1. LAPORAN EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR:
MENINGKATKAN CAKUPAN PENEMUAN DAN
KESEMBUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI
PUSKESMAS SEMPLAK, KECAMATAN BOGOR
BARAT, KOTO BOGOR, JAWA BARAT
PEMBIMBING:
Dr. dr. Rina K. Kusumaratna,
M.Kes
Adriani Thahara
(030.015.007)
3. LATAR BELAKANG
TB merupakan satu dari 10 penyebab
kematian dan penyebab utama agen
infeksius.
Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional tahun 2020-2024
ditargetkan insiden TB per 100.000
penduduk sebanyak 190 kasus pada
tahun 2024.
Upaya Pemerintah dalam P2M
pencegahan dan pengendalian faktor
risiko, penguatan health security,
penguatan alert system kejadian luar
biasa dan karantina kesehatan,
penguatan tata laksana penanganan
penyakit, pengendalian resistensi
antimikroba dan penguatan sanitasi
total berbasis masyarakat.
PMK No. 04 tahun 2019 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;
pelayanan kesehatan orang dengan
tuberkulosis merupakan salah satu dari
layanan esensial.
Data per 27 April 2020
4. LATAR BELAKANG
PMK No. 04 tahun 2019 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan; pelayanan kesehatan orang dengan
tuberkulosis merupakan salah satu dari layanan esensial.
Upaya Pemerintah dalam P2M pencegahan dan pengendalian
faktor risiko, penguatan health security, penguatan alert
system kejadian luar biasa dan karantina kesehatan,
penguatan tata laksana penanganan penyakit, pengendalian
resistensi antimikroba dan penguatan sanitasi total berbasis
masyarakat.
5. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang menyebabkan penanggulangan
penyakit tb di puskes semplak belum mencapai
target?
2. Apakah terdapat keterlibatan masyarakat dalam
penanggulangan tb?
6. TUJUAN
TUJUAN UMUM
Meningkatkan upaya pencegahan
dan pengendalian penyakit
tuberkulosis di wilayah kerja
puskesmas Semplak Kecamatan
Bogor Barat.
TUJUAN KHUSUS
Meningkatkan kemampuan tenaga
kesehatan di puskesmas Semplak
mengenai pencegahan, diagnosis
serta penanganan TB paru.
Mengajak sektor lain serta tokoh
masyarakat berperan serta secara
aktif dalam pencegahan dan
pemberantasan TB paru di wilayah
kerja puskesmas Semplak
Mengajak masyarakat untuk ikut
dalam pencegahan TB paru di
lingkungan masyarakat.
7. MANFAAT
BAGI PENULIS :
1.Melatih kemampuan
analisis dan
pemecahan terhadap
masalah yang
ditemukan di dalam
program puskesmas.
2.Meningkatkan
pemahaman
pentingnya arsip dan
rekapitulasi data
untuk menjadi acuan
menjalani program
di puskesmas.
BAGI PUSKESMAS :
1. Puskesmas mendapat
evaluasi mengenai
pelaksanaan program
pencegahan dan
pemberantasan penyakit
menular bidang upaya
program penanggulangan
TB paru.
2. Membantu puskesmas
untuk menentukan
alternatif masalah.
3. Puskesmas, kelurahan,
dinas kesehatan
kabupaten/kota serta
tokoh masyarakat dapat
bekerja lintas sektoral
untuk mengadakan upaya
pencegahan dan
pemberantasan TB paru di
wilayah kerja Puskesmas
Semplak.
BAGI MASYARAKAT :
1. Meningkatkan
pengetahuan
masyarakat, baik
masyarakat sehat mau
pun pasien dengan TB
paru mengenai
pencegahan serta
pengobatan TB paru.
2. Meningkatkan
kesadaran dan
kedisiplinan orang
dengan TB paru dalam
menjalani program
pengobatan TB paru.
3. Meningkatkan akses
pada penderita TB paru
untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan
yang optimal.
9. TUBERKULOSIS
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis,
yang dapat menyerang paru dan organ lainnya.
M. tuberculosis ditularkan melalui udara dalam
bentuk aerosolisasi ±3000 droplet nukleus
berukuran 5-10 µm yang dapat dikeluarkan pada
saat batuk, bersin bahkan saat bercakap-cakap.
Penderita TB BTA positif merupakan sumber
penularan.
10. EPIDEMIOLOGI
Laporan World Health Organization 2019
kasus TB paru pada tahun 2018 diestimasikan
sebanyak 10 juta kasus di dunia.
Rata-rata kejadian TB di Indonesia pada tahun
2018 sebanyak 316 kasus per 100.000
populasi dengan 67% kasus terjamin jaminan
kesehatan nasional (JKN).
Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak
420.994 kasus pada tahun 2017 (data per 17
Mei 2018).
Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru
TBC tahun 2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih
besar dibandingkan pada perempuan.
11. DIAGNOSIS
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal
yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:
• Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak)
• Pemeriksaan patologi anatomi (PA)
• Rontgen dada (thorax photo)
• Uji tuberkulin
12. PENANGGULANGAN TB DI
INDONESIA
TARGET eliminasi pada tahun 2035 dan Indonesia bebas TB tahun
2050 (Permenkes RI no 67 2016)
STRATEGI NASIONAL
penguatan kepemimpinan program TB
peningkatan akses layanan TB yang bermutu
pengendalian faktor risiko TB
peningkatan kemitraan TB
peningkatan kemandirian masyarakat dalam
Penanggulangan TB dan
penguatan manajemen program TB.
13. KEBIJAKAN
PENANGGULANGAN TB
Penanggulangan TB dilaksanakan sesuai dengan azas desentralisasi dalam
kerangka otonomi daerah dengan Kabupaten/kota sebagai titik berat
manajemen program
Penanggulangan TB dilaksanakan dengan menggunakan pedoman standar
nasional sebagai kerangka dasar dan memperhatikan kebijakan global untuk
Penanggulangan TB.
