus sebesar 78,84%, meningkat dibandingkan tahun 2016 sebesar 75,66%.  Puskesmas dengan pencapaian D/S rendah adalah Puskesmas Putihdoh sebesar 38,8% dan Way Nipah sebesar 44,78%.
  • 21. 21 Tahun Kabupaten Masalah Gizi Balita Underweight Stunting Wasting Gemuk Kategori 2016 Tanggamus 6,2% 24,8% 3,4% 2,8% Kronis Lampung 14,0% 24,8% 9,0% 4,4% Akut kronis 2017 Tanggamus 19,2% 37,3% 6,8% 3,1% Akut kronis Lampung 18,5% 31,6% 9,3% 4,2% Akut kronis HASIL PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) TAHUN 2016 DAN 2017  Kabupaten Tanggamus Tahun 2017 terjadi peningkatan balita kurang gizi (underweight), pendek (stunting), kurus (wasting) dan gemuk;  Diperlukan kegiatan intervensi spesifik yang hasilnya dapat dilihat dalam waktu relatif pendek oleh kesehatan dan kegiatan intervensi sensitif merupakan berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan dalam mendukung penyelesaian masalah underweight, stunting, wasting dan gemuk.
  • 22.
  • 23. 23 Kerangka Intervensi Stunting yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu Intervensi Gizi Spesifik dan Intervensi Gizi Sensitif. 1. Intervensi Gizi Spesifik. Intervensi gizi spesifik umumnya dilakukan pada sektor kesehatan. Intervensi ini juga bersifat jangka pendek dimana hasilnya dpt dicatat dalam waktu relatif pendek. Intervensi Spesifik Gizi utama dimulai dr masa kehamilan ibu hingga melahirkan bayi (1.000 HPK dan berkontribusi pada 30% penurunan stunting) : a. Ibu Hamil, intervensinya ANC terstandar, PMT ibu hamil KEK, pemberian Fe, garam beryodium pencegahan malaria dengan kelambu b. Ibu Menyusui, intervensi dengan IMD, KN dan KF, c. Anak Usia 0-6 Bulan, intervensi dengan pemberian kolostrum dan ASI Eksklusif.
  • 24. 24 d. Anak Usia 7-23 bulan, intervensi dengan dorongan tetap memberikan ASI hingga bayi berusia 23 bulan; pemberian MP ASI setelah bayi berusia diatas 6 bulan; pemberian obat cacing dan vitamin A sesuai umur; memberikan imunisasi dasar lengkap, 2. Intervensi Gizi Sensitif. Kerangka ini idealnya dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan diluar sektor kesehatan dan berkontribusi pada 70% Intervensi Stunting. Sasaran dari intervensi gizi spesifik adalah masyarakat secara umum, dan tidak khusus pada 1.000 HPK. Intervensi ini melalui beberapa kegiatan umum (makro) dan dilakukan secara lintas sektor yg dapat berkontribusi pada penurunan stunting melalui : a. Menyediakan dan memastikan akses terhadap air bersih.
  • 25. 25 b. Menyediakan dan memastikan akses terhadap sanitasi. c. Melakukan fortifikasi bahan pangan. d. Menyediakan akses kepada layanan kesehatan dan Keluarga Berencana (KB). e. Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). f. Menyediakan Jaminan Persalinan (Jampersal). g. Memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua. h. Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). i. Memberikan pendidikan gizi masyarakat. j. Memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi, serta gizi pada remaja. k. Menyediakan bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga miskin (Program Keluarga Harapan). l. Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi.
  • 26. KEBIJAKAN DAN PROGRAM TERKAIT INTERVENSI STUNTING YANG TELAH DILAKUKAN 1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005–2025 (Pemerintah melalui program pembangunan nasional ‘Akses Universal Air Minum dan Sanitasi Tahun 2019’, menetapkan bahwa pada tahun 2019, Indonesia dapat menyediakan layanan air minum dan sanitasi yang layak bagi 100% rakyat Indonesia). 2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Rentra Kemkes 2015-2019 (target penurunan prevalensi stunting menjadi 28% pada 2019). 3. Peraturan Pemerintah (PP) No.33/2012 tentang Air Susu Ibu Eksklusif. 4. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi,
  • 27. 5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Secara Eksklusif Pada Bayi di Indonesia. 6. Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No.15/2013 tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui dan/atau Memerah Air Susu Ibu. 7. Permenkes No.3/2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). 8. Peraturan Menteri Kesehatan No.23/2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi. 9. Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1.000 HPK) oleh Bapak Presiden Republik Indonesia tanggal 30 Oktober 2013.
