SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Download to read offline
36
Jurnal
Kardiologi Indonesia
J Kardiol Indones. 2011;32:36-41
ISSN 0126/3773 Case Report
Recognize and Treatment of Digitalis Intoxication
Dewi H Suprobo, Bambang B Siswanto, Yoga Yuniadi, Ganesja M. Harimurti
Department of Cardiology and
Vascular Medicine, Faculty of
Medicine,
University of Indonesia, and
National Cardiovascular Center
Harapan Kita, Jakarta
Background: Digitalis is the oldest compound in cardiovascular medicine
that continues to be used in contemporary clinical practice. It is one of the
most frequently prescribed medications and has historically been implicated
as one of the most common causes of adverse drug reactions. Despite the
fact that digitalis preparations have been used therapeutically for more than
200 years, diagnosis of digoxin toxicity remains difficult. Signs and symptoms
associated with toxicity are nonspecific, as are electrocardiographic changes,
and the “therapeutic” and “toxic” concentrations overlap.
Objective: to present a case report of digoxin intoxication and to review
the diagnosis and management of the disease.
Summary: We have reported a case related to intoxication of a drug that is
one of the most frequently prescribed medications and has historically been
implicated as one of the most common causes of adverse drug reactions.
This fact is reasonable since digoxin has a narrow margin of safety, where
at the therapeutic dosage digoxin could induce intoxication. Moreover the
response to this drug is influenced by many factors. Although the general
manifestation of digoxin intoxication is not specified, but in patient who are
in digoxin therapy with clinical manifestation of digoxin intoxication, we have
to put digoxin intoxication as one of our differential diagnosis. The diagnosis
is supported by the ECG manifestation and confirmed by the examination
of serum digoxin level. Eventhough, normal digoxin level could also induce
intoxication. The initial management of digoxin intoxication is early recog-
nition that a dysrhythmia and/or noncardiac manifestation may be related
to digitalis intoxication and stop the digoxin therapy. Immunotherapy, in
hemodynamically stable or unstable patients, is a first-line therapy.
(J Kardiol Indones. 2011;32:36-41)
Keywords: digoxin intoxication, arrhythmia, digoxin level.
Jurnal Kardiologi Indonesia · Vol. 32, No. 1 · Januari - Maret 2011
,
37
Jurnal
Laporan Kasus
Kardiologi Indonesia
J Kardiol Indones. 2011;32:36-41
ISSN 0126/3773
Intoksikasi Digoksin:
Bagaimana Cara Mengenali Dan Penatalaksanaannya
Dewi H Suprobo, Bambang B Siswanto, Yoga Yuniadi, Ganesja M. Harimurti
Latar Belakang: Digoksin merupakan komponen tertua dalam pengobatan kardiovaskular yang terus-meneris digunakan
dalam praktek kedokteran saat ini. Obat ini merupakan obat yang paling sering diresepkan dan sejak dulu menjadi penyebab
efek samping obat yang paling umum. Meskipun pada kenyataannya salah satu preparat digitalis ini telah banyak digunakan
lebih dari 200 tahun, diagnosis intoksikasi digoksin masih sulit ditegakkan. Gejala dan tanda intoksikasi tidak spesifik, begitu
pula gambaran perubahan EKG, sementara kadar terapi dan toksik tumpang tindih.
Tujuan: untuk mempresentasikan sebuah laporan kasus intoksikasi digoksin dan mengkaji ulang diagnosis serta penatalak-
sanaannya.
Ringkasan: Telah dilaporkan satu kasus yang berkaitan dengan intoksikasi salah satu obat yang paling sering diberikan oleh
dokter dan sejak dulu telah menjadi penyebab efek samping obat yang paling sering. Fakta ini sangat beralasan, oleh karena
digoksin mempunyai batas aman yang sempit, dimana dosis terapinya dapat mencetuskan intoksikasi. Terlebih lagi respon tubuh
terhadap obat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Meskipun manifestasinya tidak spesifik, akan tetapi pada pasien dalam
terapi digoksin dengan manifestasi klinis yang mengarah pada intoksikasi digoksin, maka intoksikasi digoksin harus menjadi
salah satu diagnosis banding kita. Diagnosis ini ditunjang oleh manifestasi EKG dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan kadar
digoksin plasma. Meskipun demikian kadar digoksin yang normal pun dapat menyebabkan intoksikasi. Penatalaksanaan awal
intoksikasi digoksin adalah pengenalan disritmia dan atau manifestasi kardiak yang berhubungan dengan intoksikasi digoksin,
serta penghentian digoksin. Sementara itu terapi lini pertama pada kasus dengan hemodinamik stabil seperti pada kasus ini
adalah imunoterapi.
(J Kardiol Indones. 2011;32:36-41)
Kata kunci: intoksikasi digoksin, aritmia, kadar digoxin.
Digoksin merupakan salah satu obat yang paling
sering diberikan oleh dokter dan sejak dulu diketahui
paling sering menimbulkan efek samping obat. Hal ini
mungkin dikarenakan dosis toksik digitalis cukup dekat
dengan dosis terapi, adanya kecenderungan terjadi
Alamat Korespondensi:
Dr. dr. Bambang Budi Siswanto, SpJP Departemen Kardiologi dan
Kedokteran Vaskular, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
E-mail: bbs@cbn.net.id
akumulasi, dan dipengaruhi oleh kadar elektrolit yang
tidak seimbang. Meskipun tanda-tanda pada kasus
intiksikasi digoksin sangat umum, deteksi adanya
suatu intoksikasi tidaklah semudah apa yang selama
ini diperkirakan. Gejala umum intoksikasi digoksin
tidak spesifik dan gambaran elektrokardiogram dapat
berupa aritmia dalam bentuk apapun. Lebih dari itu
penilaian penyebab manifestasi klinis yang paling
umum terjadi, yaitu gejala gastrointestinal pada usia
tua sangat sulit.
Jurnal Kardiologi Indonesia · Vol. 32, No. 1 · Januari - Maret 2011
38
Jurnal Kardiologi Indonesia
Laporan Kasus
Seorang laki-laki usia 77 tahun datang dengan keluhan
utama mual dan muntah yang semakin sering sejak 3
hari SMRS. Keluhan muntah lebih dari 3 kali dalam
sehari, berupa air, kadang-kadang berupa makanan.
Keluhan nyeri dada, sesak nafas, sakit kepala,
kepala terasa melayang, demam ataupun nyeri perut
disangkal. Tidak ada keluhan yang berkaitan dengan
buang air besar dan buang air kecil. Begitu pula
keluhan yang mengarah pada. Dari riwayat penyakit
dahulu, diketahui bahwa pasien sebulan yang lalu
pernah dirawat dengan diagnosis chronic heart failure
fc II ec old anterior myocardial infarction, chronic
kidney disease stadium V dalam terapi hemodialisis,
Hipertensi stadium 1, paroxysmal atrial fibrilasi, and
post PCI pada bulan Oktober 2010. Obat-obatan
yang terakhir kali diminum adalah ISDN 3x10 mg,
Hydralazine 3x50 mg, Asam asetilsalisilat 1x100 mg,
Furosemid 1x40 mg, Simvastatin 1x20 mg, Asam folat
1x, Digoksin 1x0,5 mg (terakhir kali minum > 6 jam
yang lalu), Clopidrogel bisulfate 1x75 mg.
Pada pemeriksaan fisik, pasien dalam keadaan
sadar, dengan kondisi umum cukup baik. Tekanan
