SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
PELAKSANAAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI PNS
DI BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
Aden Rachman Hakim1, Bernat Irvan Purba2, Eviana Sulistianingrum3,
Manro Manrie Sipayung4, Reza Mahardian Yulandra5, Thalissa Sabel Saragih6
1) D-IV Akuntansi, STAN, Jakarta
email: adenrahmanhakim@gmail.com
2) D-IV Akuntansi, STAN, Jakarta
email: bernat.irvan90@gmail.com
3) D-IV Akuntansi, STAN, Jakarta
email: viehye@gmail.com
4) D-IV Akuntansi, STAN, Jakarta
email: manrosipayung@gmail.com
5) D-IV Akuntansi, STAN, Jakarta
email:reza.mahardian90@gmail.com
6) D-IV Akuntansi, STAN, Jakarta
email: thalissa.sabel@gmail.com
Abstrak – Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dengan pimpinannya adalah Kepala
BPKP dalam melaksanakan tugas, pokok, dan fungsinya, berada di bawah dan bertanggung jawab langsung
kepada Presiden Republik Indonesia. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang 103
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah
Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah,terakhir dengan Peraturan Presiden No 64 tahun
2005 disebutkan, BPKP mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan keuangan
dan pembangunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 52). Penulisan
paper ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai tugas dan fungsi Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan, serta mengetahui hambatan beserta solusi dalam pelaksanaanya. Penulis menggunakan
metodologi penelitian kepustakaan sebagai referensi dalam penulisan paper. Penulis berharap paper ini dapat
memberikan hasil yang baik sehingga pembaca mampu mengetahui tugas, pokok, dan fungsi BPKP sehingga
pembaca mendapat gambaran peranan BPKP dalam pemerintahan dan pembaca bisa memberikan saran dan
perbaikan yang konstruktifkepada BPKP.
Kata kunci: Tupoksi BPKP, Hambatan, dan Solusi.
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang (Sejarah BPKP)
Sejarah Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) tidak dapat dilepaskan dari
sejarah panjang perkembangan lembaga pengawasan
sejak sebelum era kemerdekaan.
1) Djawatan Akuntan Negara (DAN)
Dengan besluit Nomor 44 tanggal 31 Oktober
1936 secara eksplisit ditetapkan bahwa Djawatan
Akuntan Negara (Regering Accountantsdienst)
bertugas melakukan penelitian terhadap pembukuan
dari berbagai perusahaan negara dan jawatan tertentu.
Dengan demikian, dapat dikatakan aparat pengawasan
pertama di Indonesia adalah Djawatan Akuntan
Negara (DAN). Secara struktural DAN yang bertugas
mengawasi pengelolaan perusahaan negara berada di
bawah Thesauri Jenderal pada Kementerian Keuangan.
Dengan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 1961
tentang Instruksi bagi Kepala Djawatan Akuntan
Negara (DAN), kedudukan DAN dilepas dari Thesauri
Jenderal dan ditingkatkan kedudukannya langsung di
bawah Menteri Keuangan. DAN merupakan alat
pemerintah yang bertugas melakukan semua pekerjaan
akuntan bagi pemerintah atas semua departemen,
jawatan, dan instansi di bawah kekuasaannya.
Sementara itu fungsi pengawasan anggaran
dilaksanakan oleh Thesauri Jenderal.
2) Direktorat Jendral Pengawasan Keuangan Negara
(DJPKN)
Selanjutnya dengan Keputusan Presiden Nomor
239 Tahun 1966 dibentuklah Direktorat Djendral
Pengawasan Keuangan Negara (DDPKN) pada
Departemen Keuangan. Tugas DDPKN (dikenal
kemudian sebagai DJPKN) meliputi pengawasan
anggaran dan pengawasan badan usaha/jawatan, yang
semula menjadi tugas DAN dan Thesauri Jenderal.
DJPKN mempunyai tugas melaksanakan
pengawasan seluruh pelaksanaan anggaran negara,
anggaran daerah, dan badan usaha milik negara/daerah.
Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 70 Tahun
1971 ini, khusus pada Departemen Keuangan, tugas
Inspektorat Jendral dalam bidang pengawasan
keuangan negara dilakukan oleh DJPKN.
3) Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP)
Dengan diterbitkan Keputusan Presiden Nomor
31 Tahun 1983 tanggal 30 Mei 1983. DJPKN
ditransformasikan menjadi BPKP, sebuah lembaga
pemerintah non departemen (LPND) yang berada di
bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Presiden. Salah satu pertimbangan dikeluarkannya
Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983 tentang
BPKP adalah diperlukannya badan atau lembaga
pengawasan yang dapat melaksanakan fungsinya
secara leluasa tanpa mengalami kemungkinan
hambatan dari unit organisasi pemerintah yang
menjadi obyek pemeriksaannya.
Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983
tersebut menunjukkan bahwa Pemerintah telah
meletakkan struktur organisasi BPKP sesuai dengan
proporsinya dalam konstelasi lembaga-lembaga
Pemerintah yang ada. BPKP dengan kedudukannya
yang terlepas dari semua departemen atau lembaga
sudah barang tentu dapat melaksanakan fungsinya
secara lebih baik dan obyektif.
Tahun 2001 dikeluarkan Keputusan Presiden
Nomor 103 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja
Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana
telah beberapa kali diubah,terakhir dengan Peraturan
Presiden No 64 tahun 2005. Dalam Pasal 52
disebutkan, BPKP mempunyai tugas melaksanakan
tugas pemerintahan di bidang pengawasan keuangan
dan pembangunan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pendekatan yang dilakukan BPKP diarahkan
lebih bersifat preventif atau pembinaan dan tidak
sepenuhnya audit atau represif. Kegiatan sosialisasi,
asistensi atau pendampingan, dan evaluasi merupakan
kegiatan yang mulai digeluti BPKP. Sedangkan audit
investigatif dilakukan dalam membantu aparat
penegak hukum untuk menghitung kerugian keuangan
negara.
Pada masa reformasi ini, BPKP banyak
mengadakan Memorandum of Understanding (MoU)
atau Nota Kesepahaman dengan pemda dan
departemen/lembaga sebagai mitra kerja BPKP. MoU
tersebut pada umumnya membantu mitra kerja untuk
meningkatkan kinerjanya dalam rangka mencapai
good governance.
Dalam melaksanakan tugasnya, BPKP didukung
oleh ketentuan dan peraturan sebagaiberikut:
1) Keputusan Presiden RI No.103 Tahun 2001
tentang Kedudukan, Tugas Fungsi, Kewenangan,
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Pemerintah Non Departemen yang telah diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 64 Tahun 2005
2) Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang
Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
3) Instruksi Presiden No.4 Tahun 2011 tanggal 17
Februari 2011 tentang Percepatan Peningkatan
Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara
Mengingat pentingnya peranan Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan dalam
pemerintahan, dalam makalah akan kami bahas
mengenai penerapan tugas dan fungsi Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
1.2. Maksud dan Tujuan
Adapun penyusunan makalah ini dimaksudkan
untuk memberikan gambaran tentang Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan
hambatan secara menyeluruh dalam pelaksanaan tugas,
pokok, dan fungsiBPKP.
Tujuan dari penyusunan makalah ini dapat
dijabarkan sebagaiberikut:
1) Memberikan gambaran tentang visi, misi, dan
nilai-nilai pada BPKP
2) Memberikan gambaran tentang struktur organisasi
pada BPKP
3) Memberikan pemahaman terhadap tugas, pokok,
dan fungsi (tupoksi) dari masing-masing unit
eselon I di lingkungan BPKP
4) Memberikan gambaran tentang informasi produk
layanan BPKP
5) Memberikan gambaran tentang hambatan yang
dihadapi dalam pelaksanaan Tupoksi BPKP
6) Meningkatkan kepedulian (awareness) terhadap
hamabatan yang terjadi selama pelaksanaan
tupoksi BPKP
7) Sebagai bahan referensi bagi seluruh pihak yang
berkepentingan terhadap makalah ini.
1.3. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat kami sampaikan
rumusan masalah yang akan dibahas antara lain:
1) Apakah yang menjadi Visi, Misi, dan Nilai-Nilai
BPKP pada saat ini?
2) Bagaimana Struktur Organisasi BPKP?
3) Apakah yang menjadi Tupoksi BPKP?
4) Apakah yang menjadi informasi produk layanan
terkait Tupoksi BPKP?
5) Apakah hambatan yang muncul dari pelaksanaan
Tupoksi BPKP?
6) Bagaimana bentuk penanggulangan hambatan di
BPKP?
2. LANDASAN TEORI
Dalam pencapaian suatu tujuan organisasi atau
kelembagaan, diperlukan suatu perencanaan dan
tindakan nyata. Secara umum, bisa dikatakan bahwa
Visi dan Misi adalah suatu konsep perencanaan yang
di sertai dengan tindakan sesuai dengan apa yang di
rencanakan untuk mencapai suatu tujuan. Misi
tersebut kemudian dijabarkan menjadi suatu Tugas,
Pokok, dan Fungsi yang merupakan kumpulan dari
tindakan-tindakan (aksi) yang harus dilaksanakan oleh
setiap personil dalam suatu organisasi secara konsisten.
2.1. Definisi Visi
Visi adalah “what be believe we can be”. Visi
merupakan gambaran masa depan dari suatu
organisasi. Penentuan visi berarti menetapkan tujuan
dan cita-cita yang ingin dicapai. Berdasarkan
Lewis&Smith (1994), dalam menentukan visi,
hendaknya suatu organisasi memenuhi persyaratan
sebagaiberikut:
1) Tidak berdasarkan kondisi saat ini
2) Berorientasi ke depan
3) Mengekspresikan kreatifitas
4) Berdasar pada prinsip nilai yang mengandung
penghargaan bagi masyarakat
5) Memperhatikan sejarah, kultur, dan nilai
organisasi
6) Mempunyai standar yang tinggi, ideal serta
harapan bagi anggota organisasi
7) Memberikan klarifikasi bagi manfaat lembaga
serta tujuan-tujuannya
8 ) Memberikan semangat dan mendorong
timbulnya dedikasi pada organisasi
9) Menggambarkan keunikan lembaga dalam
kompetisi beserta citranya
10) Bersifat ambisius serta menantang segenap
anggota lembaga.
2.2. Definisi Misi
Misi adalah “what be believe we can do”. Misi
adalah apa yang bisa dilakukan untuk mencapai
gambaran masa depan (visi). Misi bisa berarti juga
merupakan langkah-langkah dan strategi (action plan)
yang dilakukan untuk mencapai visi.
Kadangkala misi perlu diubah sedemikian rupa
apabila visi belum tercapai. Jadi, bukan visinya yang
diubah, tetapi cara-cara untuk mencapai tujuan yang
dirubah. Apabila visi berubah-ubah maka akan
terkesan tidak konsisten gambaran masa depan tentang
organisasitersebut.
2.3. Definisi Tugas Pokok
Tugas pokok adalah kesatuan pekerjaan atau
kegiatan yang paling utama dan rutin dilakukan oleh
para pegawai dalam sebuah organisasi yang
memberikan gambaran tentang ruang lingkup atau
kompleksitas jabatan atau organisasi demi mencapai
tujuan tertentu.
2.4. Definisi Fungsi
Fungsi adalah kesatuan pekerjaan atau kegiatan
yang dilaksanakan oleh para pegawai yang memiliki
aspek khusus serta saling berkaitan satu sama lain
menurut sifat atau pelaksanaan untuk mencapai tujuan
tertentu dalam sebuah organisasi.
2.5. Definisi Hambatan
Hambatan dapat diartikan sebagai segala sesuatu,
baik itu yang bersumber dari dalam (intern) maupun
dari luar (ekstern) yang mengakibatkan pencapaian
tujuan suatu organisasi atau lembaga menjadi tidak
lancar atau tidak berjalan sebagaimana mestinya.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Visi, Misi, dan Nilai-Nilai BPKP
Sesuai arahan Presiden RI tanggal 11 Desember
2006, BPKP melakukan reposisi dan revitalisasi
fungsi yang kedua kalinya. Reposisi dan revitalisasi
BPKP diikuti dengan penajaman visi, misi, dan
strategi. Visi BPKP yang baru adalah “Auditor Intern
Pemerintah yang Proaktif dan Terpercaya dalam
Mentransformasikan Manajemen Pemerintahan
Menuju Pemerintahan yang Baik dan Bersih”.
Sedangkan Misi BPKP yaitu:
1) Menyelenggarakan pengawasan intern terhadap
akuntabilitas keuangan negara yang mendukung
tata kelola kepemerintahan yang baik dan bebas
KKN.
2) Membina penyelenggaraan Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah.
3) Mengembangkan kapasitas pengawasan intern
pemerintah yang profesional dan kompeten.
4) Menyelenggarakan sistem dukungan pengambilan
keputusan yang andal bagi presiden/pemerintah.
Nilai-nilai organisasi merupakan dasar acuan dan
motor penggerak motivasi, sikap dan tindakan. Dalam
konteks organisasi, nilai-nilai organisasi harus
dikembangkan atau sejalan dengan visi dan misi
organisasi.
Dalam menjalankan mandatnya, BPKP senantiasa
bertumpu pada nilai-nilai luhur yang urutan huruf
awalnya dapat menjadi suatu kata kunci yang
mengilhami seluruh staf BPKP yaitu PIONIR yang
berarti pemrakarsa. Hal ini merupakan perwujudan
dari keinginan untuk selalu berinovasi guna
menghasilkan produk-produk yang berbeda dari
produk para pengawas intern lainnya tetapi diyakini
akan diterima karena dibutuhkan oleh para pemangku
kepentingan. Pionir merupakan bentukan dari 6
(enam) nilai yaitu:
1) Profesional
Suatu standar kualitas kerja keahlian yang
menjamin kepercayaan masyarakat pada umumnya
dan pengguna jasa pada khususnya, karena
dilandasi oleh pola kerja, pola pikir, dan pola sikap
menurut standar keahlian minimal yang ditetapkan
oleh organisasi profesi dan/atau peraturan
perundang-undangan yang berlaku
2) Integritas
Integritas adalah nilai yang mengandung makna
gabungan dari kejujuran, objektivitas, keberanian,
konsistensi, dan konsekuensi. Nilai pengawasan,
selain bergantung pada kompetensi pengawas, juga
sangat dipengaruhioleh integritas
3) Orientasi pada Pengguna
Orientasi pada Pengguna adalah keinginan untuk
membantu atau melayani pihak lain untuk
memenuhi kebutuhan mereka, dengan cara
mengetahui dan memenuhi kebutuhan pengguna
meliputi pengguna internal dan eksternal
4) Nurani dan Akal Sehat
Nurani dan akal sehat adalah nilai untuk bertindak
proporsional, menghindari diri dari praktik
pengawasan yang berlebihan. Dengan
mempertimbangkan nurani dan akal sehat, auditor
ditantang untuk menerapkan etika pengawasan
yang tertinggi. Nurani merupakan sumber
pertimbangan kebaikan etika dalam tahapnya yang
tertinggi
5) Independen
Independensi mencakup dua hal yaitu
independensi dalam sikap dan dalam penampilan.
Independensi tetap diperlukan bagi aparat
pengawas intern tidak terkecuali BPKP. Selain
memberikan laporannya langsung kepada para
pimpinan lembaga eksekutif, BPKP juga
memaparkan hasil pengawasannya kepada DPR
manakala diminta, tentunya dengan
memperhatikan kaitannya dengan aspek kode etik
profesi.
6) Responsibel
Responsibel adalah sikap seorang yang mengakui
adanya tanggung jawab yang bermula pada dirinya
(obligation to act). Ini adalah salah satu sikap yang
dipercaya merupakan komponen dari proses good
governance
Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, pegawai
BPKP dalam mewujudkan nilai-nilai luhur BPKP
dengan semangat kerja 5- As, yaitu:
1) Kerja Keras
2) Kerja Cerdas
3) Kerja Tuntas
4) Kerja Ikhlas
5) Kerja Penuh Integritas
3.2 Struktur Organisasi BPKP
Struktur atau Susunan Organisasi yang
sebagaimana disajikan dalam Keputusan Kepala
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
Nomor: Kep-06.00.00-080/K/2001, yaitu terdiri dari:
1) Kepala;
2) Sekretariat Utama;
3) Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang
Perekonomian;
4) Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang
Politik, Sosial, dan Keamanan;
5) Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan
Akuntabilitas;
6) Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan
Keuangan Daerah;
7) Deputi Bidang Akuntan Negara;
8) Deputi Bidang Investigasi;
9) Inspektorat;
10) Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan;
11) Pusat Penelitian dan Pengembangan
Pengawasan;
12) Pusat Informasi Pengawasan;
13) Pusat Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor.
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2014, dalam rangka pelaksanaan
tupoksi, terutama yang berkaitan dengan pengawasan
keuangan, BPKP memiliki Perwakilan di masing-
masing provinsi. Perwakilan BPKP tersebut terdiri
Perwakilan BPKP Tipe A dan Perwakilan BPKP Tipe
B. Adapun Susunan Organisasi Perwakilan BPKP di
masing-masing tipe tersebut,yaitu:
1) Perwakilan BPKP Tipe A:
a) Kepala Perwakilan
b) Bagian Tata Usaha (TU)
- Subbagian Kepegawaian
- Subbagian Keuangan
- Subbagian Umum
c) Kelompok Jabatan Fungsional, terdiri dari:
- Kelompok Jabatan FungsionalAuditor:
• Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah
Pusat
• Bidang Akuntabilitas Pemerintah Daerah
• Bidang Akuntan Negara
• Bidang Investigasi
• Bidang Program dan Pelaporan serta
Pembinaan Aparat Pengawasan Internal
Pemerintah
- Kelompok Jabatan FungsionalLainnya
2) Perwakilan BPKP Tipe B
a) Kepala Perwakilan
b) Bagian Tata Usaha (TU)
c) Kelompok Jabatan Fungsional
- Kelompok Jabatan FungsionalAuditor:
• Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah
Pusat
• Bidang Akuntabilitas Pemerintah Daerah
• Bidang Akuntan Negara
• Bidang Investigasi
• Bidang Program dan Pelaporan serta
Pembinaan Aparat Pengawasan Internal
Pemerintah
- Kelompok Jabatan FungsionalLainnya
3.2 Pelakasnaan Tugas Pokok dan Fungsi BPKP
Tupoksi BPKP dibagi menjadi Tupoksi BPKP
secara Keseluruhan dan Tupoksi BPKP pada masing-
masing unit Eselon I, yaitu sebagaiberikut:
1) Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan
Sesuai dengan Pasal 52, 53 dan 54 Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun
2001 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja
Lembaga Pemerintah Non Departemen, BPKP
mempunyai tugas melaksanakan tugas
Pemerintahan di bidang pengawasan keuangan dan
pembangunan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas, BPKP
menyelenggarakan fungsi :
a) pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional
di bidang pengawasan keuangan dan
pembangunan;
b) perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang pengawasan keuangan dan
pembangunan;
c) koordinasi kegiatan fungsional dalam
pelaksanaan tugas BPKP;
d) pemantauan, pemberian bimbingan dan
pembinaan terhadap kegiatan pengawasan
keuangan dan pembangunan;
e) penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan
administrasi umum di bidang perencanaan
umum, ketatausahaan, organisasi dan
tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan,
hukum, persandian, perlengkapan dan rumah
tangga.
Dalam menyelenggarakan fungsi tersebut, BPKP
mempunyai kewenangan :
a) penyusunan rencana nasional secara makro di
bidangnya;
b) perumusan kebijakan di bidangnya untuk
mendukung pembangunan secara makro;
c) penetapan sisteminformasi di bidangnya;
d) pembinaan dan pengawasan atas
penyelenggaraan otonomi daerah yang meliputi
pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan,
arahan, dan supervisidi bidangnya;
e) penetapan persyaratan akreditasi lembaga
pendidikan dan sertifikasi tenaga
profesional/ahli serta persyaratan jabatan di
bidangnya;
f) kewenangan lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
2) Sekretaris Utama
Sekretariat Utama mempunyai tugas
mengkoordinasikan perencanaan, pembinaan,
pengendalian administrasi, dan sumber daya di
lingkungan BPKP. Dalam melaksanakan tugas,
Sekretariat Utama menyelenggarakan fungsi:
a) koordinasi perumusan kebijakan pengawasan
intern pemerintah dan kebijakan teknis
pengawasan di lingkungan BPKP;
b) koordinasi dan penyusunan program kerja
pengawasan tahunan (PKPT) serta evaluasi
pelaksanaannya di lingkungan BPKP dan
aparat pengawasan intern pemerintah (APIP)
lainnya;
c) pengelolaan kepegawaian, penataan organisasi
dan ketatalaksanaan, serta keuangan;