Penemuan dan pengobatan untuk penanggulangan TB dilaksanakan oleh
seluruh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) serta Fasilitas Kesehatan
Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL)
14. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk penanggulangan TB disediakan
oleh pemerintah dan diberikan secara cuma-cuma.
Keberpihakan kepada masyarakat dan pasien TB
Penanggulangan TB dilaksanakan melalui penggalangan kerjasama
dan kemitraan diantara sektor pemerintah, non pemerintah, swasta
dan masyarakat melalui Forum Koordinasi TB.
Penguatan manajemen program penanggulangan TB
15. Pelaksanaan program menerapkan prinsip dan nilai inklusif, proaktif,
efektif, responsif, profesional dan akuntabel
Penguatan Kepemimpinan Program ditujukan untuk meningkatkan
komitmen pemerintah daerah dan pusat terhadap keberlangsungan
program dan pencapaian target strategi global penanggulangan TB
yaitu eliminasi TB tahun 2035.
17. PROMOSI KESEHATAN
Pemberdayaan masyarakat
Advokasi
Menempatkan TB sebagai hal/perhatian utama dalam agenda politik
mendorong komitmen politik dari pemangku kebijakan yang ditandai adanya
peraturan atau produk hukum untuk program penanggulangan TB
meningkatkan dan mempertahankan kesinambungan pembiayaan dan sumber daya
lainnya untuk TB
Kemitraan
Kemitraan merupakan kerjasama antara program penanggulangan TB dengan institusi
pemerintah terkait, pemangku kepentingan, penyedia layanan, organisasi
kemasyarakatan yang berdasar atas 3 prinsip yaitu kesetaraan, keterbukaan dan
saling menguntungkan
18. PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Konsep pemberdayaan masyarakat
mencakup pengertian community
development (pembangunan
masyarakat) dan community-based
development (pembangunan yang
bertumpu pada masyarakat).
UKBM adalah wahana pemberdayaan
masyarakat, yang dibentuk atas
dasar kebutuhan masyarakat,
dikelola oleh, dari, untuk dan
bersama masyarakat, dengan
bimbingan dari petugas Puskesmas,
lintas sektor dan lembaga terkait
lainnya
PRINSIP
Kesukarelaan
Otonom
Keswadayaan
Partisipatif
Egaliter
Demokoratis
Keterbukaan
Kebersamaan
Akuntabilitas
Desentralisasi
19. PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DI BIDANG TB
Diharapkan masyarakat
mengetahui bahwa
Penyakit TB adalah
penyakit menular dan
memutus mata rantai
penularannya harus
dilakukan oleh semua
pihak.
Masyarakat dapat berperan serta dalam upaya
Penanggulangan Tuberkulosis dengan cara:
1.mempromosikan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS)
2.mengupayakan tidak terjadinya stigma dan
3.diskriminasi terhadap kasus TB di masyarakat
4.membentuk dan mengembangkan Warga
Peduli Tuberkulosis
5.memastikan warga yang terduga TB
memeriksakan diri ke Fasilitas Pelayanan
20. INDIKATOR KEBERHASILAN
Adanya kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis yang mendukung
operasionalisasi kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan.
Terbentuk dan berfungsinya kelembagaan untuk pelaksanaan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan Tingkat Kabupaten/Kota.
Tersosialisasikannya kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis yang
mendukung operasionalisasi kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan
Terlaksananya pembinaan teknis dan pendampingan pada petugas kegiatan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan kepada Kecamatan.
21. Terselenggaranya upaya peningkatan kapasitas pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan bagi Fasilitator Pemberdayaan
Masyarakat dan kader.
Teralokasinya anggaran yang bersumber dari APBN, APBD atau
sumber lain yang dapat dipertanggungjawabkan untuk kegiatan
pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan.
Adanya UKBM yang aktif melakukan kegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan.
22. STANDAR KETENAGAAN TB
DI PUSKESMAS
Puskesmas dengan laboratorium yang mampu
melakukan pemeriksaan mikroskopis dahak dan
menerima rujukan: kebutuhan minimal tenaga
pelaksana terlatih terdiri dari 1 dokter, 1
perawat/petugas TB, dan 1 tenaga laboratorium.
23. PROGRAM PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN TB DI KOTA
BOGOR
Pencanangan/ Peringatan TB Day
Gerakan Ketuk Pintu
Pelatihan Penemuan Kasus TB oleh Kader
Pertemuan Monev TB
Peningkatan Kapasitas petugas kesehatan dalam
program TB
24. INDIKATOR PROGRAM
Angka Penemuan Pasien Baru TB BTA
Positif (Case Detection Rate/ CDR)
Angka Keberhasilan Pengobatan (Success
Rate/SR)
25. STRATEGI PENEMUAN
PASIEN TB
Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif intensif di fasilitas kesehatan
dengan jejaring layanan TB melalui Public-Private Mix (PPM), dan kolaborasi
berupa kegiatan TB-HIV, TB-DM (Diabetes Mellitus), TB-Gizi, Pendekatan
Praktis Kesehatan paru (PAL = Practical Approach to Lung health),
ManajemenTerpadu Balita Sakit (MTBS), Manajemen Terpadu Dewasa Sakit
(MTDS).
Penemuan pasien TB secara aktif dan/atau masif berbasis keluarga dan
masyarakat, dapat dibantu oleh kader dari posyandu, pos TB desa, tokoh
masyarakat, dan tokoh agama
26. TATALAKSANA
TUBERKULOSIS
Tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari
dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah
terjadinya resistensi obat..
Tahap Lanjutan Pada tahap lanjutan pasien mendapat
jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang
lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh
kuman persister sehingga mencegah terjadinya
27. PANDUAN OAT
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3. Disamping kedua kategori ini,
disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
Kategori Anak: 2HRZ/4HR
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket
berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri
dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan
dengan berat badan pasien
28.
29. Paket Kombipak. Adalah paket obat lepas yang terdiri dari
Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas
dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan program
untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang mengalami
efek samping OAT KDT.
