Dokumen tersebut membahas berbagai kelainan kontraksi uterus dan komplikasi yang dapat terjadi selama proses persalinan, seperti inersia uteri, cincin kontraksi, ditosia servikalis, dan partus presipitatus. Berbagai faktor risiko dan penatalaksanaannya juga dijelaskan.
3. HIS
Kontraksi uterus yang RITMIS dan TERATUR
selama proses persalinan
Ada fase Kontraksi, dan Relaksasi
Frekuensi makin sering
Durasi makin lama
Amplitudo makinkuat
Simetris kanan-kiri
Merata
Dominansifundus
4. HIS
Awal Kala I :
Frekuensi 3-4x/ 10mnt
Lama 20-30 detik
Amplitudo 40 mmHg
Akhir Kala I :
Frekuensi 3-4x/ 10mnt Lama
60-90 detik
Amplitudo 60 mmHg
Kala III :
Frekuensi berkurang
Amplitudo 60-80 mmHg
Aktifitas uterusmenurun
Kala II
Frekuensi 3-4x/ 10mnt
Amplitudo 60 mmHg
Tenaga meneran :
Kontraksidiafragma
Otot dindingabdomen
5. INERSIA UTERI
Kontraksi uterus dengan tenaga yang tidak adekuat,
ireguler atau jarang atau keduanya. Terdapat
pada :
Primigravida pada fase aktif
Pemberian sedasi yang berlebihan.
Kehamilan kembar
Polihidramnion
Overdistensi uterus
7. Sifat kontraksi uterus normal, artinya masih
terdapat dominasi fundus, tonus normal, pola
aktivitasnya terkordinasi, tetapi terjadinya
kontraksi lebih singkat dan jarang dari normal.
Intensitas kontraksi <25 mmHg dan
frekuensinya < 2kontraksi / 10 menit
Persalinan berlangsung lama, rasa nyeri tidak
seberapa dan dilatasi serviks lambat.
Inersia Uteri Hipotonus
8. LANJUTAN…
Dipengaruhi oleh beberapa factor :
1. Faktor umum : primigravida tua, anemia, astenia,
kecemasan dan gangguan emosional, defisiensi
prostaglandin dan oksitosin, penggunaan
analgesik.
2. Faktor lokal : overdistensi uterus, anomali uterus
seperti uterus didelfis, mioma uteri,
malpresentasi, malposisi, CPD, kandung kemih
dan rektum yang penuh.
9. Dua Tipe Inersia Hipotonus
b. Inersia uteri sekunder
Timbul setelah berlansung his kuat untuk
waktu yang lama, dan terjadi pada kala 1 fase
aktif. His pernah cukup kuat tetapi kemudian
melemah. Dapat ditegakkan dengan melakukan
evaluasi pada pembukaan. Pada bagian terendah
terdapat caput dan mungkin ketuban telah pecah,
dewasa ini persalianan tidak dibiarkan
berlangsung sedemikian lama sehinnga dapat
menimbulkan kelelahan otot uterus, maka inersia
uteri ini jarang ditemukan, kecuali pda wanita
yang tidak diberi pengawasan baik waktu
persalinan.
a. Inersia uteri primer
Bila sejak awal kekuatannya
sudah lemah dan persalinan berlangsung
lama dan terjadi pada kala 1 fase laten,
sejak awal telah terjadi his yang tidak
adekuat sehingga sering sulit untuk
memastikan apakah penderita telah
memasuki keadaan inpartu atau belum.
10. PENANGANAN INERSIA
UTERI HIPOTONUS
Tentukan keadaan serviks, presentasi dan posisi janin,
turunnya kepala dalam panggul dan keadaan panggul.
Amniotomi, dilakukan jika dilatasi serviks ≥ 3cm,
persalinan tidak boleh terlalu lama.
Pemberian oksitosin 5 IU dalam 500 cc larutan NS atau
Dextrose 5% bertahap. Pengawasan kekuatan dan
frekuensi kontraksi, keadaan dan DJJ harus teliti. Sampai
dosis maksimal 30 mU / menit.
11. INERSIA UTER HIPERTONUS
01
02
03
04
Kontraksi uterus berubah sifatnya.