  • 28. Strategi yang dilakukan dalam upaya penanggulangan stunting adalah : 1) Menjalin komitmen dan dukungan lintas sector tingkat kabupaten dan tingkat kecamatan 2) Meningkatkan sumber daya (sarana, prasarana dan sumber daya manusia kesehatan) dalam akses pelayanan kesehatan SPM bidang kesehatan 3) Pelaksanaan Bulan Sayang Ibu dan Anak (BSIA) 4) Anjangsana dokter spesialis anak dan kandungan 5) Memasyarakatkan program 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) melalui “Gegermas” 6) Sosialisasi 1000 HPK kepada lintas sector (TP PKK, dll) dan masyarakat dalam memperoleh generasi berkualitas 7) Program Jampersal yang membantu persalinan terstandar bagi masyarakat yang miskin atau tidak mampu & tidak mempunyai jaminan kesehatan apapun.
  • 29.
  • 30. 30 1. PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL 2. PELAYANAN KESEHATAN IBU BERSALIN 3. PELAYANAN KESEHATAN BAYI BARU LAHIR 4. PELAYANAN KESEHATAN BALITA 5. PELAYANAN KESEHATAN PADA USIA PEND. DASAR 6. PELAYANAN KESEHATAN PADA USIA PRODUKTIF 7. PELAYANAN KESEHATAN PADA USIA LANJUT 8. PELAYANAN KESEHATAN PENDERITA HIPERTENSI 9. PELAYANAN KESEHATAN PENDERITA DM 10. UPAYA KESEHATAN JIWA PADA ODJ BERAT 11. PELAYANAN KESEHATAN ORANG DENGAN TB 12. PELAYANAN KESEHATAN ORANG DENGAN RISIKO TERINFEKSI HIV SPM BIDANG KESEHATAN KABUPATEN/KOTA Permenkes Nomor 43 Tahun 2016
  • 31. SPM Bidang Kesehatan (Permenkes No. 43/2016) diantaranya : 1) Setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar; 2) Setiap ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan sesuai standar; 3) Setiap bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar; 4) Setiap balita mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.
  • 32. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil (Permenkes No. 43/2016) a. Pernyataan Standar, yaitu setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar. b. Pengertian 1) Pelayanan antenatal sesuai standar adalah pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil minimal 4 kali selama kehamilan dengan jadwal 1x pada trimester 1 (T1), 1x pada T2 dan 2x pada T3 yang dilakukan oleh Bidan dan atau Dokter dan atau Dokter Spesialis Kebidanan baik yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta yg memiliki Surat Tanda Register (STR). 2) Yang disebut dengan standar pelayanan antenatal adalah pelayanan yang dilakukan kepada ibu hamil dengan memenuhi kriteria 10 T c. Capaian Kinerja merupakan cakupan K4 bumil
  • 33. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin (Permenkes 43/2016) a. Pernyataan Standar yaitu setiap ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan sesuai standar. b. Pengertian 1) Pelayanan persalinan sesuai standar adalah persalinan yang dilakukan oleh Bidan dan atau Dokter dan atau Dokter Spesialis Kebidanan yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan Pemerintah maupun Swasta yang memiliki Surat Tanda Register (STR) baik persalinan normal dan atau persalinan dengan komplikasi. 2) Fasilitas pelayanan kesehatan meliputi Polindes, Poskesdes, Puskesmas, bidan praktek swasta, klinik pratama, klinik utama, klinik bersalin, balai kesehatan ibu dan anak, rumah sakit pemerintah maupun swasta.
