SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
OLEH
DR. H. Nana Rukmana, Drs., M.H.
    Hana Krisnamurti, S.H., M.H.
Alasan Penghapusan Pidana
( strafuitsluitingsground )
 Alasan penghapus pidana (strafuitsluitingsground) diartikan sebagai
  keadaan khusus yang jika dipenuhi menyebabkan pidana, meskipun
  terhadap semua unsur tertulis dari rumusan delik telah dipenuhi ,
  tidak dapat dijatuhkan.
 Dalam Ilmu ada 2 jenis :
a. Alasan penghapus pidana umum
     Adalah alasan penghapus pidana yang berlaku umum untuk setiap
     tindak pidana dan disebut dalam pasal 44, 48 - 51 KUHP
b. Alasan penghapus pidana khusus
     Adalah alasan penghapus pidana yang berlaku hanya untuk tindak
     pidana tertentu. Misalnya pasal 122, 221 ayat (3), 261, 310, dan 367
     ayat (1) KUHP.
Ajaran Alasan Penghapus Pidana
1. Alasan pembenar ( rechtvaardigingsgrond ) yaitu alasan
   yang menghapuskan sifat melawan hukumnya perbuatan,
   berkaitan dengan tindak pidana (strafbaarfeit) yang
   dikenal dengan istilah actus reus di Negara Anglo saxon.
2. Alasan pemaaf (schuldduitsluitingsgrond) yaitu alasan
   yang menghapuskan kesalahan terdakwa, berkaitan
   dengan pertanggungjawaban (toerekeningsvatbaarheid)
   yang dikenal dengan istilah mens rea di Negara Anglo
   saxon.
sebab-sebab seseorang tidak dapat dihukum
(Strafuitsluitingsgronden)
1.   Ontoerekeningsvatbaarheid (Pasal 44 KUHP)
 Syarat-syarat yang termasuk dalam ketentuan pasal 44 yaitu,
    a. Mempunyai jiwa yang tidak tumbuh dengan sempurna atau jiwa
        sipembuat diganggu oleh penyakut, Yang dimaksud disini adalah
        berhubung dengan keadaan daya berpikir tersebut dari si pelaku, ia
        tidak dapat dicela sedemikian rupa sehingga pantaslah ia tidak dikenai
        hukuman. Dalam hal ini diperlukan orang-orang ahli seperti dokter
        spesialis dan seorang psikiater.
    b. Tingkat dari penyakit itu harus sedemikian rupa sehingga perbuatannya
        tidak dapat dipertanggung jawabkan kepadanya.
 Dalam M.t.V ditentukan bahwa seseorang tidak dapat
   dipertanggungjawabkan terhadap perbuatannya bila :
   a. Keadaan jiwa orang itu sedemikian rupa sehingga ia tidak dapat mengerti
      akan harga dan nilai dari perbuatannya.
   b. Ia tidak dapat menentukan kehendaknya terhadap perbuatan yang ia
      lakukan.
   c. Ia tidak dapat menginsyafi bahwa perbuatannya adalah terlarang.
2. Overmacht (Pasal 48 KUHP)
Satochit K : “didorong oleh keadaan memaksa”
Utrecht : ” Berat Lawan”
Tresna : “ didorong oleh keadaan yang tak dapat
 dikuasai
Moeljatno : ”Karena pengaruh daya paksa,
M.v.T Paksaan itu adalah, setiap kekuatan setiap
 paksaan atau tekanan yang sedemikian rupa
 sehingga tidak dapat dielakkan.
Noodweer (Pembelaan Terpaksa)
(Pasal 49 KUHP)
 Pasal 49 ayat (1) Noodweer dapat diartikan sebagai pembelan
  darurat, dan agar suatu perbuatan itu dapat dikatakan
  pembelaan darurat harus memenuhi syarat-syarat:
   a. Perbuatan yang dilakukan itu harus terpaksa untuk
       mempertahankan (membela).
   b. pembelaan atau pertahan itu harus dilakukan hanya
       terhadap kepentingan-kepentingan yang disebut dalam
       pasal tersebut.
   c. harus ada serangan yang melawan hak dan mengancam
       seketika itu juga.
 Pembelaan berdasarkan pasal 49 ayat (2) ini
 dinamakan Noodweer Exces yaitu, pembelaan yang
 melampaui batas, sebenarnya pembelaan yang
 melampaui batas, merupakan perbuatan yang
 terlarang, akan tetapi karena perbuatan tersebut
 berupa akibat suatu goncangan rasa yang disebabkan
 oleh serangan.
 Misalnya : Naik darah, jengkel, marah sekali atau
 sering disebut kalap mata.
Wettelijk Voorschrift (Pasal 50 KUHP)
 Wettelijk Voorschrift adalah menjalankan perintah
  Undang-undang. Apa yang diperintahkan oleh suatu
  undang-undang atau wewenang yang diberikan oleh
  sesuatu undang-undang untuk melakukan sesuatu hal
  tidak dapat dianggap tindak pidana.
  Cth. Beberapa orang polisi akan menangkap seorang
  penjahat yang melarikan diri dari penjara, sedang penjahat
  tersebut sangat berbahaya, apabila orang tersebut
  melarikan diri dan tidak menuruti perintah polisi penjahat
  itu boleh ditembak.
Ambtelijke Bevel (pasal 51 KUHP)
 Ambtelijke Bevel atau perintah jabatan. Secara harfiah
  adalah suatu perintah yang telah diberikan oleh seorang
  atasan.
  Adapun syarat-syarat yang ditentukan dalam pasal ini
  adalah :
   1. Orang itu melakukan perbuatan atas perintah jabatan.
   2. Perintah harus diberikan oleh kuasa yang diberikan
       oleh kuasa yang berhak untuk memberikan kuasa itu.
       Cth. Seorang polisi diperintahkan oleh atasannya
       untuk menangkap seorang penjahat.
       Jadi apabila ternyata orang tersebut bukanlah
       penjahatnya, maka terhadap si polisi tidak dapat
       dihukum.

