SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Tiap hari kita menghirup udara dan memegang berbagai benda. Oleh karena
itu, bagaimanapun juga kita akan selalu berinteraksi dengan bakteri. Seperti
diketahui, begitu ada kesempatan maka bakteri akan menyelinap masuk ke dalam
darah, kemudian berkembang biak dan mengeluarkan toksin (racun) yang dapat
merusak kualitas darah. Kalau memang demikian, apakah itu berarti bahwa setiap
hari ada kemungkinan bagi individu untuk menderita suatu penyakit, karena
aktivitas keseharian yang dilakukan individu?
Jangan cemas dulu. Ternyata, kenyataan tidak menunjukkan hal demikian.
Bagaimanapun juga hanya sedikit sekali orang yang dalam setahun sakit secara
terus-menerus. Mengapa bisa demikian? Karena dalam darah manusia terdapat
suatu pasukan tempur yang berjumlah sangat besar yang tak henti-hentinya
bertempur dan memberantas bakteri.Pasukan tempur itu tidak lain adalah sel darah
putih yang juga dikenal dengan sebutan leukosit.

1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1. Apakah sebenarnya sel darah putih (leukosit) itu ?
2. Apa saja jenis-jenis dari sel darah putih (leukosit) itu sendiri ?
3. Apa saja karakteristik dari sel darah putih(leukosit) itu ?

1
4. Bagaimana cara menghitung jumlah sel dan jenis-jenis sel darah putih
(leukosit) ?
5. Kelainan-kelainan apa saja yang terjadi pada sel darah putih (leukosit) ?

1.3 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui pengertian tentang sel darah putih (leukosit).
b. Untuk mendeskripsikan jenis-jenis sel darah putih (leukosit).
c. Untuk mengetahui karakteristik sel darah putih (leukosit).
d. Untuk mengetahui cara menghitung jumlah sel dan jenis-jenis sel darah
putih (leukosit).
e. Untuk mengetahui kelainan yang mungkin terjadi pada sel darah putih
(leukosit)

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu :
a. Kita dapat mengetahui apa sebenarnya sel darah putih (leukosit)
b. Kita dapat mengetahui apa saja jenis-jenis sel darah putih (leukosit)
c. Kita dapat mengetahui karakteristik sel darah putih (leukosit)
d. Kita dapat mengetahui bagaiman cara menghitung jumlah sel dan jenisjenis sel darah putih (leukosit)
e. Serta kita dapat pula mengetahui kelainan apa saja yang mungkin terjadi
pada sel darah putih (leukosit).

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Leukosit
Sel darah putih, leukosit (white blood cell, WBC, leukocyte) adalah sel yang
membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu
tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan
tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara
amuboid, dan dapat menembus dinding kapiler / diapedesis. Dalam keadaan
normalnya terkandung 4x109 hingga 11x109 sel darah putih di dalam seliter darah
manusia dewasa yang sehat - sekitar 4000-11000 sel per tetes. Dalam kasus
leukemia, jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per tetes.
Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau
jaringan tertentu, mereka bekerja secara independen seperti organisme sel tunggal.
Leukosit mampu bergerak secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan
seluler, partikel asing, atau mikroorganisme penyusup. Selain itu, leukosit tidak
bisa membelah diri atau bereproduksi dengan cara mereka sendiri, melainkan
mereka adalah produk dari sel punca hematopoietic pluripotent yang ada pada
sumsum tulang. Leukosit mempunyai bentuk yang berbeda dengan eritrosit.
Bentuknya bervairasi dan mempunyai inti sel bula atau pun cekung. Gerakannya
seperti Amoeba dan dapat menembus dinding kapiler.
Beberapa leukosit secara aktif melakukan fagositosis, mencerna bakteri dan
sisa bahan mati. Semua leukosit bergerak secara amuboid, beberapa jenis melebihi

3
yang lain. Sebagian besar leukosit memiliki kemampuan berpindah melalui pori
kecil diantara sel-sel yang membentuk dinding kapiler. Gerakan ini disebut
diapedes, berawal ketika suatu bagian sel mengalir dalam bentuk tonjolan serupa
lengan yang kemudian melalui sebuah pori kecil. Sisa sitoplasma mengalir secara
perlahan melalui pori kecil tadi ke sisi lain dinding kapiler. Dengan cara ini,
seluruh sel bergerak melalui pori dari satu sisi ke sisi lain dinding kapiler.
Leukosit diangkut ke tempat infeksi oleh suatu proses yang disebut
kemotaksis. Berbagai zat yang dilepaskan oleh mikroorganisme yang menyerang
atau oleh sel jaringan yang terbunuh, mengangkut leukosit ke arah sumber agen
kemotaksis. Difusi zat-zat membentuk gradient konsentrasi, yang diikuti leukosit.
Kemotaksis dapat mempunyai pengaruh positif atau negatif. Bila jaringan tubuh
terluka atau terinfeksi, peradangan atau respon peradangan merupakan pertahanan
tubuh. Kunci respon peradangan adalah pelepasan berbagai zat kimia dari jaringan
tubuh yang satu ke jaringan tubuh yang lain disebut histamin.
Histamin menyebabkan pembuluh darah di daerah yang terluka melebar,
dengan demikian aliran darah di tempat itu bertambah. Akibat aliran darah
meningkat, jaringan menjadi lebih merah dan lebih panas. Sebagai akibat cairan
jaringan bertambah, jaringan menjadi bengkak, suatu keadaan yang disebut
edema. Cairan jaringan yang penuh dengan protein dan plasma, mulai
menggumpal dan mencegah aliran normal cairan jaringan. Sebagai hasilnya,
sebaran bakteri atau racunnya diperlambat dan ditahan pada daerah yang luka.
Cepatnya respon peradangan sebanding dengan meluasnya kerusakan
jaringan. Karena itu, infeksi stafilokokus yang menghasilkan kerusakan besar

4
jaringan, biasanya ditahan oleh respon peradangan dengan cepat. Infeksi
streptokokus yang kurang merusak, mendatangkan respon peradangan sangat
lamban. Sebagai akibat, penghalangan mungkin kurang berhasil, dan infeksi
bakteri dapat berlanjut menyebar ke seluruh tubuh. Dengan pengrusakan jaringan
dan pelepasan substansi kimia, daya tarik leukosit ke tempat luka bertambah.
Dengan proses diapedesis neutrofil bergerak dari kapiler, dan dengan proses
kemotaksis neutrofil diangkut ke tempat luka.Karena leukosit memakan bakteri,
maka akan terjadi pembentukan nanah pada tubuh yang luka. Sebenarnya nanah
terdiri dari bakteri mati dan hidup, leukosit, buangan sel, dan cairan tubuh. Bila
leukosit merusak bakteri invader (karakteristik bakteri) dengan baik, luka yang
terinfeksi akan kembali normal,dan proses fagositosis berlangsung dengan baik.
Apabila proses fagositosis tidak berlansung dengan baik maka nanah pada luka
akan bertambah, dan infeksi akan menyebar ke seluruh tubuh.

2.2 Jenis-jenis Leukosit
Tabel Jenis-Jenis Sel Darah Putih
Tipe

Neutrofil

Gambar

Diagram

%dalam tubuh
Keterangan
manusia
Neutrofil berhubungan dengan
pertahanan tubuh terhadap infeksi
bakteri serta proses peradangan
kecil lainnya, serta biasanya juga
yang
memberikan
tanggapan
pertama terhadap infeksi bakteri;
aktivitas dan matinya neutrofil
dalam jumlah
yang banyak

65%

5
menyebabkan adanya nanah.

Eosinofil

Basofil

4%

Eosinofil terutama berhubungan
dengan infeksi parasit, dengan
demikian meningkatnya eosinofil
menandakan banyaknya parasit.

<1%

Basofil terutama bertanggung jawab
untuk memberi reaksi alergi dan
antigen dengan jalan mengeluarkan
histamin kimia yang menyebabkan
peradangan.
Limfosit lebih umum dalam sistem
limfa. Darah mempunyai tiga jenis
limfosit:

Limfosit

Sel B: Sel B membuat antibodi
yang mengikat patogen lalu
menghancurkannya. (Sel B tidak
hanya membuat antibodi yang dapat
mengikat patogen, tapi setelah
adanya serangan, beberapa sel B
akan
mempertahankan
kemampuannya
dalam
menghasilkan antibodi sebagai
layanan sistem 'memori'.)

