SlideShare a Scribd company logo
1 of 100
RUANG LINGKUP, PEMBAGIAN TUGAS,
HAKEKAT PENGETAHUAN

A. Arti Pengetahuan
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa
ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Ilmu merupakan
pengetahuan yang kita gumuli / pergauli sejak bangku SD sampai perguruan
tinggi. Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang kepada diri kita sendiri.
Filsafat ilmu merupakan bagian dari spistemologi (filsafat pengetahuan)
yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu
merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu.
Menurut Koento Wibisono (tahun 1994) ilmu pengetahuan sebagai satu
kesatuan menampakkan diri secara dimensional yaitu ilmu sebagai masyarakat,
sebagai proses dan sebagai produk.
Pada dasarnya terdapat 2 cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar :
1.

Mendasarkan diri kepada rasio

2.

Mendasarkan diri kepada pengalaman
Kaum rasionalisme mengembangkan paham yang disebut rasionalisme

kaum yang mendasarkan diri kepada pengalaman, mengembangkan paham yang
disebut empirisme.Sehingga pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang
diketahui atau disadari oleh seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah
berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal.
Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk
mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan
sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya,
ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan
tersebut.
Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi
dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan
ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 1
secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang
menjadi

pengetahuan

deskriptif

bila

seseorang

dapat

melukiskan

dan

menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris
tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi
manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk
memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang
manajemen organisasi.
Selain pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan yang didapatkan melalui
akal budi yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme. Rasionalisme lebih
menekankan pengetahuan yang bersifat apriori; tidak menekankan pada
pengalaman. Misalnya pengetahuan tentang matematika. Dalam matematika, hasil
1 + 1 = 2 bukan didapatkan melalui pengalaman atau pengamatan empiris,
melainkan melalui sebuah pemikiran logis akal budi.
Pengetahuan tentang keadaan sehat dan sakit adalah pengalaman seseorang
tentang keadaan sehat dan sakitnya seseorang yang menyebabkan seseorang
tersebut bertindak untuk mengatasi masalah sakitnya dan bertindak untuk
mempertahankan kesehatannya atau bahkan meningkatkan status kesehatannya.
Rasa sakit akan menyebabkan seseorang bertindak pasif dan atau aktif dengan
tahapan-tahapannya.
Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
1. Pendidikan
Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu
mencerdaskan manusia.
2. Media
Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat
luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah.
3. Keterpaparan informasi
Pengertian informasi menurut Oxfoord English Dictionary, adalah “that of
which one is apprised or told: intelligence, news”. Kamus lain menyatakan bahwa

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 2
informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Namun ada pula yang menekankan
informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu istilah informasi juga memiliki
arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU teknologi informasi yang
mengartikannya sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,
menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan
informasi dengan tujuan tertentu.Sedangkan informasi sendiri mencakup data,
teks, image, suara, kode, program komputer, databases . Adanya perbedaan
definisi informasi dikarenakan pada hakekatnya informasi tidak dapat diuraikan
(intangible), sedangkan informasi itu dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang
diperoleh dari data dan observasi terhadap dunia sekitar kita serta diteruskan
melalui komunikasi.

B. Terjadinya Pengetahuan
Masalah terjadinya pengetahuan adalah masalah yang amat penting dalam
epistemologi, sebab jawaban terhadap terjadinya pengetahuan maka seseorang
akan berwarna pandangan atau paham filsafatnya. Jawabannya yang paling
sederhana tentang terjadinya pengetahuan ini apakah berfilsafat a priori atau a
posteriori. Pengetahuan a priori adalah pengetahuan yang terjadi tanpa adanya
atau melalui pengalaman, baik pengalaman indra maupun pengalaman batin.
Sedangkan pengetahuan a posteriori adalah pengetahuan yang terjadi karena
adanya pengalaman.
Sebagai alat untuk mengetahui terjadinya pengetahuan menurut John
Hospers

dalam

bukunya

An

Introduction

to

Philosophical

Analysis

mengemukakan ada 6 hal yaitu sebagai berikut :

1. Pengalaman Indra (Sense Experience)
Orang sering merasa pengindraan merupakan alat yang paling vital dalam
memperoleh pengetahuan. Realisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa
semua yang dapat diketahui adalah hanya kenyataan. Jadi pengetahuan berawal
mula dari kenyataan yang dapat diindrai. Tokoh pemula dari pandangan ini adalah

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 3
Aristoteles yang berpendapat bahwa pengetahuan terjadi bila subjek diubah di
bawah pengaruh objek.

2. Nalar (Reason)
Nalar adalah satu corak berpikir dengan menggabungkan dua pemikiran
atau lebih dengan maksud untuk mendapat pengetahuan baru. Principium Identitas
adalah sesuatu itu mesti sama dengan dirinya sendiri. Asas ini biasa juga disebut
asas kesamaan. Principium Contradictionis, maksudnya bila terdapat dua pendapat
yang bertentangan, tidak mungkin keduanya benar dalam waktu yang bersamaan.
Asas ini biasa disebut asas pertentangan. Principium Tertii Exclusi, yaitu pada dua
pendapat yang berlawanan tidak mungkin keduanya benar dan tidak mungkin
keduanya salah. Asas ini disebut asas tidak adanya kemungkinan ketiga.

3. Otoritas (Authority)
Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui
oleh kelompoknya. Otoritas menjadi salah satu sumber pengetahuan, karena
kelompoknya memiliki pengetahuan melalui seseorang yang mempunyai
kewibawaan dalam pengetahuannya. Jadi sebagai kesimpulan bahwa pengetahuan
yang terjadi karena adanya otoritas adalah pengetahuan yang terjadi melalui
wibawa seseorang sehingga orang lain mempunyai pengetahuan.

4. Intuisi (Intuition)
Intuisi adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang berupa proses
kejiwaan dengan tanpa suatu rangsangan atau stimulus mampu untuk membuat
pernyataan yang berupa pengetahuan. Dengan demikian sesungguhnya peran
intuisi sebagai sumber pengetahuan karena intuisi merupakan suatu kemampuan
yang ada dalam diri manusia yang mampu melahirkan pernyataan yang berupa
pengetahuan.

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 4
5. Wahyu (Revelation)
Wahyu adalah berita yang disampaikan oleh Tuhan kepada Nabi-Nya untuk
kepentingan umatnya. Kita mempunyai pengetahuan melalui wahyu, karena ada
kepercayaan tentang sesuatu yang disampaikan itu. Seseorang yang mempunyai
pengetahuan melalui wahyu secara dogmatik akan melaksanakan dengan baik.
Wahyu dapat dikatakan sebagai salah satu sumber pengetahuan, karena kita
mengenal sesuatu dengan melalui kepercayaan kita.

6. Keyakinan (Faith)
Keyakinan adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia yang
diperoleh melalui kepercayaan. Sesungguhnya antara sumber pengetahuan yang
berupa wahyu dan keyakinan ini sangat sukar untuk dibedakan secara jelas karena
keduanya menetapkan bahwa alat lain yang dipergunakannya adalah kepercayaan.
Adapun keyakinan melalui kemampuan kejiwaan manusia yang merupakan
pematangan dari kepercayaan. Karena kepercayaan itu bersifat dinamis mampu
menyesuaikan dengan keadaan yang sedang terjadi.

C. Jenis-jenis Pengetahuan
Adapun jenis-jenis pengetahuan menurut pendapat Plato berdasarkan
pembagian

pengetahuan

menurut

tingkatan

pengetahuan

sesuai

dengan

karakteristik objeknya. Pembagiannya adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan Eikasia (Khayalan)
Tingkatan yang paling rendah disebut pengetahuan Eikasia, ialah
pengetahuan yang objeknya berupa bayangan atau gambaran. Pengetahuan ini
isinya adalah hal-hal yang berhubungan dengan kesenangan atau kesukaan serta
kenikmatan manusia yang berpengalaman.
2. Pengetahuan Pistis (Substansial)
Satu tingkat diatas eikasia adalah tingkatan pistis atau pengetahuan
substansial. Pengetahuan ini adalah pengetahuan mengenal hal-hal yang tampak
dalam dunia kenyataan atau hal-hal yang dapat diindrai secara langsung.

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 5
3. Pengetahuan Dianoya (Matematika)
Plato menerangkan tingkat pengetahuan ini adalah tingkatan ketiga yang ada
di dalamnya sesuatu yang tidak hanya terletak pada fakta atau objek yang tampak,
tetapi juga terletak pada bagaimana cara berpikirnya. Dengan demikian dapat
dituturkan bahwa bentuk pengetahuan tingkat dianoya ini adalah pengetahuan
yang banyak berhubungan dengan masalah matematik atau kuantitas entah luas,
isi, jumlah, berat yang semata-mata merupakan kesimpulan dari hipotesis yang
diolah oleh akal pikir karenanya pengetahuan ini disebut juga pengetahuan pikir
4. Pengetahuan Noesis (Filsafat)
Pengetahuan Neosis adalah pengetahuan tingkatan tertinggi, pengetahuan
yang objeknya adalah arche ialah prinsip utama yang mencakup epistemologik
dan metafisik. Prinsip utama ini disebut ”IDE”. Plato menerangkan tentang
pengetahuan ini adalah hampir sama dengan pengetahuan pikir.
Tujuannya adalah untuk mencapai prinsip utama yang isinya hal yang
berupa kebaikan, kebenaran dan keadilan. Menurut Plato, cara berpikir untuk
mencapai tingkat tertinggi dari pengetahuan itu adalah dengan menggunakan
metode dialog sehingga dapat dicapai pengetahuan yang sungguh-sungguh
sempurna yang biasa disebut Episteme.
D. Asal Usul Pengetahuan
1.

Aliran dalam Pengetahuan
a.

Rasionalisme
Aliran ini berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang mencukupi
dan yang dapat dipercayai adalah rasio (akal). Akal dapat
menurunkan kebenaran daripada dirinya sendiri, yaitu atas dasar asas
pertama yang pasti. Metode yang diterapkan adalah deduktif.
Filsufnya antara lain : Rene Descartes, B. Spinoza dan Leibniz.

b.

Empirisme
Aliran ini berpendapat bahwa empiris yang menjadi sumber
pengetahuan, baik pengalaman yang batiniah maupun lahiriah. Akal
bukan jadi sumber pengetahuan, tetai akal mendapat tugas untuk

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 6
mengolah bahan yang diperoleh dari pengalaman. Metode yang
diterapkan adalah induksi. Filsuf empirisme antara lain : John Locke,
David Hume, William James.
c.

Kritisme
Dalam Kritik atas Rasio Murni, I. Kant membedakan tiga macam
pengetahuan sebagai berikut :
(1) Pengetahuan analitis
(2) Pengetahuan sintetis aposteriori
(3) Pengetahuan sintetis apriori

d.

Positivisme
Positivisme berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang faktual
dan yang positif. Segala uraian dan persoalan yang diluar apa yang
ada

sebagai

fakta

atau

kenyataan

dikesampingkan.

Tokoh

positivisme adalah August Comte, perkembangan pemikiran
manusia berlangsung dalam 3 tahap 3 zaman, yaitu zaman teologis,
metafisis dan ilmiah atau zaman positif.

2.

Metode Ilmiah
Metodologi merupakan hal yang mengkaji urutan langkah yang ditempuh
supaya pengetahuan yang diperoleh memenuhi ciri-ciri ilmiah. Metode
ialah cara bertindak menurut sistem aturan tertentu.
a.

Metode Ilmiah yang Bersifat Umum
Metode analisis ialah cara penanganan terhadap barang sesuatu atau
sesuatu objek ilmiah tertentu dengan jalan memilah-milahkan
pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya. Metode
sintesis ialah cara penanganan terhadap suatu objek tertentu dengan
cara menggabungkan sesuatu pengetahuan yang baru. A posteriori
menunjuk kepada hal yang adanya berdasarkan pengalaman. Metode
deduksi ialah cara penanganan terhadap suatu objek tertentu dengan
jalan menarik kesimpulan mengenai hal yang bersifat khusus
berdasarkan atas ketentuan hal yang bersifat umum.

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 7
Metode induksi ialah cara penanganan terhadap sesuatu objek
tertentu dengan jalan menarik kesimpulan yang bersifat umum atau
yang bersifat lebih umum berdasarkan atas pemahaman atau
pengamatan terhadap jumlah hal yang bersifat khusus.
b.

Metode Penyelidikan Ilmiah
Metode siklus-empiris ialah suatu penanganan terhadap sesuatu
objek ilmiah tertentu yang biasanya bersifat empiris-kealaman dan
yang penerapannya terjadi di tempat yang tertutup.

3.

Sarana Berpikir Ilmiah
a.

Bahasa Ilmiah
Bahasa merupakan pernyataan pikiran atau perasaan sebagai alat
komunikasi manusia.

b.

Logika dan Matematika
Matematika merupakan salah satu puncak kegemilangan intelektual.
Fungsi matematika menjadi sangat penting dalam perkembangan
berbagai ilmu pengetahuan.

c.

Logika dan Statistika
Statistik merupakan sarana berpikir yang diperlukan untuk
memproses pengetahuan secara ilmiah. Logika dan statistik
mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif untuk mencari
konsep yang berlaku umum.

E. Sumber Pengetahuan
Kebenaran adalah pernyataan tanpa ragu. Pada dasarnya terdapat dua cara
yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Pertama
adalah mendasarkan diri kepada rasio dan yang kedua mendasarkan diri kepada
pengalaman. Kaum rasionalis mengembangkan paham apa yang kita kenal dengan
rasionalisme. Sedangkan mereka yang mendasarkan diri kepada pengalaman
mengembangkan paham yang disebut dengan empiris.
Kaum rasionalisme mempergunakan metode deduktif dalam menyusun
pengetahuannya. Premis yang dipakai dalam penalarannya didapatkan dari ide

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 8
yang menurut anggapannya jelas dan dapat diterima. Pengalaman tidaklah
membuahkan prinsip dan justru sebaliknya, hanya dengan mengetahui prinsip
yang di dapat lewat penalaran rasional itulah maka kita dapat mengerti kejadian
yang berlaku dalam alam sekitar kita.
Oleh sebab itu maka lewat penalaran rasional akan didapatkan bermacammacam pengetahuan mengenai satu obyek tertentu tanpa adanya suatu konsensus
yang dapat diterima oleh semua pihak. Dalam hal ini maka pemikiran rasional
cenderung untuk bersifat solipsistik dan subyektif.
Lebih jauh Einstein mengingatkan bahwa tak terdapat metode induktif yang
memungkinkan berkembangnya konsep dasar suatu ilmu. Kaum empiris
menganggap bahwa dunia fisik adalah nyata karena merupakan gejala yang
tertangkap oleh pancaindera.
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses
penalaran tertentu. Tanpa melalui proses berpikir berliku-liku tiba-tiba saja dia
sudah sampai disitu.
Pengetahuan intuitif dapat dipergunakan sebagai hipotesis bagi analisis
selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya pernyataan yang dikemukakannya.
Kegiatan intuitif dan analitik bisa bekerja saling membantu dalam menemukan
kebenaran. Bagi Maslow intuisi ini merupakan pengalaman pengalaman puncak
(peak experience) sedangkan bagi Neitzsche merupakan inteligensi yang paling
tinggi.

DASAR-DASAR PENGETAHUAN

A. Manusia Dan Pengetahuan
Manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna
dibandingkan mahluk hidup yang lain (hewan dan tumbuhan), karena manusia
memiliki akal. Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui manusia.
Manusia memerlukan pengetahuan karena manusia mempunyai rasa ingin tahu
tentang sesuatu, dan rasa ingin tahu itu selalu berkembang dari waktu ke waktu
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia yang selalu berubah dan meningkat
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 9
dari waktu ke waktu. Penyebab pengetahuan dapat dikembangkan manusia karena
dua hal utama yaitu :
1. Manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi
dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut.
2. Manusia mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan
mantap karena adanya kemampuan untuk berpikir menurut suatu alur
kerangka pikir tertentu. Secara garis besar cara berpikir seperti ini disebut
penalaran.

Cara Memperoleh Pengetahuan/Sumber Pengetahuan :
1. Wahyu : pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia.
Kebenaran wahyu bersifat mutlak, tidak bisa dibantah.
2. Pengalaman
3. Otoritas/kewenangan/pakar/ahli : otoritas dari sumber pengetahuan tidak
semuanya benar.
4. Berpikir deduktif : berpikir dari umum ke khusus, berdasarkan empiris
(pengetahuan).
5. Berpikir induktif : berpikir dari khusus ke umum, gejala-gejala yang sama
dari apa yang dilihat baru ditarik kesimpulan (rasionalitas).
6. Metode ilmiah : gabungan dari dua cara berpikir ilmiah (deduktifinduktif). Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diperoleh dari
metode ilmiah.
Auguste

Comte

(1798-1857)

membagi

tiga

tingkat

perkembangan

pengetahuan ke dalam tahap yaitu :
1. Religius yang dijadikan postulat ilmiah, sehingga ilmu merupakan
penjabaran dari ajaran religi.
2. Metafisika (keberadaan) ujud yang menjadi obyek penelaahan yang
terbebas dari dogma religi, dan mengembangkan sistem pengetahuan
berdasarkan postulat metafisik tersebut.

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 10
3. Pengetahuan ilmiah yaitu asas-asas yang dipergunakan diuji secara positif
dalam proses verifikasi yang obyektif.

Perbedaan Manusia dengan Hewan :
1. Makhluk berpikir (homo sapiens)
2. Mampu membuat alat/menggunakannya (homo fiber)
3. Dapat berbicara/berbahasa (homo longuens)
4. Hidup bermasyarakat (homo socius)
5. Hidup berekonomi (homo aeconomicus)
6. Menyadari adanya Tuhan yang Maha Esa (homo relijius)

B. Filsafat
Filsafat merupakan pemikiran/penelaahan tentang sesuatu secara mendalam,
menyeluruh dan berkesinambungan. Penelaahan tentang hakikat dari sesuatu.
Pertanyaan tentang apa, siapa, mengapa/ apa sebab, kapan, dimana, bagaimana,
dan untuk apa mengenai sesuatu.
Karakteristik Berpikir Filsafat :
1. Menyeluruh (keluasan)
2. Mendasar (kedalaman)
3. Spekulatif (perkiraan)
Bidang Kajian Filsafat Ilmu :
Bagian dari filsafat pengetahuan yang membicarakan tentang :
Apa? = ontologis (berbicara tentang apa itu ilmu)
Bagaimana caranya? = epistemologis (cara-cara memperoleh ilmu/metode
ilmiah)
Untuk apa ilmu? = aksiologis

Cabang-Cabang Filsafat :
1. Logika (filsafat tentang benar-salah)
2. Etika (filsafat tentang baik-buruk)

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 11
3. Estetika (filsafat tentang indah-jelek), estetika dalam filsafat imu bersifat
subjektif.
Etika/budaya di Indonesia :
-

Tidak boleh memegang kepala

-

Cara makan duduk

C. Hakekat Penalaran
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan
yang berupa pengetahuan. Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan
pengetahuan yang benar. Tiap jalan pikiran mempunyai apa yang disebut sebagai
kriteria kebenaran, dan kriteria kebenaran ini merupakan landasaan bagi proses
penemuan kebenaran, dan tiap-tiap jenis penalaran mempunyai kriteria
kebenarannya masing-masing.
Ciri-ciri penalaran yaitu :
1. Adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika.
Dalam hal ini maka dapat kita katakan bahwa tiap bentuk penalaran
mempunyai logikanya tersendiri atau kegiatan penalaran merupakan suatu
proses berpikir logis. Berpikir logis di sini harus diartikan sebagai
kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu, atau dengan kata lain,
menurut logika tertentu.
2. Sifat analitik dari proses berpikirnya.
Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang menyandarkan diri
kepada suatu analisis, dan kerangka berpikir yang dipergunakan untuk
analisis tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan. Artinya
penalaran ilmiah merupakan suatu kegiatan analisis yang mempergunakan
logika ilmiah, dan demikian juga penalaran lainnya yang mempergunakan
logikanya sendiri pula. Sifat analitik ini, kalau kita kaji lebih jauh,
merupakan konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir tertentu. Tanpa
adanya pola berpikir tersebut maka tidak akan ada kegiatan analisis, sebab
analisis pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan
langkah-langkah tertentu.

