SlideShare a Scribd company logo
1 of 45
Download to read offline
BAB II
METODE DISTRIBUSI MOMEN
2.1 Pendahuluan
Metode distribusi momen diperkenalkan pertama kali oleh Prof. Hardy
Cross pada yahun 1930-an yang mana merupakan sumbangan penting yang
pernah diberikan dalam analisis struktur balok menerus (continuous beam)
dan portal (rigid frame). Dalam analisis permulaan (preliminary analyzes)
dan perancangan suatu struktur sederhana atau bagian dari suatu struktur
yang besar, metode ini merupakan metode yang sangat memuaskan untuk
memudahkan dalam memberikan gambaran tentang repons struktur berupa
gaya dan perubahan bentuk (deformation).

2.2 Konsep Dasar
Jika suatu struktur balok menerus menerima beban kerja atau penurunan
pada tumpuan, rotasi pada sumbu batang yang tidak diketahui (unknown
member-axis rotation) tidak terjadi dalam respon perubahan bentuknya.
Akan tetapi, titi buhul portal dapat atau mungkin tidak mempunyai
kebebasan dari jumlah translasi yang tidak diketahui. Meskipun metode
distribusi momen dapat digunakan untuk untuk menganalisis portal dengan
translasi yang tidak diketahui, namun diperlukan proses bertahap untuk
menyelesaikannya. Oleh karena itu, berikut ini diberikan konsep dasar
tentang dasar pemikiran bahwa suatu struktur tidak mempunyai rotasi
sumbu batang yang tidak ketahui.
Respon perubahan bentuk dari suatu balok menerus atau portal tanpa
translasi titik buhul yang tidak diketahui dinyatakan dengan rotasi titik
buhul yang belum diketahui yaitu θB, θC, dan θD seperti ditunjukkan pada
Gambar 2.1(a) dan (c). Secara fisika, hal ini dapat dimungkinkan bahwa
momen pengunci (locking moment) dapat dikerjakan pada titik buhul B, C
II-1
II-2

dan D untuk membuat kemiringannya relatif datar seperti ditunjukkan pada
Gambar 2.1(b) dan (d). Pada kenyataannya, besar dan arah dari momen
pengunci ini diketahui dari beban yang bekerja atau penurunan tumpuan.
Jika momen pengunci pada salah satu titik buhul dilepas, maka titik buhul
akan berotasi. Rotasi ini menyebabkan perubahan tidak hanya pada momen
diujung batang dekat titik buhul yang dilepasm tetapi juga pada momen
pengunci pada titik buhul bersebelahan dikedua ujung titik buhul yang
dilepas tersebut. Jika masing-masing titik buhul dilepas secara berurutan
dan dikunci kembali dan kemudian proses ini diulangi, suatu saat akan
dicapai dimana setiap titik buhul mencapai suatu respon perubahan bentuk
akhir yang tetap. Momen pengunci ini selanjutnya akan didistribusikan ke
seluruh struktur pada masing-masing jumlah rotasi titik buhulnya, sehingga
metode ini dinamakan sebagai distribusi momen.

E
A

θB

B

θC

C

θD

D

(a)

E
A

B

C

D

(b)
B
A
B’

θB

E
C θC

D θD

(c)

B

E

A
B’

C

D

(d)
Gambar 2.1 Kondisi jepit dalam metode distribusi momen
II-3

2.3 Angka Kekakuan dan Induksi (Stiffness and Carry-Over
Factors)
Untuk mengembangkan detail tentang prosedur metode distribusi momen,
perlu diketahui beberapa hal yang akan dikemukakan berikut ini.
Jika momen MA dikerjakan pada ujung sendi dari suatu balok yang
memiliki momen inersia seragam, dimana menumpu pada sendi pada salah
jungnya dan jepit di ujung lainnya seperti ditunjukkan pada Gambar 2.2(a),
maka pada ujung sendi akan terjadi rotasi sebesar θA dan momen MB pada
ujung jepitnya.

MA
A

θA
MB

B

EI = konstan
L

(a)
M AL
3EI

θB1

θA1

M AL
6 EI

MA

(b)
θA2

MB
θB2

MBL
6 EI

M BL
3 EI

(c)
Gambar 2. 2 Penentuan angka kekakuan dan angka induksi ujung jepit

Diagram momen lentur balok tersebut dapat diuraikan menjadi seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.2(b) dan (c). Berdasarkan teorema balok
konjugasi, besarnya θB1 dan θB2 dapat ditentukan dan θB sama dengan nol.

θB = θB1 – θB2 =
diperoleh :

M AL M B L
−
=0
6 EI
3 EI
II-4

MB =

1
MA
2

(2.1)

Selanjutnya dengan teorema balok konjugasi pula :

θA = − θA1 + θA2 = −

M AL M B L
+
=0
3 EI
6 EI

Substitusi persamaan 2.1 ke dalam persamaan di atas akan diperoleh :

⎛ 4 EI ⎞
MA = ⎜
⎟θ A
⎝ L ⎠

(2.2)

Jika selanjutnya ujung jauh jepit pada balok Gambar 2.2(a) diganti
dengan ujunng sendi seperti pada hambar 2.3, dimana MB = 0 maka :

⎛ 3 EI ⎞
MA = ⎜
⎟θ A
⎝ L ⎠

MA
A

(2.3)

θA

θB

EI = konstan

B

L
Gambar 2. 3 Angka kekakuan ujung sendi

Selanjutnya, nilai dalam kurung dalam persamaan 2.2 dan 2.3 adalah
angka kekakuan (stiffness factor) masing-masing untuk ujung jepit dan
ujung sendi. Angka kekakuan ini didefinisikan sebagai momen di dekat
ujung jauh (far-end moment) untuk menyebabkan satu unit rotasi di dekat
ujung jauh. Kemudian nilai +

1
dalam persaman 2.1 adalah angka induksi
2

(carry-over factor) yang mana didefinisikan sebagai perbandingan momen
pada ujung jauh jepit terhadap momen pada ujunng dekat yang mengalami
rotasi.
II-5

2.4 Angka Distribusi (Distribution Factors)
Angka distribusi dapat didefinsikan sebagai hasil bagi dari kekakuan suatu
batang terhadap jumlah kekakuan batang-batang lainnya pada titik buhul
yang bersangkutan.
Jika terdapat beberapa batang suatu struktur pada titik buhul tertentu
(gambar 2.4), akibat adanya rotaasi ujung-ujung batangnya akibat beban
yang bekerja, momen pengunci (Mo) yang bekerja harus didistribusikan
secara proporsional ke masing-masing batang sesuai dengan angka
kekakuannya.
D
θA

C

Mo
Α

θA

θA

B
Gambar 2. 4 Angka distribusi pada suatu struktur

Persyaratan keseimbangan pada titik buhul A adalah :

MAB + MAC + MAD – Mo = 0
Dimana momen-momen di titik A adalah :

MAB =

4(EI ) AB
θA
L AB

MAC =

4(EI ) AC
θA
L AC
II-6

MAD =

4 (EI ) AD
θA
L AD

Jika bahan struktur tersebut adalah sama, maka momen pengunci, Mo, dapat
ditulis :
⎛I
I
I
Mo = 4EθA ⎜ AB + AC + AD
⎜L
⎝ AB L AC L AD

Jika diambil bahwa

⎞
⎟
⎟
⎠

I
= K, maka persamaan di atas dapat ditulis :
L

Mo = 4EθAΣK
Atau :
Mo
= 4EθA
∑K

Sehingga momen ujung masing-masing batang yang melalui titik buhul A
adalah :

MAB =

K AB
M o = (DF)AB Mo
∑K

MAC =

K ABC
M o = (DF)AC Mo
∑K

MAD =

K AD
M o = (DF)AD Mo
∑K

Nilai

K AB K AC K AD
,
,
∑K ∑K ∑K

(2.4)

selanjutnya disebut dengan angka distribusi

(distribution factor/DF) masing-masing untuk batang AB, AC dan AD.
Untuk memenuhi persyaratan keseimbangan pada titik buhul, jumlah angka
distribusi pada suatu titik buhul adalah harus sama dengan satu.

(DF)AB + (DF)AC + (DF)AD = 1

2.5 Momen Ujung Jepit (Fixed – End Moment)
Jika suatu balok yang tumpuannya adalah jepit-jepit untuk melawan rotasi
atau translasi menerima beban luar arah transversal, maka balok tersebut
II-7

dinamakan dengan balok ujung jepit (fixed-end beam). Momen yang bekerja
akibat beban luar ini disebut dengan momen ujung jepit (fixed-end moment).
Beberapa nilai momen ujung jepit untuk balok prismatis diberikan pada
Tabel 2.1.
Tabel 2. 1 Beberapa momen ujungjepit (FEM)

FEMAB

Pembebanan

Pab 2
L2

wa 3 ⎛
a⎞
⎜5 − 3 ⎟
60 L ⎝
L⎠

-

B

L

wL2
12

w
A

⎞
⎟
⎟
⎠

wL2
30

B

L
w

A

a

-

B

(L – a)

w
A

Pa 2 b
L2

B

L

A

wL2
30

⎛
a
a2
⎜6 − 8 + 3
⎜
L
L2
⎝

b

w

wL2
12

wL2
12

P

a

A

FEMBA

B

a

(L – a)

-

wa 2
60

wL2 ⎛
a⎞
⎜4 − 3 ⎟
12 ⎝
L⎠

⎛
a
a2
⎜ 16 − 10 + 3
⎜
L
L2
⎝

w

5 wL2
96

M
- b(2 a − b ) 2
L

Pa
(L − a )
L

A

B

(L/2)

(L/2)
M

A

A

a

b

B

L
a

P

P
L – 2a

-

a

B

5 wL2
96

- a (2b − a )

-

M
L2

Pa
(L − a )
L

⎞
⎟
⎟
⎠
II-8

Tabel 2. 1 Beberapa momen ujungjepit (FEM) (Lanjutan)

FEMAB

(

Pb L2 − b 2
2 L2

Pembebanan

)

A

FEMBA

P

a

b

B

L

w

wL2
8

A

9 wL2
128

A

7 wL2
128

A

B

L
w
L/2

L/2

w
L/2

L/2

2.6 Aplikasi Analisis Struktur Statis Tak Tentu Dengan Metode
Distribusi Momen
2.6.1

Struktur balok menerus
Contoh 1. Tentukan diagram momen lentur dan gaya lintang dari struktur
balok menerus seperti pada Gambar 2.5.
3 t/m
A

24 t
C

(2EI)

(3EI)
B
20 m

10 m

10 m

Gambar 2.5 Contoh aplikasi metode distribusi momen untuk struktur balok menerus

Prosedur analisis struktur balok dengan metode distribusi momen meliputi
menentukan momen ujung jepit (FEM), angka kekakuan dan angka
distribusi.
Momen Ujung Jepit
II-9

FEMAB = +

1
(3 × 20 2 ) = 100 t.m (berlawanan arah jarum jam)
12

FEMBA = -

1
3 × 20 2 = 100 t.m (searah jarum jam)
12

FEMBC = +

(

)

(24 × 10 ) (20 2 − 10 2 ) = 90 t.m (berlawanan arah jarum jam)
2 × 20 2

FEMCB = 0(sendi)
Angka Kekakuan
Untuk memudahkan dalam penghitungan angka kekakuan dapat dilakukan
dengan cara membandingkan relative antara angka kekakuan satu batang
dengan batang-batang lainnya, sehingga disebut juga angka kekakuan
relative. Dalam hal ini cukup hanya menghitung angka kekakuan dari
batang-batang yang bertemu pada satu titik buhul.
SFBA : = SFBC =

4(3 EI ) 3(2 EI ) 12(EI ) 6 (EI )
:
=
:
=2:1
20
20
20
20

Angka Distribusi
DFBA =

2
= 0.67
(2 + 1)

DFBC =

1
= 0.33
(2 + 1)

Selanjutnya momen-momen pada tiap-tiap batang dihitung seperti
disajikan dalam Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Proses penghitungan metode distribusi momen

Titik Buhul
Batang
Angka Distribusi (DF)
Tahapan 1 FEM
Induksi
Tahapan 2
Total Akhir

A
AB
+100
+3.3
+103.3

B

1/2

BA
0.67
-100
+6.6

BC
0.33
+90
+3.4

-93.4

+93.4

C
CB
0

0

Hasil penghitungan momen-momen ujung batang dan reaksi gaya
akibat beban luar dapat digambarkan dalam diagram benda bebas (free

body diagram) seperti ditunjukkan pada Gambar 2.6.
II-10

3 t/m

24 t
B

A
30

B

C
12

30

12

(a)
93.4

103.3

93.4

B

A
0.495

B

C
4.67

4.67

0.495

(b)
Gambar 2. 6 Diagram benda bebas struktur balok menerus (a) akibat beban luar (b) akibat
momen ujung

Reaksi gaya pada tumpuan dan momen lentur dihitung dengan cara
superposisi dari Gambar 2.6(a) dan (b).
RA,V = 30 + 0.495 = 30.495 t.m
RB,V = 30 – 0.495 +12 + 4.67 = 46.175 t.m
RC,V = 12 – 4.67 = 7.33 t.m
Kontrol resultante keseimbangan gaya arah vertikal :
30.495 + 46.175 + 7.33 – (30 x 20) – 24 = 0
30.495

OK!

16.67
(+)

A

(+)

D

C
B

(-)

x

(-)

E

29.505

7.33

(a)
103.3

93.4
(-)

(-)
(+)

(+)
51.69

(b)

73.3

Gambar 2. 7 (a) Diagram gaya lintang (b) Diagram momen lentur

Momen lentur positif pada bentang AB ditentukan pada jarak x dari
tumpuan A dimana gaya lintangnya adalag nol, sebagai berikut :
II-11

SFx = RA,V – q.x = 0

x=

R A ,V

30.495
= 10.165 m (dari tumpuan A)
3

=

q

Maka :

Mx = RA,V.x –

q.x 2
+ MAB
2

= (30.495 x 10.165) -

(3 × 10.165 ) - 103.3 = +51.691 T.m
2

2

Sedangkan momen lentur positif pada bentang BC (titik E : ditengah
bentang) ditentukan sebagai berikut :

ME = RB,V(kanan).
2.6.2

L
+ MAB = (16.67 x 10) – 93.4 = +73.3 T.m
2

Struktur balok menerus pada perletakan elastis
Bila suatu struktur balok dengan konstruksi seperti pada Gambar 2.8
dimana pada perletakan diujung C dapat dianalogikan bahwa balok
tersebut didukung oleh perletakan elastik seperti pada Gambar 2.9.
P1

P2
C

A

B
D, E

LAB

D

LBC

E
LDE

(a)
P2

P1

C
A

B
LBC

LAB

(b)
Gambar 2. 8 Struktur balok menerus di atas perletakan elastik

Dalam hal ini letak ujung C akan dipengaruhi oleh defleksi batang DE.
Bila ujung C terletak di tengah batang DE, maka angka pegas (spring
II-12

constant) ddiberikan dalam persamaan 2.5a. namun, ujung C dapat pula
didukung oleh suatu batang dari atas (tie-rod), maka keadaan demikian ini
mempunyai angka pegas seperti disajikan dalam persamaan 2.5b.

t=
t=

48(EI )
L3

(2.5a)

( AE )

(2.5b)

L
P1

P2
C

A

P1

(a)

∆C

t

B
P2

RC
C

A
B

(b)

ROC

A
B

(c)

C

∆'C

R’C

Gambar 2. 9 Analogi balok di atas perletakan elastik

Bila defleksi ujung C belum diketahui, maka analisis balok pada
Gambar 2.9(a) merupakan superposisi dari dua tahap seperti pada Gambar
2.9(b) dan (c) dan diberikan dalam persamaan 2.6. Pada tahap pertama
reaksi pada perletakan di C ditentukan terhadap beban luar (Gambar
2.9(b)), selanjutnya beban luar ini tidak diperhitungkan dalam tahap kedua
dimana reaksi pada tumpuan C ditentukan berdasarkan hanya akibat
defleksi.

RC =t.∆C

∆C = n1∆’C
RC =ROC + n1R’C

(2.6)
II-13

Dan nilai n1 yang belum diketahui dapat dihitung sebagai berikut :

t ∆C = ROC + n1R’C
t n1∆’C = ROC + n1R’C

(2.6a)

n1(R’C - t.∆’C )+ ROC = 0
n1 =

o
RC
t .∆' C − R' C

(2.6b)

Maka momen akhir total adalah :

M = Mo + n1 M’

(2.7)

Contoh 2. Tentukan momen dan reaksi pada tumpuan dari struktur balok
menerus seperti pada Gambar 2.10.

30 kN

10 kN/m

C
t = 5 x103 kN/m

A
(EI)

(EI)

B

6m

3m

3m

E = 20 x 106 kN/m2; I = 2 x 10-3 m4
Tahap I: diasumsikan bahwa tidak terjadi defleksi pada ujung C dan
dalam penghitungan momen ujung jepit hanya akibat beban luar.

