Dokumen tersebut membahas tentang era disrupsi dalam dunia bisnis. Secara garis besar dibahas mengenai:
1) Makna dan pengertian disrupsi
2) Contoh disrupsi yang terjadi di masa lalu
3) Fenomena era disrupsi saat ini yang disebabkan digitalisasi
4) Cara menghadapi era disrupsi, seperti melakukan trend watching, inovasi, dan membentuk partnership.
2. STRATEGIC MANAGEMENT
Summary Materi Kuliah: Disruption Era
Marlia Yusdarti (55118010005 Mahasiswa Magister Management Universitas Mercubuana)
Prof. Dr. Hapzi Ali, Ir, MM, CMA, MPM (Dosen Pengampu)
a. Perkembangan Bisnis di Era Disruption
Disruption adalah singkatan Disruptive Innovation. Diistilahkan disruptive (menganggu)
karena adanya pergesaran model bisnis dari era analog ke era digital dengan inovasi digital
yang membuat segalanya menjadi mudah. Pada tahun 1970an saat era pabrik es batu sedang
dalam era keemasannya, banyak sekali perusahaan-perusahaan es batu bermunculan. Ketika
Innovasi lemari es ditemukan, bisnis pabrik es batu pun terganggu. Lambat laun perusahaan
es batu bertumbangan karena di disruptive oleh perusahaan lemari es yang memudahkan
konsumen membuat es batu sekaligus mendinginkan dan mengawetkan makanan.
Disruptif adalah salah satu kata yang paling sering digunakan di dunia bisnis. Hal ini
terkait dengan hal-hal yang mengganggu pada sebuah bisnis. Istilah “disruption” dicetuskan oleh
Clayton Christensen. Ia menggunakan ungkapan ini sebagai cara untuk memikirkan
perusahaan yang sukses tidak hanya memenuhi kebutuhan pelanggan saat ini, namun
mengantisipasi kebutuhan mereka di masa depan.
Digitalisasi adalah akibat dari evolusi teknologi (terutama informasi) yang mengubah hampir
semua tatanan kehidupan, termasuk tatanan dalam berusaha. Sebagian pihak mengatakan
bahwa disrupsi adalah sebuah ancaman. Namun banyak pihak pula mengatakan kondisi saat
ini adalah peluang.
Era disrupsi ini merupakan fenomena ketika masyarakat menggeser aktivitas-aktivitas yang
awalnya dilakukan di dunia nyata, ke dunia maya. Fenomena ini berkembang pada perubahan
pola dunia bisnis.
Secara garis besar, pengertian disrupsi (disruption) adalah inovasi yang akan menggantikan
seluruh sistem lama dengan cara-cara baru. Disrupsi berpotensi menggantikan pemain-pemain
3. lama dengan baru. Disrupsi bisa dilihat sebagai sesuatu yang positif karena merupakan sebuah
inovasi yang dinamis. Disrupsi sesungguhnya bisa terjadi secara meluas, karena dinamika yang
terkandung di dalam perubahan zaman. Disrupsi bisa terjadi di pemerintahan, bisnis, pendidikan,
dan juga hubungan-hubungan sosial.
b. Inilah yang dinamakan Era Disruption
Perusahaan-perusahaan Digital mengubah dunia menjadi serba mudah. Terdapat istilah dari
kalangan perusahaan startup Go Online or Good Bye realnya memang terjadi dihadapan
kita. Perusahaan Startup sekarang memegang pangsa pasar hampir di semua lini. Dengan
pendanaan yang luar biasa. Dan dengan valuasi nilai perusahaan yang luar biasa pula.