darah 158/60 mmHg, denyut nadi 43 x/minute,
ireguler dan cukup kuat, frekuensi pernafasan 22 kali
per menit, saturasi oksigen 99%, berat badan 60 kg
dan tinggi badan 165 cm (IMT: 22 kg/m2) dengan
suhu normal. Pada pemeriksaan lainnya dalam batas
normal.
Gambaran EKG pada pasien ini menunjukkan
adanya atrial fibrilasi dengan kecepatan QRS 43 kali
per menit, aksis QRS normal, durasi QRS 0,08”,
gelombang Q di V1-V4. Foto torak menunjukkan
gambaran kardiomegali dengan elongasi dan kalsifikasi
pada daerah aorta. Sedangkan pada pemeriksaan
laboratorium diperoleh data hemoglobin 9,6 mg/
dl, ureum 59 mg/dl, BUN 28 mg/dl, kreatinin 6,4
mg/dl, CCT 10,97, natrium 135 mmol/L, kalium
5,0 mmol/L, klorida 95 mmol/L, total kalsium 2,0
mmol/L, magnesium 1,9 mmol/L, dan kadar digoksin
> 4 ng/ml.
Gambar 1. ECG
Gambar 2. A. EKG hari pertama, B. EKG hari kedua.
Jurnal Kardiologi Indonesia · Vol. 32, No. 1 · Januari - Maret 2011
39
Suprobo DH dkk: Intoksikasi Digoksin
Gambar 3. EKG hari kelima
Dari data di atas, pasien didiagnosis dengan
intoksikasi digoksin, chronic heart failure fc II ec old
anterior myocardial infarction, chronic kidney disease
stadium V dengan terapi hemodialisis, hipertensi
stadium I, atrial fibrilation slow ventricular response, and
post PCI pada Oktober 2010. Manifestasi EKG pada
pasien ini adalah kasus bradiaritmia dengan kondisi
hemodinamik stabil, oleh karena itu diputuskan
untuk menghentikan pemberian obat digoksin untuk
sementara waktu dan melakukan observasi kondisi
hemodinamik pasien ini, dengan tetap direncanakan
untuk pemasangan TPM (temporary pacemaker) apabila
kondisi pasien menjadi tidak stabil. Untuk terapi yang
lain tetap diberikan dan pasien direncanakan untuk
hemodialisis sesuai jadwal rutinnya.
Selama perawatan di rumah sakit, keadaan
hemodinamik pasien stabil dengan perbaikan pada
kondisi klinis pasien walaupun gambaran EKG tidak
menunjukkan banyak perubahan. Sebagai evaluasi,
pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan kadar digoksin
ulang, akan tetapi kondisi klinis pasien dijadikan
parameter adanya perbaikan. Pasien dipulangkan pada
hari perawatan kedelapan, dengan gambaran EKG
atrial fibrilation normal ventricular response.
Diskusi
Dari kasus di atas, diketahui bahwa pasien tidak pernah
mendapat terapi digoksin sebelumnya, dan setelah
pemberian digoksin oral 0,5 mg sehari, menunjukkan
adanya gejala intoksikasi. Meskipun dosis yang
diberikan masih dalam batas dosis terapi, digoksin
masih sangat mungkin menjadi penyebab keluhan
gastrointestinal yang dialami pasien.Seperti yang
dikatakn oleh Bulock dan Hall dalam penelitiannya,
gejala-gejala umum intoksikasi digoksin, meliputi
anoreksia, perasaan mual dan muntah serta diare
tidaklah spesifik. Manifestasi gastrointestinal sangat
umum dialami oleh pasien usia lanjut, pasien dengan
gastritis, chronic heart failure atau chronic kidney disease.
Meskipun demikian, adanya keluhan gastrointestinal
dan malaise pada pasien dalam terapi digoksin
seharusnya menimbulkan kecurigaan bahwa pasien
tersebut mengalami intoksikasi digoksin.1 Pada kasus
ini tidak terdapat kelainan pada penglihatan yang
merupakan gejala paling umum pada intoksikasi
digitalis. Kelainan ini dapat berupa gangguan
penglihatan warna, khususnya chromatopsia
(persepsi subyektif bahwa warna benda yang dilihat
tidak mempunyai warna sesuai aslinya.2 Sementara
bradiaritmia dapat merupakan salah satu manifestasi
klinis intoksikasi digoksin.
Digoksin, 65–80% diserap setelah pemberian
secara oral. Begitu sampai ke dalam darah, seluruh
golongan glikosida jantung didistribusikan secara
merata ke jaringan-jaringan, meliputi sistem saraf
pusat.3 Akan tetapi, distribusi digoksin memang
relatif lambat; oleh karena itu, meskipun diberikan
melalui intravena, ada kelambatan beberapa jam
antara pemberian obat dengan efek antiarimia. Waktu
paruh eliminasi digoksin adalah 36 jam pada pasien
dengan fungsi ginjal normal. Oleh karena itu digoksin
dapat diberikan sekali dalam sehari. Sedangkan
kadar digoksin dalam darah yang dicapai setelah
pemberian selama seminggu senagai permulaan terapi
pemeliharaan.4
Digoksin dieksresi melalui ginjal dengan clearance
rate yang sebanding dengan glomerular filtration rate.
Gagal ginjal akan memperlama waktu paruh digoksin
dan mengurangi volume distribusi ekstravaskuler.5
Waktu paruh meningkat pada pasien dengan kelainan
Jurnal Kardiologi Indonesia · Vol. 32, No. 1 · Januari - Maret 2011
40
Jurnal Kardiologi Indonesia
ginjal yang lanjut (hingga 3-5 hari); volume distribusi
dan clearance rate, keduanya akan menurun pada pa-
sien lanjut usia. Dikarenakan sempitnya indeks terapi,
penggunaan obat ini pada pasien dengan gangguan
fungsi ginjal dan pada pasien usia lanjut harus sangat
hati-hati sekali.4 Seperti apa yang dinyatakan oleh
Doering pada penelitiannya di tahun 1977, orang
usia lanjut dengan gangguan fungsi ginjal rentan
untuk terjadi intoksikasi digitalis.6 Sementara Soffer
and Dubnow, pada penelitiannya, menyatakan bahwa
insiden reaksi toksik meningkat dengan tajam sesuai
dengan usia dan dosis yang diberikan pada pasien tua
harus lebih kecil.7 Selain itu pada satu penelitian oleh
Lubash dkk, diketahui bahwa intoksikasi digitalis
dijumpai pada 30 % pasien dengan terapi dialisis yang
mendapatkan terapi digitalis.8
Selain faktor usia dan kelainan fungsi ginjal,
kita harus menilai secara hati-hati adanya kondisi
ketidakseimbangan elektrolit yang dapat mempenga-
ruhi mekanisme kerja digoksin. Hipokalemia
berpotensi untuk mencetuskan aritmia.9 Kalium dan
digitalis berinteraksi dengan saling menghambat satu
sama lain untuk berikatan dengan Na+/K+ ATPase.
Ion kalsium memfasilitasi aksi toksik glikosida
jantung dengan mempercepat penyimpanan kalsium
intraseluler yang berlebihan yang mendasari gangguan
otomatisitas yang dicetuskan digitalis. Oleh karena
itu hiperkalsemia meningkatkan risiko aritmia akibat
digitalis. Sedangkan magnesium memberikan efek
sebaliknya.10
Sementara itu, dari pemeriksaan fisik, denyut
nadi tidak teratur dan lambat, 43 kali per menit.
Pemeriksaan lain dalam batas normal. Kecurigaan
kepada kelainan oragan lain seperti saluran cerna, hati,
dan ginjal dapat dikonfirmasi melalui pemeriksaan
laboratorium. Begitu pula kecurigaan keluhan
gastrointestinal sebagai salah satu manifestasi infark
miokard dapat dikonfirmasi melalui pemeriksaan EKG.
Bentuk aritmia apapun, termasuk atrial fibrilation slow
ventricular response, dapat merupakan manifestasi EKG
intoksikasi digitalis dan tidak ada satupun gambaran
EKG yang patognomonik pada keadaan dimana kadar
digoksin berlebihan. Kombinasi antara peningkatan
otomatisitas dan gangguan konduksi (contohnya
AV block disertai dengan accelerated junctional)
menunjukkan kemungkinan besar adanya intoksikasi