d) penyusunan peraturan perundang-undangan,
penelaahan hukum, pemberian bantuan hukum,
serta pelaksanaan hubungan masyarakat dan
hubungan antarlembaga.
e) pelaksanaan urusan tata usaha, perlengkapan,
dan rumah tangga; koordinasi dan penyusunan
laporan hasil pengawasan di lingkungan BPKP
dan APIP lainnya;
f) koordinasi penyusunan laporan akuntabilitas
kinerja BPKP dan penyusunan laporan
akuntabilitas kinerja Sekretariat Utama.
3) Inspektorat
Inspektorat mempunyai tugas melaksanakan
pengawasan fungsional terhadap unit kerja yang
berada di lingkungan BPKP.
Dalam melaksanakan tugas, Inspektorat
menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis
pengawasan pada Inspektorat;
b) penyiapan bahan penyusunan prosedur dan
pedoman kegiatan operasional Inspektorat;
c) pelaksanaan pemeriksaan ketaatan, efisiensi,
dan efektivitas tugas dan kegiatan unit kerja di
lingkungan BPKP;
d) pelaksanaan pemeriksaan khusus terhadap
indikasi penyimpangan dan penyalahgunaan
wewenang unit kerja dan pegawai di
lingkungan BPKP;
e) pelaksanaan evaluasi laporan akuntabilitas
kinerja unit kerja di lingkungan BPKP;
f) pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan
Inspektorat;
g) evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan
pemeriksaan Inspektorat;
h) analisis, evaluasi, dan penyusunan laporan hasil
pengawasan Inspektorat.
4) Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Pengawasan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan, yang
selanjutnya disebut Pusdiklatwas mempunyai tugas
melaksanakan penyelenggaraan, pembinaan, dan
koordinasi kegiatan pendidikan dan pelatihan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 219, Pusdiklatwas menyelenggarakan
fungsi:
a) penyusunan program pendidikan dan pelatihan
kedinasan, fungsional, dan teknis;
b) perencanaan, penyusunan, dan pengembangan
materi pendidikan dan pelatihan fungsional dan
teknis;
c) perencanaan kebutuhan dan pembinaan
widyaiswara dan instruktur;
d) penyelenggaraan, pembinaan, dan koordinasi
kegiatan pendidikan dan pelatihan
pembentukan, pengembangan dan
penjenjangan jabatan fungsional auditor, serta
pendidikan dan pelatihan teknis;
e) penetapan persyaratan dan pemberian
akreditasi penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan pembentukan dan penjenjangan
jabatan fungsional auditor;
f) evaluasi pelaksanaan hasil pendidikan dan
pelatihan serta penyusunan laporannya;
g) pengelolaan kepegawaian dan pelaksanaan
urusan tata usaha, keuangan, barang
milik/kekayaan negara dan urusan rumah
tangga.
5) Pusat Penelitian Dan Pengembangan
Pengawasan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengawasan,
yang selanjutnya disebut Puslitbangwas
mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan,
pembinaan, dan koordinasi kegiatan penelitian dan
pengembangan pengawasan.
Dalam melaksanakan tugas, Puslitbangwas
menyelenggarakan fungsi:
a) analisis kebutuhan dan penyusunan program
penelitian dan pengembangan;
b) pelaksanaan penelitian dan pengembangan;
c) pelaksanaan kerja sama penelitian dan
pengembangan;
d) evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan
dan hasil penelitian dan pengembangan;
e) pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan
urusan rumah tangga;
6) Pusat Informasi Pengawasan
Pusat Informasi Pengawasan, yang selanjutnya
disebut Pusinfowas mempunyai tugas
melaksanakan pengelolaan data dan informasi
serta pengembangan sisteminformasi.
Dalam melaksanakan tugas, Pusinfowas
menyelenggarakan fungsi:
a) penyusunan rencana dan program pengelolaan
data dan informasi serta pengembangan sistem
informasi;
b) pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data
dan informasi, serta administrasi basis data;
c) penyiapan kompilasi analisis hasil pengawasan;
d) pengembangan sistem informasi dan
pembinaan terhadap pengguna;
e) pelaksanaan urusan tata usaha.
7) Pusat Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor
Pusat Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor,
yang selanjutnya disebut Pusbin JFA mempunyai
tugas melaksanakan penelaahan dan penyusunan
peraturan, standar, pedoman, program pembinaan,
dan pelaksanaan sertifikasi serta evaluasi
pelaksanaan sertifikasi, angka kredit, dan
efektivitas tim penilai jabatan fungsional auditor
di lingkungan BPKP dan APIP lainnya.
Dalam melaksanakan tugas, Pusbin JFA
menyelenggarakan fungsi:
a) penyusunan rencana dan program pembinaan
jabatan fungsional auditor;
b) penelaahan dan penyusunan peraturan, standar
dan pedoman jabatan fungsionalauditor;
c) penyusunan materi ujian jabatan fungsional
auditor.
d) pengelolaan data pejabat fungsional auditor;
e) pelaksanaan seleksi dan penentuan kelulusan
peserta pendidikan dan pelatihan jabatan
fungsional auditor;
f) evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan
sertifikasi, penilaian angka kredit, dan
efektivitas tim penilai.
8) Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah
Bidang Perekonomian
Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang
Perekonomian mempunyai tugas melaksanakan
perumusan kebijakan di bidang pengawasan
instansipemerintah bidang perekonomian.
Dalam melaksanakan tugas, Deputi Pengawasan
Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian
menyelenggarakan fungsi:
a) perumusan kebijakan teknis pengawasan dan
penyusunan rencana pengawasan di bidang
perekonomian;
b) penyusunan pedoman teknis pemeriksaan dan
pemberian bimbingan teknis pengawasan di
bidang perekonomian terhadap kegiatan
pengawasan BPKP dan APIP lainnya;
c) pengawasan terhadap anggaran pendapatan dan
belanja negara, pinjaman dan bantuan luar
negeri, pengurusan barang milik/kekayaan
negara, serta penyelenggaraan tugas
pemerintahan yang bersifat strategis dan/atau
lintas departemen/lembaga/wilayah di bidang
perekonomian;
d) pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan di
bidang perekonomian;
e) evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan
pengawasan di bidang perekonomian;
f) analisis, evaluasi, dan penyusunan laporan hasil
pengawasan bidang perekonomian di
lingkungan BPKP dan APIP lainnya.
Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang
Perekonomian terdiri dari:
a) Direktorat Pengawasan Fiskal dan Investasi;
b) Direktorat Pengawasan Produksi dan Sumber
Daya Alam;
c) Direktorat Pengawasan Industri dan Distribusi;
d) Direktorat Pengawasan Pinjaman dan Bantuan
Luar Negeri;
9) Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah
Bidang Politik, Sosial dan Keamanan
Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang
Politik, Sosial, dan Keamanan mempunyai tugas
melaksanakan perumusan kebijakan di bidang
pengawasan instansi pemerintah bidang politik,
sosial, dan keamanan.
Dalam melaksanakan tugas, Deputi Pengawasan
Instansi Pemerintah Bidang Politik, Sosial, dan
Keamanan menyelenggarakan fungsi:
a) perumusan kebijakan teknis pengawasan dan
penyusunan rencana pengawasan di bidang
politik, sosial, dan keamanan;
b) penyusunan pedoman teknis pemeriksaan dan
pemberian bimbingan teknis pengawasan di
bidang politik, sosial, dan keamanan terhadap
kegiatan pengawasan BPKP dan APIP lainnya;
c) pengawasan terhadap anggaran pendapatan
dan belanja negara, pengurusan barang
milik/kekayaan negara, serta penyelenggaraan
tugas pemerintahan yang bersifat strategis
dan/atau lintas departemen/lembaga/wilayah di
bidang politik, sosial, dan keamanan;
d) pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan di
bidang politik, sosial, dan keamanan;
e) evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan
pengawasan di bidang politik, sosial, dan
keamanan;
f) analisis, evaluasi, dan penyusunan laporan hasil
pengawasan di bidang politik, sosial, dan
keamanan di lingkungan BPKP dan APIP
lainnya.
Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang
Politik, Sosial, dan Keamanan terdiri dari:
a) Direktorat Pengawasan Lembaga Pemerintah
Bidang Pertahanan dan Keamanan;
b) Direktorat Pengawasan Lembaga Pemerintah
Bidang Penegakan Hukum dan Kesekretariatan
Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara;
c) Direktorat Pengawasan Lembaga Pemerintah
Bidang Kesejahteraan Rakyat;
d) Direktorat Pengawasan Lembaga Pemerintah
Bidang Politik, Sosial, dan Keamanan Lainnya.
Tugas pokok dan fungsi Deputi PIP Bidang
Perekonomian dan Deputi PIP Bidang Politik,
Sosial, dan Keamanan di perwakilan BPKP
dilaksanakan oleh Bidang Instansi Pemerintah
Pusat.
Mitra dari pelaksanaan tupoksi tersebut adalah
instansivertikal yang ada di provinsi/daerah.
10)Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan
Keuangan Daerah
Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan
Keuangan Daerah mempunyai tugas melaksanakan
perumusan kebijakan di bidang pengawasan
penyelenggaraan bidang keuangan daerah.
Dalam melaksanakan tugas, Deputi Pengawasan
Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah
menyelenggarakan fungsi:
a) perumusan kebijakan teknis pengawasan dan
penyusunan rencana pengawasan di bidang
penyelenggaraan keuangan daerah;
b) penyusunan pedoman teknis pemeriksaan dan
pemberian bimbingan teknis pengawasan di
bidang penyelenggaraan keuangan daerah
terhadap kegiatan pengawasan BPKP dan APIP
lainnya;
c) pengawasan terhadap anggaran pendapatan
dan belanja daerah, pengurusan barang
milik/kekayaan pemerintah daerah, serta
penyelenggaraan tugas pemerintahan yang
bersifat strategis dan/atau lintas wilayah di
bidang penyelenggaraan keuangan daerah atas
permintaan daerah;
d) pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan di
bidang penyelenggaraan keuangan daerah;
e) evaluasi dan penyusunan laporan hasil
pengawasan di bidang penyelenggaraan
keuangan daerah;
f) analisis, evaluasi, dan penyusunan laporan hasil
pengawasan bidang penyelenggaraan keuangan
daerah di lingkungan BPKP dan APIP lainnya.
Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan
Keuangan Daerah terdiri dari:
a) Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan
Keuangan Daerah Wilayah I;
b) Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan
Keuangan Daerah Wilayah II;
c) Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan
Keuangan Daerah Wilayah III.
Tugas pokok dan fungsi Deputi Pengawasan
Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah di
perwakilan BPKP dilaksanakan oleh Bidang
Akuntabilitas Pemerintah Daerah.
Mitra dari pelaksanaan tupoksi tersebut adalah
pemerintah daerah yaitu provinsi serta kabupaten
kota di seluruh Indonesia.
11)Deputi Bidang Akuntan Negara
Deputi Bidang Akuntan Negara mempunyai tugas
melaksanakan perumusan kebijakan di bidang
akuntan negara.
Dalam melaksanakan tugas, Deputi Bidang
Akuntan Negara menyelenggarakan fungsi:
a) perumusan kebijakan teknis pengawasan dan
penyusunan rencana pengawasan badan usaha
milik negara, Pertamina, cabang usaha
Pertamina dan kontraktor bagi hasil, kontrak
kerja sama, badan-badan lain yang di dalamnya
terdapat kepentingan pemerintah, dan badan
usaha milik daerah;
b) penyusunan pedoman teknis pemeriksaan dan
pemberian bimbingan teknis pengawasan
badan usaha milik negara, Pertamina, cabang
usaha Pertamina dan kontraktor bagi hasil,
kontrak kerja sama, badan-badan lain yang di
dalamnya terdapat kepentingan pemerintah,
dan badan usaha milik daerah;
c) pengawasan terhadap badan usaha milik
negara, Pertamina, cabang usaha Pertamina,
kontraktor bagi hasil, dan kontrak kerja sama,
badan-badan lain yang di dalamnya terdapat
kepentingan pemerintah, dan badan usaha milik
daerah atas permintaan daerah sesuai dengan
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
d) evaluasi terhadap pelaksanaan good corporate
governance dan laporan akuntabilitas kinerja
pada badan usaha milik negara, Pertamina,
cabang usaha Pertamina, kontraktor bagi hasil,
kontrak kerja sama, badan-badan lain yang di
dalamnya terdapat kepentingan pemerintah,
dan badan usaha milik daerah, sesuai dengan
ketentuan perundangan yang berlaku;
e) pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan
pada badan usaha milik negara, Pertamina,
cabang usaha Pertamina dan kontraktor bagi
hasil, kontrak kerja sama, badan-badan lain
yang di dalamnya terdapat kepentingan
pemerintah, dan badan usaha milik daerah atas
permintaan daerah;
f) evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan
pengawasan badan usaha milik negara,
Pertamina, cabang usaha Pertamina dan
kontraktor bagi hasil, kontrak kerja sama,
badan-badan lain yang di dalamnya terdapat
kepentingan pemerintah, dan badan usaha milik
daerah; analisis, evaluasi, dan penyusunan
laporan hasil pengawasan badan usaha milik
negara, Pertamina, cabang usaha Pertamina
dan kontraktor bagi hasil, kontrak kerja sama,
badan-badan lain yang di dalamnya terdapat
kepentingan pemerintah, dan badan usaha milik
daerah.
Deputi Bidang Akuntan Negara terdiri dari:
a) Direktorat Pengawasan Badan Usaha
Agrobisnis,Jasa Konstruksi, dan Perdagangan;
b) Direktorat Pengawasan Badan Usaha Jasa
Perhubungan, Pariwisata, Kawasan Industri,
dan Jasa Lainnya;
c) Direktorat Pengawasan Badan Usaha Jasa
Keuangan dan Manufaktur;
d) Direktorat Pengawasan Badan Usaha
Perminyakan dan Gas Bumi;
e) Direktorat Pengawasan Badan Usaha Milik
Daerah.
Tugas pokok dan fungsi Deputi Bidang Akuntan
Negara di perwakilan BPKP dilaksanakan oleh
Bidang Akuntan Negara.
Mitra dari pelaksanaan tupoksi tersebut adalah
Badan Layanan Umum dan Badan Usaha Milik
Daerah di Provinsi/Kabupaten/Kota di Indonesia.
12)Deputi Bidang Investigasi
Deputi Bidang Investigasi mempunyai tugas
melaksanakan perumusan kebijakan di bidang
investigasi.
Dalam melaksanakan, Deputi Bidang Investigasi
menyelenggarakan fungsi:
a) perumusan kebijakan teknis investigasi dan
penyusunan rencana investigasi;
b) penyusunan pedoman teknis dan pemberian
bimbingan teknis investigasi;
c) koordinasi dan pelaksanaan investigasi
terhadap kasus penyimpangan yang berindikasi
merugikan negara dan terhadap hambatan
kelancaran pembangunan pada instansi
pemerintah pusat dan daerah, badan usaha
milik negara, badan-badan lain yang di
dalamnya terdapat kepentingan pemerintah,
dan badan usaha milik daerah;
d) pemberian bantuan investigasi terhadap kasus
penyimpangan yang berindikasi merugikan
negara dan terhadap hambatan kelancaran
pembangunan pada instansi pemerintah pusat
dan daerah, badan usaha milik negara, badan-
badan lain yang di dalamnya terdapat
kepentingan pemerintah, dan badan usaha milik
daerah atas permintaan pihak yang berwenang,
instansi atau badan usaha yang bersangkutan,
instansi penyidik dan/atau instansi/lembaga
yang berwenang lainnya;
e) pemantauan tindak lanjut hasil investigasi;
f) evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan
investigasi;
g) analisis, evaluasi, dan penyusunan laporan hasil
investigasi.
Deputi Bidang Investigasiterdiri dari:
a) Direktorat InvestigasiInstansiPemerintah;
b) Direktorat Investigasi Badan Usaha Milik
Negara dan Badan Usaha Milik Daerah;
c) Direktorat Investigasi Hambatan Kelancaran
Pembangunan.
Tugas pokok dan fungsi Deputi Investigasi di
perwakilan BPKP dilaksanakan oleh Bidang
Investigasi.
Mitra dari pelaksanaan tupoksi tersebut adalah
Aparat Penegak Hukum.
3.4. Informasi Produk dan Layanan BPKP
Warga negara dan/atau badan hukum Indonesia
berhak mengajukan permintaan Informasi Publik
kepada Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik. BPKP menyediakan
layanan Permintaan Informasi Publik BPKP sebagai
perwujudan pelaksanaan UU tentang Keterbukaan
Informasi Publik, baik melalui Meja Layanan
Informasi di unit kerja BPKP maupun melalui website
BPKP.
BPKP berperan penting dalam pengembangan
SDM Pemerintah Daerah dan Kementrian/Lembaga
dalam kegiatan pembinaan kapabilitas APIP (Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah). Adapun layanan yang
dilakukan kepada mitra kerja ialah sebagaiberikut :
1) BIDANG APD
a) ASISTENSI
(1) SPIP :
(a) Asst Direct Assessment
(b) Asst Monitoring Perbaikan SPIP
(c) Sosialisasi SPIP
(d) Asst Perkada SPIP
(e) Bimtek Penerapan SPIP
(f) Jukfas Penyelenggaraan SPIP
(g) Manajemen Risiko
(h) Asst SPIP Lainnya
(2) SAKIP
(a) Asst.SAKIP - IKK/IKU
(b) Asst Indikator Kinerja
(c) Asst StandarPelayanan Minimal
(d) Asst Rencana Kerja Tahunan
(e) Asst Penetapan Kinerja /TAPKIN
(f) Asst LAKIP
(g) Asst LPPD
(h) Asst RPJMD/RENSTRA
(i) Asst RKPD/RENJA
(j) Asst Revisi RPJMD
(k) Asst Evaluasi LAKIP
(l) Asst Evaluasi LPPD
(m) Asst SAKIP Lainnya
(3) APBD
(a) Asst.StandarBiaya / ASB
(b) Asst.KUA & PPAS
(c) Asst.Rencana Kerja & Anggaran
(d) Rencana Bisnis Anggaran (RBA)
(e) Asst Anggaran Berbasis Kinerja
(f) Asst.APBD
(g) Asst.APBD Lainnya
(4) SAKD
(a) BMD-Inventarisasi
(b) Asst.SAKD BMD-Penatausahaan
(c) Asst.SAKD BMD-Lainnya
(d) Asst.SAKD LKPD
(e) Asst.SAKD LKPJ
(f) Asst.Reviu LKPD
(g) Asst.SAKD Kebijakan Akuntansi
(h) Asst.SAKD TUKD
(i) Asst.SAKD Lainnya
(5) SIMDA
(a) SIMDA Keuangan
(b) SIMDA BMD
(c) SIMDA Gaji
(d) SIMDA Pendapatan
(e) SIMDA SAKIP
(6) LAINNYA
(a) Asst.Pengadaan Barang & Jasa
(b) Asst.Reviu PBJ
(c) Asst.Optimalisasi PAD (OPAD)
(d) Asst.Action Plan
(e) Asst.Peraturan Lain
(f) Asst.LKPJ
(g) Asst.LPPD
(h) Asst.Lain-Lain
b) AUDIT
(1) Audit Keuangan
(2) Audit Kinerja
(a) Audit Kinerja Pelayanan Publik
(b) Audit Kinerja Pelayanan Pemda
(c) Audit Operasional
(d) Audit Kinerja DAK
(e) Audit Kinerja Lainnya
(3) Audit Tujuan Tertentu
c) EVALUASI
(1) Evaluasi SPIP
(2) Evaluasi SAKIP
(3) Evaluasi LPPD
(4) Analisis dan Evaluasi
(5) Evaluasi Penetapan APBD
(6) Evaluasi Penyerapan APBD
(7) Evaluasi Tata Kelola
(8) Evaluasi Lain-Lain
d) LAIN-LAIN
(1) Analisis Laporan Keuangan
(2) Kajian
(3) Profil Pemda
(4) Pengumpulan Data Pemda
(5) Lain-lain
2) BIDANG AKUNTAN NEGARA
A. Asistensi Penyusunan Laporan Keuangan
BUMD
B. AsistensiLaporan Keuangan BLUD
C. Pendampingan GCG
3) BIDANG INVESTIGASI
A. Pemberian Keterangan Ahli
B. Audit Perhitungan Kerugian Keuangan Negara
C. Audit Investigasi
D. Eskalasi Harga
E. Hambatan Kelancaran Pembangunan
4) BIDANG IPP
A. Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan
Kementerian
B. Audit Kinerja (Ketaatan)
C. Audit Keuangan
3.5. Hambatan dalam Pelaksanaan Tupoksi BPKP
Peranan BPKP dalam pengawasan keuangan dan
pembangunan di Indonesia yang begitu besar telah
menimbulkan banyak masalah dalam pengawasan itu
sendiri. Masalah-masalah dalam pengawasan
keuangan dan pembangunan ini berakibat pada
timbulnya berbagai macam hambatan yang nantinya
jika tidak ditangani akan berubah menjadi “penyakit”
bagi pemerintah dalam mengelola negara. Hambatan
yang terjadi di BPKP dapat digolongkan menjadi dua
yaitu hambatan internal dan hambatan eksternal. Ada
lima hambatan internal yang dialami oleh BPKP yaitu
Man, Money, Machine, Mindset dan Mutasi.
Sedangkan hambatan eksternal yang dialami BPKP
adalah masalah kewenangan. Keenam hambatan yang
terjadi dalam pengawasan keuangan dan
pembangunan di BPKP tersebut, dapat dijelaskan
sebagaiberikut:
1) Man (Sumber Daya Manusia)
SDM merupakan faktor utama dalam pengawasan.
Jika tidak ada SDM, yang terjadi adalah tidak akan
ada proses pengawasan. Masalah yang muncul dari
SDM ini terjadi biasanya karena minimnya kualitas
dan kuantitas SDM terhadap pengawasan itu sendiri
yang dapat dijelaskan sebagaiberikut:
