Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan jumlah trombosit dalam diagnosis laboratorium, termasuk bahan pemeriksaan, metode pemeriksaan secara langsung dan tidak langsung, serta estimasi jumlah trombosit pada sediaan apus darah tepi.
1. i
KATA PANGANTAR
assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit
sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam
atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ” Trombosit”.
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai
pihak. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa
memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Pekanbaru, Februari 2014
Penyusun
2. ii
DAFTAR ISI
KATA PANGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG .............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. PEMERIKSAAN JUMLAH TROMBOSIT DALAM DIAGNOSIS
LABORATORIUM .................................................................................. 3
B. BAHAN PEMERIKSAAN....................................................................... 4
C. PEMERIKSAAN JUMLAH TROMBOSIT............................................. 5
D. ESTIMASI JUMLAH TROMBOSIT PADA SADT ............................... 6
E. KELAINAN TROMBOSIT...................................................................... 7
F. CARA KERJA.......................................................................................... 7
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN......................................................................................... 9
DAFTAR PUSATAKA
3. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Trombosit mempunyai peran penting pada pembentukan sumbat hemostasis.
Penilaian trombosit meliputi jumlah dan fungsi. Metoda untuk pemeriksaan fungsi
agregasi trombosit yang banyak dilakukan saat ini adalah TAT metoda nefelometrik,
namun tidak semua laboratorium dapat mengerjakannya. Untuk mengatasi hal
tersebut dilakukan percobaan pemeriksaan sediaan apus darah tepi untuk menilai
fungsi agregasi trombosit yang dapat dikerjakan di semua laboratorium, tidak
memerlukan alat khusus dan murah. Tinian : mengetahui kesesuaian hasil dan nilai
diagnostik pemeriksaan sediaan apus darah tepi dibandingkan TAT metoda
nefelometrik yang meliputi sensitivitas, spesifisitas, nilai ramal positip dan nilai ramal
negatip. Bahan dan metoda : Dilakukan pemeriksaan sediaan apus darah tepi dan
TAT metoda nefelometrik dad 65 subyek yang ada. Antikoagulan yang digunakan
Natrium citrate 3,8 %. Sediaan apus dibuat sebelum dan setelah 3 menit pemberian
induktor adrenalin 3pM Penilaian fungsi agregasi trombosit berdasarkan pembacaan
pada zone VI daerah medial, lateral dan mediolateral. Dihitung banyaknya trombosit
yang berkelompok dibandingkan total trombosit Hasil yang didapat dimasukkan ke
rumus Velaskar. Hasil pemeriksaan sediaan apus dibandingkan dengan hasil TAT
metoda nefelometrik dan dicari batas hipoagregasi, normoagregasi dan hiperagregasi
dengan bantuan titik-titik kurva ROC. Dad hasil yang didapat dilakukan uji korelasi,
uji beda t berpasangan dan uji diagnostik antara pemeriksaan sediaan apus darah tepi
dan TAT metoda nefelometrik. Hasil penelitian : Didapatkan hasil batas bawah
normoagregasi 54% dan batas atas nonnoagregasi 70%. Pada uji korelasi antara
pembaca I dan TAT metoda nefelometrik didapatkan r=0,463; p=0,000 (pc0,01) dan
path uji beda t berpasangan didapatkan p=-0,357 (p>0,05). Uji diagnostik
pemeriksaan sediaan apus darah tepi dibandingkan TAT metoda nefelometrik untuk
menentukan hipoagregasi atan tidak mempunyai sensitivitas 73,33%, spesifisitas
86,00%, nilai ramal positip 61,11% dan nilai ramal negatip 91,49%. Sedang untuk
menentukan normoagregasi atau tidak mempunyai sensitivitas 57,89%, spesifisitas
4. 2
60,42%, nilai ramal positip 39,29% dan nilai ramal negatip 78,38%. Untuk
menentukan hiperagregasi atau tidak mempunyai sensitivitas 64,52%, spesifisitas
74,29%, nilai ramal positip 68,97% dan nilai ramal negatip 70,27%. Kesimpulan :
Metoda sediaan apus darah tepi dapat dipakai untuk menilai fungsi agregasi trombosit
seperti halnya TAT metoda nefelometrik. Kata anal : tes agregasi trombosit,
nefelometrik, sediaan apus
5. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. PEMERIKSAAN JUMLAH TROMBOSIT DALAM DIAGNOSIS
LABORATORIUM
Trombosit berasal dari fragmentasi sitoplasma megakariosit, suatu sel muda yang
besar dalam sumsum tulang. Megakariosit matang ditandai proses replikasi
endomiotik inti dan makin besarnya volume plasma, sehingga pada akhirnya
sitoplasma menjadi granular dan terjadi pelepasan trombosit. Setiap megakariosit
mampu menghasilkan 3000 - 4000 trombosit, waktu dari diferensiasi sel asal (stem
cell) sampai dihasilkan trombosit memerlukan waktu sekitar 10 hari. Umur trombosit
pada darah perifer 7-10 hari.