30. KLINIK SANITASI
Merupakan kegiatan yang mengintegrasikan pelayanan
kesehatan promotif, prefentif, dan kuratif yang difokuskan pada
penduduk yang beresiko tinggi untuk mengatasi masalah
penyakit yang berbasis lingkungan dan masalah kesehatan
lingkungan pemukiman.
Sasaran Klinik Sanitasi:
Penderita penyakit / pasien/ keluarga yang berhubungan dengan masalah
kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan yang datang ke
puskesmas
Masyarakat umum atau klien yang mempunyai masalah kesehatan
lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan yang datang ke puskesmas
Penderita penyakit / pasien / keluarga yang berhubungan dengan masalah
kesehatan lingkungan, dan penyakit yang berbasis lingkungan yang
dikunjungi rumahnya
Masyarakat umum / klien yang mempunyai masalah kesehatan lingkungan
dan penyakit yang berbasis lingkungan yang daerahnya dikunjungi.
32. DATA WILAYAH KERJA
Puskesmas Semplak adalah puskesmas tingkat kecamatan di Puskesmas
Kota Bogor yang berada di Wilayah Kecamatan Bogor Barat yang merupakan
1 dari 5 puskesmas utama kecamatan.
Wilayah administratif Puskesmas Semplak terdiri dari 3 Kelurahan yaitu
Kelurahan Semplak, Kelurahan Curug dan Kelurahan Curug Mekar, dengan
batas-batas sebagai berikut :
Sebelah Utara, Desa Atang sanjaya dan Desa Parakanjaya
Sebelah Selatan, Kelurahan Cilendek Barat
Sebelah Timur, Kelurahan Cibadak Kec. Tanahsareal
Sebelah Barat, Sungai Cisadane
36. No
Nama
Kelurahan
Luas
wilayah/
Area
(Km2)
Jumlah RT Jumlah RW Jumlah
Penduduk
Kepadatan
Penduduk per
Km2
1. Semplak 0.44 35 10 11921 27093
2. Curug 1.04 49 14 16301 15674
3. Curug Mekar 1.95 139 34 15273 7832
LUAS WILAYAH, JUMLAH
PENDUDUK, DAN
KEPADATAN PENDUDUK
37. JUMLAH SEKOLAH/MADRASAH DI WILAYAH KERJA
N
o
Nama Kelurahan
Masjid Mushola Gereja
Kristen
Gereja
Katolik
Kapel Pura Wihara Kelenteng
1. Semplak 8 7 3 0 0 1 0 0
2. Curug 7 7 0 0 0 0 0 0
3. Curug Mekar 10 10 0 0 0 0 0 0
JUMLAH TEMPAT PERIBADATAN DI WILAYAH KERJA
38. Kecamatan
Bogor
Barat
PKM Pasir
Mulya
PKM
Semplak
PKM
Pancasan
PKM Sindang
Barang
PKM Gang
Kelor
Kel. Loji
Kel. Gunung
Batu
Kel. Pasir
Mulya
Kel. Semplak
Kel. Curug
Kel. Curug
Mekar
Kel. Pasir Jaya
Kel. Pasir Kuda
Kel. Sindang
Barang
Kel. Bubulak
Kel. Situ Gede
Kel. Marga Jaya
Kel. Balumbang
Jaya
Kel. Cilendek Barat
Kel. Cilendek Timur
Kel. Menteng
36.943
43.945
36.884
67.828
54.737
239.860
39. PIRAMIDA PENDUDUK
𝐷𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛𝑐𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜
=
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑠𝑖𝑎 𝑛𝑜𝑛 − 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑠𝑖𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓
𝑥 100
=
71.163
165.593
𝑥 100 = 42,9 ≈ 43
𝐶ℎ𝑖𝑙𝑑 𝑤𝑜𝑚𝑒𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝑃 ( 𝑈𝑠𝑖𝑎 0−4 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛)
𝑃𝐹 (𝑈𝑠𝑖𝑎 15−49 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛)
𝑥 𝐾 =
17.303
65.406
𝑥 1000 = 264,5 ≈ 264
Laki-laki Perempuan Total
21756 21739 43495
JUMLAH PENDUDUK
BERDASARKAN JENIS KELAMIN di Wilayah Kerja
𝑆𝑒𝑥 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑙𝑎𝑘𝑖 − 𝑙𝑎𝑘𝑖
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑒𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛
𝑥 100
=
21756
21739
𝑥 100 = 100,07%
40. PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN PENDUDUK
WILAYAH KERJA PKM SEMPLAK
Tingkat Pendidikan Wilayah Kerja Puskesmas
Semplak di dominasi lulus SLTA sebanyak
40%
12%
7%
7%
4%
66%
4%
Mata Pencaharian
Perdagangan Jasa PNS, TNI, Polri
Tani Swasta Pensiunan
secara umum sektor swasta
menguasai hajat hidup penduduk,
disusul dengan perdagangan, PNS TNI
Polri, Jasa dan masa usia pensiun serta
pertanian menduduki peringkat
28%
18%
40%
14%
Tingkat Pendidikan
Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA PT
41. TINGKAT KESEJAHTERAAN
KELUARGA WILAYAH KERJA PKM
SEMPLAK
0%
26%
51%
20%
3%
Kesejahteraan Keluarga
Pra Sejahtera
Sejahtera I
Sejahtera II
Sejahtera III
Sejahtera III plus
Dominasi oleh keluarga Sejahtera II
mampu memenuhi:
6 indikator kebutuhan dasar
keluarga (basic needs)
8 indikator kebutuhan
psikologis (psycological needs)
tidak memenuhi:
5 indicator kebutuhan
pengembangan (developmental
needs)
42. STRUKTUR ORGANISASI
PUSKESMAS SEMPLAK
Berdasarkan struktur organisasi
di Puskesmas Pasirmulya sesuai
dengan permenkes 43 tahun
2019, masih belum mencakup:
- Penanggung jawab bangunan,
prasarana, dan peralatan
Puskesmas
- Penanggung jawab mutu
- Petugas KIE
43. VISI DAN MISI
Visi yang dimiliki Puskesmas Semplak adalah “Puskesmas Idaman
Masyarakat” dan untuk mewujudkan visi tersebut, ditetapkanlah tiga
misi Puskesmas:
Memberikan pelayanan yang ramah dan baik serta menciptakan
suasana puskesmas yang bersih, rapi dan indah, sehingga tercipta
masyarakat yang sehat
Menjalin kemitraan dengan masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatan
44. MOTTO
“melayani dengan CERDAS”, yaitu:
Cermat: Melayani dan mengobati pelanggan dengan seksama, teliti dengan
sepenuh hati
Empati: Melayani dengan sepenuh hati dan tidak membedakan status social
Ramah: Memberikan ekspresi menyenangkan dalam memberikan pelayanan
dan bersikap baik terhadap pelanggan
Dedikatif: Melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan
kompetensi
Amanah: Setiap pekerjaan yang diberikan harus dilakukan dengan penuh
tanggungjawab dan jujur
Semangat: Bekerja keras dengan tulus dan ikhlas
45. TENAGA KERJA KESEHATAN
NO
.
