KUMPULAN FORM PROMOSI KESEHATAN
PHBS INSTANSI KESEHATAN
PHBS INSTANSI PENDIDIKAN
PHBS TEMPAT KERJA
PHBS TEMPAT UMUM
PHBS RUMAH TANGGA
PERKEMBANGAN BALITA
TAMAN POSYANDU
DESA SIAGA
masyarakat adalah komponen penting dalam mendukung pembangunan kesehatan, sebagai regulator bidang kesehatan, Dinas Kesehatan harus melakukan upaya pemberdayaan sehingga dapat mendukung pencapaian indikator kesehatan demi terwujudnya derajat kesehatan setinggi-tingginya
Materi Manajemen Puskesmas mencakup tahapan pelaksanaan manajemen Puskesmas yaitu Perencanaan (P1), Penggerakkan dan Pelaksanaan (P2) serta Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian Kinerja (P3).
KUMPULAN FORM PROMOSI KESEHATAN
PHBS INSTANSI KESEHATAN
PHBS INSTANSI PENDIDIKAN
PHBS TEMPAT KERJA
PHBS TEMPAT UMUM
PHBS RUMAH TANGGA
PERKEMBANGAN BALITA
TAMAN POSYANDU
DESA SIAGA
masyarakat adalah komponen penting dalam mendukung pembangunan kesehatan, sebagai regulator bidang kesehatan, Dinas Kesehatan harus melakukan upaya pemberdayaan sehingga dapat mendukung pencapaian indikator kesehatan demi terwujudnya derajat kesehatan setinggi-tingginya
Materi Manajemen Puskesmas mencakup tahapan pelaksanaan manajemen Puskesmas yaitu Perencanaan (P1), Penggerakkan dan Pelaksanaan (P2) serta Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian Kinerja (P3).
Rencana Program dan Kegiatan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017Muh Saleh
Rencana Program dan Kegiatan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017 memuat Teman Pembangunan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017 dan Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
1. Pengembangan Kapasitas Kepala
Dinas Kesehatan Kab/Kota dalam hal
PISPK
Trihono
Health Policy Unit, Setjen Kemkes
Workshop Tutor dan Admin Pengembangan Kapasitas
Bagi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Yogyakarta, 8-10 Oktober 2018
1
2. 2
VISI DAN MISI PRESIDEN
9 AGENDA PRIORITAS (NAWA CITA)
Agenda ke 5: Meningkatkan kualitas Hidup Manusia
Indonesia
TRISAKTI:
Berdaulat di bidang politik; Mandiri di bidang ekonomi;
Berkepribadian dlm budaya
PROGRAM INDONESIA
SEHAT
PROGRAM INDONESIA
SEJAHTERA
PROGRAM
INDONESIA
KERJA
PENGUATAN YANKES
PENERAPAN
PARADIGMA SEHAT
JAMINAN KESEHATAN
NASIONAL (JKN)
RENSTRA
2015-2019
3DIMENSIPEMBANGUNAN:PEMBANGUNANMANUSIA,SEKTOR
UNGGULAN,PEMERATAANDANKEWILAYAHAN
NORMAPEMBANGUNANKABINETKERJA
D
T
P
K
KELUARGA SEHAT
PROGRAM
INDONESIA
PINTAR
3. 2014
2015
2016
2019
Start from Jan 1st 2014
1. Subsidized people
2. Military
3. The existing participants of BPJS Kes
4. The existing participants of Jamsostek
5. others
Universal
Coverage
1 Januari 2016
Micro company
The latest January 1st, 2015
1. State-owned Enterprises
2. Big Company
3. Middle Company
4. Small business
January 1st,
2014
114.339.825
January 1st,
2015
133.423.653
Precident Declare No: 111/2013 article 6 :
The membership of health insurance in BPJS Kesehatan
is an obligatory and for all Indonesia society.
Road Map of Membership Recruitment
January 1st,
2016
156.790.287
4. Angka Rawat Inap Usia >40 tahun
sebelum dan sesudah era JKN
Source: Nugraheni, W.P. (2017). Dampak Progeam JamkesNas terhadap Ekuitas Akses Layanan
Rawat Inap di Rumah Sakit: Data Indonesia Family Life Survey (IFLS). Doctoral Thesis. University
of Indonesia: Jakarta
5. Perbandingan concentration curve Angka Rawat Inap
antara JKN dan non-JKN
Insured Uninsured
Source: Nugraheni, W.P. (2017). Dampak Progeam JamkesNas terhadap Ekuitas Akses Layanan Rawat Inap di
Rumah Sakit: Data Indonesia Family Life Survey (IFLS). Doctoral Thesis. University of Indonesia: Jakarta
6. Persentase linakes tahun 2011 – 2016
berdasarkan tingkat social ekonomi
Source: HP+ Report on Skilled Birth Attendance Review 2017 based on Susenas
survey (2011-2015)
7. Pilar Paradigma Sehat:
Keseimbangan sehat - sakit
• JKN terutama untuk menyembuhkan yang sakit
• Penerapan paradigma sehat membuat yang sehat makin
sehat, tidak menjadi sakit
• Untuk itu dikembangkan aspek sehat dibuat pendekatan
keluarga dengan tujuan menyehatkan keluarga
• Dibuat indikator keluarga sehat sebagai ukuran tingkat
kemajuan keluarga sehat di tiap wilayah
7
8. Pilar Paradigma Sehat:
UKM dan UKP harus seimbang
• UKP: dilakukan oleh Puskesmas dan faskes lainnya
(dokter praktek, dll)
• UKM: Puskesmas adalah aktor utama dan koordinator
semua kegiatan UKM di wilayahnya.
• Kondisi sekarang belum seimbang sebagai contoh
dari sisi dana (kapitasi JKN dibanding BOK)
• Harus diupayakan agar dana juga seimbang
9. Rasio BOK/Kapitasi di Kota Cilegon
Puskesmas
BOK 2014
(Rp)
Kapitasi JKN
2014 (Rp)
BOK : JKN
2014
(%)
Cilegon 66.000.000,- 921.697.500,- 7,2 %
Cibeber 80.000.000,- 1.101.140.000,- 7,3 %
Citangkil 105.000.000,- 1.175.341.500,- 9,0 %
Ciwandan 80.000.000,- 1.474.161.500,- 5,4 %
Pulomerak 80.000.000,- 1.002.193.500.- 8,0 %
Purwakarta 77.000.000,- 687.733.500,- 11,2 %
Grogol 65.000.000,- 675.799.500,- 9,6 %
Jombang 95.000.000,- 1.009.068.000,- 9,4 %
Jumlah 745.900.000,- 8.046.935.000,- 9,3 %
Sumber: Kajian Pengaruh Program JKN terhadap Program KIA, 2015
10. AREA PRIORITAS PROGRAM KESEHATAN
KESEHATAN IBU:
- MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU (AKI)
KESEHATAN ANAK:
- MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB)
- MENURUNKAN PREVALENSI BALITA PENDEK (STUNTING)
PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR:
- MEMPERTAHANKAN PREVALENSI HIV-AIDS <0,5
- MENURUNKAN PREVALENSI TUBERKULOSIS
- MENURUNKAN PREVALENSI MALARIA
PENGENDALIAN PENYAKIT TDK MENULAR
- MENURUNKAN PREVALENSI HIPERTENSI
- MEMPERTAHANKAN PREVALENSI OBESITAS PADA 15,4
- MENURUNKAN PREVALENSI DIABETES
- MENURUNKAN PREVALENSI KANKER
- MENINGKATKAN KESEHATAN JIWA
10
11. 11
Catatan: Dapat ditambahkan indikator Lokal sesuai kebutuhan setempat
Indikator Keluarga Sehat
A Program Gizi, Kesehatan Ibu & Anak:
1 Keluarga mengikuti KB
2 Ibu bersalin di faskes
3 Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4 Bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan
5 Pertumbuhan balita dipantau tiap bulan
B Pengendalian Peny. Menular & Tidak Menular:
6 Penderita TB Paru berobat sesuai standar
7 Penderita hipertensi berobat teratur
8 Gangguan jiwa berat tidak ditelantarkan
C Perilaku dan kesehatan lingkungan:
9 Tidak ada anggota keluarga yang merokok
10 Keluarga mempunyai akses terhadap air bersih
11 Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat
12 Sekeluarga menjadi anggota JKN/askes
12. 2015
2016
2017
2018
2019
470 Puskesmas,
9 Prov, 64 Kab/Kota
2926 Puskesmas,
34 Prov, 514 Kab/Kota
4 Puskesmas
4 Prov, 4 Kab/Kota
9754 Puskesmas,
34 Prov, 514 Kab/Kota
5852 Puskesmas,
34 Prov, 514 Kab/Kota
12
Roadmap Pengembangan PISPK
Kab/Kota dapat mengembangkan
sendiri PIS-PK diluar lokus Puskesmas
tahun 2017 karena pelatih sudah tersedia
di 34 Propinsi dan 514 kab/kota
14. Apa yang baru?
1. Pendekatan keluarga sudah pernah dilakukan seperti pada
program Perkesmas (perawatan kesehatan masyarakat)
dan PHBS tatanan rumah tangga.
2. Yang baru adalah:
• Cakupannya: total coverage, Puskesmas harus
mempunyai database kesehatan seluruh
keluarga di wilayah kerjanya
• Substansinya: 12 indikator terpilih mewakili 4
masalah kesehatan prioritas yang akan
ditanggulangi selama 5 tahun ini
14
15. Kenapa harus pro-aktif ke keluarga?
• Pro-aktif ke keluarga saat ini merupakan keharusan,
alasan rasionalnya sbb.:
• Disampaikan 3 contoh masalah kesehatan yang dalam
Renstra 2015 – 2019 menjadi prioritas
• Masalah status gizi khususnya stunting
(pendek)
• Penyakit Tidak Menular (PTM) khususnya
hipertensi, diabetes mellitus dan obesitas
• Penyakit Menular: Tuberkulosis
15
18. Difference between stunted and normal children
on various indicators of cognitive development
***
***
***
***
***
*** ***
***
***
***
***
** **
***
***
***
*** p >.001
** p >.01 and p< .001
19. Dinamika perubahan stunting
Perkembangan st. gizi
(0-2) – (4-6) tahun
Status gizi usia (7-9) tahun
Normal (%) Pendek (%) Jumlah
Normal normal 89,9 10,1 138
Normal pendek 40,5 59,5 42
Pendek normal 84,3 15,7 51
Pendek pendek 22,9 77,1 70
Jumlah 66,4 33,6 301
Sumber: Aryastami, 2014
20. Rekomendasi
• Balita normal, harus terus dijaga agar tetap normal, tidak
menjadi stunting pemantauan berkala sangat diperlukan
• Bayi/balita stunting, harus segera diintervensi agar kembali
normal deteksi dini stunting mutlak diperlukan
• Cakupan penimbangan posyandu cenderung turun
mengandalkan posyandu saja tidak cukup
• Perlu pendekatan keluarga secara total
21. Kecenderungan Frekuensi Pemantauan Pertumbuhan
Balita dalam 6 bulan Terakhir: 2007-2013
45.4
29.1
25.5
44.6
21.1
34.3
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
≥ 4 kali 1 – 3 kali Tidak Pernah
2007 2013
23. Beban PTM, penduduk usia >15 tahun
Penyakit (%) (#)
Stroke 1.21 1,2 juta
Hipertensi 25.8 42,1 juta
Obesitas sentral 26.6 44,3 juta
Diabetes Mellitus 6.9 8,9 juta
Source: Riskesdas 2013
Note:
• Cakupan hipertensi oleh nakes 36.8%
• Cakupan diabetes mellitus oleh nakes 30.4%
• Sekitar 2/3 penderita tidak tahu bahwa dirinya menderita PTM
25. Intervensi untuk Penangulangan PTM
1/3 2/3
Faktor Risiko
(MASYARAKAT)
JKN
Puskesmas
Agents of Change
1 2
3
1. Meningkatkan kualitas
leyanan primer
dikaitkan dengan JKN
2. Pro-aktif menjangkau
sasaran (UKK, UKBM),
yang menderita PTM
diminta jadi peserta
JKN
3. Menanggulangi faktor
risiko melalui pemicuan
tokoh masyarakat atau
kader
26. Rekomendasi
• Penderita PTM segera diminta menjadi anggota JKN
• Kembangan deteksi dini dengan memperbanyak Posbindu
PTM, Upaya Kesehatan Masjid/Gereja, Pemeriksaan gratis
PTM di Mall dan Tempat2 Umum
• Kembangkan pemicuan terhadap Agent of Change untuk
mengendalikan faktor risiko PTM
28. IKS menjamin peningkatan
kualitas bangsa
• Pendekatan keluarga sehat dengan mengembangkan
IKS (Indikator Keluarga Sehat) apakah menjamin
terjadinya peningkatan derajat kesehatan yang pada
gilirannya meningkatkan kualitas bangsa?