Garuda Indonesia yang memiliki lebih dari 1500an armada pesawat beserta manajemennya
di seluruh dunia bervaluasi sebersar 17 Triliun rupiah. Sedangkan Go-Jek yang tidak memiliki
1 armadapun yang menjadi milik perusahaan bervaluasi sebesar 51 Triliun. Go-Jek hanya
memiliki Aplikasi mampu memiliki valuasi sebesar itu. Inilah era digital atau yang lebih dikenal
dengan Era Disruption. Apa yang terjadi dengan dunia bisnis 20 tahun mendatang? Mari
kita persiapkan diri kita, dan bisnis kita untuk mengahadapi era digital kedepan ini dengan
bekal ilmu pengetahuan dan tidak ketingglan teknologi. Dunia akan berubah begitu cepatnya
saat teknologi menjadi bertambah canggih. Jika perusahaan dan manajemen tidak mampu
mengejar perusahaan akan tertinggal.
Sejarah akan menunjukkan bahwa industrialisasi dan manufaktur akan menjamin kemakmuran
ekonomi dan penciptaan lapangan kerja, tetapi waktu itu pasti telah berlalu. Populasi yang
matang (dan pertumbuhan rendah) di barat dan kelebihan kapasitas di China tidak akan
menciptakan cukup ruang kepala untuk penciptaan lapangan kerja yang memadai melalui
industrialisasi.
Namun, mengubah demografi global juga memberikan peluang bagi bisnis untuk menjadi
modal layanan dunia. Tetapi ini hanya mungkin jika demografi bonus potensial dapat
dipertahankan dan didukung dengan cara yang berarti. Selain itu, akan memiliki empat
generasi orang yang bekerja bersama untuk pertama kalinya dalam sejarah, yang
menghadirkan tantangannya sendiri dalam menarik dan mempertahankan angkatan kerja.
4. Ketika mengamati para millennial, ada beberapa pola yang menarik untuk diamati. Ambil
digitalisasi umum yang memastikan generasi ini terbiasa memiliki manfaat teknologi di
berbagai titik kontak - telekomunikasi, musik, perjalanan, ritel, dan buku - dan mereka
mengharapkan inovasi, kecepatan, keandalan, dan akses yang sama dari interaksi apa pun dengan
penyedia produk dan layanan.
Yang juga patut diperhatikan adalah tren pembelian yang berubah dalam grup ini, yang dengan
cepat beralih dari kepemilikan ke akses. Sebuah laporan oleh Goldman Sachs mengatakan
kita bergerak cepat menuju 'ekonomi berbagi'. Kunci dan contoh yang sering dikutip adalah
penggunaan Uber atau ojek online yang memungkinkan untuk kenyamanan mobil tanpa
kepemilikan. Sebuah wawasan yang sangat menarik tentang kesejahteraan emosional generasi
milenium. Para Millenium percaya bahwa mereka akan lebih bahagia daripada orang tua
mereka dibandingkan dengan rekan-rekan mereka di Eropa dan Jepang. Ini adalah indikasi yang
jelas dari optimisme umum tentang skenario ekonomi di dunia.
c. Hal Penting Dalam Disrupsi
Rhenald Kasali dalam Kompas.Com mengungkapkan bahwa terdapat 5 (lima) hal
penting dalam disrupsi yaitu :
1. Disrupsi berakibat terhadap penghematan banyak biaya melalui proses bisnis yang menjadi
lebih simpel.
2. Disrupsi membuat kualitas apapun yang dihasilkannya lebih baik daripada sebelumnya.
3. Disrupsi berpotensi menciptakan pasar baru, atau membuat mereka yang selama ini ter-
eksklusi menjadi ter-inklusi. Membuat pasar yang selama ini tertutup menjadi terbuka.
4. Produk/jasa hasil disrupsi ini harus lebih mudah diakses atau dijangkau oleh para
penggunanya.
5. Disrupsi membuat segala sesuatu kini menjadi serba smart. Lebih pintar, lebih
menghemat waktu dan lebih akurat.
