SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Download to read offline
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Darah
Darah merupakan materi yang berperan dalam sistem transportasi pada tubuh
hewan tingkat tinggi. Darah vertebrata merupakan jaringan ikat yang terdiri
dari sel-sel yang tertanam dalam matriks cair yang disebut plasma. Sekitar
90% komposisi plasma darah adalah air. Di dalam plasma terkandung ion-
ion dan protein, serta sel-sel darah yang secara bersama-sama berfungsi
dalam regulasi osmotik, transportasi, dan pertahanan tubuh.
Ion-ion dalam plasma berfungsi sebagai elektrolit, sebagai buffer bagi darah,
mempertahankan keseimbangan osmotik dalam darah, serta berperan penting
dalam aktifitas otot dan saraf. Adapun fungsi dari protein di dalam plasma
adalah sebagai buffer melawan perubahan pH, membantu mempertahankan
keseimbangan osmotik antara darah dan cairan interstitial, serta
mempertahankan viskositas (kekentalan) darah. Protein-protein plasma
tertentu memiliki fungsi tambahan, seperti immunoglobulin (antibodi) yang
membantu dalam melawan virus dan agen asing lainnya yang menyerang
tubuh. Protein plasma tertentu berperan saat proses penggumpalan darah
pada pembuluh darah yang pecah. Terdapat dua kelas sel-sel di dalam plasma
darah, yaitu sel darah merah (eritrosit) yang berperan dalam transpor O2 dan
sel darah putih (leukosit) yang berfungsi dalam pertahanan tubuh. Selain
8
kedua jenis sel tersebut, terdapat pula fragmen-fragmen sel yang terlibat
dalam proses penggumpalan darah yang disebut trombosit (platelet).
Eritrosit merupakan sel-sel yang ditemukan paling banyak di dalam darah.
Dalam satu mikroliter darah manusia terdapat 5-6 juta sel-sel darah merah,
sehingga dalam 5 liter darah terkandung sekitar 25 triliun sel. Struktur
eritrosit berkaitan erat dengan fungsinya dalam transpor oksigen. Eritrosit
manusia berbentuk cakram kecil bikonkaf (tipis di bagian tengah), dengan
diameter 7-8 μm. Dengan area permukaan yang luas, bentuk tersebut
meningkatkan laju difusi oksigen dalam melintasi membran plasma eritrosit.
Pada eritrosit mamalia dewasa tidak terdapat nukleus, sehingga sel-sel
berukuran kecil ini mampu menampung lebih banyak haemoglobin, yang
merupakan protein pengikat oksigen dan mengandung zat besi (Campbell et
al., 2010).
B. Leukosit
Leukosit atau sel darah putih merupakan sel yang berfungsi untuk memerangi
infeksi. Sebagian dari sel-sel ini bersifat fagositik, yaitu memakan dan
mencerna mikroorganisme patogen maupun sisa-sisa dari sel-sel tubuh yang
telah mati. Secara normal, terdapat sekitar 5.000-10.000 leukosit dalam
setiap 1 μL darah manusia. Jumlah ini akan meningkat secara temporer saat
tubuh memerangi infeksi. Berbeda dari eritrosit, leukosit mampu menembus
dinding kapiler pembuluh darah dan berpatroli di dalam cairan interstisial
maupun sistem limfatik (Campbell et al., 2010).
9
Effendi (2003) menyatakan bahwa leukosit merupakan sel yang memiliki inti
serta granula spesifik (granulosit) yang berupa tetesan setengah cair dalam
keadaan hidup dengan inti yang bervariasi. Pada leukosit yang tidak
memiliki granula, intinya berbentuk bulat atau ginjal, dengan sitoplasma yang
homogen. Leukosit berperan dalam pertahanan selular dan humoral
organisme terhadap infeksi zat asing. Melalui proses diapedesis, leukosit
mampu bergerak secara amoeboid. Dengan menerobos di antara celah sel-sel
endotel, leukosit mampu bergerak meninggalkan dinding kapiler darah
kemudian menembus jaringan penyambung. Pemeriksaan variasi fisiologi
dan patologi darah memerlukan persentase dan jumlah absolut tiap-tiap jenis
sel per unit volume darah.
Sebagian besar leukosit, yaitu granulosit, monosit, dan sedikit limfosit, di
produksi di sumsum tulang. Sementara limfosit serta sel-sel plasma
diproduksi di jaringan limfe. Sel-sel yang telah terbentuk akan diangkut oleh
darah untuk didistribusikan. Leukosit ditranspor ke bagian tubuh yang
mengalami infeksi dan peradangan serius. Secara normal, terdapat enam
macam leukosit di dalam darah, yaitu neutrofil, basofil, eosinofil, monosit,
limfosit, dan sel plasma. Neutrofil, basofil dan eosinofil merupakan tipe sel
polimorfonuklear, yang semuanya memiliki granula sehingga disebut
granulosit. Berikut ini adalah persentasi dari jenis-jenis leukosit pada
manusia dewasa:
Neutrofil 62,0 %
Eosinofil 2,3 %
10
Basofil 0,4 %
Monosit 5,3 %
Limfosit 30,0 % (Guyton, 1997).
C. Kanker Darah (Leukemia)
Leukemia merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya sel darah
abnormal (sel leukemik) yang menggantikan elemen sumsum tulang normal,
yang merupakan penyakit keganasan pada jaringan haematopoietik. Adanya
klon sel darah immatur yang berasal dari sel induk haematopoietik
menimbulkan proliferasi yang tidak terkontrol. Sel-sel abnormal ini juga
ditemukan pada darah perifer dan sering menyerang jaringan
retikuloendotelial seperti limpa, hati, dan kelenjar limfe (McKenzie, 1996 ;
Launder, Lawnicki, dan Perkins, 2002 ; Wirawan, 2003).
Terdapat perbedaan yang signifikan antara sel kanker dengan sel normal.
Sifat umum sel kanker menurut Hanahan dan Weinberg (2000) yaitu:
1. Pada sel kanker tidak terjadi apoptosis (program kematian sel). Pada
proses apoptosis, protein p53 bekerja mencegah terjadinya replikasi DNA
yang rusak pada sel normal, serta menstimulasi sel yang mengandung
