Dokumen tersebut membahas tentang upaya pencegahan stunting di Kecamatan Buayan melalui beberapa program intervensi gizi dan monitoring tingkat stunting di setiap desa. Tingkat stunting masih cukup tinggi di beberapa desa dengan persentase rata-rata 16,93%. Upaya yang dilakukan meliputi peningkatan edukasi gizi, cakupan posyandu, pemberian suplemen, dan penguatan peran kader.
GIZI DEWASAdan LANSIA
USIA DEWASA
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
(Permenkes RI) nomor 41 Tahun 2014 tentang pedoman gizi seimbang usia dewasa dalam status gizi menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) bagi usia >18 tahun
Klasifikasi Indeks Masa Tubuh untuk INDONESIA menurut DEPKES:
FAKTOR YANG MEMENGARUHI KONSUMSI PANGAN
FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEBUTUHAN GIZI USIA DEWASA(1) Usia Tahap Perkembangan
Langkah-langkah Penyusunan Menu Gizi Seimbang
Penyebab, kerugian, dan Solusi Masalah Berat Badan
Permasalahan Gizi dan Penyakit Tidak MenularUsia Dewasa
PENUAAN
Efek Penuaan TerhadapFungsi Fisiologis
Teori Penuaan danPembatasan Energi
10 Penyakit Terbanyak pada Lansia Tahun 2013
Kelompok Lansia BERISIKO yang rentan dalam hal Gizi
Zat Gizi dengan Risiko Asupan tidak Adekuat
Pengkajian Gizi pada Lansia
Kapasitas Fungsional
Grafik Hipotesis dari Kapasitas Fungsional
Grafik Kapasitas Fungsional dan Kapasitas Intrinsik
Stunting merupakan persoalan serius yang mengancam generesai penerus bangsa dan masih banyak terjadi di Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2018 mencatat bahwa terdapat ± 9 juta atau 37,2% dari jumlah balita di Indonesia menderita stunting. Dengan angka yang demikian, Indonesia tercatat sebagai negara peringkat kelima di dunia dengan angka kasus stunting terbanyak. Parahnya di Indonesia, stunting tak hanya dialami oleh keluarga kurang mampu saja, tetapi juga dialami oleh balita dari keluarga yang mampu karena penerapan pola asuh yang tidak tepat.
GIZI DEWASAdan LANSIA
USIA DEWASA
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
(Permenkes RI) nomor 41 Tahun 2014 tentang pedoman gizi seimbang usia dewasa dalam status gizi menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) bagi usia >18 tahun
Klasifikasi Indeks Masa Tubuh untuk INDONESIA menurut DEPKES:
FAKTOR YANG MEMENGARUHI KONSUMSI PANGAN
FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEBUTUHAN GIZI USIA DEWASA(1) Usia Tahap Perkembangan
Langkah-langkah Penyusunan Menu Gizi Seimbang
Penyebab, kerugian, dan Solusi Masalah Berat Badan
Permasalahan Gizi dan Penyakit Tidak MenularUsia Dewasa
PENUAAN
Efek Penuaan TerhadapFungsi Fisiologis
Teori Penuaan danPembatasan Energi
10 Penyakit Terbanyak pada Lansia Tahun 2013
Kelompok Lansia BERISIKO yang rentan dalam hal Gizi
Zat Gizi dengan Risiko Asupan tidak Adekuat
Pengkajian Gizi pada Lansia
Kapasitas Fungsional
Grafik Hipotesis dari Kapasitas Fungsional
Grafik Kapasitas Fungsional dan Kapasitas Intrinsik
Stunting merupakan persoalan serius yang mengancam generesai penerus bangsa dan masih banyak terjadi di Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2018 mencatat bahwa terdapat ± 9 juta atau 37,2% dari jumlah balita di Indonesia menderita stunting. Dengan angka yang demikian, Indonesia tercatat sebagai negara peringkat kelima di dunia dengan angka kasus stunting terbanyak. Parahnya di Indonesia, stunting tak hanya dialami oleh keluarga kurang mampu saja, tetapi juga dialami oleh balita dari keluarga yang mampu karena penerapan pola asuh yang tidak tepat.
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
2. REPUBLIK
INDONESIA
3
PERMASALAHAN GIZI
Sumber: Global Nutrition Report,2018
Setiap Negara Di Dunia Mengalami
Permasalahan Gizi
single burden double burden triple burden
22,2% balita di dunia
(150,8 juta)
Stunting
7,5%
(50,5 juta)
Wasting
5,6%
(38,3 juta)
Overweight
Indonesia merupakan salah satu negara
dengan triple ganda permasalahan gizi.