25%

Sel T: CD4+ (pembantu) Sel T
mengkoordinir
tanggapan
ketahanan (yang bertahan dalam
infeksi HIV) sarta penting untuk
menahan bakteri intraseluler. CD8+
(sitotoksik) dapat membunuh sel
yang terinfeksi virus.
Sel natural killer: Sel
pembunuh alami (natural killer,
NK) dapat membunuh sel tubuh
yang tidak menunjukkan sinyal
bahwa dia tidak boleh dibunuh

6
karena telah terinfeksi virus atau
telah menjadi kanker.

Monosit

Makrofag

6%

Monosit
membagi
fungsi
"pembersih vakum" (fagositosis)
dari neutrofil, tetapi lebih jauh dia
hidup dengan tugas tambahan:
memberikan potongan patogen
kepada sel T sehingga patogen
tersebut dapat dihafal dan dibunuh,
atau dapat membuat tanggapan
antibodi untuk menjaga.

(lihat di atas)

Monosit dikenal juga sebagai
makrofag setelah dia meninggalkan
aliran darah serta masuk ke dalam
jaringan.

1. Neutrofil.

Neutrofil berkembang dalam sum-sum tulang dikeluarkan dalam sirkulasi,
sel-se ini merupakan 60 -70 % dari leukosit yang beredar. Garis tengah sekitar 12
um, satu inti dan 2-5 lobus. Sitoplasma yang banyak diisi oleh granula-granula
spesifik (0;3-0,8um) mendekati batas resolusi optik, berwarna salmon pink oleh
campuran jenis romanovky. Granul pada neutrofil ada dua :

7
Azurofilik yang mengandung enzym lisozom dan peroksidase.
Granul spesifik lebih kecil mengandung fosfatase alkali dan zat-zat
bakterisidal (protein Kationik) yang dinamakan fagositin.
Neutrofil jarang mengandung retikulum endoplasma granuler, sedikit
mitokonria, apparatus Golgi rudimenter dan sedikit granula glikogen. Neutrofil
merupakan garis depan pertahanan seluler terhadap invasi jasad renik, menfagosit
partikel kecil dengan aktif. Adanya asam amino D oksidase dalam granula
azurofilik penting dalam penceran dinding sel bakteri yang mengandung asam
amino D. Selama proses fagositosis dibentuk peroksidase. Mielo peroksidase yang
terdapat dalam neutrofil berikatan dengan peroksida dan halida bekerja pada
molekultirosin dinding sel bakteri dan menghancurkannya.

2. Eosinofil.

Jumlah eosinofil hanya 1-4 % leukosit darah, mempunyai garis tengah
9um (sedikit lebih kecil dari neutrofil). Inti biasanya berlobus dua, Retikulum
endoplasma mitokonria dan apparatus Golgi kurang berkembang. Mempunyai
8
granula ovoid yang dengan eosin asidofkik, granula adalah lisosom yang
mengandung fosfatae asam, katepsin, ribonuklase, tapi tidak mengandung lisosim.
Eosinofil mempunyai pergerakan amuboid, dan mampu melakukan fagositosis,
lebih lambat tapi lebih selektif dibanding neutrifil.
Eosinofil memfagositosis komplek antigen dan anti bodi, ini merupakan
fungsi eosinofil untuk melakukan fagositosis selektif terhadap komplek antigen
dan

antibody.

Eosinofil

mengandung

profibrinolisin,

diduga

berperan

mempertahankan darah dari pembekuan, khususnya bila keadaan cairnya diubah
oleh proses-proses patologi. Kortikosteroid akan menimbulkan penurunan jumlah
eosinofil darah dengan cepat.

3. Basofil.

Basofil jumlahnya 0-% dari leukosit darah, ukuran garis tengah 12um, inti
satu, besar bentuk pilihan ireguler, umumnya bentuk huruf S, sitoplasma basofil
terisi granul yang lebih besar, dan seringkali granul menutupi inti, granul
bentuknya ireguler berwarna metakromatik, dengan campuran jenis Romanvaki
tampak lembayung. Granula basofil metakromatik dan mensekresi histamin dan

9
heparin, dan keadaan tertentu, basofil merupakan sel utama pada tempat
peradangan ini dinamakan hypersesitivitas kulit basofil. Hal ini menunjukkan
basofil mempunyai hubungan kekebalan.
4. Limfosit.

Limfosit merupakan sel yang sferis, garis tengah 6-8um, 20-30% leukosit
darah. Normal, inti relatifbesar, bulat sedikit cekungan pada satu sisi, kromatin
inti padat, anak inti baru terlihat dengan electron mikroskop. Sitoplasma sedikit
sekali, sedikit basofilik, mengandung granula-granula azurofilik. Yang berwarna
ungu dengan Romonovsky mengandung ribosom bebas dan poliribisom.
Klasifikasi lainnya dari limfosit terlihat dengan ditemuinya tanda-tanda molekuler
khusus pada permukaan membran sel-sel tersebut. Beberapa diantaranya
membawa reseptos seperti imunoglobulin yang mengikat antigen spesifik pada
membrannya.
Limfosit dalam sirkulasi darah normal dapat berukuran 10-12um ukuran
yang lebih besar disebabkan sitoplasmanya yang lebih banyak. Kadang-kadang
disebut dengan limfosit sedang. Sel limfosit besar yang berada dalam kelenjar
10
getah bening dan akan tampak dalam darah dalam keadaan patologis, pada sel
limfosit besar ini inti vasikuler dengan anak inti yang jelas.
Limfosit dibagi ke dalam 2 kelompok utama (Farieh, 2008):
a.

Limfosit B
Berasal dari sel stem di dalam sumsum tulang dan tumbuh menjadi sel
plasma, yang menghasilkan antibody

b. Limfosit T
terbentuk jika sel stem dari sumsum tulang pindah ke kelenjar thymus,
dimana mereka mengalami pembelahan dan pematangan
Di dalam kelenjar thymus, limfosit T belajar membedakan mana benda
asing dan mana bukan benda asing. Limfosit T dewasa meninggalkan kelenjar
thymus dan masuk ke dalam pembuluh getah bening dan berfungsi sebagai bagian
dari sistem pengawasan kekebalan.

5. Monosit.

11
Monosit merupakan sel leukosit yang besar 3-8% dari jumlah leukosit
normal, diameter 9-10 um tapi pada sediaan darah kering diameter mencapai
20um, atau lebih. Inti biasanya eksentris, adanya lekukan yang dalam berbentuk
tapal kuda. Kromatin kurang padat, susunan lebih fibriler, ini merupakan sifat
tetap monosit. Sitoplasma relatif banyak dengan pulasan wrigh berupa bim abuabu pada sajian kering. Monosit ditemui dalam darah, jaingan penyambung, dan
rongga-rongga tubuh. Monosit tergolong fagositik mononuclear (system
retikuloendotel) dan mempunyai tempat-tempat reseptor pada permukaan
membrannya. Untuk imunoglobulin dan komplemen. Monosit beredar melalui
aliran darah, menembus dinding kapiler masuk kedalam jaringan penyambung
daIam darah beberapa hari. Dalam jaringan bereaksi dengan limfosit dan
memegang

peranan

penting

dalam

pengenalan

dan

interaksi

sel-sel

immunocmpetent dengan antigen.

2.3 Karakteristik Leukosit
1. Jumlah
Jumlah normal sel darah putih adalah 5000 – 10000 sel/mm3 . Infeksi atau
kerusakan jaringan mengakibatkan peningkatan jumlah total leukosit
2. Fungsi
Leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap infeksi benda
asing, termasuk bakteri dan virus.
Sebagai pengangkut yaitu mengangkut atau membawa zat lemak dari
dinding usus melalui limfa ke pembuluh darah.