DNA yang tidak normal untuk menghancurkan dirinya sendiri. Apoptosis
sangatlah penting untuk mengatur jumlah sel dalam tubuh sehingga sel
mampu berfungsi secara efisien dengan umur tertentu. Sel-sel normal
akan mati saat sudah melewati batas umurnya tanpa menyebabkan
inflamasi (peradangan). Namun pada sel kanker, di mana gen p53 telah
11
mengalami mutasi yang mendorong terjadinya proliferasi dan
transformasi sel, sel-sel ini akan tetap hidup dan kehilangan kendali
(Sofyan, 2000).
2. Sel kanker bersifat asosial, tidak mengenal komunikasi ekstraseluler. Sel
kanker tidak menjalin koordinasi antar sel yang berfungsi untuk
menunjang fungsi masing-masing sel. Dalam melakukan proliferasi, sel
kanker tidak bergantung pada rangsangan pertumbuhan dari luar karena
sel ini mampu memproduksi faktor pertumbuhannya sendiri. Hal ini
menyebabkan sel kanker tumbuh tanpa kendali.
3. Sel kanker bersifat invasif, mampu merusak jaringan lain, tumbuh subur
dan bermetastasis di atas jaringan tersebut. Kanker akan semakin sulit
disembuhkan jika jangkauan metastasis tumor semakin luas. Stadium
metastasis inilah yang menyebabkan 90% kematian pada penderita
kanker.
4. Sel kanker mampu melakukan neoangiogenesis, yaitu membentuk
pembuluh darah baru untuk menyuplai kebutuhan nutrisinya. Hal ini
menyebabkan terganggunya kestabilan jaringan tempat ia tumbuh
5. Dalam berproliferasi (memperbanyak diri), sel kanker mampu bereplikasi
tanpa batas. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya mekanisme apoptosis
dan kemampuannya dalam memenuhi sinyal pertumbuhan.
Leukemia kronis mencakup dua tipe utama, yaitu leukemia granulositik
(mieloid) kronis dan leukemia limfositik kronis (Hoffbrand dan Petit, 1996).
Leukemia limfositik disebabkan oleh produksi sel limfoid yang bersifat
kanker, yang dimulai di nodus limfe atau jaringan limfositik lain kemudian
12
menyebar ke daerah tubuh lainnya. Leukimia mielogenosa dimulai dengan
produksi sel mielogenosa muda yang bersifat kanker di sumsum tulang dan
kemudian menyebar ke seluruh tubuh, sehingga leukosit diproduksi di banyak
organ ekstramedular, terutama di nodus limfe, limpa, dan hati (Guyton dan
Hall, 2007). Hoffbrand and Petit (1996) menyatakan bahwa adanya interaksi
sejumlah faktor seperti neoplasia, infeksi, radiasi, keturunan, zat kimia, dan
perubahan kromoson diduga sebagai penyebab penyebab kanker.
Pada sistem imunitas tubuh manusia, sel kanker akan dikenali sebagai zat
asing (nonself) yang bersifat antigenik sehingga respon imun akan timbul
baik secara seluler maupun humoral (Halim, 2001). Erlinger (2004)
menyatakan bahwa respon leukosit secara humoral dan seluler ditunjukkan
dengan terjadinya peningkatan jumlah leukosit untuk mengatasi adanya zat
asing yaitu sel kanker. Menurut Finlay dan McFadden (2006), sel tumor akan
menunjukkan antigen yang tidak ditemukan pada sel normal sehingga antigen
tersebut akan muncul sebagai antigen asing yang menyebabkan sel imun
menyerang sel tumor.
Jenis-jenis leukemia diklasifikasikan berdasarkan tipe sel yang terlibat dan
apakah penyakit tersebut bersifat akut (sel tumbuh dengan cepat dan sangat
tidak normal) atau bersifat kronis (sel tumbuh lebih lambat). Leukemia
berkembang dari dua tipe sel darah putih yang berbeda, yaitu sel limfoid dan
mieloid. Sel-sel kanker di dalam tubuh menyebar melalui sumsum tulang dan
pembuluh darah ke berbagai area tubuh, sehingga terapi dengan jalan operasi
13
jarang berhasil. Kemoterapi dengan berbagai jenis obat merupakan
pengobatan yang sering dilakukan terhadap leukemia (Kleinsmith, 2006).
Saat ini banyak sekali bahan alam yang digunakan sebagai obat alternatif
untuk menanggulangi penyakit kanker. Beberapa publikasi menyebutkan
bahwa zat anti kanker atau antineoplastik dapat pula menyebabkan mutasi.
Dengan demikian zat kimia termasuk bahan alam yang dipakai sebagai obat
antikanker juga dapat menyebabkan mutasi (Rustini dan Kosasih, 2002).
Pengobatan bagi penyakit kanker yang umum dilakukan di antaranya adalah
dengan pembedahan, kemoterapi, dan radioterapi (Apantaku, 2002). Hanya
saja, untuk kasus sel kanker yang telah menyebar, pengobatan dengan
pembedahan tidak dapat dilakukan, sementara pengobatan dengan radiasi dan
kemoterapi yang dapat memusnahkan seluruh kanker akan menimbulkan efek
samping (Hawariah, 1998).
D. Karsinogenesis
Kanker pada umumnya disebabkan oleh paparan suatu karsinogen yang
terjadi secara berulang kali dan aditif dengan dosis tertentu, meski tidak
menutup kemungkinan dapat timbul dari karsinogen dosis tunggal (Archer,
1992). Induksi karsinogen baik dari jenis kimia, fisik, maupun biologis
memerlukan waktu dari awal paparan karsinogen hingga kanker dapat terlihat
secara klinis, yang disebut dengan periode laten (Hammond, 1975 ;
Benchimol, 1992). Karsinogenesis merupakan serangkaian proses terjadinya
kanker secara bertahap, di mana terjadi perubahan genetik yang mengubah sel
14
normal menjadi sel ganas (malignan) (Hanahan dan Weinberg, 2000).
Zakaria (2001) menyatakan bahwa masuknya senyawa karsinogen yang
kemudian berikatan dengan DNA mengawali proses karsinogenesis, di mana
DNA akan mengalami mutasi dan masuk ke dalam tahap inisisasi.
Inisiasi ditandai dengan terjadinya perubahan spesifik pada DNA sel target,
menyebabkan sel mengalami proliferasi abnormal. Sel yang berada pada
tahap ini bisa saja kembali normal, namun pada tingkat lanjut bisa menjadi
