1. MAKALAH
INOVASI DALAM UPAYA MENYELAMATKAN LINGKUNGAN DARI BEKAS
LAHAN TAMBANG BATUBARA
Diajukan untuk Memenuhi Tugas UTS
Mata Kuliah: Bioteknologi
Dosen Pengampu: Ina Rosdiana Lesmanawati, M.Si
Disusun Oleh:
Makhmudah
(14121610703)
Tadris IPA Biologi-B/6
JURUSAN TADRIS IPA BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
2014
2. KATA PENGATAR
Assalamu’alaikum Wr Wb
Syukur Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan
Rahmat serta Hidayah-Nya sehingga dapat terselesaikannya Makalah yang berjudul
INOVASI DALAM UPAYA MENYELAMATKAN LINGKUNGAN DARI BEKAS
LAHAN TAMBANG BATUBARA. Shalawat serta salam selalu terlimpahkan pada
junjungan kita, Nabi besar Muhammad SAW.
Harapan saya semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi para pembaca.
Sehingga dengan terselesaikannya Makalah ini dapat memberikan pengetahuan baru
tentang tema yang diangkat dalam makalah ini.
Saya juga mohon maaf apabila ada kesalahan yang sengaja maupun tidak
disengaja, karena manusia tidak pernah lepas dari kesalahan. Kritik dan saran
membangun selalu saya tunggu, agar kedepannya saya bisa lebih baik dalam penyusunan
makalah.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr Wb
Cirebon, 28 Maret 2015
Hormat Saya
Penulis
3. BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Indonesia memegang peranan yang sangat penting dalam industri batubara dan
mineral dunia. Tahun 2005 Indonesia menduduki peringkat ke-2 sebagai negara
pengekspor batubara uap. Namun demikian, pertambangan selalu mempunyai dua sisi
yang saling berlawanan, sebagai sumber kemakmuran sekaligus perusak lingkungan yang
sangat potensial.
Pertambangan merupakan suatu bidang usaha yang karena sifat kegiatannya pada
dasarnya selalu menimbulkan perubahan pada alam lingkungannya (BPLHD Jabar,
2005). Aktivitas pertambangan selalu membawa dua sisi. Sisi pertama adalah memacu
kemakmuran ekonomi negara. Sisi yang lainnya adalah timbulnya dampak lingkungan
yang memerlukan tenaga, pikiran, dan biaya yang cukup signifikan untuk proses
pemulihannya. Pada saat ini Indonesia memiliki potensi sumberdaya batubara sekitar 60
miliar ton dengan cadangan 7 miliar ton (Witoro, 2007).
Penambangan batubara biasanya dilakukan dengan dua cara, yaitu secara terbuka
(open mining) dan tambang bawah tanah (underground mining). Di Indonesia sebagian
besar penambangan dilakukan dengan sistem terbuka (open mining). Kegiatan
penambangan dengan sistem terbuka ini berpotensi besar untuk mencemari lingkungan
antara lain dapat menyebabkan penurunan poduktivitas tanah, penurunan kualitas air,
terjadinya erosi dan sedimentasi, berkurangnya keanekaragaman flora dan fauna, serta
terganggunya kesehatan manusia, terjadinya perubahan iklim mikro dan hilangnya bahan
organik (Suhala dkk, 1995). Kondisi tanah yang demikian kurang mampu untuk
menyokong pertumbuhan tanaman, sehingga perlu dilakukan perbaikan kondisi lahan
bekas tambang.
Permasalahan lingkungan dalam aktivitas pertambangan batubara umumnya
terkait dengan Air Asam Tambang (AAT) atau Acid Mine Drainage (AMD). Air tersebut
terbentuk sebagai hasil oksidasi mineral sulfida tertentu yang terkandung dalam batuan
oleh oksigen di udara pada lingkungan berair. Air asam tambang ini akan mengikis tanah
dan batuan yang berakibat pada larutnya berbagai logam seperti besi (Fe), cadmium (Cd),
mangan (Mn), dan seng (Zn).