  • 34. Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir (Permenkes No. 43/2016) a. Pernyataan Standar adalah setiap bayi baru lahir mendptkan pelayanan kesehatan sesuai standar. b. Pengertian 1) Pelayanan kesehatan bayi baru lahir sesuai standar adalah pelayanan yang diberikan pada bayi usia 0-28 hari, dilakukan oleh Bidan dan atau perawat dan atau Dokter dan atau Dokter Spesialis Anak yang memiliki Surat Tanda Register (STR). 2) Pelayanan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta Posyandu dan atau kunjungan rumah c. Capaian Kinerja dinilai dari persentase jumlah bayi baru lahir usia 0-28 hari yang mendapatkan pelayanan kesehatan bayi baru lahir sesuai standar
  • 35. KN KF KN 1 (6 jam - 48 jam) KF 1 (6 jam - 48 jam) KN 2 (3 hari - 7 hari) KF 2 (4 hari - 28 hari) KN 3 (8 - 28 hari) KF 3 (29 hari - 42 hari) JADWAL KUNJUNGAN NEONATUS (KN) DAN KUNJUNGAN NIFAS (KF) Dalam pelaksanaannya, KN1 bersamaan dengan KF1 yaitu antara 6-48 jam, sementara KN2 dan KN3 bersamaan dengan KF2 yaitu antara 3-28 hari setelah persalinan
  • 36. Pelayanan Kesehatan Balita Adalah setiap balita mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar di wilayah kerjanya dlm kurun waktu 1 tahun. Pelayanan kesehatan balita sesuai standar adalah : Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada anak berusia 0-59 bulan dan dilakukan oleh Bidan dan atau Perawat dan atau Dokter/DLP dan atau Dokter Spesialis Anak yang memiliki STR dan diberikan di fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta, dan UKBM. Pelayanan kesehatan, meliputi : a) Penimbangan minimal 8 kali setahun, pengukuran panjang/tinggi badan minimal 2 kali setahun b) Pemberian kapsul vitamin A 2 kali setahun. c) Pemberian imunisasi dasar lengkap.
  • 37.  Komitmen Pemerintah Indonesia telah dinyatakan melalui Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi,  Tanggal 30 Oktober 2013 Bapak Presiden Republik Indonesia telah meluncurkan “Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan” (Gerakan 1000 HPK). Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) Apakah 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) ? Masa selama 270 hari (9 bulan) dalam kandungan + (24 bulan pasca kelahiran) : ASI Eksklusif (180 hari) Usia 6-24 bulan (550 hari)
  • 38.  1000 Hari Pertama merupakan“Periode Emas” dikarenakan pada masa ini terjadi pertumbuhan otak yang sangat pesat. Kurang gizi di periode ini akan mengakibatkan kerusakan atau terhambatnya pertumbuhan yg tidak dapat diperbaiki dimasa kehidupan selanjutnya.
  • 39. 39 1 Timbang Badan dan Ukur Tinggi Badan (IMT) 2 Ukur Tekanan Darah 3 Nilai Status Gizi (ukur LiLA) 4 (ukur) Tinggi Fundus Uteri 5 Tentukan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin 6 Skrining Status Imunisasi TT (dan Pemberian Imunisasi TT) 7 Pemberian Tablet Besi (90 Tablet selama kehamilan) 8 Test Lab Sederhana (Hb, Protein Urin) dan atau berdasarkan indikasi (HBsAg, Sifilis, HIV, Malaria, TBC dll) 9 Tata Laksana Kasus 10 Temu Wicara (Konseling) termasuk P4K serta KB PP 1 kali TM I, 1 kali TM 2, 2 kali TM III atau (K4) 10 T Bagaimana caranya agar kebutuhan gizi bayi di 1000 Hari Pertama Kehidupan (Periode Emas) dapat dipenuhi dengan sempurna? A. Masa Kehamilan