bahkan pada pasien yang kadar serumnya masih dalam
rentang dosis terapi.11
Munculnya gejala malaise, gangguan gastrointes-
tinal, atau aritmia baru pada pasien yang menerima
digitalis memberikan kecurigaan adanya intoksikasi.
Apabila gejala-gejala tersebut membaik setelah
penghentian obat atau pengurangan dosis digoksin,
maka hal ini semakin mendukung adanya intoksikasi
digoksin. Pengukuran konsentrasi glikosida dalam
plasma atau serum, bersamaan dengan perkiraan
konsentrasi kalium dalam plasma akan sangat
membantu penegakan diagnosis. Apabila konsentrasi
kalium normal, sangat tidak mungkin terjadi
intoksikasi digoksin dengan konsentrasi digoksin di
bawah 2 ng/ml, sedangkan intoksikasi sangat mungkin
terjadi bila kadar digoksin dalam serum di atas 4 ng/
ml. Meskipun begitu pada pasien dengan kadar kalium
di bawah normal, kadar glikosida antara di bawah
2 ng/ml mungkin masih dapat dikaitkan dengan
intoksikasi.12
Kadar digoksin plasma dapat dapat digunakan
untuk memonitor toksisitas dan sebagai petunjuk
dosis pengobatan yang tepat. Kadar terapi bervariasi
antara 0,6-1,3 ng/mL. Kadar digoksin dalam serum
yang berkaitan dengan toksisitas tumpang tindih
antara rentang dosis terapi dengan dosis yang toksik
karena banyak sekali faktor yang meningkatkan potensi
terjadinya toksisitas digoksin. Oleh karena onset kerja
digokin yang terlambat, setidaknya 6 jam setelah
pemberian obat dan pengambilan sampel pengukuran
kadar digoksin sehingga mencegah peningkatan
kadar yang tidak sebenarnya. Terlalu mengandalkan
kadar digoksin tanpa melihat manifestasi klinis dapat
menyebabkan pengambilan keputusan intervensi
yang tidak sesuai dan mahal.11 Cara yang terbaik
adalah dengan memantau kadar digoksin dan
menghubungkannya dengan kadar kalium dan
manifestasi klinis dan gambaran EKG. Kadar digoksin
yng diukur sebelum 6-8 jam setelah proses cerna
mencerminkan distribusi awal obat akan tetapi bukan
kadar dalam jaringan yang sebenarnya dan tidak bisa
menjadi prediktor adanya intoksikasi. Waktu paruh
dalam plasma memendek menjadi 10-25 jam pada
pencernaan secara akut dan masif, dibandingkan
dengan pada proses cerna yang tidak toksik yaitu 36
jam.12
Penatalaksanaan yang efektif berdasarkan pada
penemuan awal bahwa disritmia dan atau manifestasi
nonkardiak mungkin berhubungan dengan intoksikasi
digoksin. Prinsip umum penatalaksanaan meliputi
penilaian beratnya masalah dan penyebab terjadinya
toksisitas (misalnya, fungsi ginjal, dosis yang diberikan,
obat yang diberikan bersamaan, dan apakah dosis yang
berlebihan sengaja atau tidak sengaja diberikan. Kedua,
Jurnal Kardiologi Indonesia · Vol. 32, No. 1 · Januari - Maret 2011
1.
2.
94.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
41
Suprobo DH dkk: Intoksikasi Digoksin
faktor-faktor yang mempengaruhi pengobatan, antara
lain usia, riwayat penyakit, kronik tidaknya intoksikasi
digoksin, adanya penyakit jantung dan atau gangguan
fungsi ginjal, dan yang paling penting perubahan EKG.
Ketiga, penilaian kondisi hemodinamik, meliputi EKG
12 lead dan monitor jantung, begitu pula perawatan
di ICU dan akses intravena. Keempat, pengukuran
elektrolit secara cepat, meliputi kalium dan kalsium,
kreatinin, dan kadar digoksin. 12
Penatalaksanaan disritmia bervariasi, tergantung
ada tidaknya ketidakstabilan kondisi hemodinamik,
perjalanan aritmia, ada tidaknya gangguan elektrolit.14
Pada bradiaritmia yang stabil, pasien ditatalaksana
dengan observasi dan penghentian obat. Pastikan status
volume yang cukup untuk mengoptimalakan fungsi
ginjal dalam membuang obat yang berlebihan. Obat
untuk sebagian besar bradikardi adalah penghentian
digoksin, sedangkan pemberian atropin atau pacu
jantung sementara diperlukan pada pasien yang
bergejala.
Ringkasan
Telah dilaporkan satu kasus yang berkaitan dengan
intoksikasi salah satu obat yang paling sering diberikan
oleh dokter dan sejak dulu telah menjadi penyebab
efek samping obat yang paling sering. Fakta ini sangat
beralasan, oleh karena digoksin mempunyai batas
aman yang sempit, dimana dosis terapinya dapat
mencetuskan intoksikasi. Terlebih lagi respon tubuh
terhadap obat ibni dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Meskipun manifestasinya tidak spesifik, akan tetapi
pada pasien dalam terapi digoksin dengan manifestasi
klinis yang mengarah pada intoksikasi digoksin, maka
intoksikasi digoksin harus menjadi salah satu diagnosis
banding kita. Diagnosis ini ditunjang oleh manifestasi
EKG dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan kadar
digoksin plasma. Meskipun demikian kadar digoksin
yang normal pun dapat menyebabkan intoksikasi.
Penatalaksanaan awal intoksikasi digoksin adalah
pengenalan disritmia dan atau manifestasi kardiak
yang berhubungan dengan intoksikasi digoksin,
dan penghentian digoksin. Sementara itu terapi lini
pertama pada kasus dengan hemodinamik stabil seperti
pada kasus ini adalah imunoterapi.
Daftar Pustaka
Bullock RE HR. Digitalis toxicity and poisoning. Adverse Drug
Reactions and Acuite Poisoning Reviews. 1982;1:201-22.
Mahdyoon H BG, Rosman H, Goldstein S, Gheorghiade M.
The evolving pattern of digoxin intoxication: observations at a large
urban hospital from 1980 to 1988. Am Heart J 1990;120:1189-
Katzung BG. Drugs Used in Heart Failure. Dalam: Basic and
Clinical Pharmacology, 10th ed.2006.p889-899.
Brunton L, Parker K, Blumenthal D, Buxton I. Pharmacotherapy
of Congestive Heart Failure. Dalam: Goodman & Gilman’s Manual
of Pharmacology and Therapeutics. 11th ed. 2008. p 561-577.
Crijns H. Antiarrhythmic Drugs. Dalam: Hurst’s The Heart, 12th
ed. 2008.
Doering W, Konig E, Sturm W. Digitalis Intoxication: Specific-
ity and Significance of Cardiac and Extracardiac Symptoms. Z
Kardiol.1977;66:129-37.
Dubnow MH and Burchell HB. A Comparison of Digi-
talis Intoxication in Two Separate Periods. Annals of Internal
Medicine.1965;62:956.
Lubash GD, Cohen BD, Braveman WS, Rubin AL, Lucky EH.
Metabolie Alteration During hemodyalysis with The Artificial
Kidney. Am.J.Med. In Press.
Brunton L, Parker K, Blumenthal D, Buxton I. Antiarrhythmic
Drugs. Dalam: Goodman & Gilman’s Manual of Pharmacology
and Therapeutics. 11th ed. 2008. p.596-7
Dec G. Digoxin remains useful in the management of chronic heart
failure. Med Clin North Am 2003;87:317
Hauptman PJ KR. Digitalis. Circulation-Journal of The Ameri-
can Heart Association 1999;99:1265-70
Dribben WH, Kirk MA. Digitalis glycosides. Dalam: Tintinalli
JE, Kelen GB, Stapczynski JS, et al, eds.Emergency Medicine :
A Comprehensive Study Guide. 6th ed. New York, NY: McGraw-
Hill; 2004:Chap 174.
Kirrane BM OR, Nelson LS, et al. Inconsistent approach to the
treatment of chronic digoxin toxicity in the United States. Hum
Exp Toxicol 2009;28:285-92
Jurnal Kardiologi Indonesia · Vol. 32, No. 1 · Januari - Maret 2011