Dalam ilmu strategic management, sebenarnya disrupsi adalah hal yang biasa dalam dunia
bisnis. Pada dasarnya disrupsi adalah perubahan yang terjadi pada lingkungan bisnis yang secara
5. alami memang selalu berubah dan dinamis. Dari zaman dahulu disrupsi sudah terjadi, dan
kejadiannya biasanya dikarenakan oleh terciptanya teknologi yang membuat proses bisnis
lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan proses sebelumnya.
Selanjutnya bagaimana fenomena tersebut dalam dunia pariwisata? Kita dapat menganalisa
dampak dari berjamurnya OTA (online travel agent) dan agregator transportasi online yang
memberikan efek disrupsi terhadap agen perjalanan dan jasa transportasi konvensional yang
sedang dipuncak product life cycle terdorong ke posisi decline.
d. Perubahan dalam era disrupsi
Sebagian besar orang akan mengatakan, disrupsi tengah terjadi. Perubahannya tidak terasa
di awal. Bahkan sudah terlanjur terlambat untuk menyadarinya. Dalam buku Disruption:
Menghadapi Lawan-Lawan Tak Kelihatan dalam Peradaban Uber, dituliskan bahwa keadaan
yang serba cepat membuat manusia terlena. Kemudahan yang semakin lama dirasakan dalam
mengakses suatu sumber daya , tidak disadari sebagai sebuah sinyal lembut. Persaingan pun
diyakini menjadi semakin tak kasat mata. Secara tiba -tiba, terjadi penurunan di satu sisi. Entah
itu dalam penjualan ataupun pendapatan.
Perkembangan teknologi memang dapat dikatakan menjadi pemicu. Kehadirannya membuat
semuanya dapat diakses. Hingga akhirnya baru diketahui bahwa itulah bagian dari disrupsi. Tentu,
akan ada pihak yang panik karena semuanya terjadi secara tiba-tiba. Bersifat kejutan
(surprise). Namun, meskipun begitu, tetap saja tidak menyadari bahwa disrupsi juga
menandakan adanya hal-hal yang berubah. Hal-hal yang tidak sama lagi dengan sebelumnya
sehingga membutuhkan cara-cara baru untuk dapat menakkukannya.
Minimal, ada 3 hal yang harus dipahami telah berubah :
1. Pasar yang baru
Disruption pada akhirnya mencptakan suatu dunia baru: digital marketplace. Dunia baru tersebut
menandakan bentuk pasar yang berubah. Dengan kata lain konsumen pun akan berpindah. Pasar
tersebut tidak disadari dan tidak terlihat wujudnya. Memunculkan prasangka-prasangka.
6. Sayangnya, banyak yang masih berusaha berkilah daripada berorientasi kepada konsumen
tersebut dan menyesuaikan produk serta layanannya.
2. Nasib yang berbeda
Dalam menghadapi pertarungan yang kompetitif, akan selalu ada akhir yang berbeda bagi masing-
masing pemain. Perubahan-perubahan yang terjadi menuntut adanya inovasi. Tanpa hal
tersebut, yang lebih inovatif akan mengalahkan, bahkan menggantikan yang terdahulu.
Sehingga, dalam sejarah disruption akan ada akhir yang berbeda. Maka, inovasi yang
berkelanjutan adalah kunci.
3. Bersaing dengan business model
Ada yang berubah dalam melakukan pemasaran ketika sudah memasuki era disrupsi. Kini,
pertarungannya pun tidak sesederhana hanya sekadar produk. Melainkan mencakup pada model
bisnis (business model). Produk bisa saja sama, tetapi apabila model bisnisnya dapat menarik
hati konsumen, maka sudah barang tentu nyata siapa yang menjadi pemenang. Misalnya
saja keduanya sama-sama berupa swalayan, namun karena model bisnis yang berbeda, maka
salah satunya yang akan memenangkannya.
e. Cara Menghadapi Era Disrupsi
Disruption menjadi berat karena banyak orang, termasuk wirausaha dan regulator, tidak tahu apa
yang tengah terjadi. Semua orang berpikir bahwa mereka telah melakukan caracara terbaik. Tak
hanya langkah-langkah manajerial yang sistematis, prinsip-prinsip strong brand dan inovasi pun
telah diterapkan. Untuk itulah buku ini ditulis. Untuk membuka mata kita dan melihatnya bersama-
sama dengan kacamata baru, membaca proses, lingkungan, dampak regulasi, strategi, dan akibat
dari disruption.