a) Kualitas
Hambatan SDM berikutnya adalah SDM yang
melakukan pengawasan belum seluruhnya memiliki
kualifikasi yang memadai dalam memahami definisi
pengawasan itu sendiri. Kemampuan SDM di
Perwakilan BPKP untuk menguasai materi/teknis dan
peraturan tidak merata disebabkan oleh kurangnya
pengarahan dan aturan dari BPKP Pusat.
Strata pendidikan juga menjadi kendala yang
harus dialami oleh BPKP selama ini. Dalam
melakukan pengawasan, SDM yang dimiliki BPKP
berdasarkan strata pendidikan yang didapatkan dari
situs http://www.bpkp.go.id/ sebagaiberikut
SDM yang sebagian besar memiliki latar
belakang di bidang akuntansi (75%) membuat
pengawasan pada sektor lain kurang dikuasai oleh
auditor BPKP. Kebutuhan pada tenaga-tenaga
akuntansi untuk mengaudit laporan keuangan di
daerah masih dibutuhkan dan yang berikutnya adalah
tenaga dari latar belakang hukum serta SDM yang
berlatar belakang lainnya seperti Teknik Sipil dan
Teknik Informatika. Selain itu, masih kurangnya
tenaga pemasaran yang andal untuk memasarkan
produk-produk jasa BPKP. Hal ini membuat
pengawasan yang dilakukan oleh pengawas dari
instansi pemerintah hanya berkutat pada masalah
laporan akuntansi dari kegiatan-kegiatan atau proyek
yang dilakukan oleh instansi tersebut yang dikenal
dengan pemeriksaan.
b) Kuantitas
Guna menunjang pelaksanaan tugas pokok dan
fungsinya, BPKP memiliki tenaga SDM yang handal.
Posisi pegawai per Triwulan I tahun 2014 berjumlah
6.472 orang. Pegawai BPKP yang berjumlah 6.472
orang itu tersebar pada unit-unit kantor pusat dan
kantor-kantor perwakilan di 33 provinsi di Indonesia.
Berdasarkan Jabatan, para pegawai BPKP
tersebut sebagaiberikut:
Sebesar 53,23% auditor yang ada di BPKP atau
sekitar 3.400 orang tentu tidak sebanding dengan
banyaknya instansi di seluruh Indonesia. Sebagai
gambaran, di Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi
Selatan, jumlah jabatan fungsional auditor sebesar 136
orang tentu sulit untuk meng-cover 24 Pemerintah
Kabupaten/Kota dan 1 Pemerintah Provinsi. Di luar
pemerintah daerah, juga terdapat 5 BUMN yang
berkantor pusat di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan
dan 29 BUMD serta 30 Rumah Sakit Umum Daerah.
Hal yang lain yang juga mempengaruhi SDM
dalam pengawasan keuangan dan pembangunan di
BPKP adalah kegiatan ataupun proyek, lebih banyak
jumlahnya jika dibandingkan dengan jumlah SDM
yang ada untuk melakukan pengawasan. Ini yang
menyebabkan BPKP tidak bisa melakukan
pengawasan dalam waktu yang bersamaan dan secara
keseluruhan. BPKP harus melakukan pengawasan di
kabupaten seluruh Indonesia, sedangkan SDM tidak
mencukupi jumlahnya sebanyak itu dalam waktu
bersamaan. Di beberapa lembaga atau instansi, aparat
pengawas juga belum bisa menjangkau seluruh
kegiatan atau proyek-proyek yang begitu banyak dan
besar sehingga menyebabkan pengawasan yang
dilakukan oleh lembaga pengawasan hanya berfokus
di akhir periode saja. Penyebabnya adalah SDM dalam
melaksanakan kegiatan pengawasan keuangan dan
pembangunan masih mengalami kekurangan.
Pengawasan jumlah SDM yang tidak sebanding
dengan jumlah proyek atau kegiatan menjadi
persoalan. Hal ini menjadi masalah jika ditarik benang
merah dalam pengawasan di Indonesia, dimana
pengawasan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
pengawas hanya sebatas pada pemeriksaan laporan
keuangan saja bukan pada aktivitas pengawasan yang
berjalan secara continue.
2) Money (Anggaran)
Anggaran menjadi faktor penentu dalam kegiatan
atau aktivitas pengawasan. Walaupun bukan semata-
mata faktor utama yang menjadi ukuran keberhasilan
kegiatan pengawasan, tetapi faktor ini menjadi penting
manakala lembaga-lembaga pengawas ingin
melakukan kegiatannya serta menyukseskan kegiatan
pengawasan. Hal ini disebabkan anggaran merupakan
modal untuk membiayai seluruh kegiatan pengawasan,
mulai dari biaya yang dikeluarkan untuk melakukan
pengawasan, salary atas aparat-aparat yang melakukan
pengawasan, pengadaan barang dan jasa di bidang
pengawasan, hingga peningkatan kinerja bagi aparat-
aparat pengawas itu sendiri. Memandang BPKP
sebagai lembaga pengawas intern pemerintah yang
memiliki tugas dan fungsi besar, secara otomatis
anggaran yang dibutuhkannya pun besar. Keterbatasan
yang dimiliki oleh pemerintah khususnya pemerintah
pusat adalah anggaran yang dimilikinya tidak hanya
diperuntukkan bagi satu lembaga, melainkan seluruh
lembaga di Indonesia. Pemerintah pusat memiliki
kewajiban untuk mendanainya. Oleh sebab itu,
muncul hambatan atas anggaran tersebut dengan
posisi BPKP yang saat ini membutuhkan anggaran
yang besar, tetapi tidak didukung dengan dana yang
besarjuga yang disediakan oleh pemerintah pusat.
Kendala anggaran menjadi penentu untuk
disediakannya sarana dan prasarana pendukung
kegiatan pengawasan, sehingga kadangkala kebutuhan
tersebut tidak terpenuhi diakibatkan anggaran yang
ada tidak mencukupi. Dari beberapa penjelasan
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa anggaran
juga merupakan kendala yang cukup signifikan dalam
penyelenggaraan pengawasan keuangan dan
pembangunan. Anggaran bisa menjadi hambatan
manakala tidak ada prinsip money follow function.
Anggaran BPKP menurut pagu APBN 2013
sebesar Rp1,15 triliun menjadi sebesar Rp1,12 triliun
dalam RAPBN-P 2013 setelah Komisi XI menyetujui
pemotongan anggaran sebesar Rp 24,85 miliar.
Sedangkan, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
memiliki pagu awal sebesarRp2,9 triliun.
3) Machine (Sarana dan Prasarana)
Hambatan lain yang menjadi masalah dalam
pengawasan adalah sarana dan prasarana untuk
mendukung pengawasan sangat minim, dimana sarana
dan prasarana ini dibutuhkan sebagai upaya
mendukung pengawasan yang dilakukan oleh BPKP
ataupun lembaga pengawas lainnya. Pengawasan
ataupun kegiatan audit yang dilakukan oleh BPKP
mengalami kekurangan dalam alat pendukung seperti
Personal Computer (PC), notebook, internet, alat tulis
kantor (ATK), dan lain-lain. Kendala kekurangan ini
harus segera dipenuhi seiring dengan makin
berkembangnya pengawasan yang dilakukan oleh
BPKP. Di samping itu, BPKP mengakui bahwa
penyediaan kendaraan bermotor roda empat dan
kendaraan bermotor roda dua tidak dapat terpenuhi
karena adanya kebijakan pengadaan kendaraan
operasional secara selektif.
4) Mindset (Pola Pikir)
Perubahan metode kerja dalam pemerintahan juga
menjadi salah satu penghambat dalam pengawasan
keuangan dan pembangunan. Hal ini juga menjadi
salah satu penyebab dimana aparat-aparat yang sudah
terbiasa dengan tempat nyaman dalam pemerintahan
tidak ingin pindah. Padahal dengan tuntutan pekerjaan
yang lebih maju sangat mempengaruhi kinerja
pemerintahan. Metode kerja yang sekarang diterapkan
oleh BPKP adalah metode kerja yang menuntut SDM
tidak hanya memiliki keahlian di dalam satu bagian
saja, melainkan dibutuhkan integritas dari SDM untuk
memahami tuntutan zaman. SDM yang telah terbiasa
dengan metode kerja yang lama menjadi kendala
dalam lembaga BPKP karena ketika perubahan
metode kerja diperlukan untuk perbaikan kinerja, main
setting SDM sulit untuk diubah. Bahkan, tidak jarang
kinerja BPKP menjadi menurun akibat proses
perubahan tersebut. SDM yang masih belum
menerima perubahan kerja kadang kala terjadi
penolakan terhadap apa yang dikerjakannya sehingga
dapat menyebabkan performance yang dimilikinya
menurun seiring menurunnya kepuasan kerja. Hal ini
menyebabkan kinerja pada bagian tersebut juga
mengalami kemunduran jika SDM tersebut
berpengaruh secara signifikan. Bahkan bisa jadi pada
skala BPKP itu sendiri akan menyebabkan kinerjanya
menurun.
Perubahan formasi yang terjadi di Indonesia sejak
1998 berdampak pula pada pergeseran wewenang,
tugas dan fungsi BPKP. BPKP tidak bisa lagi
mengawasi secara penuh instansi-instansi pemerintah
pusat maupun daerah dan juga BUMN/D. Hal ini
menjadikan SDM yang belum bisa memahami
dampak perubahan itu, tidak dapat berbuat banyak
dalam melaksanakan pengawasan karena
berkurangnya kekuatan yang dimiliki BPKP.
Perubahan BPKP ke arah quality assurance dan
consulting memberikan dampak bahwa ada pegawai
BPKP yang tidak menghendaki terjadinya perubahan
karena sudah terbiasa dengan budaya yang ada. Sulit
untuk mengubah paradigma auditor dari audit oriented
menjadi non auditPerubahan itu memberikan da mpak
pada pegawai tersebut seperti terjadinya penolakan
dan kinerjanya cenderung menjadi tidak baik.
Hambatan BPKP dalam berperan sebagai konsultan
manajemen adalah belum siapnya SDM melaksanakan
peran tersebut karena lebih condong kepada peran
audit.
5) Mutasi
Adanya rotasi pegawai dalam struktur
pemerintahan, menjadikan penyebab timbulnya
permasalahan pula dalam pengawasan keuangan dan
pembangunan. Hal ini dikarenakan, rotasi pegawai
berdampak pada ahli-ahli yang sengaja dipersiapkan
dalam kegiatan pengawasan keuangan dan
pembangunan harus dipindah ke tempat baru dalam
struktur pemerintah, sedangkan posisi yang lama
digantikan oleh orang lain yang bisa jadi belum
mengetahui seluk beluk pengawasan keuangan dan
pembangunan yang dilakukan oleh lembaga tersebut.
Sistem pengaturan struktur yang selalu berpindah-
pindah sering kali menjadi salah satu penyebab
pengawasan tidak berjalan. Kondisi ini memberikan
dampak bahwa tidak ada aparat tetap dalam
jabatannya. Permasalahan ini menyebabkan ahli-ahli
yang sudah dipersiapkan dalam pengawasan keuangan
dan pembangunan harus beradaptasi dengan
lingkungan dan pekerjaannya yang terus berganti.
Permasalahan di sini adalah pola mutasi di BPKP
yang belum jelas. Ada pegawai yang tidak pernah
dimutasi dan ada pegawai yang sering dimutasi.
Pemerataan jumlah pegawai memang perlu, tetapi
harus diperhatikan pola dan aturan yang jelas.
6) Kewenangan
Perubahan yang terjadi di Indonesia telah
menggiring BPKP ke dalam pembatasan kewenangan.
BPKP menyerahkan sebagian kewenangannya kepada
BPK sebagai lembaga pengawas eksternal pemerintah
dan inspektorat sebagai lembaga pengawas internal
pemerintah. Kegamangan dalam pengawasan
menimbulkan wacana adanya pembubaran BPKP
karena keberadaannya menjadi persoalan di mata
lembaga pengawas. Walaupun tidak menutup mata
bahwa ada pula yang masih membutuhkan BPKP
dalam pengawasan karena fungsinya sebagai pembina
pengawasan masih dibutuhkan untuk membantu
pengelolaan organisasi. Kewenangan yang berubah ini,
membuat BPKP hanya memiliki kewenangan
berdasarkan by order saja. Pengawasan-pengawasan
yang dilakukannya mengkhususkan pada langkah-
langkah yang dapat diperbaiki sendiri oleh BPKP.
Sebagai contoh kasus, penanganan Batubara di
Kalimantan, BPKP tidak serta-merta melakukan
pengawasan ataupun pemeriksaan. Jika diberikan
wewenang oleh pemerintah, BPKP baru akan
melakukan pemeriksaan. Hal seperti inilah yang
membuat pengawasan yang dilakukan oleh BPKP
tidak memiliki daya terhadap penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi. Monitoring terhadap
pelaksanaan proyek ataupun pelaporan keuangan
justru telah ditutupi dengan keberadaaan BPK ataupun
inspektorat itu sendiri. Hal ini menjadi penjelasan
terhadap posisi BPKP saat ini, dimana BPKP
menjalankan fungsi hanya sebatas permintaan saja.
Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh BPKP untuk mengontrol kegiatan yang
dilakukan oleh instansi-instansi terkait yang
berhubungan langsung dengannya. Proses yang
dilakukan BPKP dalam pengawasan ini memiliki
berbagai macam kegiatan dimulai dengan sosialisasi,
konsultasi, bimbingan teknis, pengembangan/
penyusunan sistem, kajian, inventarisasi Barang Milik
Negara, assessment good governance, pelayanan
publik, audit keuangan, kinerja, operasional, dan
tujuan tertentu serta audit investigasi, perhitungan
kerugian negara, dan memberikan keterangan ahli.
BPKP sebagai reviewer atas laporan keuangan
pemerintah memiliki kewenangan me-review atas
laporan tersebut hanya berdasarkan permintaan.
Namun, hal ini kadangkala terjadi tata hubungan antar
lembaga tersebut tidak terjalin dengan baik. Seperti,
proses pengawasan yang dilakukan oleh BPKP tidak
mendapatkan antusiasme dari beberapa pihak karena
pengawasannya saat ini sudah digantikan posisinya
oleh BPK, Itjen, dan Itda. Posisi dalam pengawasan
yang sudah digantikan tersebut, telah membuat
kewenangan yang dimiliki oleh BPKP termarjinalkan
dan dipandang sebelah mata atas pengawasan
keuangan dan pembangunan karena tidak pernah
melakukan pengawasan atas kegiatan ataupun proyek.
Masing-masing lembaga pengawas ingin melakukan
pengawasan dengan cara masing-masing, namun
kondisinya tidak dibarengi dengan kemampuan SDM
yang dimiliki mereka.
Hambatan yang terjadi selama ini telah
menimbulkan celah masalah dalam pengawasan di
Indonesia. Eksistensi BPKP dalam pengawasan mulai
dipertanyakan, untuk menjamin celah-celah kebocoran
dana dapat diawasi terus dan tidak ada lagi kebocoran
anggaran. Jangan sampai hal-hal yang berdampak
pada opini disclaimer yang dikeluarkan oleh BPK
terus saja ada. Berdasarkan data disclaimer opinion
yang dikeluarkan oleh BPK, sebesar 40% opini
disclaimer atas pelaporan keuangan pemerintah pusat
maupun daerah. Jika kondisi ini terus terjadi bukan
tidak mungkin BPKP menjadi kambing hitam akibat
lemahnya pengontrolan dana-dana dari pemerintah
pusat. Ini menandakan bahwa selama ini adanya
ketidakseriusan dalam pengawasan. Bahkan bukan
tidak mungkin definisi pengawasan yang selama ini
dilakukan bukan suatu proses yang inherent dalam
pengawasan melainkan proses pemeriksaan setiap
akhir anggaran. Kondisi yang seperti ini menjadi
pertanyaan dalam pengawasan pemerintahan, dimana
eksistensi BPKP dalam sistem pengawasan keuangan
dan pembangunan di Indonesia.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, penulis
berkesimpulan bahwa dari masing-masing unit di
BPKP, baik itu di pusat maupun di perwakilan, tidak
menutup kemungkinan untuk terjadinya hambatan dan
dalam pelaksanaan tupoksi, bahkan bisa
dimungkinkan untuk terjadinya indikasi
penyimpangan, meskiupun berbagai sistem dan
peraturan telah dirancang sedemikian rupa.
Oleh karena itu, perlu ada perbaikan yang
berkelanjutan dari BPKP, sehingga hambatan,
terutama yang berindikasi pada penyimpangan
tersebut dapat diselesaikan
Dalam rangka memberikan perbaikan terkait
dengan hambatan BPKP, penulis memberikan saran-
saran sebagai berikut:
1) Peningkatan Kesejahteraan
Solusi ini memang membutuhkan dana yang
besar, tapi langkah ini perlu untuk dilakukan. Dengan
biaya hidup yang semakin mahal, meliputi biaya hidup
sehari-hari, biaya sekolah dan kuliah anak, segala
cicilan aktiva tetap yang menjadi kebutuhan primer,
penghasilan yang diterima oleh pegawai BPKP sangat
sulit untuk memenuhi kebutuhan untuk hidup secara
wajar. Padahal, BPKP memiliki kewenangan yang
cukup besar, diantara rekanan auditor yang dipercaya
World Bank, ADB dan sejumlah lembaga keuangan
internasional lainnya untuk melakukan audit keuangan
dan operasional program-program pemerintah yang
dananya berasal dari lembaga-lembaga keuangan ini.
Belumtermasuk juga kerja sama intensif antara BPKP
dengan lembaga penegak hukum seperti Kepolisian,
Kejaksaan, dan KPK dalam bentuk penggunaan tenaga
auditor BPKP untuk melakukan audit investigasi,
audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan
negara, dan pemberian keterangan ahli di pengadilan.
2) Perbaikan Alokasi Anggaran
Para pengambil kebijakan harus logis saat akan
menetapkan target kinerja suatu instansi. Suatu
program kerja membutuhkan pendanaan dan para
pengambil kebijakan ini harus memahami bahwa
apabila anggaran yang disediakan tidak memadai
maka target kinerja harus dipangkas, sekalipun itu
berarti kinerja menurun dibanding tahun lalu atau bisa
juga dengan melakukan pergeseran anggaran untuk
infrastruktur. Apabila target kinerja terus dipaksakan
melampaui pendanaan, maka praktek-praktek
pendanaan yang tidak etis akan terus terjadi dalam
suatu organisasi.
3) Perbaikan Mekanisme Whistle Blower
Seringkali pegawai dalam lingkungan suatu
organisasi bersedia dan bahkan berkeinginan untuk
menyampaikan praktek-praktek yang tidak patut yang
berlangsung dalam suatu organisasi. Pegawai ini
masih memiliki kesadaran bahwa praktek tidak patut
ini akan menggerogoti nilai-nilai yang dianut dalam
organisasi. Namun, sayangnya belum ada mekanisme
internal yang mengatur apabila pegawai ini ingin
menyampaikan kritik atau saran atas apa yang terjadi
dalam organisasi. Seringkali ketika pegawai yang
bersangkutan menyampaikan kritik atau saran melalui
forum kantor atau milis, malah menjadi pesakitan dan
musuh bersama sejumlah pejabat di lingkungan
kantornya.
Penulis mengharapkan Kepala BPKP atau
Sekretaris Utama BPKP untuk mendorong para
pegawai yang memiliki kritik atau saran mengirimkan
opininya melalui email tertentu yang akan direspon
sendiri oleh salah satu dari kedua pejabat tersebut.
Tujuannya sederhana, yaitu agar para pejabat yang
berkepentingan di kantor pusat bisa memahami apa
saja asalah yang ada dalam lingkungan kantor secara
keseluruhan dan mengetahui wajah organisasi yang
sebenarnya.
4) Peningkatan Kompetensi Pegawai
Seringkali dalam suatu penugasan, pegawai
BPKP dihadapkan pada berbagai masalah, sehingga
diperlukan professional judgment (keputusan
profesional) untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Namun, professional judgment tersebut kurang
didukung oleh kompetensi yang memadai, sehingga
perlu adanya peningkatan kompetensi untuk
menunjang ketepatan professional judgment tersebut.
Salah satu cara yang dilakukan oleh BPKP untuk
meningkatkan kompetensi pegawai BPKP yaitu
dengan melalui pendidikan dan pelatihan (diklat) yang
berkelanjutan dan pembinaan pegawai di lingkungan
internal kantor BPKP, melalui Pelatihan Kantor
Sendiri (PKS) yang saat ini juga sering disebut
Program Pelatihan Mandiri (PPM), terutama yang
berkaitan dengan suatu penugasan.
5) Perbaikan Pola Mutasi
Pada beberapa kantor perwakilan BPKP, seringkali
ditemui adanya ketimpangan dalam hal proporsi
jumlah pegawai. Sehingga, perlu adanya perbaikan
dalam hal pola mutasi. Misalnya, setiap pegawai yang
memperoleh kenaikan pangkat atau kenaikan jenjang
atau dalam 8(delapan) tahun sekali, perlu dimutasi.
Perbaikan pola mutasi ini penting, mengingat salah
satu sikap yang perlu dijunjung oleh pegawai BPKP,
khususnya auditor BPKP, adalah independensi dan
integritas. Sehingga, perbaikan pola mutasi tersebut,
mampu menjaga independensi dan integritas pegawai
BPKP, khususnya auditor BPKP dalam setiap
pelaksanaan penugasan.
6) Penguatan Landasan Hukum
Setiap pihak yang menderita kerugian akibat
pelanggaran atau tindakan melawan hukum oleh
pegawai BPKP (dalam pelaksanaan penugasan), dapat
mengajukan gugatan atau tuntutan hukum. Salah satu
bentuk gugatan atau tuntutan hukum tersebut adalah
terkait dengan kewenangan BPKP dalam pelaksanaan
tugas tersebut karena landasan hukum dari BPKP
hanya sebatas Keputusan Presiden dan Peraturan
Pemerintah. Berdasarkan hal tersebut, perlu adanya
penguatan landasan hukum BPKP, sehingga
kewenangan BPKP dalam pelaksanaan suatu
penugasan menjadi tidak diragukan lagi, khususnya
yang berkaitan dengan pelaksanaan dan tanggung
jawab penugasan di bidang investigasi.
Daftar Referensi:
http://bpkp.go.id