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 12
Tidak semua kegiatan berpikir mandasarkan diri kepada penalaran, tidak
semua kegiatan bepikir bersifat logis dan analitis. Dengan demikian maka kita
dapat membedakan secara garis besar ciri-ciri berpikir menurut penalaran dan
berpikir yang bukan berdasarkan penalaran yaitu :
1. “Merasa” merupakan suatu cara penarikan kesimpulan yang tidak

berdasarkan penalaran.
2. Intuisi merupakan suatu kegiatan berpikir yang non-analitik yang tidak

mendasarkan diri kepada suatu pola berpikir tertentu. Pemikiran intuitif ini
memegang peranan yang penting dalam masyarakat yang berpikir nonanalitik, yang kemudian sering bergaul dengan perasaan.
Jadi secara luas dapat kita katakan bahwa cara berpikir masyarakat dapat
dikategorikan pada berpikir analitik yang berupa penalaran dan cara berpikir yang
non-analitik yang berupa intuisi dan perasaan.

D. Logika
Logika adalah suatu penarikan kesimpulan baru yang dianggap sahih
(valid) jika proses penarikan kesimpulan itu dilakukan manurut cara tertentu.
Dua jenis cara penarikan kesimpulan, yakni :
1. Logika induktif
Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari
kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum.
2. Logika deduktif
Logika deduktif bertolak dari pernyataan yang bersifat umum menarik
kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif
biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogisme.

Pada dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk
mendapatkan pengetahuan yang benar yaitu :

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 13
1.

Rasio
Kaum

rasionalis

mengembangkan paham

yang kita kenal

dengan

rasionalisme
2.

Pengalaman.
Mereka yang mendasarkan diri kepada pengalaman mengembangkan paham
yang disebut empirisme.

E. Ontologis Ilmu
Ilmu (sains) itu apa ?
Bidang kajian ilmu :
1. Ilmu pengetahuan alam (IPA/Science) : yang dipelajari semua benda2
alam, semua ditinjau dari 3 aspek (fisik, kimiawi, biologis)
Contoh : - kimia (kimia tidak hanya manusia, tetapi hewan & tumbuhan
juga ada)
2. Ilmu pengetahuan social (social science) : objek material/yang dikaji
khusus manusia saja, ditinjau dari semua aspek kecuali fisik, kimiawi,
biologis

Syarat ilmu :
1. Sesuai dengan logika, pengetahuan
2. Empiris/bisa dibuktikan secara fakta

Karakteristik IPA & IPS :
IPA

IPS
Eksak

- Non eksak

Keakuratannya tinggi

- Keakuratannya rendah

Apa adanya

- Tidak apa adanya

Perkembangannya pesat

-

Jalan ditempat

Menghasilkan teknologi

-

Pemanfaatan teknologi

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 14
Kebenaran ada 2 :
1. Bersifat mutlak/absolut, kebenaran yg berasal dari wahyu
2. Kebenaran ilmiah bermula dari keraguan. Benar menurut logika, teori &
kenyataan.
Kebenaran ilmiah (kajian ilmu) :
1. Sesuai dengan akal fikiran manusia
2. Sesuai dengan hasil penginderaan manusia (dilihat, didengar, dicium,
dirasakan, dan diraba)
Ciri-ciri ilmu (kebenaran ilmiah) :
1. Obyektif : sesuai objeknya
2. Sistematis : ada suatu keteraturan
3. Metodologis : ada caranya
4. Relatif : tidak mutlak
5. Tentatif : tetap dipertahankan sebelum ada yang membantahnya atau
ditemukannya ilmu yang baru
6. Skeptis : ragu (ilmu bermula dari suatu keraguan)

F.

Epistemologis Ilmu

Metode Ilmiah (Scientific Method)
•

Timbul permasalahan

•

Kajian teoritis

•

Hipotesis

•

Pengumpulan data

•

Pengolahan/analisis data

•

Pengujian hipoteis

•

Kesimpulan/ generalisasi

Keterbatasan ilmu :
-

Terbatas pada daya fikir manusia (hal-hal yang tidak masuk akal, bukan
bidang kajian ilmu)

-

Terbatas pada kemampuan penginderaan manusia

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 15
-

Hal-hal yang tidak bisa diamati bukan bidang kajian ilmu

Perbedaan Antara Agama dan Ilmu :
Agama

Ilmu
Mutlak

-

Relatif, tentatif

Sepanjang masa

-

Tidak sepanjang masa

Bermula dari keyakinan

-

Bermula dari keraguan

Diperdalam melalui ilmu

-

Memperkuatkeyakinan

-

Bisa diperdebatkan

agama
Tidak bisa dibantah

G. Aksiologis Ilmu
Ilmu itu untuk apa dan untuk siapa?
Fungsi Ilmu :
Menjelaskan
Memprediksi
Mengendalikan
Sikap Ilmiah :
Rasa ingin tahu
Jujur
Obyektif
Skeptis
Kritis
Peduli lingkungan
Menghargai pendapat orang lain

H. Kriteria Kebenaran
Kebenaran adalah suatu pernyataan tanpa ragu. Untuk menentukan
kepercayaan dari sesuatu yang dianggap benar, Menurut (Mawardi, Imam. 2008)
para filosof bersandar kepada 3 cara untuk menguji kebenaran, yaitu :

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 16
1.

Teori Korespondensi
Teori Korespondensi suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan

yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek
yang dituju oleh pernyataan tersebut (Suriasumantri, 1990:57).
Menurut teori koresponden, ada atau tidaknya keyakinan tidak mempunyai
hubungan langsung terhadap kebenaran atau kekeliruan, oleh karena atau
kekeliruan itu tergantung kepada kondisi yag sudah ditetapkan atau diingkari. Jika
sesuatu pertimbangan sesuai dengan fakta, maka pertimbangan ini benar, jika
tidak, maka pertimbangan itu salah (Jujun, 1990:237).

2.

Teori Koherensi
Berdasarkan teori ini suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu

bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang
dianggap benar (Jujun, 1990:55)., artinya pertimbangan adalah benar jika
pertimbangan itu bersifat konsisten dengan pertimbangan lain yang telah diterima
kebenarannya, yaitu yang koheren menurut logika.
Kelompok idealis, seperti Plato juga filosof-filosof modern seperti Hegel,
Bradley dan Royce memperluas prinsip koherensi sehingga meliputi dunia;
dengan begitu maka tiap-tiap pertimbangan yang benar dan tiap-tiap sistem
kebenaran yang parsial bersifat terus menerus dengan keseluruhan realitas dan
memperolah arti dari keseluruhan tersebut (Titus, 1987:239). Meskipun demikian
perlu lebih dinyatakan dengan referensi kepada konsistensi faktual, yakni
persetujuan antara suatu perkembangan dan suatu situasi lingkungan tertentu.

3.

Teori Pragmatisme
Teori Pragmatisme dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1839-1914) dalam

sebuah makalah yang terbit pada tahun 1878 yangberjudul “How to Make Ideals
Clear”. Teori ini kemudian dikembangkan oleh beberapa ahli filsafat yang
kebanyakan adalah berkebangsaan Amerika yang menyebabkan filsafat ini sering
dikaitkan dengan filsafat Amerika. Ahli-ahli filasafat ini di antaranya adalah

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 17
William James (1842-1910), John Dewey (1859-1952), George Hobart Mead
(1863-1931) dan C.I. Lewis (Jujun, 1990:57).
Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar ialah
apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibatakibatnya yang bermanfaat secara praktis. Pegangan pragmatis adalah logika
pengamatan dimana kebenaran itu membawa manfaat bagi hidup praktis dalam
kehidupan manusia.

4.

Teori Positivisme
Teori Positivisme dirintis oleh August Comte (1798-1857), yang dianggap

sebagai Bapak ilmu Sosiologi Barat. Positivisme adalah cara pandang dalam
memahami dunia dengan berdasarkan Sains. Positivisme sebagai perkembangan
Empirisme yang ekstrem, adalah pandangan yang menggangap bahwa yang dapat
diselidiki atau dipelajari hanyalah “data-data yang nyata/empirik”, atau yang
mereka namakan positif. Penganut paham Positivisme meyakini bahwa hanya ada
sedikit perbedaan (jika ada) antara ilmu social dan ilmu alam, karena masyarakat
dan kehidupan sosial berjalan berdasarkan aturan-aturan, demikian juga alam.

5.

Teori Esensialisme
Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai

kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme
muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan
progresivisme. Perbedaannya yang utama ialah dalam memberikan dasar berpijak
pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, serta terbuka untuk perubahan, toleran
dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensialisme berpendapat
bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela yang mengatur dunia beserta
isinya dengan tiada cela pula.

6.

Teori Konstruktivisme
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat

generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 18
Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang
dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan
pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai
pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.

7.

Teori Religiusisme
Teori Religiusisme memaparkan bahwa manusia bukanlah semata-mata

makhluk jasmaniah, tetapi juga makhluk rohaniah. Oleh karena itu, muncullah
teori religious ini yang kebenarannya secara ontologis dan aksiologis bersumber
dari sabda Tuhan yang disampaikan melalui wahyu. Secara pasti, kita tidak akan
mendapatkan kebenaran mutlak, dan untuk mengukur kebenaran dalam filsafat
sesungguhnya tergantung kepada kita oleh metode-metode untuk memperoleh
pengetahuan itu.

ONTOLOGI PENGETAHUAN

A. Definisi Ontologi
Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti
sesuatu yang berwujud dan logos berarti ilmu. Jadi ontologi dapat diartikan
sebagai ilmu atau teori tentang wujud hakikat yang ada. Hakikat dalam kajian
ontologi adalah keadaan sebenarnya dari sesuatu, bukan keadaan sementara yang
selalu berubah-ubah.

B. Objek Ontologi
Objek telaah ontologi adalah yang ada. Ontologi membahas tentang yang
ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang
yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi
berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, atau dalam rumusan
Lorens Bagus; menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua
bentuknya.

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 19
1.

Objek Formal
Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan
kuantitatif, realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, tealaahnya akan
menjadi kualitatif, realitas akan tampil menjadi aliran-aliran materialisme,
idealisme, naturalisme, atau hylomorphisme.

2.

Metode dalam Ontologi
Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi,
yaitu : abstraksi fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metaphisik. Abstraksi
fisik menampilkan keseluruhan sifat khas sesuatu objek, sedangkan abstraksi
bentuk mendeskripsikan sifat umum yang menjadi ciri semua sesuatu yang
sejenis. Abstraksi metaphisik mengetengahkan prinsip umum yang menjadi
dasar dari semua realitas. Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi adalah
abstraksi metaphisik.Sedangkan metode pembuktian dalam ontologi oleh
Laurens Bagus di bedakan menjadi dua, yaitu : pembuktian a priori dan
pembuktian a posteriori.

C. Metafisika
Ontologi menurut A.R. Lacey, ontologi berarti „” a central part of
metaphisics” (bagian sentral dari metafisika) sedangkan metafisika diartikan
sebagai that which comes after physics, … the study of nature in general (studi
umum mengenai alam).
Metafisika adalah studi keberadaan atau realitas. Metafisika mencoba
menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti :


Apa sebenarnya realitas benda itu?



Apakah sesuai dengan wujud penampakannya atau tidak?



Apakah kedudukan ilmu dalam ruang yang ada ini?



Benarkah ilmu itu ada?

Metafisika merupakan bagian dari ontologi, tetapi pada pembahasan lain,
ontologi merupakan salah satu dimensi saja dari metafisika. Karena itu, metafisika
dan ontologi merupakan dua hal yang saling terkait. Bidang metafisika merupakan
tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafai, termasuk pemikiran ilmiah.

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 20
Metafisika berusaha menggagas jawaban tentang apakah alam ini. Terdapat
Beberapa penafsiran yang diberikan manusia mengenai alam ini (Jujun, 2005).
a. Supernaturalisme
Di alam terdapat wujud-wujud gaib (supernatural) dan ujud ini bersifat
lebih tinggi atau lebih berkuasa dibandingkan dengan alam yang nyata.
b. Naturalisme
Paham ini amat bertentangan dengan paham supernaturalisme. Paham
naturalisme menganggap bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh
hal-hal yang bersifat gaib, melainkan karena kekuatan yang terdapat dalam
itu sendiri, yang dapat dipelajari dan dapat diketahui.

D. Asumsi
Ilmu mengemukakan bebearapa asumsi mengenai objek empiris.
Ilmu menganggap bahwa objek-objek empiris yang menjadi bidang
penelaahannya mempunyai sifat keragaman, memperlihatkan sifat berulang dan
semuanya jalin-menjalin secara teratur. Ilmu mempunyai tiga asumsi mengenai
objek empiris, yaitu :
1. Asumsi pertama menganggap objek-objek tertentu mempunyai keserupaan
satu sama lain, umpamanya dalamhal bentuk, struktur, sifat dan
sebagainya.
2. Asumsi yang kedua adalah anggapan bahwa suatu benda tidak mengalami
perubahan dalam jangka waktu tertentu.
3. Asumsi ketiga yaitu Determinasi, asumsi yang menganggap tiap gejala
bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan.

E. Peluang
Salah satu referensi dalam mencari kebenaran, manusia berpaling kepada
ilmu. Hal ini dikarenakan ciri-ciri ilmu tersebut yang dalam proses
pembentukannya sangat ketat dengan alatnya berupa metode ilmiah. Hanya saja
terkadang kepercayaan manusia akan sesuatu itu terlalu tinggi sehingga seolaholah apa yang telah dinyatakan oleh ilmu akan bersih dari kekeliruan atau

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 21
kesalahan. Satu hal yang perlu disadari bahwa “… ilmu tidak pernah ingin dan
tidak pernah berpotensi untuk mendapatkan pengetahuan yang bersifat mutlak”
(Jujun : 79).
Hal ini menyadarkan kita bahwa suatu ilmu menawarkan kepada kita suatu
jawaban yang berupa peluang. Yang didalamnya selain terdapat kemungkinan
bernilai benar juga mengandung kemungkinan yang bernilai salah. Nilai
kebenarannya pun tergantung dari persentase kebenaran yang dikandung ilmu
tersebut. Sehingga ini akan menuntun kita kepada seberapa besar kepercayaan kita
akan kita tumpukkan pada jawaban yang diberikan oleh ilmu tersebut.

F.

Aliran-Aliran Ontologi
Dalam pemahaman ontologi dapat dikemukakan pandangan pokok sebagai

berikut :
1.

Monoisme
Monisme adalah aliran yang memberikan gagasan metafisis bahwa kosmos

terbuat dari satu jenis Zat. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal,
baik yang asal berupa materi ataupun berupa rohani. Paham ini kemudian terbagi
ke dalam dua aliran :
a. Materialisme
Menurut aliran ini, yang sesungguhnya ada adalah keberadaan yang
bersifat material atau bergantung terhadap materi.
b. Idealisme
Sebagai lawan materialisme adalah aliran idealisme. Aliran ini
beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua
berasal dari ruh (sukma) atau sejenis dengannya, yaitu sesuatu yang tidak
berbentuk dan menempati ruang.
2.

Dualisme
Dualisme merupakan aliran filsafat yang mencoba memadukan antara dua

faham yang saling bertentangan yaitu materialisme dan idealisme. Dualisme
mengatakan bahwa materi dan ruh sama-sama hakikat. Tokoh paham ini adalah
Descartes (1596-1650 M) yang dianggap sebagai bapak filsafat modern. la

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 22
menamakan kedua hakikat itu dengan istilah dunia kesadaran (ruhani) dan dunia
ruang (kebendaan).
3.

Pluralisme
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan

kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap
macam bentuk itu semuanya nyata.
4.

Nihilisme
Nihilisme berasal dari Bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada.

Istilah nihilisme diperkenalkan oleh Ivan Turgeniev. Doktrin tentang nihilisme,
yaitu pada pandangan Gorgias (483-360 SM) yang memberikan tiga proposisi
tentang realitas yaitu tidak ada sesuatu pun yang eksis, bila sesuatu itu ada maka
isinya tidak dapat diketahui, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui maka isinya
tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain.
5.

Agnostisisme
Agnostisisme adalah aliran yang mengatakan bahwa manusia tidak mungkin

mengetahui hakikat sesuatu di balik kenyataan ini. Baik hakikat materi maupun
hakikat ruhani. Aliran ini dengan tegas selalu menyangkal adanya suatu kenyataan
mutlak yang bersifat trancendent.

G. Karakteristik (Ontologi) Ilmu Pengetahuan
Karakteristik (ontologi) ilmu pengetahuan, yaitu :
1.

Ilmu berasal dari riset (penelitian)

2.

Tidak ada konsep wahyu

3.

Adanya konsep pengetahuan empiris

4.

Pengetahuan rasional, bukan keyakinan

5.

Pengetahuan objektif

6.

Pengetahuan sistematik

7.

Pengetahuan metodologis

8.

Pengetahuan observatif

9.

Menghargai asas verifikasi (pembuktian)

10. Menghargai asas eksplanatif (penjelasan)

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 23
11. Menghargai asas keterbukaan dan dapat diulang kembali
12. Menghargai asas skeptikisme yang radikal
13. Melakukan pembuktian bentuk kausalitas
14. Mengakui pengetahuan dan konsep yang relatif (bukan absolut)
15. Mengakui adanya logika-logika ilmiah
16. Memiliki berbagai hipotesis dan teori-teori ilmiah
17. Memiliki konsep tentang hokum-hukum alam yang telah dibuktikan
18. Pengetahuan bersifat netral atau tidak memihak
19. Menghargai berbagai metode eksperimen
20. Melakukan terapan ilmu menjadi teknologi

H. Perbandingan Ontologi Sains Dan Ontologi Filsafat
Perbedaan ontologi berdasarkan sains dan filsafat, yaitu :
1.

Sains merupakan ilmu yang bersifat rasional – empiris yakni teori yang
dibuat sesuai logika dan kenyataan, sedangkan filsafat adalah ilmu yang
hanya logis tapi tidak empiris, karena hanya berdasar pada pemikiran semata.

2.

Karena sains adalah ilmu yang rasional empiris, maka struktur sains dibagi
berdasarkan obyeknya, menjadi sains kealaman dan sains sosial. Sedangkan
filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu secara mendalam hanya
dengan menggunakan fikiran. Struktur filsafat dibagi menjadi : ontologi
(membicarakan hakikat), epistemologi (cara memperoleh pengetahuan), dan
aksiologi (membicarakan guna pengetahuan itu).