Perusahaan harus dapat segera beradaptasi, dan mengenali bagaimana keadaan sekarang yang
penuh dengan perubahan. Tidak lagi sekedar berubah, melainkan langsung bergeser atau
menggantikan yang sudah berdiri sebelumnya dalam waktu yang cepat.
Pergeseran segmen konsumen memerlukan pengembangan dari berbagai aspek termasuk
layanan. Jika kita mengikuti perkembangan selama ini yang terjadi, kita akan menyadari bahwa
7. tanda-tanda perubahan tersebut sudah terbaca sejak beberapa tahun lalu. Perubahan yang terjadi
secara tiba-tiba dan dalam waktu yang singkat tersebut memang mengejutkan beragam pihak. Ada
yang senang dan ada yang merasa terancam.
Beberapa cara menghadapi era disrupsi yang akan selalu terjadi dalam dunia bisnis kuncinya
adalah adaptasi, karena disrupsi itu merupakan suatu perubahan dalam lingkungan bisnis, dan
tentunya adaptasilah yang dapat menjadi salah satu kuncinya.
Berikut adalah 7 (tujuh) cara yang dapat dilakukan oleh bisnis dalam menghadapi era disrupsi ini
agar bisnis tidak kehilangan pelanggannya atau bahkan mati :
1) Trend Watching
Trend watching adalah kegiatan dalam memantau perubahan trend dalam lingkungan bisnis.
Dengan selalu memantau lingkungan, maka bisnis akan selalu mengetahui perubahan-
perubahan yang sedang dan akan terjadi sehingga gejala-gejala timbulnya disrupsi akan
terdeteksi secara dini. Komponen-komponen yang harus dipantau yaitu trend teknologi,
ekonomi, budaya, politik, dan lingkungan alam. Informasi dari trend watching dapat digunakan
untuk melakukan adaptasi dan antisipasi, sehingga efek dari disrupsi dapat diminimalisir, atau
bahkan dapat menjadi agent of disruption, yaitu pelaku bisnis yang menjadi pionir dalam disrupsi.
2) Research
Agar trend watching yang dilakukan hasilnya dapat lebih meyakinkan, maka harus dilakukan
dengan pendekatan riset. Karena dengan riset informasi yang didapat dapat
dipertanggungjawabkan mengenai kesahihan dan keabsahannya, karena dilakukan secara ilmiah.
Oleh karena itu bisnis di era ini harus memiliki fungsi riset, yang biasa dinamakan R&D (research
& development).
3) Risk Management
Cara selanjutnya yaitu selalu melakukan pengelolaan terhadap resiko. Lingkungan yang
terdisrupsi pada dasarnya akan menjadi pemicu dari resiko bisnis. Disrupsi harus dikelola, dan
risk management disini dapat difokuskan kepada disruption management mengenai bagaimana
disrupsi diidentifikasi, dianalisis dan dievaluasi, sehingga bisnis dapat memiliki ruang dan waktu
untuk mengantisipasi gejala disrupsi yang akan terjadi.
8. 4) Inovation
Inovasi, yaitu membuat terobosan-terobosan baru atau penyesuaian-penyesuaian pada bisnis
yang lama agar lebih sesuai dengan era dimana masa disrupsi terjadi. Inovasi dapat dilakukan jika
peristiwa tersebut sudah terlanjur terjadi dan dapat berhasil pada bisnis yang akan melakukan
perubahan. Contohnya adalah bisnis yang murni offline, membuat inovasi dengan meluncurkan
versi online.
