1. BIMBINGAN DAN KONSELING
KELOMPOK 1:
RIA TALOPANI AZIS (1649040005)
HUSNUL KHOTIMAH SHOBIROH (1649041009)
SRI MEGA KURNIA ANAS (1649041002)
SYAMSIAH (1649040009)
NURUL AZHISYAH PANCARITA (1649042005)
MIRNAWATI HAMZAH (1649041005)
PG PAUD
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2017
2. BIMBINGAN DAN KONSELING
Manusia dilahirkan dengan berbagai macam potensi yang dapat dikembangkan untuk
mencapai kebahagiaan dalam hidupnya. Potensi-potensi itu tidak mempunyai arti apa-apa
bila tidak dikembangkan dengan baik. Kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua individu
memahami potensi yang dimilikinya, apalagi pemahaman tentang cara mengembangkannya.
Didalam perjalanan hidupnya, individu juga seringkali menemui berbagai macam masalah.
Lepas dari persoalan yang satu muncul persoalan yang lain, demikianlah seterusnya silih
berganti persoalan itu timbul. Kelihatannya tidak semua individu mampu mengatasi
persoalannya sendiri. Agar mereka dapat mengenali potensi-potensi yang dimilikinya,
mengembangkannya secara optimal, serta menghadapi masalah yang dihadapi diperlukan
bantuan atau bimbingan dari orang lain sehingga mereka dapat berbuat dengan tepat sesuai
dengan potensiatau keadaan yang ada pada dirinya.
Sekolah tidak hanya berfungsi memberikan pengetahuan dalam kegiatan belajar –
mengajar di kelas, tetapi juga dapat mengembangkan keseluruhan kepribadian anak. Oleh
karena itu, guru harus mengetahui lebih dari sekedar masalah bagaimana mengajar yang
efektif. Ia harus dapat membantu murid dalam mengembangkan seluruh aspek kepribadian
dan lingkungannya, sepanjang itu memungkinkan secara profesional. Dalam usaha membantu
siswa itu, guru perlu mengetahui landasan, konsep, prosedur, dan praktek bimbingan.
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Menurut Jones (Soetjipto, 2004), Gidance is the help given by one person to another in
making choice and adjustment and in solving problems. Artinya bahwa tugas pembimbing
hanyalah membantu agar individu yang dibimbing mampu membantu dirinya sendiri,
sedangkan keputusan terakhir tergantung kepada individu yang dibimbing (klien).
Menurut Rochman Natawidjaja (1978) dalam Soetjipto (2004), bimbingan adalah proses
pemberian bantuan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami
dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan
tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap
kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti.
Sedangkan Bimo Walgito (1982: 11) dalam Soetjipto (2004) menyarikan beberapa
rumusan bimbingan yang dikemukakan para ahli, sehingga menurutnya bimbingan adalah
bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu
dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu
atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.
Dari beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh banyak ahli itu, dapat
dikemukakan bahwa bimbingan merupakan:
a. Suatu proses yang berkesinambungan
b. Suatu proses membantu individu
3. c. Bantuan yang diberikan itu dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat
mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan kemampuan/
potensinya
d. Kegiatan yang bertujuan utama memberikan bantuan agar individu dapat memahami
keadaan dirinya dan mampu menyesuaikan dengan lingkungannya.
Untuk melaksanakan bimbingan tersebut diperlukan petugas yang telah memiliki keahlian
dan pengalaman khusus dalam bidang bimbingan dan konseling. Sedangkan pengertian
konseling (counseling) diartikan sebagai penyuluhan. Menurut Winkel (1978) dalam
Soetjipto (2004) pelayanan konseling menuntut keahlian khusus, sehingga tidak semua orang
yang dapat memberikan bimbingan mampu memberikan jenis layanan konseling ini.