More Related Content

What's hot

Sumber hukum internasional
Sumber hukum internasionalSumber hukum internasional
Sumber hukum internasionalNuelnuel11
 
Bahan Kuliah - hukum-acara
Bahan Kuliah - hukum-acaraBahan Kuliah - hukum-acara
Bahan Kuliah - hukum-acaraFakhrul Rozi
 
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Hukum acara perdata - Alur proses beracara secara utuh (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Alur proses beracara secara utuh (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Alur proses beracara secara utuh (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Alur proses beracara secara utuh (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
hubungan hukum pidana dengan ilmu lain
hubungan hukum pidana dengan ilmu lainhubungan hukum pidana dengan ilmu lain
hubungan hukum pidana dengan ilmu lainRatri nia
 
Obyek Hukum Administrasi Negara
Obyek Hukum Administrasi  NegaraObyek Hukum Administrasi  Negara
Obyek Hukum Administrasi NegaraMuslimin B. Putra
 
keadaan tak hadir (afwezigheid)
keadaan tak hadir (afwezigheid)keadaan tak hadir (afwezigheid)
keadaan tak hadir (afwezigheid)Nasria Ika
 
Paper Hukum Pembuktian (Hansel)
Paper Hukum Pembuktian (Hansel)Paper Hukum Pembuktian (Hansel)
Paper Hukum Pembuktian (Hansel)Hansel Kalama
 
Pengadilan Hubungan Industrial (Idik Saeful Bahri)
Pengadilan Hubungan Industrial (Idik Saeful Bahri)Pengadilan Hubungan Industrial (Idik Saeful Bahri)
Pengadilan Hubungan Industrial (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara PidanaSurat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara PidanaIzzatul Ulya
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
Hukum Acara Mahkamah KonstitusiHukum Acara Mahkamah Konstitusi
Hukum Acara Mahkamah KonstitusiKardoman Tumangger
 
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Idik Saeful Bahri
 
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...Idik Saeful Bahri
 

What's hot (20)

Kriminologi
KriminologiKriminologi
Kriminologi
 
Sumber hukum internasional
Sumber hukum internasionalSumber hukum internasional
Sumber hukum internasional
 
Hukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptxHukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptx
 
Bahan Kuliah - hukum-acara
Bahan Kuliah - hukum-acaraBahan Kuliah - hukum-acara
Bahan Kuliah - hukum-acara
 
putusan hakim
putusan hakimputusan hakim
putusan hakim
 
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum acara perdata - Alur proses beracara secara utuh (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Alur proses beracara secara utuh (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Alur proses beracara secara utuh (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Alur proses beracara secara utuh (Idik Saeful Bahri)
 
aliran kriminologi
aliran kriminologialiran kriminologi
aliran kriminologi
 
hubungan hukum pidana dengan ilmu lain
hubungan hukum pidana dengan ilmu lainhubungan hukum pidana dengan ilmu lain
hubungan hukum pidana dengan ilmu lain
 
