MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
Inversio uteri
1. INVERSIO UTERI
Kelompok IV
1. Dita Mawista
2. Serly Wulandari
3. Tri Rizqi Mulia Daya
4. Wenti Meliyenti
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
2. DEFINISI INVERSIO UTERI
Inversi Uterus adalah keadaan dimana
lapisan dalam uterus (endometrium) turun dan
keluar lewat ostium uteri eksternum yang dapat
bersifat inklompit sampai komplit.
(Wiknjosastro, 2010)
Inversi uterus merupakan komplikasi kala tiga
persalinan yang jarang terjadi, tetapi sangat
mengancam jiwa dan diklasifikasikan
berdasarkan waktu keparahannya. Uterus dapat
digambarkan mengalami inversi jika fundus
prolaps ke dalam korpus uterus dan
melewatinya. (Maureen, 2008)
3. FAKTOR-FAKTOR INVERSIO UTERI
1. Atonia Uteri
2. Serviks yang masih terbuka lebar
3. Plasenta akreta, inkreta, dan prekerta
4. Tekanan intraabdonimal yang keras dan tiba-
tiba (Misalnya Batuk keras atau bersin)
4. FAKTOR PREDISPOSISI LAIN:
Posisi plasenta berada di fundus
Tali pusat pendek
Abnormalitas plasenta (misalnya, plasenta
akreta, inkreta, perkreta)
Anomali kongenital uterus (misalnya, uterus
bikornus)
Berat gravitasi massa intrauterus (misalnya,
fibroid)
5. TANDA DAN GEJALA
Ada dua tanda utama, yaitu syok dan nyeri
Syok
Terjadi secara tiba-tiba, berat, dan mungkin tidak seimbang
dengan banyaknya kehilangan darah dan derajat inversi. Syok
terjadi sebagai respons terhadap stimulus neurogenik dan
hipovolemia.
Perdarahan bisa ada atau tidak ada, bergantung pada apakah
plasenta melekat pada dinding uterus.
Nyeri
Nyeri biasanya hebat, di abdomen bawah, dan disertai dengan
sensasi ingin mengejan. Nyeri disebabkan oleh traksi pada
ligamen infundibulo-pelvikum, ligamen teres, dan ovarium.
Pada inversi sub-akut dan kronis, tanda dan gejala
mungkin kurang dramatis dan biasanya ditandai dengan
retensi urine, pengeluaran lokia yang banyak dan kronis, serta
sensasi “tertarik” pada panggul bawah.
6. INVERSIO UTERI DITANDAI DENGAN
TANDA-TANDA:
1. Syok karena kesakitan
2. Perdarahan banyak dan bergumpal
3. Pada vulva tampak endometrium terbalik dengan atau
tanpa plasenta yang masih melekat.
4. Bila baru terjadi maka prognosis cukup baik, akan
tetapi bila kejadiaanya cukup lama maka jepitan
serviks yang mengecil akan membuat uterus
mengalami iskemia, nekrosis, infeksi.
7. JENIS-JENIS INVERSIO UTERI BERDASARKAN
LAMANYA
Inversi akut, Inversi akut dapat terjadi selama kala tiga,
saat plasenta masih melekat atau sudah lepas dan sampai
24 jam setelah pelahiran bayi. Inversi akut juga
berhubungan dengan konstriksi serviks dan cincin
kontraksi serviks juga dapat berbentuk, yang akan
mengganggu pengembalian uterus.
Inversi sub-akut, Inversi sub-akut terjadi 24 jam
setelah pelahiran dan sampai 28 hari pasca
partum cincin kontraksi serviks biasanya
berbentuk.
Inversi kronis, Inversi kronis terjadi setelah 28
hari.
8. JENIS-JENIS INVERSIO UTERI BERDASARKAN
TINGKAT KEPARAHAN
Ditentukan oleh derajatnya.
Derajat pertama (inkomplet)
Fundus menjulur ke serviks, tetapi tidak melewatinya
Derajat dua
Fundus menonjol ke serviks dan melewati cincin
serviks.
Derajat tiga (komplet)
Fundus menjulur ke perineum. Jika fundus, serviks,
dan vagina terlihat, keadaan ini merupakan proplaps
uterus.
9. ETIOLOGI
Inversi uterus dapat iatrogenik, disebabkan oleh
kesalahan penatalaksanaan kala tiga persalinan, yang meliputi:
Traksi tali pusat yang dikontrol terlalu dini dan berlebihan
sebelum tanda pelepasan plasenta.
Traksi tali pusat yang dikontrol sat uterus relaksasi.
Penggunaan tekanan fundus dengan atau tanpa traksi tali
pusat.
Inversi uterus juga dapat terjadi secara spontan setelah
dekompresi uterus mendadak, seperti pada pelahiran bayi
makrosemia atau kembar, atau yang jarang terjadi, setalah
peningkatan tekanan intrs abdomen saat utersu dapat
terdorong dan keluar akibat batuk dan muntah.
10. DIAGNOSIS
Tampilan klinis dan diagnosis inversi uterus
ditentukan oleh klasifikasi waktu dan
keparahan.
Inversi derajat pertama dapat tidak
diketahui karena fundus tidak terlihat pada
introitus atau terpalpasi pada serviks dan
mungkin tidak ada tanda dan gejala. Akan
tetapi, lekukan dapat terpalpasi pada fundus.
Inversi derajat dua lebih mudah diidentifasi.
Pada inversi derajat tiga, uterus tidak terpalpasi
di abdomen dan pada pemeriksaan dalam,
fundus yang mengalami inversi teraba di dalam
vagina atau terlihat pada introitus. Plasenta
mungkin masih melekat atau sudah lepas.
Inversi derajat dua atau tiga memerlukan
respons segera.
11. PENATALAKSANAAN
Memanggil bantuan anastesi dan memasang infus untuk
cairan/darah pengganti dan pemberian obat.
Beberapa senter memberikan MgSO4 untuk
melemaskan uterus yang terbalik sebelum dilakukan
reposisi manual (mendorong endometrium ke atas
masuk ke dalam vagina dan terus melewati serviks
sampai tangan masuk ke dalam uterus pada posisi
normalnya).
Di dalam uterus, plasenta dilepaskan secara manual dan
bila berhasil dikeluarkan dari rahim dan sambil
memberikan uterotonika lewat infus atau IM. Tangan
tetap dipertahankan agar konfigurasi uterus kembali
normal.
12. PENATALAKSANAAN
Jika ibu sangat kesakitan, berikan petidin 1 mg/kg BB (tetapi tidak
lebih dari 100 mg) IM atau IV secara perlahan atau berikan morfin
0,1 mg/kg BB IM.
catatan: Jangan berikan oksitosin sampai inversi telah direposisi.
Jika perdarahan berlanjut, lakukan uji pembekuan darah dengan
menggunakan uji pembekuan darah sederhana. Kegagalan
terbentuknya bekuan darah setelah 7 menit atau terbentuknya
bekuan darah lunak yang mudah hancur menunjukkan adanya
kemungkinan koagulopati.
Berikan antibiotika antibiotik profilaksis dosis tunggal setelah
mereposisi uterus:
Ampisilin 2g IV DITAMBAH metronidazol 500 mg IV
atau sefazolin 1g IV DITAMBAH metronidazol 500 mg IV
13. DAFTAR PUSTAKA
1. Boyle, Maureen. 2008. Kegawatdaruratan
Dalam Persalinan. Jakarta: EGC.
2. Wiknjosastro, G. 2010. Ilmu Kebidanan
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT. Bina
Pustaka.
3. Wiknjosastro, G. 2011. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: PT. Bina Pustaka.