More Related Content

What's hot

kebijakan pemerintah tentang penyusunan lakip
kebijakan pemerintah tentang penyusunan lakipkebijakan pemerintah tentang penyusunan lakip
kebijakan pemerintah tentang penyusunan lakipMAHMUN SYARIF
 
Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintahLaporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintahirwanto IAINSKA
 
Tata Kelola Keuangan Pemerintahan (Keuangan Negara)!
Tata Kelola Keuangan Pemerintahan (Keuangan Negara)!Tata Kelola Keuangan Pemerintahan (Keuangan Negara)!
Tata Kelola Keuangan Pemerintahan (Keuangan Negara)!YessicaClaudian
 
Contoh makalah-tentang-keuangan-negara
Contoh makalah-tentang-keuangan-negaraContoh makalah-tentang-keuangan-negara
Contoh makalah-tentang-keuangan-negaraTerminal Purba
 
Analisis OSP Disdukcapil dan Disnaker BOGOR
Analisis OSP Disdukcapil dan Disnaker BOGORAnalisis OSP Disdukcapil dan Disnaker BOGOR
Analisis OSP Disdukcapil dan Disnaker BOGORFaishalIhsanudin
 
Tugas Kelompok 2 (Akuntansi Sektor Publik)
Tugas Kelompok 2 (Akuntansi Sektor Publik)Tugas Kelompok 2 (Akuntansi Sektor Publik)
Tugas Kelompok 2 (Akuntansi Sektor Publik)LaylaHanifah
 
4.1 Modul Pedoman Teknis SPIP Informasi
4.1 Modul Pedoman Teknis SPIP Informasi4.1 Modul Pedoman Teknis SPIP Informasi
4.1 Modul Pedoman Teknis SPIP InformasiSutikno Tumingan
 
Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual Pada OSP di Bogor
Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual Pada OSP di BogorPenerapan Akuntansi Berbasis Akrual Pada OSP di Bogor
Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual Pada OSP di BogorDesti Agung Pratiwi
 
Evaluasi Sistem Pengendalian Internal berdasarkan SAP
Evaluasi Sistem Pengendalian Internal berdasarkan SAPEvaluasi Sistem Pengendalian Internal berdasarkan SAP
Evaluasi Sistem Pengendalian Internal berdasarkan SAPSujatmiko Wibowo
 
Ruang Lingkup Keuangan Negara
Ruang Lingkup Keuangan NegaraRuang Lingkup Keuangan Negara
Ruang Lingkup Keuangan NegaraArfan Fahmi
 
Uu no.17 thn 2003 tentang keuangan negara
Uu no.17 thn 2003 tentang keuangan negaraUu no.17 thn 2003 tentang keuangan negara
Uu no.17 thn 2003 tentang keuangan negaraAdi Kuntarto
 
PENGARUH PENERAPAN SAP DAN SPIP TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH...
PENGARUH PENERAPAN SAP DAN SPIP TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH...PENGARUH PENERAPAN SAP DAN SPIP TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH...
PENGARUH PENERAPAN SAP DAN SPIP TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH...CaeCaew
 
Manajemen keuangan negara
Manajemen keuangan negaraManajemen keuangan negara
Manajemen keuangan negaraBPKP
 
Manajemen Pembiayaan LPI (Retno Wiyanti F._143111315)
Manajemen Pembiayaan LPI (Retno Wiyanti F._143111315)Manajemen Pembiayaan LPI (Retno Wiyanti F._143111315)
Manajemen Pembiayaan LPI (Retno Wiyanti F._143111315)Retno Wiyanti Fatqurokhman
 
REFORMASI KEUANGAN NEGARA DAN AKUNTANSI PEMERINTHAN
REFORMASI KEUANGAN NEGARA DAN AKUNTANSI PEMERINTHAN REFORMASI KEUANGAN NEGARA DAN AKUNTANSI PEMERINTHAN
REFORMASI KEUANGAN NEGARA DAN AKUNTANSI PEMERINTHAN Kementerian Dalam Negeri
 

What's hot (20)

kebijakan pemerintah tentang penyusunan lakip
kebijakan pemerintah tentang penyusunan lakipkebijakan pemerintah tentang penyusunan lakip
kebijakan pemerintah tentang penyusunan lakip
 
Permenpan 25 th 2012 tentang lakip
Permenpan 25 th 2012 tentang lakipPermenpan 25 th 2012 tentang lakip
Permenpan 25 th 2012 tentang lakip
 
Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintahLaporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
 
Tugas asp 4 c akt (1)
Tugas asp 4 c akt (1)Tugas asp 4 c akt (1)
Tugas asp 4 c akt (1)
 
Tata Kelola Keuangan Pemerintahan (Keuangan Negara)!
Tata Kelola Keuangan Pemerintahan (Keuangan Negara)!Tata Kelola Keuangan Pemerintahan (Keuangan Negara)!
Tata Kelola Keuangan Pemerintahan (Keuangan Negara)!
 