More Related Content

Similar to 120-Article Text-190-2-10-20200402.pdf

CBD CAD Antonius Wahyu Hendrawan.pptx
CBD CAD Antonius Wahyu Hendrawan.pptxCBD CAD Antonius Wahyu Hendrawan.pptx
CBD CAD Antonius Wahyu Hendrawan.pptxantoniuswawan2
 
PENGARUH LIDOKAIN 1,5 Mg/KgBB INTRAVENA TERHADAP GEJOLAK KARDIOVASKULER PADA ...
PENGARUH LIDOKAIN 1,5 Mg/KgBB INTRAVENA TERHADAP GEJOLAK KARDIOVASKULER PADA ...PENGARUH LIDOKAIN 1,5 Mg/KgBB INTRAVENA TERHADAP GEJOLAK KARDIOVASKULER PADA ...
PENGARUH LIDOKAIN 1,5 Mg/KgBB INTRAVENA TERHADAP GEJOLAK KARDIOVASKULER PADA ...Khairul Rizal
 
Gangguan endokrin.pptx
Gangguan endokrin.pptxGangguan endokrin.pptx
Gangguan endokrin.pptxYANIMULYANI18
 
Farmakokinetik Klinik Digoxin
Farmakokinetik Klinik DigoxinFarmakokinetik Klinik Digoxin
Farmakokinetik Klinik DigoxinTaofik Rusdiana
 
Persentasion PBL 1 Modul Hemiparesis
Persentasion PBL 1 Modul HemiparesisPersentasion PBL 1 Modul Hemiparesis
Persentasion PBL 1 Modul HemiparesisAulia Amani
 
Jenis, Indikasi, Dosis, dan Efek Samping Obat
Jenis, Indikasi, Dosis, dan Efek Samping ObatJenis, Indikasi, Dosis, dan Efek Samping Obat
Jenis, Indikasi, Dosis, dan Efek Samping Obatpjj_kemenkes
 
Modul farmakologi 2 kb 2.-
Modul farmakologi 2 kb 2.-Modul farmakologi 2 kb 2.-
Modul farmakologi 2 kb 2.-pjj_kemenkes
 
Dx dan tx PH primer pd anak dan remaja.pptx
Dx dan tx PH primer pd anak dan remaja.pptxDx dan tx PH primer pd anak dan remaja.pptx
Dx dan tx PH primer pd anak dan remaja.pptxInriMoniung
 
Vi. obat kardiovaskular
Vi. obat kardiovaskularVi. obat kardiovaskular
Vi. obat kardiovaskularSyifa Dhila
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
Portofolio hipertensi
Portofolio hipertensiPortofolio hipertensi
Portofolio hipertensiyaya jaya
 
SRKE KEL 3 PSIKOSIS..docx
SRKE KEL 3 PSIKOSIS..docxSRKE KEL 3 PSIKOSIS..docx
SRKE KEL 3 PSIKOSIS..docxDianaAjeng3
 
237100501 case-bedah
237100501 case-bedah237100501 case-bedah
237100501 case-bedahhomeworkping3
 
Kb 1 asuhan keperawatan diabetik dan infark miokard
Kb 1 asuhan keperawatan diabetik dan infark miokardKb 1 asuhan keperawatan diabetik dan infark miokard
Kb 1 asuhan keperawatan diabetik dan infark miokardpjj_kemenkes
 