Menurut James P. Adam yang dikutip oleh Depdikbud (1976: 19a), konseling adalah suatu
pertalian timbal balik antara dua orang individu dimana yang seorang (konselor) membantu
yang lain (konseli) supaya dia dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubungannya
dengan masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulan bahwa, pada
umumnya konseling dilaksanakan secara individual dalam suatu perjumpaan tatap muka,
sehingga dibutuhkan seorang yang ahli. Tujuan pembicaraan dalam proses konseling ini
diarahkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien, sehingga individu yang
menerima layanan (klien) akhirnya mampu memecahkan masalahnya dengan kemampuannya
sendiri. Kegiatan bimbingan dan konseling tersebut berbeda dengan kegiatan mengajar.
Perbedaan itu antara lain:
a. Tujuan yang ingin dicapai pada kegiatan mengajar sudah dirumuskan terlebih dahulu
dan target pencapaian tujuan tersebut sama untuk seluruh siswa dalam satu kelas atau
satu tingkat. Dalam kegiatan bimbingan dan konseling target pencapaian tujuan lebih
bersifat individual atau kelompok.
b. Pembicaraan dalam kegiatan mengajar lebih banyak diarahkan pada pemberian
informasi, atau pembuktian dalam suatu masalah, sedangkan pembicaraan dalam
konseling lebih ditujukan untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi klien.
c. Dalam kegiatan mengajar, para siswanya belum tentu mempunyai masalah yang
berkaitan dengan materi yang diajarkan, sedangkan dalam kegiatan bimbingan dan
konseling pada umumnya klien telah/sedang menghadapi masalah.
d. Untuk melaksanakan bimbingan dan konseling, bagi konselor dituntut suatu
keterampilan khusus dan berbeda dengan tuntutan bagi seorang guru/pengajar.
B. Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan di Sekolah
Bimbingan dan konseling menangani masalah-masalah atau hal-hal diluar bidang garapan
pengajaran, tetapi tidak langsung menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran di
sekolah itu. Kegiatan ini dilakukan melalui layanan secara khusus terhadap semua siswa agar
dapat mengembangkan dan memanfaatkan kemampuannya secara penuh (Mortensen &
Schemuller, 1969). Bimbingan dan konseling semakin hari semakin dirasakan perlu
4. keberadaannya di setiap sekolah. Hal ini didukung oleh berbagai macam faktor, Seperti
dikemukakan oleh Koestoer Partowisastro (1982), sebagai berikut:
a. Sekolah merupakan lingkungan hidup kedua sesudah rumah, dimana anak dalam
waktu sekian jam ( 6 jam) hidupnya berada di sekolah
b. Para siswa yang usianya relatif masih muda sangat membutuhkan bimbingan baik
dalam memahami keadaan dirinya, mengarahkan dirinya, maupun dalam mengatasi
berbagai macam kesulitan.
Kehadiran konselor di sekolah dapat meringankan tugas guru (Lundquist dan Chamely
yang dikutip oleh Belkin, 1981). Mereka menyatakan bahwa konselor ternyata sangat
membantu guru, dalam hal:
a. Mengembangkan dan memperluas pandangan guru tentang masalah afektif yang
mempunyai kaitan erat dengan profesinya sebagai guru
b. Mengembangkan wawasan guru bahwa keadaan emosionalnya akan mempengaruhi
proses belajar-mengajar
c. Mengembangkan sikap yang lebih positif agar proses belajar siswa lebih efektif
d. Mengatasi masalah-masalah yang ditemui guru dalam melaksanakan tugasnya.
