Upaya pemerintah dalam mencegah stunting meliputi program posyandu, pemberian tablet tambah darah, dan kampanye gizi. Stunting berdampak buruk pada pembangunan kesehatan karena menurunkan kualitas SDM. Pemerintah berupaya menurunkan stunting melalui kerja sama lintas sektor dan program berbasis masyarakat. Kendala meliputi kurangnya komitmen bersama dan pengembangan program berbasis sumber daya lokal.

1. UPAYA PENCEGAHAN STUNTING YANG
DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH DAN DAMPAK
STUNTING BAGI PEMBANGUNAN KESEHATAN
SUDARMANTA
DINAS KESEHATAN DIY

2. RISKESDAS

3. RISKESDAS
12.3
19.1
10.2
8.2
0
5
10
15
20
25
30
2010 2013
Perbandingan angka
stunting 2010 dan
2013
Pendek Sangat Pendek
Prevalensi balita stunting
2010 sebesar 22,5 %
lalu meningkat di tahun
2013 menjadi sebesar
27,3 %
Dan hasil sementara
riskesdas 2018
menunjukkan penurunan
berada pada kisaran angka
20 sekian %

4. Analisis Kecenderungan
STUNTING DAN WASTING
N
o
Kab/kota 2014 2015 2016 2017 Keter
angan
1 Kulonprogo
26,9 17.65 21.47 23.6 Naik
2 Bantul
19,4 23.05 18.45 22.9 Naik
3 Gunung
Kidul 25,4 21.24 28.66 25.9 Turun
4 Sleman
23,1 23.46 25.44 10.6 Turun
5 Kota
Yogyakarta
15,6
1
17.54 15.36 23 Naik
DIY
22,1 20.56 21.84 19.8 Turun
N
o
Kab/kota 201
4
2015 2016 2017 Keteranga
n
1 Kulonprogo
5,8 7.35 5.88 5.2 Turun
2 Bantul
7,8 10.78 10.12 9.3 Turun
3 Gunung Kidul
4,7 6.21 7.79 7.9 Naik
4 Sleman
6,3 2.47 8.88 7.8 Turun
5 Kota Yogyakarta
6,6 7,38 9.04 8.5 Turun
DIY
6,3 6.88 8.34 8.3 Turun
SUMBER PSG TAHUN 2014-2017

5. HASIL PSG 2017 KELOMPOK BALITA
PSG 2017 Batasan
dikatakan
menjadi masalah
kesehatan
masyarakat
menurut WHO
14,2%
(27.808 balita)
Balita Kurang
Gizi
(Underweight)
≥ 10%
19,8%
(38.772 balita)
Balita Pendek
(Stunting)
≥ 20%
8,3%
(16,253 balita)
Balita Kurus
(Wasting)
≥ 5%
5 kab/kota
prevalensi
diatas 10%
4 kab/kota
prvalensi diatas
20%, kecuali
Kab Sleman
5 kab/kota
prevalensi diatas
5%

6. RENCANA AKSI TINDAK PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN STUNTING
• Rakerkesnas tahun 2018 di tangerang : Pemahaman dan penyusunan
rencana aksi
• Diawali prarakerkesda pada tanggal 20 Maret 2018 dan dilanjutkan dgn
Rakerkesda propinsi tanggal 27-28 maret 2018 Radyo suyoso: penyusunan
rencana aksi daerah eliminasiTB, Peningkatan layanan imunisasi dan
pencegahan stunting
• Rakontek Kesehatan masyarakat dan Pencegahan penyakit, tanggal 18-19
April 2018 di hotel Santika : Kesepakatan konvergensi, integrasi program
• Rakor Bappeda tanggal 21 Agustus 2018 tentang koordinasi perencanaan
daerah prioritas stunting
Rakerkesda dibuka oleh Sekda
DIY

