1. Dokumen tersebut membahas tentang beban torsi dan mekanika kekuatan material, termasuk definisi torsi, rumus-rumus dasar, dan efeknya terhadap deformasi bahan.
2. TORSI
Moment putaran dari kopel tersebut disebut dengan torsi. Torsi adalah
besaran dari perkalian antara gaya dan jarak yang tegak lurus terhadap
gaya.
Dirumuskan: T = F x r
Satuan torsi adalah Newton Meter atau biasa ditulis Nm. Saat gaya F newton
yang diterapkan pada radius r meter dari sumbu, sebuah mur diputar oleh
kunci pas (spanner) sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2, torsi T yang
diterapkan pada mur tersebut diberikan oleh T = Fr [N.m]
3. • Momen gaya dan Torsi serupa karena keduanya
memiliki satuan yang sama, Nm.
• Istilah Torsi biasa dipakai untuk menunjukkan
momen yang beraksi pada sumbu poros.
• Adanya torsi pada poros mengakibatkan tegangan
geser pada elemen material poros.
4. PENDAHULUAN
• Pembahasan akan dititikberatkan kepada efek suatu jenis
aksi yaitu suatu momen puntir yang disebabkan oleh gaya
puntir dalam sebuah struktur.
• Sistem keseluruhan diselesaikan untuk keseimbangan,
kemudian digunakan metode irisan dengan membuat
bidang irisan yang tegaklurus terhadap sumbu dari bagian
struktur.
5. Penggunaan metode irisan
CONTOH 3-1
Hitunglah momen puntir dalam pada irisan K-K untuk poros yang terlihat pada Gambar
3-1(a) dan yang mengalami tip momen puntir yang ditunjukkan.
6. Penggunaan metode irisan
PEN YE LESAI AN
Momen puntir sebesar 30 N-m pada titik C diimbangi oleh dua momen puntir 20
N-m dan 10 N-m, berturut-turut pada A dan B. Karena itu secara keseluruhan ben
berada dalam keseimbangan. Selanjutnya, dengan membuat bidang irisan K-K to
lurus pada sumbu batang di mana saja antara titik A dan B, maka diperoleh
Benda bebas dari satu bagian sumbu tersebut seperti yang terlihat dalam Gambar
3-1(b) Kemudian dari ΣMx = 0 atau
momen puntir terpakai luar = momen puntir dalam _ -
Kita dapat kesimpulan bahwa pada sumbu antara titik-titik A dan B terjadi
momen puntir dalam atau momen puntir penahan sebesar 20 N.m. Dengan
penaksiran yang serupa mendapat kesimpulan bahwa momen puntir dalam yang
ditahan oleh sumbu antara B dan C adalah 30 N•m.
7. PENGANDAIAN DASAR
1.Suatu irisan datar dari bahan yang tegaklurus terhadap sumbu suatu batang
melingkar tetap merupakan bidang datar setelah momen puntir dikenakan.
Yaitu tidak terdapat bidang-bidang yang saling sejajar tegal lurus pada
sumbu suatu batang yang berbentuk melengkung atau menyimpang dari
bidang datar.*
2. Pada batang yang mendapat momen puntir, regangan geser (shearing
strains), γ akan bergantung secara linier dari sumbu pusat. Pengandaian ini
digambarkan dalam Gambar 3-2 dan menunjukkan bahwa suatu bidang
khayal seperti A’O1O3C bergerak menjadi A‘O1O3C bila dikenakan momen
puntir. Kemungkinan lain, bila radius khayal O3C dipegang tetap arahnya,
maka radius-radius yang semula adalah 02B dan 01A, setelah mengalami
rotasi akan berubah menjadi 02B' dan 02A' Radius-radius ini masih bersifat
lurus.
10. Rumus puntiran
Hubungan yang lebih umum dari Persamaan 3-3 untuk tegangan geser pada sebuah
titik tertentu pada jarak p dari pusat sebuah irisan adalah
(3.3a)
Untuk kasus tabung,
(3.4)
Untuk kasus tabung tipis,
12. Torsi Murni
• Pada gambar (a) setiap pasang gaya
akan mengakibatkan momen gaya
yang menghasilkan puntiran (torsi)
• Resultan gaya pada poros adalah 0
namun efek puntiran tetap bekerja
pada poros.