4. Dengan demikian, selain dicirikan oleh pH yang rendah, air asam tambang juga
akan mengandung logam-logam dengan konsentrasi tinggi, sehingga dapat berakibat
buruk pada kesehatan lingkungan maupun manusia (Juari, 2006)
Perbaikan lahan bekas tambang secara biologis untuk memperbaiki kesuburan
tanah perlu dikembangkan. Salah satu cara adalah melalui fitoremediasi, yaitu
pemanfaatan tumbuhan hijau dan ataupun mikroorganisme yang berasosiasi. Salah satu
teknologi fitoremediasi yang dapat dilakukan yaitu memulihkan lahan dan membantu
pertumbuhan bibit tanaman dengan menanaminya dengan tanaman yang bermikoriza.
Segala upaya yang dilakukan tentunya diharapkan mampu untuk mengatasi
perubahan lingkungan dengan kerja keras dan inovasi penanganan dalam memulihkan
dan mengembalikan kebali kondisi lingkungan lahan bekas tambang.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Penabangan Batubara?
2. Apa dampak yang ditimbulkan dari pertambangan batubara bagi lingkungan?
3. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam meyelamatkan lingkungan dari lahan
bekas batu bara?
C. Tujuan
1. Mengetahui Penambangan Batubara
2. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari pertambangan batubara bagi
lingkungan
3. Mengetahui upaya yang dilakukan dalam menyelamatkan lingkungan dari lahan
bekas batu bara
5. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penambangan Batubara
Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan
sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa
tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri
dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki
sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk.
Analisis unsur memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus
dan C240H90O4NS untuk antrasit.
Penambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian,
penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian
(mineral, batubara, panas bumi, migas). yang didapatkan dari lahan yang memiliki SDA
yang melimpah.
Batu bara adalah bahan bakar alternative yang digunakan dalam memenuhi
kebutuhan. Di indonesia, penambangan batubara lokasinya berada di Kalimantan. Yang
merupakan pulau yang memiliki lahan hutan yang luas dan juga penuh dengan kekayaan
alam.
Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya penelitian yang menjadikan Kalimantan,
sumatera sebagai objek data. Menurut Adman, (2012:19) Kalimantan Timur merupakan
salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi sumber daya alam yang sangat
kaya termasuk bahan tambang. Salah satu hasil tambang dari Kalimantan Timur adalah
batubara. Beliau juga mengungkapkan bahwa Gubernur Kalimantan Timur menyebutkan
di Kalimantan Timur terdapat 33 izin Perjanjian Karya Pengusahaan Penambangan
Batubara (PKP2B) dan 1.386 Izin Usaha Pertambangan (IUP) dengan produksi 220 juta
ton per tahun (addikutip dari Media Indonesia, 2012)
Jadi, penambangan batubara adalah suatu upaya menggali, menemukan dalam
rangka memanfaatkan bahan alam yang memiliki nilai tinggi selain sebagai kekayaan
alam yang memiliki nilai jual yang menguntungkan juga sebagai bahan bakar alternative
yang bisa dimanfaatkan secara kormersil.
6. B. Dampak penambangan batubara bagi lingkungan
Batubara sangat menjanjikan sebagai bahan bakar alternative. Namun, dibalik itu
semua ada bahaya yang mengancam lingkungan. Untuk mendapatkan batubara yaitu
dengan melalui pertambangan yaitu proses menggali dan menemukan bahan tambang
dalam alam.
Umumnya, penambang di indonesia melakukan penambangan secara terbuka hal
ini menurut Adman (2012:20). Kegiatan pertambangan terbuka menyebabkan hilangnya
keanekaragaman hayati, terjadinya degradasi pada daerah aliran sungai, perubahan
bentuk lahan dan terlepasnya logam-logam berat yang dapat masuk ke lingkungan
perairan sehingga perlu dilakukan upaya pemulihan lingkungan.