Obyek Hukum Administrasi Negara
Obyek Hukum Administrasi  NegaraObyek Hukum Administrasi  Negara
Obyek Hukum Administrasi Negara
 
keadaan tak hadir (afwezigheid)
keadaan tak hadir (afwezigheid)keadaan tak hadir (afwezigheid)
keadaan tak hadir (afwezigheid)
 
Paper Hukum Pembuktian (Hansel)
Paper Hukum Pembuktian (Hansel)Paper Hukum Pembuktian (Hansel)
Paper Hukum Pembuktian (Hansel)
 
Pengadilan Hubungan Industrial (Idik Saeful Bahri)
Pengadilan Hubungan Industrial (Idik Saeful Bahri)Pengadilan Hubungan Industrial (Idik Saeful Bahri)
Pengadilan Hubungan Industrial (Idik Saeful Bahri)
 
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
 
UPAYA PAKSA
UPAYA PAKSAUPAYA PAKSA
UPAYA PAKSA
 
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara PidanaSurat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
Hukum Acara Mahkamah KonstitusiHukum Acara Mahkamah Konstitusi
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
 
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
 
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...
 
Hukum Perdata
Hukum Perdata Hukum Perdata
Hukum Perdata
 

Similar to ALASAN PENGHAPUS PIDANA

Pengayaan Sesi 8.pptx
Pengayaan Sesi 8.pptxPengayaan Sesi 8.pptx
Pengayaan Sesi 8.pptxmarcoorias2
 
Bab 13 alasan penghapusan pidana
Bab 13   alasan penghapusan pidanaBab 13   alasan penghapusan pidana
Bab 13 alasan penghapusan pidanaNuelimmanuel22
 
Hak menuntut 8
Hak menuntut 8Hak menuntut 8
Hak menuntut 8Uda Estelo
 
Hak menuntut 7
Hak menuntut 7Hak menuntut 7
Hak menuntut 7Uda Estelo
 
Locus Delictie dalam Hukum Pidana
Locus Delictie dalam Hukum PidanaLocus Delictie dalam Hukum Pidana
Locus Delictie dalam Hukum PidanaIzzatul Ulya
 
Bahan kuliah asas asas hukum pidana perkembangan
Bahan kuliah asas asas hukum pidana perkembanganBahan kuliah asas asas hukum pidana perkembangan
Bahan kuliah asas asas hukum pidana perkembanganmamat rahmat
 
Asas Legalitas dan Retroaktif dalam HPI
Asas Legalitas dan Retroaktif dalam HPIAsas Legalitas dan Retroaktif dalam HPI
Asas Legalitas dan Retroaktif dalam HPIswirawan
 
Presentation12`1qa
Presentation12`1qaPresentation12`1qa
Presentation12`1qaAndiex Ae
 
Pembunuhan dengan daya paksa ( overmach ) menurut islam
Pembunuhan dengan daya paksa ( overmach ) menurut islamPembunuhan dengan daya paksa ( overmach ) menurut islam
Pembunuhan dengan daya paksa ( overmach ) menurut islamRamdan Galau
 
Presentation12`1qa
Presentation12`1qaPresentation12`1qa
Presentation12`1qaandiex25
 
1406-Article Text-3277-1-10-20180328.pdf
1406-Article Text-3277-1-10-20180328.pdf1406-Article Text-3277-1-10-20180328.pdf
1406-Article Text-3277-1-10-20180328.pdfMuhamadRifkiRamadhan
 
pertanggung jawaban pidana.ppt
pertanggung jawaban pidana.pptpertanggung jawaban pidana.ppt
pertanggung jawaban pidana.pptPoppieShalove
 
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdffile power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdfAgungIstri3
 
8 penangkapan penahanan
8 penangkapan penahanan8 penangkapan penahanan
8 penangkapan penahananRonalto_Tan
 
Delik-delik dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana.ppt
Delik-delik dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana.pptDelik-delik dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana.ppt
Delik-delik dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana.pptFajarSaputra20091254
 
dianaumsu,+Penyusunan+Dokumen+Laporan+Pengaduan+dan+Kronologis.pdf
dianaumsu,+Penyusunan+Dokumen+Laporan+Pengaduan+dan+Kronologis.pdfdianaumsu,+Penyusunan+Dokumen+Laporan+Pengaduan+dan+Kronologis.pdf
dianaumsu,+Penyusunan+Dokumen+Laporan+Pengaduan+dan+Kronologis.pdfyudaboyz
 
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di IndonesiaPPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di IndonesiaBagus Edi Prayogo
 

Similar to ALASAN PENGHAPUS PIDANA (20)