EPISTEMOLOGI PENGETAHUAN

A. Pengertian Epistemologi
Secara historis, istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh J.F.
Ferrier, untuk membedakan dua cabang filsafat, epistemologi dan ontologi.
Sebagai sub sistem filsafat, epistemologi ternyata menyimpan “misteri”
pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami. Pengertian epistemologi

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 24
ini cukup menjadi perhatian para ahli, tetapi mereka memiliki sudut pandang yang
berbeda ketika mengungkapkannya, sehingga didapatkan pengertian yang
berbeda-beda, buka saja pada redaksinya, melainkan juga pada substansi
persoalannya.
Substansi persoalan menjadi titik sentral dalam upaya memahami pengertian
suatu konsep, meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan.
Lazimnya, pembahasan konsep apa pun, selalu diawali dengan memperkenalkan
pengertian (definisi) secara teknis, guna mengungkap substansi persoalan yang
terkandung dalam konsep tersebut. Hal ini berfungsi mempermudah dan
memperjelas pembahasan konsep selanjutnya. Misalnya, seseorang tidak akan
mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum
bisa memahami substansi belajar itu sendiri. Setelah memahami substansi belajar
tersebut, dia baru bisa menjelaskan proses belajar, gaya belajar, teori belajar,
prinsip-prinsip belajar, hambatan-hambatan belajar, cara mengetasi hambatan
belajar dan sebagainya. Jadi, pemahaman terhadap substansi suatu konsep
merupakan “jalan pembuka” bagi pembahasan-pembahasan selanjutnya yang
sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi
(pengertian).
Demikian pula, pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian
pemahaman terhadap substansinya, sehingga memperlancar pembahasan selukbeluk yang terkait dengan epistemologi itu. Ada beberapa pengertian epistemologi
yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa
sebenarnya epistemologi itu.
Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge). Secara
etimologi, istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti
pengetahuan, dan logos berarti teori. Epistemologi dapat didefinisikan sebagai
cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode dan
sahnya (validitasnya) pengetahuan.
Dalam Epistemologi, pertanyaan pokoknya adalah “apa yang dapat saya
ketahui”? Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah: 1.Bagaimanakah
manusia dapat mengetahui sesuatu?; 2). Dari mana pengetahuan itu dapat

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 25
diperoleh?; 3). Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra
pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman)
(Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2003, hal.32).
Pengertian lain, menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan
mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan: apakah sumber-sumber
pengetahuan ? apakah hakikat, jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan?
Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia
(William S.Sahakian dan Mabel Lewis Sahakian, 1965, dalam Jujun
S.Suriasumantri, 2005).
Menurut Musa Asy‟arie, epistemologi adalah cabang filsafat yang
membicarakan mengenai hakikat ilmu, dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang
sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada
suatu obyek kajian ilmu. Sedangkan, P.Hardono Hadi menyatakan, bahwa
epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan
kodrat dan skope pengetahuan, pengandaian-pengendaian dan dasarnya, serta
pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Sedangkan D.W Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat
yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, dasar dan pengendaianpengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai
penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan.
Inti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama. Sedangkan hal
yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung
persoalan kodrat pengetahuan, sedangkan pengertian kedua tentang hakikat
pengetahuan. Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan. Kodrat
berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan, sedang hakikat pengetahuan
berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan, sehingga menghasilkan pengertian yang
sebenarnya. Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran
yang saling berlawanan, yaitu realisme dan idealisme.
Selanjutnya, pengertian epistemologi yang lebih jelas daripada kedua
pengertian tersebut, diungkapkan oleh Dagobert D.Runes. Dia menyatakan,
bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber, struktur,

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 26
metode-metode dan validitas pengetahuan. Sementara itu, Azyumardi Azra
menambahkan, bahwa epistemologi sebagai “ilmu yang membahas tentang
keasliam, pengertian, struktur, metode dan validitas ilmu pengetahuan”. Kendati
ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut, tetapi kedua pengertian ini
sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut, tetapi kedua pengertian ini telah
menyajikan pemaparan yang relatif lebih mudah dipahami.

B. Ruang Lingkup Epistemologi
Bertolak dari pengertian-pengertian epistemologi tersebut, kiranya kita perlu
merinci aspek-aspek yang menjadi cakupannya atau ruang lingkupnya.
Sebenarnya masing-masing definisi diatas telah memberi pemahaman tentang
ruang lingkup epistemologi sekaligus, karena definisi-definisi itu tampaknya
didasarkan pada rincian aspek-aspek yang tercakup dalam lingkup epistemologi
daripada aspek-aspek lainnya, seperti proses maupun tujuan. Akan tetapi, ada
baiknya dikemukakan pernyataan-pernyataan lain yang mencoba menguraikan
ruang lingkup epistemologi, sebab pernyataan-pernyataan ini akan membantu
pemahaman secara makin komprehensif dan utuh (holistik) mengenai ruang
lingkup pemabahasan epistemologi.
Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek, yaitu hakikat, unsur, macam,
tumpuan, batas, dan sasaran pengetahuan. Sedangkan, A.M Saefuddin
menyebutkan, bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab,
apakah ilmu itu, dari mana asalnya, apa sumbernya, apa hakikatnya, bagaimana
membangun ilmu yang tepat dan benar, apa kebenaran itu, mungkinkah kita
mencapai ilmu yang benar, apa yang dapat kita ketahui, dan sampai dimanakah
batasannya. Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok;
masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu.
Jadi meskipun epistemologi itu merupakan sub sistem filsafat, tetapi
cakupannya luas sekali. Jika kita memadukan rincian aspek-aspek epistemologi,
sebagaimana diuraikan tersebut, maka teori pengetahuan itu bisa meliputi,
hakikat, keaslian, sumber, struktur, metode, validias, unsur, macam, tumpuan,

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 27
batas, sasaran, dasar, pengandaian, kodrat, pertanggungjawaban dan skope
pengetahuan.
Mengingat epistemologi mencakup aspek yang begitu luas, sampai
Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan, bahwa epistemologi sama luasnya
dengan filsafat. Usaha menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring
dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang tertentu. Filsafat
merupakan refleksi, dan refleksi selalu bersifat kritis, maka tidak mungkin
seserorang memiliki suatu metafisika yang tidak sekaligus merupakan
epistemologi dari metafisika, atau psikologi yang tidak sekaligus epistemologi
dari psikologi, atau bahkan suatu sains yang bukan epistemologi dari sains.
Epistemologi senantiasa “mengawali” dimensi-dimensi lainnya, terutama ketika
dimensi-dimensi itu dicoba untuk digali. Kenyataan ini kembali mempertegas,
bahwa antara epistemologi selalu berkaitan dengan ontologi dan aksiologi,
melainkan bisa juga sebaliknya, ontologi dan aksiologi serta dimensi lainnya,
seperti psikologi selalu diiringi oleh epistemologi.
Kenyataannya, saat ini literatur-literatur filsafat masih terjadi pemusatan
perhatian pada aspek-aspek tertentu saja. Aspek-aspek itu berkisar pada sumber
pengetahuan, dan pembentukan pengetahuan. M. Amin Abdullah menilai, bahwa
seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asalusul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis. Sedangkan Paul
Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang
membentuk pengetahuan ilmiah. Sementara itu, aspek-aspek lainnya justru
diabaikan dalam pembahasan epistemologi, atau setidak-tidaknya kurang
mendapat perhatian yang layak.
Kecenderungan sepihak ini menimbulkan kesan seolah-olah cakupan
pembahasan epistemologi itu hanya terbatas pada sumber dan metode
pengetahuan, bahkan epistemologi sering hanya diidentikkan dengan metode
pengetahuan. Terlebih lagi ketika dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi secara
sistemik,

seserorang

cenderung

menyederhanakan

pemahaman,

sehingga

memaknai epistemologi sebagai metode pemikiran, ontologi sebagai objek
pemikiran, sedangkan aksiologi sebagai hasil pemikiran, sehingga senantiasa

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 28
berkaitan dengan nilai, baik yang bercorak positif maupun negatif. Padahal
sebenarnya metode pengetahuan itu hanya salah satu bagian dari cakupan wilayah
epistemologi. Bagian-bagian lainnya jauh lebih banyak, sebagaimana diuraikan di
atas. Namun, penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi memudahkan
pemahaman seseorang, terutama pada tahap pemula untuk mengenali sistematika
filsafat, khususnya bidang epistemologi. Hanya saja, jika dia ingin mendalami dan
menajamkan pemahaman epistemologi, tentunya tidak bisa hanya memegangi
makna epistemologi sebatas metode pengetahuan, akan tetapi epistemologi dapat
menyentuh pembahasan yang amat luas, yaitu komponen-komponen yang terkait
langsung dengan “bangunan” pengetahuan.

C. Objek Dan Tujuan Epistemologi
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, tidak jarang pemahaman objek
disamakan dengan tujuan, sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur.
Jika diamati secara cermat, sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan. Objek
sama dengan sasaran, sedang tujuan hampir sama dengan harapan. Meskipun
berbeda, tetapi objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan,
sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan. Dengan kata lain, tujuan
baru dapat diperoleh, jika telah melalui objek lebih dulu.
Aktivitas berfikir dalam kecenderungan pertama (satu tujuan dengan objek
yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian cara sebanyak-banyaknya, sedang
berpikir dalam kecenderungan kedua (satu objek untuk tujuan yang berbeda-beda)
lebih mendorong pencarian hasil yang sebanyak-banyaknya. Hal ini merupakan
implikasi dari tekanan masing-masing pola berpikir tersebut. Secara global, baik
berpikir dalam kecenderungan pertama maupun kecenderungan kedua, tetap saja
membutuhkan banyak cara untuk mewujudkan keinginan pemikirnya.
Dalam filsafat terdapat objek material dan objek formal. Objek material
adalah sarwa-yang-ada, yang secara garis besar meliputi hakikat Tuhan, hakikat
alam dan hakikat manusia. Sedangkan objek formal ialah usaha mencari
keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya, sampai ke akarnya) tentang objek
material filsafat (sarwa-yang-ada). Sebagai sub sistem filsafat, epistemologi atau

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 29
teori pengetahuan yang pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek
tertentu. Objek epistemologi ini menurut Jujun S.Suriasumatri berupa “segenap
proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan.” Proses
untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan
dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan, sebab sasaran itu
merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan.
Tanpa suatu sasaran, mustahil tujuan bisa terealisir, sebaliknya tanpa suatu tujuan,
maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali.
Selanjutnya, apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut. Jacques
Martain mengatakan: “Tujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk
menjawab pertanyaan, apakah saya dapat tahu, tetapi untuk menemukan syaratsyarat yang memungkinkan saya dapat tahu”. Hal ini menunjukkan, bahwa
epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak
bisa dihindari, akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi
adalah lebih penting dari itu, yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh
pengetahuan.
Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam
dinamika pengetahuan. Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang
bahwa jangan sampai dia puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan, tanpa
disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan, sebab keadaan
memperoleh

pengetahuan

melambangkan

sikap

pasif,

sedangkan

cara

memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis. Keadaan pertama hanya
berorientasi pada hasil, sedangkan keadaan kedua lebih berorientasi pada proses.
Seseorang yang mengetahui prosesnya, tentu akan dapat mengetahui hasilnya,
tetapi seseorang yang mengetahui hasilnya, acapkali tidak mengetahui prosesnya.
Guru dapat mengajarkan kepada siswanya bahwa dua kali tiga sama dengan enam
(2 x 3 = 6) dan siswa mengetahui, bahkan hafal. Namun, siswa yang cerdas tidak
pernah puas dengan pengetahuan dan hafalan itu. Dia tentu akan mengejar
bagaimana prosesnya, dua kali tiga didapatkan hasil enam. Maka guru yang
profesional akan menerangkan proses tersebut secara rinci dan mendetail,

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 30
sehingga siswa benar-benar mampu memahaminya dan mampu mengembangkan
perkalian angka-angka lainnya.
Proses menjadi tahu atau “proses pengetahuan” inilah yang menjadi
pembuka

terhadap

pengetahuan,

pemahaman

dan

pengembangan-

pengembangannya. Proses ini bisa diibaratkan seperti kunci gudang, meskipun
seseorang diberi tahu bahwa di dalam gudang terdapat bermacam-macam barnag,
tetapi dia tetap hanya apriori semata, karena tidak pernah membuktikan. Dengan
membawa kuncinya, maka gudang itu akan segera dibuka, kemudian diperiksa
satu persatu barang-barang yang ada didalamnya. Dengan demikian, seseorang
tidak sekedar mengetahui sesuatu atas informasi orang lain, tetapi benar-benar
tahu berdasarkan pembuktian melalui proses itu.

D. Landasan Epistemologi
Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan
pengetahuan, sebab ia merupakan tempat berpijak. Bangunan pengetahuan
menjadi mapan, jika memiliki landasan yang kokoh. Bangunan pengetahuan
bagaikan bangunan rumah, sedangkan landasan bagaikan fundamennya. Kekuatan
bangunan rumah bisa diandalkan berdasarkan kekuatan fundamennya. Demikian
juga dengan epistemologi, akan dipengaruhi atau tergantung landasannya.
Di dalam filsafat pengetahuan, semuanya tergantung pada titik tolaknya.
Sedangkan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah; yaitu cara yang
dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar. Metode ilmiah
merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi,
ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah.
Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah, sebab ilmu merupakan pengetahuan
yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat
yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum
dalam metode ilmiah. Dengan demikian, metode ilmiah merupakan penentu layak
tidaknya pengetahuan menjadi ilmu, sehingga memiliki fungsi yang sangat
penting dalam bangunan ilmu pengetahuan.

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 31
Begitu pentingnya fungsi metode ilmiah dalam sains, sehingga banyak
pakar yang sangat kuat berpegang teguh pada metode dan cenderung kaku dalam
menerapkannya, seakan-akan mereka menganut motto: tak ada sains tanpa
metode; akhirnya berkembang menjadi: sains adalah metode. Sikap ini
mencerminkan bahwa mereka berlebihan dalam menilai begitu tinggi terhadap
metode ilmiah, tanpa menyadari semuanya yang hanya sekedar salah satu sarana
dari sains untuk mengukuhkan objektivitas dalam memahami sesuatu.
Sesungguhnya sikap berlebihan itu memang riil, tetapi terlepas dari sikap tersebut
yang seharusnya tidak perlu terjadi, yang jelas dalam kenyataanya metode ilmiah
telah dijadikan pedoman dalam menyusun, membangun dan mengembangkan
pengetahuan ilmu. Disini perlu dibedakan antara pengetahuan dengan ilmu
pengetahuan (ilmu). Pengetahuan adalah pengalaman atau pengetahuan seharihari yang masih berserakan, sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan
yang telah diatur berdasarkan metode ilmiah, sehingga timbul sifat-sifat atau ciricirinya; sistematis, objektif, logis dan empiris.
Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan
menuju ilmu pengetahuan. Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan
yang bergantung pada metode ilmiah, karena metode ilmiah menjadi standar
untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan. Sesuatu
fenomena pengetahuan logis, tetapi tidak empiris, juga tidak termasuk dalam ilmu
pengetahuan, melaikan termasuk wilayah filsafat. Dengan demikian metode
ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan, yaitu rasio dan fakta secara
integratif

E. Hubungan Epistemologi, Metode Dan Metodologi
Selanjutnya perlu ditelusuri dimana posisi metode dan metodologi dalam
konteks epistemologi untuk mengetahui kaitan-kaitannya, antara metode,
metodologi dan epistemologi. Hal ini perlu penegasan, mengingat dalam
kehidupan sehari-hari sering dikacaukan antara metode dengan metodologi dan
bahkan dengan epistemologi. Untuk mengetahui peta masing-masing dari ketiga
istilah ini, tampaknya perlu memahami terlebih dahulu makna metode dan

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 32
metodologi. “Dalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode, yaitu
cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang
dikaji”. Lebih jauh lagi Peter R.Senn mengemukakan, “metode merupakan suatu
prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang
sistematis”.
Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari
peraturan dalam metode tersebut. Secara sederhana dapat dikatakan, bahwa
metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau
cara-cara mengetahui sesuatu. Jika metode merupakan prosedur atau cara
mengetahui sesuatu, maka metodologilah yang mengkerangkai secara konseptual
terhadap prosedur tersebut.
Implikasinya, dalam metodologi dapat ditemukan upaya membahas
permasalahan-permasalahan

yang

berkaitan

dengan

metode.

Metodologi

membahas konsep teoritik dari berbagai metode, kelemahan dan kelebihannya
dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan,
sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis metode-metode yang
digunakan dalam penelitian. Penggunaan metode penelitian tanpa memahami
metode logisnya mengakibatkan seseorang buta terhadap filsafat ilmu yang
dianutnya. Banyak peneliti pemula yang tidak bisa membedakan paradigma
penelitian ketika dia mengadakan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Padahal
mestinya dia harus benar-benar memahami, bahwa penelitian kuantitatif
menggunakan paradigma positivisme, sehingga ditentukan oleh sebab akibat
(mengikuti paham determinsime, sesuatu yang ditentukan oleh yang lain),
sedangkan

penelitian

kualitatif

menggunakan

paradigma

naturalisme

(fenomenologis). Dengan demikian, metodologi juga menyentuh bahasan tantang
aspek filosofis yang menjadi pijakan penerapan suatu metode. Aspek filosofis
yang menjadi pijakan metode tersebut terdapat dalam wilayah epistemologi.
Oleh karena itu, dapat dijelaskan urutan-urutan secara struktural-teoritis
antara epistemologi, metodologi dan metode sebagai berikut: Dari epistemologi,
dilanjutkan dengan merinci pada metodologi, yang biasanya terfokus pada metode
atau tehnik. Epistemologi itu sendiri adalah sub sistem dari filsafat, maka metode

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 33
sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari filsafat. Filsafat mencakup bahasan
epistemologi, epistemologi mencakup bahasan metodologis, dan dari metodologi
itulah akhirnya diperoleh metode. Jadi, metode merupakan perwujudan dari
metodologi, sedangkan metodologi merupakan salah satu aspek yang tercakup
dalam epistemologi. Adapun epistemologi merupakan bagian dari filsafat.
Dalam filsafat, istilah metodologi berkaitan dengan praktek epistemologi.
Secara lebih khusus, problem penyelidikan ilmiah yang secara filosofis menjadi
kajian utama cabang epistemologi yang berkaitan dengan problem metodologi
juga berkaitan dengan rancangan tata pikir, apa yang benar dan dapat
dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan. Kemudian berbicara
tentang metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode
yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau
kebenaran, baik dalam aspek parsial atau total. Lebih jelas lagi, bahwa seseorang
yang sedang mempertimbangkan penggunaan dan penerapan metode untuk
memperoleh pengetahuan, maka dia harus mengacu pada metodologi, mengingat
pembahasan tentang seluk-beluk metode itu ada pada metodologi. Metodologi
inilah yang memberikan penjelasan-penjelasan konseptual dan teoritis terhadap
metode.

F. Hakikat Epistemologi
Pembahasan tentang hakikat, lagi-lagi terasa sulit, karena ita tidak bisa
menangkapnya, kecuali ciri-cirinya. Apalagi hakikat epistemologi, tentu lebih
sulit

lagi.

Epistemologi

berusaha memberi

definisi

ilmu

pengetahuan,

membedakan cabang-cabangnya yang pokok, mengidentifikasikan sumbersumbernya dan menetapkan batas-batasnya. “Apa yang bisa kita ketahui dan
bagaimana kita mengetahui” adalah masalah-masalah sentral epistemologi, tetapi
masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat. Pandangan
yang lebih ekstrim lagi menurut Kelompok Wina, bidang epistemologi bukanlah
lapangan filsafat, melainkan termasuk dalam kajian psikologi. Sebab epistemologi
itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia, the workings of human mind.

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 34
Tampaknya Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam
epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia.
Cara pandang demikian akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan
spesifikasi-spesifikasi keilmuan. Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak
berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia, karena filsafat mengedepankan
upaya pendayagunaan pikiran. Kemudian jika diingat, bahwa filsafat adalah
landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu, maka seluruh disiplin ilmu selalu
berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia, terutama pada saat proses
aplikasi metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat
diterima akal sehat. Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain, kecuali psikologi,
padahal realitasnya banyak sekali.
Oleh karena itu, epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat, walaupun
objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik, justru karena epistemologi menjadi
ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya. Dalam epistemologi terdapat
upaya-upaya

untuk

mendapatkan

pengetahuan

dan

mengembangkannya.

Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis
dan analitis. Perbedaaan pandangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya
bisa dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M. Honer dan Thomas
C.Hunt yang menilai, epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi.
Sejak semula, epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik
yang paling sulit, sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan
yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri, sehingga tidak ada sesuatu
pun yang boleh disingkirkan darinya.
Di samping itu, epistemologi tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri,
tidak bisa lepas dari ontologi dan aksiologi. Menurut, Jujun S. Suriasumatri,
bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada
dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan
memperhitungkan
pemahaman

yang

aspek

ontologi

sederhana

dan

aksiologi

epistemologi

masing-masing.

memiliki

interrelasi

Dalam
(saling

berhubungan dengan komponen lain, ontologi dan aksiologi).

