Sembilan elemen jurnalisme menurut Bill Kovach dan Tom Rosentiel meliputi kebenaran, loyalitas kepada publik, verifikasi fakta, independensi, memantau kekuasaan, forum publik, relevansi, proporsionalitas, dan etika. Elemen-elemen ini memberikan panduan bagi wartawan untuk menyajikan berita secara akurat dan bertanggung jawab sosial.
1. Sembilan Elemen Jurnalisme
Hati nurani jurnalisme amerika ada pada bill kovach. Ini ungkapan yang sering dipakai orang
bila bicara soal Kovach. Thomas E. Patterson dari Universitas Harvard mengatakan, Kovach
punya “karir panjang dan terhormat” sebagai wartawan.
Wartawan yang nyaris tanpa cacat itulah yang menulis buku The element of Jurnalism: what
newspeople should know and the public should expect (April 2001) bersama rekannya Tom
Rosentiel. Kovach memulai karier sebagai wartawan pada 1959 di sebuah suratkabar kecil
sebelum bergabung dengan The New York Times.
Bill kovach dan Rosentiel merumuskan 9 elemen jurnalistik. Yang pertama adalah
kebenaran,yang ironisnya paling membingungkan. Kovach dan Rosentiel menerangkan
bahwa masyarakat butuh prosedur dan proses guna mendapatkan apa yang disebut kebenaran
fungsional. Namun apa yang di anggap kebenaran ini senantiasa bisa direvisi.
Kebenaran yang dilakukan oleh seorang jurnalisme bukan kebenaran dalam tataran filosofis.
Tetapi kebenaran dalam tataran fungsional. Selain itu kebenaran yang diberitakan media
dibentuk lapisan demi lapisan. Jadi kebenaran dibentuk hari demi hari, lapisan demi lapisan,
ibaratnya stalagmir, tetes demi tetes kebenaran itu membentuk stalagmir yang besar. Makan
waktu,prosesnya lama. Tapi dari kebenaran sehari-hari ini pula terbentuk bangunan
kebenaran yang lebih lengkap.
Elemen kedua di terangkan oleh Kovach dan Rosentiel dalam bentuk pertanyaan “kepada
siapa wartawan harus menempatkan loyalitasnya?” pertanyaan itu penting karena sejak
1980-an banayk wartawan berubah menjadi orang bisnis. Kovach dan rosentiel khawatir
banyaknya wartawan yang mengurusi bisnis bisa mengaburkan misi media dalam melayani
kepentingan masyarakat. Dalam sebuah bisnis media ada terdaoat tiga sisi. Sisi pertama
adalah pembaca, pemirsa, atau pendengar. Sisi kedua adalah pemasang iklan dan sisi ketiga
adalah warga.
Berbeda dengan kebanyakan bisnis, dalm bisnis media, pemirsa, pendengar atau pembaca
bukanlah pelanggan (costumer). Kebanyakan media termasuk televisi, radio, maupun dotcom
memeberikan berita secara gratis. Orang tidak membayar untuk menonton televisi, membaca
internet atau mendengarkan radio. Bahkan dalam bisnis surat kabar pun kebanyakan pembaca
hanya membayar sebagian kecil dari ongkos produksi. Ada subsidi bagi pembaca.
Banyak wartawan mengatakan the elements of journalism perlu dipelajari orang media.
Suthichai Yoon, redaktur pendiri harian The Nation di Bangkok, menulis bahwa renungan
dua wartawan yang sudah mengalami pencerahan ini perlu di baca wartawan Thai.
I Made Suarjana dari tim pendidikan majalah Gatra mengatakan bahwa Gatra sedang
menerjemahkan buku ini untuk keperluan mereka yang dipandang sebagai basic jurnalisme.
Salah satu bagian terpenting adalah Kovach dan Rosentiel menjelaskan tentang elemen yang
ketiga yaitu berupa esensi dari jurnalisme adalah disiplin dalam melakukan verifikasi.
2. Disiplin mampu membuat wartawan menyaring desas desus, gosip, ingatan yang keliru,
manipulasi, guan mendapatkan informasi yang akurat. Disiplin verifikasi inilah yang
membedakan jurnalisme denagn hiburan, propaganda, fiksi atau seni. Kovach dan Rosentiel
mengatakan kasus itu keterpaduan jadi nilai tertinggi ketimbang kebenaran harafiah.
Ketidaktahuan orang pada disiplin dalam jurnalisme ini sering terkait dengan apa yang biasa
disebut sebagai objektifitas.
Ide tentang realisme muncul bersamaan dengan terciptanya struktur karangan yang disebut
piramida terbalik dimana fakta yang paling penting diletakan pada awal laporan. Lippman
wartawan terkemuka New York menekankan bahwa jurnalisme tak cukup hanya dilaporkan
oleh saksi mata yang terlatih. Niat baik atau usaha yang jujur juga tak cukup. Lippman
memngatakan inovasi baru pada zaman itu,misalnya byline atau kolumnis juga tidak cukup.
Byline diciptakan agar nama setiap reporter diketahui publik yang akan mendorong si reporter
bekerja lebih baik karena namanya terpampang jelas. Kolumnis adalah wartawan atau penulis
senior yang tugasnya menerangkan suatu peristiwa denagn konteks yang lebih luas yang
mungkin tak bisa dilaporkan reporter yang sibuk bekerja di lapangan.
Wartawan harus menguasai semangat ilmu pengeatahuan “ada suatu hal ayng bisa disatukan
dalam kehidupan ayng berbeda beda ini. Hal itu adalah keseragaman dalam mengembangkan
metode, ketimbang sebagai tujuan; seragamnya metode yang ditarik dari pengalaman di
lapangan”. Bagaimana metode yang objektif itu bisa dilakukan ? kovach dan rosentiel
menerangkan betapa banyaknya wartawan hanya mendefinisikan dengan liputran berimbang
dan tidak berat sebelah. Tetap berimbang merupakan sebuah metode bukan tujuan.
