SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
LAPORAN AKHIR KEGIATAN
FOGGING DALAM RANGKA PENANGGULANGAN KEJADIAAN LUAR
BIASA PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
TAHUN 2012
BAB. I
A. PENDAHULUAN
Pembangunan Kesehatan di Indonesia dihadapkan pada masalah dan
tantangan yang muncul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial ekonomi dan
perubahan lingkungan strategis, baik secara nasional maupun global.
Penerapan desentralisasi di bidang kesehatan dan pencapaian Sasaran Millenium
Development Goals (MDGS) merupakan contoh masalah dan tantangan yang perlu
menjadi perhatian seluruh Stakeholder bidang kesehatan, khususnya para pengelola
program dalam menyusun kejadian dan stategi agar pelaksanaannya menjadi lebih
efisien dan efektif.
Salah satu masalah yang menjadi perhatian Indonesia dan tercantum dalam
PERPRES No. 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan jangka Menengah Nasional
(RP JMN) 2004 – 2009 adalah perkembangan emerging diseases seperti Demam
Berdarah Dengue yang jumlah kasusnya cenderung meningkat serta penyebarannya
semakin luas. Hal ini ditunjang dengan PERMENKES No. 331 tahun 2005 tentang
Rencana Strategis (RENSTRA) Departemen Kesehatan 2005 – 2009 dan KEPMENKES 1457
tahun 2003 tentang Standar Pelayanan Minimal yang menguatkan pentingnya upaya
pengendalian penyakit DBD di Indonesia hingga ke tingkat Kabupaten / Kota bahkan
sampai ke desa. Melalui pelaksanaan program pengendalian penyakit DBD diharapkan
dapat berkontribusi menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat
penyakit menular di Indonesia.
DBD merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan, oleh karena itu
pengendalian vektornya tidak mungkin berhasil dengan baik tanpa melibatkan peran
serta masyarakat termasuk lintas sektor, lintas program, LSM, tokoh masyarakat dan
penyandang dana. Pengendalian vektor penyakit tular vektor termasuk DBD harus
berdasarkan pada data dan informasi tentang bioekologi vektor, situasi daerah
termasuk sosial budayanya. Adapun pengendalian DBD yang tepat sampai saat ini
adalah dengan memutus rantai penularan yaitu dengan pengendalian vektornya,
karena vaksin dan obatnya masih dalam proses penelitian. Penyebaran vektor DBD
sudah sangat luas di seluruh wilayah Indonesia, hal ini disebabkan keadaan iklim
global dan infrastruktur penyediaan air bersih yang kondusif untuk perkembangan
vektor DBD, serta prilaku masyarakat yang belum mendukung upaya pengendalian.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Melawi merupakan wilayah perbukitan
dengan luas sekitar 8.818,70 km² atau 82,85 % dari luas Kabupaten Melawi. Keadaan
tanah terdiri dari tanah dataran rendah, landai, bergelombang, tanah berbukit dan
tanah bergunung (dataran tinggi). Kabupaten Melawi cukup dikenal sebagai daerah
penghujan dengan intensitas yang tinggi. Secara umum mempunyai curah hujan
tahunan diatas 3.600 milimeter. Intensitas hujan yang tinggi biasanya saling
mempengaruhi keselamatan penerbangan dan kegiatan-kegiatan lainnya.
Kabupaten Melawi beriklim tropis dengan dua musim, yaitu musim kemarau
yang biasanya berlangsung pada Bulan Mei – Oktober dan musim penghujan yang
biasanya berlangsung pada bulan November – April. Akhir-akhir ini dibeberapa daerah
di Kabupaten Melawi pada musim kemarau terjadi kebakaran hutan, menimbulkan
kabut asap tebal, berakibat polusi udara. Kondisi ini dapat menyebabkan penyakit
batuk dan sesak napas, selain itu musim kemarau juga berakibat sulitnya untuk
memperoleh sumber air bersih, karena surutnya air pada aliran sungai, menyebabkan
penyakit diare dan penyakit kulit meningkat. Musim penghujan sangat menguntungkan
masyarakat karena menyuburkan tanah dan tercukupinya kebutuhan sumber air
bersih. Tetapi pada tahun 2012curah hujan di Kabupaten Melawi berlebihan yang
mengakibatkan beberapa kecamatan terjadi banjir atau air pasang. Di sisi lain musim
hujan juga dapat menimbulkan kerugian bagi masyarakat khususnya di segi kesehatan
yang menimbulkan semakin meningkatnya kasus penyakit Chikungunya, Malaria, Diare
dan DBD akan cepat berkembangbiak di tempat-tempat penampungan air hujan, vas
bunga, kaleng-kaleng bekas, bak kamar mandi, sarang burung.
Adapun faktor yang mempengaruhi tinggi / rendahnya kasus DBD adalah
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dari masyarakat itu sendiri. Semakin baik perilaku
masyarakatnya maka semakin sedikit pula ditemukannya kasus DBD di lingkungan
masyarakat tersebut bahkan tidak ditemukannya kasus DBD, dan sebaliknya apabila
perilaku masyarakatmya tidak baik maka kasus DBD akan mudah ditemukan. Oleh
Karena itu untuk mencegah kasus tersebut maka Instansi Dinas Kesehatan Kabupaten
Melawi secepatnya melakukan pencegahan kasus DBD tersebut dengan dibuatnya ”
Surat Perintah Tugas ”(terlampir) di lingkungan Kabupaten Melawi tahun 2010 yang
berisi tentang Penanganan DBD dengan cara Pengasapan dan Abatesasi.
B. TUJUAN DAN SASARAN
Tujuan dan sasaran dilakukannya Penanganan DBD dengan cara Pengasapan
dan Abatesasi ini adalah mengendalikan populasi nyamuk pada tempat – tempat yang
memungkinkan berkembangbiaknya Nyamuk Aedes Aegypty khususnya pada tempat –
tempat ditemukannya kasus DBD.
BAB II
RUANG LINGKUP
1. PENGERTIAN DBD
Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty, yang
ditandai dengan demam mendadak 2 sampai dengan 7 hari tanpa penyebab yang jelas,
lemah / Lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik
perdarahan (petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). Kadang – kadang
mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan (Shock).
Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan
masyarakat dan endemis diseluruh Kota / Kabupaten di Indonesia. Sejak tahun 1968
hingga saat ini terjadi peningkatan kasus dan meluasnya penyebaran penyakit serta
angka kematian DBD yang masih relatif tinggi dan berpotensi terjadi KLB.
Peningkatan kasus dan KLB DBD dipengaruhi oleh mobilitas penduduk dan
arus urbanisasi yang tidak terkendali, kurangnya peran serta masyarakat dalam
pengendalian DBD, kurangnya jumlah dan kualitas SDM pengelola program DBD di
setiap jenjang administrasi, kurangnya kerjasama serta komitmen lintas program dan
lintas sektor dalam pengendalian DBD, sistem pelaporan dan penanggulangan DBD
yang terlambat dan tidak sesuai dengan SOP, perubahan iklim yang memadai, serta
letak geografis Indonesia di daerah tropik mendukung perkembangbiakan vektor dan
pertumbuhan virus.
Seluruh wilayah Indonesia, mempunyai risiko untuk kejangkitan penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD) karena virus penyebab dan nyamuk penularnya (Aedes
Aegypty) tersebar luas, baik dirumah-rumah maupun di tempat umum, kecuali yang
ketinggiannya lebih dari 1000 m di atas permukaan laut.
2. EPIDEMIOLOGI DBD
Epidemiologi berasal dari kata Epi, demos dan logos. Epi = atas, demos =
masyarakat, logos = ilmu. Sehingga Epidemiologi dapat diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang kejadian di masyarakat. Epidemiologi penyakit Dengue adalah
ilmu yang mempelajari tentang kejadian dan distribusi dan frekuensi penyakit Dengue
menurut variabel epidemiologi (orang, tempat dan waktu ) dan berupaya menentukan
faktor penyebab terjadinya kejadian itu di kelompok populasi.
3. SURVEILANS KASUS DBD
Surveilans ( Menurut WHO ) adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis,
dan interpretasi data, serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan
pihak/instansi terkait secara sistematis dan terus menerus serta penyebaran informasi
kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan.
Surveilans ( Menurut KEPMEN 1116 / 2003 ) adalah kegiatan analisis secara
sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah –masalah kesehatan dan
kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau
masalah – masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan
penanggulangan secara efisien dan efektif melalui proses pengumpulan data,
pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program
kesehatan.
Surveilans Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah proses pengumpulan,
pengolahan analisis, dan interpretasi data, serta penyebarluasan informasi ke
penyelenggara program, instansi dan pihak terkait secara sistematis dan terus
menerus tentang situasi DBD dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan
dan penularan penyakit tersebut, agar dapat dilakukan tindakan pengendalian secara
efisien dan efektif.
Surveilans epidemiologi DBD meliputi kegiatan pengumpulan dan pencatatan data
tersangka DBD untuk melakukan PE. Pengolahan dan penyajian data penderita DBD
untuk pemantauan KLB berdasarkan laporan mingguan KLB ( W2 DBD), laporan
bulanan kasus/kematian DBD dan program pemberantasan (K-DBD), data dasar
perorangan pendrita DD, DBD, SSD (DP-DBD), penentuan stratifikasi (endemisitas)
desa/kelurahan, distribusi kasus DBD per RW/dusun, penentuan musim penularan, dan
kecendrungan DBD.
4. SURVEILANS VEKTOR DBD
Surveilans Vektor DBD adalah keseluruhan dari suatu proses yang meliputi
pengumpulan, pencatatan, pengolahan, analisis dan interpretasi data vektor serta
penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan pihak instansi terkait secara
sistematis dan terus – menerus.
Demam Berdarah Dengue ditularkan terutama oleh nyamuk Aedes Aegypty.
Meskipun nyamuk Aedes Albopictus dapat menularkan DBD tetapi peranannya dalam
penyebaran penyakit sangat kecil, karena biasanya hidup dikebun-kebun.
Nyamuk Aedes Aegypti mengalami metamorfosis sempurna yaitu ; telur – jentik
– kepompong – nyamuk. Staium telur, jentik dan kepompong hidup di dalam air. Pada
umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu ± 2 hari setelah telur
terendam air. Stadium jentik biasanya berlangsung 6 – 8 hari, dan stadium kepompong
(Pupa) berlangsung antara 2-4 hari. Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewasa
selama 9-10 hari. Umur nyamuk betina dapat mencapai 2 – 3 bulan. Tempat
perkembangbiakan utama ialah tempat – tempat penampungan air berupa genangan
air yang tertampung disuatu tempat atau bejana di dalam atau sekitar rumah atau
tempat – tempat umum, biasanya tidak melebihi jarak 500 m dari rumah. Nyamuk ini
biasanya tidak dapat berkembangbiak di genangan air yang langsung berhubungan
dengan tanah.
5. PENGENDALIAN VEKTOR DBD
Pengendalian vektor adalah upaya menurunkan faktor risiko penularan oleh
vektor dengan meminimalkan habitat potensial perkembangbiakan vektor,
menurunkan kepadatan dan umur vektor untuk mengurangi kontak vektor dengan
manusia atau memutus rantai penularan penyakit.
Pengendalian DBD yang tepat sampai saat ini adalah dengan memutus rantai
penularan yaitu dengan pengendalian vektornya, karena vaksin dan obatnya masih
dalam proses penelitian. Penyebaran vektor DBD sudah sangat luas di seluruh wilayah
Indonesia, hal ini disebabkan oleh keadaan iklim, kemajuan teknologi transportasi,
mobilitas penduduk, urbanisasi, perubahan iklim global dan infrastuktur penyediaan
air bersih yang kondusif untuk perkembangan vektor DBD, serta perilaku masyarakat