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 35
Selanjutnya, epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah
inti sentral setiap pandangan dunia. Ia merupakan parameter yang bisa
memetakan, apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidangbidangnya; apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui; apa yang mungkin
diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui; dan apa yang sama sekali tidak
mungkin diketahui. Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai
penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan. Tidak semua objek mesti
dijelajahi oleh pengetahuan manusia. Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya
kecil dan madaratnya lebih besar, sehingga tidak perlu diketahui, meskipun
memungkinkan untuk diketahui. Ada juga objek yang benar-benar merupakan
misteri, sehingga tidak mungkin bisa diketahui.
Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia.
Seseorang yang senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari
teori yang bersifat umum menuju detail-detailnya, berarti dia menggunakan
pendekatan deduktif. Sebaliknya, ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala
yang sama, baruk ditarik kesimpulan secara umum, berarti dia menggunakan
pendekatan induktif. Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke
masa depan yang masih jauh, ada yang hanya berpikir berdasarkan pertimbangan
jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan
kencenderungan melihat ke belakang, yaitu masa lampau yang telah dilalui. Polapola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang. Kita terkadang
menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis, sebab jangkauan
berpikirnya adalah masa depan. Tetapi terkadang kita jumpai seseorang dalam
melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia, karena jangkauan berpikirnya yang
amat pendek, jika dilihat dari kepentingan jangka panjang, maka tindakannya itu
justru merugikan.
Pada bagian lain dikatakan, bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya
merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris.
Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam mempelajari gejala alam untuk
menemukan kebenaran, sebab secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua
kemampuan manusia dalam mempelajari alam, yakni pikiran dan indera. Oleh

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 36
sebab itu, epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan
bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri. Usaha menafsirkan
adalah aplikasi berpikir rasional, sedangkan usaha untuk membuktikan adalah
aplikasi berpikir empiris. Hal ini juga bisa dikatakan, bahwa usaha menafsirkan
berkaitan dengan deduksi, sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan
induksi. Gabungan kedua macam cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah.
Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi, maka menimbulkan
pemahaman, bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari
epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme
dengan empirisme, atau deduktif dengan induktif), dan di sisi lain berarti hakikat
epistemologi itu bertumpu pada landasannya, karena lebih mencerminkan esensi
dari epistemologi. Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa
epistemologi itu memang rumit sekali, sehingga selalu membutuhkan kajiankajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius.

SARANA BERPIKIR ILMIAH

A. Pengetian Berpikir
“Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses
ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran
tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan”
Oleh karena itu, proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan yang berupa
pengetahuan diperlukan sarana tertentu yang disebut dengan sarana berpikir
ilmiah.
Tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk memungkinkan
kita melakukan penelaahan secara baik. Sarana berpikir ilmiah berupa :
bahasa sebagai alat komunikasi verbal
logika sebagai alat berpikir
matematika berperan dalam pola berpikir deduktif
statistika berperan dalam pola berpikir induktif
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 37
Sarana berpikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah
dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Pada langkah tertentu biasanya
juga diperlukan sarana tertentu pula. Tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita
tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik.

B. Sarana Berfikir Ilmiah
1. Bahasa
Keunikan manusia adalah kemampuan berbahasa. Menurut Ernst Cassirer,
manusia sebagai animal symbolicum artinya mahluk yang mempergunakan
simbol. (Animal symbolicum lebih luas cakupannya dari pada homo sapiens).
Menurut Charlton Laird, tata bahasa merupakan alat dalam mempergunakan
aspek logis dan kreatif dari pikiran untuk mengungkapkan arti dan emosi dengan
mempergunakan aturan-aturan tertentu.
Kekurangan bahasa :
bahasa bersifat multifungsi
memiliki arti yang tidak jelas dan eksak yang dikandung oleh kata-kata
yang membangun bahasa
bahasa bersifat berputar-putar (sirkular) dalam memberikan kata-kata
terutama dalam memberikan definisi
konotasi yang bersifat emosional
Bahasa memegang peranan tenting dan suatu hal yang lazim dalam hidup
dan kehidupan manusia. Kelaziman tersebut membuat manusia jarang
memperhatikan bahasa dan menganggapnya sebagai suatu hal yang bisa, seperti
bernafas dan berjalan. Padahal bahasa mempunyai pengaruh-pengaruh yang luar
biasa dan termasuk yang membedakan manusia dari ciptaan lainnya.
Banyak

ahli

bahasa

yang

telah

memberikan

uraiannya

tentang

pengertiannya tentang pegertian bahasa. Sudah barang tentu berbeda-beda cara
menyampikannya. Bloch and Trager mengatakan bahwa a language is a system of
arbitrary vocal symbols by means of which asocial group cooperates (bahasa

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 38
adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh
suatu kelompok sosial sebagai alat untuk komunikasi).

2.Matematika
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari
pernyataan yang ingin disampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat
“Artifisial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan
kepadanya. Bila kita mempelajari kecepatan jalan kaki seseorang anak maka
obyek “kecepatan jalan kaki seorang anak” dapat diberi lambang dengan x.
dalam hal ini x hanya mempunyai satu arti yaitu kecepatan jalan kaki seorang
anak. Bila dihubungkan dengan dengan obyek lain umpanya “jarak yang
ditempuh seoang anak” (y). maka dapat dibuat lambang hubungan tersebut
sebagai z = y/x, di mana z melambangkan waktu berjalan kaki seorang anak.
Dari pernyataan z = y/x kiranya jelas : tidak mempunyai konotasi emosional
dan hanya mengemukakan informasi mengenai hubungan x, y dan z, artinya
matematika mempunyai sifat yang jelas, spesifik dan informative dengan tidak
menimbulkan konotasi yang bersifat emosional.

1.

sifat kuantitatif dari matematika
Dengan bahasa verbal bila kita membandingkan dua obyek yang berlainan

umpamanya Gajah dan semut, maka hanya bisa mengatakan gajah lebih besar dari
semut, kalau ingin menelusuri lebih lanjut berapa besar gajah dibandingkan
dengan semut, maka kita mengalami kesukaran dalam mengemukakan hubungan
itu, biia ingin mengetahui secara eksak berapa besar gajah bila dibandingkan
dengan semut, maka dengan bahasa verbal tidak dapat mengatakan apa-apa.
Matematika mengembangkan konsep pengukuran, lewat pengukuran dapat
mengetahui dengan tepat berapa panjang. Bahasa verbal hanya

mampu

mengemukakan pernyataan yang bersifat kualitatif, kita mengetahui bahwa
sebatang logam bila dipanaskan akan memanjang, tetapi tidak bisa mengatakan
berapa besar pertambahan panjang logamnya.

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 39
Untuk itu matematika mengembangkan konsep pengukuran, lewat
pengukuran, maka dapat mengetahui dengan tepat berapa panjang sebatang logam
dan berapa pertambahannya bila dipanaskan. dengan mengetahui hal ini maka
pernyataan ilmiah yang berupa pernyataan kualitatif seperti sebatang logam bisa
dipanaskan akan memanjang: dapat diganti dengan pernyataan matematika yang
lebih eksak umpamanya :
P1 = P0 (1 +ñ)
P1 pajang logam pada temperature t. P0 merupalam panjang logam pada
temperature nol dan n merupakan koefesiansi pemuai logam tersebut.
matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari
pernyataan yang ingin kita sampaikan

2.

Matematika Sebagai Sarana Berfikir Deduktif
Menalar secara induksi dan analogi membutuhkan pengamatan dan bahkan

percobaan, untuk memperoleh fakta yang dapat dipakai sebagar dasar
argumentasi. Tetapi pancaindera kita adalah terbatas dan tidak teliti. Tambahan
lagi, meskipun fakta yang dikumpulkan untuk tujuan induksi dan analogi itu
masuk akal namun metode ini tidak memberikan suatu kesimpulan yang tidak
dapat dibantah lagi. Umpamanya, meskipun sapi makan rumput dan babi serupa
dengan sapi namun adalah tidak benar bahwa babi makan rumput.
Untuk

menghindari

kesalahan

seperti

di

atas,

ahli

matematika

mempergunakan kerangka berfikir yang lain. Umpamanya dia mempunyai fakta
bahwa x – 3 = 7 dan bermaksud untuk mencari nilai x tersebut. Dia melihat bahwa
jika angka 3 ditambahkan kepada kedua ruas persamaan tersebut maka dia akan
memperoleh bahwa x = 10. Pertanyaannya adalah bolehkah dia melakukan
langkah ini ? untuk menjawab hal tersebut maka pertama-tama dia harus
mengetahui bahwa sebuah persamaan tidak berubah jika kepada kedua ruas
persamaan tersebut ditambahkan nilai yang sama. Hal ini berarti bahwa dengan
menambahkan angka 3 kepada kedua belah persamaan tersebut, dia takkan
mengubah harga persamaan tadi. Berdasarkan hal ini maka dia berkesimpulan
bahwa langkah yang dilakukannya ternyata dapat dipertanggungjawabkan. Cara

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 40
berfikir yang dilakukan disini adalah deduksi. Seperti pada contoh di atas, dalam
semua pemikiran deduktif, maka kesimpulan yang ditarik merupakan konsekuensi
logis dari fakta-fakta yang sebelumnya telah diketahui. Disini, seperti juga pada
fakta-fakta yang mendasarinya, maka kesimpulan yang ditarik tak usah diragukan
lagi.
3.

Statistik
Statistik berasal dari bahwa latin, yaitu status yang berarti Negara yang

memiliki persamaan arti dengan state dalam bahasa Inggris yang berarti negara
atau untuk menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan ketatanegaraan. Pada
awalnya statistik hanya berkaitan dengan sekumpulan angka mengenai penduduk
suatu daerah atau negara dan pendapatan masyarakat. Pada mulanya kata statistik
diartikan sebagai kumpulan bahan keterangan (data ) baik yang berwujud angka
maupun yang bukan angka, yang mempunyai arti penting dan kegunaan yang
besar bagi negara. Sehingga statistika berkembang lebih cepat dari pada
matematika.
Bagi masyarakat awam kurang terbiasa dengan istilah statistika, sehingga
perketaan statistik biasanya mengandung konotasi berhadapan dengan deretan
angka-angka yang menyulitkan, tidak mengenakan, dan bahkan merasa bingung
untuk membedakan antara matematika dan statistik. Berkenaan dengan pernyataan
di atas, memang statistik merupakan diskripsi dalam bentuk angka-angka dari
aspek kuantitatif suatu masalah, suatu benda yang menampilkan fakta dalam
bentuk ”hitungan” atau ”pengukuran”.
Statistik selain menampilkan fakta berupa angka-angka, statistika juga
merupakan bidang keilmuan yang disebut statistika, seperti juga matematika yang
disamping merupakan bidang keilmuan juga berarti lambang, formulasi, dan
teorema. Bidang keilmuan statistik merupakan sekumpulan metode untuk
memperoleh dan menganalisis data dalam mengambil suatu kesimpulan
berdasarkan data tersebut. Ditinjau dari segi keilmuan, statistika merupakan
bagian dari metode keilmuan yang dipergunakan dalam mendiskripsikan gejala
dalam bentuk angka-angka, baik melalui hitungan maupun pengkuran . Maka,
Hartono Kasmadi, dkk., mengatakan bahwa, ”statistika [statistica] ilmu yang

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 41
berhubungan dengan cara pengumpulan fakta, pengolahan dan menganalisaan,
penaksiran, simpulan dan pembuatan keputusan.
Prof. Dr. Sudjana, M.A., M.Sc. mengatakan ststistik adalah pengetahuan
yang

berhubungan

dengan

cara-cara

pengumpulan

data,

pengolahan

penganalisisannya, dan penerikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan
peanganalisisan yang dilakukan. Kemudian J.Supranto memberikan pengertian
ststistik dalam dua arti. Pertama statistik dalam arti sempit adalah data ringkasan
yang berbentuk angka (kuantitatif). Kedua statistik dalam arti luas adalah ilmu
yang mempelajari cara pengumpulan, penyajian dan analisis data, serta cara
pengambilan kesimpulan secara umum berdasarkan hasil penelitian yang
menyeluruh. Secara lebih jelas pengertian statistik adalah ilmu yang mempelajari
tentang seluk beluk data, yaitu tentang pengumpulan, pengolahan, penganalisisan,
penafsiran, dan penarikan kesimpulan dari data yang berbentuk angka-angka.
Statistika digunakan untuk menggambarkan suatu persoalan dalam suatu
bidang keilmuan. Maka, dengan menggunakan prinsip statistika masalah keilmuan
dapat diselesaikan, suatu ilmu dapat didefinisikan dengan sederhana melalui
pengujian statistika dan semua pernyataan keilmuan dapat dinyatakan secara
faktual. Dengan melakukan pengjian melalui prosedur pengumpulan fakta yang
relevan dengan rumusan hipotesis yang terkandung fakta-fakta emperis, maka
hipotesis itu diterima keabsahan sebagai kebenaran, tetapi dapat juga sebaliknya.

1.

Sejarah Perkembangan Statistika
Sekitar tahun 1645, Chevalier de Mere, seorang ahli matematika amatir,

mengajukan beberapa permasalahan mengenai judi kepada seorang ahli
matematika Prancis Blaise Pascal (1623-1662 ).Tertarikdengan permaslahan yang
berlatar belakang teori ini dan kemudian mengadakan korespondensi dengan ahli
matematika Prancis lainnya Piere de Fermat (1601 – 1665 ), dan keduanya
mengembangkan cikal bakal teori peluang.
Peluang yang merupakan dasar dari teori statistika, merupakan konsep
baru yang tidak dikenal dalam pemikiran Yunani kuno, Romawi bahkan Eropa
dalam abad pertengahan. Teori mengenai kombinasi bilangan sudah terdapat

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 42
dalam aljabar yang di kembangkan sarjana muslim namun bukan dalam lingkup
teori peluang. Begitu dasar-dasar peluang ini dirumuskan maka dengan cepat
bidang telaahan ini berkembang.
Statistika berakar dari teori peluang, Descartes, ketika mempelajari hukum
di Universitas Poitiers antara tahun 1612 sampai 1616, juga bergaul dengan
teman-teman yang suka berjudi. Sedangkan, pendeta Thomas Bayes pada tahun
1763 mengembangkan teori peluang subyektif berdasarkan kepercayaan seseorang
akan terjadinya suatu kejadian. Teori ini berkembang menjadi cabang khusus
dalam statestika sebagai pelengkap teori peluang yang bersifat subyektif. Peluang
yang merupakan dasar dari teori statistika, merupakan konsep yang tidak dikenal
dalam pemikiran Yunani Kuno, Romawi, bahkan Eropa pada abad pertengahan.
Sedangkan teori mengenai kombinasi bilangan sudah terdapat dalam aljabar yang
dikembangkan sarjana Muslim, namun bukan dalam lingkup teori peluang .

2.

Statistika dan Berpikir Induktif
Statistika merupakan bagian dari metode keilmuan yang dipergunakan

dalam mendiskripsikan gejala dalam bentuk angka-angka, baik melalui hitungan
maupun pengukuran. Dengan statistika kita dapat melakukakn pengujian dalam
bidang keilmuan sehingga banyak masalah dan pernyataan keilmuan dapat
diselesaikan secara faktual.
Pengujian statistika adalah konsekuensi pengujian secara emperis. Karena
pengujian statistika adalah suatu proses pengumpulan fakta yang relevan dengan
rumusan hipotesis. Artinya, jika hipotesis terdukung oleh fakta-fakta emperis,
maka hipotesis itu diterima sebagai kebenaran. Sebaliknya, jika bertentangan
hipotesis itu ditolak”. Maka, pengujian merupakan suatu proses yang diarahkan
untuk mencapai simpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat
individual. Dengan demikian berarti bahwa penarikan simpulan itu adalah
berdasarkan logika induktif.
Pengujian statistik mampu memberikan secara kuantitatif tingkat kesulitan
dari kesimpulan yang ditarik tersebut, pada pokoknya didasarkan pada asas yang
sangat sederhana, yakni makin besar contoh yang diambil makin tinggi pula

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 43
tingkat kesulitan kesimpulan tersebut. Sebaliknya, makin sedikit contoh yang
diambil maka makin rendah pula tingkat ketelitiannya. Karakteristik ini
memungkinkan kita untuk dapat memilih dengan seksama tingkat ketelitian yang
dibutuhkan sesuai dengan hakikat permasalahan yang dihadapi. ...Selain itu,
statistika juga memberikan kesempatan kepada kita untuk mengetahui apakah
suatu hubungan kesulitan antara dua faktor atau lebih bersifat kebetulan atau
memang benar-benar terkait dalam suatu hubungan yang bersifat emperis.
Selain itu, Jujun S. Suriasumantri juga mengatakan bahwa pengujian
statistik mengharuskan kita untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dari
kasus-kasus yang bersifat individual. Umpamanya jika kita ingin mengetahui
berapa tinggi rata-rata anak umur 10 tahun di sebuah tempat, maka nilai tinggi
rata-rata yang dimaksud merupakan sebuah kesimpulan umum yang ditarik dalam
kasus-kasus anak umur 10 tahun di tempat itu. Dalam hal ini kita menarik
kesimpulan berdasarkan logika induktif.
Logika induktif, merupakan sistem penalaran yang menelaah prinsipprinsip penyimpulan yang sah dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu
kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi. Logika ini sering disebut dengan
logika material, yaitu berusaha menemukan prinsip penalaran yang bergantung
kesesuaiannya dengan kenyataan. Oleh karena itu kesimpulan hanyalah
kebolehjadian, dalaam arti selama kesimpulan itu tidak ada bukti yang
menyangkalnya maka kesimpulan itu benar.
Logika induktif tidak memberikan kepastian namun sekedar tingkat
peluang bahwa untuk premis-premis tertentu dapat ditarik suatu kesimpulan dan
kesimpulannya mungkin benar mungkin juga salah. Misalnya, jika selama bulan
November dalam beberapa tahun yang lalu hujan selalu turun, maka tidak dapat
dipastikan bahwa selama bulan November tahun ini juga akan turun hujan.
Kesimpulan yang dapat ditarik dalam hal ini hanyalah mengenai tingkat peluang
untuk hujan dalam tahun ini juga akan turun hujan”. Maka kesimpulan yang
ditarik secara induktif dapat saja salah, meskipun premis yang dipakainya adalah
benar dan penalaran induktifnya adalah sah, namun dapat saja kesimpulannya

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 44
salah. Sebab logika induktif tidak memberikan kepastian namun sekedar tingkat
peluang.
Penarikan kesimpulan secara induktif menghadapkan kita kepada sebuah
permasalahan mengenai banyaknya kasus yang harus kita amati sampai kepada
suatu kesimpulan yang bersifat umum. Jika kita ingin mengetahui berapa tinggi
rata-rata anak umur 10 tahun di Indonesia, umpamanya, bagaimana caranya kita
mengumpulkan data sampai pada kesimpulan tersebut. Hal yang paling logis
adalah melakukan pengukuran tinggi badan terhadap seluruh anak 10 tahun di
Indonesia. Pengumpulan data seperti ini tak dapat diragukan lagi akan
memberikan kesimpulan mengenai tinggi rata-rata anak tersebut di negara kita,
tetapi kegiatan ini menghadapkan kita kepada persoalan tenaga, biaya, dan waktu
yang cukup banyak. Maka statistika dengan teori dasarnya teori peluang
memberikan sebuah jalan keluar, memberikan cara untuk dapat menarik
kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari
populasi. Jadi untuk mengetahui tinggi rata-rata anak umur 10 tahun di Indonesia
kita tidak melakukan pengukuran untuk seluruh anak yang berumur tersebut,
tetapi hanya mengambil sebagian anak saja.
Dari berbagai uraian yang dikemukakan di atas, penulis mencoba
memberikan beberapa ringkasan sebagai berikut :
1.

Dalam kegiatan atau kemampuan berpkir ilmiah yang baik harus

menggunakan atau didukung oleh sarana berpkir ilmiah yang baik pula, karena
tanpa menggunakan sarana berpikir ilmiah kita tidak akan dapat melakukakan
kegiatan berpikir ilmiah dengan baik.
2.

Cara berpikir ilmiah dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan logika

induktif dan logika deduktif.
3.

Penggunaan statistika dalam proses berpikir ilmiah, sebagai suatu metode

untuk membuat keputusan dalam bidang keilmuan yang berdasarkan logika
induktif. Karena statistika mempunyai peran penting dalam berpikir induktif.
4.

Berpikir induktif, bertitik tolak dari sejumlah hal-hal yang bersifat khusus

untuk sampai pada suatu rumusan yang bersifat umum sebagai hukum ilmiah.

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 45
3. Logika
Logika adalah sarana untuk berfikir sistematis, valid dan dapat
dipertanggungjawabkan. Karena itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan
aturan-aturan berpikir, seperti setengah tidak boleh lebih besar daripada satu.
logika yunani diterjemahkan oleh kaum muslimin kedalam bahasa Arab. Kegiatan
ini mendapatkan respon yang berbeda – beda dari tokoh – tokoh besar islam.
Diantaranya Ibnu Salih dan Imam NAwawi berpendapat bahwa mengharamkan
untuk mempelajari ilmu logika secara mendalam. Sedangkan imam Ghazali
beranggapan

baik

dan

menganjurkannya.