12
3. Diapedesis
Leukosit memiliki sifat diapedesis, yaitu kemampuan untuk menembus
pori-pori membran kapiler dan masuk ke dalam jaringan
4. Gerakan amuboid
Leukosit bergerak sendiri dengan gerakan amuboid. Beberapa sel mampu
bergerak tiga kali panjang tubuh dalam satu menit
5. Kemampuan kemoktasis
Pelepasan zat kimia oleh jaringan yang rusak menyebabkan leukosit
bergerak mendekati atau menjauhi sumber zat.
6. Fagositosis
Semua leukosit adalah fagositik, tetapi kemampuan ini lebih berkembang
pada neutrofil dan monosit
7. Rentang kehidupan.
Setelah diproduksi disumsum tulang, leukosit bertahan kurang lebih satu
hari dalam sirkulasi darah sebelum masuk ke jaringan. Sel ini tetap dalam
jaringan selama beberap hari, beberapa minggu, atau beberapa bulan,
tergantung jenis leukositnya.

2.4 Menghitung Jumlah dan Jenis-jenis Sel Leukosit
Adapun pemeriksaan yang sering dilakukan di laboratorium terhadap leukosit
yaitu :

13
a) Menghitung jumlah leukosit
Hitung leukosit yaitu menyatakan jumlah sel-sel leukosit perliter darah
(System International Units = SI unit) atau /mm3 darah. Nilai normalnya
5000 - 10000 / mm3.
Berikut ini adalah cara hitung leukosit dengan cara manual menggunakan
Kamar Hitung Improve neubauer.

Ada beberapa jenis Kamar Hitung yaitu kamar hitung Improve Neubauer,
kamar hitung Original Neubauer, kamar hitung Burker, kamar hitung Turk, dan
kamar hitung Thoma.
Disini kami menggunakan kamar hitung Improve Neubauer dan
menjelaskan tentang pembagian kamar hitung tersebut secara rinci.

Luas seluruh bidang kamar hitung dibagi atas 9 kamar, yang luasnya masingmasing: 1 mm2. Leukosit dihitung pada lokasi A, B, C, dan D.
Lokasi A, B, C, dan D : 1 kotak besar dibagi 16 kotak sedang, yang
luasnya masing-masing = 1/16 mm2

14
Pada bagian tengah kamar hitung dibagi menjadi 25 kotak sedang, yang
luasnya masing-masing 1/25 mm2 . Tiap bidang ini dibagi lagi menjadi 16 kotak
kecil, jadi dalam bidang besar yang ditengah terdapat 25 x 16 = 400 kotak kecil,
yang luasnya masing-masing 1/400 mm2 .

Pengertian

: Pemeriksaan laboratorium untuk menetapkan jumlah sel darah
putih dalam bahan pemeriksaan darah

Tujuan

: Menegakkan diagnosa penyakit dan pemantauan pengobatannya.

Prinsip

: Darah diencerkan dengan larutan Turk, sel-sel selain leukosit akan
dilisiskan dan darah akan menjadi lebih encer, sehingga leukosit
akan mudah dihitung dibawah mikoroskop dengan pembesaran
lensa objektif 10X dan 40X.

Alat dan Bahan:
a) Alat:
o Haemocytometer
o Mikroskop
o Autoclic
o Lancet
b) Bahan:
o Kapas Alkohol 70%
o Larutan Turk
o Darah Kapiler
o Deck GLass

15
Prosedur Kerja :

A. Mengisi pipet leukosit
1.) Isaplah darah (kapiler, EDTA, atau oxalat) sampai krpada garis tanda
0,5 tepat
2.) Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet
3.) Masukkan ujung pipet dalam larutan Turk samvil menahan darah pada
garis tanda tadi. Pipet dipegang dengan sudut 450 dan larutan Turk
diisap perlahan-lahan sampai garis tanda 11. Hati-hatilah jangan
sampai terjadi gelembung udara.
4.) Angkatlah pipet dari cairan, tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu
lepaskan karet pengisap.
5.) Kocoklah pipet itu selama 15-30 detik. Jika tidak segera akan
dihitung, letakkanlah dalam sikap horisontal.

B. Mengisi kamar hitung
1.)

Letakkanlah kamar hitung yang bersih benar dengan kaca
penutupnya terpasang mrndatar diatas meja.

2.) Kocoklah pipet yang diisi tadi selama 3 menit terus-menerus, jagalah
jangan sampai ada cairan terbuang dari dalam pipet itu diwaktu
mengocok.
3.) Buanglah semua cairan yang ada di dalam batang kapiler pipet (3
atau 4 tetes) dan segeralah sentuhkan ujung pipet itu dengan sudut
300 pada permukaan kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca

16
penutup. Biarkan kamar hitung itu terisi cairan perlahan-lahan
dengan daya kapilaritasnya sendiri.
4.) Biarkan kamar hitung itu selama 2 atau 3 menit supaya leukositleukositdapat mengendap. Jika tidak dapat dihitung segera,
simpanlah kamar hitung itu dalam sebuah cawan petri tertutup yang
berisi segumpal kapas basah.

C. Menghitung jumlah sel

1.)

Pakailah lensa objektif kecil, yaitu dengan pembesaran10x.
Turunkan lensa kondensor atau kecilkan diafragma. Meja mikroskop
harus datar sikapnya.

2.) Kamar hitung dengan bidang bergarisnya diletakkan di bawah
objektatif dan fokus mikroskop diarahkan kepada garis-garis bagi
itu. Dengan sendirinya leukosit-leukosit jelas terlihat.
3.) Hitunglah semua leukosit yang terdapat dalam keempat “bidang
besar” pada sudut-sudut “ seluruh permukaan yang dibagi”.
a.

Mulailah menghitung dari sudut kiri atas, terus ke kanan;
kemudian turun ke bawah dan dari kanak ke kiri; lalu turun
lagi kebawah dan dimulai lagi dari kiri ke kanan. Cara seperti
ini dilakukan pada keempat “bidang besar”.

b.

Kadang-kadang ada sel-sel yang letaknya menyinggung garisbatas suatu bidang. Sel-sel yang menyinggung garis-batas
sebelah kiri atau garis-atas harus dihitung. Sebaliknya sel-sel

17
yang menyinggung garis-batas sebelah kanan atau bawah tidak
boleh dihitung.

Prosedur Kerja :
Membuat sediaan apus darah

A. Memakai kaca objek

Kaca objek yang akan dipakai harus yang kering, bebas debu dan bebas
lemak. Untuk menggeserkan darah kepada kaca itu pakailah kaca objek
lain yang sisi pendeknya rata sekali.
1.) Sentuhlah tanpa menyantuh kulit setetes darah kecil (garis tengah tidak
melebihi 2 mm) dengan kaca itu, kira-kira 2 cm dari ujungnya, dan
letakkanlah kaca itu di atas meja dengan tetes darah di sebelah kanan.
2.) Dengan tangan kanan diletakkan kaca objek lain di sebelah kiri tetes
darah tadi dan digerakkan ke kanan hingga mengenai tetes darah.
3.) Tetes darah akan menyebar pada sisi kaca penggeser itu. Tunggulah
sampai darah itu mencapai titik kira-kira ½ cm dari sudut kaca
penggeser.
4.) Segeralah geserkan kacca itu ke kiri sambil memegangnya miring
dengan sudut antara 30 dan 400 . Janganlah menekan kaca penggeser itu
ke bawah.
5.) Biarkan sediaan itu kering di udara.
6.) Tulislah nama penderitabdan tanggal pada bagian sediaan yang tebal.

18
B. Memakai kaca penutup

Kaca penutup yang dipakai harus cukup tipis (no. 0) sehingga dapat
diperiksa dengan lensa emersi. Selain itu harus juga keringdan bersih.

1.) Sediakan 2 kaca yang dipegang masing-masing dalam sebelah tangan
pada ujung-ujung berdampingan.
2.) Sentuhlah setetes darah kecil (diameter kira-kira 1 mm) dengan kaca
penutup yang dipegang dalam tangan kanan.
3.) Taruhlah segera kaca penutup itu di atas kaca yang dipegang di tangan
kiri, sedemikian sehingga kaca itu membuat bintang bersudut 8. Darah
akan melebar oleh daya kapilaritas.
4.) Sebentar sebelum darah itu berhenti menyebar, tariklah kedua kaca
dalam satu dataran sehingga berpisah.
5.) Biarkan sediaan kering di udara.