Hal ini senada dengan pendapat Herdina (2013:47) bahwa penambangan secara
terbuka memiliki dampak yang buruk bagi lingkungan antara lain dapat menyebabkan
penurunan poduktivitas tanah, penurunan kualitas air, terjadinya erosi dan sedimentasi,
berkurangnya keanekaragaman flora dan fauna, serta terganggunya kesehatan manusia,
terjadinya perubahan iklim mikro dan hilangnya bahan organic.
Penggalian batubaranya sendiri, serta waste material menyebabkan tersingkapnya
tanah/batuan yang mengandung mineral sulfida, antara lain berupa Pirit (Pyrite) dan
Markasit (Marcasite). Mineral sulfida tersebut selanjutnya bereaksi dengan oksida dan air
membentuk air asam tambang. Air asam tambang ini akan mengikis tanah dan batuan
yang berakibat pada larutnya berbagai logam seperti besi (Fe), cadmium (Cd), mangan
(Mn), dan seng (Zn). Dengan demikian, selain dicirikan oleh pH yang rendah, air asam
tambang juga akan mengandun logam-logam dengan konsentrasi tinggi, sehingga dapat
berakibat buruk pada kesehatan lingkungan maupun manusia (Marganingrum,2010:12)
Penelitian yang telah dilakukan oleh Marganingrum (2010) di PT Berau Coal
Kalimantan timur dalam menguji pencemaran air dan tanah didapatkan hasil bahwa
dampak lingkungan baik secara alami maupun pengaruh dari limbah penambangan
analisis data yang diperoleh baik di lapangan maupun analisis laboratorium, baik dari
sampel air maupun sampel tanah, menunjukkan bahwa keasaman air di sepanjang Sungai
Lati lebih disebabkan oleh faktor lingkungan di sekitar penambangan batubara, daripada
pencemaran dari limbah hasil pengolahan batubara. Hal ini ditunjukkan dengan pH
sampel air dari outlet pengolahan sebesar 6,3 pada saat hujan dan 9,7 pada saat tidak
7. hujan. Setelah mendapatkan masukan dari aliran sungai yang berasal dari disposal (A5),
pH Sungai Lati kembali turun pada nilai 4.
Oleh karena itu pengelolaan lahan bekas tambang perlu dilakukan secermat
mungkin untuk menghindari kontak dengan udara dan air dari luar. Untuk meminimalisir
polutan dari lokasi bekas tambang ataupun tanah disekitar penambangan batubara yang
kaya akan mineral sulfida, bisa diakukan dengan tiga cara. Sistem penanganan yang
dimaksud adalah sistem mekanis/teknis, agronomis, dan kemis. Ketiga sistem tersebut
bertujuan sama yaitu menghindari kontak langsung antara mineral sulfida dengan udara
dan air serta pengikatan besi dan asam sulfat yang terbentuk sebagai hasil dari proses
oksidasi. Polutan dari proses pengolahan batubara dapat diantisipasi dengan sistem
pengolahan aktif.
Jadi dapat diketahui bahwa dampak penambangan batubara dengan adanya zat
yang dipaikai selama penambangan yaitu Mineral sulfida bereaksi dengan oksida dan air
yang membentuk air asam tambang dan selama itu proses penambangannya jauh lebih
berbahaya dibandingkan dan berpotensi merusak lingkungan dibandingkan dengan
pencemaran hasil pertambangan pada lingkungan.