• Dengan menggunakan data Riskesdas 2013, terdapat
korelasi yang kuat antara IPM (Indeks Pembangunan
Manusia), IPKM (Indeks Pembangunan Kesehatan
Masyarakat) dan
IKS (Indeks Kesehatan Keluarga)
28
29. Hubungan IPM - IPKM
Ekonomi
Pendidikan
Kesehatan
IPM (Index Pembangunan Manusia)
Umur Harapan
Hidup (UHH)
Diurai lebih lanjut dengan
IPKM (30 indikator kesehatan)
31. 31
Ternyata juga ada korelasi kuat antara IPKM dan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM)
31
r = 0.68
R2 = 0.47
JIKA IPKM NAIK, MAKA IPM NAIK IKS NAIK, MAKA IPM NAIK
32. 32
Dengan menggunakan data Riskesdas 2013, terbukti
ada korelasi yang kuat antara IKS (Indeks Keluarga Sehat)
dan IPKM (Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat)
JIKA IKS NAIK, MAKA IPKM NAIK
r = 0.8
R2 = 0.64
33. IKS akan menyehatkan JKN
• IKS akan memperkuat UKM sehingga kasus berat bisa
dikurangi
• Proporsi sectio caesaria akan berkurang
• Intervensi pada PTM dengan mengendalikan faktor risikonya
akan mengurangi penyakit jantung, stroke, dll
• Intervensi pada ATM (AIDS, Tuberkulosis dan Malaria)
akan mengurangi kejadian penyakit infeksi
33
34. Jumlah kasus Biaya klaim (Rp Milyar)
Sebaran kasus & biaya per jenis penyakit: RANAP
35. Jumlah kasus Biaya klaim (Rp Milyar)
Sebaran kasus & biaya per jenis penyakit: RANAP
36. IKS sebagai media advokasi
Dengan IKS dapat dibuat:
• Ranking provinsi setiap tahun
• Ranking kab/kota setiap tahun untuk meningkatkan
APBD Kesehatan
• Rangking Puskesmas setiap tahun untuk
meningkatkan efektivitas pemanfaatan dana BOK, BOP,
Kaitasi JKN
• Rangking desa/kelurahan setiap tahun untuk
memanfaatkan dana desa bagi kesehatan
36
38. Penduduk kurang aktivitas fisik (26,1%)
Tingkatkan aktivitas fisik
Penduduk >10 th kurang konsumsi buah
dan sayur (93,5%)
Tingkatkan makan sayur & buah
38
Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat
Sumber Data Riskesdas 2013
Penyakit tidak menular:
• Hipertensi (25,8% dewasa >15 tahun)
• Diabetes (6,9% dewasa >15 tahun)
• Kanker (1,4%o semua umur)
Deteksi dini penyakit tidak menular
Kendalikan faktor risiko
39. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat adalah:
• Suatu tindakan yang sistematis dan terencana yang
dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen
bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan
berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup
• Regulasi: Inpres nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat
• Salah satu bentuk operasional di lapangan adalah UKBM
(Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat)
40. SPM bidang kesehatan
• Dasar:
• Peraturan Pemerintah nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar
Pelayanan Minimal
• Permenkes nomer 43 tahun 2016 tentang SPM bidang Kesehatan
• Pemda wajib memenuhi hak dasar rakyatnya
• Meliputi seluruh kelompok umur (bumil, bulin, bayi, balita, usia
sekolah, usia produksi dan usia lanjut)
• Meliputi 5 penyakit utama: TB, HIV/AIDS, Hipertensi, DM, ODGJ
• Sifatnya: promotif, preventif & deteksi dini
• Cakupan harus 100% (berbasis hak azasi manusia)
41. SPM Kesehatan meliputi:
1. Setiap bumil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar;
2. Setiap bulin mendapatkan pelayanan persalinan sesuai standar;
3. Setiap bayi baru lahir mendapatkan yankes sesuai standar;
4. Setiap balita mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar;
5. Setiap anak pada usia pendidikan dasar mendapatkan skrining kesehatan sesuai
standar;
6. Setiap warga negara Indonesia usia 15 - 59 tahun mendapatkan skrining
kesehatan sesuai standar;
7. Setiap warga negara Indonesia usia >60 tahun mendapatkan skrining kesehatan
sesuai standar;
8. Setiap penderita hipertensi mendapatkan yankes sesuai standar;
9. Setiap penderita Diabetes Melitus mendapatkan yankes sesuai standar;
10. Setiap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) mendapatkan yankes sesuai
standar;
11. Setiap orang dengan TB mendapatkan pelayanan TB sesuai standar;
12. Setiap orang berisiko terinfeksi HIV (ibu hamil, pasien TB, pasien IMS,
waria/transgender, pengguna napza, dan warga binaan lembaga pemasyarakatan)
mendapatkan pemeriksaan HIV sesuai standar.
42. 42
Indikator Keluarga Sehat & SPM Kesehatan
No Indikator Keluarga Sehat SPM
1 Keluarga mengikuti KB
2 Ibu bersalin di faskes 2
3 Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap 4
4 Bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan 3
5 Pertumbuhan balita dipantau tiap bulan 4
6 Penderita TB Paru berobat sesuai standar 11
7 Penderita hipertensi berobat teratur 8
8 Gangguan jiwa berat tidak ditelantarkan 10
9 Tidak ada anggota keluarga yang merokok
10 Keluarga mempunyai akses terhadap air bersih *
11 Keluarga mempunyai akses/menggunakan jamban sehat *
12 Sekeluarga menjadi anggota JKN/askes **
*) Masuk sebagai SPM bidang Perumahan Rakyat & Kawasan Permukiman
**) Program nasional yang pasti disukseskan oleh pemerintah daerah
43. Keterkaitan Germas – SPM – KS
di tingkat operasional / masayrakat
1. Memenuhi hak dasar
2. Cakupan 100%
Bumil, Bulin, Bayi, Balita, Usisek,
Usiprod, Usila + PM & PTM
KS
Keluarga
Germas
RDS
1. Proaktif menjangkau 100% keluarga
2. Promotif, preventif, deteksi dini
SPM
UKS/M UKKDukungan lintas sektor
IKS
Cak. Program
Filosofi & tujuan
Metoda
Metoda
Indikator
Penguatan Puskesmas Dalam Program UKM
44. PISPK – Akreditasi Puskesmas
• Akreditasi Puskesmas untuk meningkatkan kualitas
Puskesmas
• Dari aspek yang dinilai: UKM pada umumnya yang paling
rendah
• PISPK memperkuat UKM nilai akreditasi Puskesmas
akan makin baik
• Kesepakatan: Akreditasi Puskesmas akan dilaksanakan pada
Puskesmas yang telah melaksanakan PISPK
46. Laju cakupan kunjungan keluarga (nasional)
Jumlah keluarga
yang dikunjungi
Cakupan
kunjungan (%)
30 Januari 2018 5.884.791 8,99
28 Februari 2018 7.688.375 11,72
25 Maret 2018 8.567.097 13,06
4 April 2018 9.032.406 13,77
8 Mei 2018 10.790.288 16,45
7 Juni 2018 12.259.382 18,61
7 Juli 2018 13.334.099 20,24
5 Agustus 14,722,809 22.35
3 September 16,035,797 24.35
Catatan: Total jumlah keluarga di Indonesia: 65.588.400 keluarga
Sumber: Aplikasi keluarga sehat
47. Proporsi kab/kota vs cak. kunjungan keluarga
Cakupan kunjungan keluarga Jumlah %
Cak. Kunjungan keluarga >75% 18 3.5%
Cak. Kunjungan keluarga >50 - 75% 55 10.7%
Cak. Kunjungan keluarga >30 - 50% 90 17.5%
Cak. Kunjungan keluarga >10 - 30% 211 41.1%
Cak. Kunjungan keluarga <10% 140 27.2%
47Sumber: Aplikasi keluarga sehat, awal September 2018
48. Proporsi kab/kota dengan cak. kunjungan
keluaga >30% per provinsi
Provinsi Juli Agustus Sept Kab/Kota
ACEH 4 7 7 23
BALI 1 2 9
BANGKA BELITUNG 3 3 3 7
BANTEN 1 1 3 8
BENGKULU 3 3 3 10
DI YOGYAKARTA 5
DKI JAKARTA NA NA NA 6
GORONTALO 3 3 3 6
JAMBI 2 4 4 11
JAWA BARAT 4 5 7 27
JAWA TENGAH 11 13 15 35
JAWA TIMUR 5 7 12 38
48
Sumber: Aplikasi keluarga sehat, awal September 2018
NA: Not applicable karena aplikasi KPLDH belum link dengan aplikasi keluarg sehat
49. Proporsi kab/kota dengan cak. kunjungan
keluaga >30% per provinsi
Provinsi Juli Agustus Sept Kab/Kota
KALIMANTAN BARAT 1 2 2 14
KALIMANTAN SELATAN 1 3 3 13
KALIMANTAN TENGAH 2 2 2 14
KALIMANTAN TIMUR 1 1 1 10
KALIMANTAN UTARA 2 2 2 5
KEPULAUAN RIAU 1 2 7
LAMPUNG 4 4 4 15
MALUKU 1 1 1 11
MALUKU UTARA 6 7 7 10
NUSA TENGGARA BARAT 3 3 3 10
NUSA TENGGARA TIMUR 1 1 22
49Sumber: Aplikasi keluarga sehat, awal September 2018
50. Proporsi kab/kota dengan cak. kunjungan
keluaga >30% per provinsi
Provinsi Juli Agustus Sept Kab/Kota
PAPUA 21
PAPUA BARAT 1 13
RIAU 8 9 9 12
SULAWESI BARAT 6 6 6 6
SULAWESI SELATAN 12 14 14 25
SULAWESI TENGAH 4 6 6 12
SULAWESI TENGGARA 3 5 5 9
SULAWESI UTARA 2 3 23
SUMATERA BARAT 12 14 13 19
SUMATERA SELATAN 6 6 6 17
SUMATERA UTARA 9 12 13 33
INDONESIA 117 146 163 514
50Sumber: Aplikasi keluarga sehat, awal September 2018
53. Langkah Analisis PISPK Untuk Bina Wilayah
• Buat peringkat cakupan kunjungan keluarga antar
kecamtan/puskesmas
• Secara empiris, bila cakupan 30% lebih, angka
pencapaian IKS dan 12 indikator keluarga sehat
relative stabil, bisa dijadikan data dasar untuk
perencanaan tahun2 selanjutnya
• Untuk puskesmas dengan cakupan <30% bina
akselerasi, agar cakupan segera naik
• Untuk puskesmas dengan cakupan >30% bina
intervensi dengan tetap meneruskan cakupan
kunjungan keluarga mencapai 100%
54. Langkah Bina Akselerasi
• Untuk puskesmas dengan cakupan <30% buat
roadmap peningkatan cakupan sampai 100%
• Buat target bulanan, agar terpantau apakah
implementasi di lapangan on the right track atau
tidak
• Cari solusi terhadap masalah yang mereka hadapi
(Regulasi, SDM terbatas, dana terbatas?)