37,2
12,1 11,9
30,8
10,2 8,0
Stunting Overweight
Wasting
2013 2018
Status Gizi Balita, 2013-2018
Sumber: Riskesdas, 2013 dan 2018
Obesitas Penduduk Usia 18+ tahun
2013 2018
14,8% 21,8%
5. REPUBLIK
INDONESIA
7
POLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT INDONESIA
Sumber: IHME Data Visualization
Pola makan merupakan faktor risiko nomor 1yang
berkontribusi pada kematian dan kecacatan di Indonesia
Faktor Risiko Kematian dan Kecacatan di Indonesia,
2007-2017
Konsumsi pangan penduduk Indonesia masih didominasi oleh
padi-padian. Konsumsi bahan pangan hewani dan sayur dan
buah masih rendah.
2017
25%
Padi-padian
15,49%
Pangan
Hewani
21,74%
Sayur
dan Buah
9,81%
Kacang-
kacangan
Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
Tahun 2017 mencapai 83,04%.
Sumber: KementerianPertanian
Penduduk usia ≥ 5 tahun kurang
konsumsi sayur dan buah
Sumber: Riskesdas, 2018
6. 12
Kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan
gizi kronis dan stimulasi psikososial serta
paparan infeksi berulang terutama dalam
1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) -
biasa disebut perawakan pendek
STUNTING
ADALAH
7. 12
Stunting adalah keadaan dimana balita memiliki panjang
atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan
umur sebayanya
Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi badan yang
lebih dari minus dua standar deviasi median standar
pertumbuhan anak dari WHO.
15. Intervensi gizi Sensitif
Intervensi gizi
Spesifik
Strategi Penanganan Stunting
Intervensi yang ditujukan kepada anak dalam
1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kegiatan
ini umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan.
Intervensi spesifik bersifat jangka pendek,
hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif
pendek.
Intervensiyang ditujukan melalui berbagai
kegiatan pembangunan diluar sektor
kesehatan. Sasarannya adalahmasyarakat
umum, tidak khusus untuk1.000 HPK.
1
2
18. ANC,
As. Folat, Tablet besi,
Calsium
IMD, ASI Eksklusif, MP-ASI, imunisasi, pemberian vitamin A,
19.
20. 1. Menyediakan dan Memastikan AKSES pada AIR BERSIH.
2. Menyediakan dan Memastikan AKSES pada SANITASI.
3. Melakukan FORTIFIKASI Bahan Pangan.
4. Menyediakan AKSES kepada YANKES dan KB.
5. Menyediakan JKN.
6. Menyediakan JAMPERSAL
7. Memberikan PENDIDIKAN PENGASUHAN pada Orang tua.
8. Memberikan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Universal.
9.Memberikan PENDIDIKAN GIZI Masyarakat. 10.Memberikan
EDUKASI KESPRO serta GIZI pada REMAJA.
11.Menyediakan BANTUAN dan JAMINAN SOSIAL bagi
KELUARGA MISKIN.
12.Meningkatkan KETAHANAN PANGAN dan GIZI.
INTERVENSI GIZI
SENSITIF
FOKUS KELOMPOK
UMUM
DILAKUKAN
LINTAS SEKTOR
KONTRIBUSI 70 %
25. MANUSIA DANA SARANA
Jenis alat ukur masih
ada yang belum
standar
Tidak dilakukan
kalibrasi sebelum
pengukuran
Pembacaan hasil yang belum valid
Pembacaan tidak sejajar dengan hasil
MATERIAL
METODE
TINGGINYA ANGKA
STUNTING DI
WILAYAH KEC.
BUAYAN (16,93 %)
ANALISIS PENYEBAB MASALAH
Beberapa desa belum
ada pengadaan alat
ukur yang sesuai
standar
Masih ditemukan
pengukuran tinggi
badan dan panjang
balita yang belum
tepat
Kurangnya edukasi ke ibu hamil
pentingnya PMT bumil KeK, TTD, dan
kelas ibu hamil.
