Remaja di Sumatera Selatan masih kurang memahami kesehatan reproduksi. Pengetahuan tentang masa subur, pencegahan kehamilan, HIV/AIDS, dan anemia masih rendah. Program penyuluhan kesehatan reproduksi perlu ditingkatkan melalui sekolah, media, dan organisasi kepemudaan untuk meningkatkan pemahaman remaja.
1. REMAJA
dan
KESEHATAN REPRODUKSI
Kajian terhadap Data
Hasil Survey Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
Disampaikan oleh Imron A. Hakim
• Peneliti Pusat Penelitian Sosial Budaya dan Kependudukan (PSBK)
Universitas Sriwjaya
• Dosen pada FKIP Unsri
Palembang, Juni 2013
1
2. Prioritas Pembangunan
• Program KB merupakan salah satu prioritas
dalam Program Kesehatan dan Penanggulangan
Kemiskinan.
• Indikator survey RPJM mencakup:
1. Kependudukan,
2. Keluarga Berencana,
3. Kesehatan Reproduksi Remaja,
4. Ketahanan Keluarga, dan
5. Pemberdayaan Keluarga.
2
3. I. Karakteristik Remaja Sampel
a. Jumlah dan Umur Remaja
• Hasil SP2010 di Sumatera Selatan terdapat remaja
umur 15-24 tahun sebanyak 1.396.700 jiwa atau 18,7
persen dari total penduduk Sumatera Selatan
(7.450.394 jiwa):
o 709.926 laki-laki
o 686.774 perempuan
• Jumlah remaja yang berhasil diwawanca sebagai
responden adalah 612 orang atau 0,044 persen dari total
remaja Sumatera Selatan.
3
4. b. Umur dan Jenis Kelamin Responden
Tabel 1 Persentase Responden menurut Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin
Umur L P L+P
15-19 60,6 67,1 63,7
20-24 39,4 32,9 36,3
Jumlah 324 288 612
Responden Remaja adalah anak remaja berusia 15-24 tahun dari responden
keluarga terpilih. Setiap keluarga terpilih yang mempunyai anak remaja usia 15-24
tahun tersebut diambil maksimal 3 remaja.
4
5. c. Tingkat Pendidikan Responden
0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0
TS/TTMSD
SD
SMP
SMA
PT
3.2
18.7
39.4
34.3
4.4
5
6. II. Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi
a. Pengetahuan tentang Masa Subur Wanita
–Mengetahui = 61,3 persen
–Tidak mengetahui = 38,7 persen
• Dalam konteks Program KB, pengetahuan
tentang masa subur bagi remaja adalah
penting, sebab terkait dengan peluang jumlah
anak yang akan dilahirkan seorang perempuan
(fertilitas).
6
7. b. Pengetahuan tentang Kehamilan dan Hubungan
Seksual
– 67,7 persen responden mengetahui bahwa
remaja perempuan dapat hamil dalam sekali
hubungan seksual
– 7,8 persen mengatakan tidak dapat hamil dan
– 24,4 persen mengatakan tidak tahu.
• Data ini mengindikasikan bahwa masih terdapat
sekitar 30 persen responden yang belum memahami
bahwa hubungan seksual dapat menyebabkan
kehamilan pada seorang perempuan.
7
8. c. Pengetahuan Remaja tentang Cara Menghindari Kehamilan
– Tidak melakukan hubungan seksual (81,7%)
– Menggunakan metode kontrasepsi (82,5%)
• metode kontrasepsi yang diketahui mereka adalah
pantang berkala, sanggama terputus dan minum jamu.
• Jika diperhatikan jumlah responden yang belum
mengetahui cara mengindari kehamilan, sekitar 18%,
maka untuk kelompok remaja ini diperlukan upaya
peningkatan pemahaman melalui penyuluhan dan
advokasi tentang kesehatan reproduksi khususnya
tentang pencegahan kehamilan, dengan maksud agar
mereka memiliki perilaku reproduksi yang sehat dan
sesuai dengan norma agama yang berlaku.