Trombosit sukar dihitung karena mudah sekali pecah dan sukar dibedakan
dengan kotoran kecil. Dan ditambah dengan sifatnya yang cenderung melekat pada
permukaan asing (bukan endotel utuh) dan menggumpal-gumpal. Ada dua cara yang
lazim di pakai, yaitu cara langsung dan cara tidak langsung. pada cara tidak langsung
jumlah trombosit dibandingkan dengan jumlah eritrosit, sedangkan jumlah eritrosit
itulah yang sebnarnya dihitung. untuk mencegah trombosit melekat pada permukaan
asing, dianjurkan untuk menggunakan alat-alat gelas yang dilapisi silikon atau alat-
alat plastik.
Trombosit adalah sel darah tak berinti, berbentuk cakram dengan diameter 1 - 4
mikrometer dan volume 7 – 8 fl. Trombosit dapat dibagi dalam 3 daerah (zona), zona
daerah tepi berperan sebagai adhesi dan agregasi, zona “sol gel” menunjang struktur
dan mekanisme interaksi trombosit, zona organel berperan dalam pengeluaran isi
trombosit. Fungsi utama trombosit adalah pembentukan sumbatan mekanis sebagai
respon hemostatik normal terhadap luka vaskuler, melalui reaksi adhesi, pelepasan,
agregasi dan fusi serta aktivitas prokoagulannya. Nilai normal trombosit bervariasi
sesuai metode yang dipakai. Jumlah trombosit normal menurut Deacie adalah 150 –
400 x 109 / L. Bila dipakai metode Rees Ecker nilai normal trombosit 140 – 340 x
109/ L, dengan menggunakan Coulter Counter harga normal 150 – 350 x 109/L.
Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai bahan pemeriksaan yang digunakan dalam
6. 4
pemeriksaan trombosit dalam laboratorium dan kelainan trombosit yang mungkin
terjadi.
B. BAHAN PEMERIKSAAN
Bahan pemeriksaan adalah darah lengkap, yang dapat diperoleh dari darah
kapiler atau darah vena. Darah Kapiler Pengambilan darah kapiler untuk orang
dewasa dilakukan pada ujung jari tangan ketiga dan keempat serta pada anak daun
telinga, sedangkan pada bayi dan anak-anak biasanya diambil dari tumit atau ibu jari
kaki.
Perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel darah kapiler adalah sebelum
penusukan dimulai keadaan setempat perlu diperhatikan dengan seksama, merupakan
kontra indikasi adalah adanya bekas-bekas luka, keradangan, dermatitis ataupun
oddema. Pengambilan darah kapiler dapat dilakukan bila jumlah darah yang
dibutuhkan sedikit saja, atau dalam keadaan emergency, karena selain jumlah darah
yang diambil sedikit sehingga jika terjadi kesalahan dalam pemeriksaan akan sulit
untuk menanggulangi.