Pengayaan Sesi 8.pptx
Pengayaan Sesi 8.pptxPengayaan Sesi 8.pptx
Pengayaan Sesi 8.pptx
 
Alasan pembenar dan pemaaf
Alasan pembenar dan pemaafAlasan pembenar dan pemaaf
Alasan pembenar dan pemaaf
 
Bab 13 alasan penghapusan pidana
Bab 13   alasan penghapusan pidanaBab 13   alasan penghapusan pidana
Bab 13 alasan penghapusan pidana
 
Hak menuntut 8
Hak menuntut 8Hak menuntut 8
Hak menuntut 8
 
Hak menuntut 7
Hak menuntut 7Hak menuntut 7
Hak menuntut 7
 
Locus Delictie dalam Hukum Pidana
Locus Delictie dalam Hukum PidanaLocus Delictie dalam Hukum Pidana
Locus Delictie dalam Hukum Pidana
 
Bahan kuliah asas asas hukum pidana perkembangan
Bahan kuliah asas asas hukum pidana perkembanganBahan kuliah asas asas hukum pidana perkembangan
Bahan kuliah asas asas hukum pidana perkembangan
 
Asas Legalitas dan Retroaktif dalam HPI
Asas Legalitas dan Retroaktif dalam HPIAsas Legalitas dan Retroaktif dalam HPI
Asas Legalitas dan Retroaktif dalam HPI
 
Presentation12`1qa
Presentation12`1qaPresentation12`1qa
Presentation12`1qa
 
Pembunuhan dengan daya paksa ( overmach ) menurut islam
Pembunuhan dengan daya paksa ( overmach ) menurut islamPembunuhan dengan daya paksa ( overmach ) menurut islam
Pembunuhan dengan daya paksa ( overmach ) menurut islam
 
Presentation12`1qa
Presentation12`1qaPresentation12`1qa
Presentation12`1qa
 
Makalah praperadilan
Makalah praperadilanMakalah praperadilan
Makalah praperadilan
 
1406-Article Text-3277-1-10-20180328.pdf
1406-Article Text-3277-1-10-20180328.pdf1406-Article Text-3277-1-10-20180328.pdf
1406-Article Text-3277-1-10-20180328.pdf
 
pertanggung jawaban pidana.ppt
pertanggung jawaban pidana.pptpertanggung jawaban pidana.ppt
pertanggung jawaban pidana.ppt
 
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdffile power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
 
8 penangkapan penahanan
8 penangkapan penahanan8 penangkapan penahanan
8 penangkapan penahanan
 
Delik-delik dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana.ppt
Delik-delik dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana.pptDelik-delik dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana.ppt
Delik-delik dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana.ppt
 
dianaumsu,+Penyusunan+Dokumen+Laporan+Pengaduan+dan+Kronologis.pdf
dianaumsu,+Penyusunan+Dokumen+Laporan+Pengaduan+dan+Kronologis.pdfdianaumsu,+Penyusunan+Dokumen+Laporan+Pengaduan+dan+Kronologis.pdf
dianaumsu,+Penyusunan+Dokumen+Laporan+Pengaduan+dan+Kronologis.pdf
 
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di IndonesiaPPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
 
