Ini ringkasan buku "The Elements of Journalism" karya Bill Kovach dan Tom Rosenstiel (2001), lebih banyak gambar dari file terdahulu.
Pada 2007, Kovach dan Rosenstiel bikin update dan revisi dimana mereka tambah satu elemen pada sembilan elemen jurnalisme. Ia menerangkan peranan warga dalam jurnalisme, terutama lewat media sosial. Jumlahnya jadi 10 elemen.
Pada 2014, versi ketiga terbit dengan data-data aktual.
Pada 2021, versi keempat terbit dengan kata pengantar baru. Versi keempat ada data soal Presiden Donald Trump, semacam binatang politik yang dua dekade lalu Kovach dan Rosenstiel, kuatir akan muncul di Amerika Serikat, bila jurnalismenya tak diperbaiki. Versi keempat juga bicara soal tanggungjawab netizen dalam memakai Twitter, Facebook, YouTube, Instagram dst.
2. Bagaimana menulisnya?
Benarkah “Islam” tak
cocok dengan
demokrasi, selalu
diskriminasi
perempuan? Minoritas
non-Muslim dan LGBT?
Benarkah “bangsa
Indonesia” nama
samaran “bangsa
Jawa”?
Benarkah LGBT
penyakit dan menular?
Bagaimana menilai
pembubaran Hizbut
Tahrir 2017? Atau PKI
1966?
Bagaimana menilai
siapa sesat? Sunni?
Syiah? Ahmadiyah?
Gafatar?
Apakah ideologi,
agama, bisa dinodai?
Etnik Tionghoa
economic animal?
3. Apa yang buat praktisi
jurnalisme bisa dipercaya?
Setiap orang bias agama, ideologi, pendidikan, status sosial,
orientasi politik, etnik, kewarganegaraan bahkan pengalaman
pribadi?
Pilihan sudut pandang, sumber, kutipan juga bias?
Bagaimana menilai mutu media: New York Times, BBC,
Guardian, Asahi Shimbun, Al Jazeera?
Bagaimana menulis soal korupsi ketika pelaku memakai
sentimen etnik, agama, homophobia, misogini?
4. Buku pegangan
jurnalisme
• Bill Kovach (1932) wartawan New York Times,
kurator Nieman Foundation di Universitas Harvard.
• Tom Rosenstiel (1956) wartawan Los Angeles Times.
• Tiga tahun, wawancara 1,200 wartawan dan 300 lagi
dalam diskusi.
• Pada 2007, update dan revisi dimana mereka
tambah satu elemen pada sembilan elemen
jurnalisme. Ia menerangkan peranan warga dalam
jurnalisme, terutama lewat media sosial.
• Pada 2014, versi ketiga terbit dengan data-data
aktual. Pada 2021, versi keempat terbit dengan kata
pengantar baru. Versi keempat ada data soal
bagaimana jurnalisme gagal mencegah Donald
Trump jadi presiden.
5. 1. Tujuan jurnalisme
beritakan kebenaran
• Kebenaran menurut siapa?
• Apakah berita = kebenaran?
• Apakah akurasi = kebenaran?
• Bagaimana dgn kebenaran agama?
• Kebenaran yang bukan debat filsafat atau agama
tapi kebenaran fungsional yg sehari2 diperlukan
masyarakat. Perhatikan jutaan perjanjian
internasional.
• Ibarat stalagmit, lapis demi lapis berita, hari demi
hari. Bisa revisi layaknya ilmu pengetahuan,
sejarah, dsb.
6. 2. Loyalitas utama pada masyarakat
• Menempatkan loyalitas? Perusahaan?
Audience? Citizen?
• Praktisi punya tanggungjawab sosial
yang tak jarang melangkahi kepentingan
organisasi mereka. Ironisnya,
tanggungjawab itu sekaligus sumber
keberhasilan organisasi
• Segitiga media: audience, advertiser,
citizens.
• Menuntut pagar api dimana business
interest dipisahkan dgn interest
masyarakat
7. 3. Esensi jurnalisme
adalah verifikasi
• Disiplin verifikasi bedakan jurnalisme dgn hiburan, propaganda, fiksi,
infotainment atau seni
• Tak setiap orang tahu standar verifikasi. Bagaimana caranya?
• “There is but one kind of unity possible in a world as diverse as ours.
It is unity of method, rather than aim; the unity of disciplined
experiment” – Walter Lippmann “Public Opinion” 1923
• Metode jurnalisme bisa objektif. Tapi objektifitas bukan tujuan.
8. Platform dari verifikasi
• Bersikap setransparan dan sejujur mungkin ttg metode
dan motivasi dalam liputan: nama lengkap, tujuan
wawancara, byline, email, Facebook, Whatsapp,
Instagram dst.
• Bersandar pada reportase sendiri. Sadari prinsip
“urutan sumber” dimana sumber pertama lebih bisa
diandalkan dari kedua dst.
• Bersikap rendah hati. Verifikasi perlu pikiran terbuka.
Pertanyaan yang baik mencerminkan keterbukaan
pikiran: kata tanya dari 5W 1H … bukan pertanyaan
tertutup dgn jawaban ya/tidak.
9. 4. Wartawan harus
independen
• Wartawan harus bersikap independen thd orang2 yang mereka liput.
• Wartawan boleh punya opini. Namun fakta adalah suci. Mereka tetap dibilang wartawan walau
sikap jelas.
• Menjadi netral bukan prinsip dasar jurnalisme. Impartialitas dan objektifitas juga bukan.
• Bila wartawan menulis tentang sesuatu dan ikut jadi pemain, jangan lupa transparan dan jujur.