5) Switching
Switching atau memutar haluan bisnis dapat dilakukan jika bisnis yang ada tidak dapat lagi
dimodifikasi, maka solusinya adalah harus berani memutar haluan atau mematikan produk yang
sudah dimiliki. Contohnya Telkom yang selalu berani untuk mematikan atau mengkanibalisasi
produknya sendiri seperti telepon kabel yang diganti dengan nirkabel dll.
6) Partnership
Era disrupsi pada masa ini membuat bisnis sulit untuk bertempur sendiri karena persaingan
sudah sangat kompleks dan proses bisnis sudah ter-inklusi. Oleh karena itu solusinya adalah
dengan melakukan kolaborasi dan aliansi-aliansi strategis mulai dari sisi input sampai output
dalam supply chain agar bisnis menjadi lebih efektif dan efisien.
7) Change Management
Hal ini dapat dilakukan untuk merubah pola pikir dan kesadaran dari elemen sumber daya
manusia dalam organisasi bisnis agar dapat bahu-membahu melakukan perubahan. Karena
efek disrupsi itu dapat merubah segala hal tak terkecuali pada budaya organisasi dalam
melakukan proses bisnisnya. Oleh karena itu solusinya adalah organisasi harus dapat berubah
menyesuaikan budaya organisasi di era disrupsi yang ada.
Disruption mengubah banyak hal sedemikian rupa, sehingga cara-cara bisnis lama menjadi
obsolete. Menjadi usang atau ketinggalan zaman. Persis seperti sebagian besar bangunan
pabrik es yang kini telah berubah menjadi "rumah hantu", atau mesin faksimili yang sekarang
hanya teronggok di sudut ruangan menunggu kiriman surat yang tak kunjung tiba. Tapi, mungkin
9. anggapan ini muncul karena masih awamnya pemahaman masyarakat dan para elit terhadap basic
concept mengenai disruption itu sendiri.
Disruption bukan sekedar fenomena hari ini (today), melainkan fenomena "hari esok" (the
future) yang dibawa oleh para pembaharu ke saat ini, hari ini (the present). Pemahaman seperti ini
menjadi penting karena sekarang kita tengah berada dalam sebuah peradaban baru. Kita baru
saja melewati gelombang tren yang amat panjang, yang tiba-tiba terputus begitu saja (a trend
break).
Bahayanya adalah semakin "berpengalaman" dan "merasa pintar" seseorang, dia akan semakin
sulit untuk "membaca" fenomena ini. Ia akan amat mungkin mengalami "the past trap" atau
"success trap". Apalagi untuk mencerna dan berselancar di atas gelombang disrupsi. Itu
akan sulit sekali diterima oleh orang yang pintar dan berpengalaman tadi.
Di era disrupsi kita harus mempunyai pilihan, membentuk ulang (reshape) atau menciptakan
yang baru (create). Jika kita memutuskan untuk reshape, maka kita bisa melakukan inovasi
dari produk atau layanan yang sudah dimiliki. Sedangkan jika ingin membuat yang baru,
kita harus berani memiliki inovasi yang sesuai dengan kebiasaan konsumen.
Apabila perusahaan dapat membaca situasi dengan baik kemudian melihat peluang yang ada,
maka perusahaan dapat bertahan di era disrupsi. Era disrupsi yang tengah kita alami ini, tidak
dapat dihindari, tidak dapat lagi hanya menyalahkan keadaan tanpa merumuskan strategi
untuk dapat bertahan, sehingga tetap keluar sebagai pemenang.
f. Inovasi disruptif
Inovasi disruptif (disruptive innovation) adalah inovasi yang membantu menciptakan pasar
baru, mengganggu atau merusak pasar yang sudah ada, dan pada akhirnya menggantikan
teknologi terdahulu tersebut. Inovasi disruptif mengembangkan suatu produk atau layanan dengan
cara yang tak diduga pasar, umumnya dengan menciptakan jenis konsumen berbeda pada
pasar yang baru dan menurunkan harga pada pasar yang lama.