JENIS TENAGA JUMLAH STATUS
KETENAGAKERJAAN
1. Dokter Umum 4 4 PNS
2. Dokter Gigi 2 2 PNS
3. Kepala Sub.Bag
TU
1 PNS
4. Bidan 5 3 PNS, 2 PKWT
5. Perawat 4 3 PNS, 1CPNS
6. Nutrisionis 2 PNS
7. Sanitarian 1 PNS
8. Perawat Gigi 1 PNS
9. Pranata Lab.
Kesehatan
1 PNS
10. Asisten
Apoteker
1 PNS
11. Penyuluh
Kesehatan
Masyarakat
1 PNS
12. Administrasi 1 PNS
Jika mengacu pada Permenkes
No 43 tahun 2019 pasal 17
tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat, kebutuhan SDM
(kurangnya 1 tenaga penyuluh
kesehatan masyarakat, dan 1
tenaga sistem informasi
kesehatan) masih belum
memadai.
46. POSYANDU, POSBINDU, UKGMD,
KADER WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SEMPLAK
KELURAHAN POSYANDU POSBINDU UKGMD KADER
Semplak 10 10 8 51
Curug 14 5 8 76
Curug
mekar
10 5 5 59
TOTAL 24 20 21 168
UKGMD = Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat
Desa membentuk kader kesehatan gigi
yang melibatkan peran aktif masyarakat
sebagai pelaku utama atau subyek
47. RUANG DI PKM
NO. Uraian
1. Ruang Pendaftaran
2. Ruang Tindakan
3. Ruang Rekam Medik
4. Ruang TB DOTS
5. Ruang Farmasi
6. Ruang UPI
7. Ruang Pelayanan Umum
8. Ruang Laboratorium
9. Ruang Tunggu Pasien
10. Ruang Menyusui
11. Dapur
12. Ruang Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
13. Gudang ATK
14. Toilet
15. Ruang Kepala Pusksesmas
16. Ruang Pelayanan Gizi
17. Ruang Promkes
18. Ruang Kesehatan Lingkungan
19. Ruang Tata Usaha
20. Ruang Pelayanan Kesehatan Gilut
21. Ruang Aula
22. Gudang Obat
23. Mushala
24. Ruang Gudang
Berdasarkan Permenkes 43 tahun
2019, ruangan masih belum
lengkap, karena belum adanya:
- ruang KIE
Kategori: puskesmas non rawat
inap
48. UPAYA KESEHATAN ESENSIAL
DAN PENGEMBANGAN
1. Upaya Kesehatan Esensial
• Upaya promosi kesehatan
• Upaya pelayanan kesehatan
lingkungan
• Pelayanan Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit
• Upaya perbaikan gizi
masyarakat
• Upaya kesehatan ibu, anak dan
keluarga berencana
2. Upaya Kesehatan
Pengembangan
Upaya kesehatan jiwa
Upaya Kesehatan gigi masyarakat
Upaya Kesehatan olahraga
Upaya Kesehatan indra
Upaya Kesehatan lanjut usia
Upaya kesehatan kerja
Upaya kesehatan tradisional
Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
49. UPAYA KESEHATAN
PERORANGAN
Pelayanan Pemeriksaan Umum
Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Pelayanan Kesehatan Lansia
Pelayanan Ruang Tindakan
Pelayanan Laboratorium
Pelayanan Farmasi
Pelayanan TB Paru
Pelayanan KIA – KB
Pelayanan Pendaftaran
Pelayanan Rekam Medik
Pelayanan Kesehatan Jiwa
Pelayanan Konseling Terpadu
51. UPAYA PROMOSI
KESEHATAN
NO. JENIS KEGIATAN
SASARAN PENCAPAIAN TARGET (%)
CAKUPAN
(%)
1. Cakupan
komunikasi
interpersonal dan
konseling
57582 2890 5,00 5,01
2. Cakupan
penyuluhan
kelompok oleh
petugas didalam
gedung puskesmas
96 96 100 100
3. Cakupan institusi
kesehatan berPHBS
20 20 100 100
4. Cakupan pengkajian
dan pembinaan
PHBS di Tatanan
Rumahtangga
6987 4829 65,00 69,11
5. Cakupan
pemberdayaan
masyarakat melalui
penyuluhan
kelompok oleh
petugas di
masyarakat
408 377 100 92,40
6. Cakupan pembinaan
UKBM dilihat melalui
persentase
posyandu purnama
dan mandiri
34 21 60 61,76
7. Cakupan pembinaan
pemberdayaan
masyarakat dilihat
melalui persentase
desa siaga aktif atau
RW siaga aktif
3 2 60 66,67
8. Cakupan 2890 423 50 14,63
52. UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN
NO. JENIS
KEGIATAN
SASARAN
PENCAPAIA
N
TARGET
(%)
CAKUPAN
(%)
1. Cakupan
pengawasan
rumah sehat
6759 4804 75 71,08
2. Cakupan
pengawasan
sarana air
bersih
6579 6319 75 93,49
3. Cakupan
pengawasan
jamban
6579 5662 75 83,77
4. Cakupan
pengawasan
SPAL
6579 2658 35 39,33
5. Cakupan
pengawasan
Tempat-
tempat umum
60 52 75 86,67
6. Cakupan
pengawasan
tempat
pengolahan
makanan
101 78 75 75
7. Cakupan
pengawasan
industri
101 78 75 75
8. Cakupan