Similar to 120-Article Text-190-2-10-20200402.pdf (20)

CBD CAD Antonius Wahyu Hendrawan.pptx
CBD CAD Antonius Wahyu Hendrawan.pptxCBD CAD Antonius Wahyu Hendrawan.pptx
CBD CAD Antonius Wahyu Hendrawan.pptx
 
PENGARUH LIDOKAIN 1,5 Mg/KgBB INTRAVENA TERHADAP GEJOLAK KARDIOVASKULER PADA ...
PENGARUH LIDOKAIN 1,5 Mg/KgBB INTRAVENA TERHADAP GEJOLAK KARDIOVASKULER PADA ...PENGARUH LIDOKAIN 1,5 Mg/KgBB INTRAVENA TERHADAP GEJOLAK KARDIOVASKULER PADA ...
PENGARUH LIDOKAIN 1,5 Mg/KgBB INTRAVENA TERHADAP GEJOLAK KARDIOVASKULER PADA ...
 
Pp hipertensi kmb1
Pp hipertensi kmb1Pp hipertensi kmb1
Pp hipertensi kmb1
 
Gangguan endokrin.pptx
Gangguan endokrin.pptxGangguan endokrin.pptx
Gangguan endokrin.pptx
 
Farmakokinetik Klinik Digoxin
Farmakokinetik Klinik DigoxinFarmakokinetik Klinik Digoxin
Farmakokinetik Klinik Digoxin
 
Ii. askep hipertensi
Ii. askep hipertensiIi. askep hipertensi
Ii. askep hipertensi
 
Persentasion PBL 1 Modul Hemiparesis
Persentasion PBL 1 Modul HemiparesisPersentasion PBL 1 Modul Hemiparesis
Persentasion PBL 1 Modul Hemiparesis
 
Jenis, Indikasi, Dosis, dan Efek Samping Obat
Jenis, Indikasi, Dosis, dan Efek Samping ObatJenis, Indikasi, Dosis, dan Efek Samping Obat
Jenis, Indikasi, Dosis, dan Efek Samping Obat
 
Modul farmakologi 2 kb 2.-
Modul farmakologi 2 kb 2.-Modul farmakologi 2 kb 2.-
Modul farmakologi 2 kb 2.-
 
Dx dan tx PH primer pd anak dan remaja.pptx
Dx dan tx PH primer pd anak dan remaja.pptxDx dan tx PH primer pd anak dan remaja.pptx
Dx dan tx PH primer pd anak dan remaja.pptx
 
11-18-1-SM.pdf
11-18-1-SM.pdf11-18-1-SM.pdf
11-18-1-SM.pdf
 
Vi. obat kardiovaskular
Vi. obat kardiovaskularVi. obat kardiovaskular
Vi. obat kardiovaskular
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
691 757-1-pb
691 757-1-pb691 757-1-pb
691 757-1-pb
 
Portofolio hipertensi
Portofolio hipertensiPortofolio hipertensi
Portofolio hipertensi
 
SRKE KEL 3 PSIKOSIS..docx
SRKE KEL 3 PSIKOSIS..docxSRKE KEL 3 PSIKOSIS..docx
SRKE KEL 3 PSIKOSIS..docx
 
237100501 case-bedah
237100501 case-bedah237100501 case-bedah
237100501 case-bedah
 
PPT TUGAS.pptx
PPT TUGAS.pptxPPT TUGAS.pptx
PPT TUGAS.pptx
 
Miokarditis AKPER PEMKAB MUNA
Miokarditis AKPER PEMKAB MUNA Miokarditis AKPER PEMKAB MUNA
Miokarditis AKPER PEMKAB MUNA
 
Kb 1 asuhan keperawatan diabetik dan infark miokard
Kb 1 asuhan keperawatan diabetik dan infark miokardKb 1 asuhan keperawatan diabetik dan infark miokard
Kb 1 asuhan keperawatan diabetik dan infark miokard
 