(

)

FEMBA = −

1
10 × 6 2 = -45 kN.m
8

FEMBC = +

1
(30 × 6 ) + 1 ⎡ 1 (30 × 6 )⎤ = +33.75 kN.m
⎥
2 ⎢8
8
⎣
⎦

Angka kekakuan :
SFBA : SFBC =

3(EI ) 3(EI )
:
=1:1
6
6

Angka distribusi :
DFBA =

1
= 0.5
1+1

DFBC =

1
= 0.5
1+1
II-14

Tabel 2.3 Proses penghitungan metode distribusi momen Tahp I

Titik Buhul
Batang
Angka Distribusi (DF)
Tahapan 1 FEM

A
AB
-

B
BA
0.5
-45
+5.625
-39.375

0
-

Mo

Jumlah

0
39.375

10 kN/m
A

39.375

0
0

30 kN

B

B
36.5625

23.4375

C
CB
-

BC
0.5
+33.75
+5.625
+39.375

C
21.5625

RoC = 8.4375

Gambar 2. 10 Diagram benda bebas Tahap-I

RoC =

30 39.375
= +8.4375 kN
−
2
6

Tahap II: diasumsikan bahwa defleksi pada ujung C, ∆’C = 1 cm (= 0.01
m) dan dalam penghitungan momen ujung jepit beban luar tidak dihitung
lagi.

FEMBC = +

3(EI )∆' C
2

L

=+

(

)(

)

3 20 × 10 6 2 × 10 −3 (0.01)
= +33.33 kN.m
62

Tabel 2.4 Proses penghitungan metode distribusi momen Tahap II

Titik Buhul
Batang
Angka Distribusi (DF)
Tahapan 1 FEM

A
AB
-

B
BA
0.5
0

Jumlah

M’

0
16.667

A

B
2.778

2.778

-16.667
-16.667

BC
0.5
+33.333
-16.667
+16.667

16.667
= -2.778 kN
6

0
0

16.667
B

C
2.778

Gambar 2. 11 Diagram benda bebas Tahap II

R’C = −

C
CB
-

R’C = 2.778
II-15

Menggunakan persamaan 2.6(a) diperoleh :

n1 =

+ 8.4375
= 0.16
(5000 × 0.01) − (− 2.778 )

Momen akhir total dihitung menggunakan persamaan 2.7 :

MBA = MoBA + n1 M’BA = -39.375 + (0.16)(-16.667) = -42.0395 kN
MBC = MoBC + n1 M’BC = +39.375 + (0.16)(16.667) = +42.0395 kN
42.04

10 kN/m
A

42.04
B

B
37.007

22.993

30 kN
C
7.993

22.007

Gambar 2. 12 Diagram benda bebas Contoh-2

2.6.3

Struktur dengan penurunan pada perletakan
Metode distribusi momen dapat juga digunakan untuk menganalisis
struktur balok atau portal yang mengalami penurunan pada perletakannya
(support settlemennt). Akibat dari penurunan atau perpindahan posisi pada
perletakan ditunjukkan pada Gambar 2.13.
P1

Pn
B

A

C
∆v

(EI)

(EI)

B’
hAD

(EI)

hBE

(EI)

D
E
∆v

E’
∆h

LAB

LBC

Gambar 2. 13 Kontruksi portal akibat penurunan pada perletakan
II-16

Akibat perpindahan posisi perletakan E, baik vertikal dan horisontal,
terjadi momen ujung yang dapat digambarkan seperti pada Gambar 2.14.
Ujung B mengalami penurunan sebesar D, untuk kedua ujung adalah
terkekang (jepit) momen ujung yang ditentukan seperti pada persamaan
2.8a, dimana momen ujung B (MB) adalah sama besar dan arahnya dengan
MA. Sementara bila salah satu ujungnya adalah sendi (Gambar 2.14b),
momen ujung diberikan pada persamaan 2.8b.
V

A
MA(+)

(EI)

B
∆

V

MB(+)

L

(a)
B

(EI)

C

∆
MB(-)

L

(b)
Gambar 2. 14 Konsep balok akibat penurunan pada perletakan

MA = MB = +
MB = −

6 (EI )∆
L2

3(EI )∆
L2

(2.8a)
(2.8b)

Contoh 3. Gambarkan diagram gaya lintang, momen lentur dan gaya
normal dari konstruksi portal seperti pada Gambar 2.15. Perletakan E
mengalami perpindahan posisi vertikal (∆v)10 cm dan perletakan D
bergeser (∆h) 2.5 cm ke kiri. Nilai modulus elastisitas (E) bahan 2 x 108
kN/m2, dan momen inersia penampang (I) 6 x 10-5 m4.

Angka kekakuan :
SFAD =

4(2 EI ) 8 EI
=
6
6
II-17

q = 10 kN/m
A

C
(2EI)

B

(2EI)

∆v

B’
6m

(2EI)

(EI)

D

E

D’

∆v

E’

∆h
12 m

12 m

Gambar 2. 15 Kontruksi portal akibat penurunan pada perletakan untuk Contoh 3

SFAB = SFBA =

4(2 EI ) 4 EI
=
12
6

SFBC =

3(2 EI ) EI
=
12
6

SFBE =

4(EI ) EI
=
6
6

SFAD : SFAB : SFBA : SFBC : SFBE = 8 : 4 : 4 : 1 : 4

Angka distribusi :
DFAD =

8
= 0.7;
8+4

DFBA =

4
= 0.44;
4 +1+ 4

DFBE =

4
= 0.44
4 +1+ 4

DFAB =

4
= 0.3
8+4

DFBC =

1
= 0.12
4 +1+ 4

Momen ujung jepit :

FEMDA = FEMAD = +

6 (2 EI )∆h
h2

=

(

)

6 2 × 2 × 10 8 × 6 × 10 −5 0.025
62
II-18

= + 100 kN.m
qL2 6 (2 EI )∆v
+
FEMAB = +
12
L2
=+

(100 × 12 ) + 6 (2 × 2 × 10
2

12

)

× 6 × 10 −5 0.10
12 2

8

= + 220 kN.m
qL2 6 (2 EI )∆v
+
FEMBA = −
12
L2
=−

(100 × 12 ) + 6 (2 × 2 × 10
2

12

)

× 6 × 10 −5 0.10
12 2

8

= -20 kN.m
FEMBC = +
=+

qL2 3(2 EI )∆v
−
8
L2

(100 × 12 ) − 3(2 × 2 × 10
2

8

)

× 6 × 10 −5 0.10
12 2

8

= +130 kN.m

Tabel 2.5 Distribusi momen Contoh 3
Titik
Buhul
Batang
DF
FEM

D

+100
-112

AD
0.7
+100
-224

+4.8

+9.6

+0.16

Jumlah

DA

A

+0.31

-7.04

-114.1

B
AB
0.3
+220
-96
-13.7
+4.1
-0.45
+0.14

+114.1

BA
0.44
-20
-48
-27.3
+2.05
-0.9
+0.07
-0.03
-94.1

E

C
CB
0

BC
0.12
+130

BE
0.44
0

EB
0

-7.4

-27.3

-13.7

-0.25

-0.9

-0.45

-0.01

-0.03

-0.015

+122.3

-28.2

-14.2

0

Diagram benda bebas momen-momen ujung dan gaya-gaya pada
masing-masing ujung batang diberikan pada Gambar 2.16.
II-19

94.1

114.1
20.2
61.7
20.2

122.3

20.2 7.1
128.5

58.3

61.7

70.2

7.1

114.1

49.8

28.2

20.2

7.04

7.1

7.1

14.2
128.5

61.7

(a)
70.2

61.7
(+)

A

(+)

B

x2 = 4.98 m
C
(-)

(-)
x1 = 6.17 m

49.8

58.3
(-)

(-)

D

E

20.2

7.1

(b)
122.3
114.1
114.1

A

94.1
(-)

(-)

C
B

(+)
(-)

28.2

(+)

(-)

76.24

124..1

(+)

D

(+)

7.04

14.2

(c)

E
II-20

B

A

C

(-)

(-)

7.1

20.2
(-)

(-)

D

E

61.7

128.5

(d)
Gambar 2. 16 (a) Diagram benda bebas (b) Diagram gaya lintang (c) Diagram momen lentur
(d) Diagram gaya normal Contoh 3

2.6.4

Struktur Dengan Beban Simetris
Suatu struktur yang mempunyai geometri dan beban simetris seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.17, dalam analisis strukturnya dapat
ditentukan hanya dengan meninjau setengah bentangnya. Sehingga
dimungkinkan terdapat modifikasi nilai angka kekakuannya.

P1

q
A

(EI)

P1

q

(EI)

B

L1

C

(EI)

D

L1

L2

(a)
P1

q
A

(EI)
L1

B

(EI)

q

P1
(EI)

C

L2

L2

D

(EI)

E

L1

(b)
Gambar 2.17 Contoh aplikasi metode distribusi momen untuk struktur balok menerus

Pada Gambar 2.17(a) dan (b), struktur dapat ditinjau setengah bentang.
Sehingga nilai angka kekakuan batang BC pada Gambar 2.17(a) adalah
II-21

2(EI )BC
. Sedangkan untuk Gambar 2.18(b), titik C dapat dimisalkan
L2

sebgai jepit dengan angka kekakuan normal (

4 (EI )BC
).
L2

Contoh 4. Distribusikan momen-momen ujung dari konstruksi portal
seperti pada Gambar 2.19.
40 kN

24 kN/m
(3EI)

A

(2EI)

B

8m

4m

24 kN/m
C

4m

(3EI)

D

8m

Gambar 2.18 Contoh 4

Analisis struktur di atas dapat hanya meninjau setengah bentang saja.
Angka kekakuan :
SFBA =

3(3 EI ) 9 EI
=
8
8

SFBC =

2(2 EI ) 4 EI
=
(setengah bentang BC)
8
8

SFBA : SFBC =

9 EI 4 EI
:
=9:4
8
8

Angka distribusi:
DFBA =

9
= 0.69;
9+4

DFBC =

4
= 0.31
9+4

Momen ujung jepit :

FEMBA = -

(24 )(8 )2 = - 192 kN.m

FEMBC = +

(40 )(4 )(4 )2 =+40 kN.m

8

82

Pelu diperhatikan bahwa, dalam penghitungan momen ujung, bentang
yang diperhitungkan adalah tetap bentang penuh (bukan setengah bentang
BC).
II-22

Tabel 2.6 Distribusi momen Contoh 4

Titik Buhul
Batang
DF
FEM

A
AB

0

BC
0.31
+40
+47.1

-87.1

0

Jumlah

2.6.5

B
BA
0.69
-192
+104.9

+87.1

Struktur Portal Tanpa Translasi Titik Buhul
Aplikasi metode momen distribusi untuk analisis struktur portal tanpa
mengalami translasi titik buhul (tidak dapat bergoyang), pada dasarnya
adalah sama dengan seperti yang diuraikan pada struktur balok menerus.
Namun, pada struktur portal jumlah batang yang bertemu pada satu buhul
sering

lebih

dari

dua

batang.

Pada

beberapa

kasus,

terdapat

ketidakseimbangan momen pada titik buhul akibat momen-momen ujung
batang yang melalui titik buhul tersebut. Resultante momen yang tidak
seimbang ini kemudian didistribusikan ke beberapa ujung batang sesuai
dengan angka distribusinya masing-masing.
a

P

P

A

B

(2EI)
(EI)

(EI)
E

D

q

(a)
A

C
(2EI)

(2EI)

B

(EI)

(EI)

D

E

(b)

Gambar 2. 19 Kontruksi portal yang tidak menyebabkan goyangan (tanpa translasi titik
buhul)
II-23

Konstruksi portal yang tidak dapat bergoyang ini dapat dikarenakan
bila portal adalah simetris secara geometris dan beban yang bekerja juga
simetris, atau portal terhubungkan dengan konstruksi lainnya yang tidak
dapat menyebabkan bergoyang seperti ditunjukkan pada Gambar 2.19.

Contoh 5. Distribusikan momen-momen ujung dari konstruksi portal
seperti pada Gambar 2.20, dan gambarkan diagram gaya lintang dan
momen lenturnya.
36 kN

64.8 kN/m

A

(2EI)

B

C

(EI)

5m

D
1.5 m

5m
Gambar 2. 20 Contoh 5

Angka kekakuan :
SFBC =

4(2 EI ) 8 EI
=
5
5

SFBD =

4(EI ) 4 EI
=
5
5

SFBC : SFBD =

8 EI 4 EI
:
=8:4
5
5

Angka distribusi:
DFBA =

8
= 0.67;
8+4

DFBC =

4
= 0.33
8+4

Momen ujung jepit :

FEMBA = - (36 × 1.5 ) = -54 kN.m (overhang)
II-24

FEMBC =- FEMCB =

(64.8 )(5 )2 =+135 kN.m
12

Tabel 2.7 Distribusi momen Contoh 5

Titik Buhul
Batang
DF
FEM

B
BC
0.67
+135
-54

C
CB
-135

Induksi
Jumlah

-54

36 kN

+81

162

181.8

B
36

-13.5

64.8 kN/m

81

54

A

-27

-13.5

-162

BD
0.33
0
-27

D
DB
0

-27

BA
-54

8.1
27

B

C

B

8.1
145.8

178.2

8.1

(a)
8.1
D

13.5

181.8
145.8

162

81
54

B

(+)

x
C

A
(-)

2.25 m

(-)

(-)

(-)
A
27

x

(-) B

(+)

C

36
83.025

(-)
178.2
D

8.1

D

(b)

x=

145.8
= 2.25 m
64.8

13.5

(c)
II-25

B

C

A

(-)

8.1

Momen lentur pada jarak x:
Mx = -81 + 145.8 (2.25)
1
- (64.8 )(2.25 )2 = 83.025 kN.m
2

(-)

D

181.8

(d)
Gambar 2. 21 (a) Diagram benda bebas (b) Diagram gaya lintang dan (c) Diagram momen
lentur (d) Diagram gaya normal Contoh 5

Contoh 6. Distribusikan momen-momen ujung dari konstruksi portal
seperti pada Gambar 2.22, dan gambarkan diagram gaya lintang dan
momen lenturnya.
q = 45 kN/m
A

C
(4EI)

B

(EI)

(EI)

D

(4EI)

E

(EI)

6m
F

8m

8m

(a)
q = 45 kN/m
B

A
(4EI)

(EI)

(b)
D
Gambar 2. 22 Contoh 6

Konstruksi adalah simetris secara geoemtris dan pembebanan,
sehingga dapat dianalisis hanya dengan meninjau setengah bentang seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.22(b). Dalam hal ini pada titik buhul B harus
II-26

dalam keseimbangan, dimana tidak terjadi lentur pada batang BE. Dalam
analisisnya, keseimbangan momen pada titik buhul A dan C adalah sama
tetapi berbeda arah momen yang bekerja.
Angka kekakuan :
SFAD =

4(EI ) 2 EI
=
6
3

SFAB =

4(4 EI ) 16 EI
= 2EI
=
8
8

SFAD : SFAB =

2 EI
: 2 EI = 2 : 6
3

Angka distribusi:
DFAD =

2
= 0.25;
2+6

DFAB =

6
= 0.75
2+8

Momen ujung jepit :

FEMAB = - FEMBA =+

1
(45 )(8 )2 = +256 kN.m
12

Tabel 2.8 Distribusi momen Contoh 6

Titik Buhul
Batang
DF
FEM

D
DA
0

Induksi

-32

Jumlah
Batang

-32
FC

q = 45 kN/m

64
156 16
64

16

32

156

228

B
BA
-256
-96

-64
CF

B

+64
CB

-352
BC
q = 45 kN/m

64
16

C
228

16
D

AB
0.75
+256
-192

352
352
456
16
16 B
B

A

A

A
AD
0.25
0
-64

156

156
C

64

16

16
E

F
456

156

(a)

156

32
II-27

228

156
(+)
A

C
B

(-)

3.25 m
(-)

(-)

(-)

228
16

D

3.25 m

(+)

x

E

16

156

F

(b)
352
64
64

64

(-) (-)

(-)
(-) A

(-)

B

(+)

C

(+)

64
(-)

189.5

189.5
228
D

(+)

32

E

32

(+)

F

(c)
B

A
16

(-)

(-)

D

C
16

(-)

(-)

(-)

E
156

456

156

F

(d)
Gambar 2. 23 (a) Diagram benda bebas (b) Diagram gaya lintang dan (c) Diagram momen
lentur (d) Diagram gaya normal Contoh 6

Momen lentur pada jarak x:

Mx = -64 + 156 (3.25) 2.6.6

1
(45 )(3.25 )2 = +189.5 kN.m
2

Struktur Portal Dengan Translasi Titik Buhul
Aplikasi dari metode distribusi momen untuk analisis portal statis tak tentu
dimana terdapat titik buhul yang mengalami translasi yang belum
II-28

diketahui (unknown translation), atau goyangan belum diketahui
(unknown sideways) akan diuraikan pertama dengan cara yang sederhana
dimana derajat kebebasan (degree of freedom) goyangan tersebut adalah
sama dengan 1. Terdapat tiga langkah utama dalam analisis portal seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.24. Ketiga langkah tersebut adalah sebagai
berikut :
W2
C

B
W1
M

HA

A

D

HD

(a)

Ro

C

B

∆'

∆'

W2

R’

C

B

C’

W1
Mo

A

M’

HA1

A
D

(b)

HA2

HD1

D

HD2

(c)

Gambar 2. 24 Portal dengan goyangan satu derajat kebebasan

1. Goyangan ke samping dari batang BC dicegah dengan memberikan
tumpuan “buatan” (artificial support) pada C seperti ditunjukkan pada
Gambar 2.24(b). Pada tahap ini momen-momen pada ujung batang (Mo)
dihitung akibat beban luar yang bekerja pada portal tersebut, sehingga
reaksi pada tumpuan C yaitu Ro dapat diketahui besar dan arahnya.
II-29

2. Titik buhul B dan C dikunci untuk melawan rotasi, tetapi tumpuan C
diperbolehkan mengalami perpindahan posisi sebesar ∆’, sehingga
menyebabkan terjadinya momen ujung pada kolom AB dan CB seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.24(c). Selanjutnya momen-momen pada ujung
batang (M’) dapat ditentukan dengan metode distribusi momen, sehingga
besar dan arah dari reaksi pada tumpuan C (R’) dapat ditentukan pula.
Perlu diingat bahwa pada tahap kedua ini, beban luar tidak diperhitungkan
lagi dalam penghitungan momen ujung (M’). Karena besarnya ∆’ belum
diketahui, maka ∆’ dapat diasumsikan sebarang nilai sehingga besarnya
momen ujung (FEM) serasi dengan nilai-nilai momen sebelumnya.
3. Momen-momen ujung tiap batang yang sesungguhnya (M) pada Gambar
2.24(a) merupakan resulatante dari momen akibat beban diluar dan n kali
momen akibat perpindahan posisi seperti diberikan pada persamaan 2.9.