Istilah disruptive innovation dicetuskan pertama kali oleh Clayton M. Christensen dan Joseph
Bower pada artikel "Disruptive Technologies: Catching the Wave" di jurnal Harvard Business
10. Review (1995). Artikel tersebut sebenarnya ditujukan untuk para eksekutif yang menentukan
pendanaan dan pembelian disuatu perusahaan berkaitan dengan pendapatan perusahaan dimasa
depan. Kemudian pada bukunya "The Innovator's Dilemma", Christensen memperkenalkan
model Disruptive Inovasi (The Disruptive Innovation Model). Dimana kemampuan pelanggan
untuk memanfaatkan sesuatu yang baru dalam satu lini. Dimana lini terendah adalah pelanggan
yang cepat puas dan yang tertinggi digambarkan sebagai pelanggan yang menuntut. Distribusi
pelanggan ini yang secara median nya bisa diambil sebagai garis putus-putus untuk menerapkan
teknologi baru.
Berikut contoh dari Inovasi Disruptif (disruptif innovation) dan Pasar Terganggu Oleh
Inovasi (market disrupted by innovation) adalah :
1. Ensiklopedia cetak, pasar terganggu oleh inovasi Wikipedia
2. Telegrafi, pasar terganggu oleh inovasi Telepon
3. Mainframes, pasar terganggu oleh inovasi Minicomputers
4. Minicomputers, pasar terganggu oleh inovasi Komputer Pribadi (PC)
5. Floppy Disk, pasar terganggu oleh inovasi CD dan USB
6. CRT, pasar terganggu oleh inovasi LCD
7. Logam & Kayu, pasar terganggu oleh inovasi Plastik
8. Radiografi (Pencitraan X-Ray), pasar terganggu oleh inovasi Ultrasound (USG)
9. CD & DVD, pasar terganggu oleh inovasi Digital Media (i-Tunes, Amazone, dll)
10. Kamera Film, pasar terganggu oleh inovasi Kamera Digital
11. Cetak Offset, pasar terganggu oleh inovasi Printer Komputer
12. Penerbitan Tradisional, pasar terganggu oleh inovasi Desktop Publishing (PC)
13. Kuda & Kereta Api, pasar terganggu oleh inovasi Mobil
Pembahasan dan Review mengenai 2017: The Beginning of the Era of Disruption
Di era perubahan politik yang dramatis, merajalela, dan tak henti-hentinya ini, prediksi tentang
masa depan tidak lagi dapat didasarkan pada kebijaksanaan konvensional atau preseden sejarah.
Bagaimanapun, kita berada di tengah-tengah perubahan paradigma yang merobek-robek
prognostikator dan prognostikasinya dengan lahap.
11. Hari ini ada bahaya besar dalam menganggap bahwa apa pun yang mungkin terjadi di masa lalu
adalah indikasi apa pun yang akan terjadi di masa depan. Bukankah pasar saham seharusnya turun
sebagai tanggapan terhadap pemilihan Trump? Bukankah kesepakatan damai Kolombia
seharusnya disetujui pertama kali? Bukankah harga minyak seharusnya melihat kenaikan dramatis
dalam menanggapi perjanjian OPEC? Bukankah Putin seharusnya merespons setimpal dengan
pengusiran diplomat di AS?
KEHIDUPAN NYATA. BERITA NYATA. SUARA NYATA.