7. Review rakerkesnas 2018
No Sasaran Identifikasi masalah
1. Bayi • Pengawasan susu formula(-), IMD dan ASI Eksklusif belum optimal
• Pedoman pengelolaan bayi BBLR dan bayi Stunting (-)
• Pemantauan pertumbuhan belum optimal
2. Baduta • Status gizi KURUS, PENDEK dan BURUk/KURANG
• Tidak optimalnya MP-ASI dan menyusu sampai 2 tahun
• Pemberian PMT yg tidak optimal
3. Balita • Status gizi KURUS, PENDEK dan BURUk/KURANG
• Pemantauan pertumbuhan yang tidak optimal
• Pemberian PMT yg tidak optimal
4. Remaja
putri dan
anak uusia
sekolah
• Kehamilan tidak direncanakan, pernikahan dini
• Remajan Putri KEK, Anemia
• Logistik TTD Kurang, Tidak patuh minum TTD
• Program UKS tidak makksimal,
5. Ibu Hamil
dan
Menyusui
• Kehamilan usia dini, bumil KEK, Bumil Anemia
• Kualitas ANC, Kepatuhan minum TTD
• Konselor ASI belum banyak dikenal, ruang laktasi belum dipenuhi

8. Rakerkesda DIY tahun 2018
1. Pra Rapat Kerja Kesehatan DIY Tahun 2018 dilaksanakan pada
tanggal 20 Maret 2018 di Dinas Kesehatan DIY, diikuti peserta dari
jajaran kesehatan berjumlah 65 orang meliputi Dinas Kesehatan
DIY dan kabupaten kota, serta RS Provinsi dan Kab/ Kota. Hasil
kesepakatan Pra Rakerkesda adalah :
a. Akan dibuat Rencana Aksi Daerah (RAD) level Provinsi dan
Kabupaten Kota sebagai Tindak Lanjut dari Rakerkesnas, meliputi:
1) RAD Penurunan Stunting
2) RAD Percepatan Eliminasi Tuberkulosis
3) RAD Peningkatan Cakupan dan Mutu Imunisasi
b. Permasalahan pokok yang akan diselesaikan dalam RAD
c. Indikator dan Target yang akan dicapai selama 5 tahun ke depan
(2018 – 2022) yang akan dituangkan ke dalam RAD

9. lanjutan
2. Kegiatan rakerkesda dilaksanakan pada tanggal
27-28 Maret 2018 bertempat di gedung
Rdyosuyoso Komplek Kepatihan Pemda DIY,
dibuka oleh bapak Sekda DIY,
dihadiri oleh jajaran kesehatan DIY dan Kab/ Kota
se-DIY termasuk UPT Vertikal, perwakilan lintas
sektor terkait kesehatan se-DIY, perwakilan
ormas/ lembaga yang concern dengan
permasalahan kesehatan, organisasi profesi dan
perguruan tinggi kesehatan.

10. lanjutan
Rakerkesda DIY menghasilkan RAD dengan ke-3 tema tersebut di
atas, dengan point-point sebagai berikut:
a. Penurunan Stunting dengan pokok bahasan : Pencegahan dan
Intervensi.
Upaya dilakukan melalui pendekatan “Lifecycle” :
1) Pada remaja melalui transformasi UKS, pemberantasan
kecacingan, Tablet Tambah Darah, KIE kesehatan bagi calon
pengantin, Penundaan Perkawinan atau kehamilan sampai usia 20
tahun.
2) Pada Ibu Hamil dan Ibu Menyusui ; Peningkatan mutu Antenatal
care dalam penerapan 10T, Seluruh Ibu Hamil melaksanakan Kelas
Ibu Hamil, Peningkatan cakupan dan compliance tablet tambah
darah, Pemberian makanan tambahan kepada seluruh Ibu hamil,
Ibu menyusui diperlukan untuk kecukupan gizi terpenuhi