M = Mo + n M’

(2.9)

Dimana n ditentukan dari :

Ro = n R’
n=

Ro
R'

(2.9a)

Pada permasalah sederhana seperti Gambar 2.24 di atas, arah
goyangan dapat diketahui atau diperkirakan degan tepat. Namun demikian,
arah goyangan dapat pula diperkirakan (assumed) terlebih dahulu dan
selanjutnya hasil penghitungan akan menunjukkan apakah arah goyangan
yang diperkirakan adalah tepat atau tidak.
Jika derajat kebebasan pada goyangan adalah lebih dari satu, maka
distribusi momen dilakukan untuk masing-masing goyangan ∆’1, ∆’2, ∆’3,
dan seterusnya. Momen akhir yang sesungguhnya selanjutnya dapat
ditentukan dengan cara menentukan nilai n1, n2, n3, dan seterusnya dengan
penyelesaian persamaan simultan. Pada Gambar 2.25 diberikan suatu
contoh portal bertingkat yang terdiri atas kolom dan dua batang horisontal.
II-30

Dengan langkah-langkah yang serupa seperti diuraikan di atas, dapat
diuraikan kembali langkah-langkah untuk analisis portal pada Gambar
2.25 adalah sebagai berikut :
P1

P1
B

A

P2

P2

C

D

F

E

(a)

F

(b)

∆1’

∆1’

R1’

B

A

R2’
D

∆2’

C

R2’’

D

F

E

R1’’

B

A

∆2’
C

R2o

D

C

E

R1o

B

A

(c)

F

E

(d)

Gambar 2. 25 Portal dengan goyangan dua derajat kebebasan

1. Agar titik buhul B dan D tidak dapat mengalami perpindahan posisi,
maka pada B dan D diberi tumpuan “buatan” seperti ditunjukkan pada
Gambar 2.25(b). Selanjutnya momen-momen pada ujung batang (Mo)
dihitung akibat beban luar yang bekerja pada portal tersebut,
sehingga reaksi pada tumpuan B dan D yaitu R1o dan R2o dapat
diketahui besar dan arahnya.
II-31

2. Titik buhul A, C dan D dikunci untuk melawan rotasi, tetapi tumpuan
B diperkirakan mengalami perpindahan posisi sebesar ∆1’, sehingga
menyebabkan terjadinya momen ujung pada kolom AC dan BD seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.24(c) yang besarnya cukup diberi nilai
banding yang serasi dengan momen ujung sebelumnya. Selanjutnya
momen-momen pada ujung batang (M’) dapat ditentukan dengan
metode distribusi momen, sehingga besar dan arah dari reaksi pada
tumpuan B dan D yaitu R1’ dan R2’ dapat ditentukan pula.
3. Seperti pada langkah 2 di atas, tetapi tumpuan B dikunci dan C
diperkirakan mengalami perpindahan posisi sebesar ∆2’, sehingga
menyebabkan terjadinya momen ujung pada kolom AC dan BD seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.24(d) yang besarnya cukup diberi nilai
banding yang serasi dengan momen ujung sebelumnya. Selanjutnya
momen-momen pada ujung batang (M’’) dapat ditentukan dengan
metode distribusi momen, sehingga besar dan arah dari reaksi pada
tumpuan B dan D yaitu R1’’ dan R2’’ dapat ditentukan pula.
4. Dari langkah 1, 2 dan 3 di atas didapat persamaan simultan (persamaan
2.10a dan b) untuk menentukan nilai n1 dan n2 yang selanjutnya
digunakan

untuk

menentukkan

momen

akhir

sesungguhnya

(persamaan 2.10c).

R1o + n1R1’ + n2R1” = 0

(2.10a)

R2o + n1R2’ + n2R2” = 0

(2.10b)

M = Mo + n1M’ + n2M” = 0

(2.10c)

Contoh 7. Distribusikan momen-momen ujung dari konstruksi portal
seperti pada Gambar 2.26, dan gambarkan diagram gaya lintang, gaya
normal dan momen lenturnya.

Akibat beban horizontal 60 kN portal mengalami goyangan kekanan,
dan titik buhul C mengalami perpindahan ∆’ (Gambar 2.25b).
II-32

30 kN/m

∆’

60 kN

∆’

Ro

C
B

B

(3EI)

C

4m
A (EI)

(3EI)

8m

A

D

D

8m

(a)

(b)
Gambar 2. 26 Contoh 7

Angka kekakuan :
SFBA =

4(EI )
= EI
4

SFBC = SFCB =
SFCD =

4(3 EI ) 12 EI 3 EI
=
=
8
8
2

4(3 EI ) 12 EI 3 EI
=
=
8
8
2

SFBA : SFBC : SFCB : SFCD = EI :

3 EI 3 EI 3 EI
:
:
= 2 : 3 :3 : 3
2
2
2

Angka distribusi:
DFBA =

2
= 0.40;
2+3

DFBC =

3
= 0.60
2+3

DFCB =

3
= 0.50;
3+3

DFCD =

3
= 0.50
3+3

Tahap I : Menentukan Mo akibat beban luar yang bekerja
Momen ujung jepit :

FEMBC = - FEMCB =+

1
(30 )(8 )2 = +160 kN.m
12

Selanjutnya distribusi momen akibat beban yang bekerja pada portal
diberikan pada Table 2.9 dan diagram benda bebas diberikan pada Gambar
2.27.
II-33

Tabel 2.9 Distribusi momen akibat beban luar yang bekerja Contoh 7

Titik Buhul
Batang
DF
FEM

A
AB
0

BA
0.50
0

B

-40

-80

C

-3.0
-.0.2

-0.45

-0.017

-0.034

-43.22

Jumlah Mo

-6.0

BC
0.60
+160
+40
-120
+15
-9.0
+1.125
-0.675
+0.084
-0.050

-86.48

+86.48

86.48

30 kN/m

32.43

43.22

+15

+2.25

+1.1

+0.17

0.084

+112.42

+56.18

112.42
123.24
C

116.76

86.48

D
DC
0
+40

+30

-112.42

116.76 60 kN B
32.43
B

CD
0.50
0
+80

CB
0.50
-160
+80
-60
+30
-4.5
+2.25
-0.34
+0.17

123.24

Ro = 71.36

21.08

112.42

C

21.08

32.43

A

116.76

21.08
D

56.18

123.24
Gambar 2. 27 Diagram benda bebas akibat beban yang bekerja untuk menentukan Ro

Reaksi pada tumpuan “buatan” C (Ro) ditentukan dari :

ΣFH = 0

Ro = (60 + 32.43) – (21.08 ) = 71.36 kN (ke kiri)

Tahap II : Menentukan M’ akibat mengalami perpindahan ∆’
Momen ujung jepit :

FEMAB = FEMBA =+

6 (EI )∆' 3 EI∆'
=
8
42
II-34

FEMDC = FEMCD =+

6 (3 EI )∆' 9 EI∆'
=
32
82

Momen yang serasi diambil berdasarkan perbandingan :

3 EI∆' 9 EI∆'
:
=12 : 9
8
32

FEMAB : FEMDC =

Dan ∆’ diasumsikan sebesar 1 satuan, maka momen-momen serasinya
adalah :

FEMAB = FEMBA = +12 kN.m
FEMDC = FEMCD = +9 kN.m
Tabel 2.10 Distribusi momen akibat beban luar yang bekerja Contoh 7

Titik Buhul
Batang
DF
FEM

A
AB
+12

BA
0.50
+12

-1.95

-3.9

-0.15

-0.29

-0.011
+9.89

Jumlah M’

B

C

+7.79

-7.79

+0.73

+0.11

+0.055

+6.08

+7.54

6.08
1.73

1.73

B

C

4.42
1.73

B
4.42

4.42

D
DC
+9
-2.25

+1.46

-6.08

7.79

7.79

CD
0.50
+9
-4.5

CB
0.50
0
-4.5
-2.93
+1.46
-0.22
+0.11

-0.022

BC
0.60
0
-2.25
-5.85
+0.73
-0.44
+0.055
-0.033

R’ = 6.12

1.70
C

1.73

6.08

1.70

A 9.89
1.73
1.70
7.54

D
1.73

Gambar 2. 28 Diagram benda bebas akibat beban yang bekerja untuk menentukan R’
II-35

4.4
60 kN

96.5

30 kN/m

183.3
143.5

B

C

40.9

19.1
4.4

96.5

B

C

143.5

40.9

183.3
19.1

19.1
72.1

A

96.5

40.9
D

(a)

143.5
183.3

96.5

19.1

B

(+)

(+)

144.

x

40.9

C

B
4.4

(-)

3.22 m

(-)

4.4

183.3

C

(+)

(-)

(-)
19.1 A

(+)

143.5

72.1

A

143.5

(+)
D

(b)

96.5

B

D

40.9

(c)
143.5

C

(-)

40.9

40.9

(-)
A

144.1

96.5

(-)

143.5

D

(d)
Gambar 2. 29 (a) Diagram benda bebas (b) Diagram gaya lintang (c) Diagram momen lentur
dan (d) Diagram gaya normal Contoh 7
II-36

Reaksi pada tumpuan “buatan” C (R’) ditentukan dari :

ΣFH = 0

R’ = (4.42) + (1.70) = 6.12 kN (ke kanan)

Selanjutnya : -Ro + n R’ = 0
n=

R o 71.36
=
= 11.66
R'
6.12

Selanjutnya momen akhir sesungguhnya : M = Mo + n M’
Tabel 2.11 Momen akhir sesungguhnya Contoh 7

Titik Buhul
Batang
Mo
M’
n M’
M

A
AB
-43.2
+9.9
+115.3
+71.1

B
BA
-86.5
+7.8
+90.8
+4.4

C
BC
+86.5
-7.8
-90.8
-4.4

CB
-112.45
-6.1
-70. 9
-183.3

CD
+112.45
+6.1
+70. 9
+183.3

D
DC
+56.2
+7.5
+87.9
+144.1

Contoh 8. Distribusikan momen-momen ujung dari konstruksi portal
seperti pada Gambar 2.30, dan gambarkan diagram gaya lintang, gaya
normal dan momen lenturnya.

Akibat beban yang tidak simetris portal mengalami goyangan kekiri,
seperti ditunjukkan pada Gambar 2.30(c) dan (d).
Angka kekakuan :
SFAC : SFAB =

4(EI ) 4(2 EI )
:
=1:1
4
8

SFBA : SFBD =

4(EI ) 4(2 EI )
:
=1:1
4
8

SFCE : SFCA : SFCD =

3(EI ) 4(EI ) 4(3 EI )
=3:4:6
:
:
4
4
8

SFDF : SFDB : SFDC =

3(EI ) 4(EI ) 4(3 EI )
:
:
=3:4:6
4
4
8

Angka distribusi:
DFAC =

1
= 0.50;
1+1

DFAB =

1
= 0.50
1+1

DFBA =

1
= 0.50;
1+1

DFBD =

1
= 0.50
1+1
II-37

90 kN

90 kN
B

A

B

RBo

D

A

RDo

(2EI)
(EI)

4m

(EI)
120 kN

120 kN

C

D

C

F

E

(3EI)
4m

(EI)

(EI)

E
2m

F

6m

(a)

(b)

∆1’

∆1’
RB’

B

A

B

A

∆2’
RB’

C

∆2’

C

F

F

E

(c)

(d)
Gambar 2. 30 Contoh 8

DFCE =

3
= 0.23;
3+4+6

DFCA =

4
= 0.31
3+4+6

DFCD =

6
= 0.46;
3+4+6

DFDDF

3
= 0.23
3+4+6

DFDB =

4
= 0.31;
3+4+6

DFDC =

6
= 0.46
3+4+6

Tahap I : Menentukan Mo akibat beban luar yang bekerja
Momen ujung jepit :

RD’’

D

D

E

RB’’
II-38

FEMAB = +
FEMBA =-

(90 × 2 × 6 )(6 ) = + 101.25 kN.m
82

(90 × 2 × 6 )(2 ) = -33.75 kN.m
82

FEMCD = +
FEMDC =-

(120 × 2 × 6 )(6 ) = + 135 kN.m
82

(120 × 2 × 6 )(2 ) = -45 kN.m
82

Selanjutnya distribusi momen akibat beban yang bekerja pada portal
diberikan pada Table 2.12.
Tabel 2.12 Distribusi momen akibat beban luar yang bekerja Contoh 8
Joint
Batang
DF
FEM

CE
0.23
0
-31.15

1.30

0.82

-0.016

Mo

-29.05

C
CD
0.46
135.00
-62.31

14.47
2.61

0.05
1.63

-0.17
-0.032

91.24

CA
0.31
0
-41.54
-20.12

1.74
-3.58

1.09
0.24

-0.022

-62.19

A
AC
0.50
0
-20.77
-40.24

0.87
-7.17

0.54
0.49

-0.01
0.04

-66.25

AB
0.50
101.25

B
BA
0.50
-33.75

-40.24
13.47

-20.12
26.94

-7.17
-1.51

0.49
-0.07

0.04

66.25

BD
0.50
0

DB
0.31
0

26.94
9.64

13.47
19.29

-3.03
0.03

-1.51
0.06

-0.14
-0.11

-0.07
-0.23

0.02
0.05

0.05

-33.38

33.38

0.024
0.002
31.03

-3.58
-3.03

0.24
-0.14

D
DC
0.46
-45.00
-31.15

DF
0.23
0

28.93
1.30

14.47

0.10
0.82

0.05

-0.34
-0.016

-0.17

0.003
-45.37

0.002
14.34

Diagram benda bebas dari distribusi momen akibat beban yang bekerja
diberikan pada Gambar 2.31. Besar dan arah reaksi pada tumpuan buatan
di B dan D dapat diketahui sebagai berikut :
RBo = (32.11) – (16.10 ) = 16.01 kN (ke kiri)
RDo = (32.11 + 3.60) – (16.10 + 7.26 ) = 12.34 kN (ke kanan)
Tahap II : Menentukan M’ akibat terjadinya goyangan ke kiri pada
titik buhul B.
II-39

66.25
32.11

33.38

90 kN

A

B

16.10

A

B
66.25

32.11

33.38

32.11
62.19

C
32.11
7.26
C

7.26

RBo = 16.01 kN

16.10

91.24

120 kN

45.37

C

D

29.05

16.10

31.03
D
16.10
3.60
RDo = 12.31 kN

14.39

7.26

D
3.60

3.60

E

F

Gambar 2. 31 Penentuan besar dan arah reaksi horizontal pada tumpuan buatan B dan D
akibat beban yang bekerja

Tabel 2.13 Distribusi momen akibat goyangan pada titik buhul B
Joint
Batang
DF
FEM

CE
0.23
0
13,85

-4,76

0,20

-0,040

M’

9,23

C
CD
0.46
0
27,69

7,92
-9,51

1,28
0,41

0,01
-0,079

0,01
27,69

CA
0.31
-60
18,46
12,69

-6,34
-2,16

0,27
0,16

-0,053
0,07

-36,92

A
AC
0.50
-60
9,23
25,38

-3,17
-4,33

0,14
0,32

-0,03
0,14

-32,31

AB
0.50
0
25,38
11,83

-4,33
-0,78

0,32
-0,25

B
BA
0.50
0
12,69
23,65

-2,16
-1,56

0,16
-0,51

0,14
-0,02

0,07
-0,039

32,31

32,31

BD
0.50
-60

DB
0.31
-60

23,65
5,28

11,83
10,56

-1,56
0,85

-0,78
1,70

-0,51
0,01

-0,25
0,01

-0,039
0,01
-32,31

-0,019
0,018
-36,92

D
DC
0.46
0
13,85

15,84
-4,76

7,92

2,56
0,20

1,278

0,02
-0,040

0,01

0,027
27,69

0,014
9,23

Akibat goyangan ke kiri seperti ditunjukkan oleh Gambar 2.30(c),
momen yang serasi diambil berdasarkan perbandingan :

DF
0.23
0
II-40

FEMAC = FEMCA = -

6 EI∆'
42

FEMBD = FEMDB = -

6 EI∆'
42

Dan momen-momen serasinya adalah :

FEMAB = FEMBA = -60 kN.m
FEMDC = FEMCD = -60 kN.m
Selanjutnya distribusi momen akibat beban yang bekerja pada portal
diberikan pada Table 2.13 di atas.