• Pada saat mencapai 30% sudah saatnya
dilakukan bina intervensi
55. Langkah Bina Intervensi (Cak >30%)
• Sandingkan data PISPK dengan data program yang
sesuai (tidak bisa sama karena unit analisisnya
berbeda, program: individu, PISPK: keluarga).
• Lihat di tiap puskesmas, adakah yang tidak wajar
bila ada perlu klarifikasi dengan program dan
puskesmas
• Bila sudah verifikasi tentukan roadmap terhadap
–Cakupan kunjungan keluarga dari 30% ke 100%
–Peningkatan IKS dan 12 indikator keluarga sehat
• Cari intervensi sesuai dengan pencapaian IKS dan
12 indikator keluarga sehat
56. RPJMD DKI Jakarta
Target peningkatan IKS (Indeks Keluarga Sehat)
• Tahun 2017 0,32
• Tahun 2018 0,35
• Tahun 2019 0,38
• Tahun 2020 0,42
• Tahun 2021 0,44
• Tahun 2022 0,47
• Seharusnya Provinsi, Kab/Kota dan Puskesmas
yang cakupan kunjungan keluarga >30% sudah
bisa mencantumkan target
60. Pencapaian 12 indikator KS
15.55%
22.40%
32.85%
42.00%
46.61%
49.34%
82.00%
88.00%
92.59%
92.66%
94.85%
98.13%
Penderita gangguan jiwa berat, diobati dan tidak ditelantarkan
Penderita hipertensi yang berobat teratur
Penderita TB Paru yang berobat sesuai standar
Keluarga sudah menjadi anggota JKN
Keluarga mengikuti program KB *)
Anggota keluarga tidak ada yang merokok *)
Bayi mendapatkan ASI Eksklusif
Persalinan Ibu di fasilitas pelayanan kesehatan
Pertumbuhan Balita dipantau
Keluarga memiliki akses/menggunakan jamban keluarga
Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap *)
Keluarga memiliki akses/menggunakan sarana air bersih
63. Jatim: IKS & 12 indikator KS
KEDIRI
KOTA
KEDIRI
KOTA
MADIUN
KOTA
PASU-
RUAN
JAWA
TIMUR
Ikut KB 43.02% 65.54% 26.96% 54.34% 46.61%
Linfaskes 91.44% 97.90% 91.09% 97.49% 88.00%
Imunisasi Dasar Lngkap 95.96% 96.07% 99.63% 94.72% 94.85%
ASI Eksklusif 82.95% 76.56% 90.00% 69.84% 82.00%
Penimbangan balita 91.04% 92.60% 99.14% 93.26% 92.59%
Tuberkulosis berobat sesuai standar 31.55% 36.59% 23.30% 36.96% 32.85%
Hipertensi berobat teratur 14.56% 31.16% 19.93% 26.25% 22.40%
ODGJ berobat dan tidak terlantar 14.21% 27.47% 2.32% 31.76% 15.55%
Tidak merokok 45.99% 56.18% 60.66% 49.16% 49.34%
Anggota JKN 37.72% 60.37% 94.73% 41.80% 42.00%
Akses air bersih 98.33% 99.36% 98.66% 98.05% 98.13%
Akses jamban sehat 92.63% 98.52% 98.94% 91.35% 92.66%
IKS 0.128 0.324 0.312 0.181 0.164
64. Jatim: IKS & 12 indikator KS
KOTA
SURA-
BAYA
MADIUN
MAGE-
TAN
PACITAN
JAWA
TIMUR
Ikut KB 45.77% 44.95% 56.68% 45.80% 46.61%
Linfaskes 85.84% 93.95% 94.81% 50.47% 88.00%
Imunisasi Dasar Lngkap 96.38% 98.81% 97.97% 98.93% 94.85%
ASI Eksklusif 88.79% 84.69% 82.35% 85.50% 82.00%
Penimbangan balita 94.17% 94.54% 94.55% 96.98% 92.59%
Tuberkulosis berobat sesuai standar 34.58% 33.88% 47.80% 23.08% 32.85%
Hipertensi berobat teratur 46.86% 23.47% 18.69% 17.89% 22.40%
ODGJ berobat dan tidak terlantar 8.89% 28.51% 33.33% 11.73% 15.55%
Tidak merokok 62.09% 54.67% 51.45% 46.52% 49.34%
Anggota JKN 56.98% 42.61% 50.28% 29.12% 42.00%
Akses air bersih 98.86% 98.73% 99.27% 97.07% 98.13%
Akses jamban sehat 98.46% 95.57% 93.92% 97.35% 92.66%
IKS 0.28 0.179 0.201 0.111 0.164
65. Jatim: IKS & 12 indikator KS
SIDO-
ARJO
TRENG-
GALEK
TUBAN
TULUNG
AGUNG
JAWA
TIMUR
Ikut KB 50.49% 47.59% 50.68% 45.00% 46.61%
Linfaskes 85.19% 95.37% 88.48% 90.09% 88.00%
Imunisasi Dasar Lngkap 96.44% 94.93% 94.31% 97.38% 94.85%
ASI Eksklusif 82.61% 62.94% 85.69% 85.28% 82.00%
Penimbangan balita 93.14% 92.33% 93.60% 95.52% 92.59%
Tuberkulosis berobat sesuai standar 29.29% 26.30% 32.19% 23.10% 32.85%
Hipertensi berobat teratur 29.40% 6.84% 23.25% 22.41% 22.40%
ODGJ berobat dan tidak terlantar 30.61% 13.46% 7.24% 11.42% 15.55%
Tidak merokok 49.74% 46.00% 50.42% 46.57% 49.34%
Anggota JKN 52.87% 24.75% 42.45% 26.63% 42.00%
Akses air bersih 98.96% 98.00% 98.28% 98.57% 98.13%
Akses jamban sehat 96.21% 94.61% 87.02% 96.55% 92.66%
IKS 0.218 0.08 0.161 0.104 0.164
66. Menentukan target IKS dan 12 indikator KS
Data
Dasar
2019 2020 2021 2022 2023
IKS
Keluarga ikut KB
Keluarga: Linfaskes
Keluarrga: bayi dengan IDL
Keluaga: bayi dengan ASI Exklusif
Keluarga: penimbangan balita
Keluarga: tb berobat standar
Keluarga: hioertensi berobat teratur
Keluarga: ODGJ berobat teratur
Keluarga tidak ada yg merokok
Keluarga: anggota JKN
Keluarga: akses air bersih
Keluarga: akses jamban sehat
67. Kota Kediri: Roadmap peningkatan PISPK
Data
Dasar
2019 2020 2021 2022 2023
Keluarga ikut KB 65.54% 70% 70% 70% 70% 70%
Keluarga: Linfaskes 97.90% 100% 100% 100% 100% 100%
Keluarrga: bayi dengan IDL 96.07% 100% 100% 100% 100% 100%
Keluaga: bayi dengan ASI Exklusif 76.56% 80% 85% 90% 90% 90%
Keluarga: penimbangan balita 92.60% 100% 100% 100% 100% 100%
Keluarga: tb berobat standar 36.59% 100% 100% 100% 100% 100%
Keluarga: hioertensi berobat teratur 31.16% 100% 100% 100% 100% 100%
Keluarga: ODGJ berobat teratur 27.47% 100% 100% 100% 100% 100%
Keluarga tidak ada yg merokok 56.18% 60% 65% 70% 75% 80%
Keluarga: anggota JKN 60.37% 65% 70% 75% 80% 85%
Keluarga: akses air bersih 99.36% 100% 100% 100% 100% 100%
Keluarga: akses jamban sehat 98.52% 100% 100% 100% 100% 100%
IKS 0.324 0.370 0.420 0.470 0.520 0.570
68. Keluarga ikut KB
• Inikator di tingkat keluarga, tetapi batasan umur
yang diambil berbeda (PISPK mulau usia 10 tahun)
• Perbedaan pencapaian Program dan PISPK tidak
begitu banyak, PISPK cenderung lebih rendah
• Perhatian ditujukan kepada perbedaan yang besar
antara data Program dan PISPK
• Solusi perbaikan bisakah batasan disetarakan
dengan program?