kegiatan klinik
sanitasi
4520 433 25,00 9,58
53. UPAYA KIA DAN KB
NO. JENIS KEGIATAN
SASARAN PENCAPAIAN TARGET (%)
CAKUPAN
(%)
1. Cakupan
kunjungan ibu
hamil (K4)
806 792 96 98,36
2. Cakupan
pertolongan
persalinan oleh
tenaga
kesehatan
769 768 92 99,87
3. Cakupan
komplikasi
kebidanan yang
ditangani
162 93 76 71,6
4. Cakupan
pelayanan nifas
769 768 95 99,87
5. Cakupan
kunjungan
neonatus 1
(KN1)
742 759 100 102,29
6. Cakupan
kunjungan
neonatus
lengkap (KN
lengkap)
742 759 100 102,29
7. Cakupan
neonatus
dengan
komplikasi yang
ditangani
111 89 60 80,18
8. Cakupan
kunjungan bayi
742 741 95 99,87
9. Cakupan 2597 2381 90 91,68
54. UPAYA PERBAIKAN
GIZI MASYARAKAT
NO. JENIS
KEGIATAN
SASARAN
PENCAPAIA
N
TARGET (%)
CAKUPAN
(%)
1. Cakupan balita
ditimbang
(D/S)
3607 2463 85 82
2. Cakupan
distribusi
kapsul vitamin
A bagi bayi (6-
11 bulan)
742 625 90 84,23
3. Cakupan
distribusi
kapsul vitamin
A bagi anak
balita (12-59
bulan)
2865 2633 90 91,90
4. Cakupan
distribusi
kapsul vitamin
A bagi ibu
nifas
769 768 95 99,87
5. Cakupan
distribusi
tablet Fe 90
tablet pada ibu
hamil
806 792 95 98,26
6. Cakupan balita
gizi buruk
mendapat
1 1 100 100
58. UPAYA KESEHATAN SEKOLAH
NO. JENIS KEGIATAN SASARAN PENCAPAIAN TARGET CAKUPAN
1. Cakupan sekolah
(SD/MI/sederajat
) yang
melaksanakan
penjaringan
kesehatan
12 12 100 100
60. UPAYA KEPERAWATAN
KESEHATAN MASYARAKAT
NO. JENIS KEGIATAN
SASARAN
PENCAPAIA
N
TARGET
CAKUPA
N
1. Cakupan
keluarga dibina
(keluarga
rawan)
52 144 100 276,92
2. Cakupan
keluarga rawan
selesai dibina
52 113 100 217,31
3. Cakupan
keluarga
mandiri III
52 72 100 138,46
61. UPAYA KESEHATAN GIGI
DAN MULUT
NO. JENIS KEGIATAN SASARAN PENCAPAIAN TARGET CAKUPAN
1. Cakupan
pembinaan
kesehatan gigi di
masyarakat
34 33 60 97,06
2. Cakupan
pembinaan
kesehatan gigi di
TK
10 10 100 100
3. Cakupan
pembinaan
kesehatan gigi
dan mulut di
SD/MI
12 12 100 100
4. Cakupan
pemeriksaan
kesehatan gigi
dan mulut siswa
TK
755 621 100 82,25
5. Cakupan
pemeriksaan
kesehatan gigi
dan mulut siswa
SD/MI
2156 1848 100 85,71
6. Cakupan
penanganan siswa
TK yang
membutuhkan
perawatan
kesehatan gigi
544 132 80 24,26
7. Cakupan
penanganan siswa
SD/MI yang
membutuhkan
1029 772 80 75,02
62. UPAYA KESEHATAN JIWA
NO. JENIS
KEGIATAN
SASARAN
PENCAPAIA
N
TARGET (%)
CAKUPAN
(%)
1. Cakupan
deteksi dini
gangguan
kesehatan jiwa
10834 25 20 0,23
2. Cakupan
penanganan
pasien
terdeteksi
gangguan
kesehatan jiwa
25 25 100 100
63. UPAYA KESEHATAN INDERA
NO. JENIS KEGIATAN
SASARAN
PENCAPAIA
N
TARGET
(%)
CAKUPAN
(%)
1. Cakupan
skrining
kelainan/gangg
uan refraksi
pada anak
sekolah
1561 1561 80 100
2. Cakupan
penanganan
kasus kelainan
refraksi
319 319 100 100
3. Cakupan
skrining katarak
90 90 100 100
4. Cakupan
penanganan
penyakit
katarak
90 48 100 53,33
5. Cakupan
kegiatan
penjaringan
penemuan
kasus
gangguan
pendengaran di
SD/MI
315 307 80 97,46
6. Cakupan kasus
gangguan
pendengaran di
SD/MI yang
ditangani
215 190 100 88,37
64. UPAYA KESEHATAN USIA
LANJUT
NO. JENIS
KEGIATAN
SASARAN
PENCAPAIA
N
TARGET (%)
CAKUPAN
(%)
1. Upaya
pelayanan
kesehatan usia
lanjut
1912 1189 70 62,2
2. Cakupan
pembinaan
usia lanjut
pada kelompok
usia lanjut
20 20 100 100
65. UPAYA KESEHATAN
TRADISIONAL
NO. JENIS
KEGIATAN
SASARAN
PENCAPAIA
N
TARGET (%)
CAKUPAN
(%)
1. Cakupan
pembinaan
upaya
kesehatan
tradisional
(KESTRA)
6 4 13 66,67
2. Cakupan
pengobatan
tradisional
terdaftar/berizi
n
4 4 100 100
3. Cakupan
pembinaan
kelompok
taman obat
keluarga
(TOGA)
5 5 100 100
71. PENENTUAN PRIORITAS
MASALAH
Menggunakan metode Hanlon kuantitatif, dengan kriteria sebagai
berikut:
1. Kriteria A: besarnya masalah
2. Kriteria B: kegawatan masalah
3. Kriteria C: kemudahan dalam penanggulangan
4. Kriteria D: PEARL factor
72. KRITERIA A
Langkah 1 :
Menentukan
besarnya masalah
dengan cara
menghitung
selisihpersentase
pencapaian
dengan target.