Kma tentang kinerja
Kma tentang kinerjaKma tentang kinerja
Kma tentang kinerja
 
Contoh makalah-tentang-keuangan-negara
Contoh makalah-tentang-keuangan-negaraContoh makalah-tentang-keuangan-negara
Contoh makalah-tentang-keuangan-negara
 
Analisis OSP Disdukcapil dan Disnaker BOGOR
Analisis OSP Disdukcapil dan Disnaker BOGORAnalisis OSP Disdukcapil dan Disnaker BOGOR
Analisis OSP Disdukcapil dan Disnaker BOGOR
 
Tugas Kelompok 2 (Akuntansi Sektor Publik)
Tugas Kelompok 2 (Akuntansi Sektor Publik)Tugas Kelompok 2 (Akuntansi Sektor Publik)
Tugas Kelompok 2 (Akuntansi Sektor Publik)
 
4.1 Modul Pedoman Teknis SPIP Informasi
4.1 Modul Pedoman Teknis SPIP Informasi4.1 Modul Pedoman Teknis SPIP Informasi
4.1 Modul Pedoman Teknis SPIP Informasi
 
Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual Pada OSP di Bogor
Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual Pada OSP di BogorPenerapan Akuntansi Berbasis Akrual Pada OSP di Bogor
Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual Pada OSP di Bogor
 
Evaluasi Sistem Pengendalian Internal berdasarkan SAP
Evaluasi Sistem Pengendalian Internal berdasarkan SAPEvaluasi Sistem Pengendalian Internal berdasarkan SAP
Evaluasi Sistem Pengendalian Internal berdasarkan SAP
 
Ruang Lingkup Keuangan Negara
Ruang Lingkup Keuangan NegaraRuang Lingkup Keuangan Negara
Ruang Lingkup Keuangan Negara
 
Uu no.17 thn 2003 tentang keuangan negara
Uu no.17 thn 2003 tentang keuangan negaraUu no.17 thn 2003 tentang keuangan negara
Uu no.17 thn 2003 tentang keuangan negara
 
PENGARUH PENERAPAN SAP DAN SPIP TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH...
PENGARUH PENERAPAN SAP DAN SPIP TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH...PENGARUH PENERAPAN SAP DAN SPIP TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH...
PENGARUH PENERAPAN SAP DAN SPIP TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH...
 
Manajemen keuangan negara
Manajemen keuangan negaraManajemen keuangan negara
Manajemen keuangan negara
 
Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi Sektor PublikAkuntansi Sektor Publik
Akuntansi Sektor Publik
 
Manajemen Pembiayaan LPI (Retno Wiyanti F._143111315)
Manajemen Pembiayaan LPI (Retno Wiyanti F._143111315)Manajemen Pembiayaan LPI (Retno Wiyanti F._143111315)
Manajemen Pembiayaan LPI (Retno Wiyanti F._143111315)
 
Permenpan2013 045
Permenpan2013 045Permenpan2013 045
Permenpan2013 045
 
REFORMASI KEUANGAN NEGARA DAN AKUNTANSI PEMERINTHAN
REFORMASI KEUANGAN NEGARA DAN AKUNTANSI PEMERINTHAN REFORMASI KEUANGAN NEGARA DAN AKUNTANSI PEMERINTHAN
REFORMASI KEUANGAN NEGARA DAN AKUNTANSI PEMERINTHAN
 

Similar to tupoksi-hambatan-dan-risiko-bpkp

Profil pwk 2018 v4 compress
Profil pwk 2018 v4 compressProfil pwk 2018 v4 compress
Profil pwk 2018 v4 compressDwivaDeviShintia
 
Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. sistim pengawasan intern...
Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. sistim pengawasan intern...Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. sistim pengawasan intern...
Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. sistim pengawasan intern...Eka Yulianto
 
Paper mssp analisis renstra dan capaian kinerja kemenhub (1)
Paper mssp   analisis renstra dan capaian kinerja kemenhub (1)Paper mssp   analisis renstra dan capaian kinerja kemenhub (1)
Paper mssp analisis renstra dan capaian kinerja kemenhub (1)Mulyadi Yusuf
 
SM, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Vision and Company Mission,Universitas Mercubu...
SM, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Vision and Company Mission,Universitas Mercubu...SM, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Vision and Company Mission,Universitas Mercubu...
SM, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Vision and Company Mission,Universitas Mercubu...Intan Wachyuni
 
Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri
Sistem penyelengaraan administrasi negara nkriSistem penyelengaraan administrasi negara nkri
Sistem penyelengaraan administrasi negara nkrivirmannsyah
 
Regulasi dan Standar ASP Kelompok 2
Regulasi dan Standar ASP Kelompok 2Regulasi dan Standar ASP Kelompok 2
Regulasi dan Standar ASP Kelompok 2Pawestri Kinasih
 
1.06 penyusunan & penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sdm
1.06 penyusunan & penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sdm1.06 penyusunan & penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sdm
1.06 penyusunan & penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sdmMikhail Rasyid
 
SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN.ppt
SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN.pptSISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN.ppt
SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN.pptssuserb1d78b
 
BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, Konsep yang efektif dan efisien dalam men...
BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, Konsep yang efektif dan efisien dalam men...BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, Konsep yang efektif dan efisien dalam men...
BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, Konsep yang efektif dan efisien dalam men...Ipung Sutoyo
 
Pengawasan,fungsional,inspektorat
Pengawasan,fungsional,inspektoratPengawasan,fungsional,inspektorat
Pengawasan,fungsional,inspektoratInspektorat
 
Laporan renstra kumkm provinsi jawa tengah
Laporan renstra kumkm provinsi jawa tengahLaporan renstra kumkm provinsi jawa tengah
Laporan renstra kumkm provinsi jawa tengahNora Sembadra Mahardhika
 
Agenda dalam Perencanaan Pembangunan Nasional
Agenda dalam Perencanaan Pembangunan Nasional Agenda dalam Perencanaan Pembangunan Nasional
Agenda dalam Perencanaan Pembangunan Nasional Dadang Solihin
 
Paper mssp analisis renstra dan capaian kinerja kemenpan rb
Paper mssp   analisis renstra dan capaian kinerja kemenpan rb Paper mssp   analisis renstra dan capaian kinerja kemenpan rb
Paper mssp analisis renstra dan capaian kinerja kemenpan rb Mulyadi Yusuf
 

Similar to tupoksi-hambatan-dan-risiko-bpkp (20)

Faktor faktor yang mempengaruhi opini dislclaimer BPK-RI
Faktor faktor yang mempengaruhi opini dislclaimer BPK-RIFaktor faktor yang mempengaruhi opini dislclaimer BPK-RI
Faktor faktor yang mempengaruhi opini dislclaimer BPK-RI
 
Profil pwk 2018 v4 compress
Profil pwk 2018 v4 compressProfil pwk 2018 v4 compress
Profil pwk 2018 v4 compress
 
Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. sistim pengawasan intern...
Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. sistim pengawasan intern...Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. sistim pengawasan intern...
Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. sistim pengawasan intern...
 
Paper mssp analisis renstra dan capaian kinerja kemenhub (1)
Paper mssp   analisis renstra dan capaian kinerja kemenhub (1)Paper mssp   analisis renstra dan capaian kinerja kemenhub (1)
Paper mssp analisis renstra dan capaian kinerja kemenhub (1)
 
SM, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Vision and Company Mission,Universitas Mercubu...
SM, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Vision and Company Mission,Universitas Mercubu...SM, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Vision and Company Mission,Universitas Mercubu...
SM, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Vision and Company Mission,Universitas Mercubu...
 
Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri
Sistem penyelengaraan administrasi negara nkriSistem penyelengaraan administrasi negara nkri
Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri
 
Regulasi dan Standar ASP Kelompok 2
Regulasi dan Standar ASP Kelompok 2Regulasi dan Standar ASP Kelompok 2
Regulasi dan Standar ASP Kelompok 2
 
1.06 penyusunan & penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sdm
1.06 penyusunan & penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sdm1.06 penyusunan & penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sdm
1.06 penyusunan & penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sdm
 
Modul 4 KB 4
Modul 4 KB 4Modul 4 KB 4
Modul 4 KB 4
 
Catatan MPD.docx
Catatan MPD.docxCatatan MPD.docx
Catatan MPD.docx
 
SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN.ppt
SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN.pptSISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN.ppt
SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN.ppt
 
audit-internal.docx
audit-internal.docxaudit-internal.docx
audit-internal.docx
 
BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, Konsep yang efektif dan efisien dalam men...
BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, Konsep yang efektif dan efisien dalam men...BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, Konsep yang efektif dan efisien dalam men...
BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, Konsep yang efektif dan efisien dalam men...
 
Pengawasan,fungsional,inspektorat
Pengawasan,fungsional,inspektoratPengawasan,fungsional,inspektorat
Pengawasan,fungsional,inspektorat
 
Laporan renstra kumkm provinsi jawa tengah
Laporan renstra kumkm provinsi jawa tengahLaporan renstra kumkm provinsi jawa tengah
Laporan renstra kumkm provinsi jawa tengah
 
Evaluasi Kinerja 2
Evaluasi Kinerja 2Evaluasi Kinerja 2
Evaluasi Kinerja 2
 
Agenda dalam Perencanaan Pembangunan Nasional
Agenda dalam Perencanaan Pembangunan Nasional Agenda dalam Perencanaan Pembangunan Nasional
Agenda dalam Perencanaan Pembangunan Nasional
 
Presentasi SAKIP
Presentasi SAKIPPresentasi SAKIP
Presentasi SAKIP
 
Renja 2015
Renja 2015Renja 2015
Renja 2015
 
Paper mssp analisis renstra dan capaian kinerja kemenpan rb
Paper mssp   analisis renstra dan capaian kinerja kemenpan rb Paper mssp   analisis renstra dan capaian kinerja kemenpan rb
Paper mssp analisis renstra dan capaian kinerja kemenpan rb
 