32.31
17.31

32.31

A

B

A
17.31

17.31

17.31

36.92

C
17.31
2.31

9.23

B
32.31

27.69
C

C
2.31

RB’ = 34.6233

17.31

36.92
27.69
D

9.23

32.31

17.31
D
17.31
2.31

RD’ = 39.23 kN

D
2.31

2.31

2.31
E

F

Gambar 2. 32 Penentuan besar dan arah reaksi horizontal pada tumpuan buatan B dan D
akibat goyangan ke kiri pada titik buhul B

Besar dan arah reaksi pada tumpuan buatan di B dan D dapat diketahui
sebagai berikut :
RB’ = (17.31 + 17.31) = 34.62 kN (ke kiri)
RD’ = (17.31 + 17.31) + (2.31 + 2.31) = 39.23 kN (ke kanan)
II-41

Tahap III : Menentukan M” akibat terjadinya goyangan ke kiri pada
titik buhul B.
Akibat goyangan ke kiri seperti ditunjukkan oleh Gambar 2.30(d),
momen yang serasi diambil berdasarkan perbandingan :

FEMAC = FEMCA = +

6 EI∆'
42

FEMBD = FEMDB = +

6 EI∆'
42

FEMCE = FEMDF = -

3 EI∆'
42

Dan momen-momen serasinya adalah :

FEMAB = FEMBA = +60 kN.m
FEMDC = FEMCD = +60 kN.m
FEMCE = FEMDF = -30 kN.m
Selanjutnya distribusi momen akibat beban yang bekerja pada portal
diberikan pada Table 2.14.
Tabel 2.14 Distribusi momen akibat goyangan pada titik buhul D
Joint
Batang
DF
FEM

CE
0.23
-30
-6.92

3.81

-0.32

-0.030

M’’

-33.46

C
CD
0.46
0
-13.85

-2.66
7.62

-0.85
-0.65

0.046
-0.060

-10.40

CA
0.31
60
-9.23
-13.85

5.08
2.25

-0.43
0.08

-0.040

43.86

A
AC
0.50
60
-4.62
-27.69

2.54
4.50

-0.22
0.17

-0.02
-0.05

34.61

AB
0.50
0

B
BA
0.50
0

-27.69
-11.54

-13.85
-23.08

4.50
-0.12

0.17
0.12

-0.05

-34.61

BD
0.50
60

DB
0.31
60

-23.08
-1.78

-11.54
-3.55

-0.24
-0.57

-0.12
-1.14

0.24
0.03

0.12
0.06

-0.025
-0.003

-0.003

-34.61

34.61

-0.001
0.010
43.86

2.25
-0.24

0.08
0.24

D
DC
0.46
0
-6.92

DF
0.23
-30

-5.33
3.81

-2.66

-1.70
-0.32

-0.85

0.09
-0.030

0.05

0.014
-10.40

0.007
-33.46
II-42

34.61
19.61

34.61

A

B

19.61

A
34.61

B
34.61

16.61

19.61

19.61

43.86

C
19.62
8.26

10.38
C

10.38
D

19.61

43.86
D
19.62
8.36

C

D
33.46

8.36

RB’’ = 39.23 kN

8.26

RD’’ = 55.96 kN
33.46

8.36

8.36
E

F

Gambar 2. 33 Penentuan besar dan arah reaksi horizontal pada tumpuan buatan B dan D
akibat goyangan ke kiri pada titik buhul D

Besar dan arah reaksi pada tumpuan buatan di B dan D dapat diketahui
sebagai berikut :
RB’’ = (19.62 + 19.62) = 39.24 kN (ke kanan)
RD’’ = (19.62 + 19.62) + (8.36 + 8.36) = 22.52 kN (ke kiri)
Dari hasil distribusi momen pada masing-masing tahapan diperoleh :
RBo = 16.01 kN (ke kiri)

RDo = 12.31 kN (ke kanan)

RB‘= 34.61 kN (ke kiri)

RD‘= 39.23 kN (ke kanan)

RB‘’= 39.23 kN (ke kanan)

RD‘’= 55.96 kN (ke kiri)

Persamaan simultan untuk factor n1 dan n2 :

RBo + n1RB’ + n2RB” = 0

-16.01 –34.61 n1 + 39.23n2 = 0 (a)

RDo + n1RD’ + n2RD” = 0

+12.31 + 39.23n1 – 55.96n2= 0 (b)

Dari persamaan (a) dan (b) diperoleh :

n1 = -1.038 dan n2 = -0.507
II-43

Momen akhir sesungguhnya adalah diberikan oleh persamaan (c) dan
ditabelkan dalam Tabel 2.15.

M = Mo + n1M’ + n2M” = 0

(c)

Tabel 2. 15 Hasil penghitungan momen akhir total Contoh 8
Joint
Batang
Mo
M’
M”
M

CE
-29.05
9,23
-33.46

C
CD
91.24
27,69
-10.40

CA
-62.19
-36,92
43.86

AC
-66.25
-32,31
34.61

A
AB
66.25
32,31
-34.61

BA
-33.38
32,31
-34.61

BD
33.38
-32,31
34.61

DB
31.03
-36,92
43.86

D
DC
-45.37
27,69
-10.40

DF
14.34
9,23
-33.46

-21.7

67.8

-46.1

-50.3

50.3

-49.3

49.3

47.1

-68.8

21.7

50.3
24.10

90 kN

B

49.3

A

B

24.10

67.625

22.375
22.375

67.625
A

B
50.3

24.11

49.3

24.10
46.1

24.10

24.10

C

D

67.625

47.1

22.375
67.8

24.10
5.42

120 kN

68.8

C

D
89.875

89.875
C
5.42

21.7

5.42

30.125

30.125
21.7

D
5.42

5.42

E
89.875

24.10
5.42

F
30.125

Gambar 2. 34 Diagram benda bebas hasil akhir distribusi momen Contoh 8
II-44

67.625
(+)
B

A

24.1

(-)
(-)

22.375

89.875

(+)
(+)
D

C
24.1

24.1

(-)
30.125

(-)

(-)

5.42

5.42

F

E

(a)
50.3

49.3
(-)

(-)

A
(-)

B
(-)

(+)
68.8
84.95
(-)

(+)
(+) 21.7
47.1
D
(-)

(-) (+)46.1

21.7

C
(-)

(+)

111.95
F

E

(b)

49.3
II-45

22.375

67.625

A

B

(-)
24.1
(-)

(-)
18.7
(+)

C

D

(-)

E

(-)

89.875

30.125

F

(c)
Gambar 2. 35 (a) Diagram gaya lintang (b) Diagram momen lentur dan (c) Diagram gaya
normal Contoh 8

Contoh 8. Distribusikan momen-momen ujung dari konstruksi portal
seperti pada Gambar 2.36, dan gambarkan diagram gaya lintang, gaya
normal dan momen lenturnya. Semua elemen batang mempunyai nilai EI
yang sama.

Struktur portal adalah anti-simetris yang dapat ditinjau separuh
bentang.
Angka kekakuan :
SFAE : SFAB =

6 (EI ) 4(EI )
:
=6:4
5
5

SFBA : SFBF : SFBC =

4(EI ) 6 (EI ) 4(EI )
:
:
=4:6:4
5
5
5

SFCB : SFCG : SFCD =

4(EI ) 6 (EI ) 4(EI )
:
:
=4:6:4
5
5
5

More Related Content

What's hot

STRUKTUR STATIS TAK TENTU METODE CLAPEYRON- CONTINUOUS BEAM-2
STRUKTUR STATIS TAK TENTU METODE CLAPEYRON- CONTINUOUS BEAM-2STRUKTUR STATIS TAK TENTU METODE CLAPEYRON- CONTINUOUS BEAM-2
STRUKTUR STATIS TAK TENTU METODE CLAPEYRON- CONTINUOUS BEAM-2MOSES HADUN
 
Struktur baja-5 lentur-balok
Struktur baja-5 lentur-balokStruktur baja-5 lentur-balok
Struktur baja-5 lentur-balokLeticia Freidac
 
183013186 contoh-perhitungan-gempa-statik-ekuivalen
183013186 contoh-perhitungan-gempa-statik-ekuivalen183013186 contoh-perhitungan-gempa-statik-ekuivalen
183013186 contoh-perhitungan-gempa-statik-ekuivalenafat civik
 
Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10noussevarenna
 
Bab ii distribusi momen
Bab ii distribusi momenBab ii distribusi momen
Bab ii distribusi momendika andika
 
Materi kuliah beton sederhana
Materi kuliah beton sederhanaMateri kuliah beton sederhana
Materi kuliah beton sederhanaperkasa45
 
Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan PPGHybrid1
 
titik buhul dan cremona
titik buhul dan cremonatitik buhul dan cremona
titik buhul dan cremonaWahh Yudi
 
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiDaya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiAyu Fatimah Zahra
 
Contoh soal-sambungan-baut
Contoh soal-sambungan-bautContoh soal-sambungan-baut
Contoh soal-sambungan-bautEdhot Badhot
 
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja) Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja) NitaMewaKameliaSiman
 
Bab 4. balok sederhana statis tak tentu
Bab 4. balok sederhana statis tak tentuBab 4. balok sederhana statis tak tentu
Bab 4. balok sederhana statis tak tentuYoon Tua Simbolon
 
Tabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi BajaTabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi BajaYusrizal Mahendra
 
MEKANIKA TEKNIK 1- BALOK GERBER
MEKANIKA TEKNIK 1- BALOK GERBERMEKANIKA TEKNIK 1- BALOK GERBER
MEKANIKA TEKNIK 1- BALOK GERBERMOSES HADUN
 
PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG TAHAN GEMPA
PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG TAHAN GEMPAPERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG TAHAN GEMPA
PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG TAHAN GEMPASumarno Feriyal
 
Beton prategang
Beton prategangBeton prategang
Beton prategangPoten Novo
 

What's hot (20)

1 perhitungan-balok
1 perhitungan-balok1 perhitungan-balok
1 perhitungan-balok
 
STRUKTUR STATIS TAK TENTU METODE CLAPEYRON- CONTINUOUS BEAM-2
STRUKTUR STATIS TAK TENTU METODE CLAPEYRON- CONTINUOUS BEAM-2STRUKTUR STATIS TAK TENTU METODE CLAPEYRON- CONTINUOUS BEAM-2
STRUKTUR STATIS TAK TENTU METODE CLAPEYRON- CONTINUOUS BEAM-2
 
Struktur baja-5 lentur-balok
Struktur baja-5 lentur-balokStruktur baja-5 lentur-balok
Struktur baja-5 lentur-balok
 
Contoh soal pondasi telapak
Contoh soal pondasi telapakContoh soal pondasi telapak
Contoh soal pondasi telapak
 
183013186 contoh-perhitungan-gempa-statik-ekuivalen
183013186 contoh-perhitungan-gempa-statik-ekuivalen183013186 contoh-perhitungan-gempa-statik-ekuivalen
183013186 contoh-perhitungan-gempa-statik-ekuivalen
 
Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10
 
Bab ii distribusi momen
Bab ii distribusi momenBab ii distribusi momen
Bab ii distribusi momen
 
Materi kuliah beton sederhana
Materi kuliah beton sederhanaMateri kuliah beton sederhana
Materi kuliah beton sederhana
 
Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
 
titik buhul dan cremona
titik buhul dan cremonatitik buhul dan cremona
titik buhul dan cremona
 
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiDaya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
 
Contoh soal-sambungan-baut
Contoh soal-sambungan-bautContoh soal-sambungan-baut
Contoh soal-sambungan-baut
 
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja) Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
 
Bab 4. balok sederhana statis tak tentu
Bab 4. balok sederhana statis tak tentuBab 4. balok sederhana statis tak tentu
Bab 4. balok sederhana statis tak tentu
 
Tabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi BajaTabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi Baja
 
MEKANIKA TEKNIK 1- BALOK GERBER
MEKANIKA TEKNIK 1- BALOK GERBERMEKANIKA TEKNIK 1- BALOK GERBER
MEKANIKA TEKNIK 1- BALOK GERBER
 
PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG TAHAN GEMPA
PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG TAHAN GEMPAPERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG TAHAN GEMPA
PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG TAHAN GEMPA
 
Perencanaan gording dan penggantung
Perencanaan gording dan penggantungPerencanaan gording dan penggantung
Perencanaan gording dan penggantung
 
Beton prategang
Beton prategangBeton prategang
Beton prategang
 
Balok gerber
Balok gerberBalok gerber
Balok gerber
 

Viewers also liked

Laporan Tugas Besar Mekanika Rekayasa 5
Laporan Tugas Besar Mekanika Rekayasa 5Laporan Tugas Besar Mekanika Rekayasa 5
Laporan Tugas Besar Mekanika Rekayasa 5Okitanawa Everrobert
 
2 modul analisa_struktur 1
2 modul analisa_struktur 12 modul analisa_struktur 1
2 modul analisa_struktur 1Jaka Jaka
 
Modul 9-sesi-1-pelengkung-tiga-sendi-140329054411-phpapp02
Modul 9-sesi-1-pelengkung-tiga-sendi-140329054411-phpapp02Modul 9-sesi-1-pelengkung-tiga-sendi-140329054411-phpapp02
Modul 9-sesi-1-pelengkung-tiga-sendi-140329054411-phpapp02frans2014
 
Sni 03 1729-2002 tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung
Sni 03 1729-2002 tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedungSni 03 1729-2002 tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung
Sni 03 1729-2002 tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedungcharenza
 
Ugm getaran mekanis
Ugm getaran mekanisUgm getaran mekanis
Ugm getaran mekanisRif Nugroho
 
Gerak harmonik dan super posisi
Gerak harmonik dan super posisiGerak harmonik dan super posisi
Gerak harmonik dan super posisiAlenne Thresia
 
Tugas getaran mekanis ( fungsi matematika getaran mekanis )
Tugas getaran mekanis ( fungsi matematika getaran mekanis )Tugas getaran mekanis ( fungsi matematika getaran mekanis )
Tugas getaran mekanis ( fungsi matematika getaran mekanis )Pendi Ldf
 
pelengkung tiga sendi mekanika teknik
pelengkung tiga sendi mekanika teknikpelengkung tiga sendi mekanika teknik
pelengkung tiga sendi mekanika teknikSyarif Hidayat
 
Bab2 1 model matematis sistem dinamis
Bab2 1 model matematis sistem dinamisBab2 1 model matematis sistem dinamis
Bab2 1 model matematis sistem dinamisRumah Belajar
 
Bahan kuliah getaran mekanis pers lagrange
Bahan kuliah getaran mekanis pers lagrangeBahan kuliah getaran mekanis pers lagrange
Bahan kuliah getaran mekanis pers lagrangeAmrin Syah
 
clausius clapeyron equation
clausius clapeyron equationclausius clapeyron equation
clausius clapeyron equationElfa Ma'rifah
 
Clausius - Clapeyron Equation
Clausius - Clapeyron EquationClausius - Clapeyron Equation
Clausius - Clapeyron EquationMarx Endico
 
Ppt gerak harmonik sederhana
Ppt gerak harmonik sederhanaPpt gerak harmonik sederhana
Ppt gerak harmonik sederhanaAhmad Yansah
 
perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatanFarid Thahura
 
Modul mekanika teknik 1
Modul mekanika teknik 1Modul mekanika teknik 1
Modul mekanika teknik 1Ibrahim Husain
 

Viewers also liked (20)

Laporan Tugas Besar Mekanika Rekayasa 5
Laporan Tugas Besar Mekanika Rekayasa 5Laporan Tugas Besar Mekanika Rekayasa 5
Laporan Tugas Besar Mekanika Rekayasa 5
 
2 modul analisa_struktur 1
2 modul analisa_struktur 12 modul analisa_struktur 1
2 modul analisa_struktur 1
 
Modul 9-sesi-1-pelengkung-tiga-sendi-140329054411-phpapp02
Modul 9-sesi-1-pelengkung-tiga-sendi-140329054411-phpapp02Modul 9-sesi-1-pelengkung-tiga-sendi-140329054411-phpapp02
Modul 9-sesi-1-pelengkung-tiga-sendi-140329054411-phpapp02
 
Sni 03 1729-2002 tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung
Sni 03 1729-2002 tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedungSni 03 1729-2002 tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung
Sni 03 1729-2002 tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung
 
Ugm getaran mekanis
Ugm getaran mekanisUgm getaran mekanis
Ugm getaran mekanis
 
takabeya-book-1
takabeya-book-1takabeya-book-1
takabeya-book-1
 
Gerak harmonik dan super posisi
Gerak harmonik dan super posisiGerak harmonik dan super posisi
Gerak harmonik dan super posisi
 