C. Tujuan Bimbingan di Sekolah
Secara umum tujuan layanan bimbingan adalah membantu mengatasi berbagai macam
kesulitan yang dihadapi siswa sehingga terjadi proses belajar-mengajar yang efektif dan
efesien. Dalam kurikulum SMA tahun 1975 buku III C dinyatakan bahwa tujuan bimbingan
di sekolah adalah membantu siswa:
1. Mengatasi kesulitan dalam belajarnya, sehinggga memperoleh prestasi belajar yang
tinggi
2. Mengatasi terjadinya kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang dilakukan pada saat
proses belajar-mengajar berlangsung dan dalam hubungan sosial
3. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan kesehatan jasmani
4. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan kelanjutan studi
5. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan perencanaan dan pemilihan
jenis pekerjaan setelah mereka tamat
6. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan masalah sosial-emosional di
sekolah yang bersumber dari sikap murid yang bersangkutan terhadap dirinya sendiri,
terhadap lingkungan sekolah, keluarga, dan lingkungan yang lebih luas.
Downing (1968) dalam Soetjipto (2004) juga mengemukakan pendapat bahwa tujuan
layanan bimbingan di sekolah sebenarnya sama dengan pendidikan terhadap diri sendiri,
yaitu membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan psikologis mereka,
merealisasikan keinginannya, serta mengembangkan kemampuan atau potensinya.
5. D. Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pembelajaran Siswa
Siswa yang mengalami kesulitan belajar kadang-kadang ada yang mengerti bahwa dia
mempunyai masalah tetapi tidak tahu bagaimana mengatasinya, dan ada juga yang tidak
mengerti kepada siapa ia harus meminta bantuan dalam menyelesaikan masalahnya itu.
Apabila masalanya itu belum teratasi, mereka mungkin tidak dapat belajar dengan baik,
karena konsentrasinya akan terganggu. Dalam kondisi sebagaimana dikemukakan di atas,
maka bimbingan dan konseling dapat memberikan layanan dalam: (1) bimbingan belajar, (2)
bimbingan sosial, dan (3) bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi.
1. Bimbingan Belajar
Bimbingan ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah-masalah yang berhubungan
dengan kegiatan belajar baik disekolah maupun di luar sekolah. Bimbingan ini antara lain
meliputi:
a. Cara belajar, baik belajar secara kelompok ataupun individual
b. Cara bagaimana merencanakan waktu dan kegiatan belajar
c. Efesiensi dalam menggunakan buku-buku pelajaran
d. Cara mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu
e. Cara, proses, dan prosedur tentang mengikuti pelajaran
Selain itu, Winkel (1978) dalam Soetjipto (2004) mengatakan bahwa layanan
bimbingan dan konseling mempunyai peranan penting untuk membantu siswa, antara lain
dalam hal:
a. Mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang terbuka bagi
mereka, baik sekarang maupun yang akan datang
b. Mengatasi masalah pribadi yang mengganggu belajarnya. Misalnya masalah
hubungan muda-mudi, masalah ekonomi, masalh hubungan dengan orang
tua/keluarga, dan sebagainya.
2. Bimbingan Sosial
Bimbingan sosial dimaksudkan agar siswa dapat melakukan penyesuaian diri terhadap
teman sebayanya baik di sekolah maupun di luar sekolah (Downing, 1978). Bimbingan
sosial juga dimaksudkan untuk membantu para siswa dalam memecahkan dan mengatasi
kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan masalah sosial, sehingga terciptalah suasana
belajar-mengajar yang kondusif. Menurut Abu Ahmadi (1977) bimbingan sosial ini
dimaksudkan untuk:
a. Memperoleh kelompok belajar dan bermain yang sesuai
b. Membantu memperoleh persahabatan yang sesuai
c. Membantu mendapatkan kelompok sosial untuk memecahkan masalah tertentu
3. Bimbingan dalam Mengatasi Masalah-Masalah Pribadi
Bimbingan ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam mengatasi masalah-
masalah pribadi, yang dapat menganggu kegiatan belajarnya. Siswa yang mempunyai
masalah dan belum dapat diatasi/dipecahkan, akan cenderung terganggu konsentrasinya
dalam belajar, dan akibatnya prestasi belajar yang dicapainya rendah. Dalam kurikulum
SMA tahun 1975 Buku III C tentang Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan dinyatakan ada
6. beberapa masalah pribadi yang memerlukan bantua konseling, yaitu masalah akibat
konflik antara:
a. Perkembangan intelektual dengan emosionalnya
b. Bakat dengan aspirasi lingkungannya
c. Kehendak siswa dengan orang tua atau lingkungannya
d. Kepentingan siswa dengan orang tua atau lingkungannya
e. Situasi sekolah dengan situasi lingkungan
f. Bakat dan pendidikan yang kurang bermutu dengan kelemahan dan keengganan
mengambil pilihan
Masalah-masalah pribadi ini juga sering ditimbulkan oleh hubungan muda-mudi.