ganas. Tahap berikutnya disebut promosi, di mana terjadi pembelahan sel
yang telah terinisiasi dan membentuk klon. Tahap ini dapat berlangsung
cukup lama. Pada tahap selanjutnya, terjadi evolusi pada populasi sel klonal
akibat perubahan genomik yang cepat. Evolusi ini dapat mengarah pada
perkembangan malignansi (keganasan). Kemudian, kanker memasuki fase
metastasis (Silalahi, 2006).
E. Benzo (α) pyren
Benzo (α) pyren merupakan senyawa prokarsinogen kuat yang mampu
merusak DNA serta menimbulkan mutasi pada gen-gen pengatur
pertumbuhan seperti gen p53. Senyawa ini dihasilkan dari proses
pembakaran tak sempurna. Senyawa ini mampu menyebabkan mutasi gen,
menyebabkan terjadinya kerusakan pada kromosom yang disebabkan oleh
terjadinya aberasi atau patahan-patahan kromosom. Benzo (α) pyren
memiliki rumus kimia C20H12, secara fisik merupakan senyawa yang terdiri
15
dari lima cincin polisiklik hidrokarbon aromatik berbentuk kristal kuning
yang padat dan dapat larut dalam air (Yana, 2009).
Gambar 1. Struktur Benzo (α) pyren (Mugianton, 2010)
F. Taurin
Taurin (2-aminoethanesulfonic acid) merupakan asam amino esensial yang
ditemukan secara bebas ataupun dalam bentuk peptida sederhana, dan tidak
terlibat dalam sintesis protein. Taurin ditemukan pertama kali oleh dua
ilmuwan Jerman, yaitu Friedrich Tiedemann dan Leopold Gmelin, pada tahun
1827 dalam empedu sapi jantan. Pada tahun 1975, taurin diketahui sebagai
salah satu nutrisi yang penting bagi manusia (Raiha, Rassin, Heinonen, dan
Gaull, 1975). Birdsall (1998) menyatakan bahwa taurin memiliki peran
penting dalam banyak fungsi fisiologis. Peran taurin yang paling dikenal
adalah dalam konjugasi asam empedu, di mana sebenarnya masih sangat
banyak peran taurin dalam tubuh manusia, yang di antaranya adalah dalam
proses detoksifikasi, stabilisasi membran, osmoregulasi, dan modulasi kadar
kalsium seluler. Secara klinis, taurin telah banyak digunakan dalam
pengobatan dengan kondisi dan hasil yang beragam, seperti pengobatan pada
16
penyakit kardiovaskuler, epilepsi, kelainan pada hati (liver), alzheimer, dan
fibrosis sistic. Taurin juga telah digunakan dalam terapi pada alkoholisme.
Meskipun disebut sebagai asam amino, taurin tidaklah seperti asam amino
lainnya. Molekul taurin mengandung gugus asam sulfonat, sedangkan pada
molekul asam amino lainnya terdapat gugus asam karboksilat. Taurin juga
tidak membentuk protein dan merupakan asam amino bebas yang ditemukan
paling melimpah di banyak jaringan tubuh, seperti pada otot jantung, otot
rangka, dan otak (Huxtable, 1992). Shin dan Linkswiler (1974) menyatakan
bahwa di dalam tubuh, taurin disintesis dari metionin dan sistein.
Taurin diketahui mampu menetralisir asam hipoklorus yang merupakan
substansi pengoksidasi yang kuat, sehingga mampu mengurangi kerusakan
pada DNA yang disebabkan oleh senyawa amina aromatik in vitro
(Kozumbo, Agarwal, dan Koren, 1992). Struktur taurin yang mengandung
gugus asam sulfonat menjadikan taurin mampu membentuk senyawa
kloroamin yang relatif stabil, sehingga mampu bekerja sebagai antioksidan
yang secara spesifik berfungsi menyamakan konsentrasi asam hipoklorus dan
ion klorida, serta melindungi tubuh dari aldehida yang memiliki efek toksik
potensial (Birdsall, 1998). Taurin telah diketahui mampu bekerja sebagai
antioksidan (Cunningham, Tipton, dan Dixon, 1998). Penelitian
menunjukkan kemampuan taurin dalam mencegah luka bronkiolus akut pada
hamster yang terinduksi NO2, dan mencegah luka pada paru-paru yang
terinduksi oksidan lainnya. Namun mekanisme kerjanya belum diketahui,
kemungkinan berkaitan dengan kemampuan taurin dalam menstabilkan
17
membran dengan membantu terjadinya fluks kalium, natrium, kalsium, dan
magnesium (Gordon et al., 1986). Melalui formasi taurokloramin, taurin
mampu menghilangkan asam hipoklorat, yang merupakan oksidan kuat yang
merusak DNA (Jerlich, Fritz, dan Kharrazi, 2000 ; Ogasawara, Nakamura,
Koyama, Nemoto, dan Yoshida, 1994). Furst dan Kuhn (2000) menyatakan
bahwa taurin juga mampu membantu proses detoksifikasi, yaitu dengan cara
mengkonjugasi asam empedu sekunder, retinoid, dan xenobiotik tertentu,
kemudian meningkatkan polaritas dan solubilitas ketiganya.
G. Mencit (Mus musculus)
Mengutip dari Lane-Petter (1976) dan Ungerer (1985), berikut ini adalah
klasifikasi mencit.
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Class : Mamalia
Ordo : Rodentia
Sub ordo : Myomorpha
Famili : Muridae
Sub famili : Murinae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus L.
18
Setijono (1985) menulis bahwa mencit memiliki morfologi yang kecil,
dengan panjang tubuh 75-100 milimeter, luas permukaan tubuh 36 cm2
dan
berat sekitar 20 gram, sehingga dapat dipelihara dan digunakan dalam jumlah
banyak.
Gambar 2. Mencit (Mus musculus L.) (Anonim, 2011)
Mencit merupakan hewan yang paling banyak digunakan sebagai hewan
percobaan pada penelitian yang menggunakan hewan hidup. Penggunaan
mencit dapat memberikan keuntungan ganda baik dalam segi waktu, tempat,
tenaga, dan biaya karena morfologinya yang kecil, konsumsi makanan yang
relatif sedikit, serta kapasitas reproduksi yang tinggi. Meski demikian, hasil
yang diperoleh dari percobaan dengan menggunakan hewan ini masih harus
dikonversi dan dilakukan pendekatan dengan perhitungan matematik yang
akurat, sebab hasilnya belum dapat persis sama jika diterapkan pada manusia
atau hewan lain (Setijono, 1985).