Tugas getaran mekanis ( fungsi matematika getaran mekanis )
Tugas getaran mekanis ( fungsi matematika getaran mekanis )Tugas getaran mekanis ( fungsi matematika getaran mekanis )
Tugas getaran mekanis ( fungsi matematika getaran mekanis )
 
pelengkung tiga sendi mekanika teknik
pelengkung tiga sendi mekanika teknikpelengkung tiga sendi mekanika teknik
pelengkung tiga sendi mekanika teknik
 
getaran
getarangetaran
getaran
 
Bab2 1 model matematis sistem dinamis
Bab2 1 model matematis sistem dinamisBab2 1 model matematis sistem dinamis
Bab2 1 model matematis sistem dinamis
 
Bahan kuliah getaran mekanis pers lagrange
Bahan kuliah getaran mekanis pers lagrangeBahan kuliah getaran mekanis pers lagrange
Bahan kuliah getaran mekanis pers lagrange
 
Diktat getaran mekanik
Diktat getaran mekanikDiktat getaran mekanik
Diktat getaran mekanik
 
Getaran Harmonis
Getaran HarmonisGetaran Harmonis
Getaran Harmonis
 
clausius clapeyron equation
clausius clapeyron equationclausius clapeyron equation
clausius clapeyron equation
 
Getaran mekanik 7
Getaran mekanik 7Getaran mekanik 7
Getaran mekanik 7
 
Clausius - Clapeyron Equation
Clausius - Clapeyron EquationClausius - Clapeyron Equation
Clausius - Clapeyron Equation
 
Ppt gerak harmonik sederhana
Ppt gerak harmonik sederhanaPpt gerak harmonik sederhana
Ppt gerak harmonik sederhana
 
perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatan
 
Modul mekanika teknik 1
Modul mekanika teknik 1Modul mekanika teknik 1
Modul mekanika teknik 1
 

Similar to Bab ii1

Laporan praktikum lenturan 1
Laporan praktikum lenturan 1Laporan praktikum lenturan 1
Laporan praktikum lenturan 1Ahmad Ramdani
 
AnalisisStruktur-Metode Cross.pdf
AnalisisStruktur-Metode Cross.pdfAnalisisStruktur-Metode Cross.pdf
AnalisisStruktur-Metode Cross.pdfdarmadi ir,mm
 
Materi struktur pertemuan iii,iv,v
Materi struktur pertemuan iii,iv,vMateri struktur pertemuan iii,iv,v
Materi struktur pertemuan iii,iv,vikecantik
 
2 perilaku-komponen-struktur-lentur-profil-i
2 perilaku-komponen-struktur-lentur-profil-i2 perilaku-komponen-struktur-lentur-profil-i
2 perilaku-komponen-struktur-lentur-profil-iSupian Ian
 
Bab iii analisis penampang lentur
Bab iii analisis penampang lenturBab iii analisis penampang lentur
Bab iii analisis penampang lenturKetut Swandana
 
Permodelan elemen redaman
Permodelan elemen redamanPermodelan elemen redaman
Permodelan elemen redamanarie eric
 
kuliah vi mekanika teknik Kesetimbangan Partikel
kuliah vi mekanika teknik Kesetimbangan Partikelkuliah vi mekanika teknik Kesetimbangan Partikel
kuliah vi mekanika teknik Kesetimbangan PartikelOraNgerti6
 
[6] kesetimbangan partikel & fbd
[6] kesetimbangan partikel & fbd[6] kesetimbangan partikel & fbd
[6] kesetimbangan partikel & fbdSyahrir Qoim
 
Permodelan elemen pegas
Permodelan elemen pegasPermodelan elemen pegas
Permodelan elemen pegasarie eric
 
struktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptx
struktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptxstruktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptx
struktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptxAgusTriyono78
 
Bab iii analisis penampang lentur
Bab iii analisis penampang lenturBab iii analisis penampang lentur
Bab iii analisis penampang lenturKetut Swandana
 
Modul 4 sesi 1 batang tekan
Modul 4  sesi 1 batang tekanModul 4  sesi 1 batang tekan
Modul 4 sesi 1 batang tekanIndah Rosa
 
Modul batang tekan
Modul batang tekanModul batang tekan
Modul batang tekanMOSES HADUN
 
MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptx
MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptxMEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptx
MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptxZAIDSULAIMAN5
 

Similar to Bab ii1 (20)

Laporan praktikum lenturan 1
Laporan praktikum lenturan 1Laporan praktikum lenturan 1
Laporan praktikum lenturan 1
 
Lenturan 2
Lenturan 2Lenturan 2
Lenturan 2
 
AnalisisStruktur-Metode Cross.pdf
AnalisisStruktur-Metode Cross.pdfAnalisisStruktur-Metode Cross.pdf
AnalisisStruktur-Metode Cross.pdf
 
Metode cross
Metode crossMetode cross
Metode cross
 
Materi struktur pertemuan iii,iv,v
Materi struktur pertemuan iii,iv,vMateri struktur pertemuan iii,iv,v
Materi struktur pertemuan iii,iv,v
 
2 perilaku-komponen-struktur-lentur-profil-i
2 perilaku-komponen-struktur-lentur-profil-i2 perilaku-komponen-struktur-lentur-profil-i
2 perilaku-komponen-struktur-lentur-profil-i
 
Bab iii analisis penampang lentur
Bab iii analisis penampang lenturBab iii analisis penampang lentur
Bab iii analisis penampang lentur
 
Permodelan elemen redaman
Permodelan elemen redamanPermodelan elemen redaman
Permodelan elemen redaman
 
kuliah vi mekanika teknik Kesetimbangan Partikel
kuliah vi mekanika teknik Kesetimbangan Partikelkuliah vi mekanika teknik Kesetimbangan Partikel
kuliah vi mekanika teknik Kesetimbangan Partikel
 
[6] kesetimbangan partikel & fbd
[6] kesetimbangan partikel & fbd[6] kesetimbangan partikel & fbd
[6] kesetimbangan partikel & fbd
 
Permodelan elemen pegas
Permodelan elemen pegasPermodelan elemen pegas
Permodelan elemen pegas
 
struktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptx
struktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptxstruktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptx
struktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptx
 
02.clapeyron
02.clapeyron02.clapeyron
02.clapeyron
 
P3_VEKTOR DAN SKALAR.pptx
P3_VEKTOR DAN SKALAR.pptxP3_VEKTOR DAN SKALAR.pptx
P3_VEKTOR DAN SKALAR.pptx
 
Bab iii analisis penampang lentur
Bab iii analisis penampang lenturBab iii analisis penampang lentur
Bab iii analisis penampang lentur
 
Modul 4 sesi 1 batang tekan
Modul 4  sesi 1 batang tekanModul 4  sesi 1 batang tekan
Modul 4 sesi 1 batang tekan
 
Modul batang tekan
Modul batang tekanModul batang tekan
Modul batang tekan
 
MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptx
MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptxMEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptx
MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptx
 
Bandul Fisis (M5)
Bandul Fisis (M5)Bandul Fisis (M5)
Bandul Fisis (M5)
 
Makalah tugas kelompok mkm
Makalah tugas kelompok mkmMakalah tugas kelompok mkm
Makalah tugas kelompok mkm
 

More from Junaida Wally

Preparation of a piling paper
Preparation of a piling paperPreparation of a piling paper
Preparation of a piling paperJunaida Wally
 
Decision analysis applied to rock tunnel exploration 1978 baecher
Decision analysis applied to rock tunnel exploration 1978 baecherDecision analysis applied to rock tunnel exploration 1978 baecher
Decision analysis applied to rock tunnel exploration 1978 baecherJunaida Wally
 
2010 04 tunneling-to_the_future
2010 04 tunneling-to_the_future2010 04 tunneling-to_the_future
2010 04 tunneling-to_the_futureJunaida Wally
 
Structural design finite
Structural design finiteStructural design finite
Structural design finiteJunaida Wally
 
Ecg533 rock-tunnel-engineering
Ecg533 rock-tunnel-engineeringEcg533 rock-tunnel-engineering
Ecg533 rock-tunnel-engineeringJunaida Wally
 
583 24650 emperical method
583 24650 emperical method583 24650 emperical method
583 24650 emperical methodJunaida Wally
 
3 tunnels tunnel sous la manche c
3 tunnels tunnel sous la manche c 3 tunnels tunnel sous la manche c
3 tunnels tunnel sous la manche c Junaida Wally
 
Sni 03 2847-2002 (beton)
Sni 03 2847-2002 (beton)Sni 03 2847-2002 (beton)
Sni 03 2847-2002 (beton)Junaida Wally
 
Analysis of piles under earthquakes
Analysis of piles under earthquakesAnalysis of piles under earthquakes
Analysis of piles under earthquakesJunaida Wally
 
302 settlement of piled foundations
302 settlement of piled foundations302 settlement of piled foundations
302 settlement of piled foundationsJunaida Wally
 
Konstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-bautKonstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-bautJunaida Wally
 
Wide flange-shape-jisg3192
Wide flange-shape-jisg3192Wide flange-shape-jisg3192
Wide flange-shape-jisg3192Junaida Wally
 
Gg downstream of_wfhb_tbeam
Gg downstream of_wfhb_tbeamGg downstream of_wfhb_tbeam
Gg downstream of_wfhb_tbeamJunaida Wally
 
80747511 tabel-profil
80747511 tabel-profil80747511 tabel-profil
80747511 tabel-profilJunaida Wally
 

More from Junaida Wally (20)

Preparation of a piling paper
Preparation of a piling paperPreparation of a piling paper
Preparation of a piling paper
 
Decision analysis applied to rock tunnel exploration 1978 baecher
Decision analysis applied to rock tunnel exploration 1978 baecherDecision analysis applied to rock tunnel exploration 1978 baecher
Decision analysis applied to rock tunnel exploration 1978 baecher
 
Chapter6
Chapter6Chapter6
Chapter6
 
2010 04 tunneling-to_the_future
2010 04 tunneling-to_the_future2010 04 tunneling-to_the_future
2010 04 tunneling-to_the_future
 
Structural design finite
Structural design finiteStructural design finite
Structural design finite
 
Cv15 nalisis method
Cv15 nalisis methodCv15 nalisis method
Cv15 nalisis method
 
Ecg533 rock-tunnel-engineering
Ecg533 rock-tunnel-engineeringEcg533 rock-tunnel-engineering
Ecg533 rock-tunnel-engineering
 
583 24650 emperical method
583 24650 emperical method583 24650 emperical method
583 24650 emperical method
 
3 tunnels tunnel sous la manche c
3 tunnels tunnel sous la manche c 3 tunnels tunnel sous la manche c
3 tunnels tunnel sous la manche c
 
Sni 03 2847-2002 (beton)
Sni 03 2847-2002 (beton)Sni 03 2847-2002 (beton)
Sni 03 2847-2002 (beton)
 
Pp no 29_th_2000
Pp no 29_th_2000Pp no 29_th_2000
Pp no 29_th_2000
 
Analysis of piles under earthquakes
Analysis of piles under earthquakesAnalysis of piles under earthquakes
Analysis of piles under earthquakes
 
Kaplan05analysis
Kaplan05analysisKaplan05analysis
Kaplan05analysis
 
302 settlement of piled foundations
302 settlement of piled foundations302 settlement of piled foundations
302 settlement of piled foundations
 
Contoh baja
Contoh bajaContoh baja
Contoh baja
 
Konstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-bautKonstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-baut
 
Sni baja
Sni bajaSni baja
Sni baja
 
Wide flange-shape-jisg3192
Wide flange-shape-jisg3192Wide flange-shape-jisg3192
Wide flange-shape-jisg3192
 
Gg downstream of_wfhb_tbeam
Gg downstream of_wfhb_tbeamGg downstream of_wfhb_tbeam
Gg downstream of_wfhb_tbeam
 
80747511 tabel-profil
80747511 tabel-profil80747511 tabel-profil
80747511 tabel-profil
 

Recently uploaded

aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 

Recently uploaded (20)

aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 

Bab ii1

  • 1. BAB II METODE DISTRIBUSI MOMEN 2.1 Pendahuluan Metode distribusi momen diperkenalkan pertama kali oleh Prof. Hardy Cross pada yahun 1930-an yang mana merupakan sumbangan penting yang pernah diberikan dalam analisis struktur balok menerus (continuous beam) dan portal (rigid frame). Dalam analisis permulaan (preliminary analyzes) dan perancangan suatu struktur sederhana atau bagian dari suatu struktur yang besar, metode ini merupakan metode yang sangat memuaskan untuk memudahkan dalam memberikan gambaran tentang repons struktur berupa gaya dan perubahan bentuk (deformation). 2.2 Konsep Dasar Jika suatu struktur balok menerus menerima beban kerja atau penurunan pada tumpuan, rotasi pada sumbu batang yang tidak diketahui (unknown member-axis rotation) tidak terjadi dalam respon perubahan bentuknya. Akan tetapi, titi buhul portal dapat atau mungkin tidak mempunyai kebebasan dari jumlah translasi yang tidak diketahui. Meskipun metode distribusi momen dapat digunakan untuk untuk menganalisis portal dengan translasi yang tidak diketahui, namun diperlukan proses bertahap untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu, berikut ini diberikan konsep dasar tentang dasar pemikiran bahwa suatu struktur tidak mempunyai rotasi sumbu batang yang tidak ketahui. Respon perubahan bentuk dari suatu balok menerus atau portal tanpa translasi titik buhul yang tidak diketahui dinyatakan dengan rotasi titik buhul yang belum diketahui yaitu θB, θC, dan θD seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1(a) dan (c). Secara fisika, hal ini dapat dimungkinkan bahwa momen pengunci (locking moment) dapat dikerjakan pada titik buhul B, C II-1
  • 2. II-2 dan D untuk membuat kemiringannya relatif datar seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1(b) dan (d). Pada kenyataannya, besar dan arah dari momen pengunci ini diketahui dari beban yang bekerja atau penurunan tumpuan. Jika momen pengunci pada salah satu titik buhul dilepas, maka titik buhul akan berotasi. Rotasi ini menyebabkan perubahan tidak hanya pada momen diujung batang dekat titik buhul yang dilepasm tetapi juga pada momen pengunci pada titik buhul bersebelahan dikedua ujung titik buhul yang dilepas tersebut. Jika masing-masing titik buhul dilepas secara berurutan dan dikunci kembali dan kemudian proses ini diulangi, suatu saat akan dicapai dimana setiap titik buhul mencapai suatu respon perubahan bentuk akhir yang tetap. Momen pengunci ini selanjutnya akan didistribusikan ke seluruh struktur pada masing-masing jumlah rotasi titik buhulnya, sehingga metode ini dinamakan sebagai distribusi momen. E A θB B θC C θD D (a) E A B C D (b) B A B’ θB E C θC D θD (c) B E A B’ C D (d) Gambar 2.1 Kondisi jepit dalam metode distribusi momen
  • 3. II-3 2.3 Angka Kekakuan dan Induksi (Stiffness and Carry-Over Factors) Untuk mengembangkan detail tentang prosedur metode distribusi momen, perlu diketahui beberapa hal yang akan dikemukakan berikut ini. Jika momen MA dikerjakan pada ujung sendi dari suatu balok yang memiliki momen inersia seragam, dimana menumpu pada sendi pada salah jungnya dan jepit di ujung lainnya seperti ditunjukkan pada Gambar 2.2(a), maka pada ujung sendi akan terjadi rotasi sebesar θA dan momen MB pada ujung jepitnya. MA A θA MB B EI = konstan L (a) M AL 3EI θB1 θA1 M AL 6 EI MA (b) θA2 MB θB2 MBL 6 EI M BL 3 EI (c) Gambar 2. 2 Penentuan angka kekakuan dan angka induksi ujung jepit Diagram momen lentur balok tersebut dapat diuraikan menjadi seperti ditunjukkan pada Gambar 2.2(b) dan (c). Berdasarkan teorema balok konjugasi, besarnya θB1 dan θB2 dapat ditentukan dan θB sama dengan nol. θB = θB1 – θB2 = diperoleh : M AL M B L − =0 6 EI 3 EI
  • 4. II-4 MB = 1 MA 2 (2.1) Selanjutnya dengan teorema balok konjugasi pula : θA = − θA1 + θA2 = − M AL M B L + =0 3 EI 6 EI Substitusi persamaan 2.1 ke dalam persamaan di atas akan diperoleh : ⎛ 4 EI ⎞ MA = ⎜ ⎟θ A ⎝ L ⎠ (2.2) Jika selanjutnya ujung jauh jepit pada balok Gambar 2.2(a) diganti dengan ujunng sendi seperti pada hambar 2.3, dimana MB = 0 maka : ⎛ 3 EI ⎞ MA = ⎜ ⎟θ A ⎝ L ⎠ MA A (2.3) θA θB EI = konstan B L Gambar 2. 3 Angka kekakuan ujung sendi Selanjutnya, nilai dalam kurung dalam persamaan 2.2 dan 2.3 adalah angka kekakuan (stiffness factor) masing-masing untuk ujung jepit dan ujung sendi. Angka kekakuan ini didefinisikan sebagai momen di dekat ujung jauh (far-end moment) untuk menyebabkan satu unit rotasi di dekat ujung jauh. Kemudian nilai + 1 dalam persaman 2.1 adalah angka induksi 2 (carry-over factor) yang mana didefinisikan sebagai perbandingan momen pada ujung jauh jepit terhadap momen pada ujunng dekat yang mengalami rotasi.
  • 5. II-5 2.4 Angka Distribusi (Distribution Factors) Angka distribusi dapat didefinsikan sebagai hasil bagi dari kekakuan suatu batang terhadap jumlah kekakuan batang-batang lainnya pada titik buhul yang bersangkutan. Jika terdapat beberapa batang suatu struktur pada titik buhul tertentu (gambar 2.4), akibat adanya rotaasi ujung-ujung batangnya akibat beban yang bekerja, momen pengunci (Mo) yang bekerja harus didistribusikan secara proporsional ke masing-masing batang sesuai dengan angka kekakuannya. D θA C Mo Α θA θA B Gambar 2. 4 Angka distribusi pada suatu struktur Persyaratan keseimbangan pada titik buhul A adalah : MAB + MAC + MAD – Mo = 0 Dimana momen-momen di titik A adalah : MAB = 4(EI ) AB θA L AB MAC = 4(EI ) AC θA L AC
  • 6. II-6 MAD = 4 (EI ) AD θA L AD Jika bahan struktur tersebut adalah sama, maka momen pengunci, Mo, dapat ditulis : ⎛I I I Mo = 4EθA ⎜ AB + AC + AD ⎜L ⎝ AB L AC L AD Jika diambil bahwa ⎞ ⎟ ⎟ ⎠ I = K, maka persamaan di atas dapat ditulis : L Mo = 4EθAΣK Atau : Mo = 4EθA ∑K Sehingga momen ujung masing-masing batang yang melalui titik buhul A adalah : MAB = K AB M o = (DF)AB Mo ∑K MAC = K ABC M o = (DF)AC Mo ∑K MAD = K AD M o = (DF)AD Mo ∑K Nilai K AB K AC K AD , , ∑K ∑K ∑K (2.4) selanjutnya disebut dengan angka distribusi (distribution factor/DF) masing-masing untuk batang AB, AC dan AD. Untuk memenuhi persyaratan keseimbangan pada titik buhul, jumlah angka distribusi pada suatu titik buhul adalah harus sama dengan satu. (DF)AB + (DF)AC + (DF)AD = 1 2.5 Momen Ujung Jepit (Fixed – End Moment) Jika suatu balok yang tumpuannya adalah jepit-jepit untuk melawan rotasi atau translasi menerima beban luar arah transversal, maka balok tersebut
  • 7. II-7 dinamakan dengan balok ujung jepit (fixed-end beam). Momen yang bekerja akibat beban luar ini disebut dengan momen ujung jepit (fixed-end moment). Beberapa nilai momen ujung jepit untuk balok prismatis diberikan pada Tabel 2.1. Tabel 2. 1 Beberapa momen ujungjepit (FEM) FEMAB Pembebanan Pab 2 L2 wa 3 ⎛ a⎞ ⎜5 − 3 ⎟ 60 L ⎝ L⎠ - B L wL2 12 w A ⎞ ⎟ ⎟ ⎠ wL2 30 B L w A a - B (L – a) w A Pa 2 b L2 B L A wL2 30 ⎛ a a2 ⎜6 − 8 + 3 ⎜ L L2 ⎝ b w wL2 12 wL2 12 P a A FEMBA B a (L – a) - wa 2 60 wL2 ⎛ a⎞ ⎜4 − 3 ⎟ 12 ⎝ L⎠ ⎛ a a2 ⎜ 16 − 10 + 3 ⎜ L L2 ⎝ w 5 wL2 96 M - b(2 a − b ) 2 L Pa (L − a ) L A B (L/2) (L/2) M A A a b B L a P P L – 2a - a B 5 wL2 96 - a (2b − a ) - M L2 Pa (L − a ) L ⎞ ⎟ ⎟ ⎠
  • 8. II-8 Tabel 2. 1 Beberapa momen ujungjepit (FEM) (Lanjutan) FEMAB ( Pb L2 − b 2 2 L2 Pembebanan ) A FEMBA P a b B L w wL2 8 A 9 wL2 128 A 7 wL2 128 A B L w L/2 L/2 w L/2 L/2 2.6 Aplikasi Analisis Struktur Statis Tak Tentu Dengan Metode Distribusi Momen 2.6.1 Struktur balok menerus Contoh 1. Tentukan diagram momen lentur dan gaya lintang dari struktur balok menerus seperti pada Gambar 2.5. 3 t/m A 24 t C (2EI) (3EI) B 20 m 10 m 10 m Gambar 2.5 Contoh aplikasi metode distribusi momen untuk struktur balok menerus Prosedur analisis struktur balok dengan metode distribusi momen meliputi menentukan momen ujung jepit (FEM), angka kekakuan dan angka distribusi. Momen Ujung Jepit
  • 9. II-9 FEMAB = + 1 (3 × 20 2 ) = 100 t.m (berlawanan arah jarum jam) 12 FEMBA = - 1 3 × 20 2 = 100 t.m (searah jarum jam) 12 FEMBC = + ( ) (24 × 10 ) (20 2 − 10 2 ) = 90 t.m (berlawanan arah jarum jam) 2 × 20 2 FEMCB = 0(sendi) Angka Kekakuan Untuk memudahkan dalam penghitungan angka kekakuan dapat dilakukan dengan cara membandingkan relative antara angka kekakuan satu batang dengan batang-batang lainnya, sehingga disebut juga angka kekakuan relative. Dalam hal ini cukup hanya menghitung angka kekakuan dari batang-batang yang bertemu pada satu titik buhul. SFBA : = SFBC = 4(3 EI ) 3(2 EI ) 12(EI ) 6 (EI ) : = : =2:1 20 20 20 20 Angka Distribusi DFBA = 2 = 0.67 (2 + 1) DFBC = 1 = 0.33 (2 + 1) Selanjutnya momen-momen pada tiap-tiap batang dihitung seperti disajikan dalam Tabel 2.2. Tabel 2.2 Proses penghitungan metode distribusi momen Titik Buhul Batang Angka Distribusi (DF) Tahapan 1 FEM Induksi Tahapan 2 Total Akhir A AB +100 +3.3 +103.3 B 1/2 BA 0.67 -100 +6.6 BC 0.33 +90 +3.4 -93.4 +93.4 C CB 0 0 Hasil penghitungan momen-momen ujung batang dan reaksi gaya akibat beban luar dapat digambarkan dalam diagram benda bebas (free body diagram) seperti ditunjukkan pada Gambar 2.6.
  • 10. II-10 3 t/m 24 t B A 30 B C 12 30 12 (a) 93.4 103.3 93.4 B A 0.495 B C 4.67 4.67 0.495 (b) Gambar 2. 6 Diagram benda bebas struktur balok menerus (a) akibat beban luar (b) akibat momen ujung Reaksi gaya pada tumpuan dan momen lentur dihitung dengan cara superposisi dari Gambar 2.6(a) dan (b). RA,V = 30 + 0.495 = 30.495 t.m RB,V = 30 – 0.495 +12 + 4.67 = 46.175 t.m RC,V = 12 – 4.67 = 7.33 t.m Kontrol resultante keseimbangan gaya arah vertikal : 30.495 + 46.175 + 7.33 – (30 x 20) – 24 = 0 30.495 OK! 16.67 (+) A (+) D C B (-) x (-) E 29.505 7.33 (a) 103.3 93.4 (-) (-) (+) (+) 51.69 (b) 73.3 Gambar 2. 7 (a) Diagram gaya lintang (b) Diagram momen lentur Momen lentur positif pada bentang AB ditentukan pada jarak x dari tumpuan A dimana gaya lintangnya adalag nol, sebagai berikut :
  • 11. II-11 SFx = RA,V – q.x = 0 x= R A ,V 30.495 = 10.165 m (dari tumpuan A) 3 = q Maka : Mx = RA,V.x – q.x 2 + MAB 2 = (30.495 x 10.165) - (3 × 10.165 ) - 103.3 = +51.691 T.m 2 2 Sedangkan momen lentur positif pada bentang BC (titik E : ditengah bentang) ditentukan sebagai berikut : ME = RB,V(kanan). 2.6.2 L + MAB = (16.67 x 10) – 93.4 = +73.3 T.m 2 Struktur balok menerus pada perletakan elastis Bila suatu struktur balok dengan konstruksi seperti pada Gambar 2.8 dimana pada perletakan diujung C dapat dianalogikan bahwa balok tersebut didukung oleh perletakan elastik seperti pada Gambar 2.9. P1 P2 C A B D, E LAB D LBC E LDE (a) P2 P1 C A B LBC LAB (b) Gambar 2. 8 Struktur balok menerus di atas perletakan elastik Dalam hal ini letak ujung C akan dipengaruhi oleh defleksi batang DE. Bila ujung C terletak di tengah batang DE, maka angka pegas (spring
  • 12. II-12 constant) ddiberikan dalam persamaan 2.5a. namun, ujung C dapat pula didukung oleh suatu batang dari atas (tie-rod), maka keadaan demikian ini mempunyai angka pegas seperti disajikan dalam persamaan 2.5b. t= t= 48(EI ) L3 (2.5a) ( AE ) (2.5b) L P1 P2 C A P1 (a) ∆C t B P2 RC C A B (b) ROC A B (c) C ∆'C R’C Gambar 2. 9 Analogi balok di atas perletakan elastik Bila defleksi ujung C belum diketahui, maka analisis balok pada Gambar 2.9(a) merupakan superposisi dari dua tahap seperti pada Gambar 2.9(b) dan (c) dan diberikan dalam persamaan 2.6. Pada tahap pertama reaksi pada perletakan di C ditentukan terhadap beban luar (Gambar 2.9(b)), selanjutnya beban luar ini tidak diperhitungkan dalam tahap kedua dimana reaksi pada tumpuan C ditentukan berdasarkan hanya akibat defleksi. RC =t.∆C ∆C = n1∆’C RC =ROC + n1R’C (2.6)
  • 13. II-13 Dan nilai n1 yang belum diketahui dapat dihitung sebagai berikut : t ∆C = ROC + n1R’C t n1∆’C = ROC + n1R’C (2.6a) n1(R’C - t.∆’C )+ ROC = 0 n1 = o RC t .∆' C − R' C (2.6b) Maka momen akhir total adalah : M = Mo + n1 M’ (2.7) Contoh 2. Tentukan momen dan reaksi pada tumpuan dari struktur balok menerus seperti pada Gambar 2.10. 30 kN 10 kN/m C t = 5 x103 kN/m A (EI) (EI) B 6m 3m 3m E = 20 x 106 kN/m2; I = 2 x 10-3 m4 Tahap I: diasumsikan bahwa tidak terjadi defleksi pada ujung C dan dalam penghitungan momen ujung jepit hanya akibat beban luar. ( ) FEMBA = − 1 10 × 6 2 = -45 kN.m 8 FEMBC = + 1 (30 × 6 ) + 1 ⎡ 1 (30 × 6 )⎤ = +33.75 kN.m ⎥ 2 ⎢8 8 ⎣ ⎦ Angka kekakuan : SFBA : SFBC = 3(EI ) 3(EI ) : =1:1 6 6 Angka distribusi : DFBA = 1 = 0.5 1+1 DFBC = 1 = 0.5 1+1
  • 14. II-14 Tabel 2.3 Proses penghitungan metode distribusi momen Tahp I Titik Buhul Batang Angka Distribusi (DF) Tahapan 1 FEM A AB - B BA 0.5 -45 +5.625 -39.375 0 - Mo Jumlah 0 39.375 10 kN/m A 39.375 0 0 30 kN B B 36.5625 23.4375 C CB - BC 0.5 +33.75 +5.625 +39.375 C 21.5625 RoC = 8.4375 Gambar 2. 10 Diagram benda bebas Tahap-I RoC = 30 39.375 = +8.4375 kN − 2 6 Tahap II: diasumsikan bahwa defleksi pada ujung C, ∆’C = 1 cm (= 0.01 m) dan dalam penghitungan momen ujung jepit beban luar tidak dihitung lagi. FEMBC = + 3(EI )∆' C 2 L =+ ( )( ) 3 20 × 10 6 2 × 10 −3 (0.01) = +33.33 kN.m 62 Tabel 2.4 Proses penghitungan metode distribusi momen Tahap II Titik Buhul Batang Angka Distribusi (DF) Tahapan 1 FEM A AB - B BA 0.5 0 Jumlah M’ 0 16.667 A B 2.778 2.778 -16.667 -16.667 BC 0.5 +33.333 -16.667 +16.667 16.667 = -2.778 kN 6 0 0 16.667 B C 2.778 Gambar 2. 11 Diagram benda bebas Tahap II R’C = − C CB - R’C = 2.778