• Perlu perbaikan batan usia produktif? Banyak anak
usia <15 tahun sudah kawin.
70. KB: PISPK vs Program
Kab/Kota PISPK Program
KEDIRI 43.02% 70%
KOTA KEDIRI 65.54% 66%
KOTA MADIUN 26.96% 74%
KOTA PASURUAN 54.34% 69%
KOTA SURABAYA 45.77% 73%
MADIUN 44.95% 77%
MAGETAN 56.68% 72%
PACITAN 45.80% 85%
SIDOARJO 50.49% 72%
TRENGGALEK 47.59% 73%
TUBAN 50.68% 74%
TULUNGAGUNG 45.00% 66%
JAWA TIMUR 46.61% 76%
71. Persentase perempuan pernah kawin usia 20 – 24 tahun
yang menikah sebelum usia 15, 16 dan 18 tahun
Dikutip dari: BPS & Unicef. Kemajuan yang tertunda.
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
72. Persentase perempuan pernah kawin usia 20 – 24 tahun
menurut usia perkawinan pertama
Dikutip dari BPS: Perkawinan Usia Anak di Indonesia, 2013 dan 2015
73. Keluarga dengan Linfaskes
• Indikator di tingkat individu, tetapi dalam satu
keluarga hampir semuanya hanya ada satu (untuk
sang ibu)
• Perbedaan pencapaian program dan PISPK relative
kecil
• Bila pencapaian sudah tinggi, tetap kerja keras
karena tahun depan subyeknya berganti dan target
harus 100% (perintah SPM Kesehatan)
• Program seharusnya mengembangkan indikator
kualitas yankes maternal
75. Linfaskes: PISPK vs Program
KOTA / KABUPATEN Linfaskes Program
KEDIRI 91.44% 94.38
KOTA KEDIRI 97.90% 94.62
KOTA MADIUN 91.09% 100.04
KOTA PASURUAN 97.49% 92.54
KOTA SURABAYA 85.84% 97.61
MADIUN 93.95% 91.33
MAGETAN 94.81% 96.02
PACITAN 50.47% 82.39
SIDOARJO 85.19% 98.30
TRENGGALEK 95.37% 90.64
TUBAN 88.48% 96.73
TULUNGAGUNG 90.09% 90.99
JAWA TIMUR 88.00% 94.08
76. PERSENTASE JENIS KOMPONEN ANC YANG
DITERIMA IBU SELAMA HAMIL ANAK TERAKHIR
Cakupan ANC K4 telah mencapai target, namun apabila dilihat menurut persentase komponen ANC yang
diterima masih sangat bervariasi
3.1
94.8 93.8
57.8
84.2 79.1
70.9
49.3
38.3 35.6 34.8
90.2 89.6
67.5
23.4
7.7 2.7
0
20
40
60
80
100
TidakANC
1.UkutTensi
2.Ukur:BeratBadan
2.Ukur:TinggiBadan
3.Temuwicara
4.TinggiFundus
5.ImunisasiTT
6.TesLab:Hb
6.Teslab:goldarah
6.Teslab:ProteinUrine
7.PemberianTTD90tablet+
8.LetakJanin
8.DJJ
9.UkurLILA
10.Tatalaksanakasus
7T(1-7)
10T(1-7&8-10)
Komponen 7T .
Komponen 10T Komposit
Tidak
ANC
Ibu melakukan ANC
77. Sumber data:
Survei Fasilitas - Puskesmas
Responden:
Penanggungjawab Program
KIA
Jumlah = 400 Puskesmas
97
91 94
6
Perkotaan Perdesaan Melaksanakan KIH Tidak melaksanakan
Persentase Puskesmas yang melaksanakan
Kelas Ibu Hamil
Baseline 2014 = 27%
Target 2015 = 78% ; 2016 = 81%
Sirkesnas 2016 = 94%
PERSENTASE PUSKESMAS YANG
MELAKSANAKAN KELAS IBU HAMIL
78. Pada rumah tangga, ditanyakan tentang keikut sertaan program
Kelas Ibu Hamil kepada responden.
16.2
22.2 19.2
0
20
40
60
80
100
Perkotaan Pedesaan INDONESIA
Keikutsertaan dalam Kelas Ibu
Hamil, Sirkesnas 2016
0
20
40
60
80
100
1 2 3 4 5+ Tdk Ikut
Frekuensi mengikuti KIH
Persentase frekuensi keikutsertaan ibu
dalam Kelas Ibu Hamil*, Sirkesnas 2016
Perkotaan Pedesaan Indonesia
* Survei komunitas
Meskipun indikator Puskesmas yang telah melaksanakan program Kelas Ibu Hamil
mencapai 94%, namun di masyarakat hanya 19,2% ibu, yang saat hamil anak terakhir
mengikuti program kelas ibu hamil. Ibu di perdesaan lebih banyak yang mengikuti Kelas
Ibu Hamil. Frekuensi paling banyak 1x mengikuti kelas ibu hamil
79. Imunisasi Dasar Lengkap
• Indikator tingkat individu, tetapi jarang keluarga inti
mempunya >1 bayi
• Pencapaian program relative sama dengan PISPK
• Bila sudah tinggi harus tetap kerja cerdas karena
tahun depan cakupan harus 100% (SPM bidang
Kesehatan) dan subyeknya berganti.