C. Upaya pemulihan lahan bekas batubara
Perusakan yang diakibatkan oleh penambangan batubara terhadap lingkungan
secara tegas dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 76
Tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan mengharuskan setiap perusahaan
tambang untuk melakukan revegetasi pada lahan-lahan kritis bekas tambang. Tindakan
revegetasi tersebut dilakukan dengan menanam vegetasi reklamasi pada lokasi-lokasi
yang sudah selesai ditambang meskipun aktivitas pertambangan secara keseluruhan
masih berjalan. Tujuan dari reklamasi tersebut adalah untuk meningkatkan produktivitas
lahan bekas tambang antara lain dengan dialihfungsikan untuk produksi tanaman
pertanian. (hermawan, 2011:2)
Upaya pemulihan lingkungan melalui reklamasi lahan dan revegetasi. Upaya
reklamasi dan revegetasi di pengusahaan pertambangan yang masuk dalam Kawasan
Budidaya Kehutanan (KBK) mengacu pada aturan yang telah dikeluarkan oleh
Kementerian Kehutanan yang mensyaratkan penanaman jenis lokal (Permenhut No
8. P.4/Menhut-II/2011). Revegetasi dengan tanaman bukan dari jenis pohon lokal akan
merubah ekosistem dari kondisinya semula sehingga dikhawatirkan akan menyebabkan
hilangnya sebagian jenis tumbuhan maupun hewan. Sementara revegetasi dengan jenis
lokal dapat mendukung masuknya jenis-jenis lain dan cenderung dapat memulihkan
lingkungan ekosistem mendekati kondisi aslinya
Upaya dalam memulihkan lahan bekas tambang batubara akibat pencemaran dan
hilangnya kadar unsur hara tanah adalah dengan inovasi yang dapat dilakukan dalam
rangka memulihkan lahan. Yaitu sebagai berikut:
1. Memanfaatkan jenis pohon local cepat tumbuh tumbuh untuk pemulihan lahan
pasca tambang batubara
Mengembalikan keadaan lahan bekas pertambangan sungguh tidaklah
mudah. Meskipun begitu penelitian terus-menerus dilakukan dalam upaya
menyelamatkan lingkungan.
Adman (2012:25) mengutarakan bahwa jenis tanaman local yang cepat
tumbuh yang didapatkan dari studi kasus yang telah diteliti di PT Singlurus
Pratama, Kalimantan Timur mendeskripsikan bahwa pemulihan lahan bekas
tambang dapat dengan menggunakan tanaman local yang mampu tumbuh cepat.
Dan dalam penelitian beliau didapatkan data bahawa terdapat 10 jenis pohon lokal
yang berpotensi untuk digunakan dalam revegetasi lahan pasca tambang batubara
di PT. SGP yaitu Fordia splendidissima, Ficus sp., Litsea sp., Macaranga
hypoleuca, Syzygium sp., Archidendron microcarpum, Alstonia sp., Cratoxylum
sumatranum, Homalanthus populneus, dan Vernonia arborea
Pemulihan lahan tambang memang memakan waktu yang cukup lama 8-
10 tahun untuk mendapatkan hasil yang optimal. Hal yang perlu diperhatikan
dalam pemilihan jenis tanaman adalah kemampuan jenis tersebut untuk dapat
bertahan pada kondisi kering, karena pada areal reklamasi kondisi tanah sangat
terbuka sehingga pada waktu panas tanah menjadi cepat kering dan kandungan
liat menyebabkan tanah menjadi padat dan keras.
2. Menggunakan tanaman yang diinokulasi ektomikoriza
Mikoriza merupakan asosiasi mutualisme antara fungi tanah dengan akar
tanaman. Adanya simbiosis mutualistik antara mikoriza dengan perakaran
9. tanaman dapat membantu pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik. Hal ini
disebabkan mikoriza efektif dalam meningkatkan penyerapan unsur hara makro
dan mikro, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan pathogen.