Recently uploaded

Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 

tupoksi-hambatan-dan-risiko-bpkp

  • 1. PELAKSANAAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI PNS DI BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN Aden Rachman Hakim1, Bernat Irvan Purba2, Eviana Sulistianingrum3, Manro Manrie Sipayung4, Reza Mahardian Yulandra5, Thalissa Sabel Saragih6 1) D-IV Akuntansi, STAN, Jakarta email: adenrahmanhakim@gmail.com 2) D-IV Akuntansi, STAN, Jakarta email: bernat.irvan90@gmail.com 3) D-IV Akuntansi, STAN, Jakarta email: viehye@gmail.com 4) D-IV Akuntansi, STAN, Jakarta email: manrosipayung@gmail.com 5) D-IV Akuntansi, STAN, Jakarta email:reza.mahardian90@gmail.com 6) D-IV Akuntansi, STAN, Jakarta email: thalissa.sabel@gmail.com Abstrak – Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dengan pimpinannya adalah Kepala BPKP dalam melaksanakan tugas, pokok, dan fungsinya, berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang 103 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah,terakhir dengan Peraturan Presiden No 64 tahun 2005 disebutkan, BPKP mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 52). Penulisan paper ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai tugas dan fungsi Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, serta mengetahui hambatan beserta solusi dalam pelaksanaanya. Penulis menggunakan metodologi penelitian kepustakaan sebagai referensi dalam penulisan paper. Penulis berharap paper ini dapat memberikan hasil yang baik sehingga pembaca mampu mengetahui tugas, pokok, dan fungsi BPKP sehingga pembaca mendapat gambaran peranan BPKP dalam pemerintahan dan pembaca bisa memberikan saran dan perbaikan yang konstruktifkepada BPKP. Kata kunci: Tupoksi BPKP, Hambatan, dan Solusi. 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang (Sejarah BPKP) Sejarah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) tidak dapat dilepaskan dari sejarah panjang perkembangan lembaga pengawasan sejak sebelum era kemerdekaan. 1) Djawatan Akuntan Negara (DAN) Dengan besluit Nomor 44 tanggal 31 Oktober 1936 secara eksplisit ditetapkan bahwa Djawatan Akuntan Negara (Regering Accountantsdienst) bertugas melakukan penelitian terhadap pembukuan dari berbagai perusahaan negara dan jawatan tertentu. Dengan demikian, dapat dikatakan aparat pengawasan pertama di Indonesia adalah Djawatan Akuntan Negara (DAN). Secara struktural DAN yang bertugas mengawasi pengelolaan perusahaan negara berada di bawah Thesauri Jenderal pada Kementerian Keuangan. Dengan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 1961 tentang Instruksi bagi Kepala Djawatan Akuntan Negara (DAN), kedudukan DAN dilepas dari Thesauri Jenderal dan ditingkatkan kedudukannya langsung di bawah Menteri Keuangan. DAN merupakan alat pemerintah yang bertugas melakukan semua pekerjaan akuntan bagi pemerintah atas semua departemen, jawatan, dan instansi di bawah kekuasaannya.
  • 2. Sementara itu fungsi pengawasan anggaran dilaksanakan oleh Thesauri Jenderal. 2) Direktorat Jendral Pengawasan Keuangan Negara (DJPKN) Selanjutnya dengan Keputusan Presiden Nomor 239 Tahun 1966 dibentuklah Direktorat Djendral Pengawasan Keuangan Negara (DDPKN) pada Departemen Keuangan. Tugas DDPKN (dikenal kemudian sebagai DJPKN) meliputi pengawasan anggaran dan pengawasan badan usaha/jawatan, yang semula menjadi tugas DAN dan Thesauri Jenderal. DJPKN mempunyai tugas melaksanakan pengawasan seluruh pelaksanaan anggaran negara, anggaran daerah, dan badan usaha milik negara/daerah. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 70 Tahun 1971 ini, khusus pada Departemen Keuangan, tugas Inspektorat Jendral dalam bidang pengawasan keuangan negara dilakukan oleh DJPKN. 3) Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Dengan diterbitkan Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983 tanggal 30 Mei 1983. DJPKN ditransformasikan menjadi BPKP, sebuah lembaga pemerintah non departemen (LPND) yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Salah satu pertimbangan dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983 tentang BPKP adalah diperlukannya badan atau lembaga pengawasan yang dapat melaksanakan fungsinya secara leluasa tanpa mengalami kemungkinan hambatan dari unit organisasi pemerintah yang menjadi obyek pemeriksaannya. Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983 tersebut menunjukkan bahwa Pemerintah telah meletakkan struktur organisasi BPKP sesuai dengan proporsinya dalam konstelasi lembaga-lembaga Pemerintah yang ada. BPKP dengan kedudukannya yang terlepas dari semua departemen atau lembaga sudah barang tentu dapat melaksanakan fungsinya secara lebih baik dan obyektif. Tahun 2001 dikeluarkan Keputusan Presiden Nomor 103 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah,terakhir dengan Peraturan Presiden No 64 tahun 2005. Dalam Pasal 52 disebutkan, BPKP mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pendekatan yang dilakukan BPKP diarahkan lebih bersifat preventif atau pembinaan dan tidak sepenuhnya audit atau represif. Kegiatan sosialisasi, asistensi atau pendampingan, dan evaluasi merupakan kegiatan yang mulai digeluti BPKP. Sedangkan audit investigatif dilakukan dalam membantu aparat penegak hukum untuk menghitung kerugian keuangan negara. Pada masa reformasi ini, BPKP banyak mengadakan Memorandum of Understanding (MoU) atau Nota Kesepahaman dengan pemda dan departemen/lembaga sebagai mitra kerja BPKP. MoU tersebut pada umumnya membantu mitra kerja untuk meningkatkan kinerjanya dalam rangka mencapai good governance. Dalam melaksanakan tugasnya, BPKP didukung oleh ketentuan dan peraturan sebagaiberikut: 1) Keputusan Presiden RI No.103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen yang telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2005 2) Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah 3) Instruksi Presiden No.4 Tahun 2011 tanggal 17 Februari 2011 tentang Percepatan Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara Mengingat pentingnya peranan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan dalam pemerintahan, dalam makalah akan kami bahas mengenai penerapan tugas dan fungsi Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). 1.2. Maksud dan Tujuan Adapun penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan hambatan secara menyeluruh dalam pelaksanaan tugas, pokok, dan fungsiBPKP. Tujuan dari penyusunan makalah ini dapat dijabarkan sebagaiberikut:
  • 3. 1) Memberikan gambaran tentang visi, misi, dan nilai-nilai pada BPKP 2) Memberikan gambaran tentang struktur organisasi pada BPKP 3) Memberikan pemahaman terhadap tugas, pokok, dan fungsi (tupoksi) dari masing-masing unit eselon I di lingkungan BPKP 4) Memberikan gambaran tentang informasi produk layanan BPKP 5) Memberikan gambaran tentang hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan Tupoksi BPKP 6) Meningkatkan kepedulian (awareness) terhadap hamabatan yang terjadi selama pelaksanaan tupoksi BPKP 7) Sebagai bahan referensi bagi seluruh pihak yang berkepentingan terhadap makalah ini. 1.3. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, dapat kami sampaikan rumusan masalah yang akan dibahas antara lain: 1) Apakah yang menjadi Visi, Misi, dan Nilai-Nilai BPKP pada saat ini? 2) Bagaimana Struktur Organisasi BPKP? 3) Apakah yang menjadi Tupoksi BPKP? 4) Apakah yang menjadi informasi produk layanan terkait Tupoksi BPKP? 5) Apakah hambatan yang muncul dari pelaksanaan Tupoksi BPKP? 6) Bagaimana bentuk penanggulangan hambatan di BPKP? 2. LANDASAN TEORI Dalam pencapaian suatu tujuan organisasi atau kelembagaan, diperlukan suatu perencanaan dan tindakan nyata. Secara umum, bisa dikatakan bahwa Visi dan Misi adalah suatu konsep perencanaan yang di sertai dengan tindakan sesuai dengan apa yang di rencanakan untuk mencapai suatu tujuan. Misi tersebut kemudian dijabarkan menjadi suatu Tugas, Pokok, dan Fungsi yang merupakan kumpulan dari tindakan-tindakan (aksi) yang harus dilaksanakan oleh setiap personil dalam suatu organisasi secara konsisten. 2.1. Definisi Visi Visi adalah “what be believe we can be”. Visi merupakan gambaran masa depan dari suatu organisasi. Penentuan visi berarti menetapkan tujuan dan cita-cita yang ingin dicapai. Berdasarkan Lewis&Smith (1994), dalam menentukan visi, hendaknya suatu organisasi memenuhi persyaratan sebagaiberikut: 1) Tidak berdasarkan kondisi saat ini 2) Berorientasi ke depan 3) Mengekspresikan kreatifitas 4) Berdasar pada prinsip nilai yang mengandung penghargaan bagi masyarakat 5) Memperhatikan sejarah, kultur, dan nilai organisasi 6) Mempunyai standar yang tinggi, ideal serta harapan bagi anggota organisasi 7) Memberikan klarifikasi bagi manfaat lembaga serta tujuan-tujuannya 8 ) Memberikan semangat dan mendorong timbulnya dedikasi pada organisasi 9) Menggambarkan keunikan lembaga dalam kompetisi beserta citranya 10) Bersifat ambisius serta menantang segenap anggota lembaga. 2.2. Definisi Misi Misi adalah “what be believe we can do”. Misi adalah apa yang bisa dilakukan untuk mencapai gambaran masa depan (visi). Misi bisa berarti juga merupakan langkah-langkah dan strategi (action plan) yang dilakukan untuk mencapai visi. Kadangkala misi perlu diubah sedemikian rupa apabila visi belum tercapai. Jadi, bukan visinya yang diubah, tetapi cara-cara untuk mencapai tujuan yang dirubah. Apabila visi berubah-ubah maka akan terkesan tidak konsisten gambaran masa depan tentang organisasitersebut. 2.3. Definisi Tugas Pokok Tugas pokok adalah kesatuan pekerjaan atau kegiatan yang paling utama dan rutin dilakukan oleh para pegawai dalam sebuah organisasi yang memberikan gambaran tentang ruang lingkup atau kompleksitas jabatan atau organisasi demi mencapai tujuan tertentu. 2.4. Definisi Fungsi Fungsi adalah kesatuan pekerjaan atau kegiatan yang dilaksanakan oleh para pegawai yang memiliki aspek khusus serta saling berkaitan satu sama lain menurut sifat atau pelaksanaan untuk mencapai tujuan tertentu dalam sebuah organisasi.
  • 4. 2.5. Definisi Hambatan Hambatan dapat diartikan sebagai segala sesuatu, baik itu yang bersumber dari dalam (intern) maupun dari luar (ekstern) yang mengakibatkan pencapaian tujuan suatu organisasi atau lembaga menjadi tidak lancar atau tidak berjalan sebagaimana mestinya. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Visi, Misi, dan Nilai-Nilai BPKP Sesuai arahan Presiden RI tanggal 11 Desember 2006, BPKP melakukan reposisi dan revitalisasi fungsi yang kedua kalinya. Reposisi dan revitalisasi BPKP diikuti dengan penajaman visi, misi, dan strategi. Visi BPKP yang baru adalah “Auditor Intern Pemerintah yang Proaktif dan Terpercaya dalam Mentransformasikan Manajemen Pemerintahan Menuju Pemerintahan yang Baik dan Bersih”. Sedangkan Misi BPKP yaitu: 1) Menyelenggarakan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara yang mendukung tata kelola kepemerintahan yang baik dan bebas KKN. 2) Membina penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. 3) Mengembangkan kapasitas pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten. 4) Menyelenggarakan sistem dukungan pengambilan keputusan yang andal bagi presiden/pemerintah. Nilai-nilai organisasi merupakan dasar acuan dan motor penggerak motivasi, sikap dan tindakan. Dalam konteks organisasi, nilai-nilai organisasi harus dikembangkan atau sejalan dengan visi dan misi organisasi. Dalam menjalankan mandatnya, BPKP senantiasa bertumpu pada nilai-nilai luhur yang urutan huruf awalnya dapat menjadi suatu kata kunci yang mengilhami seluruh staf BPKP yaitu PIONIR yang berarti pemrakarsa. Hal ini merupakan perwujudan dari keinginan untuk selalu berinovasi guna menghasilkan produk-produk yang berbeda dari produk para pengawas intern lainnya tetapi diyakini akan diterima karena dibutuhkan oleh para pemangku kepentingan. Pionir merupakan bentukan dari 6 (enam) nilai yaitu: 1) Profesional Suatu standar kualitas kerja keahlian yang menjamin kepercayaan masyarakat pada umumnya dan pengguna jasa pada khususnya, karena dilandasi oleh pola kerja, pola pikir, dan pola sikap menurut standar keahlian minimal yang ditetapkan oleh organisasi profesi dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku 2) Integritas Integritas adalah nilai yang mengandung makna gabungan dari kejujuran, objektivitas, keberanian, konsistensi, dan konsekuensi. Nilai pengawasan, selain bergantung pada kompetensi pengawas, juga sangat dipengaruhioleh integritas 3) Orientasi pada Pengguna Orientasi pada Pengguna adalah keinginan untuk membantu atau melayani pihak lain untuk memenuhi kebutuhan mereka, dengan cara mengetahui dan memenuhi kebutuhan pengguna meliputi pengguna internal dan eksternal 4) Nurani dan Akal Sehat Nurani dan akal sehat adalah nilai untuk bertindak proporsional, menghindari diri dari praktik pengawasan yang berlebihan. Dengan mempertimbangkan nurani dan akal sehat, auditor ditantang untuk menerapkan etika pengawasan yang tertinggi. Nurani merupakan sumber pertimbangan kebaikan etika dalam tahapnya yang tertinggi 5) Independen Independensi mencakup dua hal yaitu independensi dalam sikap dan dalam penampilan. Independensi tetap diperlukan bagi aparat pengawas intern tidak terkecuali BPKP. Selain memberikan laporannya langsung kepada para pimpinan lembaga eksekutif, BPKP juga memaparkan hasil pengawasannya kepada DPR manakala diminta, tentunya dengan memperhatikan kaitannya dengan aspek kode etik profesi. 6) Responsibel Responsibel adalah sikap seorang yang mengakui adanya tanggung jawab yang bermula pada dirinya (obligation to act). Ini adalah salah satu sikap yang dipercaya merupakan komponen dari proses good governance Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, pegawai BPKP dalam mewujudkan nilai-nilai luhur BPKP dengan semangat kerja 5- As, yaitu: 1) Kerja Keras 2) Kerja Cerdas 3) Kerja Tuntas 4) Kerja Ikhlas 5) Kerja Penuh Integritas
  • 5. 3.2 Struktur Organisasi BPKP Struktur atau Susunan Organisasi yang sebagaimana disajikan dalam Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor: Kep-06.00.00-080/K/2001, yaitu terdiri dari: 1) Kepala; 2) Sekretariat Utama; 3) Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian; 4) Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Politik, Sosial, dan Keamanan; 5) Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Akuntabilitas; 6) Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah; 7) Deputi Bidang Akuntan Negara; 8) Deputi Bidang Investigasi; 9) Inspektorat; 10) Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan; 11) Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengawasan; 12) Pusat Informasi Pengawasan; 13) Pusat Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor. Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2014, dalam rangka pelaksanaan tupoksi, terutama yang berkaitan dengan pengawasan keuangan, BPKP memiliki Perwakilan di masing- masing provinsi. Perwakilan BPKP tersebut terdiri Perwakilan BPKP Tipe A dan Perwakilan BPKP Tipe B. Adapun Susunan Organisasi Perwakilan BPKP di masing-masing tipe tersebut,yaitu: 1) Perwakilan BPKP Tipe A: a) Kepala Perwakilan b) Bagian Tata Usaha (TU) - Subbagian Kepegawaian - Subbagian Keuangan - Subbagian Umum c) Kelompok Jabatan Fungsional, terdiri dari: - Kelompok Jabatan FungsionalAuditor: • Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah Pusat • Bidang Akuntabilitas Pemerintah Daerah • Bidang Akuntan Negara • Bidang Investigasi • Bidang Program dan Pelaporan serta Pembinaan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah - Kelompok Jabatan FungsionalLainnya 2) Perwakilan BPKP Tipe B a) Kepala Perwakilan b) Bagian Tata Usaha (TU) c) Kelompok Jabatan Fungsional - Kelompok Jabatan FungsionalAuditor: • Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah Pusat • Bidang Akuntabilitas Pemerintah Daerah • Bidang Akuntan Negara • Bidang Investigasi • Bidang Program dan Pelaporan serta Pembinaan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah - Kelompok Jabatan FungsionalLainnya 3.2 Pelakasnaan Tugas Pokok dan Fungsi BPKP Tupoksi BPKP dibagi menjadi Tupoksi BPKP secara Keseluruhan dan Tupoksi BPKP pada masing- masing unit Eselon I, yaitu sebagaiberikut: 1) Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Sesuai dengan Pasal 52, 53 dan 54 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, BPKP mempunyai tugas melaksanakan tugas Pemerintahan di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas, BPKP menyelenggarakan fungsi : a) pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan; b) perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan; c) koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPKP; d) pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan pengawasan keuangan dan pembangunan; e) penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.