• Ada gerakan anti imunisasi yang harus dikendalikan
• Aspek kualitas vaksin harus dijaga (manajemen
rantai dingin)
81. Imunisasi Dasar Lengkap
Kab/Kota PISPK Program
KEDIRI 95.96% 100.8
KOTA KEDIRI 96.07% 103.7
KOTA MADIUN 99.63% 97.8
KOTA PASURUAN 94.72% 100.8
KOTA SURABAYA 96.38% 94.6
MADIUN 98.81% 94.0
MAGETAN 97.97% 93.6
PACITAN 98.93% 84.6
SIDOARJO 96.44% 99.6
TRENGGALEK 94.93% 98.5
TUBAN 94.31% 100.5
TULUNGAGUNG 97.38% 99.7
JAWA TIMUR 94.85% 96.7
82. Persentase IDL Komunitas 12-23 Bulan
82
Perbandingan antara Sirkesnas 2016 dengan
Riskesdas 2007, 2010& 2013
83. ASI Eksklusif
• Indikator individu, tetapi jarang keluarga yang
mempunyai >1 bayi
• Pencapaian program seharusnya relative sesuai
dengan PISPK
• Kenyataannya PISPK lebih tinggi dari data
Riskesdas kuesioner tanpa probing?
• Program tidak punya pelaporan rutin tentang ini
• Bagaimana memantau kemajuan indikator ASI
Eksklusif? Menggunakan PSG (Pemantauan Status
Gizi) atau Riskesdas (5 tahun sekali)
85. ASI Eksklusif
KOTA / KABUPATEN ASI Eks Program
KEDIRI 82.95%
KOTA KEDIRI 76.56%
KOTA MADIUN 90.00%
KOTA PASURUAN 69.84%
KOTA SURABAYA 88.79%
MADIUN 84.69%
MAGETAN 82.35%
PACITAN 85.50%
SIDOARJO 82.61%
TRENGGALEK 62.94%
TUBAN 85.69%
TULUNGAGUNG 85.28%
JAWA TIMUR 82.00%
86. Pemantauan Pertumbuhan Balita
• Indikator di tingkat individu, banyak keluarga yang
mempunyai balita >1 orang
• Seharusnya pencapaian Program sesuai PISPK
• Ini adalah indikator proses dipertimbangkan
untuk diganti dengan:
– Indikator proses yang lebih lengkap: tumbuh-kembang
balita
– Indikator output/dampak, misalnya proporsi bayi dengan
panjang lahir < standar (48 cm) atau stunting pada usia
2 tahun
• Usulan terakhir sekaligus evaluasi penanggulangan
stunting
88. Penimbangan Balita
KOTA / KABUPATEN
Timbang
balita
Program
KEDIRI 91.04% 73.3
KOTA KEDIRI 92.60% 77.6
KOTA MADIUN 99.14% 86.3
KOTA PASURUAN 93.26% 90.3
KOTA SURABAYA 94.17% 84.5
MADIUN 94.54% 79.2
MAGETAN 94.55% 85.2
PACITAN 96.98% 73.7
SIDOARJO 93.14% 66.4
TRENGGALEK 92.33% 83.5
TUBAN 93.60% 88.0
TULUNGAGUNG 95.52% 78.6
JAWA TIMUR 92.59% 80.4
89. Kecenderungan Frekuensi Pemantauan Pertumbuhan
Balita dalam 6 bulan Terakhir: 2007-2013
45.4
29.1
25.5
44.6
21.1
34.3
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
≥ 4 kali 1 – 3 kali Tidak Pernah
2007 2013
90. Tuberkulosis
• Indikator tingkat keluarga, dalam 1 keluarga bisa
ditemukan >1 orang
• Pencapaian PISPK < Program
• Pencapaian PISPK bukan SR (success rate), tetapi
jumlah yang berobat sesuai standar dengan
denominator adalah seluruh penderita + suspek
penderita tuberkulosis
• Program harus memastikan temuan suspek pada
PISPK
• Bila sudah ditindaklanjuti, pencapaian PISPK akan
setara dengan program
92. Tuberkulosis
KOTA / KABUPATEN PISPK Program CDR
KEDIRI 31.55% 37.00%
KOTA KEDIRI 36.59% 74.51%
KOTA MADIUN 23.30% 113.62%
KOTA PASURUAN 36.96% 73.97%
KOTA SURABAYA 34.58% 77.89%
MADIUN 33.88% 56.11%
MAGETAN 47.80% 22.49%
PACITAN 23.08% 14.14%
SIDOARJO 29.29% 43.48%
TRENGGALEK 26.30% 20.12%
TUBAN 32.19% 62.08%
TULUNGAGUNG 23.10% 36.70%
JAWA TIMUR 32.85% 47.37%
93. Kemampuan Laboratorium
Puskesmas
Riset Ketenagaan di Bidang Kesehatan 2017
68.0
76.0
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
80.0
90.0
100.0
Pemeriksaan protein dalam urin Pemeriksaan dahak untuk TB
94. Ketersediaan Sarana Prasarana TB
di Puskesmas
Riset Ketenagaan di Bidang Kesehatan 2017
88.8
53.4
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
80.0
90.0
100.0
Kombipak atau Fixed Dose Combination (FDC) dengan
jumlah cukup
Mempunyai anggaran pendampingan minum obat TB
95. Missing cases
310 ribu kasus
(44%) belum
terlaporkan
310 ribu kasus
(30%) belum
terdeteksi
Estimasi
insiden
kasus
TBC Estimasi
kasus
TBC
terdeteksi Jumlah
kasus TBC
ternotifikasi
Thd penduduk
2016 258 juta
96. Sebaran kasus tuberkulosis
1. 40% sudah diobati dan tercatat dalam SITT
success rate sudah bagus?
2. 30% sudah diobati tetapi belum tercatat di SITT
(sebagian besar dari swasta):
–Sudahkah swasta mengikuti standar terapi
pogram? Bila tidak punya potensi MDR
–Sudahkan dilakukan pelacakan pada keluarga
dari kasus yang mereka obat?
3. 30% belum terjangkau dan terdeteksi dijangkau
dengan pendekatan keluarga PISPK dan
digunakan TCM (Tes Cepat Molekuler)
97. Hipertensi
• Indikator tingkat individu, dalam 1 keluarga bisa >1
orang menderita hipertensi
• Seharusnya program mempunyai perkiraan
penderita hipertensi yang harus ditemukan (bisa
dihitung dari hasil Riskesdas)
• Ini penting karena 2/3 penderita hipertensi tidak
tahu kalau mereka menderita hipertensi
• Perlu percepatan implementasi program di
lapangan
• Intervensi P2TMBM segera diberlakukan
101. Prevalensi Hipertensi Berdasarkan Pengukuran
2013*) usia >15 tahun
26.2
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
Papua
Bali
DKI
Pabar
Riau
Malut
Aceh
Bengkulu
Kep.Riau
Sultra
Sulbar
Sumbar
Banten
NTT
Maluku
NTB
Jambi
Sumut
Lampung
DIY
Indonesia
Sumsel
Jatim
Jateng
Kalteng
Sulut
Sulsel
Kalbar
Sulteng
Gorontalo
Jabar
Kaltim
Kalsel
Babel
2013
*) Batas ambang systole ≥140 mmHg, diastole ≥ 90mmHg:
Perubahan Prevalensi diasumsikan karena beda alat ukur 2007 (IA2)discontinue, 2013 (IA1);
102. Beban PTM, penduduk usia >15 tahun
Penyakit (%) (#)
Stroke 1.21 1,2 juta
Hipertensi 25.8 42,1 juta
Obesitas sentral 26.6 44,3 juta
Diabetes Mellitus 6.9 8,9 juta
Source: Riskesdas 2013
Note:
• Cakupan hipertensi oleh nakes 36.8%
• Cakupan diabetes mellitus oleh nakes 30.4%
• Sekitar 2/3 penderita tidak tahu bahwa dirinya menderita PTM
103. Kesehatan Jiwa
• Indikator tingkat individu, dalam 1 keluarga bisa
terdapat >1 ODGJ berat
• Indikator pencapaian program perlu dipertajam
• ODGJ berat adalah indikator hilir, sementara
intervensi seharusnya mencegah jangan sampai
bertambah ODGJ berat
• Apa rencana pemanfaatan data PISPK untuk
pengembangan program selanjutnya?