yang belum mendukung upaya pengendalian.
DBD merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan, oleh karena itu
pengendalian vektornya tidak mungkin berhasil dengan baik tanpa melibatkan peran
serta masyarakat termasuk lintas sektor, lintas program, LSM, tokoh masyarakat dan
penyandang dana. Pengendalian vektor penyakit tular vektor termasuk DBD harus
berdasarkan pada data dan informasi tentang bioekologi vektor, situasi daerah
termasuk sosial budayanya.
Metode pengendalian vektor DBD bersifat spesifik lokal, dengan
mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan fisik (cuaca / iklim, pemukiman, habitat
perkembangbiakan); lingkungan sosial-budaya (Pengetahuan Sikap dan Prilaku) dan
aspek vektor.
Pada dasarnya metode pengendalian vektor DBD yang paling efektif adalah dengan
melibatkan peran serta masyarakat (PSM). Sehingga berbagai metode pengendalian
vektor cara lain merupakan upaya pelengkap untuk secara cepat memutus rantai
penularan.
BAB III
METODOLOGI
Metode pengendalian vektor DBD bersifat spesifik lokal, dengan
mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan fisik (cuaca / iklim, pemukiman, habitat
perkembangbiakan); lingkungan sosial-budaya (Pengetahuan Sikap dan Prilaku) dan
aspek vektor.
Pada dasarnya metode pengendalian vektor DBD yang paling efektif adalah dengan
melibatkan peran serta masyarakat (PSM). Sehingga berbagai metode pengendalian
vektor cara lain merupakan upaya pelengkap untuk secara cepat memutus rantai
penularan.
Berbagai metode Pengendalian Vektor (PV) DBD, yaitu :
a. Kimiawi
Pengendalian vektor cara kimiawi dengan menggunakan insektisida merupakan salah
satu metode pengendalian yang lebih populer di masyarakat dibanding dengan cara
pengendalian lain.Sasaran insektisida adalah stadium dewasa dan pra-dewasa. Karena
insektisida adalah racun, maka penggunaannya harus mempertimbangkan dampak
terhadap lingkungan dan organisme bukan sasaran termasuk mamalia. Di samping itu
penentuan jenis insektisida, dosis, dan metode aplikasi merupakan syarat yang
penting untuk dipahami dalam kebijakan pengendalian vektor. Aplikasi insektisida
yang berulang di satuan ekosistem akan menimbulkan terjadinya resistensi serangga
sasaran.
b. Biologi
Pengendalian vektor biologi menggunakan agent biologi seperti : predator/pemangsa,
parasit, bakteri, sebagai musuh alami stadium pra dewasa vektor DBD.
Jenis predator yang digunakan adalah ikan pemakan jentik (cupang, tampalo, gabus,
guppy, dll), sedangkan larva Capung, Toxoryncites, Mesocyclops dapat juga berperan
sebagai predator walau bukan sebagai metode yang lazim untuk pengendalian vektor
DBD.
c. Manajemen Lingkungan
Lingkungan fisik seperti tipe pemukiman, sarana-prasarana penyediaan air, vegetasi
dan musim sangat berpengaruh terhadap tersedianya habitat perkembangbiakan dan
pertumbuhan vektor DBD. Manajemen lingkungan adalah upaya pengelolaan
lingkungan sehingga tidak kondusif sebagai habitat perkembangbiakan atau dikenal
sebagaisource reduction seperti 3M plus (menguras, menutup dan mengubur, dan
plus: menyemprot, memelihara ikan predator, menabur larvasida, dll) dan
menghambat pertumbuhan vektor (menjaga kebersihan lingkungan rumah,
mengurangi tempat-tempat yang gelap dan lembab di lingkungan rumah, dll).
d. Pemberantasan Sarang Nyamuk / PSN – DBD
Pengendalian vektor DBD yang paling efisien dan efektif adalah dengan memutus
rantai penularan melalui pemberantasan jentik. Pelaksanaan di masyarakat dilakukan
melalui upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN – DBD)
dalam bentuk kegiatan 3M plus. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, kegiatan
3M plus ini harus dilakukan secara luas/serempak dan terus menerus /
berkesinambungan. Untuk melakukan kegiatan itu secara rutin di lingkungan
masyarakat adalah melalui kegiatan promosi kesehatan, penyuluhan.
Pelaksanaan Pengendalian Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue (DBD)
pada tahun 2010 dilakukan dengan metode Kimiawi yaitu Pengasapan dan Abatesasi,
ini dimaksudkan untuk memberantas larva nyamuk dan nyamuk dewasa.
BAB IV
HASIL PELAKSANAAN
A. PELAKSANAAN KEGIATAN
Adapun pelaksanaan kegiatan fooging (pengasapan) dan Abatesasi ini
dilaksanakan mulai Juli – Agustus tahun 2010, dikarenakan jumlah kasus yang masuk
sudah meningkat. Pengasapan (Fooging) dilaksanakan di 4 Kecamatan yaitu ; Kec.
Nanga Pinoh, Kec. Pinoh Utara, Kec. Belimbing, Kec. Ella Hilir.. Yang mana pelaksana
fooging (pengasapan) tersebut diaksanakan oleh Staf Dinas Kesehatan Kabupaten
Melawi bersama dengan Kepala Puskesmas dan Stafnya berdasarkan Surat Perintah
Tugas dan Jadwal (terlampir) yang telah dibuat oleh Staf Administrasi Tim Fooging
Tahun 2010 dan diketahui oleh Kepala Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten
Melawi. Sedangkan pelaksanaan Abatesasi dilakukan oleh masing-masing Kader Desa
dan Staf Puskesmas.
B. ANALISA KENDALA KEGIATAN
Dari pelaksanaan kegiatan Fooging dan Abatesasi ini ditemukan berbagai
kendala sebagai berikut :
1. Dana yang diberikan untuk kegiatan Penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB)
Demam Berdarah Dengue (DBD) ini tidak sesuai dengan pengajuan Dana yang
diusulkan.
2. Jarak lokasi fooging (pengasapan) yang ditempuh agak sulit ditempuh.
3. Upah distribusi abate / abatesasi ke rumah – rumah yang dilakukan oleh Kader
Desa masing-masing hanya bisa dibayarkan untuk 11 Kecamatan tapi hanya di
beberapa Desa. Hal ini dikarenakan keterbatasan dana.
4. Mesin fooging (Swinfoog) yang digunakan hanya ada 4, sehingga pelaksanaan
fooging agak lama terselesaikan.