Keseimbangan bisa menimbulkan distorsi bila dianggap sebagai tujuan. Kebenaran bisa
kabur di tengah liputan yang berimbang.
Kovach dan Rosentiel menawarkan lima konsep dalam verifikasi:
Jangan menambah atau mengarang apapun.
Jangan menipu atau menyesatkan pembaca, pemirsa ataupun pendengar.
Bersikaplah transparan dan sejujur mungkin tentang metode dan motivasi anda dalam
melakukan reportase.
Bersandarlah terutama pada reportase anda sendiri.
Bersikaplah rendah hati.
Kovach dan Rosentiel tak berhenti hanya pada tataran konsep. Mereka juga menawarkan
metode yang kongkrit dalam melakukan verifikasi itu. Pertama, penyuntingan secara skeptis.
Penyuntingan harus dilakukan baris demi baris, kalimat demi kalimat, dengan sikap skeptis.
Banyak pertanyaan, banyak gugatan. Kedua, memeriksa akurasi. David yarnold dari san jose
mercury news mengembangkan satu daftar pertanyaan yang disebut “accuracy checklist”.
Ketiga jangan berasumsi. Jangan percaya pada sumber-sumber resmi begitu saja. Wartawan
harus mendekat pada sumber-sumber primer sedeakt mungkin. Metode keempat, pengecekan
fakta ala Tom French yang disebut Tom French’s colored pencil. Metode ini sederhana.
French, seorang spesialis narasi panjang nonfiksi dari surat kabar st. Peterburg times, Florida
3. memakai pensil berwarna untuk mengecek fakta-fakta dalam karangannya, baris per baris,
kalimat per kalimat.
Elemen keempat adalah independensi. Kovach dan Rosentiel berpendapat wartawan boleh
mengemukakan pendapatnya dalam kolom opini (tidak dalam berita). Menjadi netral bukan
prinsip dasar jurnalisme. Imparsialitas juga bukan yang dimaksud denagn objektifitas.
Prinsipnya, wartawan harus bersikap independen terhadap orang orang yang mereak liput.
Jadi, semangat dan pikiran untuk bersikap independen ini lebih penting ketimbang netralitas.
Namun wartawan ayng beropini juga tetap harus menjaga akurasi dari data-datanya. Namun
wartawan yang beropini ini juga tetap harus menajaga akurasi dari data-datanya.
Elemen jurnalisme yang kelima adalah memantau kekuasaan dan menyambung lidah mereka
yang tertindas. Memantau kekuasaan bukan berarti melukai mereka yang hidupnya nyaman.
Salah satu pemantauan ini adalah melakukan investigative reporting. Sebuah jenis reportase
dimana si wartawan berhasil menunjukan siapa yang salah. Siapa yang melakukan
pelanggaran hukum. Sayangnya investigasi sering dijadikan barang dagangan. Slah satu
konsekuaensi dari investigasi adalah kecenderungan media bersangkutan mengambil sikap
terhadap isu dimana mereka melakukan investigasi. Ada yang memakai istilah advocacy
reporting buat mengganti istilah investigative reporting karena ada kecenderungan ini.
Elemen keenam adalah jurnalisme sebagai forum publik. Kovach dan Rosentiel menerangkan
zaman dahulu banyak suratkabar yang menjadikan ruang tamu mereka sebagai forum publik
dimana orang-orang bila datang menyampaikan pendapat, kritik dan sebagainya.
Kovach dan Rosentie berpendapat jurnalisme yang mengakomodasi debat publik harus
dibedakan dengan jurnalisme semu. Munculnya jurnalisme semu itu terjadi karena debatnya
tak dibuat berdasrkan fakta-fakta secara memadai. Jurnalisme semu juga muncul karena gaya
lebih dipentingkan ketimbang esensi.
Elemen ketujuh adalah jurnalisme harus memikat sekaligus relevan. Mungkin meminjam
moto majalah tempo jurnalisme harus enak dinaca dan perlu. Memikat sekaligus relevan.
Ironisnya dua faktor ini justru sering dianggap dua hal yang bertolak-belakang. Laporan yang
memikat dianggap laporan yang lucu, sensasional, menghibur, dan penuh tokoh selebritas.
Tetapi laporan yang relevan dianggap kering. Angka-angka dan membosankan.
Menulis narasi yang dalam sekaligus memikat butuh waktu lama.banyak contoh bagaimana
laporan panjang dikerjakan selama berbulan-bulan terkadang malah bertahun-tahun. Padahal
waktu adalah sebuah kemewahan dalam bisnis media.
Elemen kedelapan adalah kewajiban wartawan menjadikan beritanya proporsional dan
komprehensif. Kovach dan Rosentiel mengatakan banyak suratkabar menyajikan berita yang
tak proporsional. Judul-judulnya sensational.
Proporsional serta komprehersif dalam jurnalisme memang tak seilmiah pembuatan
peta.berita mana yang diangkat, mana yang penting, mana yang dijadikan berita utama,
penilaiannya bisa berbeda antara si wartawan dan si pembaca. Pemilihan berita juga sangat
4. subjektif. Kovach dan Rosentiel justru karena subjektif lah wartawan harus senantiasa ingat
agar proporsional dalam menyajikan berita.
Elemen kesembilan adalah wartawan seyogyanya harus punya pertimbangan pribadi tentang
etika tanggung jawab sosial. Setiap individu reporter harus menetapkan kode etiknya sendiri
dan berdasarkan model itulah dia membangun kariernya.