• Seperti di gambar (b) dan (c), di poros
tersebut hanya ada torsi sehingga
disebut torsi murni.
• Torsi akan mengakibatkan deformasi
(perubahan bentuk) pada poros
13. Deformasi Akibat Torsi
• Apabila poros dikenai torsi murni maka akan terjadi
pergeseran memutar untuk setiap partikel penyusun poros
tersebut dengan titik pusat putaran di titik pusat poros.
• Untuk sudut putar yang kecil, tidak akan terjadi perubahan
bentuk pada poros. Panjang poros akan tetap dan setiap
penampang tidak akan mengalami perubahan radius.
• Di sepanjang poros, sudut putar akan berubah secara linier.
14. Regangan pada Permukaan Luar
• Tinjau bagian sepanjang dx dari poros yang dikenai torsi murni
• Titik b akan berubah posisi dengan sudut dφ
• Elemen di titik B akan berubah bentuk dari persegi menjadi belah ketupat
(lihat kembali bagian tegangan geser di materi sebelumnya)
• Regangan ini sama dengan sudut yang dibentuk antara sisi ab dan ab’
• Gambar (b) memperlihatkan regangan geser maksimal (γmax) di
permukaan
• Gambar (c) memperlihatkan regangan geser (γ) yang terjadi di dalam
poros pada ρ < jari-jari poros (r)
15. Regangan Geser Akibat Puntiran
• Ingat: regangan geser merupakan sudut bukan
pertambahan panjang.
• Elemen di titik b akan mengalami regangan geser maksimal
sebesar
• Regangan geser (γ) di setiap titik pada poros dengan jari-jari
r akan merupakan berubah sesuai radius, ρ
16. Regangan pada Pipa
• Serupa dengan poros pejal, perumusan regangan
sebelumnya berlaku pula pada pipa.
• Pada pipa terdapat dua radius, yaitu radius dalam dan
radius luar. Sehingga regangan geser minimum dan
maksimumnya adalah sebagai berikut:
17. Tegangan Geser pada pembebanan Torsi
Murni
• Jika ditinjau sebuah persegi di permukaan poros yang
mengalami puntiran akan terlihat persegi tersebut
berubah bentuk belah ketupat/persegi miring.
• Serupa dengan yang terjadi pada pembahasan
tegangan geser, di sini setiap elemen material akan
berubah bentuk karena hukum aksi/reaksi.
• Pengandaian pada analisis beban puntiran tidak
memperbolehkan perubahan bentuk berupa
perubahan dimensi (panjang dan radius poros).
Perubahan sudut masih diperbolehkan.
19. • Demikian pula halnya dengan bagian dalam poros.
• Tegangan geser arah lain yang tegak lurus dengan
tegangan geser penampang akan timbul pula
untuk memenuhi kesetimbangan (keadaan statis).
20. Momen Inersia Polar
• Material padat akan mempertahankan bentuknya ketika diberi
beban
• Pertahanan ini diberikan oleh setiap elemen pada poros.
• Besarnya ‘daya pertahanan’ oleh sekumpulan elemen dapat
diwakili oleh nilai momen inersia polar yang merupakan
penjumlahan momen inersia polar setiap elemen.
• Dalam hal poros berpenampang lingkaran, sekumpulan elemen
ini merupakan elemen-elemen pada penampang poros
21. Tegangan Geser akibat Puntiran
• Konsep elastisitas pada Hukum Hooke yang diberlakukan
pada kasus beban puntiran menghasilkan hubungan:
• Di mana G adalah modulus elastisitas geser dengan satuan
N/m2.
• Nilai G menunjukkan kekuatan material. Material dengan G
yang besar akan sulit dipuntir.
• Maka berdasarkan hubungan ini dapat kita peroleh
tegangan geser (τ ) dari regangan geser.
22. Sudut Puntiran (Angle of Twist)
• Beban torsi murni, T (Nm), akan menimbulkan
tegangan geser. Material akan ‘melawan’ dengan
kekuatannya, G (N/m2). Kekuatan ‘perlawanan’
akan bergantung pula pada luas penampang yang
diwakili oleh momen inersia polar, Ip (m4).
• Untuk panjang poros L (m), beban torsi tersebut
akan membuat poros terpelintir dengan sudut θ
(radian):