More Related Content

What's hot

SOP Pemberantasan sarang nyamuk.docx
SOP Pemberantasan sarang nyamuk.docxSOP Pemberantasan sarang nyamuk.docx
SOP Pemberantasan sarang nyamuk.docxFerryNjud
 
Konsep investigasi klb wabah
Konsep investigasi klb wabahKonsep investigasi klb wabah
Konsep investigasi klb wabahrickygunawan84
 
4.1.1.g. rencana kegiatan program hiv
4.1.1.g. rencana kegiatan program hiv4.1.1.g. rencana kegiatan program hiv
4.1.1.g. rencana kegiatan program hivBasuki Widiyanto
 
SDGs DESA Fasilitasi Konvergensi Stunting
SDGs DESA Fasilitasi Konvergensi StuntingSDGs DESA Fasilitasi Konvergensi Stunting
SDGs DESA Fasilitasi Konvergensi StuntingTV Desa
 
PDCA PROGRAM DBD 2021.docx
PDCA  PROGRAM DBD 2021.docxPDCA  PROGRAM DBD 2021.docx
PDCA PROGRAM DBD 2021.docxAnangSubandriono
 
Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun 2011-2025
Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun 2011-2025Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun 2011-2025
Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun 2011-2025rickygunawan84
 
Permenkes no. 13 tahun 2015 ttg pelayanan kesling di puskesmas
Permenkes  no. 13 tahun  2015  ttg pelayanan kesling di puskesmasPermenkes  no. 13 tahun  2015  ttg pelayanan kesling di puskesmas
Permenkes no. 13 tahun 2015 ttg pelayanan kesling di puskesmasAdelina Hutauruk
 
Teknik Penyusunan Model Logik
Teknik Penyusunan Model LogikTeknik Penyusunan Model Logik
Teknik Penyusunan Model LogikRandy Wrihatnolo
 
KAK KECACINGAN 2019.docx
KAK KECACINGAN 2019.docxKAK KECACINGAN 2019.docx
KAK KECACINGAN 2019.docxpuskesmaspagak
 
INDIKATOR KINERJA SURVEILANS DI PUSKESMAS I BATURRADEN
INDIKATOR KINERJA SURVEILANS DI PUSKESMAS I BATURRADEN INDIKATOR KINERJA SURVEILANS DI PUSKESMAS I BATURRADEN
INDIKATOR KINERJA SURVEILANS DI PUSKESMAS I BATURRADEN yesintabella
 
Buletin Surveilans & Imunisasi Edisi I Maret 2020
Buletin Surveilans & Imunisasi  Edisi I Maret 2020Buletin Surveilans & Imunisasi  Edisi I Maret 2020
Buletin Surveilans & Imunisasi Edisi I Maret 2020Ditjen P2P Kemenkes
 
Hasil Survey Status Gizi Indonesia Tahun 2021 tingkat Kabupaten Kota
Hasil Survey Status Gizi Indonesia Tahun 2021 tingkat Kabupaten KotaHasil Survey Status Gizi Indonesia Tahun 2021 tingkat Kabupaten Kota
Hasil Survey Status Gizi Indonesia Tahun 2021 tingkat Kabupaten KotaMuh Saleh
 
Kak dbd dan survailens
Kak dbd dan survailensKak dbd dan survailens
Kak dbd dan survailensSri Mega
 

What's hot (20)

Pokok bahasan SKD KLB
Pokok bahasan SKD KLBPokok bahasan SKD KLB
Pokok bahasan SKD KLB
 
SOP Pemberantasan sarang nyamuk.docx
SOP Pemberantasan sarang nyamuk.docxSOP Pemberantasan sarang nyamuk.docx
SOP Pemberantasan sarang nyamuk.docx
 
Buku Panduan Kader Posyandu
Buku Panduan Kader PosyanduBuku Panduan Kader Posyandu
Buku Panduan Kader Posyandu
 
Konsep investigasi klb wabah
Konsep investigasi klb wabahKonsep investigasi klb wabah
Konsep investigasi klb wabah
 
4.1.1.g. rencana kegiatan program hiv
4.1.1.g. rencana kegiatan program hiv4.1.1.g. rencana kegiatan program hiv
4.1.1.g. rencana kegiatan program hiv
 
SDGs DESA Fasilitasi Konvergensi Stunting
SDGs DESA Fasilitasi Konvergensi StuntingSDGs DESA Fasilitasi Konvergensi Stunting
SDGs DESA Fasilitasi Konvergensi Stunting
 
59022671 bab-i-sd-v
59022671 bab-i-sd-v59022671 bab-i-sd-v
59022671 bab-i-sd-v
 
Dasar surveilans
Dasar surveilansDasar surveilans
Dasar surveilans
 
PDCA PROGRAM DBD 2021.docx
PDCA  PROGRAM DBD 2021.docxPDCA  PROGRAM DBD 2021.docx
PDCA PROGRAM DBD 2021.docx
 
Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun 2011-2025
Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun 2011-2025Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun 2011-2025
Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun 2011-2025
 
ruk-baru-2020.docx
ruk-baru-2020.docxruk-baru-2020.docx
ruk-baru-2020.docx
 
Permenkes no. 13 tahun 2015 ttg pelayanan kesling di puskesmas
Permenkes  no. 13 tahun  2015  ttg pelayanan kesling di puskesmasPermenkes  no. 13 tahun  2015  ttg pelayanan kesling di puskesmas
Permenkes no. 13 tahun 2015 ttg pelayanan kesling di puskesmas
 
sop posyandu.docx
sop posyandu.docxsop posyandu.docx
sop posyandu.docx
 
Teknik Penyusunan Model Logik
Teknik Penyusunan Model LogikTeknik Penyusunan Model Logik
Teknik Penyusunan Model Logik
 
KAK KECACINGAN 2019.docx
KAK KECACINGAN 2019.docxKAK KECACINGAN 2019.docx
KAK KECACINGAN 2019.docx
 