Ini banyak yang harus dilakukan (antara lain) dengan kecenderungan untuk mungkin terlalu
mengandalkan pelajaran sejarah, dampak pertumbuhan komunikasi instan, dan masuknya pemilih
yang sebelumnya baik diam atau tidak terdengar (untuk alasan apa pun ) telah menjadi terintegrasi
ke dalam proses politik di seluruh dunia. Ini juga merupakan hasil dari perubahan dinamika
ekonomi global, dengan transisi bertahap dari dominasi negara maju terhadap ekonomi global ke
arah negara-negara berkembang. Dan itu adalah bukti bahwa teknologi, inovasi dan kreativitas,
yang begitu bersemangat di banyak bagian ekonomi global, diterjemahkan ke dalam keuntungan
ekonomi yang diperluas yang benar-benar berenang melawan arus sejarah.
Dalam prosesnya, apakah kita menyadarinya atau tidak, 'piramida' yang kita semua sudah terbiasa
menjadi terbalik di depan mata kita. Hasil akhirnya adalah bahwa skenario yang sebelumnya
dianggap sedikit lebih dari mimpi pipa sekarang dapat dijangkau. Pertimbangkan, misalnya,
skenario berikut untuk 2017 dan seterusnya:
1. Reset nyata AS / Rusia: 'bromance' antara bunga Putin dan Trump menjadi reset penuh, sanksi
AS dicabut, dua kekuatan menjadi mitra melawan Negara Islam di Suriah, dan permusuhan 75
tahun di antara mereka menjadi sebagian besar masa lalu. Apa yang mungkin tampak dibuat-buat
(atau bahkan khayalan) setahun yang lalu menjadi kenyataan ketika Trump meningkatkan
perannya sendiri yang disebut 'Disrupter-in-Chief' dan mendorong perubahan legislatif melalui
Kongres yang menjadikan Rusia sebagai mitra AS secara politis, militer , dan ekonomis. Rusia
menjadi tujuan investasi pilihan dan mendapatkan kembali posisi sebelumnya sebagai pemain
global.
12. 2. Cina melangkah maju: Cina bertindak lebih seperti negara adidaya seperti apa adanya, secara
signifikan meningkatkan aliran bantuan luar negerinya, mengimplementasikan inisiatif diplomatik
yang menantang Rusia dan AS di forum internasional, dan membangun angkatan laut air biru yang
dapat mulai mendukung klaimnya atas kedaulatan atas kepulauan Laut Cina Selatan dan
memproyeksikan kekuatannya di luar Asia. Pertumbuhan PDB Tiongkok - mesin pertumbuhan
global - jatuh di bawah 6% dan mengarah ke 4% (sepertiga dari puncaknya yang sebelumnya
berkelanjutan) pada akhir dekade berikutnya, menempatkan tekanan ekonomi besar pada negara-
negara penghasil sumber daya alam.
3. Pergeseran aliansi global: Ini sudah berlangsung vis-à-vis Cina, Rusia dan AS, dengan Turki
berporos ke Rusia, dan Filipina dan Malaysia telah mengisyaratkan kesediaan mereka untuk
melakukan hal yang sama dengan China. Lebih dari ini akan datang, karena keseimbangan antara
ketiga kekuatan ini terus terombang-ambing. Dominasi A.S. dalam ekonomi global berangsur-
angsur menghasilkan ke Cina, Eropa membatalkan sanksi terhadap Rusia, dan keseimbangan
kekuasaan yang telah berkembang sejak Perang Dunia II secara bertahap terkikis, dengan
konsekuensi yang tidak terduga.
4. Hak mengambil alih di Eropa: Gerakan Front Nasional di seluruh Eropa dipilih, secara dramatis
mengubah lanskap politik, secara signifikan membatasi imigrasi, dan mengakibatkan penolakan
yang meluas terhadap Kiri. Ini mungkin tidak terbukti sebagai orientasi jangka pendek, melainkan
perubahan besar dalam politik global. Dunia memasuki periode kegelisahan dan ketidakpastian
yang panjang, yang berujung pada pergerakan nasionalisme ekonomi, dan iklim investasi yang
berputar-putar.