Selain

itu,

Jumhur

Ulama

memperbolehkan bagi orang – orang yang cukup akalnya dan kokoh imannya.
Masih banyak lagi tokoh besar muslim yangt mempelajari ilmu ini secara khusus
dan mendalam yang sampai mengadakan penyelidikan kaidah – kaidah dalam
kehidupan sehari – hari untuk diuji salah benarnya.
Lambat laun logika menjadi semakin dangkal dan sederhana. Akan tetapi,
pada masa ini masih mengembangkan pemikiran logika Aristoteles Pada abad ke
XIII sampai abad XV dikenal sebagai logika modern yang dirintis oleh Petrus
Hispanus, Roger Barcon, raymundus Lullus, Wilhelm Ocham, George Boole,
Bertrand Russell, G. Frege. Pemikiran logika modern sangat berbeda dengan
pemikiran Aristoteles ( logika tradisional ). Pada masa ini, Raymundus Lullus
mengemukakan metode Ars Magna, yaitu semacam aljabar pengertian dengan
maksud membuktikan kebenaran – kebenaran tertinggi.

AKSIOLOGI PENGETAHUAN

A. Pengertian Aksiologi
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang
berarti sesuai atau wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami
sebagai teori nilai. Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilai
merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, social dan agama.

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 46
Sistem mempunyai rancangan bagaimana tatanan, rancangan dan aturan sebagai
satu bentuk pengendalian terhadap satu institusi dapat terwujud.
B. Teori tentang Nilai
1. Kebebasan Nilai dan Keterikatan Nilai
Perkembangan yang terjadi dalam pengetahuan ternyata melahirkan sebuah
polemik baru karena kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa kita
sebut sebagai netralitas pengetahuan (value free). Sebaliknya ada jenis
pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal
sebagai value baound. Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas
pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai?
Bagi ilmuwan yang menganut faham bebas nilai kemajuan perkembangan
ilmu pengetahuan akan lebih cepat terjadi. Karena ketiadaan hambatan dalam
melakukan penelitian. Baik dalam memilih objek penelitian, cara yang digunakan
maupun penggunaan produk penelitian. Sedangkan bagi ilmuwan penganut faham
nilai terikat, perkembangan pengetahuan akan terjadi sebaliknya. karena
dibatasinya objek penelitian, cara, dan penggunaan oleh nilai.
Kendati demikian paham pengetahuan yang disandarkan pada teori bebas
nilai ternyata melahirkan sebuah permasalahan baru. Dari yang tadinya
menciptakan pengetahuan sebagai sarana membantu manusia, ternyata kemudian
penemuannya tersebut justru menambah masalah bagi manusia. Meminjam istilah
carl Gustav Jung “bukan lagi Goethe yang melahirkan Faust melainkan Faust-lah
yang melahirkan Goethe”.

2. Jenis-jenis Nilai
Berikut adalah jenis-jenis nilai yang di kategorikan pada perubahannya:
Baik dan Buruk
Sarana dan Tujuan
Penampakan dan Real
Subjektif dan Objektif
Murni dan Campuran

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 47
Aktual dan Potensial

3. Hakikat Nilai
Berikut adalah beberapa contoh dari hakikat nilai dilihat dari anggapan atau
pendapatnya:
Nilai berasal dari kehendak, Voluntarisme.
Nilai berasal dari kesenangan, Hedonisme
Nilai berasal dari kepentingan.
Nilai berasal dari hal yang lebih disukai (preference).
Nilai berasal dari kehendak rasio murni.

4. Kriteria Nilai
Standar pengujian nilai dipengaruhi aspek psikologis dan logis.
Kaum hedonist menemukan standar nilai dalam kuantitas kesenangan
yang dijabarkan oleh individu atau masyarakat.
Kaum idealis mengakui sistem objektif norma rasional sebagai kriteria.
Kaum naturalis menemukan ketahanan biologis sebagai tolok ukur

5. Status Metafisik Nilai
Subjektivisme adalah nilai semata-mata tergantung pengalaman
manusia.
Objektivisme logis adalah nilai merupakan hakikat logis atau
subsistensi, bebas dari keberadaannya yang dikenal.
Objektivisme metafisik adalah nilai merupakan sesuatu yang ideal
bersifat integral, objektif, dan komponen aktif dari kenyataan metafisik.
(mis: theisme).

6. Karakteristik Nilai
Bersifat abstrak; merupakan kualitas
Inheren pada objek

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 48
Bipolaritas yaiatu baik/buruk, indah/jelek, benar/salah.
Bersifat hirarkhis; Nilai kesenangan, nilai vital, nilai kerohanian, nilai
kekudusan.
Aksiologi memberikan jawaban untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu
itu di pergunakan. Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan
kaidah-kaidah nilai. Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan
pilihan-pilihan nilai. Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan
operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma nilai.

ILMU DAN BUDAYA

A. Definisi Ilmu
Ilmu merupakan suatu cara berpikir dalam menghasilkan suatu kesimpulan
yang berupa pengetahuan. Ilmu merupakan produk dari proses berfikir menurut
langkah-langkah tertentu yang secara umum dapat disebut sebagai berfikir ilmiah.
Berfikir ilmiah merupakan kegiatan berfikir yang memenuhi persyaratanpersyaratan tertentu, yaitu :
1.

Logis, yaitu pikiran kita harus konsisten dengan pengetahuan ilmiah yang
telah ada.

2.

Harus didukung fakta empiris, yaitu telah teruji kebenarannya yang kemudian
memperkaya khasanah pengetahuan ilmiah yang disusun secara sistematik
dan kumulatif.
Kebenaran ilmiah tidak bersifat mutlak, tetapi terbuka bagi koreksi dan

penyempurnaan, mungkin saja pernyataan sekarang logis kemudian bertentangan
dengan pengetahuan ilmiah baru.
Untuk memperoleh kebenaran, perlu dipelajari teori-teori kebenaran.
Beberapa alat untuk memperoleh atau mengukur ilmu pengetahuan adalah :
Rationalisme : penalaran manusia yang merupakan alat utama untuk mencari
kebenaran.

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 49
Empirisme : alat untuk mencari kebenaran dengan mengandalkan
pengalaman indera sebagai pemegang peranan utama
Logical positivisme : mengunakan logika untuk menumbuhkan kesimpulan
yang positif benar
Pragmatisme : nilai akhir dari suatu ide atau kebenaran yang disepakati
adalah kegunaannya untuk menyelesaikan masalah-masalah praktis
Dari segi maknanya, pengertian ilmu sepanjang yang terbaca dalam pustaka
menunjuk sekurang-kurangnya tiga hal, yakni : pengetahuan, aktivitas dan
metode. Pengertian ilmu sebagai pengetahuan, aktivitas atau metode bila ditinjau
lebih dalam sesungguhnya tidak saling bertentangan, tetapi merupakan kesatuan
logis yang mesti ada secara berurutan.
Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus
dilaksanakan dengan metode tertentu dan akhirnya aktivitas metode itu
mendatangkan pengetahuan yang sistematis. Kesatuan dan interaksi diantara
aktivitas, metode dan pengetahuan yang boleh dikatakan menyusun diri menjadi
ilmu dapat digambarkan dalam suatu bagan segitiga sebagai berikut :
Aktivitas

ilmu
Metode

Pengetahuan

Dengan demikian, pengertian ilmu selengkapnya berarti aktivitas penelitian,
metode ilmiah dan pengetahuan sistematis.

B. Karakteristik Ilmu
1.

Obyektif, ilmu berdasarkan hal-hal yang obyektif, dapat diamati dan tidak
berdasarkan pada emosional subyektif.

2.

Koheren, pernyataan/susunan ilmu tidak kontradiksi dengan kenyataan.

3.

Reliable, produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur
dengan tingkat keterandalan (reabilitas) tinggi.

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 50
4.

Valid, produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur
dengan tingkat keabsahan (validitas) yang tinggi, baik secara internal maupun
eksternal.

5.

memiliki generalisasi, suatu kesimpulan dalam ilmu dapat berlaku umum.

6.

Akurat, penarikan kesimpulan memiliki keakuratan (akurasi) yang tinggi.

7.

Dapat melakukan prediksi, ilmu dapat memberikan daya prediksi atas
kemungkinan-kemungkinan suatu hal.

C. Syarat-syarat Ilmu
1.

Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan
masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari
dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus
diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran,
yakni persesuaian antara tahu dengan objek, dan karenanya disebut
kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek
penunjang penelitian.

2.

Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi
kemungkinan

terjadinya

penyimpangan

dalam

mencari

kebenaran.

Konsekuensi dari upaya ini adalah harus terdapat cara tertentu untuk
menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari kata Yunani “Metodos”
yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang
digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
3.

Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan
suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur
dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh,
menyeluruh,

terpadu,

mampu

menjelaskan

rangkaian

sebab

akibat

menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam
rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
4.

Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang
bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º.
Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 51
ilmu-ilmu sosial menyadari kadar keumuman (universal) yang dikandungnya
berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan
manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu
sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.

D. Jenis-jenis Ilmu
Menurut aristoteles ilmu dapat dibedakan menjadi 2 kelompok besar berdasarkan
tujuan ilmu, yaitu :
1.

Ilmu-ilmu teoritis yang penyelidikannya bertujuan memperoleh pengetahuan
tentang kenyataan.

2.

Ilmu-ilmu

praktis

atau

produktif

yang

penyelidikannya

bertujuan

menjelaskan perbuatan yang berdasarkan pada pengetahuan

E. Definisi Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai halhal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris,
kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah
atau mengerjakan. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam
bahasa Indonesia. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.

F.

Komponen Dan Unsur-Unsur Kebudayaan

1.

Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok,
yaitu:
alat-alat teknologi
sistem ekonomi
keluarga
kekuasaan politik

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 52
2.

Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota
masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya.
organisasi ekonomi
alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan
(keluarga adalah lembaga pendidikan utama).
organisasi kekuatan (politik)

3.

Kuntjaraningrat (1974) membagi kebudayaan menjadi unsur-unsur yang
terdiri dari :
1.

sistem religi dan upacara keagamaan

2.

sistem dan organisasi kemasyarakatan (kekerabatan)

3.

sistem pengetahuan, bahasa dan kesenian

4.

sistem mata pencaharian

5.

sistem teknologi dan peralatan

G. Hubungan antara Ilmu dan Budaya
Dalam unsur budaya terdapat adanya sistem pengetahuan, dimana ilmu dan
teknologi termasuk di dalamnya. Dengan demikian ilmu itu sendiri merupakan
bagian dari budaya. Ilmu dan budaya mempunyai hubungan yang saling
mempengaruhi dan saling tergantung. Pada satu pihak perkembangan ilmu dalam
satu masyarakat tergantung dari kondisi budaya masyarakat tesebut, dan juga
perkembangan ilmu akan mempengaruhi berkembangnya budaya masyarakat.
Sumbangan ilmu terhadap budaya adalah pada nilai yang terkandung dalam ilmu,
yakni tentang etika, estetika dan logika. Contohnya adalah dalam masyarakat
pedalaman, budaya yang berkembang adalah budaya agraris. Adapun ilmu yang
berkembang adalah ilmu pertanian. Ilmu pertanian ini memberikan pandanganpandangan baru terhadap budaya, misalnya ritual-ritual khusus menjelang panen,
mata pencaharian sebagai petani, alat-alat pertanian dan lain-lain. Pola Hubungan
Ilmu dan budaya dan Teknologi antara ilmu dan budaya keduanya memiliki
keterkaitan karena kedua-duanya saling mempengaruhi. Keduanya juga memiliki
kaitan erat dengan manusia, karena manusia inilah yang membentuk budaya,

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 53
merumuskan ilmu dan menciptakan teknologi, serta mengembangkan keduaduanya, karena manusia mempunyai akal dan bahasa.

ILMU DAN MATEMATIKA

A. Pengertian Ilmu
Ilmu berasal dari bahasa Arab: „alima, ya„lamu, „ilman yang berarti
mengerti, memahami benar-benar. Dalam bahasa Inggris ilmu disebut science dan
bahasa latin scientia(pengetahuan). Dalam kamus besar bahasa Indonesia Ilmu
diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem
menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan
gejala-gejala tertentu dibidang pengetahuan itu. Ada orang yang menamakannya
ilmu, ada yang menamakannya ilmu pengetahuan, dan ada pula yang
menyebutnya saint. Keberagaman istilah tersebut adalah suatu usaha untuk
melahirkan padanan (meng-Indonesiakan) kata science yang asalnya dari bahasa
Inggris. Dari segi maknanya, pengertian ilmu sepanjang yang dibaca dalam
pustaka menunjukkan pada sekurang-kurangnya tiga hal: pengetahuan, aktivitas
dan metode.
Dalam hal yang pertama dan ini yang terumum, Ilmu senantiasa berarti
pengetahuan. Diantara fara filsuf dari berbagai aliran terdapat pemahaman umum
bahwa ilmu adalah suatu kumpulan yang sistimatis dari pengetahuan yang
dihimpun dengan perantaraan metode ilmiah. Pengetahuan sesungguhnya
hanyalah hasil atau produk dari suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia.
Dengan demikian dapatlah dipahami bilamana ada makna tambahan dari ilmu
sebagai aktivitas (atau suatu proses yakni serangkaian aktivitas yang dilakukan
oleh manusia).
Menurut Prof Harold H Titus, banyak orang telah mempergunakan istilah
ilmu untuk menyebut suatu metode guna memperoleh pengetahuan yang objective
dan dapat diperiksa kebenarannya. Pengertian ilmu sebagai pengetahuan, aktivitas
atau metode itu bila ditinjau lebih mendalam sesungguhnya tidak saling

REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 54
bertentangan. Bahkan sebaliknya, ketiga hal itu merupakan kesatuan logis yang
mesti ada secara berurutan. Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas manusia,
aktivitas itu harus dilaksanakan dengan metode tertentu dan aktivitas itu
menghasilkan pengetahuan yang sistimatis.

B. Pengertian Matematika
Matematika diambil dari bahasa Yunani, (μαθηματικά – mathēmatiká)
Perkataan itu mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu
(knowledge,science), secara umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari
struktur, perubahan, dan ruang: tak lebih resmi, seorang mungkin mengatakan
adalah penelitian bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis, matematika
adalah pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur abstrak menggunakan
logika simbolik dan notasi matematika; pandangan lain tergambar dalam filosofi
matematika.
Beberapa aliran dalam filsafat matematika:
1. Aliran Logistik
Pelopornya : Immanuel Kant (1724 – 1804)
Berpendapat bahwa matematika merupakan cara logis (logistik) yang salah
atau benarnya dapat ditentukan tanpa mempelajari dunia empiris.
Matematika murni merupakan cabang dari logika, konsep matematika dapat
di reduksikan menjadi konsep logika.
2. Aliran Intuisionis
Pelopornya : Jan Brouwer (1881 – 1966)
Berpendapat bahwa matematika itu bersifat intusionis
Intuisi murni dari berhitung merupakan titik tolak tentang matematika
bilangan. Hakekat sebuah bilangan harus dapat dibentuk melalui kegiatan
intuitif dalam berhitung dan menghitung.
3. Aliran Formalis
Pelopornya : David Hilbert (1862 – 1943)
Berpendapat bahwa matematika merupakan pengetahuan tentang struktur
formal dari lambang . Kaum formalis menekankan pada aspek formal dari
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Page 55
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan
Review henry kurniawan

More Related Content

What's hot

Pengetahuan dan Intelegensi
Pengetahuan dan IntelegensiPengetahuan dan Intelegensi
Pengetahuan dan Intelegensireycaesarly
 
Pengetahuan dan Intelegensi Manusia Pengertian Dalam Manusia
Pengetahuan dan Intelegensi Manusia Pengertian Dalam ManusiaPengetahuan dan Intelegensi Manusia Pengertian Dalam Manusia
Pengetahuan dan Intelegensi Manusia Pengertian Dalam ManusiaElvina Salim
 
Pengetahuan dan intelegensi manusia
Pengetahuan dan intelegensi manusia Pengetahuan dan intelegensi manusia
Pengetahuan dan intelegensi manusia Rezky Gusnadindra
 
Syarifudin, map theory dakwah dan komunikasi
Syarifudin, map theory dakwah dan komunikasiSyarifudin, map theory dakwah dan komunikasi
Syarifudin, map theory dakwah dan komunikasiSyarifudin Amq
 
Filsafat Perenial: Materi "Adæquatio 1," Keluar dari Kemelut (E.F. Schumacher)
Filsafat Perenial: Materi "Adæquatio 1," Keluar dari Kemelut (E.F. Schumacher)Filsafat Perenial: Materi "Adæquatio 1," Keluar dari Kemelut (E.F. Schumacher)
Filsafat Perenial: Materi "Adæquatio 1," Keluar dari Kemelut (E.F. Schumacher)Leonardus Bima S. Laiyanan
 
Tugas mata kuliah metakognitif
Tugas mata kuliah metakognitifTugas mata kuliah metakognitif
Tugas mata kuliah metakognitifchamimmah
 
Perkembangan Psikologi Kognitif
Perkembangan Psikologi KognitifPerkembangan Psikologi Kognitif
Perkembangan Psikologi KognitifBintang Bagaskara
 
Ujian 1 met lit
Ujian 1 met litUjian 1 met lit
Ujian 1 met litutarigitam
 
Identitas sosial
Identitas sosialIdentitas sosial
Identitas sosialsoraa501
 
Dimensi tersembunyi sebuah kesuksesan
Dimensi tersembunyi sebuah kesuksesanDimensi tersembunyi sebuah kesuksesan
Dimensi tersembunyi sebuah kesuksesanStefanus Widya Roys
 
#Materi Psikologi Komunikasi, Session 2 karakteristik manusia
#Materi Psikologi Komunikasi, Session 2   karakteristik manusia#Materi Psikologi Komunikasi, Session 2   karakteristik manusia
#Materi Psikologi Komunikasi, Session 2 karakteristik manusiaAhmad Kurnia
 

What's hot (15)

filsafat
filsafatfilsafat
filsafat
 
Filsafat ilmu
Filsafat ilmuFilsafat ilmu
Filsafat ilmu
 
Pengetahuan dan Intelegensi
Pengetahuan dan IntelegensiPengetahuan dan Intelegensi
Pengetahuan dan Intelegensi
 
Pengetahuan dan Intelegensi Manusia Pengertian Dalam Manusia
Pengetahuan dan Intelegensi Manusia Pengertian Dalam ManusiaPengetahuan dan Intelegensi Manusia Pengertian Dalam Manusia
Pengetahuan dan Intelegensi Manusia Pengertian Dalam Manusia
 
Pengetahuan dan intelegensi manusia
Pengetahuan dan intelegensi manusia Pengetahuan dan intelegensi manusia
Pengetahuan dan intelegensi manusia
 
Syarifudin, map theory dakwah dan komunikasi
Syarifudin, map theory dakwah dan komunikasiSyarifudin, map theory dakwah dan komunikasi
Syarifudin, map theory dakwah dan komunikasi
 
Mazhab filsafat pendidikan
Mazhab filsafat pendidikanMazhab filsafat pendidikan
Mazhab filsafat pendidikan
 
Filsafat Perenial: Materi "Adæquatio 1," Keluar dari Kemelut (E.F. Schumacher)
Filsafat Perenial: Materi "Adæquatio 1," Keluar dari Kemelut (E.F. Schumacher)Filsafat Perenial: Materi "Adæquatio 1," Keluar dari Kemelut (E.F. Schumacher)
Filsafat Perenial: Materi "Adæquatio 1," Keluar dari Kemelut (E.F. Schumacher)
 
Tugas mata kuliah metakognitif
Tugas mata kuliah metakognitifTugas mata kuliah metakognitif
Tugas mata kuliah metakognitif
 
Perkembangan Psikologi Kognitif
Perkembangan Psikologi KognitifPerkembangan Psikologi Kognitif
Perkembangan Psikologi Kognitif
 