  • 15. II-15 Menggunakan persamaan 2.6(a) diperoleh : n1 = + 8.4375 = 0.16 (5000 × 0.01) − (− 2.778 ) Momen akhir total dihitung menggunakan persamaan 2.7 : MBA = MoBA + n1 M’BA = -39.375 + (0.16)(-16.667) = -42.0395 kN MBC = MoBC + n1 M’BC = +39.375 + (0.16)(16.667) = +42.0395 kN 42.04 10 kN/m A 42.04 B B 37.007 22.993 30 kN C 7.993 22.007 Gambar 2. 12 Diagram benda bebas Contoh-2 2.6.3 Struktur dengan penurunan pada perletakan Metode distribusi momen dapat juga digunakan untuk menganalisis struktur balok atau portal yang mengalami penurunan pada perletakannya (support settlemennt). Akibat dari penurunan atau perpindahan posisi pada perletakan ditunjukkan pada Gambar 2.13. P1 Pn B A C ∆v (EI) (EI) B’ hAD (EI) hBE (EI) D E ∆v E’ ∆h LAB LBC Gambar 2. 13 Kontruksi portal akibat penurunan pada perletakan
  • 16. II-16 Akibat perpindahan posisi perletakan E, baik vertikal dan horisontal, terjadi momen ujung yang dapat digambarkan seperti pada Gambar 2.14. Ujung B mengalami penurunan sebesar D, untuk kedua ujung adalah terkekang (jepit) momen ujung yang ditentukan seperti pada persamaan 2.8a, dimana momen ujung B (MB) adalah sama besar dan arahnya dengan MA. Sementara bila salah satu ujungnya adalah sendi (Gambar 2.14b), momen ujung diberikan pada persamaan 2.8b. V A MA(+) (EI) B ∆ V MB(+) L (a) B (EI) C ∆ MB(-) L (b) Gambar 2. 14 Konsep balok akibat penurunan pada perletakan MA = MB = + MB = − 6 (EI )∆ L2 3(EI )∆ L2 (2.8a) (2.8b) Contoh 3. Gambarkan diagram gaya lintang, momen lentur dan gaya normal dari konstruksi portal seperti pada Gambar 2.15. Perletakan E mengalami perpindahan posisi vertikal (∆v)10 cm dan perletakan D bergeser (∆h) 2.5 cm ke kiri. Nilai modulus elastisitas (E) bahan 2 x 108 kN/m2, dan momen inersia penampang (I) 6 x 10-5 m4. Angka kekakuan : SFAD = 4(2 EI ) 8 EI = 6 6
  • 17. II-17 q = 10 kN/m A C (2EI) B (2EI) ∆v B’ 6m (2EI) (EI) D E D’ ∆v E’ ∆h 12 m 12 m Gambar 2. 15 Kontruksi portal akibat penurunan pada perletakan untuk Contoh 3 SFAB = SFBA = 4(2 EI ) 4 EI = 12 6 SFBC = 3(2 EI ) EI = 12 6 SFBE = 4(EI ) EI = 6 6 SFAD : SFAB : SFBA : SFBC : SFBE = 8 : 4 : 4 : 1 : 4 Angka distribusi : DFAD = 8 = 0.7; 8+4 DFBA = 4 = 0.44; 4 +1+ 4 DFBE = 4 = 0.44 4 +1+ 4 DFAB = 4 = 0.3 8+4 DFBC = 1 = 0.12 4 +1+ 4 Momen ujung jepit : FEMDA = FEMAD = + 6 (2 EI )∆h h2 = ( ) 6 2 × 2 × 10 8 × 6 × 10 −5 0.025 62
  • 18. II-18 = + 100 kN.m qL2 6 (2 EI )∆v + FEMAB = + 12 L2 =+ (100 × 12 ) + 6 (2 × 2 × 10 2 12 ) × 6 × 10 −5 0.10 12 2 8 = + 220 kN.m qL2 6 (2 EI )∆v + FEMBA = − 12 L2 =− (100 × 12 ) + 6 (2 × 2 × 10 2 12 ) × 6 × 10 −5 0.10 12 2 8 = -20 kN.m FEMBC = + =+ qL2 3(2 EI )∆v − 8 L2 (100 × 12 ) − 3(2 × 2 × 10 2 8 ) × 6 × 10 −5 0.10 12 2 8 = +130 kN.m Tabel 2.5 Distribusi momen Contoh 3 Titik Buhul Batang DF FEM D +100 -112 AD 0.7 +100 -224 +4.8 +9.6 +0.16 Jumlah DA A +0.31 -7.04 -114.1 B AB 0.3 +220 -96 -13.7 +4.1 -0.45 +0.14 +114.1 BA 0.44 -20 -48 -27.3 +2.05 -0.9 +0.07 -0.03 -94.1 E C CB 0 BC 0.12 +130 BE 0.44 0 EB 0 -7.4 -27.3 -13.7 -0.25 -0.9 -0.45 -0.01 -0.03 -0.015 +122.3 -28.2 -14.2 0 Diagram benda bebas momen-momen ujung dan gaya-gaya pada masing-masing ujung batang diberikan pada Gambar 2.16.
  • 19. II-19 94.1 114.1 20.2 61.7 20.2 122.3 20.2 7.1 128.5 58.3 61.7 70.2 7.1 114.1 49.8 28.2 20.2 7.04 7.1 7.1 14.2 128.5 61.7 (a) 70.2 61.7 (+) A (+) B x2 = 4.98 m C (-) (-) x1 = 6.17 m 49.8 58.3 (-) (-) D E 20.2 7.1 (b) 122.3 114.1 114.1 A 94.1 (-) (-) C B (+) (-) 28.2 (+) (-) 76.24 124..1 (+) D (+) 7.04 14.2 (c) E
  • 20. II-20 B A C (-) (-) 7.1 20.2 (-) (-) D E 61.7 128.5 (d) Gambar 2. 16 (a) Diagram benda bebas (b) Diagram gaya lintang (c) Diagram momen lentur (d) Diagram gaya normal Contoh 3 2.6.4 Struktur Dengan Beban Simetris Suatu struktur yang mempunyai geometri dan beban simetris seperti ditunjukkan pada Gambar 2.17, dalam analisis strukturnya dapat ditentukan hanya dengan meninjau setengah bentangnya. Sehingga dimungkinkan terdapat modifikasi nilai angka kekakuannya. P1 q A (EI) P1 q (EI) B L1 C (EI) D L1 L2 (a) P1 q A (EI) L1 B (EI) q P1 (EI) C L2 L2 D (EI) E L1 (b) Gambar 2.17 Contoh aplikasi metode distribusi momen untuk struktur balok menerus Pada Gambar 2.17(a) dan (b), struktur dapat ditinjau setengah bentang. Sehingga nilai angka kekakuan batang BC pada Gambar 2.17(a) adalah
  • 21. II-21 2(EI )BC . Sedangkan untuk Gambar 2.18(b), titik C dapat dimisalkan L2 sebgai jepit dengan angka kekakuan normal ( 4 (EI )BC ). L2 Contoh 4. Distribusikan momen-momen ujung dari konstruksi portal seperti pada Gambar 2.19. 40 kN 24 kN/m (3EI) A (2EI) B 8m 4m 24 kN/m C 4m (3EI) D 8m Gambar 2.18 Contoh 4 Analisis struktur di atas dapat hanya meninjau setengah bentang saja. Angka kekakuan : SFBA = 3(3 EI ) 9 EI = 8 8 SFBC = 2(2 EI ) 4 EI = (setengah bentang BC) 8 8 SFBA : SFBC = 9 EI 4 EI : =9:4 8 8 Angka distribusi: DFBA = 9 = 0.69; 9+4 DFBC = 4 = 0.31 9+4 Momen ujung jepit : FEMBA = - (24 )(8 )2 = - 192 kN.m FEMBC = + (40 )(4 )(4 )2 =+40 kN.m 8 82 Pelu diperhatikan bahwa, dalam penghitungan momen ujung, bentang yang diperhitungkan adalah tetap bentang penuh (bukan setengah bentang BC).
  • 22. II-22 Tabel 2.6 Distribusi momen Contoh 4 Titik Buhul Batang DF FEM A AB 0 BC 0.31 +40 +47.1 -87.1 0 Jumlah 2.6.5 B BA 0.69 -192 +104.9 +87.1 Struktur Portal Tanpa Translasi Titik Buhul Aplikasi metode momen distribusi untuk analisis struktur portal tanpa mengalami translasi titik buhul (tidak dapat bergoyang), pada dasarnya adalah sama dengan seperti yang diuraikan pada struktur balok menerus. Namun, pada struktur portal jumlah batang yang bertemu pada satu buhul sering lebih dari dua batang. Pada beberapa kasus, terdapat ketidakseimbangan momen pada titik buhul akibat momen-momen ujung batang yang melalui titik buhul tersebut. Resultante momen yang tidak seimbang ini kemudian didistribusikan ke beberapa ujung batang sesuai dengan angka distribusinya masing-masing. a P P A B (2EI) (EI) (EI) E D q (a) A C (2EI) (2EI) B (EI) (EI) D E (b) Gambar 2. 19 Kontruksi portal yang tidak menyebabkan goyangan (tanpa translasi titik buhul)
  • 23. II-23 Konstruksi portal yang tidak dapat bergoyang ini dapat dikarenakan bila portal adalah simetris secara geometris dan beban yang bekerja juga simetris, atau portal terhubungkan dengan konstruksi lainnya yang tidak dapat menyebabkan bergoyang seperti ditunjukkan pada Gambar 2.19. Contoh 5. Distribusikan momen-momen ujung dari konstruksi portal seperti pada Gambar 2.20, dan gambarkan diagram gaya lintang dan momen lenturnya. 36 kN 64.8 kN/m A (2EI) B C (EI) 5m D 1.5 m 5m Gambar 2. 20 Contoh 5 Angka kekakuan : SFBC = 4(2 EI ) 8 EI = 5 5 SFBD = 4(EI ) 4 EI = 5 5 SFBC : SFBD = 8 EI 4 EI : =8:4 5 5 Angka distribusi: DFBA = 8 = 0.67; 8+4 DFBC = 4 = 0.33 8+4 Momen ujung jepit : FEMBA = - (36 × 1.5 ) = -54 kN.m (overhang)
  • 24. II-24 FEMBC =- FEMCB = (64.8 )(5 )2 =+135 kN.m 12 Tabel 2.7 Distribusi momen Contoh 5 Titik Buhul Batang DF FEM B BC 0.67 +135 -54 C CB -135 Induksi Jumlah -54 36 kN +81 162 181.8 B 36 -13.5 64.8 kN/m 81 54 A -27 -13.5 -162 BD 0.33 0 -27 D DB 0 -27 BA -54 8.1 27 B C B 8.1 145.8 178.2 8.1 (a) 8.1 D 13.5 181.8 145.8 162 81 54 B (+) x C A (-) 2.25 m (-) (-) (-) A 27 x (-) B (+) C 36 83.025 (-) 178.2 D 8.1 D (b) x= 145.8 = 2.25 m 64.8 13.5 (c)
  • 25. II-25 B C A (-) 8.1 Momen lentur pada jarak x: Mx = -81 + 145.8 (2.25) 1 - (64.8 )(2.25 )2 = 83.025 kN.m 2 (-) D 181.8 (d) Gambar 2. 21 (a) Diagram benda bebas (b) Diagram gaya lintang dan (c) Diagram momen lentur (d) Diagram gaya normal Contoh 5 Contoh 6. Distribusikan momen-momen ujung dari konstruksi portal seperti pada Gambar 2.22, dan gambarkan diagram gaya lintang dan momen lenturnya. q = 45 kN/m A C (4EI) B (EI) (EI) D (4EI) E (EI) 6m F 8m 8m (a) q = 45 kN/m B A (4EI) (EI) (b) D Gambar 2. 22 Contoh 6 Konstruksi adalah simetris secara geoemtris dan pembebanan, sehingga dapat dianalisis hanya dengan meninjau setengah bentang seperti ditunjukkan pada Gambar 2.22(b). Dalam hal ini pada titik buhul B harus
  • 26. II-26 dalam keseimbangan, dimana tidak terjadi lentur pada batang BE. Dalam analisisnya, keseimbangan momen pada titik buhul A dan C adalah sama tetapi berbeda arah momen yang bekerja. Angka kekakuan : SFAD = 4(EI ) 2 EI = 6 3 SFAB = 4(4 EI ) 16 EI = 2EI = 8 8 SFAD : SFAB = 2 EI : 2 EI = 2 : 6 3 Angka distribusi: DFAD = 2 = 0.25; 2+6 DFAB = 6 = 0.75 2+8 Momen ujung jepit : FEMAB = - FEMBA =+ 1 (45 )(8 )2 = +256 kN.m 12 Tabel 2.8 Distribusi momen Contoh 6 Titik Buhul Batang DF FEM D DA 0 Induksi -32 Jumlah Batang -32 FC q = 45 kN/m 64 156 16 64 16 32 156 228 B BA -256 -96 -64 CF B +64 CB -352 BC q = 45 kN/m 64 16 C 228 16 D AB 0.75 +256 -192 352 352 456 16 16 B B A A A AD 0.25 0 -64 156 156 C 64 16 16 E F 456 156 (a) 156 32
  • 27. II-27 228 156 (+) A C B (-) 3.25 m (-) (-) (-) 228 16 D 3.25 m (+) x E 16 156 F (b) 352 64 64 64 (-) (-) (-) (-) A (-) B (+) C (+) 64 (-) 189.5 189.5 228 D (+) 32 E 32 (+) F (c) B A 16 (-) (-) D C 16 (-) (-) (-) E 156 456 156 F (d) Gambar 2. 23 (a) Diagram benda bebas (b) Diagram gaya lintang dan (c) Diagram momen lentur (d) Diagram gaya normal Contoh 6 Momen lentur pada jarak x: Mx = -64 + 156 (3.25) 2.6.6 1 (45 )(3.25 )2 = +189.5 kN.m 2 Struktur Portal Dengan Translasi Titik Buhul Aplikasi dari metode distribusi momen untuk analisis portal statis tak tentu dimana terdapat titik buhul yang mengalami translasi yang belum
  • 28. II-28 diketahui (unknown translation), atau goyangan belum diketahui (unknown sideways) akan diuraikan pertama dengan cara yang sederhana dimana derajat kebebasan (degree of freedom) goyangan tersebut adalah sama dengan 1. Terdapat tiga langkah utama dalam analisis portal seperti ditunjukkan pada Gambar 2.24. Ketiga langkah tersebut adalah sebagai berikut : W2 C B W1 M HA A D HD (a) Ro C B ∆' ∆' W2 R’ C B C’ W1 Mo A M’ HA1 A D (b) HA2 HD1 D HD2 (c) Gambar 2. 24 Portal dengan goyangan satu derajat kebebasan 1. Goyangan ke samping dari batang BC dicegah dengan memberikan tumpuan “buatan” (artificial support) pada C seperti ditunjukkan pada Gambar 2.24(b). Pada tahap ini momen-momen pada ujung batang (Mo) dihitung akibat beban luar yang bekerja pada portal tersebut, sehingga reaksi pada tumpuan C yaitu Ro dapat diketahui besar dan arahnya.
  • 29. II-29 2. Titik buhul B dan C dikunci untuk melawan rotasi, tetapi tumpuan C diperbolehkan mengalami perpindahan posisi sebesar ∆’, sehingga menyebabkan terjadinya momen ujung pada kolom AB dan CB seperti ditunjukkan pada Gambar 2.24(c). Selanjutnya momen-momen pada ujung batang (M’) dapat ditentukan dengan metode distribusi momen, sehingga besar dan arah dari reaksi pada tumpuan C (R’) dapat ditentukan pula. Perlu diingat bahwa pada tahap kedua ini, beban luar tidak diperhitungkan lagi dalam penghitungan momen ujung (M’). Karena besarnya ∆’ belum diketahui, maka ∆’ dapat diasumsikan sebarang nilai sehingga besarnya momen ujung (FEM) serasi dengan nilai-nilai momen sebelumnya. 3. Momen-momen ujung tiap batang yang sesungguhnya (M) pada Gambar 2.24(a) merupakan resulatante dari momen akibat beban diluar dan n kali momen akibat perpindahan posisi seperti diberikan pada persamaan 2.9. M = Mo + n M’ (2.9) Dimana n ditentukan dari : Ro = n R’ n= Ro R' (2.9a) Pada permasalah sederhana seperti Gambar 2.24 di atas, arah goyangan dapat diketahui atau diperkirakan degan tepat. Namun demikian, arah goyangan dapat pula diperkirakan (assumed) terlebih dahulu dan selanjutnya hasil penghitungan akan menunjukkan apakah arah goyangan yang diperkirakan adalah tepat atau tidak. Jika derajat kebebasan pada goyangan adalah lebih dari satu, maka distribusi momen dilakukan untuk masing-masing goyangan ∆’1, ∆’2, ∆’3, dan seterusnya. Momen akhir yang sesungguhnya selanjutnya dapat ditentukan dengan cara menentukan nilai n1, n2, n3, dan seterusnya dengan penyelesaian persamaan simultan. Pada Gambar 2.25 diberikan suatu contoh portal bertingkat yang terdiri atas kolom dan dua batang horisontal.
  • 30. II-30 Dengan langkah-langkah yang serupa seperti diuraikan di atas, dapat diuraikan kembali langkah-langkah untuk analisis portal pada Gambar 2.25 adalah sebagai berikut : P1 P1 B A P2 P2 C D F E (a) F (b) ∆1’ ∆1’ R1’ B A R2’ D ∆2’ C R2’’ D F E R1’’ B A ∆2’ C R2o D C E R1o B A (c) F E (d) Gambar 2. 25 Portal dengan goyangan dua derajat kebebasan 1. Agar titik buhul B dan D tidak dapat mengalami perpindahan posisi, maka pada B dan D diberi tumpuan “buatan” seperti ditunjukkan pada Gambar 2.25(b). Selanjutnya momen-momen pada ujung batang (Mo) dihitung akibat beban luar yang bekerja pada portal tersebut, sehingga reaksi pada tumpuan B dan D yaitu R1o dan R2o dapat diketahui besar dan arahnya.