11. lanjutan
3)Pada bayi 0 – 5 bulan: Menjamin semua bayi baru lahir
mendapat IMD, mendapatkan ASI Ekslusif, menjamin semua bayi
mendapat pelayanan KN1, dan mendapatkan pelayanan dan
pemantauan pertumbuhan dan SDIDTK. Bayi 6 – 23 bulan;
Menjamin semua mendapat ASI, makanan Pendamping ASI,
vitamin dan mendapatkan pelayanan pemantauan pertumbuhan
dan SDIDTK.
4) Pada Balita 24 – 59 bulan dan prasekolah: Menjamin semua
mendapat vitamin A, Menjamin semua mendapatkan pelayanan
pemantauann pertumbuhan dan SDIDTK/PAUD, Menjamin semua
balita mendapat pelayanan pengembangan anak usia dini holistic
integratif (PAUDHI), Menjamin semua mendapat Makanan
tambahan. Sedangkan untuk BBLR dan/atau pendek
mendapatkan pelayanan kesehatan yang lengkap dan stimulasi
dini

12. lanjutan
Lintas program dan lintas sektor yang berperan:
Jajaran kesehatan berperan dalam surveilans gizi dan
pemenuhan dan pemerataan tenaga gizi serta perbaikan sanitasi
lingkungan dan peningkatan akses air bersih. Menggalakkan
home economic set (bahan pangan lokal) untuk PMT anak
sekolah, balita dan bumil dengan skema cash for work. Serta
perlunya pemenuhan dan pemerataan tenaga gizi salah satunya
melalui penugasan khusus.

13. 10 LOKUS DESA STUNTING DIY (Tahun 2018 & 2019)
NO
DESA
(TAHUN
2018-2019)
PUSKESMAS
(KABUPATEN
KULONPROGO)
DESA
(TAHUN 2019)
PUSKESMAS
(KABUPATEN
BANTUL)
1 Nomporejo Galur 2 Patalan Jetis 2
2 Tuksono Sentolo 2 Canden Jetis 2
3 Karangsari Pengasih 2 Terong Dlingo 2
4 Sendangsari Pengasih 1 Argodadi Sedayu 2
5 Donomulyo Nanggulan Triharjo Pandak 2
6 Kebonharjo Samigaluh 2 Tri widadi Pajangan
7 Sidoharjo Samigaluh 1 Jatimulyo Dlingo2
8 Gerbosari Samigaluh 1 Timbulharjo Sewon 1
9 Ngargosari Samigaluh 1 Sendangsari Pajangan
10 Pagerharjo Samigaluh 2 Trimulyo Jetis 1

14. Dalam pelaksanaanya masuk
menjadi bagian program daerah

17. Pemberian tablet tambah darah pada
remaja
Sosialisasi percepatan
pemberian tablet
tambah darah pada
remaja putri di hotel
ina garuda diikuti 500
Siswi SMA se DIY
Persiapan
pemberian TTD
remaja putri

18. Pemberian TTD Pada Remaja Putri MAN
2 Wates Kulon Progo

19. Melibatkan remaja sbg agent perubahan (kegiatan
pekan asi sedunia)

20. Mahasiswa sebagai pendamping ibu
hamil

21. Deklarasi Stop BABS

22. Kegiatan pemicuan STBM
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat adalah
pendekatan untuk mengubah perilaku
higienis dan saniter melalui
pemberdayaan masyarakat dengan cara
pemicuan
Penyelenggaraan STBM bertujuan untuk
mewujudkan perilaku masyarakat yang
higienis dan saniter secara mandiri dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya

23. KOMITMEN PIHAK TERKAIT
“GERAKAN AYO KE POSYANDU”

24. PEMANTAUAN PERTUMBUHAN
BALITA DI POSYANDU

25. Kendala pelaksanaan
• Komitmen antar lembaga dalam upaya
sinergisitas belum optimal (ego sektor masih
nampak}
• Sinergisitas intra dan antar kelembagaan
belum optimal
• Pengembangan program yang berkaitan
penanggulangan stunting dengan
berbasiskan sumberdaya dan kearifan lokal
belum banyak dikembangkan

26. solusi
1. Adanya leader sektor yang kuat dan mampu
menggerakan lembaga terkait
2. Mewajibkan pengembangan inovasi disetiap
level daerah sesuai kearifan lokal

27. TERIMA KASIH