2.5 Kelainan-kelainan yang Terjadi pada Sel Darah Putih (Leukosit)
A. Kelainan pada jumlah sel darah putih (leukosit)
Jumlah leukosit < nilai normalnya, disebut dengan leukopenia.
Jumlah leukosit > nilai normalnya, disebut dengan leukositosis.
B. Kelainan pada jenis-jenis sel darah putih (leukosit)
Kelainan kualitatif (fungsi dan morfologi)

19
1. Kelainan fungsi:
Kelainan fungsi leukosit, granulosit, kemotaksis, fagositosis,
menelan dan membunuh kuman, serta kelainan limfosit
2. Kelainan morfologi leukosit
Kelainan sitoplasma: granulasi toksik (infeksi bakteri akut, luka
bakar, intoksikasi); granulasi polimorfonuklear (leukemia, sindrom
mielodisplasia); badan dohle (keracunan, luka bakar, infeksi berat);
batang aurer (leukemia mieloid akut); limfositik plasma biru
(infeksi virus, mononukleosis infeksiosa); smudge sel (leukemia
limfositik kronik); dan vakuolisasi (keracunan, infeksi berat).
Kelainan

inti

sel:

Hipersegmentasi

(anmegaloblastik,

infeksi,uremia, GGK); inti piknotik (sepsis, leukemia); dan anomali
Pelger Huet (leukemia kronik, mielodisplastik)

20
BAB III
PENUTUP

1.3 Kesimpulan
Sel darah putih, leukosit (white blood cell, WBC, leukocyte) adalah sel
yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu
tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan
tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara
amuboid, dan dapat menembus dinding kapiler / diapedesis. Dalam keadaan
normalnya terkandung 4x109 hingga 11x109 sel darah putih di dalam seliter darah
manusia dewasa yang sehat - sekitar 4000-11000 sel per tetes.

1.4 Saran
Dengan terselesainya penyusunan makalah ini kami harapkan semoga
bermanfaat bagi penulis dan pembaca, serta kami membutuhkan kritik dan
masukan dari berbagai pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

21
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Sel Darah Putih. http://id.wikipedia.org/wiki/Sel_darah_putih. 7
April 2010.
Anonim.

2010.

http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/1835870-apa-

fungsi-sel-darah-putih/. 7 April 2010.
Aryoseto, Lukman.2009. Hubungan antara Jumlah Leukosit dengan Morfologi
Spermatozoa pada Pasien Infertilitas di Rumah Sakit Dokter Kariadi. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Effendi, Zukesti. 2009. Peranan Leukosit sebagai Anti Inflamasi Alergik Dalam
Tubuh. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Junquera, L. Carlos. 1998. Histologi Dasar Edisi 8. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Gabdasoebrata,R. 1968. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat.
Jakarta.
Lubis, M. S.1996. Diktat Hematologi. Medan.
Syaifuddin, H. 1997. Anatomi Fisiologi Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.

22
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................

i

DAFTAR ISI ..............................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................

1

1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................

1

1.3 Tujuan..............................................................................................

2

1.4 Manfaat ............................................................................................

2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Leukosit .........................................................................

3

2.2 Jenis-jenis Leukosit .........................................................................

5

1. Neutrofil. ..................................................................................

7

2. Eosinofil. ...................................................................................

8

3. Basofil........................................................................................

9

4. Limfosit. .....................................................................................

10

5. Monosit. .....................................................................................

11

2.3 Karakteristik Leukosit .....................................................................

12

2.4 Menghitung Jumlah dan Jenis-jenis Sel Leukosit ...........................

13

2.5 Kelainan-kelainan yang Terjadi pada Sel Darah Putih
(Leukosit) ........................................................................................

19

a. Kelainan pada jumlah sel darah putih (leukosit) .......................

19

b. Kelainan pada jenis-jenis sel darah putih (leukosit) ..................

19

BAB III PENUTUP
1.3 Kesimpulan ...................................................................................

21

1.4 Saran .............................................................................................

21

DAFTAR PUSTAKA
23
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat taufik dan inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “LEUKOSIT “ dalam bentuk dan isinya yang sangat sederhana,
semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan dan petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam pembelajaran kehidupan sehari-hari.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca sehingga kami dapat memperbaiki isi dan bentuk
makalah ini.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalamn yang
kami miliki masih kurang, oleh karena itu kami harap kepada pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

24
i

More Related Content

What's hot

Inflamasi
InflamasiInflamasi
Inflamasiwidipta
 
Pengecatan bakteri secara sederhana
Pengecatan bakteri secara sederhanaPengecatan bakteri secara sederhana
Pengecatan bakteri secara sederhanaTidar University
 
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNES
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNESLaporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNES
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNESdewisetiyana52
 
Amoeba
AmoebaAmoeba
AmoebaFa Fa
 
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1Awe Wardani
 
Pewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
Pewarnaan Kapsul - MikrobiologiPewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
Pewarnaan Kapsul - MikrobiologiIrawati Nurani
 
Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malaria
Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malariaBuku pedoman teknis pemeriksaan parasit malaria
Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malariahersu12345
 
PPT Hematologi - Clotting Time
PPT Hematologi - Clotting TimePPT Hematologi - Clotting Time
PPT Hematologi - Clotting TimeRiskymessyana99
 
Morfologi jamur tugas
Morfologi jamur tugasMorfologi jamur tugas
Morfologi jamur tugasprogsus6
 
Balantidium coli
Balantidium coliBalantidium coli
Balantidium coliArini Utami
 
Pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim
Pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzimPengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim
Pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzimSantika Dewi
 
Laporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologiLaporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologiGoogle
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiVivi Yunisa
 
1. laporan praktikum biologi tekanan darah
1. laporan praktikum biologi tekanan darah1. laporan praktikum biologi tekanan darah
1. laporan praktikum biologi tekanan darahSofyan Dwi Nugroho
 

What's hot (20)

Sistem komplemen
Sistem komplemenSistem komplemen
Sistem komplemen
 
PPT Hematologi
PPT Hematologi PPT Hematologi
PPT Hematologi
 
Inflamasi
InflamasiInflamasi
Inflamasi
 
Pengecatan bakteri secara sederhana
Pengecatan bakteri secara sederhanaPengecatan bakteri secara sederhana
Pengecatan bakteri secara sederhana
 
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNES
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNESLaporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNES
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNES
 
Amoeba
AmoebaAmoeba
Amoeba
 
makalah fotometer
makalah fotometermakalah fotometer
makalah fotometer
 
Soal dan Jawaban Bakteriologi
Soal dan Jawaban BakteriologiSoal dan Jawaban Bakteriologi
Soal dan Jawaban Bakteriologi
 
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1
 
Pewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
Pewarnaan Kapsul - MikrobiologiPewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
Pewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
 
Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malaria
Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malariaBuku pedoman teknis pemeriksaan parasit malaria
Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malaria
 
PPT Hematologi - Clotting Time
PPT Hematologi - Clotting TimePPT Hematologi - Clotting Time
PPT Hematologi - Clotting Time
 
Morfologi jamur tugas
Morfologi jamur tugasMorfologi jamur tugas
Morfologi jamur tugas
 
Balantidium coli
Balantidium coliBalantidium coli
Balantidium coli
 
Makalah hematologi
Makalah hematologiMakalah hematologi
Makalah hematologi
 
Pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim
Pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzimPengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim
Pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim
 
Laporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologiLaporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologi
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondii
 
1. laporan praktikum biologi tekanan darah
1. laporan praktikum biologi tekanan darah1. laporan praktikum biologi tekanan darah
1. laporan praktikum biologi tekanan darah
 
Kuliah 2 Jejas Sel
Kuliah 2 Jejas SelKuliah 2 Jejas Sel
Kuliah 2 Jejas Sel
 

Similar to bab 1 tentang sel darah putih (leukosit) dengan karakteristik, jenis, dan fungsinya. Judul dibatasi

Similar to bab 1 tentang sel darah putih (leukosit) dengan karakteristik, jenis, dan fungsinya. Judul dibatasi (20)

Bab 1 nelv
Bab 1 nelvBab 1 nelv
Bab 1 nelv
 
Imunologi dasa1
Imunologi dasa1Imunologi dasa1
Imunologi dasa1
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Imunologi darah
Imunologi darahImunologi darah
Imunologi darah
 