  • 31. II-31 2. Titik buhul A, C dan D dikunci untuk melawan rotasi, tetapi tumpuan B diperkirakan mengalami perpindahan posisi sebesar ∆1’, sehingga menyebabkan terjadinya momen ujung pada kolom AC dan BD seperti ditunjukkan pada Gambar 2.24(c) yang besarnya cukup diberi nilai banding yang serasi dengan momen ujung sebelumnya. Selanjutnya momen-momen pada ujung batang (M’) dapat ditentukan dengan metode distribusi momen, sehingga besar dan arah dari reaksi pada tumpuan B dan D yaitu R1’ dan R2’ dapat ditentukan pula. 3. Seperti pada langkah 2 di atas, tetapi tumpuan B dikunci dan C diperkirakan mengalami perpindahan posisi sebesar ∆2’, sehingga menyebabkan terjadinya momen ujung pada kolom AC dan BD seperti ditunjukkan pada Gambar 2.24(d) yang besarnya cukup diberi nilai banding yang serasi dengan momen ujung sebelumnya. Selanjutnya momen-momen pada ujung batang (M’’) dapat ditentukan dengan metode distribusi momen, sehingga besar dan arah dari reaksi pada tumpuan B dan D yaitu R1’’ dan R2’’ dapat ditentukan pula. 4. Dari langkah 1, 2 dan 3 di atas didapat persamaan simultan (persamaan 2.10a dan b) untuk menentukan nilai n1 dan n2 yang selanjutnya digunakan untuk menentukkan momen akhir sesungguhnya (persamaan 2.10c). R1o + n1R1’ + n2R1” = 0 (2.10a) R2o + n1R2’ + n2R2” = 0 (2.10b) M = Mo + n1M’ + n2M” = 0 (2.10c) Contoh 7. Distribusikan momen-momen ujung dari konstruksi portal seperti pada Gambar 2.26, dan gambarkan diagram gaya lintang, gaya normal dan momen lenturnya. Akibat beban horizontal 60 kN portal mengalami goyangan kekanan, dan titik buhul C mengalami perpindahan ∆’ (Gambar 2.25b).
  • 32. II-32 30 kN/m ∆’ 60 kN ∆’ Ro C B B (3EI) C 4m A (EI) (3EI) 8m A D D 8m (a) (b) Gambar 2. 26 Contoh 7 Angka kekakuan : SFBA = 4(EI ) = EI 4 SFBC = SFCB = SFCD = 4(3 EI ) 12 EI 3 EI = = 8 8 2 4(3 EI ) 12 EI 3 EI = = 8 8 2 SFBA : SFBC : SFCB : SFCD = EI : 3 EI 3 EI 3 EI : : = 2 : 3 :3 : 3 2 2 2 Angka distribusi: DFBA = 2 = 0.40; 2+3 DFBC = 3 = 0.60 2+3 DFCB = 3 = 0.50; 3+3 DFCD = 3 = 0.50 3+3 Tahap I : Menentukan Mo akibat beban luar yang bekerja Momen ujung jepit : FEMBC = - FEMCB =+ 1 (30 )(8 )2 = +160 kN.m 12 Selanjutnya distribusi momen akibat beban yang bekerja pada portal diberikan pada Table 2.9 dan diagram benda bebas diberikan pada Gambar 2.27.
  • 33. II-33 Tabel 2.9 Distribusi momen akibat beban luar yang bekerja Contoh 7 Titik Buhul Batang DF FEM A AB 0 BA 0.50 0 B -40 -80 C -3.0 -.0.2 -0.45 -0.017 -0.034 -43.22 Jumlah Mo -6.0 BC 0.60 +160 +40 -120 +15 -9.0 +1.125 -0.675 +0.084 -0.050 -86.48 +86.48 86.48 30 kN/m 32.43 43.22 +15 +2.25 +1.1 +0.17 0.084 +112.42 +56.18 112.42 123.24 C 116.76 86.48 D DC 0 +40 +30 -112.42 116.76 60 kN B 32.43 B CD 0.50 0 +80 CB 0.50 -160 +80 -60 +30 -4.5 +2.25 -0.34 +0.17 123.24 Ro = 71.36 21.08 112.42 C 21.08 32.43 A 116.76 21.08 D 56.18 123.24 Gambar 2. 27 Diagram benda bebas akibat beban yang bekerja untuk menentukan Ro Reaksi pada tumpuan “buatan” C (Ro) ditentukan dari : ΣFH = 0 Ro = (60 + 32.43) – (21.08 ) = 71.36 kN (ke kiri) Tahap II : Menentukan M’ akibat mengalami perpindahan ∆’ Momen ujung jepit : FEMAB = FEMBA =+ 6 (EI )∆' 3 EI∆' = 8 42
  • 34. II-34 FEMDC = FEMCD =+ 6 (3 EI )∆' 9 EI∆' = 32 82 Momen yang serasi diambil berdasarkan perbandingan : 3 EI∆' 9 EI∆' : =12 : 9 8 32 FEMAB : FEMDC = Dan ∆’ diasumsikan sebesar 1 satuan, maka momen-momen serasinya adalah : FEMAB = FEMBA = +12 kN.m FEMDC = FEMCD = +9 kN.m Tabel 2.10 Distribusi momen akibat beban luar yang bekerja Contoh 7 Titik Buhul Batang DF FEM A AB +12 BA 0.50 +12 -1.95 -3.9 -0.15 -0.29 -0.011 +9.89 Jumlah M’ B C +7.79 -7.79 +0.73 +0.11 +0.055 +6.08 +7.54 6.08 1.73 1.73 B C 4.42 1.73 B 4.42 4.42 D DC +9 -2.25 +1.46 -6.08 7.79 7.79 CD 0.50 +9 -4.5 CB 0.50 0 -4.5 -2.93 +1.46 -0.22 +0.11 -0.022 BC 0.60 0 -2.25 -5.85 +0.73 -0.44 +0.055 -0.033 R’ = 6.12 1.70 C 1.73 6.08 1.70 A 9.89 1.73 1.70 7.54 D 1.73 Gambar 2. 28 Diagram benda bebas akibat beban yang bekerja untuk menentukan R’
  • 35. II-35 4.4 60 kN 96.5 30 kN/m 183.3 143.5 B C 40.9 19.1 4.4 96.5 B C 143.5 40.9 183.3 19.1 19.1 72.1 A 96.5 40.9 D (a) 143.5 183.3 96.5 19.1 B (+) (+) 144. x 40.9 C B 4.4 (-) 3.22 m (-) 4.4 183.3 C (+) (-) (-) 19.1 A (+) 143.5 72.1 A 143.5 (+) D (b) 96.5 B D 40.9 (c) 143.5 C (-) 40.9 40.9 (-) A 144.1 96.5 (-) 143.5 D (d) Gambar 2. 29 (a) Diagram benda bebas (b) Diagram gaya lintang (c) Diagram momen lentur dan (d) Diagram gaya normal Contoh 7
  • 36. II-36 Reaksi pada tumpuan “buatan” C (R’) ditentukan dari : ΣFH = 0 R’ = (4.42) + (1.70) = 6.12 kN (ke kanan) Selanjutnya : -Ro + n R’ = 0 n= R o 71.36 = = 11.66 R' 6.12 Selanjutnya momen akhir sesungguhnya : M = Mo + n M’ Tabel 2.11 Momen akhir sesungguhnya Contoh 7 Titik Buhul Batang Mo M’ n M’ M A AB -43.2 +9.9 +115.3 +71.1 B BA -86.5 +7.8 +90.8 +4.4 C BC +86.5 -7.8 -90.8 -4.4 CB -112.45 -6.1 -70. 9 -183.3 CD +112.45 +6.1 +70. 9 +183.3 D DC +56.2 +7.5 +87.9 +144.1 Contoh 8. Distribusikan momen-momen ujung dari konstruksi portal seperti pada Gambar 2.30, dan gambarkan diagram gaya lintang, gaya normal dan momen lenturnya. Akibat beban yang tidak simetris portal mengalami goyangan kekiri, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.30(c) dan (d). Angka kekakuan : SFAC : SFAB = 4(EI ) 4(2 EI ) : =1:1 4 8 SFBA : SFBD = 4(EI ) 4(2 EI ) : =1:1 4 8 SFCE : SFCA : SFCD = 3(EI ) 4(EI ) 4(3 EI ) =3:4:6 : : 4 4 8 SFDF : SFDB : SFDC = 3(EI ) 4(EI ) 4(3 EI ) : : =3:4:6 4 4 8 Angka distribusi: DFAC = 1 = 0.50; 1+1 DFAB = 1 = 0.50 1+1 DFBA = 1 = 0.50; 1+1 DFBD = 1 = 0.50 1+1
  • 37. II-37 90 kN 90 kN B A B RBo D A RDo (2EI) (EI) 4m (EI) 120 kN 120 kN C D C F E (3EI) 4m (EI) (EI) E 2m F 6m (a) (b) ∆1’ ∆1’ RB’ B A B A ∆2’ RB’ C ∆2’ C F F E (c) (d) Gambar 2. 30 Contoh 8 DFCE = 3 = 0.23; 3+4+6 DFCA = 4 = 0.31 3+4+6 DFCD = 6 = 0.46; 3+4+6 DFDDF 3 = 0.23 3+4+6 DFDB = 4 = 0.31; 3+4+6 DFDC = 6 = 0.46 3+4+6 Tahap I : Menentukan Mo akibat beban luar yang bekerja Momen ujung jepit : RD’’ D D E RB’’
  • 38. II-38 FEMAB = + FEMBA =- (90 × 2 × 6 )(6 ) = + 101.25 kN.m 82 (90 × 2 × 6 )(2 ) = -33.75 kN.m 82 FEMCD = + FEMDC =- (120 × 2 × 6 )(6 ) = + 135 kN.m 82 (120 × 2 × 6 )(2 ) = -45 kN.m 82 Selanjutnya distribusi momen akibat beban yang bekerja pada portal diberikan pada Table 2.12. Tabel 2.12 Distribusi momen akibat beban luar yang bekerja Contoh 8 Joint Batang DF FEM CE 0.23 0 -31.15 1.30 0.82 -0.016 Mo -29.05 C CD 0.46 135.00 -62.31 14.47 2.61 0.05 1.63 -0.17 -0.032 91.24 CA 0.31 0 -41.54 -20.12 1.74 -3.58 1.09 0.24 -0.022 -62.19 A AC 0.50 0 -20.77 -40.24 0.87 -7.17 0.54 0.49 -0.01 0.04 -66.25 AB 0.50 101.25 B BA 0.50 -33.75 -40.24 13.47 -20.12 26.94 -7.17 -1.51 0.49 -0.07 0.04 66.25 BD 0.50 0 DB 0.31 0 26.94 9.64 13.47 19.29 -3.03 0.03 -1.51 0.06 -0.14 -0.11 -0.07 -0.23 0.02 0.05 0.05 -33.38 33.38 0.024 0.002 31.03 -3.58 -3.03 0.24 -0.14 D DC 0.46 -45.00 -31.15 DF 0.23 0 28.93 1.30 14.47 0.10 0.82 0.05 -0.34 -0.016 -0.17 0.003 -45.37 0.002 14.34 Diagram benda bebas dari distribusi momen akibat beban yang bekerja diberikan pada Gambar 2.31. Besar dan arah reaksi pada tumpuan buatan di B dan D dapat diketahui sebagai berikut : RBo = (32.11) – (16.10 ) = 16.01 kN (ke kiri) RDo = (32.11 + 3.60) – (16.10 + 7.26 ) = 12.34 kN (ke kanan) Tahap II : Menentukan M’ akibat terjadinya goyangan ke kiri pada titik buhul B.
  • 39. II-39 66.25 32.11 33.38 90 kN A B 16.10 A B 66.25 32.11 33.38 32.11 62.19 C 32.11 7.26 C 7.26 RBo = 16.01 kN 16.10 91.24 120 kN 45.37 C D 29.05 16.10 31.03 D 16.10 3.60 RDo = 12.31 kN 14.39 7.26 D 3.60 3.60 E F Gambar 2. 31 Penentuan besar dan arah reaksi horizontal pada tumpuan buatan B dan D akibat beban yang bekerja Tabel 2.13 Distribusi momen akibat goyangan pada titik buhul B Joint Batang DF FEM CE 0.23 0 13,85 -4,76 0,20 -0,040 M’ 9,23 C CD 0.46 0 27,69 7,92 -9,51 1,28 0,41 0,01 -0,079 0,01 27,69 CA 0.31 -60 18,46 12,69 -6,34 -2,16 0,27 0,16 -0,053 0,07 -36,92 A AC 0.50 -60 9,23 25,38 -3,17 -4,33 0,14 0,32 -0,03 0,14 -32,31 AB 0.50 0 25,38 11,83 -4,33 -0,78 0,32 -0,25 B BA 0.50 0 12,69 23,65 -2,16 -1,56 0,16 -0,51 0,14 -0,02 0,07 -0,039 32,31 32,31 BD 0.50 -60 DB 0.31 -60 23,65 5,28 11,83 10,56 -1,56 0,85 -0,78 1,70 -0,51 0,01 -0,25 0,01 -0,039 0,01 -32,31 -0,019 0,018 -36,92 D DC 0.46 0 13,85 15,84 -4,76 7,92 2,56 0,20 1,278 0,02 -0,040 0,01 0,027 27,69 0,014 9,23 Akibat goyangan ke kiri seperti ditunjukkan oleh Gambar 2.30(c), momen yang serasi diambil berdasarkan perbandingan : DF 0.23 0
  • 40. II-40 FEMAC = FEMCA = - 6 EI∆' 42 FEMBD = FEMDB = - 6 EI∆' 42 Dan momen-momen serasinya adalah : FEMAB = FEMBA = -60 kN.m FEMDC = FEMCD = -60 kN.m Selanjutnya distribusi momen akibat beban yang bekerja pada portal diberikan pada Table 2.13 di atas. 32.31 17.31 32.31 A B A 17.31 17.31 17.31 36.92 C 17.31 2.31 9.23 B 32.31 27.69 C C 2.31 RB’ = 34.6233 17.31 36.92 27.69 D 9.23 32.31 17.31 D 17.31 2.31 RD’ = 39.23 kN D 2.31 2.31 2.31 E F Gambar 2. 32 Penentuan besar dan arah reaksi horizontal pada tumpuan buatan B dan D akibat goyangan ke kiri pada titik buhul B Besar dan arah reaksi pada tumpuan buatan di B dan D dapat diketahui sebagai berikut : RB’ = (17.31 + 17.31) = 34.62 kN (ke kiri) RD’ = (17.31 + 17.31) + (2.31 + 2.31) = 39.23 kN (ke kanan)
  • 41. II-41 Tahap III : Menentukan M” akibat terjadinya goyangan ke kiri pada titik buhul B. Akibat goyangan ke kiri seperti ditunjukkan oleh Gambar 2.30(d), momen yang serasi diambil berdasarkan perbandingan : FEMAC = FEMCA = + 6 EI∆' 42 FEMBD = FEMDB = + 6 EI∆' 42 FEMCE = FEMDF = - 3 EI∆' 42 Dan momen-momen serasinya adalah : FEMAB = FEMBA = +60 kN.m FEMDC = FEMCD = +60 kN.m FEMCE = FEMDF = -30 kN.m Selanjutnya distribusi momen akibat beban yang bekerja pada portal diberikan pada Table 2.14. Tabel 2.14 Distribusi momen akibat goyangan pada titik buhul D Joint Batang DF FEM CE 0.23 -30 -6.92 3.81 -0.32 -0.030 M’’ -33.46 C CD 0.46 0 -13.85 -2.66 7.62 -0.85 -0.65 0.046 -0.060 -10.40 CA 0.31 60 -9.23 -13.85 5.08 2.25 -0.43 0.08 -0.040 43.86 A AC 0.50 60 -4.62 -27.69 2.54 4.50 -0.22 0.17 -0.02 -0.05 34.61 AB 0.50 0 B BA 0.50 0 -27.69 -11.54 -13.85 -23.08 4.50 -0.12 0.17 0.12 -0.05 -34.61 BD 0.50 60 DB 0.31 60 -23.08 -1.78 -11.54 -3.55 -0.24 -0.57 -0.12 -1.14 0.24 0.03 0.12 0.06 -0.025 -0.003 -0.003 -34.61 34.61 -0.001 0.010 43.86 2.25 -0.24 0.08 0.24 D DC 0.46 0 -6.92 DF 0.23 -30 -5.33 3.81 -2.66 -1.70 -0.32 -0.85 0.09 -0.030 0.05 0.014 -10.40 0.007 -33.46
  • 42. II-42 34.61 19.61 34.61 A B 19.61 A 34.61 B 34.61 16.61 19.61 19.61 43.86 C 19.62 8.26 10.38 C 10.38 D 19.61 43.86 D 19.62 8.36 C D 33.46 8.36 RB’’ = 39.23 kN 8.26 RD’’ = 55.96 kN 33.46 8.36 8.36 E F Gambar 2. 33 Penentuan besar dan arah reaksi horizontal pada tumpuan buatan B dan D akibat goyangan ke kiri pada titik buhul D Besar dan arah reaksi pada tumpuan buatan di B dan D dapat diketahui sebagai berikut : RB’’ = (19.62 + 19.62) = 39.24 kN (ke kanan) RD’’ = (19.62 + 19.62) + (8.36 + 8.36) = 22.52 kN (ke kiri) Dari hasil distribusi momen pada masing-masing tahapan diperoleh : RBo = 16.01 kN (ke kiri) RDo = 12.31 kN (ke kanan) RB‘= 34.61 kN (ke kiri) RD‘= 39.23 kN (ke kanan) RB‘’= 39.23 kN (ke kanan) RD‘’= 55.96 kN (ke kiri) Persamaan simultan untuk factor n1 dan n2 : RBo + n1RB’ + n2RB” = 0 -16.01 –34.61 n1 + 39.23n2 = 0 (a) RDo + n1RD’ + n2RD” = 0 +12.31 + 39.23n1 – 55.96n2= 0 (b) Dari persamaan (a) dan (b) diperoleh : n1 = -1.038 dan n2 = -0.507
  • 43. II-43 Momen akhir sesungguhnya adalah diberikan oleh persamaan (c) dan ditabelkan dalam Tabel 2.15. M = Mo + n1M’ + n2M” = 0 (c) Tabel 2. 15 Hasil penghitungan momen akhir total Contoh 8 Joint Batang Mo M’ M” M CE -29.05 9,23 -33.46 C CD 91.24 27,69 -10.40 CA -62.19 -36,92 43.86 AC -66.25 -32,31 34.61 A AB 66.25 32,31 -34.61 BA -33.38 32,31 -34.61 BD 33.38 -32,31 34.61 DB 31.03 -36,92 43.86 D DC -45.37 27,69 -10.40 DF 14.34 9,23 -33.46 -21.7 67.8 -46.1 -50.3 50.3 -49.3 49.3 47.1 -68.8 21.7 50.3 24.10 90 kN B 49.3 A B 24.10 67.625 22.375 22.375 67.625 A B 50.3 24.11 49.3 24.10 46.1 24.10 24.10 C D 67.625 47.1 22.375 67.8 24.10 5.42 120 kN 68.8 C D 89.875 89.875 C 5.42 21.7 5.42 30.125 30.125 21.7 D 5.42 5.42 E 89.875 24.10 5.42 F 30.125 Gambar 2. 34 Diagram benda bebas hasil akhir distribusi momen Contoh 8
  • 45. II-45 22.375 67.625 A B (-) 24.1 (-) (-) 18.7 (+) C D (-) E (-) 89.875 30.125 F (c) Gambar 2. 35 (a) Diagram gaya lintang (b) Diagram momen lentur dan (c) Diagram gaya normal Contoh 8 Contoh 8. Distribusikan momen-momen ujung dari konstruksi portal seperti pada Gambar 2.36, dan gambarkan diagram gaya lintang, gaya normal dan momen lenturnya. Semua elemen batang mempunyai nilai EI yang sama. Struktur portal adalah anti-simetris yang dapat ditinjau separuh bentang. Angka kekakuan : SFAE : SFAB = 6 (EI ) 4(EI ) : =6:4 5 5 SFBA : SFBF : SFBC = 4(EI ) 6 (EI ) 4(EI ) : : =4:6:4 5 5 5 SFCB : SFCG : SFCD = 4(EI ) 6 (EI ) 4(EI ) : : =4:6:4 5 5 5