Ujian 1 met lit
Ujian 1 met litUjian 1 met lit
Ujian 1 met lit
 
Identitas sosial
Identitas sosialIdentitas sosial
Identitas sosial
 
Full write up
Full write up Full write up
Full write up
 
Dimensi tersembunyi sebuah kesuksesan
Dimensi tersembunyi sebuah kesuksesanDimensi tersembunyi sebuah kesuksesan
Dimensi tersembunyi sebuah kesuksesan
 
#Materi Psikologi Komunikasi, Session 2 karakteristik manusia
#Materi Psikologi Komunikasi, Session 2   karakteristik manusia#Materi Psikologi Komunikasi, Session 2   karakteristik manusia
#Materi Psikologi Komunikasi, Session 2 karakteristik manusia
 

Similar to Review henry kurniawan

KELOMPOK 3_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU FILSAFAT_KELAS S_UNTAG SU...
KELOMPOK 3_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU FILSAFAT_KELAS S_UNTAG SU...KELOMPOK 3_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU FILSAFAT_KELAS S_UNTAG SU...
KELOMPOK 3_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU FILSAFAT_KELAS S_UNTAG SU...DeffaNovitasari
 
Rangkuman seluruh ppt kelompok 10 pengantar filsafat ilmu kelas s
Rangkuman seluruh ppt kelompok 10 pengantar filsafat ilmu kelas sRangkuman seluruh ppt kelompok 10 pengantar filsafat ilmu kelas s
Rangkuman seluruh ppt kelompok 10 pengantar filsafat ilmu kelas sDwiKhusnulRahmat
 
filsafat-pengetahuan-epistemologi
filsafat-pengetahuan-epistemologifilsafat-pengetahuan-epistemologi
filsafat-pengetahuan-epistemologiCapung Humve
 
Kelompok 12 Rangkuman Seluruh PPT Pengantar Filsafat Ilmu_S
Kelompok 12 Rangkuman Seluruh PPT Pengantar Filsafat Ilmu_SKelompok 12 Rangkuman Seluruh PPT Pengantar Filsafat Ilmu_S
Kelompok 12 Rangkuman Seluruh PPT Pengantar Filsafat Ilmu_SAyuRatnaSari14
 
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_sKelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_slilisnurkhafida
 
Filsafat Pengetahuan (Epistemology) (1).pptx
Filsafat Pengetahuan (Epistemology) (1).pptxFilsafat Pengetahuan (Epistemology) (1).pptx
Filsafat Pengetahuan (Epistemology) (1).pptxAdityaTegarSatrio1
 
ilmu dan pengetahuan
ilmu dan pengetahuanilmu dan pengetahuan
ilmu dan pengetahuanalvinkasenda
 
Kelompok 6 Filsafat Ilmu Full Materi
Kelompok 6 Filsafat Ilmu Full MateriKelompok 6 Filsafat Ilmu Full Materi
Kelompok 6 Filsafat Ilmu Full MateriDimasBimaAndika
 
Filosofi ilmu dalam 3 kajian
Filosofi ilmu dalam 3 kajianFilosofi ilmu dalam 3 kajian
Filosofi ilmu dalam 3 kajianSigit Kindarto
 
Makalah Sumber Pengetahuan
Makalah Sumber PengetahuanMakalah Sumber Pengetahuan
Makalah Sumber Pengetahuansayid bukhari
 
TUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptx
TUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptxTUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptx
TUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptxunknownmukti
 
UICI 2022 -Bab 01 manusia dan ilmu (nota)
UICI 2022 -Bab 01 manusia dan ilmu (nota)UICI 2022 -Bab 01 manusia dan ilmu (nota)
UICI 2022 -Bab 01 manusia dan ilmu (nota)Abdul Khaliq
 
Epistemologi makna & kebenaran ok
Epistemologi makna & kebenaran okEpistemologi makna & kebenaran ok
Epistemologi makna & kebenaran okRizal Fahmi
 

Similar to Review henry kurniawan (20)

KELOMPOK 3_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU FILSAFAT_KELAS S_UNTAG SU...
KELOMPOK 3_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU FILSAFAT_KELAS S_UNTAG SU...KELOMPOK 3_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU FILSAFAT_KELAS S_UNTAG SU...
KELOMPOK 3_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU FILSAFAT_KELAS S_UNTAG SU...
 
Rangkuman seluruh ppt kelompok 10 pengantar filsafat ilmu kelas s
Rangkuman seluruh ppt kelompok 10 pengantar filsafat ilmu kelas sRangkuman seluruh ppt kelompok 10 pengantar filsafat ilmu kelas s
Rangkuman seluruh ppt kelompok 10 pengantar filsafat ilmu kelas s
 
Kel12_EPISTEMOLOGI.pptx
Kel12_EPISTEMOLOGI.pptxKel12_EPISTEMOLOGI.pptx
Kel12_EPISTEMOLOGI.pptx
 
filsafat-pengetahuan-epistemologi
filsafat-pengetahuan-epistemologifilsafat-pengetahuan-epistemologi
filsafat-pengetahuan-epistemologi
 
Epistemologi
EpistemologiEpistemologi
Epistemologi
 
KELOMPOK 12_PFI_S
KELOMPOK 12_PFI_SKELOMPOK 12_PFI_S
KELOMPOK 12_PFI_S
 
Kelompok 12 Rangkuman Seluruh PPT Pengantar Filsafat Ilmu_S
Kelompok 12 Rangkuman Seluruh PPT Pengantar Filsafat Ilmu_SKelompok 12 Rangkuman Seluruh PPT Pengantar Filsafat Ilmu_S
Kelompok 12 Rangkuman Seluruh PPT Pengantar Filsafat Ilmu_S
 
Filsafat Komunikasi
Filsafat KomunikasiFilsafat Komunikasi
Filsafat Komunikasi
 
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_sKelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
 
Filsafat Pengetahuan (Epistemology) (1).pptx
Filsafat Pengetahuan (Epistemology) (1).pptxFilsafat Pengetahuan (Epistemology) (1).pptx
Filsafat Pengetahuan (Epistemology) (1).pptx
 
filsafat ilmu B1
filsafat ilmu B1filsafat ilmu B1
filsafat ilmu B1
 
ilmu dan pengetahuan
ilmu dan pengetahuanilmu dan pengetahuan
ilmu dan pengetahuan
 
Bab i .2.
Bab i .2.Bab i .2.
Bab i .2.
 
Kelompok 6 Filsafat Ilmu Full Materi
Kelompok 6 Filsafat Ilmu Full MateriKelompok 6 Filsafat Ilmu Full Materi
Kelompok 6 Filsafat Ilmu Full Materi
 
Filosofi ilmu dalam 3 kajian
Filosofi ilmu dalam 3 kajianFilosofi ilmu dalam 3 kajian
Filosofi ilmu dalam 3 kajian
 
Makalah Sumber Pengetahuan
Makalah Sumber PengetahuanMakalah Sumber Pengetahuan
Makalah Sumber Pengetahuan
 
TUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptx
TUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptxTUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptx
TUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptx
 
UICI 2022 -Bab 01 manusia dan ilmu (nota)
UICI 2022 -Bab 01 manusia dan ilmu (nota)UICI 2022 -Bab 01 manusia dan ilmu (nota)
UICI 2022 -Bab 01 manusia dan ilmu (nota)
 
Bab ii kti ..
Bab ii kti ..Bab ii kti ..
Bab ii kti ..
 
Epistemologi makna & kebenaran ok
Epistemologi makna & kebenaran okEpistemologi makna & kebenaran ok
Epistemologi makna & kebenaran ok
 

More from Henry Kurniawan

Keberadaan dan keunikan dalam matematika dan kehidupan
Keberadaan dan keunikan dalam matematika dan kehidupanKeberadaan dan keunikan dalam matematika dan kehidupan
Keberadaan dan keunikan dalam matematika dan kehidupanHenry Kurniawan
 
Jawaban mid landasan dan problematika pendidikan henry
Jawaban mid landasan dan problematika pendidikan henryJawaban mid landasan dan problematika pendidikan henry
Jawaban mid landasan dan problematika pendidikan henryHenry Kurniawan
 
Ppt penyalahgunaan narkoba
Ppt penyalahgunaan narkobaPpt penyalahgunaan narkoba
Ppt penyalahgunaan narkobaHenry Kurniawan
 
Makalah aksiologi henry kurniawan
Makalah aksiologi henry kurniawanMakalah aksiologi henry kurniawan
Makalah aksiologi henry kurniawanHenry Kurniawan
 
Uas filsafat ilmu henry kurniawan (06022681318024)
Uas filsafat ilmu henry kurniawan (06022681318024)Uas filsafat ilmu henry kurniawan (06022681318024)
Uas filsafat ilmu henry kurniawan (06022681318024)Henry Kurniawan
 
Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)
Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)
Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)Henry Kurniawan
 
Silabusmat xii peminatan
Silabusmat xii peminatanSilabusmat xii peminatan
Silabusmat xii peminatanHenry Kurniawan
 

More from Henry Kurniawan (20)

ppt bangun datar
ppt bangun datarppt bangun datar
ppt bangun datar
 
Ahli matematika
Ahli matematikaAhli matematika
Ahli matematika
 
Matematika lafadz
Matematika lafadzMatematika lafadz
Matematika lafadz
 
Keberadaan dan keunikan dalam matematika dan kehidupan
Keberadaan dan keunikan dalam matematika dan kehidupanKeberadaan dan keunikan dalam matematika dan kehidupan
Keberadaan dan keunikan dalam matematika dan kehidupan
 
Mental aritmatika
Mental aritmatikaMental aritmatika
Mental aritmatika
 
Surat lamaran henry
Surat lamaran henrySurat lamaran henry
Surat lamaran henry
 
Keunikan matematika
Keunikan matematikaKeunikan matematika
Keunikan matematika
 
Artikel
ArtikelArtikel
Artikel
 
Jawaban mid landasan dan problematika pendidikan henry
Jawaban mid landasan dan problematika pendidikan henryJawaban mid landasan dan problematika pendidikan henry
Jawaban mid landasan dan problematika pendidikan henry
 
Ppt penyalahgunaan narkoba
Ppt penyalahgunaan narkobaPpt penyalahgunaan narkoba
Ppt penyalahgunaan narkoba
 
MAKALAH LANDASAN
MAKALAH LANDASANMAKALAH LANDASAN
MAKALAH LANDASAN
 
Artikel henry kurniawan
Artikel henry kurniawanArtikel henry kurniawan
Artikel henry kurniawan
 
Makalah aksiologi henry kurniawan
Makalah aksiologi henry kurniawanMakalah aksiologi henry kurniawan
Makalah aksiologi henry kurniawan
 
Uas filsafat ilmu henry kurniawan (06022681318024)
Uas filsafat ilmu henry kurniawan (06022681318024)Uas filsafat ilmu henry kurniawan (06022681318024)
Uas filsafat ilmu henry kurniawan (06022681318024)
 
Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)
Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)
Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)
 
Makalah bab ii
Makalah bab iiMakalah bab ii
Makalah bab ii
 
Ppt bab 2
Ppt bab 2Ppt bab 2
Ppt bab 2
 
Silabusmat xii peminatan
Silabusmat xii peminatanSilabusmat xii peminatan
Silabusmat xii peminatan
 
Silabusmat xi peminatan
Silabusmat xi peminatanSilabusmat xi peminatan
Silabusmat xi peminatan
 
Ppt pythagoras (1)
Ppt pythagoras (1)Ppt pythagoras (1)
Ppt pythagoras (1)
 