5. Multilateralisme perlahan-lahan mati: Di era pasca-perang, Wilsonianisme (internasionalisme
liberal) dan Rooseveltisme (aksi kolektif berdasarkan aliansi dan saling menghormati) telah
menjadi landasan hubungan internasional. Trump berhasil melemahkan banyak pilar stabilitas dan
kemakmuran pasca-perang, seperti NATO, WTO dan PBB, dan menyatakan perang terhadap
perjanjian perdagangan bebas. Aliansi menjadi tergantung bukan pada seperangkat nilai yang
sama, tetapi pada kepentingan jangka pendek yang dirasakan. Harga sumber daya alam dan pangan
dapat meroket pada waktu tertentu karena kekurangan spot, yang mengakibatkan kerusuhan dan
meningkatnya ketidakstabilan politik dan ekonomi global.
13. Singkatnya, dalam waktu empat tahun kita dapat menjadi saksi dunia yang nyaris tidak dapat
dikenali, berdasarkan apa yang kita kenal sebagai prosedur operasi standar saat ini. Jika satu atau
lebih dari skenario ini terjadi, bayangkan saja implikasinya bagi investor, pemberi pinjaman,
pedagang, manajer risiko dan pembuat kebijakan. Di dunia di mana kebijakan luar negeri dikurangi
menjadi serangkaian transaksi bisnis (berdasarkan biaya dan manfaat relatif), kemampuan
membuat kebijakan menjadi domain penawar tertinggi, iklim investasi mungkin tidak lagi menjadi
domain perlakuan yang sama di bawah hukum, dan kebijakan perdagangan menjadi semakin
tergantung pada perjanjian bilateral, daripada pengaturan multilateral.
Jadi tahun 2017 harus menjadi tahun di mana banyak gagasan normal yang sebelumnya terbentuk
jatuh di pinggir jalan, dan 'normal baru' yang lain menjadi mapan. Implikasinya berpotensi
mengejutkan bagi semua orang, tetapi tidak lebih dari individu yang ditugasi memahami
semuanya. Jika pernah ada waktu bagi bisnis, organisasi multilateral, LSM, dan pemerintah untuk
menjadi lebih gesit dalam risiko, visi baru dunia ini, yang mungkin tidak dapat dikenali setahun
dari sekarang. Nasihat terbaik adalah menganggap bahwa kebijaksanaan konvensional akan salah,
sejarah tidak lagi menjadi panduan untuk masa depan, dan yang tak terduga dan tak terduga
menjadi aturannya.
* Daniel Wagner adalah Managing Director Risk Cooperative dan rekan penulis buku "Global
Risk Agility dan Decision Making".
Wajib:
1. Ali, Hapzi. 2018. Modul Strategic Management : Disrupton Era. Universitas Mercubuana.
Jakarta.
2. Pearce, J. A & Robinson, R.B (PR), Strategic Management; Formulation, Implementation
and Control, Irwin Mc Graw-Hill Inc., Singapore, 2013
3. Thomas L. Wheelen & J.David Hunger, Strategy Management and Business Policy,
Twelfth Edition, 2010.
14. Tambahan:
1. https://www.huffingtonpost.com/daniel-wagner/2017-the-beginning-of-
the_b_13921496.html diakses pada Sabtu, 29 Juni 2019 pukul 16.33 WIB
2. https://pemasaranpariwisata.com/2018/03/09/cara-menghadapi-era-disrupsi/ diakses pada
Sabtu, 29 Juni 2019 pukul 16.37 WIB
3. https://id.wikipedia.org/wiki/Inovasi_disruptif diakses pada Sabtu, 29 Juni 2019 pukul
16.49 WIB
4. https://ekonomi.kompas.com/read/2017/05/05/073000626/meluruskan.pemahaman.soal.d
isruption diakses pada Sabtu, 29 Juni 2019 pukul 17.01 WIB
5. https://www.kabar-banten.com/generasi-era-disrupsi/ diakses pada Sabtu, 29 Juni 2019
pukul 17.01 WIB