Recently uploaded

Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 

120-Article Text-190-2-10-20200402.pdf

  • 1. 36 Jurnal Kardiologi Indonesia J Kardiol Indones. 2011;32:36-41 ISSN 0126/3773 Case Report Recognize and Treatment of Digitalis Intoxication Dewi H Suprobo, Bambang B Siswanto, Yoga Yuniadi, Ganesja M. Harimurti Department of Cardiology and Vascular Medicine, Faculty of Medicine, University of Indonesia, and National Cardiovascular Center Harapan Kita, Jakarta Background: Digitalis is the oldest compound in cardiovascular medicine that continues to be used in contemporary clinical practice. It is one of the most frequently prescribed medications and has historically been implicated as one of the most common causes of adverse drug reactions. Despite the fact that digitalis preparations have been used therapeutically for more than 200 years, diagnosis of digoxin toxicity remains difficult. Signs and symptoms associated with toxicity are nonspecific, as are electrocardiographic changes, and the “therapeutic” and “toxic” concentrations overlap. Objective: to present a case report of digoxin intoxication and to review the diagnosis and management of the disease. Summary: We have reported a case related to intoxication of a drug that is one of the most frequently prescribed medications and has historically been implicated as one of the most common causes of adverse drug reactions. This fact is reasonable since digoxin has a narrow margin of safety, where at the therapeutic dosage digoxin could induce intoxication. Moreover the response to this drug is influenced by many factors. Although the general manifestation of digoxin intoxication is not specified, but in patient who are in digoxin therapy with clinical manifestation of digoxin intoxication, we have to put digoxin intoxication as one of our differential diagnosis. The diagnosis is supported by the ECG manifestation and confirmed by the examination of serum digoxin level. Eventhough, normal digoxin level could also induce intoxication. The initial management of digoxin intoxication is early recog- nition that a dysrhythmia and/or noncardiac manifestation may be related to digitalis intoxication and stop the digoxin therapy. Immunotherapy, in hemodynamically stable or unstable patients, is a first-line therapy. (J Kardiol Indones. 2011;32:36-41) Keywords: digoxin intoxication, arrhythmia, digoxin level. Jurnal Kardiologi Indonesia · Vol. 32, No. 1 · Januari - Maret 2011
  • 2. , 37 Jurnal Laporan Kasus Kardiologi Indonesia J Kardiol Indones. 2011;32:36-41 ISSN 0126/3773 Intoksikasi Digoksin: Bagaimana Cara Mengenali Dan Penatalaksanaannya Dewi H Suprobo, Bambang B Siswanto, Yoga Yuniadi, Ganesja M. Harimurti Latar Belakang: Digoksin merupakan komponen tertua dalam pengobatan kardiovaskular yang terus-meneris digunakan dalam praktek kedokteran saat ini. Obat ini merupakan obat yang paling sering diresepkan dan sejak dulu menjadi penyebab efek samping obat yang paling umum. Meskipun pada kenyataannya salah satu preparat digitalis ini telah banyak digunakan lebih dari 200 tahun, diagnosis intoksikasi digoksin masih sulit ditegakkan. Gejala dan tanda intoksikasi tidak spesifik, begitu pula gambaran perubahan EKG, sementara kadar terapi dan toksik tumpang tindih. Tujuan: untuk mempresentasikan sebuah laporan kasus intoksikasi digoksin dan mengkaji ulang diagnosis serta penatalak- sanaannya. Ringkasan: Telah dilaporkan satu kasus yang berkaitan dengan intoksikasi salah satu obat yang paling sering diberikan oleh dokter dan sejak dulu telah menjadi penyebab efek samping obat yang paling sering. Fakta ini sangat beralasan, oleh karena digoksin mempunyai batas aman yang sempit, dimana dosis terapinya dapat mencetuskan intoksikasi. Terlebih lagi respon tubuh terhadap obat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Meskipun manifestasinya tidak spesifik, akan tetapi pada pasien dalam terapi digoksin dengan manifestasi klinis yang mengarah pada intoksikasi digoksin, maka intoksikasi digoksin harus menjadi salah satu diagnosis banding kita. Diagnosis ini ditunjang oleh manifestasi EKG dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan kadar digoksin plasma. Meskipun demikian kadar digoksin yang normal pun dapat menyebabkan intoksikasi. Penatalaksanaan awal intoksikasi digoksin adalah pengenalan disritmia dan atau manifestasi kardiak yang berhubungan dengan intoksikasi digoksin, serta penghentian digoksin. Sementara itu terapi lini pertama pada kasus dengan hemodinamik stabil seperti pada kasus ini adalah imunoterapi. (J Kardiol Indones. 2011;32:36-41) Kata kunci: intoksikasi digoksin, aritmia, kadar digoxin. Digoksin merupakan salah satu obat yang paling sering diberikan oleh dokter dan sejak dulu diketahui paling sering menimbulkan efek samping obat. Hal ini mungkin dikarenakan dosis toksik digitalis cukup dekat dengan dosis terapi, adanya kecenderungan terjadi Alamat Korespondensi: Dr. dr. Bambang Budi Siswanto, SpJP Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. E-mail: bbs@cbn.net.id akumulasi, dan dipengaruhi oleh kadar elektrolit yang tidak seimbang. Meskipun tanda-tanda pada kasus intiksikasi digoksin sangat umum, deteksi adanya suatu intoksikasi tidaklah semudah apa yang selama ini diperkirakan. Gejala umum intoksikasi digoksin tidak spesifik dan gambaran elektrokardiogram dapat berupa aritmia dalam bentuk apapun. Lebih dari itu penilaian penyebab manifestasi klinis yang paling umum terjadi, yaitu gejala gastrointestinal pada usia tua sangat sulit. Jurnal Kardiologi Indonesia · Vol. 32, No. 1 · Januari - Maret 2011
  • 3. 38 Jurnal Kardiologi Indonesia Laporan Kasus Seorang laki-laki usia 77 tahun datang dengan keluhan utama mual dan muntah yang semakin sering sejak 3 hari SMRS. Keluhan muntah lebih dari 3 kali dalam sehari, berupa air, kadang-kadang berupa makanan. Keluhan nyeri dada, sesak nafas, sakit kepala, kepala terasa melayang, demam ataupun nyeri perut disangkal. Tidak ada keluhan yang berkaitan dengan buang air besar dan buang air kecil. Begitu pula keluhan yang mengarah pada. Dari riwayat penyakit dahulu, diketahui bahwa pasien sebulan yang lalu pernah dirawat dengan diagnosis chronic heart failure fc II ec old anterior myocardial infarction, chronic kidney disease stadium V dalam terapi hemodialisis, Hipertensi stadium 1, paroxysmal atrial fibrilasi, and post PCI pada bulan Oktober 2010. Obat-obatan yang terakhir kali diminum adalah ISDN 3x10 mg, Hydralazine 3x50 mg, Asam asetilsalisilat 1x100 mg, Furosemid 1x40 mg, Simvastatin 1x20 mg, Asam folat 1x, Digoksin 1x0,5 mg (terakhir kali minum > 6 jam yang lalu), Clopidrogel bisulfate 1x75 mg. Pada pemeriksaan fisik, pasien dalam keadaan sadar, dengan kondisi umum cukup baik. Tekanan darah 158/60 mmHg, denyut nadi 43 x/minute, ireguler dan cukup kuat, frekuensi pernafasan 22 kali per menit, saturasi oksigen 99%, berat badan 60 kg dan tinggi badan 165 cm (IMT: 22 kg/m2) dengan suhu normal. Pada pemeriksaan lainnya dalam batas normal. Gambaran EKG pada pasien ini menunjukkan adanya atrial fibrilasi dengan kecepatan QRS 43 kali per menit, aksis QRS normal, durasi QRS 0,08”, gelombang Q di V1-V4. Foto torak menunjukkan gambaran kardiomegali dengan elongasi dan kalsifikasi pada daerah aorta. Sedangkan pada pemeriksaan laboratorium diperoleh data hemoglobin 9,6 mg/ dl, ureum 59 mg/dl, BUN 28 mg/dl, kreatinin 6,4 mg/dl, CCT 10,97, natrium 135 mmol/L, kalium 5,0 mmol/L, klorida 95 mmol/L, total kalsium 2,0 mmol/L, magnesium 1,9 mmol/L, dan kadar digoksin > 4 ng/ml. Gambar 1. ECG Gambar 2. A. EKG hari pertama, B. EKG hari kedua. Jurnal Kardiologi Indonesia · Vol. 32, No. 1 · Januari - Maret 2011