INDIKATOR KINERJA SURVEILANS DI PUSKESMAS I BATURRADEN
INDIKATOR KINERJA SURVEILANS DI PUSKESMAS I BATURRADEN INDIKATOR KINERJA SURVEILANS DI PUSKESMAS I BATURRADEN
INDIKATOR KINERJA SURVEILANS DI PUSKESMAS I BATURRADEN
 
Buletin Surveilans & Imunisasi Edisi I Maret 2020
Buletin Surveilans & Imunisasi  Edisi I Maret 2020Buletin Surveilans & Imunisasi  Edisi I Maret 2020
Buletin Surveilans & Imunisasi Edisi I Maret 2020
 
Hasil Survey Status Gizi Indonesia Tahun 2021 tingkat Kabupaten Kota
Hasil Survey Status Gizi Indonesia Tahun 2021 tingkat Kabupaten KotaHasil Survey Status Gizi Indonesia Tahun 2021 tingkat Kabupaten Kota
Hasil Survey Status Gizi Indonesia Tahun 2021 tingkat Kabupaten Kota
 
Promosi kesehatan
Promosi kesehatanPromosi kesehatan
Promosi kesehatan
 
Kak dbd dan survailens
Kak dbd dan survailensKak dbd dan survailens
Kak dbd dan survailens
 

Similar to DBD Fogging Laporan

TM 7_Surveilans PTVZ.pdf
TM 7_Surveilans PTVZ.pdfTM 7_Surveilans PTVZ.pdf
TM 7_Surveilans PTVZ.pdfElvaRosida
 
Design buku pedoman tb 2012 revisi 3
Design buku pedoman tb 2012 revisi 3Design buku pedoman tb 2012 revisi 3
Design buku pedoman tb 2012 revisi 3DR Irene
 
Tugas dekan penyakit dbd
Tugas dekan penyakit dbdTugas dekan penyakit dbd
Tugas dekan penyakit dbddenis41
 
Vektor mari wes
Vektor mari wesVektor mari wes
Vektor mari wesLia Puz
 
MATERI penaggulangan dbd - dr Asik Surya MPPM_2.pdf
MATERI  penaggulangan dbd - dr Asik Surya MPPM_2.pdfMATERI  penaggulangan dbd - dr Asik Surya MPPM_2.pdf
MATERI penaggulangan dbd - dr Asik Surya MPPM_2.pdfigdsadikin
 
Kelompok 3 Mitigasi Bencana (DBD) (1).pptx
Kelompok 3 Mitigasi Bencana (DBD) (1).pptxKelompok 3 Mitigasi Bencana (DBD) (1).pptx
Kelompok 3 Mitigasi Bencana (DBD) (1).pptxathika5
 
Hilangnya demam berdarah di indonesia.pptx
Hilangnya demam berdarah di indonesia.pptxHilangnya demam berdarah di indonesia.pptx
Hilangnya demam berdarah di indonesia.pptxCahyadiAzan
 
Tugas epidemiologi (laksmi nurul suci)
Tugas epidemiologi (laksmi nurul   suci)Tugas epidemiologi (laksmi nurul   suci)
Tugas epidemiologi (laksmi nurul suci)NorniStg
 

Similar to DBD Fogging Laporan (20)

TM 7_Surveilans PTVZ.pdf
TM 7_Surveilans PTVZ.pdfTM 7_Surveilans PTVZ.pdf
TM 7_Surveilans PTVZ.pdf
 
Dengue Fever.pptx
Dengue Fever.pptxDengue Fever.pptx
Dengue Fever.pptx
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Laporan pkm fogging
Laporan pkm foggingLaporan pkm fogging
Laporan pkm fogging
 
Angka kesakitan dbd
Angka kesakitan dbdAngka kesakitan dbd
Angka kesakitan dbd
 
demam berdarah dengue
demam berdarah denguedemam berdarah dengue
demam berdarah dengue
 
Modul pengendalian
Modul pengendalianModul pengendalian
Modul pengendalian
 
Dbd r i3
Dbd r i3Dbd r i3
Dbd r i3
 
3. arbani batubara, s.pd, s.kep, nr. m.psi
3. arbani batubara, s.pd, s.kep, nr. m.psi3. arbani batubara, s.pd, s.kep, nr. m.psi
3. arbani batubara, s.pd, s.kep, nr. m.psi
 
Design buku pedoman tb 2012 revisi 3
Design buku pedoman tb 2012 revisi 3Design buku pedoman tb 2012 revisi 3
Design buku pedoman tb 2012 revisi 3
 
Tugas dekan penyakit dbd
Tugas dekan penyakit dbdTugas dekan penyakit dbd
Tugas dekan penyakit dbd
 
Vektor mari wes
Vektor mari wesVektor mari wes
Vektor mari wes
 
KAK NEWDBD.docx
KAK NEWDBD.docxKAK NEWDBD.docx
KAK NEWDBD.docx
 
MATERI penaggulangan dbd - dr Asik Surya MPPM_2.pdf
MATERI  penaggulangan dbd - dr Asik Surya MPPM_2.pdfMATERI  penaggulangan dbd - dr Asik Surya MPPM_2.pdf
MATERI penaggulangan dbd - dr Asik Surya MPPM_2.pdf
 
Bismillah PPT Sempro NISA_revisi.pptx
Bismillah PPT Sempro NISA_revisi.pptxBismillah PPT Sempro NISA_revisi.pptx
Bismillah PPT Sempro NISA_revisi.pptx
 
Kelompok 3 Mitigasi Bencana (DBD) (1).pptx
Kelompok 3 Mitigasi Bencana (DBD) (1).pptxKelompok 3 Mitigasi Bencana (DBD) (1).pptx
Kelompok 3 Mitigasi Bencana (DBD) (1).pptx
 
KAK Baru DBD.docx
KAK Baru DBD.docxKAK Baru DBD.docx
KAK Baru DBD.docx
 
Hilangnya demam berdarah di indonesia.pptx
Hilangnya demam berdarah di indonesia.pptxHilangnya demam berdarah di indonesia.pptx
Hilangnya demam berdarah di indonesia.pptx
 