Review henry kurniawan

  • 1. RUANG LINGKUP, PEMBAGIAN TUGAS, HAKEKAT PENGETAHUAN A. Arti Pengetahuan Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Ilmu merupakan pengetahuan yang kita gumuli / pergauli sejak bangku SD sampai perguruan tinggi. Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang kepada diri kita sendiri. Filsafat ilmu merupakan bagian dari spistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Menurut Koento Wibisono (tahun 1994) ilmu pengetahuan sebagai satu kesatuan menampakkan diri secara dimensional yaitu ilmu sebagai masyarakat, sebagai proses dan sebagai produk. Pada dasarnya terdapat 2 cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar : 1. Mendasarkan diri kepada rasio 2. Mendasarkan diri kepada pengalaman Kaum rasionalisme mengembangkan paham yang disebut rasionalisme kaum yang mendasarkan diri kepada pengalaman, mengembangkan paham yang disebut empirisme.Sehingga pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut. Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 1
  • 2. secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi. Selain pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan yang didapatkan melalui akal budi yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme. Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang bersifat apriori; tidak menekankan pada pengalaman. Misalnya pengetahuan tentang matematika. Dalam matematika, hasil 1 + 1 = 2 bukan didapatkan melalui pengalaman atau pengamatan empiris, melainkan melalui sebuah pemikiran logis akal budi. Pengetahuan tentang keadaan sehat dan sakit adalah pengalaman seseorang tentang keadaan sehat dan sakitnya seseorang yang menyebabkan seseorang tersebut bertindak untuk mengatasi masalah sakitnya dan bertindak untuk mempertahankan kesehatannya atau bahkan meningkatkan status kesehatannya. Rasa sakit akan menyebabkan seseorang bertindak pasif dan atau aktif dengan tahapan-tahapannya. Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: 1. Pendidikan Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia. 2. Media Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah. 3. Keterpaparan informasi Pengertian informasi menurut Oxfoord English Dictionary, adalah “that of which one is apprised or told: intelligence, news”. Kamus lain menyatakan bahwa REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 2
  • 3. informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu istilah informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU teknologi informasi yang mengartikannya sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu.Sedangkan informasi sendiri mencakup data, teks, image, suara, kode, program komputer, databases . Adanya perbedaan definisi informasi dikarenakan pada hakekatnya informasi tidak dapat diuraikan (intangible), sedangkan informasi itu dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dari data dan observasi terhadap dunia sekitar kita serta diteruskan melalui komunikasi. B. Terjadinya Pengetahuan Masalah terjadinya pengetahuan adalah masalah yang amat penting dalam epistemologi, sebab jawaban terhadap terjadinya pengetahuan maka seseorang akan berwarna pandangan atau paham filsafatnya. Jawabannya yang paling sederhana tentang terjadinya pengetahuan ini apakah berfilsafat a priori atau a posteriori. Pengetahuan a priori adalah pengetahuan yang terjadi tanpa adanya atau melalui pengalaman, baik pengalaman indra maupun pengalaman batin. Sedangkan pengetahuan a posteriori adalah pengetahuan yang terjadi karena adanya pengalaman. Sebagai alat untuk mengetahui terjadinya pengetahuan menurut John Hospers dalam bukunya An Introduction to Philosophical Analysis mengemukakan ada 6 hal yaitu sebagai berikut : 1. Pengalaman Indra (Sense Experience) Orang sering merasa pengindraan merupakan alat yang paling vital dalam memperoleh pengetahuan. Realisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa semua yang dapat diketahui adalah hanya kenyataan. Jadi pengetahuan berawal mula dari kenyataan yang dapat diindrai. Tokoh pemula dari pandangan ini adalah REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 3
  • 4. Aristoteles yang berpendapat bahwa pengetahuan terjadi bila subjek diubah di bawah pengaruh objek. 2. Nalar (Reason) Nalar adalah satu corak berpikir dengan menggabungkan dua pemikiran atau lebih dengan maksud untuk mendapat pengetahuan baru. Principium Identitas adalah sesuatu itu mesti sama dengan dirinya sendiri. Asas ini biasa juga disebut asas kesamaan. Principium Contradictionis, maksudnya bila terdapat dua pendapat yang bertentangan, tidak mungkin keduanya benar dalam waktu yang bersamaan. Asas ini biasa disebut asas pertentangan. Principium Tertii Exclusi, yaitu pada dua pendapat yang berlawanan tidak mungkin keduanya benar dan tidak mungkin keduanya salah. Asas ini disebut asas tidak adanya kemungkinan ketiga. 3. Otoritas (Authority) Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui oleh kelompoknya. Otoritas menjadi salah satu sumber pengetahuan, karena kelompoknya memiliki pengetahuan melalui seseorang yang mempunyai kewibawaan dalam pengetahuannya. Jadi sebagai kesimpulan bahwa pengetahuan yang terjadi karena adanya otoritas adalah pengetahuan yang terjadi melalui wibawa seseorang sehingga orang lain mempunyai pengetahuan. 4. Intuisi (Intuition) Intuisi adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang berupa proses kejiwaan dengan tanpa suatu rangsangan atau stimulus mampu untuk membuat pernyataan yang berupa pengetahuan. Dengan demikian sesungguhnya peran intuisi sebagai sumber pengetahuan karena intuisi merupakan suatu kemampuan yang ada dalam diri manusia yang mampu melahirkan pernyataan yang berupa pengetahuan. REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 4
  • 5. 5. Wahyu (Revelation) Wahyu adalah berita yang disampaikan oleh Tuhan kepada Nabi-Nya untuk kepentingan umatnya. Kita mempunyai pengetahuan melalui wahyu, karena ada kepercayaan tentang sesuatu yang disampaikan itu. Seseorang yang mempunyai pengetahuan melalui wahyu secara dogmatik akan melaksanakan dengan baik. Wahyu dapat dikatakan sebagai salah satu sumber pengetahuan, karena kita mengenal sesuatu dengan melalui kepercayaan kita. 6. Keyakinan (Faith) Keyakinan adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh melalui kepercayaan. Sesungguhnya antara sumber pengetahuan yang berupa wahyu dan keyakinan ini sangat sukar untuk dibedakan secara jelas karena keduanya menetapkan bahwa alat lain yang dipergunakannya adalah kepercayaan. Adapun keyakinan melalui kemampuan kejiwaan manusia yang merupakan pematangan dari kepercayaan. Karena kepercayaan itu bersifat dinamis mampu menyesuaikan dengan keadaan yang sedang terjadi. C. Jenis-jenis Pengetahuan Adapun jenis-jenis pengetahuan menurut pendapat Plato berdasarkan pembagian pengetahuan menurut tingkatan pengetahuan sesuai dengan karakteristik objeknya. Pembagiannya adalah sebagai berikut : 1. Pengetahuan Eikasia (Khayalan) Tingkatan yang paling rendah disebut pengetahuan Eikasia, ialah pengetahuan yang objeknya berupa bayangan atau gambaran. Pengetahuan ini isinya adalah hal-hal yang berhubungan dengan kesenangan atau kesukaan serta kenikmatan manusia yang berpengalaman. 2. Pengetahuan Pistis (Substansial) Satu tingkat diatas eikasia adalah tingkatan pistis atau pengetahuan substansial. Pengetahuan ini adalah pengetahuan mengenal hal-hal yang tampak dalam dunia kenyataan atau hal-hal yang dapat diindrai secara langsung. REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 5
  • 6. 3. Pengetahuan Dianoya (Matematika) Plato menerangkan tingkat pengetahuan ini adalah tingkatan ketiga yang ada di dalamnya sesuatu yang tidak hanya terletak pada fakta atau objek yang tampak, tetapi juga terletak pada bagaimana cara berpikirnya. Dengan demikian dapat dituturkan bahwa bentuk pengetahuan tingkat dianoya ini adalah pengetahuan yang banyak berhubungan dengan masalah matematik atau kuantitas entah luas, isi, jumlah, berat yang semata-mata merupakan kesimpulan dari hipotesis yang diolah oleh akal pikir karenanya pengetahuan ini disebut juga pengetahuan pikir 4. Pengetahuan Noesis (Filsafat) Pengetahuan Neosis adalah pengetahuan tingkatan tertinggi, pengetahuan yang objeknya adalah arche ialah prinsip utama yang mencakup epistemologik dan metafisik. Prinsip utama ini disebut ”IDE”. Plato menerangkan tentang pengetahuan ini adalah hampir sama dengan pengetahuan pikir. Tujuannya adalah untuk mencapai prinsip utama yang isinya hal yang berupa kebaikan, kebenaran dan keadilan. Menurut Plato, cara berpikir untuk mencapai tingkat tertinggi dari pengetahuan itu adalah dengan menggunakan metode dialog sehingga dapat dicapai pengetahuan yang sungguh-sungguh sempurna yang biasa disebut Episteme. D. Asal Usul Pengetahuan 1. Aliran dalam Pengetahuan a. Rasionalisme Aliran ini berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang mencukupi dan yang dapat dipercayai adalah rasio (akal). Akal dapat menurunkan kebenaran daripada dirinya sendiri, yaitu atas dasar asas pertama yang pasti. Metode yang diterapkan adalah deduktif. Filsufnya antara lain : Rene Descartes, B. Spinoza dan Leibniz. b. Empirisme Aliran ini berpendapat bahwa empiris yang menjadi sumber pengetahuan, baik pengalaman yang batiniah maupun lahiriah. Akal bukan jadi sumber pengetahuan, tetai akal mendapat tugas untuk REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 6
  • 7. mengolah bahan yang diperoleh dari pengalaman. Metode yang diterapkan adalah induksi. Filsuf empirisme antara lain : John Locke, David Hume, William James. c. Kritisme Dalam Kritik atas Rasio Murni, I. Kant membedakan tiga macam pengetahuan sebagai berikut : (1) Pengetahuan analitis (2) Pengetahuan sintetis aposteriori (3) Pengetahuan sintetis apriori d. Positivisme Positivisme berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang faktual dan yang positif. Segala uraian dan persoalan yang diluar apa yang ada sebagai fakta atau kenyataan dikesampingkan. Tokoh positivisme adalah August Comte, perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam 3 tahap 3 zaman, yaitu zaman teologis, metafisis dan ilmiah atau zaman positif. 2. Metode Ilmiah Metodologi merupakan hal yang mengkaji urutan langkah yang ditempuh supaya pengetahuan yang diperoleh memenuhi ciri-ciri ilmiah. Metode ialah cara bertindak menurut sistem aturan tertentu. a. Metode Ilmiah yang Bersifat Umum Metode analisis ialah cara penanganan terhadap barang sesuatu atau sesuatu objek ilmiah tertentu dengan jalan memilah-milahkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya. Metode sintesis ialah cara penanganan terhadap suatu objek tertentu dengan cara menggabungkan sesuatu pengetahuan yang baru. A posteriori menunjuk kepada hal yang adanya berdasarkan pengalaman. Metode deduksi ialah cara penanganan terhadap suatu objek tertentu dengan jalan menarik kesimpulan mengenai hal yang bersifat khusus berdasarkan atas ketentuan hal yang bersifat umum. REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 7
  • 8. Metode induksi ialah cara penanganan terhadap sesuatu objek tertentu dengan jalan menarik kesimpulan yang bersifat umum atau yang bersifat lebih umum berdasarkan atas pemahaman atau pengamatan terhadap jumlah hal yang bersifat khusus. b. Metode Penyelidikan Ilmiah Metode siklus-empiris ialah suatu penanganan terhadap sesuatu objek ilmiah tertentu yang biasanya bersifat empiris-kealaman dan yang penerapannya terjadi di tempat yang tertutup. 3. Sarana Berpikir Ilmiah a. Bahasa Ilmiah Bahasa merupakan pernyataan pikiran atau perasaan sebagai alat komunikasi manusia. b. Logika dan Matematika Matematika merupakan salah satu puncak kegemilangan intelektual. Fungsi matematika menjadi sangat penting dalam perkembangan berbagai ilmu pengetahuan. c. Logika dan Statistika Statistik merupakan sarana berpikir yang diperlukan untuk memproses pengetahuan secara ilmiah. Logika dan statistik mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif untuk mencari konsep yang berlaku umum. E. Sumber Pengetahuan Kebenaran adalah pernyataan tanpa ragu. Pada dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Pertama adalah mendasarkan diri kepada rasio dan yang kedua mendasarkan diri kepada pengalaman. Kaum rasionalis mengembangkan paham apa yang kita kenal dengan rasionalisme. Sedangkan mereka yang mendasarkan diri kepada pengalaman mengembangkan paham yang disebut dengan empiris. Kaum rasionalisme mempergunakan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya. Premis yang dipakai dalam penalarannya didapatkan dari ide REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 8
  • 9. yang menurut anggapannya jelas dan dapat diterima. Pengalaman tidaklah membuahkan prinsip dan justru sebaliknya, hanya dengan mengetahui prinsip yang di dapat lewat penalaran rasional itulah maka kita dapat mengerti kejadian yang berlaku dalam alam sekitar kita. Oleh sebab itu maka lewat penalaran rasional akan didapatkan bermacammacam pengetahuan mengenai satu obyek tertentu tanpa adanya suatu konsensus yang dapat diterima oleh semua pihak. Dalam hal ini maka pemikiran rasional cenderung untuk bersifat solipsistik dan subyektif. Lebih jauh Einstein mengingatkan bahwa tak terdapat metode induktif yang memungkinkan berkembangnya konsep dasar suatu ilmu. Kaum empiris menganggap bahwa dunia fisik adalah nyata karena merupakan gejala yang tertangkap oleh pancaindera. Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Tanpa melalui proses berpikir berliku-liku tiba-tiba saja dia sudah sampai disitu. Pengetahuan intuitif dapat dipergunakan sebagai hipotesis bagi analisis selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya pernyataan yang dikemukakannya. Kegiatan intuitif dan analitik bisa bekerja saling membantu dalam menemukan kebenaran. Bagi Maslow intuisi ini merupakan pengalaman pengalaman puncak (peak experience) sedangkan bagi Neitzsche merupakan inteligensi yang paling tinggi. DASAR-DASAR PENGETAHUAN A. Manusia Dan Pengetahuan Manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan mahluk hidup yang lain (hewan dan tumbuhan), karena manusia memiliki akal. Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui manusia. Manusia memerlukan pengetahuan karena manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang sesuatu, dan rasa ingin tahu itu selalu berkembang dari waktu ke waktu untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia yang selalu berubah dan meningkat REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 9
  • 10. dari waktu ke waktu. Penyebab pengetahuan dapat dikembangkan manusia karena dua hal utama yaitu : 1. Manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. 2. Manusia mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan mantap karena adanya kemampuan untuk berpikir menurut suatu alur kerangka pikir tertentu. Secara garis besar cara berpikir seperti ini disebut penalaran. Cara Memperoleh Pengetahuan/Sumber Pengetahuan : 1. Wahyu : pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia. Kebenaran wahyu bersifat mutlak, tidak bisa dibantah. 2. Pengalaman 3. Otoritas/kewenangan/pakar/ahli : otoritas dari sumber pengetahuan tidak semuanya benar. 4. Berpikir deduktif : berpikir dari umum ke khusus, berdasarkan empiris (pengetahuan). 5. Berpikir induktif : berpikir dari khusus ke umum, gejala-gejala yang sama dari apa yang dilihat baru ditarik kesimpulan (rasionalitas). 6. Metode ilmiah : gabungan dari dua cara berpikir ilmiah (deduktifinduktif). Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diperoleh dari metode ilmiah. Auguste Comte (1798-1857) membagi tiga tingkat perkembangan pengetahuan ke dalam tahap yaitu : 1. Religius yang dijadikan postulat ilmiah, sehingga ilmu merupakan penjabaran dari ajaran religi. 2. Metafisika (keberadaan) ujud yang menjadi obyek penelaahan yang terbebas dari dogma religi, dan mengembangkan sistem pengetahuan berdasarkan postulat metafisik tersebut. REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 10
  • 11. 3. Pengetahuan ilmiah yaitu asas-asas yang dipergunakan diuji secara positif dalam proses verifikasi yang obyektif. Perbedaan Manusia dengan Hewan : 1. Makhluk berpikir (homo sapiens) 2. Mampu membuat alat/menggunakannya (homo fiber) 3. Dapat berbicara/berbahasa (homo longuens) 4. Hidup bermasyarakat (homo socius) 5. Hidup berekonomi (homo aeconomicus) 6. Menyadari adanya Tuhan yang Maha Esa (homo relijius) B. Filsafat Filsafat merupakan pemikiran/penelaahan tentang sesuatu secara mendalam, menyeluruh dan berkesinambungan. Penelaahan tentang hakikat dari sesuatu. Pertanyaan tentang apa, siapa, mengapa/ apa sebab, kapan, dimana, bagaimana, dan untuk apa mengenai sesuatu. Karakteristik Berpikir Filsafat : 1. Menyeluruh (keluasan) 2. Mendasar (kedalaman) 3. Spekulatif (perkiraan) Bidang Kajian Filsafat Ilmu : Bagian dari filsafat pengetahuan yang membicarakan tentang : Apa? = ontologis (berbicara tentang apa itu ilmu) Bagaimana caranya? = epistemologis (cara-cara memperoleh ilmu/metode ilmiah) Untuk apa ilmu? = aksiologis Cabang-Cabang Filsafat : 1. Logika (filsafat tentang benar-salah) 2. Etika (filsafat tentang baik-buruk) REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 11
  • 12. 3. Estetika (filsafat tentang indah-jelek), estetika dalam filsafat imu bersifat subjektif. Etika/budaya di Indonesia : - Tidak boleh memegang kepala - Cara makan duduk C. Hakekat Penalaran Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Tiap jalan pikiran mempunyai apa yang disebut sebagai kriteria kebenaran, dan kriteria kebenaran ini merupakan landasaan bagi proses penemuan kebenaran, dan tiap-tiap jenis penalaran mempunyai kriteria kebenarannya masing-masing. Ciri-ciri penalaran yaitu : 1. Adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika. Dalam hal ini maka dapat kita katakan bahwa tiap bentuk penalaran mempunyai logikanya tersendiri atau kegiatan penalaran merupakan suatu proses berpikir logis. Berpikir logis di sini harus diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu, atau dengan kata lain, menurut logika tertentu. 2. Sifat analitik dari proses berpikirnya. Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang menyandarkan diri kepada suatu analisis, dan kerangka berpikir yang dipergunakan untuk analisis tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan. Artinya penalaran ilmiah merupakan suatu kegiatan analisis yang mempergunakan logika ilmiah, dan demikian juga penalaran lainnya yang mempergunakan logikanya sendiri pula. Sifat analitik ini, kalau kita kaji lebih jauh, merupakan konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir tertentu. Tanpa adanya pola berpikir tersebut maka tidak akan ada kegiatan analisis, sebab analisis pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 12
  • 13. Tidak semua kegiatan berpikir mandasarkan diri kepada penalaran, tidak semua kegiatan bepikir bersifat logis dan analitis. Dengan demikian maka kita dapat membedakan secara garis besar ciri-ciri berpikir menurut penalaran dan berpikir yang bukan berdasarkan penalaran yaitu : 1. “Merasa” merupakan suatu cara penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran. 2. Intuisi merupakan suatu kegiatan berpikir yang non-analitik yang tidak mendasarkan diri kepada suatu pola berpikir tertentu. Pemikiran intuitif ini memegang peranan yang penting dalam masyarakat yang berpikir nonanalitik, yang kemudian sering bergaul dengan perasaan. Jadi secara luas dapat kita katakan bahwa cara berpikir masyarakat dapat dikategorikan pada berpikir analitik yang berupa penalaran dan cara berpikir yang non-analitik yang berupa intuisi dan perasaan. D. Logika Logika adalah suatu penarikan kesimpulan baru yang dianggap sahih (valid) jika proses penarikan kesimpulan itu dilakukan manurut cara tertentu. Dua jenis cara penarikan kesimpulan, yakni : 1. Logika induktif Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. 2. Logika deduktif Logika deduktif bertolak dari pernyataan yang bersifat umum menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogisme. Pada dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar yaitu : REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 13
  • 14. 1. Rasio Kaum rasionalis mengembangkan paham yang kita kenal dengan rasionalisme 2. Pengalaman. Mereka yang mendasarkan diri kepada pengalaman mengembangkan paham yang disebut empirisme. E. Ontologis Ilmu Ilmu (sains) itu apa ? Bidang kajian ilmu : 1. Ilmu pengetahuan alam (IPA/Science) : yang dipelajari semua benda2 alam, semua ditinjau dari 3 aspek (fisik, kimiawi, biologis) Contoh : - kimia (kimia tidak hanya manusia, tetapi hewan & tumbuhan juga ada) 2. Ilmu pengetahuan social (social science) : objek material/yang dikaji khusus manusia saja, ditinjau dari semua aspek kecuali fisik, kimiawi, biologis Syarat ilmu : 1. Sesuai dengan logika, pengetahuan 2. Empiris/bisa dibuktikan secara fakta Karakteristik IPA & IPS : IPA IPS Eksak - Non eksak Keakuratannya tinggi - Keakuratannya rendah Apa adanya - Tidak apa adanya Perkembangannya pesat - Jalan ditempat Menghasilkan teknologi - Pemanfaatan teknologi REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 14
  • 15. Kebenaran ada 2 : 1. Bersifat mutlak/absolut, kebenaran yg berasal dari wahyu 2. Kebenaran ilmiah bermula dari keraguan. Benar menurut logika, teori & kenyataan. Kebenaran ilmiah (kajian ilmu) : 1. Sesuai dengan akal fikiran manusia 2. Sesuai dengan hasil penginderaan manusia (dilihat, didengar, dicium, dirasakan, dan diraba) Ciri-ciri ilmu (kebenaran ilmiah) : 1. Obyektif : sesuai objeknya 2. Sistematis : ada suatu keteraturan 3. Metodologis : ada caranya 4. Relatif : tidak mutlak 5. Tentatif : tetap dipertahankan sebelum ada yang membantahnya atau ditemukannya ilmu yang baru 6. Skeptis : ragu (ilmu bermula dari suatu keraguan) F. Epistemologis Ilmu Metode Ilmiah (Scientific Method) • Timbul permasalahan • Kajian teoritis • Hipotesis • Pengumpulan data • Pengolahan/analisis data • Pengujian hipoteis • Kesimpulan/ generalisasi Keterbatasan ilmu : - Terbatas pada daya fikir manusia (hal-hal yang tidak masuk akal, bukan bidang kajian ilmu) - Terbatas pada kemampuan penginderaan manusia REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 15
  • 16. - Hal-hal yang tidak bisa diamati bukan bidang kajian ilmu Perbedaan Antara Agama dan Ilmu : Agama Ilmu Mutlak - Relatif, tentatif Sepanjang masa - Tidak sepanjang masa Bermula dari keyakinan - Bermula dari keraguan Diperdalam melalui ilmu - Memperkuatkeyakinan - Bisa diperdebatkan agama Tidak bisa dibantah G. Aksiologis Ilmu Ilmu itu untuk apa dan untuk siapa? Fungsi Ilmu : Menjelaskan Memprediksi Mengendalikan Sikap Ilmiah : Rasa ingin tahu Jujur Obyektif Skeptis Kritis Peduli lingkungan Menghargai pendapat orang lain H. Kriteria Kebenaran Kebenaran adalah suatu pernyataan tanpa ragu. Untuk menentukan kepercayaan dari sesuatu yang dianggap benar, Menurut (Mawardi, Imam. 2008) para filosof bersandar kepada 3 cara untuk menguji kebenaran, yaitu : REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 16
  • 17. 1. Teori Korespondensi Teori Korespondensi suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut (Suriasumantri, 1990:57). Menurut teori koresponden, ada atau tidaknya keyakinan tidak mempunyai hubungan langsung terhadap kebenaran atau kekeliruan, oleh karena atau kekeliruan itu tergantung kepada kondisi yag sudah ditetapkan atau diingkari. Jika sesuatu pertimbangan sesuai dengan fakta, maka pertimbangan ini benar, jika tidak, maka pertimbangan itu salah (Jujun, 1990:237). 2. Teori Koherensi Berdasarkan teori ini suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar (Jujun, 1990:55)., artinya pertimbangan adalah benar jika pertimbangan itu bersifat konsisten dengan pertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya, yaitu yang koheren menurut logika. Kelompok idealis, seperti Plato juga filosof-filosof modern seperti Hegel, Bradley dan Royce memperluas prinsip koherensi sehingga meliputi dunia; dengan begitu maka tiap-tiap pertimbangan yang benar dan tiap-tiap sistem kebenaran yang parsial bersifat terus menerus dengan keseluruhan realitas dan memperolah arti dari keseluruhan tersebut (Titus, 1987:239). Meskipun demikian perlu lebih dinyatakan dengan referensi kepada konsistensi faktual, yakni persetujuan antara suatu perkembangan dan suatu situasi lingkungan tertentu. 3. Teori Pragmatisme Teori Pragmatisme dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1839-1914) dalam sebuah makalah yang terbit pada tahun 1878 yangberjudul “How to Make Ideals Clear”. Teori ini kemudian dikembangkan oleh beberapa ahli filsafat yang kebanyakan adalah berkebangsaan Amerika yang menyebabkan filsafat ini sering dikaitkan dengan filsafat Amerika. Ahli-ahli filasafat ini di antaranya adalah REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 17
  • 18. William James (1842-1910), John Dewey (1859-1952), George Hobart Mead (1863-1931) dan C.I. Lewis (Jujun, 1990:57). Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar ialah apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibatakibatnya yang bermanfaat secara praktis. Pegangan pragmatis adalah logika pengamatan dimana kebenaran itu membawa manfaat bagi hidup praktis dalam kehidupan manusia. 4. Teori Positivisme Teori Positivisme dirintis oleh August Comte (1798-1857), yang dianggap sebagai Bapak ilmu Sosiologi Barat. Positivisme adalah cara pandang dalam memahami dunia dengan berdasarkan Sains. Positivisme sebagai perkembangan Empirisme yang ekstrem, adalah pandangan yang menggangap bahwa yang dapat diselidiki atau dipelajari hanyalah “data-data yang nyata/empirik”, atau yang mereka namakan positif. Penganut paham Positivisme meyakini bahwa hanya ada sedikit perbedaan (jika ada) antara ilmu social dan ilmu alam, karena masyarakat dan kehidupan sosial berjalan berdasarkan aturan-aturan, demikian juga alam. 5. Teori Esensialisme Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaannya yang utama ialah dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, serta terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensialisme berpendapat bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. 6. Teori Konstruktivisme Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 18