Kurangnya edukasi ke ibu pentingnya
IMD, ASI Eksklusif dan MP-ASI
Ada bantuan alat ukur dari
Kemenkes namun belum
mencukupi kebutuhan
Kurangnya edukasi ke ibu pentingnya
ikut posyandu
32. Kurangnya
edukasi dan
sosialisai
1. Masih terdapat ibu hamil yang
tidak mengikuti kelas ibu hamil/
ANC
2. Masih terdapat ibu yang tidak
mengikuti posyandu
3. Masih terdapat ibu yang tidak
memberikan ASI ekslusif
4. Masih terdapat ibu hamil yang
tidak mengonsumsi tablet
penambah darah dan PMT (Ibu
KEK)
33. • Penguatan pengelolaan UKBM
• Peningkatan kapasitas kader
• Penyuluhan kepada masyarakat untuk peningkatan
pengetahuan dan kesadaran keluarga akan pentingnya
KIA
• Gerakan sadar KIA
• Mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
• Mensosialisasikan pentingnya perilaku hidup bersih dan
sehat
Meningkatkan
kesadaran
masyarakat
melalui
penggerakan
peran kader
Pengembangan/
pengorganisasian
masyarakat
PERAN PKK DAN KADER DALAM PENCEGAHAN STUNTING
36. FAKTOR RUMAH TANGGA DAN
KELUARGA
• Beberapa studi di Indonesia
menemukan hubungan yang moderat
hingga kuat antara IBU YANG PENDEK
dengan kejadian stunting pada anak
• Sebanyak 3 studi potong lintang
menunjukkan hubungan yang cukup
erat antara IBU YANG BERUSIA LEBIH
MUDA dan stunting pada anak
• IUGR DAN KELAHIRAN PREMATURE
sangat berhubungan dengan stunting
pada anak di Indonesia
Prevalence of maternal short stature (<145 cm)
HASIL
37. FAKTOR LINGKUNGAN
• Rumah tangga yang mempunyai fasilitas JAMBAN
yang lebih bersih memiliki kemungkinan lebih kecil
mengalami stunting baik di pedesaan maupun
perkotaan
• PEMBELIAN AIR MINUM YANG MURAH—
diasumsikan TIDAK LAYAK—berhubungan dengan
peningkatan stunting
• Kondisi tingkat KERAWANAN PANGAN RUMAH
TANGGA berkaitan dengan kejadian stunting
• Secara umum kemungkinan anak mengalami stunting
lebih tinggi apabila PENDIDIKAN ORANG TUA
RENDAH
• Kemampuan DAYABELI YANG KURANG dan beberapa
indikator kesejahteraan rumah tangga lainnya sangat
berhubungan dengan stunting
• AYAHPEROKOK sedikit berkaitan dengan stunting
pada satu penelitian
Percentage Household of children under 5 with unimproved drinking water
Householdwith
HASIL
38. FAKTOR MP ASI DAN
INFEKSI
• Dua analisis baru-baru ini menunjukkan bahwa
anak yang DISAPIH SEBELUM USIA 6 BULAN
mempunyai kemungkinan kejadian stunting yang
lebih tinggi
• Rumah tangga di KUINTIL TERTINGGI UNTUK
PENGELUARAN MAKANAN SUMBER HEWAN,
berhubungan dengan penurunan kemungkinan
kejadian stunting pada anak-anak miskin di
perkotaan
• RUMAH TANGGA TANPA MENYEDIAKAN
MAKANAN SESUAI UMUR — TERMASUK
MAKANAN YANG TIDAK BERAGAM DAN
FREKUENSI YANG TIDAK SESUAI—berhubungan
dengan peningkatan kejadian stunting pada anak
usia 6-23 bulan
• Satu studi menemukan hubungan yang cukup
kuat antara KEJADIAN DIARE DALAM TUJUH
HARI TERAKHIR dengan kejadian stunting pada
anak-anak usia 6-59 bulan terutama di pedesaan
highest quintile food expenditure
HASIL
39. FAKTOR MASYARAKAT DAN
SOSIAL
• Studi di Indonesia sudah membahas
semua determinan kesehatan dan
pelayanan kesehatan kecuali
ketersediaan
• Dua studi menunjukkan hubungan
antara PENYEDIA PELAYANAN
KESEHATAN YANG TIDAK MEMADAI
dengan kejadian stunting
• Dalam sub elemen : air, sanitasi dan
lingkungan, satu-satunya komponen
yang ditemukan berhubungan dengan
stunting adalah URBANISASI
Significant OR of Stunting by District
HASIL
40. 1. Determinan utama terjadinya stunting pada anak di Indonesia:
a. ASI tidak Eksklusif pada 6 bulan pertama,
b. status ekonomi keluarga yang rendah,
c.kelahiran prematur
d.
e.
f.
g.
panjang badan baru lahir yang pendek,
ibu yang pendek
tingkat pendidikan orangtua rendah
anak yang tinggal di daerah miskin perkotaan dan di daerah pedesaan
2. ANAK LAKI-LAKI CENDERUNG LEBIH BERISIKO mengalami stunting dari pada anakperempuan
3. Anak-anak dari keluarga DENGAN JAMBAN YANG BURUK DAN AIR MINUM TIDAK LAYAK
meningkatkan risiko terjadinya stunting.
4. Faktor masyarakat dan sosial seperti AKSES YANG RENDAH TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN dan
tempat tinggal di pedesaan yang berlangsung lama berkaitan dengan kejadian stunting pada anak
KESIMPULAN (1)
41. 6. HAMPIR SELURUH PENYEBAB LANGSUNG terhadap kejadian stunting
telah ditangani oleh kebijakan program di Indonesia
KESIMPULAN (2)