Selanjutnya juga dikemukakan oleh Downing (1968) bahwa layanan bimbingan di sekolah
sangat bermanfaat, terutama dalam membantu:
a. Menciptakan suasana hubungan sosial yang menyenangkan
b. Menstimulasi siswa agar mereka meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan
belajar-mengajar
c. Menciptakan atau mewujudkan pengalaman belajar yang lebih bermakna
d. Meningkatkan motivasi belajar siswa
e. Menciptakan dan menstimulasi tumbuhnya minat belajar.
E. Landasan Bimbingan dan Konseling
Menurut winkel (1991) landasan-landasan dari bimbingan dan konseling adalah sebagai
berikut:
a. Bimbingan selalu memperhatikan perkembangan siswa sebagai individu yang mandiri
dan mempunyai potensi untuk berkembang
b. Bimbingan berkisar pada dunia subjektif masing-masing individu
c. Kegiatan bimbingan dilaksanakan atas dasar kesepakatan antara pembimbing dengan
yang dibimbing.
d. Bimbingan berlandaskan pengakuan akan martabat dan keluhuran individu yang
dibimbing sebagai manusia yang mempunyai hak-hak asasi (human rights)
e. Bimbingan adalah suatu kegiatan yang bersifat ilmiah yang mengintegrasikan bidang-
bidang ilmu yang berkaitan dengan pemberian bantuan psikologis
f. Pelayanan yang ditujukan kepada semua siswa, tidak hanya untuk individu yang
bermasalah saja
g. Bimbingan merupakan suatu proses, yaitu berlangsung secara terus-menerus,
berkesinambungan, berurutan, dan mengikuti tahap-tahap perkembangan anak
F. Prinsip-Prinsip Operasional Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Berikut ini rumusan prinsip-prinsip bimbingan yang dituangkan dalam kurikulum SMA
tahun 1975 buku III C tentang pelaksanaan Bimbingan dan Konseling, yang selanjutnya akan
diganti dengan Pedoman Bimbingan dan Konseling dalam kurikulum 1994.
1. Prinsip-Prinsip Umum
a. Bimbingan berhubungan dengan sikap dan tingkah laku individu
b. Perlu dikenal dan dipahami karakteristik individual dari individu yang dibimbing
7. c. Bimbingan diarahkan kepada bantuan yang diberikan supaya individu yang
bersangkutan mampu membantu atau menolong dirinya sendiri dalam menghadapi
kesulitan-kesulitannya
d. Program bimbingan harus sesuai dengan program pendidikan di sekolah yang
bersangkutan
e. Pelaksanaan program bimbingan harus dipimpin oleh seorang petugas yang
memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan sanggup bekerja sama dengan para
pembantunya serta dapat dan bersedia memepergunakan sumber-sumber yang
berguna di luar sekolah
f. Program bimbingan harus senantiasa diadakan penilaian secara teratur untuk
mengetahui sampai dimana hasil dan manfaat yang diperoleh serta penyesuaian
antara pelaksana dan rencana yang dirumuskan terdahulu.
2. Prinsip-Prinsip yang Berhubungan dengan Individu yang Dibimbing
a. Layanan bimbingan harus diberikan kepada semua siswa
b. Harus ada kriteria untuk mengatur prioritas layanan kepada siswa tertentu
c. Program bimbingan harus berpusat kepada siswa
d. Layanan bimbingan harus dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu yang
bersangkutan secara serba serba ragam dan serba luas
e. Keputusan terakhir dalam proses bimbingan ditentukan oleh individu yang
dibimbing
f. Individu yang mendapat bimbingan harus berangsur-angsur dapat membimbing
dirinya sendiri.