More Related Content

What's hot (17)

Blok 24 (limfoma hodgkin)
Blok 24 (limfoma hodgkin)Blok 24 (limfoma hodgkin)
Blok 24 (limfoma hodgkin)
 
Makalah immunoglobulin
Makalah immunoglobulinMakalah immunoglobulin
Makalah immunoglobulin
 
Patologi ppt
Patologi pptPatologi ppt
Patologi ppt
 
Sistem pembuluh darah
Sistem pembuluh darahSistem pembuluh darah
Sistem pembuluh darah
 
Makalah immunoglobulin22
Makalah immunoglobulin22Makalah immunoglobulin22
Makalah immunoglobulin22
 
ppt Adaptasi sel
ppt Adaptasi selppt Adaptasi sel
ppt Adaptasi sel
 
Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit (sel darah merah)Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit (sel darah merah)
 
Karsinah BAB II (1).docx
Karsinah BAB II (1).docxKarsinah BAB II (1).docx
Karsinah BAB II (1).docx
 
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologi
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologiAnatomi fisiologi dalam sistem hematologi
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologi
 
Hematologi
HematologiHematologi
Hematologi
 
Makalah hematologi
Makalah hematologiMakalah hematologi
Makalah hematologi
 
Hematologi
HematologiHematologi
Hematologi
 
Kul 3. Morfologi jejas sel
Kul 3. Morfologi jejas selKul 3. Morfologi jejas sel
Kul 3. Morfologi jejas sel
 
Neoplasma, keganasan
Neoplasma, keganasanNeoplasma, keganasan
Neoplasma, keganasan
 
Materi biologi x ppt bab 5 fix
Materi biologi x ppt bab 5 fixMateri biologi x ppt bab 5 fix
Materi biologi x ppt bab 5 fix
 
Asuhan Keperawatan Limfoma Maligna
Asuhan Keperawatan Limfoma MalignaAsuhan Keperawatan Limfoma Maligna
Asuhan Keperawatan Limfoma Maligna
 
Sistem peredaran darah manusia
Sistem peredaran darah manusiaSistem peredaran darah manusia
Sistem peredaran darah manusia
 

Viewers also liked

Apus darah sudah diedit
Apus darah sudah dieditApus darah sudah diedit
Apus darah sudah dieditaisyah fitri
 
Laporan Uji Karbohidrat - Biokimia
Laporan Uji Karbohidrat - BiokimiaLaporan Uji Karbohidrat - Biokimia
Laporan Uji Karbohidrat - BiokimiaRia Rohmawati
 
WeTalk 01, English Environment, 20160507
WeTalk 01, English Environment, 20160507WeTalk 01, English Environment, 20160507
WeTalk 01, English Environment, 20160507Duy (Donald) DOAN
 
Herramientas Internet
Herramientas InternetHerramientas Internet
Herramientas InternetBocs Sc
 
DRENAJES VIALES SUPERFICIALES
DRENAJES VIALES SUPERFICIALESDRENAJES VIALES SUPERFICIALES
DRENAJES VIALES SUPERFICIALESAndresburguera
 

Viewers also liked (8)

Apus darah sudah diedit
Apus darah sudah dieditApus darah sudah diedit
Apus darah sudah diedit
 
Laporan Uji Karbohidrat - Biokimia
Laporan Uji Karbohidrat - BiokimiaLaporan Uji Karbohidrat - Biokimia
Laporan Uji Karbohidrat - Biokimia
 