Kesulitan-kesulitan yang sering terjadi dalam pengambilan sampel darah ini
adalah, apabila kulit sekitar luka tusukan tidak kering karena alkohol atau keringat,
maka tetesan darah yang keluar tidak dapat mengumpul melainkan menyebar ke
sekitarnya sehingga sukar untuk mengambilnya. Lagipula bahan darah semacam ini
tidak boleh digunakan karena sudah bercampur dengan bahan lain.
Darah tidak dapat keluar dengan lancar. Hal ini biasanya karena penusukan yang
kurang dalam atau peredaran darah setempat kurang baik. Usaha untuk melancarkan
pengeluaran darah dengan memijat akan sia-sia karena darah yang keluar tidak dapat
dipergunakan karena sudah tercampur dengan cairan jaringan sehingga hasil
pemeriksaan menunjukkan hasil yang lebih rendah dari yang sebenarnya.
Darah Vena Pengambilan darah vena untuk orang dewasa dilakukan pada vena
difossa cubiti, sedangkan pada anak-anak atau bayi bila perlu, darah diambil dari vena
jugularis eksterna, vena femoralis bahkan dapat diambil dari sinus sagittalis superior.
Pengambilan darah vena perlu dilakukan dengan hati-hati karena bahaya yang dapat
terjadi jauh lebih besar daripada pengambilan darah kapiler. Dalam pengambilan
7. 5
sampel darah vena perlu diperhatikan, tempat yang akan digunakan untuk
pengambilan harus diperiksa dengan seksama antara lain letak dan ukuran vena.
C. PEMERIKSAAN JUMLAH TROMBOSIT
Pemeriksaan hitung jumlah trombosit dalam laboratorium dapat dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung. Secara langsung menggunakan metoda Rees Ecker,
metoda Brecher Cronkite dan Cell Counter Automatic Metode Rees Ecker. Darah
diencerkan dengan larutan BCB (Brilliant Cresyl Blue), sehingga trombosit akan
tercat terang kebiruan. Trombosit dihitung dengan bilik hitung di bawah mikroskop,
kemungkinan kesalahan metode Rees Ecker 16-25%. Metode Brecher Cronkite Darah
diencerkan dengan larutan amonium oksalat 1% untuk melisiskan sel darah merah,
trombosit dihiotung pada bilik hitung menggunakan mikroskop fase kontras.
Kemungkinan kesalahan Brecher Cronkite 8-10%. Metode Cell Counter Automatic
Metode ini menggunakan prinsip flow cytometri. Prinsip tersebut memungkinkan sel-
sel masuk flow chamber untuk dicampur dengan diluent kemudian dialirkan melalui
apertura yang berukuran kecil yang memungkinkan sel lewat satu per satu. Aliran
yang keluar dilewatkan medan listrik untuk kemudian sel dipisah-pisahkan sesuai
muatannya. Teknik dasar pengukuran sel dalam flow cytometri ialah impedansi listrik
(electrical impedance) dan pendar cahaya (light scattering). Teknik impedansi
berdasar pengukuran besarnya resistensi elektronik antara dua elektrode. Teknik
pendar cahaya akan menghamburkan, memantulkan atau membiaskan cahaya yang
berfokus pada sel, oleh karena tiap sel memiliki granula dan indek bias berbeda maka
akan menghasilkan pendar cahaya berbeda dan dapat teridentifikasi. Pada cell counter
automatic masih terdapat kelemahan apabila ada trombosit yang bergerombol,
trombosit besar (giant) serta adanya kotoran, pecahan eritrosit, pecahan leukosit
sehingga cross check menggunakan sediaan apus darat tepi (SADT) sangat berarti.
Sedangkan hitung rombosit secara tidak langsung menggunakan metode Fonio dan
melakukan estimasi metode Barbara Brown Metode Fonio Metode ini dilakukan
dengan menggunakan darah kapiler pada ujung jari dicampur dengan larutan
magnesium sulfat 14% kemudian dibuat SADT dan dilakukan pengecatan giemsa.
Jumlah trombosit dihitung dalam 1000 eritrosit, jumlah mutlak trombosit dapat
8. 6
diperhitungkan dari jumlah mutlak eritrosit. Cara ini lebih kasar daripada cara
langsung.