• Independensi dijunjung tinggi di atas identitas lain
10. 5. Jurnalisme
memantau kekuasaan
Jurnalisme harus memantau kekuasaan dan
menyambung lidah yang tertindas
Ada tiga macam investigasi: investigasi orisinal,
investigation on investigation, interpretative
investigation
Original investigative reporting - si wartawan
berhasil menunjukkan siapa salah, dalam satu
kejahatan publik, karya orisinal
Perlu sangat hati-hati buat wartawan yang benar-
benar sudah berpengalaman. Tak dianjurkan buat
reporter kurcaci.
Indonesia banyak inflasi “investigasi” a.l. Insert
Trans TV
11. 6. Jurnalisme
sebagai forum publik
• Forum tercipta baik dari laporan, lewat
surat pembaca, talk show, kolom, social
media, hashtag dsb.
• Suratkabar awal bikin ruang tamu di mana
orang diskusi membicarakan liputan hari
itu.
• Teknologi baru bikin forum lebih bertenaga
a.l. chat room, siaran langsung, komentar,
debat lewat media social.
• Jurnalisme semu – menciptakan dikotomi
ketimbang kompromi dalam demokrasi,
miskin fakta.
12. 7. Jurnalisme harus
memikat dan relevan
• Dua faktor sering dianggap dua hal
bertolakbelakang
• Memikat: info selebriti. Membosankan:
berita ekonomi
• 1977 cover Newsweek dan Time 31% diisi
gambar politisi dan 15% bintang film.
• 1997 mengalami penurunan 60% dalam
gambar politisi. 40% diisi bintang film.
• Infotainment? Sensasi? Seks? Kriminal?
• Peluang: narasi atau feature
13. 8. Berita proporsional
dan komprehensif
• Ibarat penari telanjang dan pemain gitar. Mana tahan lama?
• Contoh: Berita protes anti-Amerika dan citra Islam ektrimis di
Indonesia pasca 9/11
• Pemilihan berita subjektif. Justru karena subjektif wartawan
harus ingat proporsional dalam menyajikan berita
• Ibarat sebuah peta, ada detail suatu blok, lengkap sebuah
kota
14. 9. Mendengarkan
hati nurani
• Apakah ada demokrasi di ruang redaksi?
• Karena sifatnya a.l. deadline, harus ada
seseorang di puncak organisasi buat ambil
keputusan redaksional
• Editor harus bertanggungjawab terhadap
produk newsroom
• Tapi pintu harus senantiasa terbuka, harus
ada suasana demokratis, buat bilang tidak!
• Note: Perhatikan macam2 hukum soal
pencemaran nama baik di Indonesia a.l.
KUHP 310, 335, ITE
15. Criminal defamation
(tindakan pidana bukan perdata)
• Bedakan antara slander (lisan) dan libel (tertulis)
• KUHP tahun 1918 buatan Belanda: 35 pasal soal “pidana
pencemaran nama baik.” Maksimal penjara tujuh tahun.
• Sekarang ada 100 pasal lebih dgn hukuman maksimal
seumur hidup a.l. makar
• Misalnya: UU Internet, UU Pemilihan Presiden, UU
Pornografi, UU Pemilihan Daerah, PP 77 soal Logo Daerah,
MR5
• Idealnya, tak ada pidana terhadap pendapat orang tapi sudah
beberapa dasawarsa tak selesai debat soal pidana atau
perdata saja
• Dewan Pers bikin terobosan lewat MOU dengan Kapolri
khusus delik pers, diselesaikan lewat Dewan Pers lebih dulu.
• Ia tak meliputi media sosial, blog, email, komunikasi pribadi,
pers mahasiswa
15
16. UU Internet November 2016
• Tindakan pidana “… mendistribusikan, mentransmisikan
dan/atau memungkinkan informasi elektronik dapat
diakses“ berisi kebencian.
• Pencemaran nama baik jadi delik aduan, bukan delik
umum.
• Hukuman penjara max 4 tahun serta denda Rp 750 juta
• Ketentuan "right to be forgotten": Penyelenggara wajib
hapus konten atas permintaan orang yang bersangkutan
berdasarkan penetapan pengadilan.
• Pemerintah berwenang lakukan pemutusan akses atau
memerintahkan kepada penyelenggara
17. 10. Kewajiban netizen
terhadap jurnalisme
• Perlu waktu 200 tahun sejak muncul mesin cetak hingga
terbentuk jurnalisme via suratkabar kuno
• Era digital banyak media dan banjir informasi: Google, You
Tube, Twitter, Facebook, Wordpress, Apple, Microsoft,
Whatsapp dst.
• Tiada penjaga gawang.
• Kita sedang berada dalam Revolusi Komunikasi.
• Jurnalisme memerlukan posisi yang sebanding dengan
perkembangan teknologi.
• Apa ada waktu cukup untuk internet dan jurnalisme?
• Warga punya hak terhadap informasi. Namun jurnalisme beda
dgn informasi, beda dgn hoax, berita palsu.
• Demokrasi dan jurnalisme lahir bersama-sama dan mereka
juga akan jatuh bersama-sama.
18. Blur: How to Know
What’s True in the Age
of Information Overload
• Ada delapan peran praktisi era internet:
• Authenticator
• Sense Maker
• Investigator
• Witness Bearer
• Empowerer
• Smart Aggregator
• Forum Organizer
• Role Model
19. Terima kasih
Bill Kovach, ayah Muslim dan ibu
Kristen Albania, kelahiran East
Tennessee 1932
Meliput civil movement pada
1950an dan 1960an, ikut bongkar
Watergate dari Boston
Washington bureau chief dari The
New York Times, editor Atlanta
Journal-Constitution, kurator
Nieman Foundation, Universitas
Harvard, Committee of Concerned
Journalists, International
Consortium of Investigate
Journalists