WeTalk 01, English Environment, 20160507
WeTalk 01, English Environment, 20160507WeTalk 01, English Environment, 20160507
WeTalk 01, English Environment, 20160507
 
C++ programming hindi me
C++ programming   hindi meC++ programming   hindi me
C++ programming hindi me
 
Туризм
ТуризмТуризм
Туризм
 
Ecologia 1
Ecologia 1Ecologia 1
Ecologia 1
 
Herramientas Internet
Herramientas InternetHerramientas Internet
Herramientas Internet
 
DRENAJES VIALES SUPERFICIALES
DRENAJES VIALES SUPERFICIALESDRENAJES VIALES SUPERFICIALES
DRENAJES VIALES SUPERFICIALES
 

Similar to Tinjauan Darah dan Kanker

Similar to Tinjauan Darah dan Kanker (20)

Makalah leukosit
Makalah leukositMakalah leukosit
Makalah leukosit
 
Imunologi dasa1
Imunologi dasa1Imunologi dasa1
Imunologi dasa1
 
BIOMEDIK 8.pptx
BIOMEDIK 8.pptxBIOMEDIK 8.pptx
BIOMEDIK 8.pptx
 
80-Article Text-5566-1-10-20210828.pdf
80-Article Text-5566-1-10-20210828.pdf80-Article Text-5566-1-10-20210828.pdf
80-Article Text-5566-1-10-20210828.pdf
 
Ppt leukimia
Ppt leukimiaPpt leukimia
Ppt leukimia
 
LEUKEMIA
LEUKEMIALEUKEMIA
LEUKEMIA
 
pptleukimia-170326093218-converted.pptx
pptleukimia-170326093218-converted.pptxpptleukimia-170326093218-converted.pptx
pptleukimia-170326093218-converted.pptx
 
hematologi2-150110095344-conversion-gate02.pdf
hematologi2-150110095344-conversion-gate02.pdfhematologi2-150110095344-conversion-gate02.pdf
hematologi2-150110095344-conversion-gate02.pdf
 
Leukemia.pptxe
Leukemia.pptxeLeukemia.pptxe
Leukemia.pptxe
 
Presentation1 Idk 2
Presentation1 Idk 2Presentation1 Idk 2
Presentation1 Idk 2
 
PPT_Leukemia_Siti Jazirotul Jannah .pptx
PPT_Leukemia_Siti Jazirotul Jannah .pptxPPT_Leukemia_Siti Jazirotul Jannah .pptx
PPT_Leukemia_Siti Jazirotul Jannah .pptx
 
BAB II.pdf
BAB II.pdfBAB II.pdf
BAB II.pdf
 
Bab ii1
Bab ii1Bab ii1
Bab ii1
 
Imunologi darah
Imunologi darahImunologi darah
Imunologi darah
 
Makalah immunoglobulin22
Makalah immunoglobulin22Makalah immunoglobulin22
Makalah immunoglobulin22
 
Makalah immunoglobulin
Makalah immunoglobulinMakalah immunoglobulin
Makalah immunoglobulin
 
Askep dhf print
Askep dhf printAskep dhf print
Askep dhf print
 
Resume imunologi
Resume imunologiResume imunologi
Resume imunologi
 
Patofisiologi Kelainan Darah dan Gangguan Akomodasi
Patofisiologi Kelainan Darah dan Gangguan AkomodasiPatofisiologi Kelainan Darah dan Gangguan Akomodasi
Patofisiologi Kelainan Darah dan Gangguan Akomodasi
 
Pemeriksaan Darah hematologi GAHSHBDHDHHFDJFJ
Pemeriksaan Darah hematologi GAHSHBDHDHHFDJFJPemeriksaan Darah hematologi GAHSHBDHDHHFDJFJ
Pemeriksaan Darah hematologi GAHSHBDHDHHFDJFJ
 

Recently uploaded

Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 

Recently uploaded (20)

Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 

Tinjauan Darah dan Kanker

  • 1. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Darah Darah merupakan materi yang berperan dalam sistem transportasi pada tubuh hewan tingkat tinggi. Darah vertebrata merupakan jaringan ikat yang terdiri dari sel-sel yang tertanam dalam matriks cair yang disebut plasma. Sekitar 90% komposisi plasma darah adalah air. Di dalam plasma terkandung ion- ion dan protein, serta sel-sel darah yang secara bersama-sama berfungsi dalam regulasi osmotik, transportasi, dan pertahanan tubuh. Ion-ion dalam plasma berfungsi sebagai elektrolit, sebagai buffer bagi darah, mempertahankan keseimbangan osmotik dalam darah, serta berperan penting dalam aktifitas otot dan saraf. Adapun fungsi dari protein di dalam plasma adalah sebagai buffer melawan perubahan pH, membantu mempertahankan keseimbangan osmotik antara darah dan cairan interstitial, serta mempertahankan viskositas (kekentalan) darah. Protein-protein plasma tertentu memiliki fungsi tambahan, seperti immunoglobulin (antibodi) yang membantu dalam melawan virus dan agen asing lainnya yang menyerang tubuh. Protein plasma tertentu berperan saat proses penggumpalan darah pada pembuluh darah yang pecah. Terdapat dua kelas sel-sel di dalam plasma darah, yaitu sel darah merah (eritrosit) yang berperan dalam transpor O2 dan sel darah putih (leukosit) yang berfungsi dalam pertahanan tubuh. Selain
  • 2. 8 kedua jenis sel tersebut, terdapat pula fragmen-fragmen sel yang terlibat dalam proses penggumpalan darah yang disebut trombosit (platelet). Eritrosit merupakan sel-sel yang ditemukan paling banyak di dalam darah. Dalam satu mikroliter darah manusia terdapat 5-6 juta sel-sel darah merah, sehingga dalam 5 liter darah terkandung sekitar 25 triliun sel. Struktur eritrosit berkaitan erat dengan fungsinya dalam transpor oksigen. Eritrosit manusia berbentuk cakram kecil bikonkaf (tipis di bagian tengah), dengan diameter 7-8 μm. Dengan area permukaan yang luas, bentuk tersebut meningkatkan laju difusi oksigen dalam melintasi membran plasma eritrosit. Pada eritrosit mamalia dewasa tidak terdapat nukleus, sehingga sel-sel berukuran kecil ini mampu menampung lebih banyak haemoglobin, yang merupakan protein pengikat oksigen dan mengandung zat besi (Campbell et al., 2010). B. Leukosit Leukosit atau sel darah putih merupakan sel yang berfungsi untuk memerangi infeksi. Sebagian dari sel-sel ini bersifat fagositik, yaitu memakan dan mencerna mikroorganisme patogen maupun sisa-sisa dari sel-sel tubuh yang telah mati. Secara normal, terdapat sekitar 5.000-10.000 leukosit dalam setiap 1 μL darah manusia. Jumlah ini akan meningkat secara temporer saat tubuh memerangi infeksi. Berbeda dari eritrosit, leukosit mampu menembus dinding kapiler pembuluh darah dan berpatroli di dalam cairan interstisial maupun sistem limfatik (Campbell et al., 2010).
  • 3. 9 Effendi (2003) menyatakan bahwa leukosit merupakan sel yang memiliki inti serta granula spesifik (granulosit) yang berupa tetesan setengah cair dalam keadaan hidup dengan inti yang bervariasi. Pada leukosit yang tidak memiliki granula, intinya berbentuk bulat atau ginjal, dengan sitoplasma yang homogen. Leukosit berperan dalam pertahanan selular dan humoral organisme terhadap infeksi zat asing. Melalui proses diapedesis, leukosit mampu bergerak secara amoeboid. Dengan menerobos di antara celah sel-sel endotel, leukosit mampu bergerak meninggalkan dinding kapiler darah kemudian menembus jaringan penyambung. Pemeriksaan variasi fisiologi dan patologi darah memerlukan persentase dan jumlah absolut tiap-tiap jenis sel per unit volume darah. Sebagian besar leukosit, yaitu granulosit, monosit, dan sedikit limfosit, di produksi di sumsum tulang. Sementara limfosit serta sel-sel plasma diproduksi di jaringan limfe. Sel-sel yang telah terbentuk akan diangkut oleh darah untuk didistribusikan. Leukosit ditranspor ke bagian tubuh yang mengalami infeksi dan peradangan serius. Secara normal, terdapat enam macam leukosit di dalam darah, yaitu neutrofil, basofil, eosinofil, monosit, limfosit, dan sel plasma. Neutrofil, basofil dan eosinofil merupakan tipe sel polimorfonuklear, yang semuanya memiliki granula sehingga disebut granulosit. Berikut ini adalah persentasi dari jenis-jenis leukosit pada manusia dewasa: Neutrofil 62,0 % Eosinofil 2,3 %
  • 4. 10 Basofil 0,4 % Monosit 5,3 % Limfosit 30,0 % (Guyton, 1997). C. Kanker Darah (Leukemia) Leukemia merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya sel darah abnormal (sel leukemik) yang menggantikan elemen sumsum tulang normal, yang merupakan penyakit keganasan pada jaringan haematopoietik. Adanya klon sel darah immatur yang berasal dari sel induk haematopoietik menimbulkan proliferasi yang tidak terkontrol. Sel-sel abnormal ini juga ditemukan pada darah perifer dan sering menyerang jaringan retikuloendotelial seperti limpa, hati, dan kelenjar limfe (McKenzie, 1996 ; Launder, Lawnicki, dan Perkins, 2002 ; Wirawan, 2003). Terdapat perbedaan yang signifikan antara sel kanker dengan sel normal. Sifat umum sel kanker menurut Hanahan dan Weinberg (2000) yaitu: 1. Pada sel kanker tidak terjadi apoptosis (program kematian sel). Pada proses apoptosis, protein p53 bekerja mencegah terjadinya replikasi DNA yang rusak pada sel normal, serta menstimulasi sel yang mengandung DNA yang tidak normal untuk menghancurkan dirinya sendiri. Apoptosis sangatlah penting untuk mengatur jumlah sel dalam tubuh sehingga sel mampu berfungsi secara efisien dengan umur tertentu. Sel-sel normal akan mati saat sudah melewati batas umurnya tanpa menyebabkan inflamasi (peradangan). Namun pada sel kanker, di mana gen p53 telah