BIOMEDIK 8.pptx
BIOMEDIK 8.pptxBIOMEDIK 8.pptx
BIOMEDIK 8.pptx
 
Presentation1 Idk 2
Presentation1 Idk 2Presentation1 Idk 2
Presentation1 Idk 2
 
Asuhan Keperawatan Idiopatik Trombositopenia Purpura
Asuhan Keperawatan Idiopatik Trombositopenia PurpuraAsuhan Keperawatan Idiopatik Trombositopenia Purpura
Asuhan Keperawatan Idiopatik Trombositopenia Purpura
 
istilah2......kesehatan
istilah2......kesehatanistilah2......kesehatan
istilah2......kesehatan
 
Bakteri
BakteriBakteri
Bakteri
 
Inflamasi farin
Inflamasi farinInflamasi farin
Inflamasi farin
 
Degenerasi dan Nekrosis
Degenerasi dan NekrosisDegenerasi dan Nekrosis
Degenerasi dan Nekrosis
 
Mikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologiMikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologi
 
Resume imunologi
Resume imunologiResume imunologi
Resume imunologi
 
1 pengetian patologi
1 pengetian patologi1 pengetian patologi
1 pengetian patologi
 
ASKEP_SLE_DAN_HIPERSENSITIFITAS.doc
ASKEP_SLE_DAN_HIPERSENSITIFITAS.docASKEP_SLE_DAN_HIPERSENSITIFITAS.doc
ASKEP_SLE_DAN_HIPERSENSITIFITAS.doc
 
Askep dhf print
Askep dhf printAskep dhf print
Askep dhf print
 
Blood Tissue
Blood TissueBlood Tissue
Blood Tissue
 
Organisasi sel naufal
Organisasi sel   naufalOrganisasi sel   naufal
Organisasi sel naufal
 
DARAH.ppt
DARAH.pptDARAH.ppt
DARAH.ppt
 
DARAH.ppt
DARAH.pptDARAH.ppt
DARAH.ppt
 

More from dery laskar/ kahadari (20)

Propsal usaha aksesorois wanita
Propsal usaha aksesorois wanitaPropsal usaha aksesorois wanita
Propsal usaha aksesorois wanita
 
Teknik jitu-menguasai-photoshop-cs
Teknik jitu-menguasai-photoshop-csTeknik jitu-menguasai-photoshop-cs
Teknik jitu-menguasai-photoshop-cs
 
Abtrak deliana oke
Abtrak  deliana okeAbtrak  deliana oke
Abtrak deliana oke
 
Tugas hematologi
Tugas hematologiTugas hematologi
Tugas hematologi
 
KTI ISMA
KTI ISMAKTI ISMA
KTI ISMA
 
Sel-sel pada leukosit
Sel-sel pada leukositSel-sel pada leukosit
Sel-sel pada leukosit
 
Abstrakdevi dan inggrisnya
Abstrakdevi dan inggrisnyaAbstrakdevi dan inggrisnya
Abstrakdevi dan inggrisnya
 
Abstrak deli BIDAN
Abstrak deli BIDANAbstrak deli BIDAN
Abstrak deli BIDAN
 
Daftar pustaka
Daftar pustaka Daftar pustaka
Daftar pustaka
 
Contoh surat lamaran kerja
Contoh surat lamaran kerja Contoh surat lamaran kerja
Contoh surat lamaran kerja
 
Bersih itu indan
Bersih itu indan Bersih itu indan
Bersih itu indan
 
Autobiografi
AutobiografiAutobiografi
Autobiografi
 
Surat pernyataan bukan perokok aktif
Surat pernyataan bukan perokok aktif Surat pernyataan bukan perokok aktif
Surat pernyataan bukan perokok aktif
 
Serahterima
SerahterimaSerahterima
Serahterima
 
Femeriksaan fisik pada bayi
Femeriksaan fisik pada bayiFemeriksaan fisik pada bayi
Femeriksaan fisik pada bayi
 
Gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang Manfaat daun sukun Bagi Kesehatan
Gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang Manfaat daun sukun Bagi Kesehatan Gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang Manfaat daun sukun Bagi Kesehatan
Gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang Manfaat daun sukun Bagi Kesehatan
 
Lamaran kerja
Lamaran kerjaLamaran kerja
Lamaran kerja
 
Daftar hadir responden
Daftar hadir respondenDaftar hadir responden
Daftar hadir responden
 
Kamar hitung trambosit
Kamar hitung trambositKamar hitung trambosit
Kamar hitung trambosit
 
Daftar isi
Daftar isiDaftar isi
Daftar isi
 

bab 1 tentang sel darah putih (leukosit) dengan karakteristik, jenis, dan fungsinya. Judul dibatasi