Edi yuhermansyah
Edi yuhermansyah Edi yuhermansyah
Edi yuhermansyah
 

ALASAN PENGHAPUS PIDANA

  • 1. OLEH DR. H. Nana Rukmana, Drs., M.H. Hana Krisnamurti, S.H., M.H.
  • 2. Alasan Penghapusan Pidana ( strafuitsluitingsground )  Alasan penghapus pidana (strafuitsluitingsground) diartikan sebagai keadaan khusus yang jika dipenuhi menyebabkan pidana, meskipun terhadap semua unsur tertulis dari rumusan delik telah dipenuhi , tidak dapat dijatuhkan.  Dalam Ilmu ada 2 jenis : a. Alasan penghapus pidana umum Adalah alasan penghapus pidana yang berlaku umum untuk setiap tindak pidana dan disebut dalam pasal 44, 48 - 51 KUHP b. Alasan penghapus pidana khusus Adalah alasan penghapus pidana yang berlaku hanya untuk tindak pidana tertentu. Misalnya pasal 122, 221 ayat (3), 261, 310, dan 367 ayat (1) KUHP.
  • 3. Ajaran Alasan Penghapus Pidana 1. Alasan pembenar ( rechtvaardigingsgrond ) yaitu alasan yang menghapuskan sifat melawan hukumnya perbuatan, berkaitan dengan tindak pidana (strafbaarfeit) yang dikenal dengan istilah actus reus di Negara Anglo saxon. 2. Alasan pemaaf (schuldduitsluitingsgrond) yaitu alasan yang menghapuskan kesalahan terdakwa, berkaitan dengan pertanggungjawaban (toerekeningsvatbaarheid) yang dikenal dengan istilah mens rea di Negara Anglo saxon.
  • 4. sebab-sebab seseorang tidak dapat dihukum (Strafuitsluitingsgronden) 1. Ontoerekeningsvatbaarheid (Pasal 44 KUHP)  Syarat-syarat yang termasuk dalam ketentuan pasal 44 yaitu, a. Mempunyai jiwa yang tidak tumbuh dengan sempurna atau jiwa sipembuat diganggu oleh penyakut, Yang dimaksud disini adalah berhubung dengan keadaan daya berpikir tersebut dari si pelaku, ia tidak dapat dicela sedemikian rupa sehingga pantaslah ia tidak dikenai hukuman. Dalam hal ini diperlukan orang-orang ahli seperti dokter spesialis dan seorang psikiater. b. Tingkat dari penyakit itu harus sedemikian rupa sehingga perbuatannya tidak dapat dipertanggung jawabkan kepadanya.  Dalam M.t.V ditentukan bahwa seseorang tidak dapat dipertanggungjawabkan terhadap perbuatannya bila : a. Keadaan jiwa orang itu sedemikian rupa sehingga ia tidak dapat mengerti akan harga dan nilai dari perbuatannya. b. Ia tidak dapat menentukan kehendaknya terhadap perbuatan yang ia lakukan. c. Ia tidak dapat menginsyafi bahwa perbuatannya adalah terlarang.
  • 5. 2. Overmacht (Pasal 48 KUHP) Satochit K : “didorong oleh keadaan memaksa” Utrecht : ” Berat Lawan” Tresna : “ didorong oleh keadaan yang tak dapat dikuasai Moeljatno : ”Karena pengaruh daya paksa, M.v.T Paksaan itu adalah, setiap kekuatan setiap paksaan atau tekanan yang sedemikian rupa sehingga tidak dapat dielakkan.
  • 6. Noodweer (Pembelaan Terpaksa) (Pasal 49 KUHP)  Pasal 49 ayat (1) Noodweer dapat diartikan sebagai pembelan darurat, dan agar suatu perbuatan itu dapat dikatakan pembelaan darurat harus memenuhi syarat-syarat: a. Perbuatan yang dilakukan itu harus terpaksa untuk mempertahankan (membela). b. pembelaan atau pertahan itu harus dilakukan hanya terhadap kepentingan-kepentingan yang disebut dalam pasal tersebut. c. harus ada serangan yang melawan hak dan mengancam seketika itu juga.
  • 7.  Pembelaan berdasarkan pasal 49 ayat (2) ini dinamakan Noodweer Exces yaitu, pembelaan yang melampaui batas, sebenarnya pembelaan yang melampaui batas, merupakan perbuatan yang terlarang, akan tetapi karena perbuatan tersebut berupa akibat suatu goncangan rasa yang disebabkan oleh serangan. Misalnya : Naik darah, jengkel, marah sekali atau sering disebut kalap mata.
  • 8. Wettelijk Voorschrift (Pasal 50 KUHP)  Wettelijk Voorschrift adalah menjalankan perintah Undang-undang. Apa yang diperintahkan oleh suatu undang-undang atau wewenang yang diberikan oleh sesuatu undang-undang untuk melakukan sesuatu hal tidak dapat dianggap tindak pidana. Cth. Beberapa orang polisi akan menangkap seorang penjahat yang melarikan diri dari penjara, sedang penjahat tersebut sangat berbahaya, apabila orang tersebut melarikan diri dan tidak menuruti perintah polisi penjahat itu boleh ditembak.
  • 9. Ambtelijke Bevel (pasal 51 KUHP)  Ambtelijke Bevel atau perintah jabatan. Secara harfiah adalah suatu perintah yang telah diberikan oleh seorang atasan. Adapun syarat-syarat yang ditentukan dalam pasal ini adalah : 1. Orang itu melakukan perbuatan atas perintah jabatan. 2. Perintah harus diberikan oleh kuasa yang diberikan oleh kuasa yang berhak untuk memberikan kuasa itu. Cth. Seorang polisi diperintahkan oleh atasannya untuk menangkap seorang penjahat. Jadi apabila ternyata orang tersebut bukanlah penjahatnya, maka terhadap si polisi tidak dapat dihukum.