  • 6. Dalam menyelenggarakan fungsi tersebut, BPKP mempunyai kewenangan : a) penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya; b) perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara makro; c) penetapan sisteminformasi di bidangnya; d) pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang meliputi pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan, dan supervisidi bidangnya; e) penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi tenaga profesional/ahli serta persyaratan jabatan di bidangnya; f) kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku 2) Sekretaris Utama Sekretariat Utama mempunyai tugas mengkoordinasikan perencanaan, pembinaan, pengendalian administrasi, dan sumber daya di lingkungan BPKP. Dalam melaksanakan tugas, Sekretariat Utama menyelenggarakan fungsi: a) koordinasi perumusan kebijakan pengawasan intern pemerintah dan kebijakan teknis pengawasan di lingkungan BPKP; b) koordinasi dan penyusunan program kerja pengawasan tahunan (PKPT) serta evaluasi pelaksanaannya di lingkungan BPKP dan aparat pengawasan intern pemerintah (APIP) lainnya; c) pengelolaan kepegawaian, penataan organisasi dan ketatalaksanaan, serta keuangan; d) penyusunan peraturan perundang-undangan, penelaahan hukum, pemberian bantuan hukum, serta pelaksanaan hubungan masyarakat dan hubungan antarlembaga. e) pelaksanaan urusan tata usaha, perlengkapan, dan rumah tangga; koordinasi dan penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan BPKP dan APIP lainnya; f) koordinasi penyusunan laporan akuntabilitas kinerja BPKP dan penyusunan laporan akuntabilitas kinerja Sekretariat Utama. 3) Inspektorat Inspektorat mempunyai tugas melaksanakan pengawasan fungsional terhadap unit kerja yang berada di lingkungan BPKP. Dalam melaksanakan tugas, Inspektorat menyelenggarakan fungsi: a) penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pengawasan pada Inspektorat; b) penyiapan bahan penyusunan prosedur dan pedoman kegiatan operasional Inspektorat; c) pelaksanaan pemeriksaan ketaatan, efisiensi, dan efektivitas tugas dan kegiatan unit kerja di lingkungan BPKP; d) pelaksanaan pemeriksaan khusus terhadap indikasi penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang unit kerja dan pegawai di lingkungan BPKP; e) pelaksanaan evaluasi laporan akuntabilitas kinerja unit kerja di lingkungan BPKP; f) pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan Inspektorat; g) evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan pemeriksaan Inspektorat; h) analisis, evaluasi, dan penyusunan laporan hasil pengawasan Inspektorat. 4) Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Pengawasan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan, yang selanjutnya disebut Pusdiklatwas mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan, pembinaan, dan koordinasi kegiatan pendidikan dan pelatihan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 219, Pusdiklatwas menyelenggarakan fungsi: a) penyusunan program pendidikan dan pelatihan kedinasan, fungsional, dan teknis; b) perencanaan, penyusunan, dan pengembangan materi pendidikan dan pelatihan fungsional dan teknis; c) perencanaan kebutuhan dan pembinaan widyaiswara dan instruktur; d) penyelenggaraan, pembinaan, dan koordinasi kegiatan pendidikan dan pelatihan pembentukan, pengembangan dan penjenjangan jabatan fungsional auditor, serta pendidikan dan pelatihan teknis; e) penetapan persyaratan dan pemberian akreditasi penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan pembentukan dan penjenjangan jabatan fungsional auditor; f) evaluasi pelaksanaan hasil pendidikan dan pelatihan serta penyusunan laporannya; g) pengelolaan kepegawaian dan pelaksanaan urusan tata usaha, keuangan, barang milik/kekayaan negara dan urusan rumah tangga.
  • 7. 5) Pusat Penelitian Dan Pengembangan Pengawasan Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengawasan, yang selanjutnya disebut Puslitbangwas mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan, pembinaan, dan koordinasi kegiatan penelitian dan pengembangan pengawasan. Dalam melaksanakan tugas, Puslitbangwas menyelenggarakan fungsi: a) analisis kebutuhan dan penyusunan program penelitian dan pengembangan; b) pelaksanaan penelitian dan pengembangan; c) pelaksanaan kerja sama penelitian dan pengembangan; d) evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan dan hasil penelitian dan pengembangan; e) pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan urusan rumah tangga; 6) Pusat Informasi Pengawasan Pusat Informasi Pengawasan, yang selanjutnya disebut Pusinfowas mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan data dan informasi serta pengembangan sisteminformasi. Dalam melaksanakan tugas, Pusinfowas menyelenggarakan fungsi: a) penyusunan rencana dan program pengelolaan data dan informasi serta pengembangan sistem informasi; b) pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data dan informasi, serta administrasi basis data; c) penyiapan kompilasi analisis hasil pengawasan; d) pengembangan sistem informasi dan pembinaan terhadap pengguna; e) pelaksanaan urusan tata usaha. 7) Pusat Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor Pusat Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor, yang selanjutnya disebut Pusbin JFA mempunyai tugas melaksanakan penelaahan dan penyusunan peraturan, standar, pedoman, program pembinaan, dan pelaksanaan sertifikasi serta evaluasi pelaksanaan sertifikasi, angka kredit, dan efektivitas tim penilai jabatan fungsional auditor di lingkungan BPKP dan APIP lainnya. Dalam melaksanakan tugas, Pusbin JFA menyelenggarakan fungsi: a) penyusunan rencana dan program pembinaan jabatan fungsional auditor; b) penelaahan dan penyusunan peraturan, standar dan pedoman jabatan fungsionalauditor; c) penyusunan materi ujian jabatan fungsional auditor. d) pengelolaan data pejabat fungsional auditor; e) pelaksanaan seleksi dan penentuan kelulusan peserta pendidikan dan pelatihan jabatan fungsional auditor; f) evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan sertifikasi, penilaian angka kredit, dan efektivitas tim penilai. 8) Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang pengawasan instansipemerintah bidang perekonomian. Dalam melaksanakan tugas, Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian menyelenggarakan fungsi: a) perumusan kebijakan teknis pengawasan dan penyusunan rencana pengawasan di bidang perekonomian; b) penyusunan pedoman teknis pemeriksaan dan pemberian bimbingan teknis pengawasan di bidang perekonomian terhadap kegiatan pengawasan BPKP dan APIP lainnya; c) pengawasan terhadap anggaran pendapatan dan belanja negara, pinjaman dan bantuan luar negeri, pengurusan barang milik/kekayaan negara, serta penyelenggaraan tugas pemerintahan yang bersifat strategis dan/atau lintas departemen/lembaga/wilayah di bidang perekonomian; d) pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan di bidang perekonomian; e) evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan pengawasan di bidang perekonomian; f) analisis, evaluasi, dan penyusunan laporan hasil pengawasan bidang perekonomian di lingkungan BPKP dan APIP lainnya. Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian terdiri dari: a) Direktorat Pengawasan Fiskal dan Investasi; b) Direktorat Pengawasan Produksi dan Sumber Daya Alam; c) Direktorat Pengawasan Industri dan Distribusi; d) Direktorat Pengawasan Pinjaman dan Bantuan Luar Negeri;
  • 8. 9) Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Politik, Sosial dan Keamanan Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Politik, Sosial, dan Keamanan mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang pengawasan instansi pemerintah bidang politik, sosial, dan keamanan. Dalam melaksanakan tugas, Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Politik, Sosial, dan Keamanan menyelenggarakan fungsi: a) perumusan kebijakan teknis pengawasan dan penyusunan rencana pengawasan di bidang politik, sosial, dan keamanan; b) penyusunan pedoman teknis pemeriksaan dan pemberian bimbingan teknis pengawasan di bidang politik, sosial, dan keamanan terhadap kegiatan pengawasan BPKP dan APIP lainnya; c) pengawasan terhadap anggaran pendapatan dan belanja negara, pengurusan barang milik/kekayaan negara, serta penyelenggaraan tugas pemerintahan yang bersifat strategis dan/atau lintas departemen/lembaga/wilayah di bidang politik, sosial, dan keamanan; d) pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan di bidang politik, sosial, dan keamanan; e) evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan pengawasan di bidang politik, sosial, dan keamanan; f) analisis, evaluasi, dan penyusunan laporan hasil pengawasan di bidang politik, sosial, dan keamanan di lingkungan BPKP dan APIP lainnya. Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Politik, Sosial, dan Keamanan terdiri dari: a) Direktorat Pengawasan Lembaga Pemerintah Bidang Pertahanan dan Keamanan; b) Direktorat Pengawasan Lembaga Pemerintah Bidang Penegakan Hukum dan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara; c) Direktorat Pengawasan Lembaga Pemerintah Bidang Kesejahteraan Rakyat; d) Direktorat Pengawasan Lembaga Pemerintah Bidang Politik, Sosial, dan Keamanan Lainnya. Tugas pokok dan fungsi Deputi PIP Bidang Perekonomian dan Deputi PIP Bidang Politik, Sosial, dan Keamanan di perwakilan BPKP dilaksanakan oleh Bidang Instansi Pemerintah Pusat. Mitra dari pelaksanaan tupoksi tersebut adalah instansivertikal yang ada di provinsi/daerah. 10)Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang pengawasan penyelenggaraan bidang keuangan daerah. Dalam melaksanakan tugas, Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah menyelenggarakan fungsi: a) perumusan kebijakan teknis pengawasan dan penyusunan rencana pengawasan di bidang penyelenggaraan keuangan daerah; b) penyusunan pedoman teknis pemeriksaan dan pemberian bimbingan teknis pengawasan di bidang penyelenggaraan keuangan daerah terhadap kegiatan pengawasan BPKP dan APIP lainnya; c) pengawasan terhadap anggaran pendapatan dan belanja daerah, pengurusan barang milik/kekayaan pemerintah daerah, serta penyelenggaraan tugas pemerintahan yang bersifat strategis dan/atau lintas wilayah di bidang penyelenggaraan keuangan daerah atas permintaan daerah; d) pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan di bidang penyelenggaraan keuangan daerah; e) evaluasi dan penyusunan laporan hasil pengawasan di bidang penyelenggaraan keuangan daerah; f) analisis, evaluasi, dan penyusunan laporan hasil pengawasan bidang penyelenggaraan keuangan daerah di lingkungan BPKP dan APIP lainnya. Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah terdiri dari: a) Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah I; b) Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah II; c) Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah III. Tugas pokok dan fungsi Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah di perwakilan BPKP dilaksanakan oleh Bidang Akuntabilitas Pemerintah Daerah. Mitra dari pelaksanaan tupoksi tersebut adalah pemerintah daerah yaitu provinsi serta kabupaten kota di seluruh Indonesia.
  • 9. 11)Deputi Bidang Akuntan Negara Deputi Bidang Akuntan Negara mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang akuntan negara. Dalam melaksanakan tugas, Deputi Bidang Akuntan Negara menyelenggarakan fungsi: a) perumusan kebijakan teknis pengawasan dan penyusunan rencana pengawasan badan usaha milik negara, Pertamina, cabang usaha Pertamina dan kontraktor bagi hasil, kontrak kerja sama, badan-badan lain yang di dalamnya terdapat kepentingan pemerintah, dan badan usaha milik daerah; b) penyusunan pedoman teknis pemeriksaan dan pemberian bimbingan teknis pengawasan badan usaha milik negara, Pertamina, cabang usaha Pertamina dan kontraktor bagi hasil, kontrak kerja sama, badan-badan lain yang di dalamnya terdapat kepentingan pemerintah, dan badan usaha milik daerah; c) pengawasan terhadap badan usaha milik negara, Pertamina, cabang usaha Pertamina, kontraktor bagi hasil, dan kontrak kerja sama, badan-badan lain yang di dalamnya terdapat kepentingan pemerintah, dan badan usaha milik daerah atas permintaan daerah sesuai dengan dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku; d) evaluasi terhadap pelaksanaan good corporate governance dan laporan akuntabilitas kinerja pada badan usaha milik negara, Pertamina, cabang usaha Pertamina, kontraktor bagi hasil, kontrak kerja sama, badan-badan lain yang di dalamnya terdapat kepentingan pemerintah, dan badan usaha milik daerah, sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku; e) pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan pada badan usaha milik negara, Pertamina, cabang usaha Pertamina dan kontraktor bagi hasil, kontrak kerja sama, badan-badan lain yang di dalamnya terdapat kepentingan pemerintah, dan badan usaha milik daerah atas permintaan daerah; f) evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan pengawasan badan usaha milik negara, Pertamina, cabang usaha Pertamina dan kontraktor bagi hasil, kontrak kerja sama, badan-badan lain yang di dalamnya terdapat kepentingan pemerintah, dan badan usaha milik daerah; analisis, evaluasi, dan penyusunan laporan hasil pengawasan badan usaha milik negara, Pertamina, cabang usaha Pertamina dan kontraktor bagi hasil, kontrak kerja sama, badan-badan lain yang di dalamnya terdapat kepentingan pemerintah, dan badan usaha milik daerah. Deputi Bidang Akuntan Negara terdiri dari: a) Direktorat Pengawasan Badan Usaha Agrobisnis,Jasa Konstruksi, dan Perdagangan; b) Direktorat Pengawasan Badan Usaha Jasa Perhubungan, Pariwisata, Kawasan Industri, dan Jasa Lainnya; c) Direktorat Pengawasan Badan Usaha Jasa Keuangan dan Manufaktur; d) Direktorat Pengawasan Badan Usaha Perminyakan dan Gas Bumi; e) Direktorat Pengawasan Badan Usaha Milik Daerah. Tugas pokok dan fungsi Deputi Bidang Akuntan Negara di perwakilan BPKP dilaksanakan oleh Bidang Akuntan Negara. Mitra dari pelaksanaan tupoksi tersebut adalah Badan Layanan Umum dan Badan Usaha Milik Daerah di Provinsi/Kabupaten/Kota di Indonesia. 12)Deputi Bidang Investigasi Deputi Bidang Investigasi mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang investigasi. Dalam melaksanakan, Deputi Bidang Investigasi menyelenggarakan fungsi: a) perumusan kebijakan teknis investigasi dan penyusunan rencana investigasi; b) penyusunan pedoman teknis dan pemberian bimbingan teknis investigasi; c) koordinasi dan pelaksanaan investigasi terhadap kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan negara dan terhadap hambatan kelancaran pembangunan pada instansi pemerintah pusat dan daerah, badan usaha milik negara, badan-badan lain yang di dalamnya terdapat kepentingan pemerintah, dan badan usaha milik daerah; d) pemberian bantuan investigasi terhadap kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan negara dan terhadap hambatan kelancaran pembangunan pada instansi pemerintah pusat dan daerah, badan usaha milik negara, badan- badan lain yang di dalamnya terdapat kepentingan pemerintah, dan badan usaha milik daerah atas permintaan pihak yang berwenang,
  • 10. instansi atau badan usaha yang bersangkutan, instansi penyidik dan/atau instansi/lembaga yang berwenang lainnya; e) pemantauan tindak lanjut hasil investigasi; f) evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan investigasi; g) analisis, evaluasi, dan penyusunan laporan hasil investigasi. Deputi Bidang Investigasiterdiri dari: a) Direktorat InvestigasiInstansiPemerintah; b) Direktorat Investigasi Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah; c) Direktorat Investigasi Hambatan Kelancaran Pembangunan. Tugas pokok dan fungsi Deputi Investigasi di perwakilan BPKP dilaksanakan oleh Bidang Investigasi. Mitra dari pelaksanaan tupoksi tersebut adalah Aparat Penegak Hukum. 3.4. Informasi Produk dan Layanan BPKP Warga negara dan/atau badan hukum Indonesia berhak mengajukan permintaan Informasi Publik kepada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. BPKP menyediakan layanan Permintaan Informasi Publik BPKP sebagai perwujudan pelaksanaan UU tentang Keterbukaan Informasi Publik, baik melalui Meja Layanan Informasi di unit kerja BPKP maupun melalui website BPKP. BPKP berperan penting dalam pengembangan SDM Pemerintah Daerah dan Kementrian/Lembaga dalam kegiatan pembinaan kapabilitas APIP (Aparat Pengawasan Intern Pemerintah). Adapun layanan yang dilakukan kepada mitra kerja ialah sebagaiberikut : 1) BIDANG APD a) ASISTENSI (1) SPIP : (a) Asst Direct Assessment (b) Asst Monitoring Perbaikan SPIP (c) Sosialisasi SPIP (d) Asst Perkada SPIP (e) Bimtek Penerapan SPIP (f) Jukfas Penyelenggaraan SPIP (g) Manajemen Risiko (h) Asst SPIP Lainnya (2) SAKIP (a) Asst.SAKIP - IKK/IKU (b) Asst Indikator Kinerja (c) Asst StandarPelayanan Minimal (d) Asst Rencana Kerja Tahunan (e) Asst Penetapan Kinerja /TAPKIN (f) Asst LAKIP (g) Asst LPPD (h) Asst RPJMD/RENSTRA (i) Asst RKPD/RENJA (j) Asst Revisi RPJMD (k) Asst Evaluasi LAKIP (l) Asst Evaluasi LPPD (m) Asst SAKIP Lainnya (3) APBD (a) Asst.StandarBiaya / ASB (b) Asst.KUA & PPAS (c) Asst.Rencana Kerja & Anggaran (d) Rencana Bisnis Anggaran (RBA) (e) Asst Anggaran Berbasis Kinerja (f) Asst.APBD (g) Asst.APBD Lainnya (4) SAKD (a) BMD-Inventarisasi (b) Asst.SAKD BMD-Penatausahaan (c) Asst.SAKD BMD-Lainnya (d) Asst.SAKD LKPD (e) Asst.SAKD LKPJ (f) Asst.Reviu LKPD (g) Asst.SAKD Kebijakan Akuntansi (h) Asst.SAKD TUKD (i) Asst.SAKD Lainnya (5) SIMDA (a) SIMDA Keuangan (b) SIMDA BMD (c) SIMDA Gaji (d) SIMDA Pendapatan (e) SIMDA SAKIP (6) LAINNYA (a) Asst.Pengadaan Barang & Jasa (b) Asst.Reviu PBJ (c) Asst.Optimalisasi PAD (OPAD) (d) Asst.Action Plan (e) Asst.Peraturan Lain (f) Asst.LKPJ (g) Asst.LPPD (h) Asst.Lain-Lain b) AUDIT (1) Audit Keuangan (2) Audit Kinerja (a) Audit Kinerja Pelayanan Publik (b) Audit Kinerja Pelayanan Pemda (c) Audit Operasional
  • 11. (d) Audit Kinerja DAK (e) Audit Kinerja Lainnya (3) Audit Tujuan Tertentu c) EVALUASI (1) Evaluasi SPIP (2) Evaluasi SAKIP (3) Evaluasi LPPD (4) Analisis dan Evaluasi (5) Evaluasi Penetapan APBD (6) Evaluasi Penyerapan APBD (7) Evaluasi Tata Kelola (8) Evaluasi Lain-Lain d) LAIN-LAIN (1) Analisis Laporan Keuangan (2) Kajian (3) Profil Pemda (4) Pengumpulan Data Pemda (5) Lain-lain 2) BIDANG AKUNTAN NEGARA A. Asistensi Penyusunan Laporan Keuangan BUMD B. AsistensiLaporan Keuangan BLUD C. Pendampingan GCG 3) BIDANG INVESTIGASI A. Pemberian Keterangan Ahli B. Audit Perhitungan Kerugian Keuangan Negara C. Audit Investigasi D. Eskalasi Harga E. Hambatan Kelancaran Pembangunan 4) BIDANG IPP A. Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian B. Audit Kinerja (Ketaatan) C. Audit Keuangan 3.5. Hambatan dalam Pelaksanaan Tupoksi BPKP Peranan BPKP dalam pengawasan keuangan dan pembangunan di Indonesia yang begitu besar telah menimbulkan banyak masalah dalam pengawasan itu sendiri. Masalah-masalah dalam pengawasan keuangan dan pembangunan ini berakibat pada timbulnya berbagai macam hambatan yang nantinya jika tidak ditangani akan berubah menjadi “penyakit” bagi pemerintah dalam mengelola negara. Hambatan yang terjadi di BPKP dapat digolongkan menjadi dua yaitu hambatan internal dan hambatan eksternal. Ada lima hambatan internal yang dialami oleh BPKP yaitu Man, Money, Machine, Mindset dan Mutasi. Sedangkan hambatan eksternal yang dialami BPKP adalah masalah kewenangan. Keenam hambatan yang terjadi dalam pengawasan keuangan dan pembangunan di BPKP tersebut, dapat dijelaskan sebagaiberikut: 1) Man (Sumber Daya Manusia) SDM merupakan faktor utama dalam pengawasan. Jika tidak ada SDM, yang terjadi adalah tidak akan ada proses pengawasan. Masalah yang muncul dari SDM ini terjadi biasanya karena minimnya kualitas dan kuantitas SDM terhadap pengawasan itu sendiri yang dapat dijelaskan sebagaiberikut: a) Kualitas Hambatan SDM berikutnya adalah SDM yang melakukan pengawasan belum seluruhnya memiliki kualifikasi yang memadai dalam memahami definisi pengawasan itu sendiri. Kemampuan SDM di Perwakilan BPKP untuk menguasai materi/teknis dan peraturan tidak merata disebabkan oleh kurangnya pengarahan dan aturan dari BPKP Pusat. Strata pendidikan juga menjadi kendala yang harus dialami oleh BPKP selama ini. Dalam melakukan pengawasan, SDM yang dimiliki BPKP berdasarkan strata pendidikan yang didapatkan dari situs http://www.bpkp.go.id/ sebagaiberikut SDM yang sebagian besar memiliki latar belakang di bidang akuntansi (75%) membuat pengawasan pada sektor lain kurang dikuasai oleh auditor BPKP. Kebutuhan pada tenaga-tenaga akuntansi untuk mengaudit laporan keuangan di daerah masih dibutuhkan dan yang berikutnya adalah tenaga dari latar belakang hukum serta SDM yang berlatar belakang lainnya seperti Teknik Sipil dan Teknik Informatika. Selain itu, masih kurangnya tenaga pemasaran yang andal untuk memasarkan produk-produk jasa BPKP. Hal ini membuat pengawasan yang dilakukan oleh pengawas dari instansi pemerintah hanya berkutat pada masalah laporan akuntansi dari kegiatan-kegiatan atau proyek