D. ESTIMASI JUMLAH TROMBOSIT PADA SADT
Pada prinsipnya semua hasil hitung trombosit baik normal maupun abnormal
yang diperiksa secara langsung harus dilakukan cross check dengan SADT. Cross
check pada SADT bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara hitung
trombosit secara langsung dan estimasi. Perbedaan mencolok antara hitung trombosit
secara langsung dan estimasi dapat disebabkan oleh 3 faktor :
1. Faktor pranalitik.
Misalnya :
a. sampel tertukar
b. cara sampling yang tidak benar
c. kesalahan mencantumkan identitas
2. Faktor analitik
Misalnya : cara pembuatan SADT yang tidak memenuhi syarat kesalahan alat
hitung yang dipakai
3. Faktor post analitik, biasanya terjadi saat penulisan hasil.
SADT untuk estimasi jumlah trombosit harus dibuat sebaik mungkin, sehingga
terbentuk daerah baca yang baik. Trombosit harus terdistribusi rata dan tidak
menggerombol, apabila trombosit cenderung bergerombol harus dibuat SADT baru
dengan cara terlebih dahulu mencampur sampel darah secara baik
Berdasarkan susunan populasi sel darah merah SADT dibagi menjadi 6 zona, yaitu :
1) Zona I disebut zona irreguler, di daerah ini sel darah merah tidak teratur dan
kadang ada yang padat bergerombol. Daerah ini meliputi kira-kira 3% dari
seluruh badan SADT.
2) Zona II disebut zona tipis, dimana distribusi sel darah merah tidak teratur,
saling berdesakan dan bertumpuk. Zona ini meliputi sekitar 14%.
3) Zona III disebut zona tebal, dimana sel-sel darah merah bergerombol dan
padat luas zona ini sekitar 45% atau hampir separo dari badan SADT.
9. 7
4) Zona IV disebut juga zona tipis, yang sama kondisinya dengan zona II hanya
lebih tipis. Luasnya sekitar 18% dari SADT.
5) Zona V, zona reguler merupakan tempat sel-sel tersebar rata tidak saling
bertumpuk dan bentuk-bentuknya masih asli. Daerah ini meliputi sekitar 11%
dari badan SADT.
6) Zona VI juga disebut zona sangat tipis, terletak di ujung sediaan apus sebelum
ekor. Di sini sel-sel lebih longgar dan umunya berderet. Zona ini luasnya
sekitar 9% dari badan SADT. Metoda estimasi menurut Barbara Brown,
apabila pada zona V dengan pembesaran lensa obyektif 100 kali ditemukan 1
trombosit maka dikalikan dengan 20.000. Faktor perkalian (f) menurut
Barbara Brown adalah 20.000.
E. KELAINAN TROMBOSIT
Kelainan trombosit meliputi kuantitas dan kualitas trombosit. Trombositopeni
Trombositopeni adalah berkurangnya jumlah trombosit dibawah normal, yaitu kurang
dari 150 x 109 / L. Trombositopeni dapat terjadi karena beberapa keadaan :
a) Penurunan produksi (megakariositopeni), terjadi bila fungsi sumsum tulang
terganggu .
b) Meningkatnya destruksi (megakariositosis), terjadi akibat trombosit yang
beredar berhubungan dengan mekanisme imun.
c) Akibat pemakaian yang berlebihan (megakariositosis), misalnya pada DIC
(Disseminated Intravasculer Coagulation), kebakaran, trauma.
d) Pengenceran trombosit.
e) Dapat terjadi oleh karena tranfusi yang dibiarkan dalam waktu singkat dengan
memakai darah murni yang disimpan sehingga dapat mengakibatkan
kegagalan hemostatik pada resipien.
F. CARA KERJA
Darah diencerkan dengan larutan REES ECKER dan jumlah trombosit dihitung
dalam kamar hitung. Larutan REES ECKER : natrium sitrat 3,8g; formaldehid 40% 2
ml; brillian cresylblue 30 mg; aquadest ad 100 ml. Harus disaring sebelum dipakai.