105. ODGJ
Kab/Kota PISPK
KEDIRI 14.21%
KOTA KEDIRI 27.47%
KOTA MADIUN 2.32%
KOTA PASURUAN 31.76%
KOTA SURABAYA 8.89%
MADIUN 28.51%
MAGETAN 33.33%
PACITAN 11.73%
SIDOARJO 30.61%
TRENGGALEK 13.46%
TUBAN 7.24%
TULUNGAGUNG 11.42%
JAWA TIMUR 15.55%
PROVINSI
JUMLAH KASUS PASUNG SAMPAI DESEMBER 2016 2345
JUMLAH TEMUAN BARU KASUS PASUNG SEPANJANG 2017 301
JUMLAH KASUS PASUNG YANG MENDAPATKAN LAYANAN KESWA 582 (22%)
106. Ketersediaan Obat Gangguan Jiwa
di Puskesmas
Riset Ketenagaan di Bidang Kesehatan 2017
4.2
10.6
37.6
67.2
9.3
47.2
41.5
69.3
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Anti panik (imipramine)
Anti obsesif kompulsif (clomipramine)
Anti insomnia (phenobarbital)
Antianxietas - anti cemas (diazepam-
chlordiazepoxide)
Anti mania (lithium carbonate)
Anti depresan (trisiklik, MAO inhibitor,
amitriptyline)
Anti Parkinson (levodepo, tryhexifenidil)
Antipsikotik (chlorpromazine-CPZ, haloperidol-
Haldol, Serenase)
107. Tidak Merokok
• Indikator individual, dalam 1 keluarga bisa >1 orang
yang merokok
• Indikator ini berlaku untuk seluruh keluarga
berperan besar dalam peningkatan IKS
• Apa indikator untuk manajemen program? KTR
(kawasan tanpa rokok), atau yang lain?
• Paling sulit dikendalikan gunakan berbagai cara
untuk mendelakikan perilaku merokok
• Lakukan P2TMBM untuk mengendalikan perilaku
merokok, bersama faktor risiko PTM lain
• Lakukan “pendekatan keluarga” untuk rokok
109. Tidak Merokok
KOTA / KABUPATEN PISPK PISPK Perda KTR
Puskesmas
UBM
KEDIRI 45.99% 0 0 1
KOTA KEDIRI 56.18% 0 0
KOTA MADIUN 60.66% 1 0
KOTA PASURUAN 49.16% 1 0
KOTA SURABAYA 62.09% 1 1 1
MADIUN 54.67% 0 1
MAGETAN 51.45% 0 0
PACITAN 46.52% 0 0
SIDOARJO 49.74% 1 1
TRENGGALEK 46.00% 1 0
TUBAN 50.42% 0 0
TULUNGAGUNG 46.57% 1 0
JAWA TIMUR 49.34% 18 8 4
110. Jaminan Kesehatan Nasional
• Indikator program tingkat individu, dalam PISPK
disebut menjadi anggota JKN bila semua anggota
keluarga telah menjadi anggota JKN
• Berlaku untuk semua keluarga berpengaruh
besar pada peningkatan IKS
• Sewajarnya bila pencapaian PISPK lebih rendah
dari data BPJS
• Akan tetapi bila perbedaan terlalu banyak, harus
ditelusuri lebih lanjut
• Adakah faktor lain misalnya KIS belum sampai
ke keluaga?
112. JKN
KOTA / KABUPATEN PISPK Program
KEDIRI 37.72% 55.61%
KOTA KEDIRI 60.37% 68.60%
KOTA MADIUN 94.73% 80.29%
KOTA PASURUAN 41.80% 60.81%
KOTA SURABAYA 56.98% 86.23%
MADIUN 42.61% 62.92%
MAGETAN 50.28% 62.31%
PACITAN 29.12% 52.25%
SIDOARJO 52.87% 62.35%
TRENGGALEK 24.75% 56.64%
TUBAN 42.45% 56.63%
TULUNGAGUNG 26.63% 47.87%
JAWA TIMUR 42.00% 62.26%
113. Air Bersih
• Indikator tingkat keluarga, data program akan
sesuai dengan PISPK
• Berlaku untuk semua keluarga berpengaruh
besar pada peningkatan IKS
• Tugas Kemkes aspek kualitas air minum, tetapi apa
indikator kualitas air minum yang dipakai?
• Bagaimana peta kualitas air bersih selama ini?
• Pola samplingnya bagaimana? Tingkat keluarga
atau cukup tingkat kab/kota?
115. Air Bersih
KOTA / KABUPATEN PISPK
Jumlah
sarana
Jumlah
Sampel
Jumlah
MS
KEDIRI 98.33% 1909 16 16
KOTA KEDIRI 99.36% 89 16 14
KOTA MADIUN 98.66% 28 15 13
KOTA PASURUAN 98.05% 123 6 4
KOTA SURABAYA 98.86% 55 2 1
MADIUN 98.73% 286 5 5
MAGETAN 99.27% 70 5 5
PACITAN 97.07% 70 10 8
SIDOARJO 98.96% 165 33 31
TRENGGALEK 98.00% 525 19 19
TUBAN 98.28% 205 34 32
TULUNGAGUNG 98.57% 42 1 1
JAWA TIMUR 98.13% 18048 548 472
116. Jamban
• Indikator keluarga, pencapaian program relative
sama dengan PISPK
• Berlaku untuk semua keluarga berpengaruh
besar pada peningkatan IKS
• Bila selisih terlalu banyak, perlu analisis lebih lanjut
• Di lapangan masih ada yang bertanya batasan
jamban sehat
120. Untuk Dinkes Kab/Kota
• Bisa melakukan analisis serupa, hanya unit yang
dibahas adalah Puskesmas dan desa/kelurahan
dalam Puskesmas
• Buat peringkat antar Puskesmas, lalu tentukan
mana yang perlu dilakukan bina akselerasi dan
mana yang bina intervensi
• Untuk menelaah lebih dalam pencapaian
Puskesmas, buat analisis antar desa/kelurahan di
wilayah kerja Puskesmas tersebut
121. Kunjungan keluarga Kab. Madiun
NO KECAMATAN JUMLAH KELUARGA
1 BALEREJO 9531
2 DAGANGAN 6238
3 DOLOPO 5929
4 GEGER 7151
5 GEMARANG 5359
6 JIWAN 8203
7 KARE 4695
8 KEBONSARI 2194
9 MADIUN 4908
10 MEJAYAN 2725
11 PILANGKENCENG 4340
12 SARADAN 7956
13 SAWAHAN 1393
14 WONOASRI 3413
15 WUNGU 4944
122. Madiun: IKS & indikator KS menurut Puskesmas
Indikator Pusk A Pusk C Pusk C Pusk D Pusk E Pusk F
Kab
MADIUN
Keluarga mengikuti program KB *) 71.4% 62.5% 16.7% 0 0 0 44.9%
Persalinan Ibu di faskes 00.0% 00.0% 00.0% 0 0 0 93.9%
Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap *) 50.0% 00.0% 33.3% 0 0 0 98.8%
Bayi mendapatkan ASI Eksklusif 50.0% 00.0% 33.3% 0 0 0 84.7%
Pertumbuhan Balita dipantau 50.0% 50.0% 50.0% 0 0 0 94.5%
Penderita TB Paru berobat sesuai standar 00.0% 50.0% 00.0% 0 0 0 33.9%
Penderita hipertensi yang berobat teratur 66.7% 33.3% 50.0% 0 0 0 23.5%
ODGJ berat, diobati dan tidak ditelantarkan 00.0% 00.0% 00.0% 0 0 0 28.5%
Anggota keluarga tidak ada yg merokok *) 12.5% 37.5% 50.0% 0 0 0 54.7%