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tiap hari kita menghirup udara dan memegang berbagai benda. Oleh karena itu, bagaimanapun juga kita akan selalu berinteraksi dengan bakteri. Seperti diketahui, begitu ada kesempatan maka bakteri akan menyelinap masuk ke dalam darah, kemudian berkembang biak dan mengeluarkan toksin (racun) yang dapat merusak kualitas darah. Kalau memang demikian, apakah itu berarti bahwa setiap hari ada kemungkinan bagi individu untuk menderita suatu penyakit, karena aktivitas keseharian yang dilakukan individu? Jangan cemas dulu. Ternyata, kenyataan tidak menunjukkan hal demikian. Bagaimanapun juga hanya sedikit sekali orang yang dalam setahun sakit secara terus-menerus. Mengapa bisa demikian? Karena dalam darah manusia terdapat suatu pasukan tempur yang berjumlah sangat besar yang tak henti-hentinya bertempur dan memberantas bakteri.Pasukan tempur itu tidak lain adalah sel darah putih yang juga dikenal dengan sebutan leukosit. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu : 1. Apakah sebenarnya sel darah putih (leukosit) itu ? 2. Apa saja jenis-jenis dari sel darah putih (leukosit) itu sendiri ? 3. Apa saja karakteristik dari sel darah putih(leukosit) itu ? 1
  • 2. 4. Bagaimana cara menghitung jumlah sel dan jenis-jenis sel darah putih (leukosit) ? 5. Kelainan-kelainan apa saja yang terjadi pada sel darah putih (leukosit) ? 1.3 Tujuan Tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui pengertian tentang sel darah putih (leukosit). b. Untuk mendeskripsikan jenis-jenis sel darah putih (leukosit). c. Untuk mengetahui karakteristik sel darah putih (leukosit). d. Untuk mengetahui cara menghitung jumlah sel dan jenis-jenis sel darah putih (leukosit). e. Untuk mengetahui kelainan yang mungkin terjadi pada sel darah putih (leukosit) 1.4 Manfaat Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu : a. Kita dapat mengetahui apa sebenarnya sel darah putih (leukosit) b. Kita dapat mengetahui apa saja jenis-jenis sel darah putih (leukosit) c. Kita dapat mengetahui karakteristik sel darah putih (leukosit) d. Kita dapat mengetahui bagaiman cara menghitung jumlah sel dan jenisjenis sel darah putih (leukosit) e. Serta kita dapat pula mengetahui kelainan apa saja yang mungkin terjadi pada sel darah putih (leukosit). 2
  • 3. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Leukosit Sel darah putih, leukosit (white blood cell, WBC, leukocyte) adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amuboid, dan dapat menembus dinding kapiler / diapedesis. Dalam keadaan normalnya terkandung 4x109 hingga 11x109 sel darah putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang sehat - sekitar 4000-11000 sel per tetes. Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per tetes. Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau jaringan tertentu, mereka bekerja secara independen seperti organisme sel tunggal. Leukosit mampu bergerak secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan seluler, partikel asing, atau mikroorganisme penyusup. Selain itu, leukosit tidak bisa membelah diri atau bereproduksi dengan cara mereka sendiri, melainkan mereka adalah produk dari sel punca hematopoietic pluripotent yang ada pada sumsum tulang. Leukosit mempunyai bentuk yang berbeda dengan eritrosit. Bentuknya bervairasi dan mempunyai inti sel bula atau pun cekung. Gerakannya seperti Amoeba dan dapat menembus dinding kapiler. Beberapa leukosit secara aktif melakukan fagositosis, mencerna bakteri dan sisa bahan mati. Semua leukosit bergerak secara amuboid, beberapa jenis melebihi 3
  • 4. yang lain. Sebagian besar leukosit memiliki kemampuan berpindah melalui pori kecil diantara sel-sel yang membentuk dinding kapiler. Gerakan ini disebut diapedes, berawal ketika suatu bagian sel mengalir dalam bentuk tonjolan serupa lengan yang kemudian melalui sebuah pori kecil. Sisa sitoplasma mengalir secara perlahan melalui pori kecil tadi ke sisi lain dinding kapiler. Dengan cara ini, seluruh sel bergerak melalui pori dari satu sisi ke sisi lain dinding kapiler. Leukosit diangkut ke tempat infeksi oleh suatu proses yang disebut kemotaksis. Berbagai zat yang dilepaskan oleh mikroorganisme yang menyerang atau oleh sel jaringan yang terbunuh, mengangkut leukosit ke arah sumber agen kemotaksis. Difusi zat-zat membentuk gradient konsentrasi, yang diikuti leukosit. Kemotaksis dapat mempunyai pengaruh positif atau negatif. Bila jaringan tubuh terluka atau terinfeksi, peradangan atau respon peradangan merupakan pertahanan tubuh. Kunci respon peradangan adalah pelepasan berbagai zat kimia dari jaringan tubuh yang satu ke jaringan tubuh yang lain disebut histamin. Histamin menyebabkan pembuluh darah di daerah yang terluka melebar, dengan demikian aliran darah di tempat itu bertambah. Akibat aliran darah meningkat, jaringan menjadi lebih merah dan lebih panas. Sebagai akibat cairan jaringan bertambah, jaringan menjadi bengkak, suatu keadaan yang disebut edema. Cairan jaringan yang penuh dengan protein dan plasma, mulai menggumpal dan mencegah aliran normal cairan jaringan. Sebagai hasilnya, sebaran bakteri atau racunnya diperlambat dan ditahan pada daerah yang luka. Cepatnya respon peradangan sebanding dengan meluasnya kerusakan jaringan. Karena itu, infeksi stafilokokus yang menghasilkan kerusakan besar 4
  • 5. jaringan, biasanya ditahan oleh respon peradangan dengan cepat. Infeksi streptokokus yang kurang merusak, mendatangkan respon peradangan sangat lamban. Sebagai akibat, penghalangan mungkin kurang berhasil, dan infeksi bakteri dapat berlanjut menyebar ke seluruh tubuh. Dengan pengrusakan jaringan dan pelepasan substansi kimia, daya tarik leukosit ke tempat luka bertambah. Dengan proses diapedesis neutrofil bergerak dari kapiler, dan dengan proses kemotaksis neutrofil diangkut ke tempat luka.Karena leukosit memakan bakteri, maka akan terjadi pembentukan nanah pada tubuh yang luka. Sebenarnya nanah terdiri dari bakteri mati dan hidup, leukosit, buangan sel, dan cairan tubuh. Bila leukosit merusak bakteri invader (karakteristik bakteri) dengan baik, luka yang terinfeksi akan kembali normal,dan proses fagositosis berlangsung dengan baik. Apabila proses fagositosis tidak berlansung dengan baik maka nanah pada luka akan bertambah, dan infeksi akan menyebar ke seluruh tubuh. 2.2 Jenis-jenis Leukosit Tabel Jenis-Jenis Sel Darah Putih Tipe Neutrofil Gambar Diagram %dalam tubuh Keterangan manusia Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri serta proses peradangan kecil lainnya, serta biasanya juga yang memberikan tanggapan pertama terhadap infeksi bakteri; aktivitas dan matinya neutrofil dalam jumlah yang banyak 65% 5
  • 6. menyebabkan adanya nanah. Eosinofil Basofil 4% Eosinofil terutama berhubungan dengan infeksi parasit, dengan demikian meningkatnya eosinofil menandakan banyaknya parasit. <1% Basofil terutama bertanggung jawab untuk memberi reaksi alergi dan antigen dengan jalan mengeluarkan histamin kimia yang menyebabkan peradangan. Limfosit lebih umum dalam sistem limfa. Darah mempunyai tiga jenis limfosit: Limfosit Sel B: Sel B membuat antibodi yang mengikat patogen lalu menghancurkannya. (Sel B tidak hanya membuat antibodi yang dapat mengikat patogen, tapi setelah adanya serangan, beberapa sel B akan mempertahankan kemampuannya dalam menghasilkan antibodi sebagai layanan sistem 'memori'.) 25% Sel T: CD4+ (pembantu) Sel T mengkoordinir tanggapan ketahanan (yang bertahan dalam infeksi HIV) sarta penting untuk menahan bakteri intraseluler. CD8+ (sitotoksik) dapat membunuh sel yang terinfeksi virus. Sel natural killer: Sel pembunuh alami (natural killer, NK) dapat membunuh sel tubuh yang tidak menunjukkan sinyal bahwa dia tidak boleh dibunuh 6
  • 7. karena telah terinfeksi virus atau telah menjadi kanker. Monosit Makrofag 6% Monosit membagi fungsi "pembersih vakum" (fagositosis) dari neutrofil, tetapi lebih jauh dia hidup dengan tugas tambahan: memberikan potongan patogen kepada sel T sehingga patogen tersebut dapat dihafal dan dibunuh, atau dapat membuat tanggapan antibodi untuk menjaga. (lihat di atas) Monosit dikenal juga sebagai makrofag setelah dia meninggalkan aliran darah serta masuk ke dalam jaringan. 1. Neutrofil. Neutrofil berkembang dalam sum-sum tulang dikeluarkan dalam sirkulasi, sel-se ini merupakan 60 -70 % dari leukosit yang beredar. Garis tengah sekitar 12 um, satu inti dan 2-5 lobus. Sitoplasma yang banyak diisi oleh granula-granula spesifik (0;3-0,8um) mendekati batas resolusi optik, berwarna salmon pink oleh campuran jenis romanovky. Granul pada neutrofil ada dua : 7