Penelitian ini menggunakan dosis ektomikoriza yang terdiri 2 taraf yaitu
yaitu tanpa ektomikoriza dan 2 tablet ektomikoriza/tanaman, dan faktor kedua
yaitu jenis tanaman yang terdiri dari 4 taraf yaitu bibit mahoni (Swietenia
mahagoni Jack), bibit meranti (Shorea. sp), bibit bayur (Pterospermum javanicum
Jungh) dan bibit pulai (Alstonia scholaris L. R. Br.).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan kimia tanah sebelum
diinokulasi tergolong rendah, dan mengalami peningkatan setelah diberi
perlakuan. Pemberian 2 tablet ektomikoriza digunakan tidak berbeda nyata
terhadap pertumbuhan dan bobot kering tanaman, namun jenis tanaman
memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan bobot kering
tanaman selama 16 minggu pengamatan. Dosis 2 tablet ektomikoriza mampu
mempengaruhi derajat infeksi hingga 52% dengan kriteria tinggi dan tingkat
ketergantungan (mycorryzal dependency) dengan kriteria kurang terhadap
beberapa tanaman untuk revegetasi selama 16 minggu pengamatan
(Herdina,2011)
Secara signifikan penelitian yang telah dilakukan memperlihatkan tidak
ada pengaruh pertambahan tinggi batang, diameter batang, jumlah daun dan bobot
kering tanaman dengan diinokulasi ektomikoriza. Tetapi justru mempengaruhi
berat bobot kring tanaman sangat signifikan mengalami peningkatan
dibandingkan dengan yang tidak diinokulasi.
Ini berarti unsure organic yang berhasil diikat oleh tanaman itu banyak.
Semakin kaya unsure organic tentunya megindikasikan pemulihan lahan yang
semakin dapat ditaksirkan akan pulih dalam waktu yang tidak lama.
10. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan hasilnya adalah sebagai berikut:
1. Penambangan batubara adalah suatu usaha menggali, menemukan dalam rangka
memanfaatkan bahan alam yang memiliki nilai tinggi selain sebagai kekayaan alam
yang memiliki nilai jual yang menguntungkan juga sebagai bahan bakar alternative
yang bisa dimanfaatkan secara kormersil.
2. Dampak penambangan batubara adalah hilangnya unsure organic yang ada didalam
tanah karena mineral asam sulfide yang dapat mengikis lapisan tanah
mengakibatkan hilangnya unsure-unsur dalam tanah sehingga rusaknya lingkungan
3. Upaya yang dilakukan adalah dengan mengupayakan:
a. Penanaman kembali dengan tanaman local yang memiliki daya
pertumbuhan cepat dengan menggunakan bibit mahoni (Swietenia mahagoni
Jack), bibit meranti (Shorea. sp), bibit bayur (Pterospermum javanicum
Jungh) dan bibit pulai (Alstonia scholar)
b. Menggunakan inokulasi ektomikoriza pada tanaman dalam rangka mengikat
unsure hara tanah.
B. Kritik dan Saran
Pembuatan makalah ini tentunya tidak luput dari kesalahan karena berdasarkan
pemikiran saya. Dalam rangka menyempurnakan isi materi, saya mengharapkan kritik
atas kesalahan yang telah saya buat dalam mendeskripksikan materi dan saran supaya
saya terus belajar untuk selalu belajar.
11. DAFTAR PUSTAKA
Adman, Burhanuddin, dkk.2012. Pemanfaatan Jenis Pohon Lokal Cepat Tumbuh untuk
Pemulihan Lahan Pascatambang Batubara (Studi Kasus di PT. SINGLURUS PRATAMA,
KALIMANTAN TIMUR). Semarang: Jurnal Ilmu Lingkungan
Herdina, Julida, dkk.2013. Pertumbuhan Beberapa Tanaman untuk Revegetasi yang Diinokulasi
Ektomikoriza pada Lahan Bekas Tambang Batubara Ombilin. Padang: Vol. 2, No. 1, Tahun
2013
Marganingrum, Dyah dan Rhazista Noviardi. 2010. Pencemaran Air dan Tanah di Kawasan
Pertambangan Batubara di PT. BERAU COAL, KALIMANTAN TIMUR. Riset teknologi
dan pertambangan: Vol. 20 No. 1 (2010), 11-20.
Hermawan, Bandi. 2011. Peningkatan Kualitas Lahan Bekas Tambang melalui Revegetasi dan
Kesesuaiannya Sebagai Lahan Pertanian Tanaman Pangan. Bengkulu: ISBN 978-602-19247-
0-9