  • 5. 11 mengalami mutasi yang mendorong terjadinya proliferasi dan transformasi sel, sel-sel ini akan tetap hidup dan kehilangan kendali (Sofyan, 2000). 2. Sel kanker bersifat asosial, tidak mengenal komunikasi ekstraseluler. Sel kanker tidak menjalin koordinasi antar sel yang berfungsi untuk menunjang fungsi masing-masing sel. Dalam melakukan proliferasi, sel kanker tidak bergantung pada rangsangan pertumbuhan dari luar karena sel ini mampu memproduksi faktor pertumbuhannya sendiri. Hal ini menyebabkan sel kanker tumbuh tanpa kendali. 3. Sel kanker bersifat invasif, mampu merusak jaringan lain, tumbuh subur dan bermetastasis di atas jaringan tersebut. Kanker akan semakin sulit disembuhkan jika jangkauan metastasis tumor semakin luas. Stadium metastasis inilah yang menyebabkan 90% kematian pada penderita kanker. 4. Sel kanker mampu melakukan neoangiogenesis, yaitu membentuk pembuluh darah baru untuk menyuplai kebutuhan nutrisinya. Hal ini menyebabkan terganggunya kestabilan jaringan tempat ia tumbuh 5. Dalam berproliferasi (memperbanyak diri), sel kanker mampu bereplikasi tanpa batas. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya mekanisme apoptosis dan kemampuannya dalam memenuhi sinyal pertumbuhan. Leukemia kronis mencakup dua tipe utama, yaitu leukemia granulositik (mieloid) kronis dan leukemia limfositik kronis (Hoffbrand dan Petit, 1996). Leukemia limfositik disebabkan oleh produksi sel limfoid yang bersifat kanker, yang dimulai di nodus limfe atau jaringan limfositik lain kemudian
  • 6. 12 menyebar ke daerah tubuh lainnya. Leukimia mielogenosa dimulai dengan produksi sel mielogenosa muda yang bersifat kanker di sumsum tulang dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh, sehingga leukosit diproduksi di banyak organ ekstramedular, terutama di nodus limfe, limpa, dan hati (Guyton dan Hall, 2007). Hoffbrand and Petit (1996) menyatakan bahwa adanya interaksi sejumlah faktor seperti neoplasia, infeksi, radiasi, keturunan, zat kimia, dan perubahan kromoson diduga sebagai penyebab penyebab kanker. Pada sistem imunitas tubuh manusia, sel kanker akan dikenali sebagai zat asing (nonself) yang bersifat antigenik sehingga respon imun akan timbul baik secara seluler maupun humoral (Halim, 2001). Erlinger (2004) menyatakan bahwa respon leukosit secara humoral dan seluler ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan jumlah leukosit untuk mengatasi adanya zat asing yaitu sel kanker. Menurut Finlay dan McFadden (2006), sel tumor akan menunjukkan antigen yang tidak ditemukan pada sel normal sehingga antigen tersebut akan muncul sebagai antigen asing yang menyebabkan sel imun menyerang sel tumor. Jenis-jenis leukemia diklasifikasikan berdasarkan tipe sel yang terlibat dan apakah penyakit tersebut bersifat akut (sel tumbuh dengan cepat dan sangat tidak normal) atau bersifat kronis (sel tumbuh lebih lambat). Leukemia berkembang dari dua tipe sel darah putih yang berbeda, yaitu sel limfoid dan mieloid. Sel-sel kanker di dalam tubuh menyebar melalui sumsum tulang dan pembuluh darah ke berbagai area tubuh, sehingga terapi dengan jalan operasi
  • 7. 13 jarang berhasil. Kemoterapi dengan berbagai jenis obat merupakan pengobatan yang sering dilakukan terhadap leukemia (Kleinsmith, 2006). Saat ini banyak sekali bahan alam yang digunakan sebagai obat alternatif untuk menanggulangi penyakit kanker. Beberapa publikasi menyebutkan bahwa zat anti kanker atau antineoplastik dapat pula menyebabkan mutasi. Dengan demikian zat kimia termasuk bahan alam yang dipakai sebagai obat antikanker juga dapat menyebabkan mutasi (Rustini dan Kosasih, 2002). Pengobatan bagi penyakit kanker yang umum dilakukan di antaranya adalah dengan pembedahan, kemoterapi, dan radioterapi (Apantaku, 2002). Hanya saja, untuk kasus sel kanker yang telah menyebar, pengobatan dengan pembedahan tidak dapat dilakukan, sementara pengobatan dengan radiasi dan kemoterapi yang dapat memusnahkan seluruh kanker akan menimbulkan efek samping (Hawariah, 1998). D. Karsinogenesis Kanker pada umumnya disebabkan oleh paparan suatu karsinogen yang terjadi secara berulang kali dan aditif dengan dosis tertentu, meski tidak menutup kemungkinan dapat timbul dari karsinogen dosis tunggal (Archer, 1992). Induksi karsinogen baik dari jenis kimia, fisik, maupun biologis memerlukan waktu dari awal paparan karsinogen hingga kanker dapat terlihat secara klinis, yang disebut dengan periode laten (Hammond, 1975 ; Benchimol, 1992). Karsinogenesis merupakan serangkaian proses terjadinya kanker secara bertahap, di mana terjadi perubahan genetik yang mengubah sel