  • 8. Azurofilik yang mengandung enzym lisozom dan peroksidase. Granul spesifik lebih kecil mengandung fosfatase alkali dan zat-zat bakterisidal (protein Kationik) yang dinamakan fagositin. Neutrofil jarang mengandung retikulum endoplasma granuler, sedikit mitokonria, apparatus Golgi rudimenter dan sedikit granula glikogen. Neutrofil merupakan garis depan pertahanan seluler terhadap invasi jasad renik, menfagosit partikel kecil dengan aktif. Adanya asam amino D oksidase dalam granula azurofilik penting dalam penceran dinding sel bakteri yang mengandung asam amino D. Selama proses fagositosis dibentuk peroksidase. Mielo peroksidase yang terdapat dalam neutrofil berikatan dengan peroksida dan halida bekerja pada molekultirosin dinding sel bakteri dan menghancurkannya. 2. Eosinofil. Jumlah eosinofil hanya 1-4 % leukosit darah, mempunyai garis tengah 9um (sedikit lebih kecil dari neutrofil). Inti biasanya berlobus dua, Retikulum endoplasma mitokonria dan apparatus Golgi kurang berkembang. Mempunyai 8
  • 9. granula ovoid yang dengan eosin asidofkik, granula adalah lisosom yang mengandung fosfatae asam, katepsin, ribonuklase, tapi tidak mengandung lisosim. Eosinofil mempunyai pergerakan amuboid, dan mampu melakukan fagositosis, lebih lambat tapi lebih selektif dibanding neutrifil. Eosinofil memfagositosis komplek antigen dan anti bodi, ini merupakan fungsi eosinofil untuk melakukan fagositosis selektif terhadap komplek antigen dan antibody. Eosinofil mengandung profibrinolisin, diduga berperan mempertahankan darah dari pembekuan, khususnya bila keadaan cairnya diubah oleh proses-proses patologi. Kortikosteroid akan menimbulkan penurunan jumlah eosinofil darah dengan cepat. 3. Basofil. Basofil jumlahnya 0-% dari leukosit darah, ukuran garis tengah 12um, inti satu, besar bentuk pilihan ireguler, umumnya bentuk huruf S, sitoplasma basofil terisi granul yang lebih besar, dan seringkali granul menutupi inti, granul bentuknya ireguler berwarna metakromatik, dengan campuran jenis Romanvaki tampak lembayung. Granula basofil metakromatik dan mensekresi histamin dan 9
  • 10. heparin, dan keadaan tertentu, basofil merupakan sel utama pada tempat peradangan ini dinamakan hypersesitivitas kulit basofil. Hal ini menunjukkan basofil mempunyai hubungan kekebalan. 4. Limfosit. Limfosit merupakan sel yang sferis, garis tengah 6-8um, 20-30% leukosit darah. Normal, inti relatifbesar, bulat sedikit cekungan pada satu sisi, kromatin inti padat, anak inti baru terlihat dengan electron mikroskop. Sitoplasma sedikit sekali, sedikit basofilik, mengandung granula-granula azurofilik. Yang berwarna ungu dengan Romonovsky mengandung ribosom bebas dan poliribisom. Klasifikasi lainnya dari limfosit terlihat dengan ditemuinya tanda-tanda molekuler khusus pada permukaan membran sel-sel tersebut. Beberapa diantaranya membawa reseptos seperti imunoglobulin yang mengikat antigen spesifik pada membrannya. Limfosit dalam sirkulasi darah normal dapat berukuran 10-12um ukuran yang lebih besar disebabkan sitoplasmanya yang lebih banyak. Kadang-kadang disebut dengan limfosit sedang. Sel limfosit besar yang berada dalam kelenjar 10
  • 11. getah bening dan akan tampak dalam darah dalam keadaan patologis, pada sel limfosit besar ini inti vasikuler dengan anak inti yang jelas. Limfosit dibagi ke dalam 2 kelompok utama (Farieh, 2008): a. Limfosit B Berasal dari sel stem di dalam sumsum tulang dan tumbuh menjadi sel plasma, yang menghasilkan antibody b. Limfosit T terbentuk jika sel stem dari sumsum tulang pindah ke kelenjar thymus, dimana mereka mengalami pembelahan dan pematangan Di dalam kelenjar thymus, limfosit T belajar membedakan mana benda asing dan mana bukan benda asing. Limfosit T dewasa meninggalkan kelenjar thymus dan masuk ke dalam pembuluh getah bening dan berfungsi sebagai bagian dari sistem pengawasan kekebalan. 5. Monosit. 11
  • 12. Monosit merupakan sel leukosit yang besar 3-8% dari jumlah leukosit normal, diameter 9-10 um tapi pada sediaan darah kering diameter mencapai 20um, atau lebih. Inti biasanya eksentris, adanya lekukan yang dalam berbentuk tapal kuda. Kromatin kurang padat, susunan lebih fibriler, ini merupakan sifat tetap monosit. Sitoplasma relatif banyak dengan pulasan wrigh berupa bim abuabu pada sajian kering. Monosit ditemui dalam darah, jaingan penyambung, dan rongga-rongga tubuh. Monosit tergolong fagositik mononuclear (system retikuloendotel) dan mempunyai tempat-tempat reseptor pada permukaan membrannya. Untuk imunoglobulin dan komplemen. Monosit beredar melalui aliran darah, menembus dinding kapiler masuk kedalam jaringan penyambung daIam darah beberapa hari. Dalam jaringan bereaksi dengan limfosit dan memegang peranan penting dalam pengenalan dan interaksi sel-sel immunocmpetent dengan antigen. 2.3 Karakteristik Leukosit 1. Jumlah Jumlah normal sel darah putih adalah 5000 – 10000 sel/mm3 . Infeksi atau kerusakan jaringan mengakibatkan peningkatan jumlah total leukosit 2. Fungsi Leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap infeksi benda asing, termasuk bakteri dan virus. Sebagai pengangkut yaitu mengangkut atau membawa zat lemak dari dinding usus melalui limfa ke pembuluh darah. 12
  • 13. 3. Diapedesis Leukosit memiliki sifat diapedesis, yaitu kemampuan untuk menembus pori-pori membran kapiler dan masuk ke dalam jaringan 4. Gerakan amuboid Leukosit bergerak sendiri dengan gerakan amuboid. Beberapa sel mampu bergerak tiga kali panjang tubuh dalam satu menit 5. Kemampuan kemoktasis Pelepasan zat kimia oleh jaringan yang rusak menyebabkan leukosit bergerak mendekati atau menjauhi sumber zat. 6. Fagositosis Semua leukosit adalah fagositik, tetapi kemampuan ini lebih berkembang pada neutrofil dan monosit 7. Rentang kehidupan. Setelah diproduksi disumsum tulang, leukosit bertahan kurang lebih satu hari dalam sirkulasi darah sebelum masuk ke jaringan. Sel ini tetap dalam jaringan selama beberap hari, beberapa minggu, atau beberapa bulan, tergantung jenis leukositnya. 2.4 Menghitung Jumlah dan Jenis-jenis Sel Leukosit Adapun pemeriksaan yang sering dilakukan di laboratorium terhadap leukosit yaitu : 13
  • 14. a) Menghitung jumlah leukosit Hitung leukosit yaitu menyatakan jumlah sel-sel leukosit perliter darah (System International Units = SI unit) atau /mm3 darah. Nilai normalnya 5000 - 10000 / mm3. Berikut ini adalah cara hitung leukosit dengan cara manual menggunakan Kamar Hitung Improve neubauer. Ada beberapa jenis Kamar Hitung yaitu kamar hitung Improve Neubauer, kamar hitung Original Neubauer, kamar hitung Burker, kamar hitung Turk, dan kamar hitung Thoma. Disini kami menggunakan kamar hitung Improve Neubauer dan menjelaskan tentang pembagian kamar hitung tersebut secara rinci. Luas seluruh bidang kamar hitung dibagi atas 9 kamar, yang luasnya masingmasing: 1 mm2. Leukosit dihitung pada lokasi A, B, C, dan D. Lokasi A, B, C, dan D : 1 kotak besar dibagi 16 kotak sedang, yang luasnya masing-masing = 1/16 mm2 14
  • 15. Pada bagian tengah kamar hitung dibagi menjadi 25 kotak sedang, yang luasnya masing-masing 1/25 mm2 . Tiap bidang ini dibagi lagi menjadi 16 kotak kecil, jadi dalam bidang besar yang ditengah terdapat 25 x 16 = 400 kotak kecil, yang luasnya masing-masing 1/400 mm2 . Pengertian : Pemeriksaan laboratorium untuk menetapkan jumlah sel darah putih dalam bahan pemeriksaan darah Tujuan : Menegakkan diagnosa penyakit dan pemantauan pengobatannya. Prinsip : Darah diencerkan dengan larutan Turk, sel-sel selain leukosit akan dilisiskan dan darah akan menjadi lebih encer, sehingga leukosit akan mudah dihitung dibawah mikoroskop dengan pembesaran lensa objektif 10X dan 40X. Alat dan Bahan: a) Alat: o Haemocytometer o Mikroskop o Autoclic o Lancet b) Bahan: o Kapas Alkohol 70% o Larutan Turk o Darah Kapiler o Deck GLass 15
  • 16. Prosedur Kerja : A. Mengisi pipet leukosit 1.) Isaplah darah (kapiler, EDTA, atau oxalat) sampai krpada garis tanda 0,5 tepat 2.) Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet 3.) Masukkan ujung pipet dalam larutan Turk samvil menahan darah pada garis tanda tadi. Pipet dipegang dengan sudut 450 dan larutan Turk diisap perlahan-lahan sampai garis tanda 11. Hati-hatilah jangan sampai terjadi gelembung udara. 4.) Angkatlah pipet dari cairan, tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan karet pengisap. 5.) Kocoklah pipet itu selama 15-30 detik. Jika tidak segera akan dihitung, letakkanlah dalam sikap horisontal. B. Mengisi kamar hitung 1.) Letakkanlah kamar hitung yang bersih benar dengan kaca penutupnya terpasang mrndatar diatas meja. 2.) Kocoklah pipet yang diisi tadi selama 3 menit terus-menerus, jagalah jangan sampai ada cairan terbuang dari dalam pipet itu diwaktu mengocok. 3.) Buanglah semua cairan yang ada di dalam batang kapiler pipet (3 atau 4 tetes) dan segeralah sentuhkan ujung pipet itu dengan sudut 300 pada permukaan kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca 16