  • 40. B. Bayi usia 0-6 Bulan 1. Lakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) langsung setelah bayi lahir, agar bayi mendapatkan kolostrum dalam kehangatan dekapan ibu, dan inisiasi ini sangat mendukung keberhasilan pemberian ASI Eksklusif 2. Berikan ASI EKSKLUSIF bayi usia 0 – 6 bulan. Semua kebutuhan gizi bayi usia 0-6 bulan sudah terpenuhi sempurna dengan ASI saja 3. Rutin menimbang berat badan bayi tiap bulan di Posyandu dan memperoleh kapsul vitamin A serta imunisasi lengkap sesuai jadwal 4. Lakukan pengukuran Panjang Badan minimal 1x/3 bln 5. Lakukan pencatatan BB dan PB menurut Umur dalam grafik buku KIA
  • 41. C. Bayi usia 6-9 Bulan 1. Teruskan pemberian ASI dengan makanan tambahan pendamping ASI (MP ASI). 2. Berikan ASI dulu baru MP-ASI (bubur tepung beras, pisang lumat) 3. Pemberian MP-ASI sebagai berikut: • Usia 6 bulan 2 kali perhari (6 sdm/makan) • Usia 7 bulan 2 kali perhari (7 sdm/makan) • Usia 8 bulan 3 kali perhari (8 sdm/makan) • Usia 9 bulan 3 kali perhari (9 sdm/makan) 4. Rutin menimbang berat badan bayi tiap bulan di Posyandu dan memperoleh kapsul vitamin A serta imunisasi lengkap sesuai jadwal 5. Lakukan pengukuran Panjang Badan minimal 1x/3 bln 6. Lakukan pencatatan BB dan PB menurut Umur dalam grafik buku KIA
  • 42. D. Bayi usia 9 -12 bulan: 1. Berikan ASI dulu baru MP-ASI lebih padat dan kasar seperti bubur, nasi tim, nasi lembik. 2. Untuk selingan: biscuit bayi dan buah. 3. Pemberian MP-ASI sebagai berikut: • Usia bayi 9 bulan 3 kali perhari (9 sdm /makan) dan makanan selingan 2 kali • Usia bayi 10 bulan 3 kali perhari (10 sdm /makan) dan makanan selingan 2 kali • Usia bayi 11 bulan 3 kali perhari ( 11 sdm /makan) dan makanan selingan 2 kali 4. Rutin menimbang berat badan bayi tiap bulan di Posyandu dan memperoleh kapsul vitamin A serta imunisasi lengkap sesuai jadwal 5. Lakukan pengukuran Panjang Badan minimal 1x/3 bln 6. Lakukan pencatatan BB dan PB menurut Umur dalam grafik buku KIA
  • 43. E. Anak usia 12-24 bulan: 1. Berikan MP-ASI dulu baru ASI 2. Berikan makanan keluarga secara bertahap sesuai kemampuan anak (3 kali sehari sebanyak 1/3 – 1/2 porsi orang dewasa) 3. Makanan selingan diberikan 2 kali sehari diantara waktu makan (pudding, kue, jus buah dll.) 4. Makanan keluarga harus bervariasi beragam dan berimbang 5. Rutin menimbang berat badan bayi tiap bulan di Posyandu dan memperoleh kapsul vitamin A serta imunisasi lengkap sesuai jadwal 6. Lakukan pengukuran Panjang Badan minimal 1x/3 bln 7. Lakukan pencatatan BB dan PB menurut Umur dalam grafik buku KIA
  • 44. Gerakan Generasi Emas (Gegermas) a. Tujuan yang ingin dicapai adalah mewujudkan sumberdaya manusia berkualitas (generasi emas) dengan 1000 HPK dan dilaksanakan pemberian akses pelayanan kesehatan ibu hamil, bayi 0-6 bulan dan anak 6 s/d 24 bulan yang berkualitas dan terpantau dengan melibatkan Gasbinsa, Bidan Desa, Bidan Koordinator, Tenaga Pelaksana Gizi dan Lintas Program serta lintas sector terkait. b. Uji coba setiap puskesmas menunjuk 1 pekon/desa. Anjangsana Dokter Spesialis Kandungan dan Anak ke Puskesmas Tujuan adalah pemberian edukasi perawatan kesehatan bagi tenaga kesehatan, masyarakat dan keluarga sasaran serta mendekatkan akses pelayanan dokter spesialistik (anak dan kandungan) ke masyarakat.
  • 45. Bulan Sayang Ibu dan Anak (BSIA) a.Tujuan pelayanan Bulan Sayang Ibu dan Anak adalah memberikan pelayanan kesehatan komprehensif kepada Ibu Hamil Ibu Bersalin, ibu Nifas dan Bayi di Kabupaten Tanggamus sebagai salah satu upaya dalam penurunan dan penanggulangan stunting. b.Ruang lingkup pelayanan Bulan Sayang Ibu dan Anak meliputi pelayanan ANC terpadu kepada ibu hamil, pelayanan kesehatan ibu nifas, ibu bersalin dan bayi serta pelayanan imunisasi dasar kepada bayi.