  • 8. 14 normal menjadi sel ganas (malignan) (Hanahan dan Weinberg, 2000). Zakaria (2001) menyatakan bahwa masuknya senyawa karsinogen yang kemudian berikatan dengan DNA mengawali proses karsinogenesis, di mana DNA akan mengalami mutasi dan masuk ke dalam tahap inisisasi. Inisiasi ditandai dengan terjadinya perubahan spesifik pada DNA sel target, menyebabkan sel mengalami proliferasi abnormal. Sel yang berada pada tahap ini bisa saja kembali normal, namun pada tingkat lanjut bisa menjadi ganas. Tahap berikutnya disebut promosi, di mana terjadi pembelahan sel yang telah terinisiasi dan membentuk klon. Tahap ini dapat berlangsung cukup lama. Pada tahap selanjutnya, terjadi evolusi pada populasi sel klonal akibat perubahan genomik yang cepat. Evolusi ini dapat mengarah pada perkembangan malignansi (keganasan). Kemudian, kanker memasuki fase metastasis (Silalahi, 2006). E. Benzo (α) pyren Benzo (α) pyren merupakan senyawa prokarsinogen kuat yang mampu merusak DNA serta menimbulkan mutasi pada gen-gen pengatur pertumbuhan seperti gen p53. Senyawa ini dihasilkan dari proses pembakaran tak sempurna. Senyawa ini mampu menyebabkan mutasi gen, menyebabkan terjadinya kerusakan pada kromosom yang disebabkan oleh terjadinya aberasi atau patahan-patahan kromosom. Benzo (α) pyren memiliki rumus kimia C20H12, secara fisik merupakan senyawa yang terdiri
  • 9. 15 dari lima cincin polisiklik hidrokarbon aromatik berbentuk kristal kuning yang padat dan dapat larut dalam air (Yana, 2009). Gambar 1. Struktur Benzo (α) pyren (Mugianton, 2010) F. Taurin Taurin (2-aminoethanesulfonic acid) merupakan asam amino esensial yang ditemukan secara bebas ataupun dalam bentuk peptida sederhana, dan tidak terlibat dalam sintesis protein. Taurin ditemukan pertama kali oleh dua ilmuwan Jerman, yaitu Friedrich Tiedemann dan Leopold Gmelin, pada tahun 1827 dalam empedu sapi jantan. Pada tahun 1975, taurin diketahui sebagai salah satu nutrisi yang penting bagi manusia (Raiha, Rassin, Heinonen, dan Gaull, 1975). Birdsall (1998) menyatakan bahwa taurin memiliki peran penting dalam banyak fungsi fisiologis. Peran taurin yang paling dikenal adalah dalam konjugasi asam empedu, di mana sebenarnya masih sangat banyak peran taurin dalam tubuh manusia, yang di antaranya adalah dalam proses detoksifikasi, stabilisasi membran, osmoregulasi, dan modulasi kadar kalsium seluler. Secara klinis, taurin telah banyak digunakan dalam pengobatan dengan kondisi dan hasil yang beragam, seperti pengobatan pada
  • 10. 16 penyakit kardiovaskuler, epilepsi, kelainan pada hati (liver), alzheimer, dan fibrosis sistic. Taurin juga telah digunakan dalam terapi pada alkoholisme. Meskipun disebut sebagai asam amino, taurin tidaklah seperti asam amino lainnya. Molekul taurin mengandung gugus asam sulfonat, sedangkan pada molekul asam amino lainnya terdapat gugus asam karboksilat. Taurin juga tidak membentuk protein dan merupakan asam amino bebas yang ditemukan paling melimpah di banyak jaringan tubuh, seperti pada otot jantung, otot rangka, dan otak (Huxtable, 1992). Shin dan Linkswiler (1974) menyatakan bahwa di dalam tubuh, taurin disintesis dari metionin dan sistein. Taurin diketahui mampu menetralisir asam hipoklorus yang merupakan substansi pengoksidasi yang kuat, sehingga mampu mengurangi kerusakan pada DNA yang disebabkan oleh senyawa amina aromatik in vitro (Kozumbo, Agarwal, dan Koren, 1992). Struktur taurin yang mengandung gugus asam sulfonat menjadikan taurin mampu membentuk senyawa kloroamin yang relatif stabil, sehingga mampu bekerja sebagai antioksidan yang secara spesifik berfungsi menyamakan konsentrasi asam hipoklorus dan ion klorida, serta melindungi tubuh dari aldehida yang memiliki efek toksik potensial (Birdsall, 1998). Taurin telah diketahui mampu bekerja sebagai antioksidan (Cunningham, Tipton, dan Dixon, 1998). Penelitian menunjukkan kemampuan taurin dalam mencegah luka bronkiolus akut pada hamster yang terinduksi NO2, dan mencegah luka pada paru-paru yang terinduksi oksidan lainnya. Namun mekanisme kerjanya belum diketahui, kemungkinan berkaitan dengan kemampuan taurin dalam menstabilkan
  • 11. 17 membran dengan membantu terjadinya fluks kalium, natrium, kalsium, dan magnesium (Gordon et al., 1986). Melalui formasi taurokloramin, taurin mampu menghilangkan asam hipoklorat, yang merupakan oksidan kuat yang merusak DNA (Jerlich, Fritz, dan Kharrazi, 2000 ; Ogasawara, Nakamura, Koyama, Nemoto, dan Yoshida, 1994). Furst dan Kuhn (2000) menyatakan bahwa taurin juga mampu membantu proses detoksifikasi, yaitu dengan cara mengkonjugasi asam empedu sekunder, retinoid, dan xenobiotik tertentu, kemudian meningkatkan polaritas dan solubilitas ketiganya. G. Mencit (Mus musculus) Mengutip dari Lane-Petter (1976) dan Ungerer (1985), berikut ini adalah klasifikasi mencit. Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Sub phylum : Vertebrata Class : Mamalia Ordo : Rodentia Sub ordo : Myomorpha Famili : Muridae Sub famili : Murinae Genus : Mus Spesies : Mus musculus L.
  • 12. 18 Setijono (1985) menulis bahwa mencit memiliki morfologi yang kecil, dengan panjang tubuh 75-100 milimeter, luas permukaan tubuh 36 cm2 dan berat sekitar 20 gram, sehingga dapat dipelihara dan digunakan dalam jumlah banyak. Gambar 2. Mencit (Mus musculus L.) (Anonim, 2011) Mencit merupakan hewan yang paling banyak digunakan sebagai hewan percobaan pada penelitian yang menggunakan hewan hidup. Penggunaan mencit dapat memberikan keuntungan ganda baik dalam segi waktu, tempat, tenaga, dan biaya karena morfologinya yang kecil, konsumsi makanan yang relatif sedikit, serta kapasitas reproduksi yang tinggi. Meski demikian, hasil yang diperoleh dari percobaan dengan menggunakan hewan ini masih harus dikonversi dan dilakukan pendekatan dengan perhitungan matematik yang akurat, sebab hasilnya belum dapat persis sama jika diterapkan pada manusia atau hewan lain (Setijono, 1985).