Tonus otot di luar kontraksi meningkat, tidak ada
sinkronisasi antara bagian otot yg berkontraksi sehingga
kontraksi uterus tidak efisien dalam menimbulkan
pembukaan serviks.
Timbul nyeri yang lebih besar dan lama → hipoksia janin.
Pasien sangat kesakitan.
12. PENANGANAN INERSIA
UTERI HIPERTONUS
Ketuban (+) → hilangkan nyeri
dengan analgetik dan antispasmodik
mis / dengan pethidin 50mg IM atau
dengan anestesi epidural.
Jika gagal atau terjadi gawat janin
→ terminasi dengan SC
Diberikan tokolitik
13. CINCIN KONTRAKSI
( Constriction Ring )
01
02
03
04
Spasme anular setempat yang menetap dari otot polos sirkular
uterus.
Terjadi pada persalinan yang lama dengan ketuban pecah yang lama.
Biasanya terdapat pada batas antara segmen atas dan segmen bawah
uterus.
Dapat timbul pada kala persalinan mana pun dan dapat terjadi di
setiap bagian uterus.
Otot pada cincin lebih tebal dari pada otot yang ada di atas atau di
bawah cincin.
05
14. Uterus di bawah cincin tidak menipis ataupun
distensi dan uterus di atas cincin lemas dan tidak ada
nyeri tekan
Lig rotundum tidak tegang
Cincin kontriksi tidak menyebabkan ruptur uteri
Posisi cincin tidak berubah
Menjepit janin dgn ketat dan mencegah penurunan
janin.
LANJUTAN…
15. DIAGNOSA
MEDIS
FAKTOR
PREDISPOSISI
1. Malpresentasi dan
malposisi
2. Penggunaan oksitosin
pada inersia uteri
hipertonus
3. Injeksi oksitosin IM
Berdasarkan pemeriksaan abdominal
dan vaginal :
- Teraba cincin kontriksi pada px
abdominal
- Bagian terendah janin tidak berubah
- Kepala janin terasa longgar dlm
panggul
- Cx lembek dan tidak menempel
pada bagian terendah janin.
17. DITOSIA SERVIKALIS
Kegagalan dilatasi serviks dalam waktu
tertentu dgn kontraksi uterus yang baik. Dibagi
menjadi :
1. Primer (fungsional), kelainan anatomi pada
jaringan Cx; konglutinasi OUE, serviks kaku
atau spasme serviks.
2. Sekunder (organik), kelainan pada Cx karena
kauterisasi luas, trauma obstetrik, biopsi,
amputasi sebelumnya atau adanya lesi organik
seperti mioma servikalis atau karsinoma.
18. LANJUTAN…
Bila tidak diatasi, serviks dapat ruptur atau
terjadi pelepasan serviks melingkar (annular
detachment).
Pada primer dapat diberikan pethidin.
Jika gagal atau terjadi gawat janin, segera SC.
Bila penyebabnya organik, SC merupakan
manajemen terpilih.
19. PARTUS PRESIPITATUS
Persalinan yang berlangsung kurang dari
3 jam atau pembukaan serviks pada fase
aktif ≥ 5cm / jam pada nulipara atau 10
cm pada multipara.
20. FAKTOR PREDISPOSISI
Multigravida
Pelvis yang luas
Abnormalitas kontraksi uterus
Janin kecil
Abnormalitas tahanan yang rendah pada bagian
lunak jalan lahir
Riwayat partus presipitatus sebelumnya, atau
pada keadaan tidak adanya rasa nyeri saat his.
21. AKIBAT TERHADAP IBU
1. Perdarahan intrakranial
2. Asfiksia janin
3. Perlukaan janin
1. Laserasi jalan lahir
2. Perdarahan post partum
3. Emboli air ketuban
4. Inversio uteri
5. Ruptura uteri
AKIBAT TERHADAP JANIN
22. Pemberian tokolitik (belum terbukti efektif)
Selama persalinan berikan anestesi untuk mengurangi
refleks mengejan dan lakukan episiotomi untuk
menghindarkan laserasi jalan lahir dan perdarahan
intrakranial.
Hentikan infus oksitosin.
LANJUTAN…