No Indikator Cakupan Target Besarnya Masalah
Promosi Kesehatan
1 Cakupan Pemberdayaan Individu/keluarga melalui
kunjungan rumah
14.63 50.00 35,37
Pelayanan Kesehatan Lingkungan
2 Cakupan kegiatan klinik sanitasi 9,58 25.00 15,42
Gizi Masyarakat
3 Cakupan ASI Ekslusif 22.64 70.50 47.86
Pencegahan dan P2M
4 Cakupan pelayanan imunisasi ibu hamil TT2+ 58.06 90.00 31.94
5 Cakupan penderita pneumonia balita 7.52 86.00 78.48
6 Cakupan penemuan pasien baru TB BTA+ 5.56 90.00 84.4
7 Cakupan kesembuhan pasien TB BTA + 5.56 85.00 79.44
8 Cakupan penemuan penderita diare 38.8 75.00 36.2
Kesehatan Gigi dan Mulut
9 Cakupan pemeriksaan gigi dan mulut siswa TK 82.25 100.00 17.75
10 Cakupan pemeriksaan gigi dan mulut siswa SD 85.71 100.00 14.29
11 Cakupan penanganan siswa TK yang membutuhkan
perawatan gigi
24.26 80.00 55,74
Kesehatan Jiwa
12 Cakupan deteksi dini gangguan kesehatan jiwa 0.23 20.00 19,77
Kesehatan Indra
13 Cakupan penanganan penyakit katarak 53.33 100.00 46.67
14 Cakupan kasus gangguan pendengaran di SD/NI yang di 88.37 100.00 11,63
73. Langkah 2: Menentukan kolom/kelas interval
dengan Rumus Sturgess:
k = 1 + 3,3 Log n
Keterangan:
k = jumlah kolom/kelas
n = jumlah masalah
Masukkan ke rumus
k = 1 + 3,3 log n
k = 1+3,3 log 14
= 1+3,3 (38)
= 1+3,3(1,146)
= 4,78 = 5
Langkah 3: Menentukan interval dengan
menghitung selisih persentase masalah
terbesar dengan masalah terbesar dengan
masalah terkecil kemudian dibagi dengan
nilai kelas.
Nilai besar masalah terbesar: 84.40
Nilai masalah terkecil : 11.63
Interval = nilai terbesar – nilai terkecil
k
= 84.4 – 11.63
5
= 14.55
75. No Indikator Besarnya masalah terhadap persentase pencapaian Nilai
11,63-
26,18
26,19-
40,74
40,75-
55,3
55,31-
69,86
69,87-84,4
1 Cakupan Pemberdayaan Individu/keluarga
melalui kunjungan rumah
X 2
2 Cakupan kegiatan klinik sanitasi X 1
3 Cakupan ASI Ekslusif X 3
4 Cakupan pelayanan imunisasi ibu hamil TT2+ X 2
5 Cakupan penderita pneumonia balita X 5
6 Cakupan penemuan pasien baru TB BTA+ X 5
7 Cakupan kesembuhan pasien TB BTA + X 5
8 Cakupan penemuan penderita diare X 2
9 Cakupan pemeriksaan gigi dan mulut siswa TK X 1
10 Cakupan pemeriksaan gigi dan mulut siswa SD X 1
11 Cakupan penanganan siswa TK yang
membutuhkan perawatan gigi
X 4
12 Cakupan deteksi dini gangguan kesehatan jiwa X 1
13 Cakupan penanganan penyakit katarak X 3
14 Cakupan kasus gangguan pendengaran di
SD/NI yang di tangani
X 1
76. KRITERIA B
Tingkat urgensi dinilai sebagai berikut:
a. Sangat mendesak : 5
b. Mendesak : 4
c. Cukup mendesak : 3
d. Kurang mendesak : 2
e. Tidak mendesak : 1
Tingkat besar kecilnya masalah
(seriousness) dinilai sebagai berikut:
a. Sangat gawat
: 5
b. Gawat : 4
c. Cukup gawat
: 3
d. Kurang gawat
Tingkat penyebaran/meluasnya masalah
(growth) dinilai sebagai berikut:
a. Sangat mudah menyebar/meluas
: 5
b. Mudah menyebar/meluas
: 4
c. Cukup menyebar/meluas
: 3
d. Sulit menyebar/meluas
: 2
e. Tidak menyebar/meluas
: 1
Sumber daya yang dimiliki untuk
mengatasi permasalahan (potency) dinilai
sebagai berikut:
a. Sangat banyak
: 5
77. No Indikator
U S G P Tot
al
1 Cakupan Pemberdayaan Individu/keluarga melalui kunjungan rumah 3 1 1 1 6
2 Cakupan kegiatan klinik sanitasi 3 3 1 1 8
3 Cakupan ASI Ekslusif 5 5 1 4 15
4 Cakupan pelayanan imunisasi ibu hamil TT2+ 5 5 2 4 16
5 Cakupan penderita pneumonia balita 5 5 5 4 19
6 Cakupan penemuan pasien baru TB BTA+ 5 5 5 4 19
7 Cakupan kesembuhan pasien TB BTA + 5 5 5 4 19
8 Cakupan penemuan penderita diare 3 4 5 4 16
9 Cakupan pemeriksaan gigi dan mulut siswa TK 2 1 1 4 8
10 Cakupan pemeriksaan gigi dan mulut siswa SD 2 1 1 4 8
11 Cakupan penanganan siswa TK yang membutuhkan perawatan gigi 3 2 1 4 10
12 Cakupan deteksi dini gangguan kesehatan jiwa 5 5 1 3 14
13 Cakupan penanganan penyakit katarak 3 3 1 1 8
78. KRITERIA C
Kemudahan penganggulangan masalah diukur dengan scoring
dengan nilai 1 – 5 dimana:
1. Sangat mudah : 5
2. Mudah : 4
3. Cukup mudah : 3
4. Sulit : 2
5. Sangat sulit : 1
79. No Indikator Nilai
1 Cakupan Pemberdayaan Individu/keluarga melalui kunjungan rumah 3
2 Cakupan kegiatan klinik sanitasi 3
3 Cakupan ASI Ekslusif 4
4 Cakupan pelayanan imunisasi ibu hamil TT2+ 3
5 Cakupan penderita pneumonia balita 3
6 Cakupan penemuan pasien baru TB BTA+ 3
7 Cakupan kesembuhan pasien TB BTA + 4
8 Cakupan penemuan penderita diare 3
9 Cakupan pemeriksaan gigi dan mulut siswa TK 3
10 Cakupan pemeriksaan gigi dan mulut siswa SD 3
11 Cakupan penanganan siswa TK yang membutuhkan perawatan gigi 3
12 Cakupan deteksi dini gangguan kesehatan jiwa 2
13 Cakupan penanganan penyakit katarak 1
14 Cakupan kasus gangguan pendengaran di SD/MI yang di tangani 1
80. KRITERIA D
Terdiri dari
beberapa faktor
yang saling
menentukan dapat
atau tidaknya suatu
program
dilaksanakan.