Tugas epidemiologi (laksmi nurul suci)
Tugas epidemiologi (laksmi nurul   suci)Tugas epidemiologi (laksmi nurul   suci)
Tugas epidemiologi (laksmi nurul suci)
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 

Recently uploaded

UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxzidanlbs25
 
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdfPerlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdfjeffrisovana999
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningSamFChaerul
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Shary Armonitha
 
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHANKONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHANDevonneDillaElFachri
 
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksKISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksdanzztzy405
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfAuliaAulia63
 

Recently uploaded (8)

Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
 
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdfPerlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
 
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHANKONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
 
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksKISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
 

DBD Fogging Laporan

  • 1. LAPORAN AKHIR KEGIATAN FOGGING DALAM RANGKA PENANGGULANGAN KEJADIAAN LUAR BIASA PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) TAHUN 2012 BAB. I A. PENDAHULUAN Pembangunan Kesehatan di Indonesia dihadapkan pada masalah dan tantangan yang muncul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial ekonomi dan perubahan lingkungan strategis, baik secara nasional maupun global. Penerapan desentralisasi di bidang kesehatan dan pencapaian Sasaran Millenium Development Goals (MDGS) merupakan contoh masalah dan tantangan yang perlu menjadi perhatian seluruh Stakeholder bidang kesehatan, khususnya para pengelola program dalam menyusun kejadian dan stategi agar pelaksanaannya menjadi lebih efisien dan efektif. Salah satu masalah yang menjadi perhatian Indonesia dan tercantum dalam PERPRES No. 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan jangka Menengah Nasional (RP JMN) 2004 – 2009 adalah perkembangan emerging diseases seperti Demam Berdarah Dengue yang jumlah kasusnya cenderung meningkat serta penyebarannya semakin luas. Hal ini ditunjang dengan PERMENKES No. 331 tahun 2005 tentang Rencana Strategis (RENSTRA) Departemen Kesehatan 2005 – 2009 dan KEPMENKES 1457 tahun 2003 tentang Standar Pelayanan Minimal yang menguatkan pentingnya upaya pengendalian penyakit DBD di Indonesia hingga ke tingkat Kabupaten / Kota bahkan sampai ke desa. Melalui pelaksanaan program pengendalian penyakit DBD diharapkan dapat berkontribusi menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat penyakit menular di Indonesia. DBD merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan, oleh karena itu pengendalian vektornya tidak mungkin berhasil dengan baik tanpa melibatkan peran serta masyarakat termasuk lintas sektor, lintas program, LSM, tokoh masyarakat dan penyandang dana. Pengendalian vektor penyakit tular vektor termasuk DBD harus berdasarkan pada data dan informasi tentang bioekologi vektor, situasi daerah termasuk sosial budayanya. Adapun pengendalian DBD yang tepat sampai saat ini adalah dengan memutus rantai penularan yaitu dengan pengendalian vektornya, karena vaksin dan obatnya masih dalam proses penelitian. Penyebaran vektor DBD sudah sangat luas di seluruh wilayah Indonesia, hal ini disebabkan keadaan iklim global dan infrastruktur penyediaan air bersih yang kondusif untuk perkembangan vektor DBD, serta prilaku masyarakat yang belum mendukung upaya pengendalian. Sebagian besar wilayah Kabupaten Melawi merupakan wilayah perbukitan dengan luas sekitar 8.818,70 km² atau 82,85 % dari luas Kabupaten Melawi. Keadaan tanah terdiri dari tanah dataran rendah, landai, bergelombang, tanah berbukit dan tanah bergunung (dataran tinggi). Kabupaten Melawi cukup dikenal sebagai daerah penghujan dengan intensitas yang tinggi. Secara umum mempunyai curah hujan
  • 2. tahunan diatas 3.600 milimeter. Intensitas hujan yang tinggi biasanya saling mempengaruhi keselamatan penerbangan dan kegiatan-kegiatan lainnya. Kabupaten Melawi beriklim tropis dengan dua musim, yaitu musim kemarau yang biasanya berlangsung pada Bulan Mei – Oktober dan musim penghujan yang biasanya berlangsung pada bulan November – April. Akhir-akhir ini dibeberapa daerah di Kabupaten Melawi pada musim kemarau terjadi kebakaran hutan, menimbulkan kabut asap tebal, berakibat polusi udara. Kondisi ini dapat menyebabkan penyakit batuk dan sesak napas, selain itu musim kemarau juga berakibat sulitnya untuk memperoleh sumber air bersih, karena surutnya air pada aliran sungai, menyebabkan penyakit diare dan penyakit kulit meningkat. Musim penghujan sangat menguntungkan masyarakat karena menyuburkan tanah dan tercukupinya kebutuhan sumber air bersih. Tetapi pada tahun 2012curah hujan di Kabupaten Melawi berlebihan yang mengakibatkan beberapa kecamatan terjadi banjir atau air pasang. Di sisi lain musim hujan juga dapat menimbulkan kerugian bagi masyarakat khususnya di segi kesehatan yang menimbulkan semakin meningkatnya kasus penyakit Chikungunya, Malaria, Diare dan DBD akan cepat berkembangbiak di tempat-tempat penampungan air hujan, vas bunga, kaleng-kaleng bekas, bak kamar mandi, sarang burung. Adapun faktor yang mempengaruhi tinggi / rendahnya kasus DBD adalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dari masyarakat itu sendiri. Semakin baik perilaku masyarakatnya maka semakin sedikit pula ditemukannya kasus DBD di lingkungan masyarakat tersebut bahkan tidak ditemukannya kasus DBD, dan sebaliknya apabila perilaku masyarakatmya tidak baik maka kasus DBD akan mudah ditemukan. Oleh Karena itu untuk mencegah kasus tersebut maka Instansi Dinas Kesehatan Kabupaten Melawi secepatnya melakukan pencegahan kasus DBD tersebut dengan dibuatnya ” Surat Perintah Tugas ”(terlampir) di lingkungan Kabupaten Melawi tahun 2010 yang berisi tentang Penanganan DBD dengan cara Pengasapan dan Abatesasi. B. TUJUAN DAN SASARAN Tujuan dan sasaran dilakukannya Penanganan DBD dengan cara Pengasapan dan Abatesasi ini adalah mengendalikan populasi nyamuk pada tempat – tempat yang memungkinkan berkembangbiaknya Nyamuk Aedes Aegypty khususnya pada tempat – tempat ditemukannya kasus DBD. BAB II RUANG LINGKUP 1. PENGERTIAN DBD Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty, yang ditandai dengan demam mendadak 2 sampai dengan 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah / Lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik
  • 3. perdarahan (petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). Kadang – kadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan (Shock). Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis diseluruh Kota / Kabupaten di Indonesia. Sejak tahun 1968 hingga saat ini terjadi peningkatan kasus dan meluasnya penyebaran penyakit serta angka kematian DBD yang masih relatif tinggi dan berpotensi terjadi KLB. Peningkatan kasus dan KLB DBD dipengaruhi oleh mobilitas penduduk dan arus urbanisasi yang tidak terkendali, kurangnya peran serta masyarakat dalam pengendalian DBD, kurangnya jumlah dan kualitas SDM pengelola program DBD di setiap jenjang administrasi, kurangnya kerjasama serta komitmen lintas program dan lintas sektor dalam pengendalian DBD, sistem pelaporan dan penanggulangan DBD yang terlambat dan tidak sesuai dengan SOP, perubahan iklim yang memadai, serta letak geografis Indonesia di daerah tropik mendukung perkembangbiakan vektor dan pertumbuhan virus. Seluruh wilayah Indonesia, mempunyai risiko untuk kejangkitan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) karena virus penyebab dan nyamuk penularnya (Aedes Aegypty) tersebar luas, baik dirumah-rumah maupun di tempat umum, kecuali yang ketinggiannya lebih dari 1000 m di atas permukaan laut. 2. EPIDEMIOLOGI DBD Epidemiologi berasal dari kata Epi, demos dan logos. Epi = atas, demos = masyarakat, logos = ilmu. Sehingga Epidemiologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang kejadian di masyarakat. Epidemiologi penyakit Dengue adalah ilmu yang mempelajari tentang kejadian dan distribusi dan frekuensi penyakit Dengue menurut variabel epidemiologi (orang, tempat dan waktu ) dan berupaya menentukan faktor penyebab terjadinya kejadian itu di kelompok populasi. 3. SURVEILANS KASUS DBD Surveilans ( Menurut WHO ) adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data, serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan pihak/instansi terkait secara sistematis dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan. Surveilans ( Menurut KEPMEN 1116 / 2003 ) adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah –masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah – masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efisien dan efektif melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan. Surveilans Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah proses pengumpulan, pengolahan analisis, dan interpretasi data, serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program, instansi dan pihak terkait secara sistematis dan terus menerus tentang situasi DBD dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit tersebut, agar dapat dilakukan tindakan pengendalian secara efisien dan efektif.
  • 4. Surveilans epidemiologi DBD meliputi kegiatan pengumpulan dan pencatatan data tersangka DBD untuk melakukan PE. Pengolahan dan penyajian data penderita DBD untuk pemantauan KLB berdasarkan laporan mingguan KLB ( W2 DBD), laporan bulanan kasus/kematian DBD dan program pemberantasan (K-DBD), data dasar perorangan pendrita DD, DBD, SSD (DP-DBD), penentuan stratifikasi (endemisitas) desa/kelurahan, distribusi kasus DBD per RW/dusun, penentuan musim penularan, dan kecendrungan DBD. 4. SURVEILANS VEKTOR DBD Surveilans Vektor DBD adalah keseluruhan dari suatu proses yang meliputi pengumpulan, pencatatan, pengolahan, analisis dan interpretasi data vektor serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan pihak instansi terkait secara sistematis dan terus – menerus. Demam Berdarah Dengue ditularkan terutama oleh nyamuk Aedes Aegypty. Meskipun nyamuk Aedes Albopictus dapat menularkan DBD tetapi peranannya dalam penyebaran penyakit sangat kecil, karena biasanya hidup dikebun-kebun. Nyamuk Aedes Aegypti mengalami metamorfosis sempurna yaitu ; telur – jentik – kepompong – nyamuk. Staium telur, jentik dan kepompong hidup di dalam air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu ± 2 hari setelah telur terendam air. Stadium jentik biasanya berlangsung 6 – 8 hari, dan stadium kepompong (Pupa) berlangsung antara 2-4 hari. Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewasa selama 9-10 hari. Umur nyamuk betina dapat mencapai 2 – 3 bulan. Tempat perkembangbiakan utama ialah tempat – tempat penampungan air berupa genangan air yang tertampung disuatu tempat atau bejana di dalam atau sekitar rumah atau tempat – tempat umum, biasanya tidak melebihi jarak 500 m dari rumah. Nyamuk ini biasanya tidak dapat berkembangbiak di genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah. 5. PENGENDALIAN VEKTOR DBD Pengendalian vektor adalah upaya menurunkan faktor risiko penularan oleh vektor dengan meminimalkan habitat potensial perkembangbiakan vektor, menurunkan kepadatan dan umur vektor untuk mengurangi kontak vektor dengan manusia atau memutus rantai penularan penyakit. Pengendalian DBD yang tepat sampai saat ini adalah dengan memutus rantai penularan yaitu dengan pengendalian vektornya, karena vaksin dan obatnya masih dalam proses penelitian. Penyebaran vektor DBD sudah sangat luas di seluruh wilayah Indonesia, hal ini disebabkan oleh keadaan iklim, kemajuan teknologi transportasi, mobilitas penduduk, urbanisasi, perubahan iklim global dan infrastuktur penyediaan air bersih yang kondusif untuk perkembangan vektor DBD, serta perilaku masyarakat yang belum mendukung upaya pengendalian. DBD merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan, oleh karena itu pengendalian vektornya tidak mungkin berhasil dengan baik tanpa melibatkan peran serta masyarakat termasuk lintas sektor, lintas program, LSM, tokoh masyarakat dan penyandang dana. Pengendalian vektor penyakit tular vektor termasuk DBD harus berdasarkan pada data dan informasi tentang bioekologi vektor, situasi daerah termasuk sosial budayanya.