  • 12. yang dilakukan oleh instansi tersebut yang dikenal dengan pemeriksaan. b) Kuantitas Guna menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, BPKP memiliki tenaga SDM yang handal. Posisi pegawai per Triwulan I tahun 2014 berjumlah 6.472 orang. Pegawai BPKP yang berjumlah 6.472 orang itu tersebar pada unit-unit kantor pusat dan kantor-kantor perwakilan di 33 provinsi di Indonesia. Berdasarkan Jabatan, para pegawai BPKP tersebut sebagaiberikut: Sebesar 53,23% auditor yang ada di BPKP atau sekitar 3.400 orang tentu tidak sebanding dengan banyaknya instansi di seluruh Indonesia. Sebagai gambaran, di Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan, jumlah jabatan fungsional auditor sebesar 136 orang tentu sulit untuk meng-cover 24 Pemerintah Kabupaten/Kota dan 1 Pemerintah Provinsi. Di luar pemerintah daerah, juga terdapat 5 BUMN yang berkantor pusat di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dan 29 BUMD serta 30 Rumah Sakit Umum Daerah. Hal yang lain yang juga mempengaruhi SDM dalam pengawasan keuangan dan pembangunan di BPKP adalah kegiatan ataupun proyek, lebih banyak jumlahnya jika dibandingkan dengan jumlah SDM yang ada untuk melakukan pengawasan. Ini yang menyebabkan BPKP tidak bisa melakukan pengawasan dalam waktu yang bersamaan dan secara keseluruhan. BPKP harus melakukan pengawasan di kabupaten seluruh Indonesia, sedangkan SDM tidak mencukupi jumlahnya sebanyak itu dalam waktu bersamaan. Di beberapa lembaga atau instansi, aparat pengawas juga belum bisa menjangkau seluruh kegiatan atau proyek-proyek yang begitu banyak dan besar sehingga menyebabkan pengawasan yang dilakukan oleh lembaga pengawasan hanya berfokus di akhir periode saja. Penyebabnya adalah SDM dalam melaksanakan kegiatan pengawasan keuangan dan pembangunan masih mengalami kekurangan. Pengawasan jumlah SDM yang tidak sebanding dengan jumlah proyek atau kegiatan menjadi persoalan. Hal ini menjadi masalah jika ditarik benang merah dalam pengawasan di Indonesia, dimana pengawasan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pengawas hanya sebatas pada pemeriksaan laporan keuangan saja bukan pada aktivitas pengawasan yang berjalan secara continue. 2) Money (Anggaran) Anggaran menjadi faktor penentu dalam kegiatan atau aktivitas pengawasan. Walaupun bukan semata- mata faktor utama yang menjadi ukuran keberhasilan kegiatan pengawasan, tetapi faktor ini menjadi penting manakala lembaga-lembaga pengawas ingin melakukan kegiatannya serta menyukseskan kegiatan pengawasan. Hal ini disebabkan anggaran merupakan modal untuk membiayai seluruh kegiatan pengawasan, mulai dari biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pengawasan, salary atas aparat-aparat yang melakukan pengawasan, pengadaan barang dan jasa di bidang pengawasan, hingga peningkatan kinerja bagi aparat- aparat pengawas itu sendiri. Memandang BPKP sebagai lembaga pengawas intern pemerintah yang memiliki tugas dan fungsi besar, secara otomatis anggaran yang dibutuhkannya pun besar. Keterbatasan yang dimiliki oleh pemerintah khususnya pemerintah pusat adalah anggaran yang dimilikinya tidak hanya diperuntukkan bagi satu lembaga, melainkan seluruh lembaga di Indonesia. Pemerintah pusat memiliki kewajiban untuk mendanainya. Oleh sebab itu, muncul hambatan atas anggaran tersebut dengan posisi BPKP yang saat ini membutuhkan anggaran yang besar, tetapi tidak didukung dengan dana yang besarjuga yang disediakan oleh pemerintah pusat. Kendala anggaran menjadi penentu untuk disediakannya sarana dan prasarana pendukung kegiatan pengawasan, sehingga kadangkala kebutuhan tersebut tidak terpenuhi diakibatkan anggaran yang ada tidak mencukupi. Dari beberapa penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa anggaran juga merupakan kendala yang cukup signifikan dalam penyelenggaraan pengawasan keuangan dan pembangunan. Anggaran bisa menjadi hambatan manakala tidak ada prinsip money follow function. Anggaran BPKP menurut pagu APBN 2013 sebesar Rp1,15 triliun menjadi sebesar Rp1,12 triliun dalam RAPBN-P 2013 setelah Komisi XI menyetujui pemotongan anggaran sebesar Rp 24,85 miliar.
  • 13. Sedangkan, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memiliki pagu awal sebesarRp2,9 triliun. 3) Machine (Sarana dan Prasarana) Hambatan lain yang menjadi masalah dalam pengawasan adalah sarana dan prasarana untuk mendukung pengawasan sangat minim, dimana sarana dan prasarana ini dibutuhkan sebagai upaya mendukung pengawasan yang dilakukan oleh BPKP ataupun lembaga pengawas lainnya. Pengawasan ataupun kegiatan audit yang dilakukan oleh BPKP mengalami kekurangan dalam alat pendukung seperti Personal Computer (PC), notebook, internet, alat tulis kantor (ATK), dan lain-lain. Kendala kekurangan ini harus segera dipenuhi seiring dengan makin berkembangnya pengawasan yang dilakukan oleh BPKP. Di samping itu, BPKP mengakui bahwa penyediaan kendaraan bermotor roda empat dan kendaraan bermotor roda dua tidak dapat terpenuhi karena adanya kebijakan pengadaan kendaraan operasional secara selektif. 4) Mindset (Pola Pikir) Perubahan metode kerja dalam pemerintahan juga menjadi salah satu penghambat dalam pengawasan keuangan dan pembangunan. Hal ini juga menjadi salah satu penyebab dimana aparat-aparat yang sudah terbiasa dengan tempat nyaman dalam pemerintahan tidak ingin pindah. Padahal dengan tuntutan pekerjaan yang lebih maju sangat mempengaruhi kinerja pemerintahan. Metode kerja yang sekarang diterapkan oleh BPKP adalah metode kerja yang menuntut SDM tidak hanya memiliki keahlian di dalam satu bagian saja, melainkan dibutuhkan integritas dari SDM untuk memahami tuntutan zaman. SDM yang telah terbiasa dengan metode kerja yang lama menjadi kendala dalam lembaga BPKP karena ketika perubahan metode kerja diperlukan untuk perbaikan kinerja, main setting SDM sulit untuk diubah. Bahkan, tidak jarang kinerja BPKP menjadi menurun akibat proses perubahan tersebut. SDM yang masih belum menerima perubahan kerja kadang kala terjadi penolakan terhadap apa yang dikerjakannya sehingga dapat menyebabkan performance yang dimilikinya menurun seiring menurunnya kepuasan kerja. Hal ini menyebabkan kinerja pada bagian tersebut juga mengalami kemunduran jika SDM tersebut berpengaruh secara signifikan. Bahkan bisa jadi pada skala BPKP itu sendiri akan menyebabkan kinerjanya menurun. Perubahan formasi yang terjadi di Indonesia sejak 1998 berdampak pula pada pergeseran wewenang, tugas dan fungsi BPKP. BPKP tidak bisa lagi mengawasi secara penuh instansi-instansi pemerintah pusat maupun daerah dan juga BUMN/D. Hal ini menjadikan SDM yang belum bisa memahami dampak perubahan itu, tidak dapat berbuat banyak dalam melaksanakan pengawasan karena berkurangnya kekuatan yang dimiliki BPKP. Perubahan BPKP ke arah quality assurance dan consulting memberikan dampak bahwa ada pegawai BPKP yang tidak menghendaki terjadinya perubahan karena sudah terbiasa dengan budaya yang ada. Sulit untuk mengubah paradigma auditor dari audit oriented menjadi non auditPerubahan itu memberikan da mpak pada pegawai tersebut seperti terjadinya penolakan dan kinerjanya cenderung menjadi tidak baik. Hambatan BPKP dalam berperan sebagai konsultan manajemen adalah belum siapnya SDM melaksanakan peran tersebut karena lebih condong kepada peran audit. 5) Mutasi Adanya rotasi pegawai dalam struktur pemerintahan, menjadikan penyebab timbulnya permasalahan pula dalam pengawasan keuangan dan pembangunan. Hal ini dikarenakan, rotasi pegawai berdampak pada ahli-ahli yang sengaja dipersiapkan dalam kegiatan pengawasan keuangan dan pembangunan harus dipindah ke tempat baru dalam struktur pemerintah, sedangkan posisi yang lama digantikan oleh orang lain yang bisa jadi belum mengetahui seluk beluk pengawasan keuangan dan pembangunan yang dilakukan oleh lembaga tersebut. Sistem pengaturan struktur yang selalu berpindah- pindah sering kali menjadi salah satu penyebab pengawasan tidak berjalan. Kondisi ini memberikan dampak bahwa tidak ada aparat tetap dalam jabatannya. Permasalahan ini menyebabkan ahli-ahli yang sudah dipersiapkan dalam pengawasan keuangan dan pembangunan harus beradaptasi dengan lingkungan dan pekerjaannya yang terus berganti. Permasalahan di sini adalah pola mutasi di BPKP yang belum jelas. Ada pegawai yang tidak pernah dimutasi dan ada pegawai yang sering dimutasi. Pemerataan jumlah pegawai memang perlu, tetapi harus diperhatikan pola dan aturan yang jelas. 6) Kewenangan Perubahan yang terjadi di Indonesia telah menggiring BPKP ke dalam pembatasan kewenangan. BPKP menyerahkan sebagian kewenangannya kepada
  • 14. BPK sebagai lembaga pengawas eksternal pemerintah dan inspektorat sebagai lembaga pengawas internal pemerintah. Kegamangan dalam pengawasan menimbulkan wacana adanya pembubaran BPKP karena keberadaannya menjadi persoalan di mata lembaga pengawas. Walaupun tidak menutup mata bahwa ada pula yang masih membutuhkan BPKP dalam pengawasan karena fungsinya sebagai pembina pengawasan masih dibutuhkan untuk membantu pengelolaan organisasi. Kewenangan yang berubah ini, membuat BPKP hanya memiliki kewenangan berdasarkan by order saja. Pengawasan-pengawasan yang dilakukannya mengkhususkan pada langkah- langkah yang dapat diperbaiki sendiri oleh BPKP. Sebagai contoh kasus, penanganan Batubara di Kalimantan, BPKP tidak serta-merta melakukan pengawasan ataupun pemeriksaan. Jika diberikan wewenang oleh pemerintah, BPKP baru akan melakukan pemeriksaan. Hal seperti inilah yang membuat pengawasan yang dilakukan oleh BPKP tidak memiliki daya terhadap penyimpangan- penyimpangan yang terjadi. Monitoring terhadap pelaksanaan proyek ataupun pelaporan keuangan justru telah ditutupi dengan keberadaaan BPK ataupun inspektorat itu sendiri. Hal ini menjadi penjelasan terhadap posisi BPKP saat ini, dimana BPKP menjalankan fungsi hanya sebatas permintaan saja. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang dilakukan oleh BPKP untuk mengontrol kegiatan yang dilakukan oleh instansi-instansi terkait yang berhubungan langsung dengannya. Proses yang dilakukan BPKP dalam pengawasan ini memiliki berbagai macam kegiatan dimulai dengan sosialisasi, konsultasi, bimbingan teknis, pengembangan/ penyusunan sistem, kajian, inventarisasi Barang Milik Negara, assessment good governance, pelayanan publik, audit keuangan, kinerja, operasional, dan tujuan tertentu serta audit investigasi, perhitungan kerugian negara, dan memberikan keterangan ahli. BPKP sebagai reviewer atas laporan keuangan pemerintah memiliki kewenangan me-review atas laporan tersebut hanya berdasarkan permintaan. Namun, hal ini kadangkala terjadi tata hubungan antar lembaga tersebut tidak terjalin dengan baik. Seperti, proses pengawasan yang dilakukan oleh BPKP tidak mendapatkan antusiasme dari beberapa pihak karena pengawasannya saat ini sudah digantikan posisinya oleh BPK, Itjen, dan Itda. Posisi dalam pengawasan yang sudah digantikan tersebut, telah membuat kewenangan yang dimiliki oleh BPKP termarjinalkan dan dipandang sebelah mata atas pengawasan keuangan dan pembangunan karena tidak pernah melakukan pengawasan atas kegiatan ataupun proyek. Masing-masing lembaga pengawas ingin melakukan pengawasan dengan cara masing-masing, namun kondisinya tidak dibarengi dengan kemampuan SDM yang dimiliki mereka. Hambatan yang terjadi selama ini telah menimbulkan celah masalah dalam pengawasan di Indonesia. Eksistensi BPKP dalam pengawasan mulai dipertanyakan, untuk menjamin celah-celah kebocoran dana dapat diawasi terus dan tidak ada lagi kebocoran anggaran. Jangan sampai hal-hal yang berdampak pada opini disclaimer yang dikeluarkan oleh BPK terus saja ada. Berdasarkan data disclaimer opinion yang dikeluarkan oleh BPK, sebesar 40% opini disclaimer atas pelaporan keuangan pemerintah pusat maupun daerah. Jika kondisi ini terus terjadi bukan tidak mungkin BPKP menjadi kambing hitam akibat lemahnya pengontrolan dana-dana dari pemerintah pusat. Ini menandakan bahwa selama ini adanya ketidakseriusan dalam pengawasan. Bahkan bukan tidak mungkin definisi pengawasan yang selama ini dilakukan bukan suatu proses yang inherent dalam pengawasan melainkan proses pemeriksaan setiap akhir anggaran. Kondisi yang seperti ini menjadi pertanyaan dalam pengawasan pemerintahan, dimana eksistensi BPKP dalam sistem pengawasan keuangan dan pembangunan di Indonesia. 4. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan sebelumnya, penulis berkesimpulan bahwa dari masing-masing unit di BPKP, baik itu di pusat maupun di perwakilan, tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya hambatan dan dalam pelaksanaan tupoksi, bahkan bisa dimungkinkan untuk terjadinya indikasi penyimpangan, meskiupun berbagai sistem dan peraturan telah dirancang sedemikian rupa. Oleh karena itu, perlu ada perbaikan yang berkelanjutan dari BPKP, sehingga hambatan, terutama yang berindikasi pada penyimpangan tersebut dapat diselesaikan Dalam rangka memberikan perbaikan terkait dengan hambatan BPKP, penulis memberikan saran- saran sebagai berikut: 1) Peningkatan Kesejahteraan Solusi ini memang membutuhkan dana yang besar, tapi langkah ini perlu untuk dilakukan. Dengan biaya hidup yang semakin mahal, meliputi biaya hidup sehari-hari, biaya sekolah dan kuliah anak, segala cicilan aktiva tetap yang menjadi kebutuhan primer, penghasilan yang diterima oleh pegawai BPKP sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan untuk hidup secara wajar. Padahal, BPKP memiliki kewenangan yang
  • 15. cukup besar, diantara rekanan auditor yang dipercaya World Bank, ADB dan sejumlah lembaga keuangan internasional lainnya untuk melakukan audit keuangan dan operasional program-program pemerintah yang dananya berasal dari lembaga-lembaga keuangan ini. Belumtermasuk juga kerja sama intensif antara BPKP dengan lembaga penegak hukum seperti Kepolisian, Kejaksaan, dan KPK dalam bentuk penggunaan tenaga auditor BPKP untuk melakukan audit investigasi, audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara, dan pemberian keterangan ahli di pengadilan. 2) Perbaikan Alokasi Anggaran Para pengambil kebijakan harus logis saat akan menetapkan target kinerja suatu instansi. Suatu program kerja membutuhkan pendanaan dan para pengambil kebijakan ini harus memahami bahwa apabila anggaran yang disediakan tidak memadai maka target kinerja harus dipangkas, sekalipun itu berarti kinerja menurun dibanding tahun lalu atau bisa juga dengan melakukan pergeseran anggaran untuk infrastruktur. Apabila target kinerja terus dipaksakan melampaui pendanaan, maka praktek-praktek pendanaan yang tidak etis akan terus terjadi dalam suatu organisasi. 3) Perbaikan Mekanisme Whistle Blower Seringkali pegawai dalam lingkungan suatu organisasi bersedia dan bahkan berkeinginan untuk menyampaikan praktek-praktek yang tidak patut yang berlangsung dalam suatu organisasi. Pegawai ini masih memiliki kesadaran bahwa praktek tidak patut ini akan menggerogoti nilai-nilai yang dianut dalam organisasi. Namun, sayangnya belum ada mekanisme internal yang mengatur apabila pegawai ini ingin menyampaikan kritik atau saran atas apa yang terjadi dalam organisasi. Seringkali ketika pegawai yang bersangkutan menyampaikan kritik atau saran melalui forum kantor atau milis, malah menjadi pesakitan dan musuh bersama sejumlah pejabat di lingkungan kantornya. Penulis mengharapkan Kepala BPKP atau Sekretaris Utama BPKP untuk mendorong para pegawai yang memiliki kritik atau saran mengirimkan opininya melalui email tertentu yang akan direspon sendiri oleh salah satu dari kedua pejabat tersebut. Tujuannya sederhana, yaitu agar para pejabat yang berkepentingan di kantor pusat bisa memahami apa saja asalah yang ada dalam lingkungan kantor secara keseluruhan dan mengetahui wajah organisasi yang sebenarnya. 4) Peningkatan Kompetensi Pegawai Seringkali dalam suatu penugasan, pegawai BPKP dihadapkan pada berbagai masalah, sehingga diperlukan professional judgment (keputusan profesional) untuk menyelesaikan masalah tersebut. Namun, professional judgment tersebut kurang didukung oleh kompetensi yang memadai, sehingga perlu adanya peningkatan kompetensi untuk menunjang ketepatan professional judgment tersebut. Salah satu cara yang dilakukan oleh BPKP untuk meningkatkan kompetensi pegawai BPKP yaitu dengan melalui pendidikan dan pelatihan (diklat) yang berkelanjutan dan pembinaan pegawai di lingkungan internal kantor BPKP, melalui Pelatihan Kantor Sendiri (PKS) yang saat ini juga sering disebut Program Pelatihan Mandiri (PPM), terutama yang berkaitan dengan suatu penugasan. 5) Perbaikan Pola Mutasi Pada beberapa kantor perwakilan BPKP, seringkali ditemui adanya ketimpangan dalam hal proporsi jumlah pegawai. Sehingga, perlu adanya perbaikan dalam hal pola mutasi. Misalnya, setiap pegawai yang memperoleh kenaikan pangkat atau kenaikan jenjang atau dalam 8(delapan) tahun sekali, perlu dimutasi. Perbaikan pola mutasi ini penting, mengingat salah satu sikap yang perlu dijunjung oleh pegawai BPKP, khususnya auditor BPKP, adalah independensi dan integritas. Sehingga, perbaikan pola mutasi tersebut, mampu menjaga independensi dan integritas pegawai BPKP, khususnya auditor BPKP dalam setiap pelaksanaan penugasan. 6) Penguatan Landasan Hukum Setiap pihak yang menderita kerugian akibat pelanggaran atau tindakan melawan hukum oleh pegawai BPKP (dalam pelaksanaan penugasan), dapat mengajukan gugatan atau tuntutan hukum. Salah satu bentuk gugatan atau tuntutan hukum tersebut adalah terkait dengan kewenangan BPKP dalam pelaksanaan tugas tersebut karena landasan hukum dari BPKP hanya sebatas Keputusan Presiden dan Peraturan Pemerintah. Berdasarkan hal tersebut, perlu adanya penguatan landasan hukum BPKP, sehingga kewenangan BPKP dalam pelaksanaan suatu penugasan menjadi tidak diragukan lagi, khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan dan tanggung jawab penugasan di bidang investigasi. Daftar Referensi: http://bpkp.go.id