3. Prinsip-Prinsip Khusus yang Berhubugan dengan Individu yang Memberikan
Bimbingan
a. Konselor di sekolah dipilih atas dasar kualifikasi kepribadian, pendidikan,
pengalaman, dan kemampuannya
b. Konselor harus mendapat kesempatan untuk mengembangkan dirinya serta
keahliannya melalui berbagai bidang latihan penataran.
c. Konselor hendaknya selalu mempergunakan informasi yang tersedia mengenai
individu yang dibimbing beserta lingkungannya
d. Konselor harus menghormati dan menjaga kerahasiaan informasi tentang individu
yang dibimbingnya
e. Konselor hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode dan teknik yang tepat
dalam melakukan tugasnya
f. Konselor hendaknya memeperhatikan dan mempergunakan hasil penelitian dalam
bidang: minat, kemampuan, dan hasil belajar individu untuk kepentingan
perkembangan kurikulum sekolah yang bersangkutan.
4. Prinsip-Prinsip Khusus yang Berhubugan dengan Organisasi dan Administrasi
Bimbingan
a. Bimbingan harus dilaksanakan secara berkesinambungan
b. Dalam pelaksanaan bimbingan harus tersedia kartu pribadi (cumulative record)
bagi setiap individu (siswa)
c. Program bimbingan harus disusun sesuai dengan kebutuhan sekolah yang
bersangkutan
8. d. Pembagian waktu harus diatur untuk setiap petugas secara baik
e. Bimbingan harus dilaksanakan dalama situasi individual dan dalam situasi
kelompok, sesuai dengan masalah dan metode yang dipergunakan dalam
memecahkan masalah itu
f. Sekolah harus bekerja sama dengan lembaga-lembaga di luar sekolah yang
menyelenggarakan layanan yang berhubungan dengan bimbingan penyuluhan pada
umumnya
g. Kepala sekolah memegang tanggung jawab tertinggi dalam pelaksanaan
bimbingan.
G. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling
Asas merupakan segala hal yang harus dipenuhi dalam melaksanakan suatu kegiatan, agar
kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik serta mendapatkan hasil yang memuaskan.
Dalam kegiatan/layanan bimbingan dan konseling menurut Prayitno (1982) ada beberapa asas
yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Asas Kerahasiaan
2. Asas Keterbukaan
3. Asas Kesukarelaan
4. Asas Kekinian
5. Asas Kegiatan
6. Asas Kedinamisan
7. Asas Keterpaduan
8. Asas Kenormatifan
9. Asas Keahlian
10. Asas Alih Tangan
11. Asas Tut Wuri Handayani
H. Kode Etik Bimbingan dan Konseling
Winkel (1992) berpendapat bahwa kode etik jabatan ialah pola ketentuan/aturan/tata cara
yang menjadi pedoman dalam menjalankan tugas dan aktivitas suatu profesi. Sehubungan
dengan itu, Bimo Walgito (1980) mengemukakan beberapa butir rumusan kode etik
bimbingan dan konseling sebagai berikut:
1. Pembimbing atau pejabat lain yang memegang jabatan dalam bidang bimbingan dan
penyuluhan harus memegang teguh prinsip-prinsip bimbingan dan konseling
2. Pembimbing harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mencapai hasil yang
sebaik-baiknya, dengan membatasi diri pada keahliannya atau wewenangnya
3. Pekerjaan pembimbing langsung berkaitan dengan kehidupan pribadi orang seperti
yang telah dikemukakan maka seorang pembimbing harus:
a. Dapat memegang atau menyimpan rahasia klien dengan sebaik-baiknya
b. Menunjukkan rasa hormat kepada klien
c. Menunjukkan penghargaan yang sama kepada bermacam-macam klien
d. Pembimbing tidak diperkenankan:
9. 1) Menggunakan tenaga-tenaga pembantu yang tidak ahli atau tidak terlatih
2) Menggunakan alat-alat yang kurang dapat dipertanggungjawabkan
3) Mengambil tindakan-tindakan yang mungkin menimbulkan hal-hal yang tidak
baik bagi klien
4) Mengalihkan klien kepada konselor lain tanpa persetujuan klien tersebut.