Keluarga sudah menjadi anggota JKN 50.0% 37.5% 50.0% 0 0 0 42.6%
Keluarga memiliki akses sarana air bersih 87.5% 87.5% 75.0% 0 0 0 98.7%
Keluarga memiliki akses jamban keluarga 87.5% 87.5% 75.0% 0 0 0 95.6%
IKS (Indeks Keluarga Sehat) 0.125 0.125 0.5 0 0 0 0.179
124. Variasi kemajuan PISPK antar Puskesmas
1. Ada yang sudah mengunjungi seluruh keluarga dan
melakukan intervensi
2. Ada yang belum mulai, baru sebatas sosialisasi
3. Sebagian besar sudah mulai tetapi belum selesai
mengunjungi seluruh keluarga (cakupan belum 100%)
4. Oleh karena itu untuk seluruh Puskesmas yang telah
melaksanakan PISPK diharapkan pada akhir tahun
2018 sudah dapat mencantumkan targetnya:
• Berapa % cakupan kunjungan keluarga
• Berapa kenaikan IKS dari desa yang sudah diketahui IKS
tahun 2017 ini
• Berapa cakupan 12 indikator keluarga sehat (sebagaian
harus 100% sesuai SPM bidang Kesehatan)
125. Puskesmas Tambakrejo Surabaya (Contoh)
No Indikator KAPASAN
TAMBAK-
REJO
SIMO-
KERTO
Puskesmas
1 Keluarga mengikuti KB *) 28.4% 34.3% 41.4% 35.8%
2 Persalinan Ibu di faskes 80.0% 82.1% 89.9% 85.2%
3 Bayi : imunisasi dasar lengkap *) 88.6% 90.2% 92.3% 90.4%
4 Bayi mendapatkan ASI Eksklusif 69.6% 88.4% 87.0% 82.8%
5 Pertumbuhan Balita dipantau 93.0% 92.3% 95.1% 93.6%
6 Penderita TB berobat sesuai standar 32.0% 24.2% 39.7% 30.9%
7 Penderita hipertensi berobat teratur 44.4% 66.7% 62.3% 59.0%
8 ODGJ diobati, tidak ditelantarkan 14.3% 34.5% 6.0% 16.0%
9 Anggota keluarga tidak merokok *) 54.3% 57.6% 64.3% 59.4%
10 Keluarga menjadi anggota JKN 44.1% 48.0% 39.4% 44.1%
11 Keluarga akses/gunakan air bersih 98.3% 98.2% 98.9% 98.5%
12 Keluarga akses/gunakan jamban 98.0% 97.4% 98.4% 97.9%
Indeks Keluarga Sehat (IKS) 0.164 0.192 0.204 0.191
126. Manajemen Puskesmas
• Tujuan sampai akhir tahun 2018:
– Cak. kunjungan keluarga ditargetkan naik dari 60% ke 100%
– Peningkatan IKS dari yang sudah terdata:
IKS 0,191 menjadi 0,300
• Penigkatan cakupan 12 indikator KS:
– Harus 100%: linfaskes, imunisasi, timbang balita, tuberkulosis,
hipertensi, gangguan jiwa
– Lainnya situasional
• Untuk mencapai tujuan tersebut: intevensi (proses) dan
input apa yang diperlukan dituangkan dalam RUK
(Rencana Usulan Kegiatan) dan diusulkan ke Dinkes
Kab/Kota untuk mendapatkan dana APBD setempat
127. RUK sampai Desember 2018
Sumber daya Proses/Kegiatan Luaran/Tujuan
SDM:
• Seluruh SDM di
Puskesmas
• Bekerjasama
dengan Poltekkes
• Mengangkat
nakes honorer
Dana:
• Pemanfaatan
dana BOK,
kapitasi, APBD,
ADD
Peralatan
• Gadget utk
pendataan
• Komputer untuk
buat PINKESGA
• Advokasi: buat ranking desa
berdasarkan IKS alokasi
dana desa untuk kesehatan
• Menambah posbindu PTM
cakupan hipertensi dan ODGJ
bisa 100%
• Meningkatkan kualitas
posyandu, ditambah PAUD
• Mengembangkan kawasan
bebas rokok untuk semua
sekolah dan masjid
• Mengembangkan klinik
berhenti merokok
• Mengembangkan pemicuan
STBM
• Selain meneruskan program2
yang sudah dilakukan
Cak. kunjungan kel. 100%
Tingkatkan IKS: 0,19 0,30
Cakupan 12 indikator KS:
1. KB 65%
2. Linfaskes 100%
3. Imunisasi 100%
4. ASI Exklusif %
5. Timbang balita 100%
6. TBC 100%
7. Hipertensi 100%
8. ODGJ 100%
9. Rokok %
10. Air bersih %
11. Jamban %
12. JKN %127
128. Perkembangan Proporsi Keluarga Sehat 2017 – 2018
Puskesmas X di Kab. Banggai Sulteng
13.0%
9.0%
14.0%
6.0%
27.0% 26.0%
71.0% 70.0% 71.0%
67.0%
65.0%
50.0%
16.0%
21.0%
15.0%
27.0%
8.0%
24.0%
0.0%
10.0%
20.0%
30.0%
40.0%
50.0%
60.0%
70.0%
80.0%
Tikupon Sepa Pisou
TS 1 TS 2 PS 1 PS 2 S 1 S 2
132. TERIMA KASIH
Trihono
Health Policy Unit (HPU) Setjen Kemkes
Gedung Adhyatma Lantai 6 Ruang 612
Jl HR Rasuna Said Jakata
HP: 08118894414
Emial: trihonor2014@gmail.com
Portal: kanal-kesehatan.com
133. Tanggapan
• BBPK Jakarta:
• Modul PISPK menjadi referensi utama
• Keterkaitan SPM PISPK dan Germas
• Titik beratnya ke keterpaduan
• Akreditasi Puskesmas: UKM lemah
• Faktor risiko PTM
• BBPK Makasar:
• SPM Kinerja Pemda Kemkes ringan
• Akreditasi vs PISPK
• Manajemen Puskesmas RUK (berbasis masalah di lapangan)
terkait siklus perencanaan daerah
• BBPK Ciloto:
• Disain program intervensi bagaimana?
Editor's Notes
Based on the road map of membership recruitment, BPJS kesehatan planned to step by step enrollment member every year, starting from 2014 until Universal Coverage on 2019
2014 : subsidized people, military, the existing participants of BPJS Kes and Jamsostek and others.
2015 : stated owned enterprised, big company, middle company and small business
2016 : micro company
Untill 2019 hope that all indonesian people can coverage
Dalam rangka memperkuat Subsitem Upaya Kesehatan, Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga telah mempunyai target implementasi sampai tahun 2019
Sampai bulan September 2016 data yang sudah masuk melalui Aplikasi Keluarga Sehat berasal dari 7 propinsi, 107 Puskesmas, 28 Kab/Kota. Data sampai dengan bulan Desember 2015, jumlah Puskesmas sebesar 9754 Puskesmas. Target pentahapan merupakan target kumulatif.