Faktor tersebut
meliputi
Appropriateness (P),
Economic (E),
Acceptability (A),
Resources
availability (R),
Legality (L)
No Indikator P E A R L
1 Cakupan Pemberdayaan Individu/keluarga melalui kunjungan
rumah
1 1 1 1 1
2 Cakupan kegiatan klinik sanitasi 1 1 1 1 1
3 Cakupan ASI Ekslusif 1 1 1 1 1
4 Cakupan pelayanan imunisasi ibu hamil TT2+ 1 1 1 1 1
5 Cakupan penderita pneumonia balita 1 1 1 1 1
6 Cakupan penemuan pasien baru TB BTA+ 1 1 1 1 1
7 Cakupan kesembuhan pasien TB BTA + 1 1 1 1 1
8 Cakupan penemuan penderita diare 1 1 1 1 1
9 Cakupan pemeriksaan gigi dan mulut siswa TK 1 1 1 1 1
10 Cakupan pemeriksaan gigi dan mulut siswa SD 1 1 1 1 1
11 Cakupan penanganan siswa TK yang membutuhkan perawatan
gigi
1 1 1 1 1
12 Cakupan deteksi dini gangguan kesehatan jiwa 1 1 1 1 1
13 Cakupan penanganan penyakit katarak 1 1 1 1 1
14 Cakupan kasus gangguan pendengaran di SD/MI yang di tangani 1 1 1 1 1
81. PENENTUAN PRIORITAS
MASALAH
Setelah nilai dari
kriteria A, B, C, dan D
didapat, hasil tersebut
dimasukan dalam
formula nilai prioritas
dasar (NPD), serta
nilai prioritas total
(NPT) untuk
menentukan prioritas
masalah yang
dihadapi:
NPD = (A+B) x C
NPT = (A+B) x C xD
No Indikator A B C D NPD NPT Urutan
Prioritas
1 Cakupan Pemberdayaan Individu/keluarga
melalui kunjungan rumah
2 6 3 1 24 24 VII
2 Cakupan kegiatan klinik sanitasi 1 8 3 1 27 27 VI
3 Cakupan ASI Ekslusif 3 15 4 1 72 72 II
4 Cakupan pelayanan imunisasi ibu hamil TT2+ 2 16 3 1 54 54 III
5 Cakupan penderita pneumonia balita 5 19 3 1 72 72 II
6 Cakupan penemuan pasien baru TB BTA+ 5 19 3 1 72 72 II
7 Cakupan kesembuhan pasien TB BTA + 5 19 4 1 96 96 I
8 Cakupan penemuan penderita diare 2 16 3 1 54 54 III
9 Cakupan pemeriksaan gigi dan mulut siswa TK 1 8 3 1 27 27 VI
10 Cakupan pemeriksaan gigi dan mulut siswa SD 1 8 3 1 27 27 VI
11 Cakupan penanganan siswa TK yang
membutuhkan perawatan gigi
4 10 3 1 42 42 IV
12 Cakupan deteksi dini gangguan kesehatan jiwa 1 14 2 1 30 30 V
13 Cakupan penanganan penyakit katarak 3 8 1 1 11 11 VIII
14 Cakupan kasus gangguan pendengaran di SD/MI
yang di tangani
1 7 1 1 8 8 IX
82. KERANGKA PIKIR MASALAH
Lingkungan
Tingkat Pendidikan masyarakat rendah
Belum ada Pengawas Menelan Obat (PMO) untuk pasien TB
Paru di wilayah kerja Puskesmas Semplak
83. ANALISIS PENYEBAB
MASALAH
Input Kelebihan Kekurangan
Man (Tenaga Kerja) Terdapat petugas pelaksana program
pencegahan dan pemberatasan
penyakit menular (P2M)
Kurangnya tenaga promosi kesehatan di
Puskesmas Semplak
Money (Pembiayaan) Terdapat dana JKN, BOK,BOP yang
diperuntukkan untuk memfasilitasi
program
- Tidak ada kendala dalam pembiayaan
Method (Metode) • Terdapat program
penanggulangan TB dengan
strategi Directly Observed
Treatment Short-course (DOTS) –
TB pada PKM Semplak
• Terdapat program kesehatan
lingkungan berupa klinik sanitasi
di PKM Semplak
• Belum ada program penemuan kasus TB Paru
secara aktif di wilayah kerja puskesmas
Semplak
• Belum ada edukasi dan pelatihan kader aktif
dalam penanggulangan TB paru
Material • Puskesmas ini mempunyai fasilitas
laboratorium yang dapat
menegakan diagnosis TB
• PKM memiliki media KIE sebagai
• Tidak ada materi penyuluhan mengenai
TB Paru di Puskesmas Semplak
84. ANALISIS PENYEBAB MASALAH DARI FAKTOR
PROSES DAN LINGKUNGAN
Proses Kelebihan Kekurangan
P1(Perencanaan) Sudah ada program DOTS TB
dalam upaya pemberantasan
TB Paru
Sudah ada kegiatan klinik
sanitasi
Program yang sudah ada belum dijalankan dengan
efektif
Program Klinik Sanitasi belum berjalan dengan
efektif
P2 (Penggerakan dan
Pelaksanaan)
Program upaya
pemberatasan TB dengan
DOTS TB berjalan dan
terdapat fsasilitas seperti
ruang DOTS TB pada PKM
Kegiatan klinik sanitasi sudah
berjalan di PKM
• Belun ada nya sosialisasi lintas sectoral dalam
pelaksanaan program DOTS TB
•
Belun ada nya sosialisasi lintas sectoral dalam