  • 17. penutup. Biarkan kamar hitung itu terisi cairan perlahan-lahan dengan daya kapilaritasnya sendiri. 4.) Biarkan kamar hitung itu selama 2 atau 3 menit supaya leukositleukositdapat mengendap. Jika tidak dapat dihitung segera, simpanlah kamar hitung itu dalam sebuah cawan petri tertutup yang berisi segumpal kapas basah. C. Menghitung jumlah sel 1.) Pakailah lensa objektif kecil, yaitu dengan pembesaran10x. Turunkan lensa kondensor atau kecilkan diafragma. Meja mikroskop harus datar sikapnya. 2.) Kamar hitung dengan bidang bergarisnya diletakkan di bawah objektatif dan fokus mikroskop diarahkan kepada garis-garis bagi itu. Dengan sendirinya leukosit-leukosit jelas terlihat. 3.) Hitunglah semua leukosit yang terdapat dalam keempat “bidang besar” pada sudut-sudut “ seluruh permukaan yang dibagi”. a. Mulailah menghitung dari sudut kiri atas, terus ke kanan; kemudian turun ke bawah dan dari kanak ke kiri; lalu turun lagi kebawah dan dimulai lagi dari kiri ke kanan. Cara seperti ini dilakukan pada keempat “bidang besar”. b. Kadang-kadang ada sel-sel yang letaknya menyinggung garisbatas suatu bidang. Sel-sel yang menyinggung garis-batas sebelah kiri atau garis-atas harus dihitung. Sebaliknya sel-sel 17
  • 18. yang menyinggung garis-batas sebelah kanan atau bawah tidak boleh dihitung. Prosedur Kerja : Membuat sediaan apus darah A. Memakai kaca objek Kaca objek yang akan dipakai harus yang kering, bebas debu dan bebas lemak. Untuk menggeserkan darah kepada kaca itu pakailah kaca objek lain yang sisi pendeknya rata sekali. 1.) Sentuhlah tanpa menyantuh kulit setetes darah kecil (garis tengah tidak melebihi 2 mm) dengan kaca itu, kira-kira 2 cm dari ujungnya, dan letakkanlah kaca itu di atas meja dengan tetes darah di sebelah kanan. 2.) Dengan tangan kanan diletakkan kaca objek lain di sebelah kiri tetes darah tadi dan digerakkan ke kanan hingga mengenai tetes darah. 3.) Tetes darah akan menyebar pada sisi kaca penggeser itu. Tunggulah sampai darah itu mencapai titik kira-kira ½ cm dari sudut kaca penggeser. 4.) Segeralah geserkan kacca itu ke kiri sambil memegangnya miring dengan sudut antara 30 dan 400 . Janganlah menekan kaca penggeser itu ke bawah. 5.) Biarkan sediaan itu kering di udara. 6.) Tulislah nama penderitabdan tanggal pada bagian sediaan yang tebal. 18
  • 19. B. Memakai kaca penutup Kaca penutup yang dipakai harus cukup tipis (no. 0) sehingga dapat diperiksa dengan lensa emersi. Selain itu harus juga keringdan bersih. 1.) Sediakan 2 kaca yang dipegang masing-masing dalam sebelah tangan pada ujung-ujung berdampingan. 2.) Sentuhlah setetes darah kecil (diameter kira-kira 1 mm) dengan kaca penutup yang dipegang dalam tangan kanan. 3.) Taruhlah segera kaca penutup itu di atas kaca yang dipegang di tangan kiri, sedemikian sehingga kaca itu membuat bintang bersudut 8. Darah akan melebar oleh daya kapilaritas. 4.) Sebentar sebelum darah itu berhenti menyebar, tariklah kedua kaca dalam satu dataran sehingga berpisah. 5.) Biarkan sediaan kering di udara. 2.5 Kelainan-kelainan yang Terjadi pada Sel Darah Putih (Leukosit) A. Kelainan pada jumlah sel darah putih (leukosit) Jumlah leukosit < nilai normalnya, disebut dengan leukopenia. Jumlah leukosit > nilai normalnya, disebut dengan leukositosis. B. Kelainan pada jenis-jenis sel darah putih (leukosit) Kelainan kualitatif (fungsi dan morfologi) 19
  • 20. 1. Kelainan fungsi: Kelainan fungsi leukosit, granulosit, kemotaksis, fagositosis, menelan dan membunuh kuman, serta kelainan limfosit 2. Kelainan morfologi leukosit Kelainan sitoplasma: granulasi toksik (infeksi bakteri akut, luka bakar, intoksikasi); granulasi polimorfonuklear (leukemia, sindrom mielodisplasia); badan dohle (keracunan, luka bakar, infeksi berat); batang aurer (leukemia mieloid akut); limfositik plasma biru (infeksi virus, mononukleosis infeksiosa); smudge sel (leukemia limfositik kronik); dan vakuolisasi (keracunan, infeksi berat). Kelainan inti sel: Hipersegmentasi (anmegaloblastik, infeksi,uremia, GGK); inti piknotik (sepsis, leukemia); dan anomali Pelger Huet (leukemia kronik, mielodisplastik) 20
  • 21. BAB III PENUTUP 1.3 Kesimpulan Sel darah putih, leukosit (white blood cell, WBC, leukocyte) adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amuboid, dan dapat menembus dinding kapiler / diapedesis. Dalam keadaan normalnya terkandung 4x109 hingga 11x109 sel darah putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang sehat - sekitar 4000-11000 sel per tetes. 1.4 Saran Dengan terselesainya penyusunan makalah ini kami harapkan semoga bermanfaat bagi penulis dan pembaca, serta kami membutuhkan kritik dan masukan dari berbagai pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. 21
  • 22. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2010. Sel Darah Putih. http://id.wikipedia.org/wiki/Sel_darah_putih. 7 April 2010. Anonim. 2010. http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/1835870-apa- fungsi-sel-darah-putih/. 7 April 2010. Aryoseto, Lukman.2009. Hubungan antara Jumlah Leukosit dengan Morfologi Spermatozoa pada Pasien Infertilitas di Rumah Sakit Dokter Kariadi. Universitas Diponegoro. Semarang. Effendi, Zukesti. 2009. Peranan Leukosit sebagai Anti Inflamasi Alergik Dalam Tubuh. Universitas Sumatera Utara. Medan. Junquera, L. Carlos. 1998. Histologi Dasar Edisi 8. Penerbit Erlangga. Jakarta. Gabdasoebrata,R. 1968. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat. Jakarta. Lubis, M. S.1996. Diktat Hematologi. Medan. Syaifuddin, H. 1997. Anatomi Fisiologi Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 22
  • 23. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................... i DAFTAR ISI .............................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 1 1.3 Tujuan.............................................................................................. 2 1.4 Manfaat ............................................................................................ 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Leukosit ......................................................................... 3 2.2 Jenis-jenis Leukosit ......................................................................... 5 1. Neutrofil. .................................................................................. 7 2. Eosinofil. ................................................................................... 8 3. Basofil........................................................................................ 9 4. Limfosit. ..................................................................................... 10 5. Monosit. ..................................................................................... 11 2.3 Karakteristik Leukosit ..................................................................... 12 2.4 Menghitung Jumlah dan Jenis-jenis Sel Leukosit ........................... 13 2.5 Kelainan-kelainan yang Terjadi pada Sel Darah Putih (Leukosit) ........................................................................................ 19 a. Kelainan pada jumlah sel darah putih (leukosit) ....................... 19 b. Kelainan pada jenis-jenis sel darah putih (leukosit) .................. 19 BAB III PENUTUP 1.3 Kesimpulan ................................................................................... 21 1.4 Saran ............................................................................................. 21 DAFTAR PUSTAKA 23 ii
  • 24. KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat taufik dan inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “LEUKOSIT “ dalam bentuk dan isinya yang sangat sederhana, semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan dan petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam pembelajaran kehidupan sehari-hari. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca sehingga kami dapat memperbaiki isi dan bentuk makalah ini. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalamn yang kami miliki masih kurang, oleh karena itu kami harap kepada pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. 24 i