  • 4. 39 Suprobo DH dkk: Intoksikasi Digoksin Gambar 3. EKG hari kelima Dari data di atas, pasien didiagnosis dengan intoksikasi digoksin, chronic heart failure fc II ec old anterior myocardial infarction, chronic kidney disease stadium V dengan terapi hemodialisis, hipertensi stadium I, atrial fibrilation slow ventricular response, and post PCI pada Oktober 2010. Manifestasi EKG pada pasien ini adalah kasus bradiaritmia dengan kondisi hemodinamik stabil, oleh karena itu diputuskan untuk menghentikan pemberian obat digoksin untuk sementara waktu dan melakukan observasi kondisi hemodinamik pasien ini, dengan tetap direncanakan untuk pemasangan TPM (temporary pacemaker) apabila kondisi pasien menjadi tidak stabil. Untuk terapi yang lain tetap diberikan dan pasien direncanakan untuk hemodialisis sesuai jadwal rutinnya. Selama perawatan di rumah sakit, keadaan hemodinamik pasien stabil dengan perbaikan pada kondisi klinis pasien walaupun gambaran EKG tidak menunjukkan banyak perubahan. Sebagai evaluasi, pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan kadar digoksin ulang, akan tetapi kondisi klinis pasien dijadikan parameter adanya perbaikan. Pasien dipulangkan pada hari perawatan kedelapan, dengan gambaran EKG atrial fibrilation normal ventricular response. Diskusi Dari kasus di atas, diketahui bahwa pasien tidak pernah mendapat terapi digoksin sebelumnya, dan setelah pemberian digoksin oral 0,5 mg sehari, menunjukkan adanya gejala intoksikasi. Meskipun dosis yang diberikan masih dalam batas dosis terapi, digoksin masih sangat mungkin menjadi penyebab keluhan gastrointestinal yang dialami pasien.Seperti yang dikatakn oleh Bulock dan Hall dalam penelitiannya, gejala-gejala umum intoksikasi digoksin, meliputi anoreksia, perasaan mual dan muntah serta diare tidaklah spesifik. Manifestasi gastrointestinal sangat umum dialami oleh pasien usia lanjut, pasien dengan gastritis, chronic heart failure atau chronic kidney disease. Meskipun demikian, adanya keluhan gastrointestinal dan malaise pada pasien dalam terapi digoksin seharusnya menimbulkan kecurigaan bahwa pasien tersebut mengalami intoksikasi digoksin.1 Pada kasus ini tidak terdapat kelainan pada penglihatan yang merupakan gejala paling umum pada intoksikasi digitalis. Kelainan ini dapat berupa gangguan penglihatan warna, khususnya chromatopsia (persepsi subyektif bahwa warna benda yang dilihat tidak mempunyai warna sesuai aslinya.2 Sementara bradiaritmia dapat merupakan salah satu manifestasi klinis intoksikasi digoksin. Digoksin, 65–80% diserap setelah pemberian secara oral. Begitu sampai ke dalam darah, seluruh golongan glikosida jantung didistribusikan secara merata ke jaringan-jaringan, meliputi sistem saraf pusat.3 Akan tetapi, distribusi digoksin memang relatif lambat; oleh karena itu, meskipun diberikan melalui intravena, ada kelambatan beberapa jam antara pemberian obat dengan efek antiarimia. Waktu paruh eliminasi digoksin adalah 36 jam pada pasien dengan fungsi ginjal normal. Oleh karena itu digoksin dapat diberikan sekali dalam sehari. Sedangkan kadar digoksin dalam darah yang dicapai setelah pemberian selama seminggu senagai permulaan terapi pemeliharaan.4 Digoksin dieksresi melalui ginjal dengan clearance rate yang sebanding dengan glomerular filtration rate. Gagal ginjal akan memperlama waktu paruh digoksin dan mengurangi volume distribusi ekstravaskuler.5 Waktu paruh meningkat pada pasien dengan kelainan Jurnal Kardiologi Indonesia · Vol. 32, No. 1 · Januari - Maret 2011
  • 5. 40 Jurnal Kardiologi Indonesia ginjal yang lanjut (hingga 3-5 hari); volume distribusi dan clearance rate, keduanya akan menurun pada pa- sien lanjut usia. Dikarenakan sempitnya indeks terapi, penggunaan obat ini pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan pada pasien usia lanjut harus sangat hati-hati sekali.4 Seperti apa yang dinyatakan oleh Doering pada penelitiannya di tahun 1977, orang usia lanjut dengan gangguan fungsi ginjal rentan untuk terjadi intoksikasi digitalis.6 Sementara Soffer and Dubnow, pada penelitiannya, menyatakan bahwa insiden reaksi toksik meningkat dengan tajam sesuai dengan usia dan dosis yang diberikan pada pasien tua harus lebih kecil.7 Selain itu pada satu penelitian oleh Lubash dkk, diketahui bahwa intoksikasi digitalis dijumpai pada 30 % pasien dengan terapi dialisis yang mendapatkan terapi digitalis.8 Selain faktor usia dan kelainan fungsi ginjal, kita harus menilai secara hati-hati adanya kondisi ketidakseimbangan elektrolit yang dapat mempenga- ruhi mekanisme kerja digoksin. Hipokalemia berpotensi untuk mencetuskan aritmia.9 Kalium dan digitalis berinteraksi dengan saling menghambat satu sama lain untuk berikatan dengan Na+/K+ ATPase. Ion kalsium memfasilitasi aksi toksik glikosida jantung dengan mempercepat penyimpanan kalsium intraseluler yang berlebihan yang mendasari gangguan otomatisitas yang dicetuskan digitalis. Oleh karena itu hiperkalsemia meningkatkan risiko aritmia akibat digitalis. Sedangkan magnesium memberikan efek sebaliknya.10 Sementara itu, dari pemeriksaan fisik, denyut nadi tidak teratur dan lambat, 43 kali per menit. Pemeriksaan lain dalam batas normal. Kecurigaan kepada kelainan oragan lain seperti saluran cerna, hati, dan ginjal dapat dikonfirmasi melalui pemeriksaan laboratorium. Begitu pula kecurigaan keluhan gastrointestinal sebagai salah satu manifestasi infark miokard dapat dikonfirmasi melalui pemeriksaan EKG. Bentuk aritmia apapun, termasuk atrial fibrilation slow ventricular response, dapat merupakan manifestasi EKG intoksikasi digitalis dan tidak ada satupun gambaran EKG yang patognomonik pada keadaan dimana kadar digoksin berlebihan. Kombinasi antara peningkatan otomatisitas dan gangguan konduksi (contohnya AV block disertai dengan accelerated junctional) menunjukkan kemungkinan besar adanya