8
9. d. Pengetahuan Remaja tentang sebaiknya umur menikah
Mean Median Mean Median
Umur perempuan
sebaiknya menikah
pertama
Umur laki-laki
sebaiknya menikah
pertama
22.2 22
25.6
25
Gambar 2 Umur sebaiknya menikah pertama
9
10. e. Pengetahuan Remaja tentang sebaiknya umur perempuan
punya anak pertama
Mean Median
Umur sebaiknya perempuan punya
anak pertama
23.2
23
Gambar 3. Umur sebaiknya perempuan punya anak pertama
10
11. f. Pengetahuan tentang Umur terendah dan tertinggi yg aman untuk melahirkan
Mean Median Mean Median
Umur terendah
aman untuk
melahirkan
Umur tertinggi
aman untuk
melahirkan
20.9 20
36.7 36
11
12. III. Pengetahuan tentang Anemia
• Pernah mendengar istilah Anemia: 80,8
persen
• Tidak pernah mendengar istilah Anemia:
19,2 persen
• Masih relatif banyaknya persentase remaja yang
belum mendengar istilah anemia, mungkin
disebabkan:
– latar belakang pendidikan yang relatif rendah,
– Akses terhadap informasi mengenai kesehatan umum
masih belum sampai kepada kelompo remaja
tersebut.
12
13. IV. Pengetahuan Remaja tentang HIV/ AIDS
• HIV/AIDS adalah virus yang dapat menyebar dari
satu orang ke orang lainnya dalam cara yang
spesifik dan dapat menyebabkan sistem imun
seseorang terinfeksi sampai rusak atau tidak
berfungsi sama sekali.
• Pengetahuan tentang HIV/AIDS, baik dari segi cara
infeksi, penularan serta pencegahan, merupakan
kekuatan yang dapat melindungi diri sendiri
maupun orang lain terhadap penyakit tersebut
serta dapat menurunkan angka kejadian HIV/AIDS.
13
14. IV. Pengetahuan Remaja tentang HIV/ AIDS
• Hampir 90 persen (89,6%) responden pernah
mendengar tentang HIV/AIDS melalui berbagai
sumber informasi.
• Responden yang mengetahui bahaya HIV/AIDS
tercatat 86,7 persen
• Data di atas menunjukkan pula, terdapat:
– sekitar 10 persen remaja yang belum pernah
mendengar istilah HIV/AIDS dan
– sekitar 13 persen yang tidak mengetahui bahaya
HIV/AIDS.
14
15. IV. Pengetahuan Remaja tentang HIV/ AIDS
• Jenis-jenis bahaya HIV/AIDS menurut menurut remaja:
– tidak ada obatnya (62%),
– tidak bisa disembuhkan (36%),
– mudah terserang penyakit (13,8%),
– sulit disembuhkan (33%),
– menular (55%),
– membahayakan (11,8%) dan
– lainya (6,6%) dan tidak tahu (1,7%).
• Remaja yang mengetahui adanya cara menghindari
HIV/AIDS tercatat 69,5 persen, sedangkan yang
mengatakan tidak tahu sebanyak 23,1 persen.
15
16. V. Kegiatan yang sudah dilakukan
• Kegiatan yang sudah dilakukan sehubungan dengan
promosi tentang Kesehatan Reproduksi Remaja sudah
relatif banyak diprakarsai oleh pemerintah, baik melalui
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian/
Dinas Kesehatan, BKKBN maupun lembaga swadaya (LSM).
• Bentuk kegiatan:
– berupa penyuluhan,
– penyebaran informasi melalui media massa,dan
– membentuk pusat informasi kesehatan reproduksi remaja (PIK
RR)
• Meskipun demikian, ternyata belum semua remaja
mengetahui dan memahami secara tepat tentang
kesehatan reproduksi mereka.
16
17. Rekomendasi
• Program dan pelaksanaan penyuluhan dan advokasi
tentang kesehatan reproduksi remaja perlu ditingkatkan,
melalui jalur lembaga pendidikan formal (sekolah) dan
nonformal (kelompok-kelompok belajar), media massa,
elektronik (termasuk jejaring sosial) dan cetak.
• Organisasi kepemudaan dan remaja yang ada di lingkungan
RT/RW perlu direvitalisasi, dan dijadikan sebagai media
penyuluhan/ advokasi tentang Kesehatan Reproduksi.
• Optimalisasi peran Guru dan Dosen dalam meningkatkan
pemahaman remaja mengenai KRR, karena Guru/Dosen
hampir setiap hari bertemu dengan remaja di kelas masing-
masing. Untuk itu diperlukan program pelatihan khusus
untuk Guru/Dosen tentang Kesehatan Reproduksi.
17