e. Meminta bantuan ahli dalam bidang lain di luar kemampuan atau di luar
keahliannya maupun di luar keahlian stafnya yang diperlukan dalam melaksanakan
bimbingan dan konseling
f. Pembimbing harus selalu menyadari akan tanggung jawabnya yang berat yang
memerlukan pengabdian penuh.
Selain itu, rumusan kode etik bimbingan dan konseling juga dirumuskan oleh Ikatan
Petugas Bimbingan Indonesia, yang dikutip oleh Syahril dan Riska Ahmad (1986), yaitu:
a. Pembimbing/konselor menghormati harkat pribadi , integritas, dan keyakinan klien
b. Pembimbing/konselor menempatkan kepentingan klien di atas kepentingan pribadi
pembimbing/konselor sendiri
c. Pembimbing/konselor tidak membedakan klien atas dasar suku, bangsa, warna kulit,
kepercayaan atau status sosial ekonominya
d. Pembimbing/konselor dapat menguasai dirinya dalam arti kata berusaha untuk
mengerti kekurangan-kekurangannya dan prasangka-prasangka yang ada pada dirinya
yang dapat mengakibatkan rendahnya mutu layanan yang akan diberikan serta
merugikan klien
e. Pembimbing/konselor mempunyai serta memperlihatkan sifat-sifat rendah hati,
sederhana, sabar, tertib, dan percaya pada hidup sehat
f. Pembimbing/konselor terbuka terhadap saran atau pandangan yang diberikan
kepadanya, dalam hubungannya dengan ketentuan-ketentuan tingkah laku profesional
sebagaimana dikemukakan dalam kode etik bimbingan dan konseling
g. Pembimbing/konselor memiliki sifat tanggung jawab, baik terhadap lembaga dan
orang-orang yang dilayani maupun terhadap profesinya
h. Pembimbing/konselor mengusahakan mutu kerjanya setinggi mungkin
i. Pembimbing/konselor menguasai pengetahuan dasar yang memadai tentang hakikat
dan tingka laku orang, serta tentang teknik dan prosedur layanan bimbingan guna
memberikan layanan dengan sebaik-baiknya
j. Seluruh catatan tentang diri klien merupakan informasi yang bersifat rahasia, dan
pembimbing menjaga kerahasiaan ini
k. Sesuatu tes hanya boleh diberikan oleh petugas yang berwenang menggunakan dan
menafsirkan hasilnya
l. Testing psikologi baru boleh diberikan dalam penanganan kasus dan keperluan lain
yang membutuhkan data tentang sifat atau diri kepribadian seperti taraf inteligensi,
minat, bakat, dan kecendrungan-kecendrungan dalam diri pribadi seseorang
m. Data hasil tes psikologis harus diintegrasikan dengan informasi lainnya yang diperoleh
dari sumber lain, serta harus diperlakukan setaraf dengan informasi lainnya itu
10. n. Konselor memberikan orientasi yang tepat kepada klien mengenai alasan
digunakannya tes psikologi dan hubungannya dengan masalah yang dihadapi klien
o. Hasil tes psikologi harus diberitahukan kepada klien dengan disertai dengan alasan-
alasan tentang kegiatannya dan hasil tersebut dapat diberitahukan pada pihak lain,
sejauh pihak yang diberitahu itu ada hubungannya dengan usaha bantuan pada klien
dan tidak merugikan klien.