intoksikasi bahkan pada pasien yang kadar serumnya masih dalam rentang dosis terapi.11 Munculnya gejala malaise, gangguan gastrointes- tinal, atau aritmia baru pada pasien yang menerima digitalis memberikan kecurigaan adanya intoksikasi. Apabila gejala-gejala tersebut membaik setelah penghentian obat atau pengurangan dosis digoksin, maka hal ini semakin mendukung adanya intoksikasi digoksin. Pengukuran konsentrasi glikosida dalam plasma atau serum, bersamaan dengan perkiraan konsentrasi kalium dalam plasma akan sangat membantu penegakan diagnosis. Apabila konsentrasi kalium normal, sangat tidak mungkin terjadi intoksikasi digoksin dengan konsentrasi digoksin di bawah 2 ng/ml, sedangkan intoksikasi sangat mungkin terjadi bila kadar digoksin dalam serum di atas 4 ng/ ml. Meskipun begitu pada pasien dengan kadar kalium di bawah normal, kadar glikosida antara di bawah 2 ng/ml mungkin masih dapat dikaitkan dengan intoksikasi.12 Kadar digoksin plasma dapat dapat digunakan untuk memonitor toksisitas dan sebagai petunjuk dosis pengobatan yang tepat. Kadar terapi bervariasi antara 0,6-1,3 ng/mL. Kadar digoksin dalam serum yang berkaitan dengan toksisitas tumpang tindih antara rentang dosis terapi dengan dosis yang toksik karena banyak sekali faktor yang meningkatkan potensi terjadinya toksisitas digoksin. Oleh karena onset kerja digokin yang terlambat, setidaknya 6 jam setelah pemberian obat dan pengambilan sampel pengukuran kadar digoksin sehingga mencegah peningkatan kadar yang tidak sebenarnya. Terlalu mengandalkan kadar digoksin tanpa melihat manifestasi klinis dapat menyebabkan pengambilan keputusan intervensi yang tidak sesuai dan mahal.11 Cara yang terbaik adalah dengan memantau kadar digoksin dan menghubungkannya dengan kadar kalium dan manifestasi klinis dan gambaran EKG. Kadar digoksin yng diukur sebelum 6-8 jam setelah proses cerna mencerminkan distribusi awal obat akan tetapi bukan kadar dalam jaringan yang sebenarnya dan tidak bisa menjadi prediktor adanya intoksikasi. Waktu paruh dalam plasma memendek menjadi 10-25 jam pada pencernaan secara akut dan masif, dibandingkan dengan pada proses cerna yang tidak toksik yaitu 36 jam.12 Penatalaksanaan yang efektif berdasarkan pada penemuan awal bahwa disritmia dan atau manifestasi nonkardiak mungkin berhubungan dengan intoksikasi digoksin. Prinsip umum penatalaksanaan meliputi penilaian beratnya masalah dan penyebab terjadinya toksisitas (misalnya, fungsi ginjal, dosis yang diberikan, obat yang diberikan bersamaan, dan apakah dosis yang berlebihan sengaja atau tidak sengaja diberikan. Kedua, Jurnal Kardiologi Indonesia · Vol. 32, No. 1 · Januari - Maret 2011
  • 6. 1. 2. 94. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 41 Suprobo DH dkk: Intoksikasi Digoksin faktor-faktor yang mempengaruhi pengobatan, antara lain usia, riwayat penyakit, kronik tidaknya intoksikasi digoksin, adanya penyakit jantung dan atau gangguan fungsi ginjal, dan yang paling penting perubahan EKG. Ketiga, penilaian kondisi hemodinamik, meliputi EKG 12 lead dan monitor jantung, begitu pula perawatan di ICU dan akses intravena. Keempat, pengukuran elektrolit secara cepat, meliputi kalium dan kalsium, kreatinin, dan kadar digoksin. 12 Penatalaksanaan disritmia bervariasi, tergantung ada tidaknya ketidakstabilan kondisi hemodinamik, perjalanan aritmia, ada tidaknya gangguan elektrolit.14 Pada bradiaritmia yang stabil, pasien ditatalaksana dengan observasi dan penghentian obat. Pastikan status volume yang cukup untuk mengoptimalakan fungsi ginjal dalam membuang obat yang berlebihan. Obat untuk sebagian besar bradikardi adalah penghentian digoksin, sedangkan pemberian atropin atau pacu jantung sementara diperlukan pada pasien yang bergejala. Ringkasan Telah dilaporkan satu kasus yang berkaitan dengan intoksikasi salah satu obat yang paling sering diberikan oleh dokter dan sejak dulu telah menjadi penyebab efek samping obat yang paling sering. Fakta ini sangat beralasan, oleh karena digoksin mempunyai batas aman yang sempit, dimana dosis terapinya dapat mencetuskan intoksikasi. Terlebih lagi respon tubuh terhadap obat ibni dipengaruhi oleh beberapa faktor. Meskipun manifestasinya tidak spesifik, akan tetapi pada pasien dalam terapi digoksin dengan manifestasi klinis yang mengarah pada intoksikasi digoksin, maka intoksikasi digoksin harus menjadi salah satu diagnosis banding kita. Diagnosis ini ditunjang oleh manifestasi EKG dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan kadar digoksin plasma. Meskipun demikian kadar digoksin yang normal pun dapat menyebabkan intoksikasi. Penatalaksanaan awal intoksikasi digoksin adalah pengenalan disritmia dan atau manifestasi kardiak yang berhubungan dengan intoksikasi digoksin, dan penghentian digoksin. Sementara itu terapi lini pertama pada kasus dengan hemodinamik stabil seperti pada kasus ini adalah imunoterapi. Daftar Pustaka Bullock RE HR. Digitalis toxicity and poisoning. Adverse Drug Reactions and Acuite Poisoning Reviews. 1982;1:201-22. Mahdyoon H BG, Rosman H, Goldstein S, Gheorghiade M. The evolving pattern of digoxin intoxication: observations at a large urban hospital from 1980 to 1988. Am Heart J 1990;120:1189- Katzung BG. Drugs Used in Heart Failure. Dalam: Basic and Clinical Pharmacology, 10th ed.2006.p889-899. Brunton L, Parker K, Blumenthal D, Buxton I. Pharmacotherapy of Congestive Heart Failure. Dalam: Goodman & Gilman’s Manual of Pharmacology and Therapeutics. 11th ed. 2008. p 561-577. Crijns H. Antiarrhythmic Drugs. Dalam: Hurst’s The Heart, 12th ed. 2008. Doering W, Konig E, Sturm W. Digitalis Intoxication: Specific- ity and Significance of Cardiac and Extracardiac Symptoms. Z Kardiol.1977;66:129-37. Dubnow MH and Burchell HB. A Comparison of Digi- talis Intoxication in Two Separate Periods. Annals of Internal Medicine.1965;62:956. Lubash GD, Cohen BD, Braveman WS, Rubin AL, Lucky EH. Metabolie Alteration During hemodyalysis with The Artificial Kidney. Am.J.Med. In Press. Brunton L, Parker K, Blumenthal D, Buxton I. Antiarrhythmic Drugs. Dalam: Goodman & Gilman’s Manual of Pharmacology and Therapeutics. 11th ed. 2008. p.596-7 Dec G. Digoxin remains useful in the management of chronic heart failure. Med Clin North Am 2003;87:317 Hauptman PJ KR. Digitalis. Circulation-Journal of The Ameri- can Heart Association 1999;99:1265-70 Dribben WH, Kirk MA. Digitalis glycosides. Dalam: Tintinalli JE, Kelen GB, Stapczynski JS, et al, eds.Emergency Medicine : A Comprehensive Study Guide. 6th ed. New York, NY: McGraw- Hill; 2004:Chap 174. Kirrane BM OR, Nelson LS, et al. Inconsistent approach to the treatment of chronic digoxin toxicity in the United States. Hum Exp Toxicol 2009;28:285-92 Jurnal Kardiologi Indonesia · Vol. 32, No. 1 · Januari - Maret 2011