10. 8
1. Isaplah larutan REES ECKER ke dalam pipet eritrosit samapi garis tanda “1″
dan buanglah lagi cairan itu.
2. Isaplah darah sampai garis tanda “0,5″ dan cairan REES ECKER sampai garis
tanda “101″. Segeralah kocok selama 3 menit.
3. Teruskan tindakan seperti menghitung eritrosit dalam kamar hitung.
4. Biarkan kamar hitung yang telah terisi dalam sikap datar dalam cawan petri
tertutup selama 10 menit agar trombosit mengendap
5. Hitunglah semua trombosit dalam seluruh bidang besar di tengah-tengah (1
mm kuadrat) memakai lensa objektif besar.
6. Jumlah itu dikalikan 2.000 menghasilkan jumlah trombosit per ul darah.
Cara tidak langsung (Fonio)
1. Bersihkan ujung jari dengan alkohol dan biarkan kering lagi.
2. Taruhlah di atas ujung jari tersebut setetes besar larutan magnesium sulfat
14%.
3. Tusuklah ujung jari dengan lanset melalui tetesan lar magnesium sulfat
tersebut.
4. Setelah jumlah darah keluar kurang lebih 1/4 jumlah larutan magnesium
sulfat, campurlah darah dengan magnesium sulfat tersebut.
5. Buatlah sedian hapus (dengan pewarnaan Wrigth atau Giemsa)
6. Hitung jumlah trombosit yang dilihat bersama dengan 1.000 eritrosit.
7. Lakukanlah tindakan menghitung jumlah eritrosit per ul darah.
8. Perhitungkanlah jumlah trombosit per ul darah berdasarkan kedua angka itu.
11. 9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jumlah trombosit dalam keadaan normal sangat dipengaruhi oleh cara
menghitungnya. sering dipastikan nilai normal adalah antara 200.000 dan 500.000 per
ul darah. Karena sukar dihitung, pemeriksaan semikuantitatif tentang jumlah
trombosit dalam sediaan apus darah sangat besar artinya sebagai pemeriksaan
penyaring.
12. 10
DAFTAR PUSTAKA
Indriastuti EC, Lisyani S, Tjahjati MI. Perbedaan jumlah agregat trombosit pada
sediaan apus darah tepi mahasiswa FK Undip semester IV sebelum dan
setelah periode ujian semester. Dipresentasikan pada PIT I PDS Patklin &
Konker IX HKKI di Surakarta, 20 – 22 September 2002.
Hoffbrand AV, Petit JE. Trombosit, pembekuan darah dan hemostasis. Dalam :
Hoffbrand AV, Petit JF eds. Essential haematology. Terjemahan : Darmawan
I. Ed 2. Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC, 1987 : 201 – 18.
Stenberg PE, Hill RJ. Platelets and megakaryocites. In : Lee GR, Foerster J, Greer JP,
Rodgers GM, Lukens J, Paraskev F eds. Wintrobe’s clinical hematology. 10th
ed. Baltimore. William & Wilkins, 1999 : 615 – 60.
Julius S. Platelet Pathobiology. Yale University – section of cardiovascular medicine.
Available from http://info.med.yale.edu/ysm, 1999.
Sotianingsih. Uji diagnostik pemeriksaan sediaan apus darah tepi dalam menilai
fungsi agregasi trombosit. Dipresentasikan pada pertemuan PHTDI di
Semarang, 2001.
Dacie JV, Lewis SM. Collection and handling of blood. In : John VD, SM Lewis eds.
Practical Haematology. 7th ed. Singapura. Churchill Livingstone, 1991 : 1 – 8.
Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar – dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta .
Sagung Seto, 2002.
Dacie JV, Lewis SM. Preparation and staining methods for blood and bone marrow.
In : John VD, SM Lewis eds. Practical Haematology. 7th ed. Singapura.
Churchill Livingstone, 1991 : 75 – 89.
Narayanan S. The preanalytic phase. An important component of laboratory
medicine. Am J Clin Path 2000; 113.