INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
INTRANATAL KALA 3.pptx
1. Asuhan keperawatan pada ibuhamil
intranatal kala III
Disusun oleh :
1. Deppi Nurmalita (202014201003)
2. Meilinda Nur W (202014201009)
2. DEFINISI
Persalinan Kala III adalah peristiwa yang ditandai dan diawali lahirnya bayi sampai
lahirnya plasenta (ari-ari).
Pada kala III, otot uterus (myometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume
rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya
ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil,
sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan
kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah
uterus atau ke dalam bagian vagina. Setelah janin lahir, uterus mengadakan kontraksi
yang mengakibatkan penciutan permukaan kavum uteri, tempat implantasi plasenta.
Akibatnya, plasenta akan lepas dari tempat implantasinya.
3. BENTUKKEGAWATDARURATANKALAIIIDANKALAIV
a. Antonia uteri
Keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim
Antonia uteri dapat dicegah dengan
managemen aktif kala III, yaitu pemberian
oksitosin segera setelah bayi lahir.
b. Retensio Plasenta
plasenta masih berada didalam uterus
selama lebih dari setengah jam bayi lahir.
4. BENTUKKEGAWATDARURATANKALAIIIDANKALAIV
c. Emboli cairan ketuban
sejumlah cairan ketuban memasuki sirkulasi darah maternal,
tiba-tiba terjadi gangguan pernafasan yang akut dan shock.
d. Robekan jalan lahir
Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap
dan kontraksi rahim baik.
e. Robekan serviks
Perlukaan ini dapat terjadi pada persalinan dengan tindakan-
tindakan pada pembukaan persalinan belum lengkap. Selain itu
penyebab lain robekan serviks adalah persalinan prespitatus.
Pada partus ini kontraksi rahim kuat dan sering didorong keluar
dan pembukaan belum lengkap.
5. BENTUKKEGAWATDARURATANKALAIIIDANKALAIV
f. Robekan perineum
Luka perineum dibagi menjadi 4 tingkatan,yaitu :
1. Tingkat I: Robekan hanya pada selaput lendir vagina
dengan atau tanpa mengenai kulit permanen.
2. Tingkat II: Robekan hanya pada selaput lendir vagina dan
otot perinea transveralis, tetapi tidak mengenai spingter
ani.
3. Tingkat III: Robekan mengenai seluruh perineum dan otot
pingter ani.
4. Tingkat IV: Robekan sampai mukosa rectum
g. Inversio Uteri
Keadaan dimana fundus uteri masuk ke dalam cavum uteri
secara mendadak. Kejadian ini biasanya disebabkan pada saat
melakukan persalinan plasenta secara crede, dengan otot
rahim belum berkontraksi dengan baik.
6. TujuandanTeorilepasnyaPlasenta
dariinsersinya
Tujuan penanganan tahap ketiga persalinan adalah pelepasan dan ekspulsi
segera plasenta dengan cara yang paing mudah dan paling aman. Lahirnya
plasenta maka dapat menghindari perdarahan. Plasenta melekat pada
lapisan deidua basal tipis endometrium oleh banyak fill-fibrosa.
Menurut Schultze, lepasnya plasenta dari intersinya dimulai dari tengah
terjadi hematom terlebih dahulu kemudian dengan kontraksi kuat dan
berulang plasenta lepas dari insersinya sehingga mengakibatkan
perdarahan yang tiba-tiba.
Menurut Matthews-Duncan, lepasnya plasenta dari tepi (marginal) sehingga
perdarahan terjadi sedikit-sedikit dan terus-menerus setelah plasenta
terlepas dari insersinya maka perdarahan justru berhenti.
7. TandadanGejalalepasnyaPlasenta
Ditandai dengan :
1. Fundus uteri berkontraksi kuat
2. perubahan bentuk uterus dari bentuk cakram menjadi oval bulat
sewaktu plasenta bergerak kesegmen bawah uterus.
3. darah bewarna gelap keluar secara tiba-tiba dari introitus
4. tali pusat bertambah panjang dengan majunya plasenta medekati
introitus.
5. saat ditegangkan dan dilepaskan,tali pusat tidak tertarik ke dalam lagi.
8. Tanda masalah potensial
Adanya perubahan sistem kardiovaskluer yang
cepat (peningkatan tekanan intrakranial). Sewaktu
mengejan dan bertambahnya curah jantung
secara cepat menjadi tanda pecahnya aneurisma
pembuluh darah cerebri atau emboli cairan
amnion. Dengan lepasnya plasenta, ada
kemungkinan masuknya cairan amnion ke dalam
sirkulasi jika kontraksi uterus tidak bagus.
9. Pertimbangan perawat
Untuk membantu ibu melahirkan plasenta, perawat yang menolong
persalinan memberitahu ke ibu untuk mengejan jika telah ada tanda-
tanda lepasnya plasenta. Namun, dengan adanya pergeseran
paradigma penolong persalinan dari bersifat menunggu menjadi
proaktif, maka setelah bayi lahir, ibu segera diberikan injeksi oxytocin
dan segera dilakukan manajemen kala III untuk melahirkan plasenta.