pelaksanaan program Klinik Sanitasi
P3 (Penilaian, Pengawasan, dan
Pengendalian)
Sudah terbentuknya
sebagian pencatatan pasien
yang terdiagnosis TB Paru
• Sisten monitoring evaluasi kepatuhan
pengobatan TB tidak berjalan dengan baik
Lingkungan Program PHBS tingkat rumah
tangga sudah memenuhi
target
Sudah ada beberapa
masyarakat yang sadar akan
• Tingkat Pendidikan masyarakat rendah
• Belum ada Pengawas Menelan Obat (PMO) untuk
pasien TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Semplak
86. Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah
Belum ada program penemuan kasus TB paru secara aktif Menjalankan program “Gerakan Ketuk Pintu” di wilayah kerja Puskesmas
Semplak.
Belum ada edukasi dan pelatihan kader aktif dalam
penangulangan TB paru
Mengadakan sosialisasi, edukasi, dan pelatihan kepada kader
aktif di wilayah kerja Puskesmas Semplak dalam
penanggulangan TB paru.
Tidak ada materi penyuluhan mengenai TB paru Membuat materi penyuluhan TB paru sesuai dengan tingkat
pendidikan masyarakat sekitar dengan menggunakan alat
peraga yang digunakan untuk promosi penanggulangan TB
dapat berupa benda asli seperti obat TB, pot sediaan dahak,
masker, dll.
Program DOTS TB belum berjalan dengan efektif Menetapkan penanggung jawab program DOTS TB.
Program Klinik Sanitasi belum berjalan dengan efektif Pelatihan petugas klinik sanitasi.
Belum adanya sosialisasi program penanggulangan TB ke lintas
lintas sektoral (kelurahan, RT, RW), serta masyarakat
Melakukan sosialisasi, lintas sektoral (kelurahan, RW, RT), serta
masyarakat.
Sistem monitoring evaluasi dan kepatuhan
pengobatan TB tidak berjalan dengan baik
Membuat system pendataan TB berbasis online sehingga
pendataan tertata dengan rapi.
Belum adanya Pengawas Menelan Obat (PMO) untuk
pasien TB paru
Melakukan pelatihan kepada kader aktif untuk menjadi PMO
pasien TB paru.
Melakukan edukasi dan pelatihan kepada keluarga pasien untuk dapat
menjadi PMO pasien TB paru.
87. MENENTUKAN PRIORITAS
PEMECAHAN MASALAH
menggunakan kriteria matriks dengan rumus M x I x V/ C. Masing-
masing cara penyelesaian masalah diberi nilai berdasar kriteria:
Magnitude: besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan
dengan nilai 1 – 5 dimana semakin mudah masalah yang dapat
diselesaikan maka nilainya mendekati angka 5
Importancy: Pentingnya cara penyelesaian masalah. Dengan nilai 1 – 5
dimana semakin pentingnya masalah untuk diselesaikan maka
nilainya mendekati angka 5.
Vulnerability: sensitivitas cara penyelesaian masalah. Dengan nilai 1 –
5 dimana semakin sensitifnya cara penyelesaian masalah maka
nilainya mendekati angka 5.
Cost: Biaya (sumber daya) yang digunakan. Dengan nilai 1 – 5,
dimana semakin kecil biaya yang dikeluarkan nilainya mendekati
angka 1.
88. Penyelesaian Masalah Nilai Kriteria M x I x
V) / C
Urutan
M I V C
Menjalankan program “Gerakan Ketuk Pintu” di wilayah kerja Puskesmas
Semplak.
4 5 5 1 100 I
Mengadakan sosialisasi, edukasi, dan pelatihan kepada kader aktif di
wilayah kerja Puskesmas Semplak dalam penanggulangan TB paru.
4 5 5 2 50 V
Membuat materi penyuluhan TB paru sesuai dengan tingkat pendidikan
masyarakat sekitar dengan menggunakan alat peraga yang digunakan
untuk promosi penanggulangan TB dapat berupa benda asli seperti obat
TB, pot sediaan dahak, masker, dll.
5 5 5 2 62,5 III
Menetapkan penanggung jawab program DOTS TB. 3 5 4 1 60 IV
Pelatihan petugas klinik sanitasi. 4 5 3 3 20 VII
Melakukan sosialisasi lintas program, lintas sektoral (kelurahan, RW, RT),
serta masyarakat.
3 4 3 1 36 VI
Membuat system pendataan TB berbasis online sehingga pendataan
tertata dengan rapi.
3 5 4 5 12 VIII
Melakukan pelatihan kepada kader aktif untuk menjadi PMO pasien TB
paru.
5 4 5 2 50 V
Melakukan edukasi dan pelatihan kepada keluarga pasien untuk dapat
menjadi PMO pasien TB paru.
5 4 4 1 80 II