  • 5. Metode pengendalian vektor DBD bersifat spesifik lokal, dengan mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan fisik (cuaca / iklim, pemukiman, habitat perkembangbiakan); lingkungan sosial-budaya (Pengetahuan Sikap dan Prilaku) dan aspek vektor. Pada dasarnya metode pengendalian vektor DBD yang paling efektif adalah dengan melibatkan peran serta masyarakat (PSM). Sehingga berbagai metode pengendalian vektor cara lain merupakan upaya pelengkap untuk secara cepat memutus rantai penularan. BAB III METODOLOGI Metode pengendalian vektor DBD bersifat spesifik lokal, dengan mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan fisik (cuaca / iklim, pemukiman, habitat perkembangbiakan); lingkungan sosial-budaya (Pengetahuan Sikap dan Prilaku) dan aspek vektor. Pada dasarnya metode pengendalian vektor DBD yang paling efektif adalah dengan melibatkan peran serta masyarakat (PSM). Sehingga berbagai metode pengendalian vektor cara lain merupakan upaya pelengkap untuk secara cepat memutus rantai penularan. Berbagai metode Pengendalian Vektor (PV) DBD, yaitu : a. Kimiawi Pengendalian vektor cara kimiawi dengan menggunakan insektisida merupakan salah satu metode pengendalian yang lebih populer di masyarakat dibanding dengan cara pengendalian lain.Sasaran insektisida adalah stadium dewasa dan pra-dewasa. Karena insektisida adalah racun, maka penggunaannya harus mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan dan organisme bukan sasaran termasuk mamalia. Di samping itu penentuan jenis insektisida, dosis, dan metode aplikasi merupakan syarat yang penting untuk dipahami dalam kebijakan pengendalian vektor. Aplikasi insektisida yang berulang di satuan ekosistem akan menimbulkan terjadinya resistensi serangga sasaran. b. Biologi Pengendalian vektor biologi menggunakan agent biologi seperti : predator/pemangsa, parasit, bakteri, sebagai musuh alami stadium pra dewasa vektor DBD. Jenis predator yang digunakan adalah ikan pemakan jentik (cupang, tampalo, gabus, guppy, dll), sedangkan larva Capung, Toxoryncites, Mesocyclops dapat juga berperan sebagai predator walau bukan sebagai metode yang lazim untuk pengendalian vektor DBD. c. Manajemen Lingkungan Lingkungan fisik seperti tipe pemukiman, sarana-prasarana penyediaan air, vegetasi dan musim sangat berpengaruh terhadap tersedianya habitat perkembangbiakan dan pertumbuhan vektor DBD. Manajemen lingkungan adalah upaya pengelolaan
  • 6. lingkungan sehingga tidak kondusif sebagai habitat perkembangbiakan atau dikenal sebagaisource reduction seperti 3M plus (menguras, menutup dan mengubur, dan plus: menyemprot, memelihara ikan predator, menabur larvasida, dll) dan menghambat pertumbuhan vektor (menjaga kebersihan lingkungan rumah, mengurangi tempat-tempat yang gelap dan lembab di lingkungan rumah, dll). d. Pemberantasan Sarang Nyamuk / PSN – DBD Pengendalian vektor DBD yang paling efisien dan efektif adalah dengan memutus rantai penularan melalui pemberantasan jentik. Pelaksanaan di masyarakat dilakukan melalui upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN – DBD) dalam bentuk kegiatan 3M plus. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, kegiatan 3M plus ini harus dilakukan secara luas/serempak dan terus menerus / berkesinambungan. Untuk melakukan kegiatan itu secara rutin di lingkungan masyarakat adalah melalui kegiatan promosi kesehatan, penyuluhan. Pelaksanaan Pengendalian Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue (DBD) pada tahun 2010 dilakukan dengan metode Kimiawi yaitu Pengasapan dan Abatesasi, ini dimaksudkan untuk memberantas larva nyamuk dan nyamuk dewasa. BAB IV HASIL PELAKSANAAN A. PELAKSANAAN KEGIATAN Adapun pelaksanaan kegiatan fooging (pengasapan) dan Abatesasi ini dilaksanakan mulai Juli – Agustus tahun 2010, dikarenakan jumlah kasus yang masuk sudah meningkat. Pengasapan (Fooging) dilaksanakan di 4 Kecamatan yaitu ; Kec. Nanga Pinoh, Kec. Pinoh Utara, Kec. Belimbing, Kec. Ella Hilir.. Yang mana pelaksana fooging (pengasapan) tersebut diaksanakan oleh Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Melawi bersama dengan Kepala Puskesmas dan Stafnya berdasarkan Surat Perintah Tugas dan Jadwal (terlampir) yang telah dibuat oleh Staf Administrasi Tim Fooging Tahun 2010 dan diketahui oleh Kepala Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Melawi. Sedangkan pelaksanaan Abatesasi dilakukan oleh masing-masing Kader Desa dan Staf Puskesmas. B. ANALISA KENDALA KEGIATAN Dari pelaksanaan kegiatan Fooging dan Abatesasi ini ditemukan berbagai kendala sebagai berikut : 1. Dana yang diberikan untuk kegiatan Penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue (DBD) ini tidak sesuai dengan pengajuan Dana yang diusulkan.
  • 7. 2. Jarak lokasi fooging (pengasapan) yang ditempuh agak sulit ditempuh. 3. Upah distribusi abate / abatesasi ke rumah – rumah yang dilakukan oleh Kader Desa masing-masing hanya bisa dibayarkan untuk 11 Kecamatan tapi hanya di beberapa Desa. Hal ini dikarenakan keterbatasan dana. 4. Mesin fooging (Swinfoog) yang digunakan hanya ada 4, sehingga pelaksanaan fooging agak lama terselesaikan.