Pelepasan plasenta dilakukan dengan tangan kiri menekan korpus
uteri dengan arah dorsokranial sedangkan tangan kanan melakukan
penegangan tali pusat terkendali. Setelah plasenta lahir, lakukan
pemeriksaan keutuhan plasenta termasuk selaput-selaputnya, serta
kondisi jalan lahir. Apabila jalan lahir ditemukan adanya laserasi, segera
lakukan perineorafi.
11. Pengkajian
1. Identitas Pasien:
Dalam kehamilan tidak akan beresiko pada ibu yang berusia 19-35 tahun
(Rochjati, Poedji, 2011).
2. Alasan Masuk:
● Data Subjektif
Pasien mengatakan bahwa bayinya telah lahir.
Pasien mengatakan bahwa ia merasa mulas dan ingin meneran.
Pasien mengatakan bahwa plasenta belum lahir.
● Data Objektif
Jam bayi lahir spontan.
Perdarahan pervaginam.
TFU
Kontraksi uterus: intensitasnya (kuat, sedang, lemah, atau tidak ada)
selama 15 menit pertama
3. Riwayat Menstruasi
4. Riwayat Perkawinan
12. 5. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan nifas yang lalu
6. Riwayat Kehamilan Sekarang
Menurut Rohani dkk. (2011), data subjektif dari riwayat kehamilan antara lain:
Haid pertama dan haid terakhir merupakan data dasar yang diperlukan untuk
menentukan usia kehamilan, apakah cukup bulan atau premature.
Kapan bayi lahir
Tafsiran persalinan
Keluhan pada waktu trimester I, II, dan III.
Pernah tidaknya memeriksakan kehamilan.
7. Imunisasi TT
8. Riwayat KB
9. Riwayat penyakit
10.Riwayat operasi
13. 11. Pola ADL
Aktivitas istirahat: perilaku senang sampai keletihan.
Sirkulasi
TD meningkat saat curah jantung meningkat kemudian kembali normal dengan
cepat.
Hipotensi dapat terjadi sebagai respon analgetik.
Frekuensi nadi melambat pada respon terhadap perubahan.
Makanan/cairan: kehilangan darah
Kenyamanan: nyeri, tremor kaki/menggigil
Keamanan
Inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir menentukan adanya robekan atau
laserasi.
Perluasan episiotomy laserasi jalan lahir.
Seksualitas
Darah berwarna kehitaman dari vagina terjadi saat plasenta lepas dari
endometrium, biasanya 1-5 menit setelah bayi lahir.
Tali pusat memanjang
14. 12. Pemeriksaan Fisik
Vulva
Untuk mengetahui ada oedema atau tidak, ada varises atau tidak, laserasi
kulit atau tidak, pengeuaran pervaginam ada perdarahan atau tidak, darah
banyak atau tidak, ada perubahan panjang tali pusat atau tidak.
Anus
Untuk mengetahui adanya hemoroid atau tidak.
Abdomen
Untuk mngetahui ukuran, bentuk uterus, dan TFU. Pasien retensio plasenta
dengan uterus yang kenyal pada plasenta inkreta parsial, uterus yang keras
pada plasenta inkarserata dan uterus yang cukup pada plasenta akretal
(Rohani dkk., 2011).
Teknik Strassman dengan menegangkan tali pusat kemudian ketok pada
fundus untuk menetahui plasenta sudah lepas atau belum (Rohani dkk., 2011).
15. Analisa Data
DS:
Ibu merasa perutnya mulas
DO:
Fundus uteri berkontraksi kuat.
Perubahan bentuk uterus dari bentuk cakram menjadi oval bulat sewaktu plasenta
bergerak ke segmen bawah uterus.
Darah berwarna gelap keluar secara tiba-tiba dari introitus.
Tali pusat saat ditegangkan dan dilepaskan tidak tertarik ke dalam lagi.
Problem:
Resiko Perdarahan
Kemungkinan Etiologi:
1. Lepasnya plasenta dari insersinya.
2. Tertinggalnya sebagian jaringan plasenta.
16. Diagnosa keperawatan danIntervensi
Diagnosa Keperawatan :
Risiko terjadi perdarahan berhubungan dengan lepasnya plasnta dari
insersinya plasenta lahir tidak lengkap, kontraksi uterus lemah.
Intervensi
Kriteria hasil :
Plasenta segera lahir lengkap dalam waktu kurang dari 15 menit, kontraksi
uterus baik, tanda-tanda vital ibu dalam rentang normal, perdarahan
kurang dari 500cc.
Intervensi:
1. Kontrol ttv
2. Observasi tanda pelepasan plasenta.
3. Mengeluarkan plasenta dengan teknik yang benar.
4. Pemeriksaan plasenta dan selaput amnion.
5. Kontrol perdarahan.
6. Perawatan perineum.
7. Kebersihan personal.
8. Pertahankan privasi ibu.Penuhi kebutuhan cairan.
9. Bonding attachment