  • 19. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. 7. Teori Religiusisme Teori Religiusisme memaparkan bahwa manusia bukanlah semata-mata makhluk jasmaniah, tetapi juga makhluk rohaniah. Oleh karena itu, muncullah teori religious ini yang kebenarannya secara ontologis dan aksiologis bersumber dari sabda Tuhan yang disampaikan melalui wahyu. Secara pasti, kita tidak akan mendapatkan kebenaran mutlak, dan untuk mengukur kebenaran dalam filsafat sesungguhnya tergantung kepada kita oleh metode-metode untuk memperoleh pengetahuan itu. ONTOLOGI PENGETAHUAN A. Definisi Ontologi Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu yang berwujud dan logos berarti ilmu. Jadi ontologi dapat diartikan sebagai ilmu atau teori tentang wujud hakikat yang ada. Hakikat dalam kajian ontologi adalah keadaan sebenarnya dari sesuatu, bukan keadaan sementara yang selalu berubah-ubah. B. Objek Ontologi Objek telaah ontologi adalah yang ada. Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, atau dalam rumusan Lorens Bagus; menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua bentuknya. REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 19
  • 20. 1. Objek Formal Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan kuantitatif, realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, tealaahnya akan menjadi kualitatif, realitas akan tampil menjadi aliran-aliran materialisme, idealisme, naturalisme, atau hylomorphisme. 2. Metode dalam Ontologi Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi, yaitu : abstraksi fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metaphisik. Abstraksi fisik menampilkan keseluruhan sifat khas sesuatu objek, sedangkan abstraksi bentuk mendeskripsikan sifat umum yang menjadi ciri semua sesuatu yang sejenis. Abstraksi metaphisik mengetengahkan prinsip umum yang menjadi dasar dari semua realitas. Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi adalah abstraksi metaphisik.Sedangkan metode pembuktian dalam ontologi oleh Laurens Bagus di bedakan menjadi dua, yaitu : pembuktian a priori dan pembuktian a posteriori. C. Metafisika Ontologi menurut A.R. Lacey, ontologi berarti „” a central part of metaphisics” (bagian sentral dari metafisika) sedangkan metafisika diartikan sebagai that which comes after physics, … the study of nature in general (studi umum mengenai alam). Metafisika adalah studi keberadaan atau realitas. Metafisika mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti :  Apa sebenarnya realitas benda itu?  Apakah sesuai dengan wujud penampakannya atau tidak?  Apakah kedudukan ilmu dalam ruang yang ada ini?  Benarkah ilmu itu ada? Metafisika merupakan bagian dari ontologi, tetapi pada pembahasan lain, ontologi merupakan salah satu dimensi saja dari metafisika. Karena itu, metafisika dan ontologi merupakan dua hal yang saling terkait. Bidang metafisika merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafai, termasuk pemikiran ilmiah. REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 20
  • 21. Metafisika berusaha menggagas jawaban tentang apakah alam ini. Terdapat Beberapa penafsiran yang diberikan manusia mengenai alam ini (Jujun, 2005). a. Supernaturalisme Di alam terdapat wujud-wujud gaib (supernatural) dan ujud ini bersifat lebih tinggi atau lebih berkuasa dibandingkan dengan alam yang nyata. b. Naturalisme Paham ini amat bertentangan dengan paham supernaturalisme. Paham naturalisme menganggap bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat gaib, melainkan karena kekuatan yang terdapat dalam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan dapat diketahui. D. Asumsi Ilmu mengemukakan bebearapa asumsi mengenai objek empiris. Ilmu menganggap bahwa objek-objek empiris yang menjadi bidang penelaahannya mempunyai sifat keragaman, memperlihatkan sifat berulang dan semuanya jalin-menjalin secara teratur. Ilmu mempunyai tiga asumsi mengenai objek empiris, yaitu : 1. Asumsi pertama menganggap objek-objek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain, umpamanya dalamhal bentuk, struktur, sifat dan sebagainya. 2. Asumsi yang kedua adalah anggapan bahwa suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu. 3. Asumsi ketiga yaitu Determinasi, asumsi yang menganggap tiap gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan. E. Peluang Salah satu referensi dalam mencari kebenaran, manusia berpaling kepada ilmu. Hal ini dikarenakan ciri-ciri ilmu tersebut yang dalam proses pembentukannya sangat ketat dengan alatnya berupa metode ilmiah. Hanya saja terkadang kepercayaan manusia akan sesuatu itu terlalu tinggi sehingga seolaholah apa yang telah dinyatakan oleh ilmu akan bersih dari kekeliruan atau REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 21
  • 22. kesalahan. Satu hal yang perlu disadari bahwa “… ilmu tidak pernah ingin dan tidak pernah berpotensi untuk mendapatkan pengetahuan yang bersifat mutlak” (Jujun : 79). Hal ini menyadarkan kita bahwa suatu ilmu menawarkan kepada kita suatu jawaban yang berupa peluang. Yang didalamnya selain terdapat kemungkinan bernilai benar juga mengandung kemungkinan yang bernilai salah. Nilai kebenarannya pun tergantung dari persentase kebenaran yang dikandung ilmu tersebut. Sehingga ini akan menuntun kita kepada seberapa besar kepercayaan kita akan kita tumpukkan pada jawaban yang diberikan oleh ilmu tersebut. F. Aliran-Aliran Ontologi Dalam pemahaman ontologi dapat dikemukakan pandangan pokok sebagai berikut : 1. Monoisme Monisme adalah aliran yang memberikan gagasan metafisis bahwa kosmos terbuat dari satu jenis Zat. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal, baik yang asal berupa materi ataupun berupa rohani. Paham ini kemudian terbagi ke dalam dua aliran : a. Materialisme Menurut aliran ini, yang sesungguhnya ada adalah keberadaan yang bersifat material atau bergantung terhadap materi. b. Idealisme Sebagai lawan materialisme adalah aliran idealisme. Aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh (sukma) atau sejenis dengannya, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang. 2. Dualisme Dualisme merupakan aliran filsafat yang mencoba memadukan antara dua faham yang saling bertentangan yaitu materialisme dan idealisme. Dualisme mengatakan bahwa materi dan ruh sama-sama hakikat. Tokoh paham ini adalah Descartes (1596-1650 M) yang dianggap sebagai bapak filsafat modern. la REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 22
  • 23. menamakan kedua hakikat itu dengan istilah dunia kesadaran (ruhani) dan dunia ruang (kebendaan). 3. Pluralisme Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata. 4. Nihilisme Nihilisme berasal dari Bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada. Istilah nihilisme diperkenalkan oleh Ivan Turgeniev. Doktrin tentang nihilisme, yaitu pada pandangan Gorgias (483-360 SM) yang memberikan tiga proposisi tentang realitas yaitu tidak ada sesuatu pun yang eksis, bila sesuatu itu ada maka isinya tidak dapat diketahui, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui maka isinya tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain. 5. Agnostisisme Agnostisisme adalah aliran yang mengatakan bahwa manusia tidak mungkin mengetahui hakikat sesuatu di balik kenyataan ini. Baik hakikat materi maupun hakikat ruhani. Aliran ini dengan tegas selalu menyangkal adanya suatu kenyataan mutlak yang bersifat trancendent. G. Karakteristik (Ontologi) Ilmu Pengetahuan Karakteristik (ontologi) ilmu pengetahuan, yaitu : 1. Ilmu berasal dari riset (penelitian) 2. Tidak ada konsep wahyu 3. Adanya konsep pengetahuan empiris 4. Pengetahuan rasional, bukan keyakinan 5. Pengetahuan objektif 6. Pengetahuan sistematik 7. Pengetahuan metodologis 8. Pengetahuan observatif 9. Menghargai asas verifikasi (pembuktian) 10. Menghargai asas eksplanatif (penjelasan) REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 23
  • 24. 11. Menghargai asas keterbukaan dan dapat diulang kembali 12. Menghargai asas skeptikisme yang radikal 13. Melakukan pembuktian bentuk kausalitas 14. Mengakui pengetahuan dan konsep yang relatif (bukan absolut) 15. Mengakui adanya logika-logika ilmiah 16. Memiliki berbagai hipotesis dan teori-teori ilmiah 17. Memiliki konsep tentang hokum-hukum alam yang telah dibuktikan 18. Pengetahuan bersifat netral atau tidak memihak 19. Menghargai berbagai metode eksperimen 20. Melakukan terapan ilmu menjadi teknologi H. Perbandingan Ontologi Sains Dan Ontologi Filsafat Perbedaan ontologi berdasarkan sains dan filsafat, yaitu : 1. Sains merupakan ilmu yang bersifat rasional – empiris yakni teori yang dibuat sesuai logika dan kenyataan, sedangkan filsafat adalah ilmu yang hanya logis tapi tidak empiris, karena hanya berdasar pada pemikiran semata. 2. Karena sains adalah ilmu yang rasional empiris, maka struktur sains dibagi berdasarkan obyeknya, menjadi sains kealaman dan sains sosial. Sedangkan filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu secara mendalam hanya dengan menggunakan fikiran. Struktur filsafat dibagi menjadi : ontologi (membicarakan hakikat), epistemologi (cara memperoleh pengetahuan), dan aksiologi (membicarakan guna pengetahuan itu). EPISTEMOLOGI PENGETAHUAN A. Pengertian Epistemologi Secara historis, istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh J.F. Ferrier, untuk membedakan dua cabang filsafat, epistemologi dan ontologi. Sebagai sub sistem filsafat, epistemologi ternyata menyimpan “misteri” pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami. Pengertian epistemologi REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 24
  • 25. ini cukup menjadi perhatian para ahli, tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya, sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda, buka saja pada redaksinya, melainkan juga pada substansi persoalannya. Substansi persoalan menjadi titik sentral dalam upaya memahami pengertian suatu konsep, meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan. Lazimnya, pembahasan konsep apa pun, selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis, guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut. Hal ini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya. Misalnya, seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri. Setelah memahami substansi belajar tersebut, dia baru bisa menjelaskan proses belajar, gaya belajar, teori belajar, prinsip-prinsip belajar, hambatan-hambatan belajar, cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya. Jadi, pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan “jalan pembuka” bagi pembahasan-pembahasan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian). Demikian pula, pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya, sehingga memperlancar pembahasan selukbeluk yang terkait dengan epistemologi itu. Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu. Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge). Secara etimologi, istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan, dan logos berarti teori. Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan. Dalam Epistemologi, pertanyaan pokoknya adalah “apa yang dapat saya ketahui”? Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah: 1.Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu?; 2). Dari mana pengetahuan itu dapat REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 25
  • 26. diperoleh?; 3). Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2003, hal.32). Pengertian lain, menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan: apakah sumber-sumber pengetahuan ? apakah hakikat, jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan? Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William S.Sahakian dan Mabel Lewis Sahakian, 1965, dalam Jujun S.Suriasumantri, 2005). Menurut Musa Asy‟arie, epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu, dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu. Sedangkan, P.Hardono Hadi menyatakan, bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan, pengandaian-pengendaian dan dasarnya, serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Sedangkan D.W Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, dasar dan pengendaianpengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan. Inti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama. Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan, sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan. Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan. Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan, sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan, sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya. Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan, yaitu realisme dan idealisme. Selanjutnya, pengertian epistemologi yang lebih jelas daripada kedua pengertian tersebut, diungkapkan oleh Dagobert D.Runes. Dia menyatakan, bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber, struktur, REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 26
  • 27. metode-metode dan validitas pengetahuan. Sementara itu, Azyumardi Azra menambahkan, bahwa epistemologi sebagai “ilmu yang membahas tentang keasliam, pengertian, struktur, metode dan validitas ilmu pengetahuan”. Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut, tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut, tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan yang relatif lebih mudah dipahami. B. Ruang Lingkup Epistemologi Bertolak dari pengertian-pengertian epistemologi tersebut, kiranya kita perlu merinci aspek-aspek yang menjadi cakupannya atau ruang lingkupnya. Sebenarnya masing-masing definisi diatas telah memberi pemahaman tentang ruang lingkup epistemologi sekaligus, karena definisi-definisi itu tampaknya didasarkan pada rincian aspek-aspek yang tercakup dalam lingkup epistemologi daripada aspek-aspek lainnya, seperti proses maupun tujuan. Akan tetapi, ada baiknya dikemukakan pernyataan-pernyataan lain yang mencoba menguraikan ruang lingkup epistemologi, sebab pernyataan-pernyataan ini akan membantu pemahaman secara makin komprehensif dan utuh (holistik) mengenai ruang lingkup pemabahasan epistemologi. Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek, yaitu hakikat, unsur, macam, tumpuan, batas, dan sasaran pengetahuan. Sedangkan, A.M Saefuddin menyebutkan, bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab, apakah ilmu itu, dari mana asalnya, apa sumbernya, apa hakikatnya, bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar, apa kebenaran itu, mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar, apa yang dapat kita ketahui, dan sampai dimanakah batasannya. Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok; masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu. Jadi meskipun epistemologi itu merupakan sub sistem filsafat, tetapi cakupannya luas sekali. Jika kita memadukan rincian aspek-aspek epistemologi, sebagaimana diuraikan tersebut, maka teori pengetahuan itu bisa meliputi, hakikat, keaslian, sumber, struktur, metode, validias, unsur, macam, tumpuan, REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 27
  • 28. batas, sasaran, dasar, pengandaian, kodrat, pertanggungjawaban dan skope pengetahuan. Mengingat epistemologi mencakup aspek yang begitu luas, sampai Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan, bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat. Usaha menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang tertentu. Filsafat merupakan refleksi, dan refleksi selalu bersifat kritis, maka tidak mungkin seserorang memiliki suatu metafisika yang tidak sekaligus merupakan epistemologi dari metafisika, atau psikologi yang tidak sekaligus epistemologi dari psikologi, atau bahkan suatu sains yang bukan epistemologi dari sains. Epistemologi senantiasa “mengawali” dimensi-dimensi lainnya, terutama ketika dimensi-dimensi itu dicoba untuk digali. Kenyataan ini kembali mempertegas, bahwa antara epistemologi selalu berkaitan dengan ontologi dan aksiologi, melainkan bisa juga sebaliknya, ontologi dan aksiologi serta dimensi lainnya, seperti psikologi selalu diiringi oleh epistemologi. Kenyataannya, saat ini literatur-literatur filsafat masih terjadi pemusatan perhatian pada aspek-aspek tertentu saja. Aspek-aspek itu berkisar pada sumber pengetahuan, dan pembentukan pengetahuan. M. Amin Abdullah menilai, bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asalusul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis. Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah. Sementara itu, aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi, atau setidak-tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak. Kecenderungan sepihak ini menimbulkan kesan seolah-olah cakupan pembahasan epistemologi itu hanya terbatas pada sumber dan metode pengetahuan, bahkan epistemologi sering hanya diidentikkan dengan metode pengetahuan. Terlebih lagi ketika dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi secara sistemik, seserorang cenderung menyederhanakan pemahaman, sehingga memaknai epistemologi sebagai metode pemikiran, ontologi sebagai objek pemikiran, sedangkan aksiologi sebagai hasil pemikiran, sehingga senantiasa REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 28
  • 29. berkaitan dengan nilai, baik yang bercorak positif maupun negatif. Padahal sebenarnya metode pengetahuan itu hanya salah satu bagian dari cakupan wilayah epistemologi. Bagian-bagian lainnya jauh lebih banyak, sebagaimana diuraikan di atas. Namun, penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang, terutama pada tahap pemula untuk mengenali sistematika filsafat, khususnya bidang epistemologi. Hanya saja, jika dia ingin mendalami dan menajamkan pemahaman epistemologi, tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi sebatas metode pengetahuan, akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang amat luas, yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan “bangunan” pengetahuan. C. Objek Dan Tujuan Epistemologi Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan, sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur. Jika diamati secara cermat, sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan. Objek sama dengan sasaran, sedang tujuan hampir sama dengan harapan. Meskipun berbeda, tetapi objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan, sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan. Dengan kata lain, tujuan baru dapat diperoleh, jika telah melalui objek lebih dulu. Aktivitas berfikir dalam kecenderungan pertama (satu tujuan dengan objek yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian cara sebanyak-banyaknya, sedang berpikir dalam kecenderungan kedua (satu objek untuk tujuan yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian hasil yang sebanyak-banyaknya. Hal ini merupakan implikasi dari tekanan masing-masing pola berpikir tersebut. Secara global, baik berpikir dalam kecenderungan pertama maupun kecenderungan kedua, tetap saja membutuhkan banyak cara untuk mewujudkan keinginan pemikirnya. Dalam filsafat terdapat objek material dan objek formal. Objek material adalah sarwa-yang-ada, yang secara garis besar meliputi hakikat Tuhan, hakikat alam dan hakikat manusia. Sedangkan objek formal ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya, sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat (sarwa-yang-ada). Sebagai sub sistem filsafat, epistemologi atau REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 29
  • 30. teori pengetahuan yang pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu. Objek epistemologi ini menurut Jujun S.Suriasumatri berupa “segenap proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan.” Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan, sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan. Tanpa suatu sasaran, mustahil tujuan bisa terealisir, sebaliknya tanpa suatu tujuan, maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali. Selanjutnya, apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut. Jacques Martain mengatakan: “Tujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan, apakah saya dapat tahu, tetapi untuk menemukan syaratsyarat yang memungkinkan saya dapat tahu”. Hal ini menunjukkan, bahwa epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari, akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu, yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan. Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika pengetahuan. Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan sampai dia puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan, tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan, sebab keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikap pasif, sedangkan cara memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis. Keadaan pertama hanya berorientasi pada hasil, sedangkan keadaan kedua lebih berorientasi pada proses. Seseorang yang mengetahui prosesnya, tentu akan dapat mengetahui hasilnya, tetapi seseorang yang mengetahui hasilnya, acapkali tidak mengetahui prosesnya. Guru dapat mengajarkan kepada siswanya bahwa dua kali tiga sama dengan enam (2 x 3 = 6) dan siswa mengetahui, bahkan hafal. Namun, siswa yang cerdas tidak pernah puas dengan pengetahuan dan hafalan itu. Dia tentu akan mengejar bagaimana prosesnya, dua kali tiga didapatkan hasil enam. Maka guru yang profesional akan menerangkan proses tersebut secara rinci dan mendetail, REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 30
  • 31. sehingga siswa benar-benar mampu memahaminya dan mampu mengembangkan perkalian angka-angka lainnya. Proses menjadi tahu atau “proses pengetahuan” inilah yang menjadi pembuka terhadap pengetahuan, pemahaman dan pengembangan- pengembangannya. Proses ini bisa diibaratkan seperti kunci gudang, meskipun seseorang diberi tahu bahwa di dalam gudang terdapat bermacam-macam barnag, tetapi dia tetap hanya apriori semata, karena tidak pernah membuktikan. Dengan membawa kuncinya, maka gudang itu akan segera dibuka, kemudian diperiksa satu persatu barang-barang yang ada didalamnya. Dengan demikian, seseorang tidak sekedar mengetahui sesuatu atas informasi orang lain, tetapi benar-benar tahu berdasarkan pembuktian melalui proses itu. D. Landasan Epistemologi Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan pengetahuan, sebab ia merupakan tempat berpijak. Bangunan pengetahuan menjadi mapan, jika memiliki landasan yang kokoh. Bangunan pengetahuan bagaikan bangunan rumah, sedangkan landasan bagaikan fundamennya. Kekuatan bangunan rumah bisa diandalkan berdasarkan kekuatan fundamennya. Demikian juga dengan epistemologi, akan dipengaruhi atau tergantung landasannya. Di dalam filsafat pengetahuan, semuanya tergantung pada titik tolaknya. Sedangkan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah; yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi, ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah. Dengan demikian, metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu, sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan. REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 31
  • 32. Begitu pentingnya fungsi metode ilmiah dalam sains, sehingga banyak pakar yang sangat kuat berpegang teguh pada metode dan cenderung kaku dalam menerapkannya, seakan-akan mereka menganut motto: tak ada sains tanpa metode; akhirnya berkembang menjadi: sains adalah metode. Sikap ini mencerminkan bahwa mereka berlebihan dalam menilai begitu tinggi terhadap metode ilmiah, tanpa menyadari semuanya yang hanya sekedar salah satu sarana dari sains untuk mengukuhkan objektivitas dalam memahami sesuatu. Sesungguhnya sikap berlebihan itu memang riil, tetapi terlepas dari sikap tersebut yang seharusnya tidak perlu terjadi, yang jelas dalam kenyataanya metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam menyusun, membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu. Disini perlu dibedakan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan (ilmu). Pengetahuan adalah pengalaman atau pengetahuan seharihari yang masih berserakan, sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang telah diatur berdasarkan metode ilmiah, sehingga timbul sifat-sifat atau ciricirinya; sistematis, objektif, logis dan empiris. Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan. Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah, karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan. Sesuatu fenomena pengetahuan logis, tetapi tidak empiris, juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan, melaikan termasuk wilayah filsafat. Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan, yaitu rasio dan fakta secara integratif E. Hubungan Epistemologi, Metode Dan Metodologi Selanjutnya perlu ditelusuri dimana posisi metode dan metodologi dalam konteks epistemologi untuk mengetahui kaitan-kaitannya, antara metode, metodologi dan epistemologi. Hal ini perlu penegasan, mengingat dalam kehidupan sehari-hari sering dikacaukan antara metode dengan metodologi dan bahkan dengan epistemologi. Untuk mengetahui peta masing-masing dari ketiga istilah ini, tampaknya perlu memahami terlebih dahulu makna metode dan REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 32
  • 33. metodologi. “Dalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode, yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikaji”. Lebih jauh lagi Peter R.Senn mengemukakan, “metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis”. Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut. Secara sederhana dapat dikatakan, bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui sesuatu. Jika metode merupakan prosedur atau cara mengetahui sesuatu, maka metodologilah yang mengkerangkai secara konseptual terhadap prosedur tersebut. Implikasinya, dalam metodologi dapat ditemukan upaya membahas permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan metode. Metodologi membahas konsep teoritik dari berbagai metode, kelemahan dan kelebihannya dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan, sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis metode-metode yang digunakan dalam penelitian. Penggunaan metode penelitian tanpa memahami metode logisnya mengakibatkan seseorang buta terhadap filsafat ilmu yang dianutnya. Banyak peneliti pemula yang tidak bisa membedakan paradigma penelitian ketika dia mengadakan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Padahal mestinya dia harus benar-benar memahami, bahwa penelitian kuantitatif menggunakan paradigma positivisme, sehingga ditentukan oleh sebab akibat (mengikuti paham determinsime, sesuatu yang ditentukan oleh yang lain), sedangkan penelitian kualitatif menggunakan paradigma naturalisme (fenomenologis). Dengan demikian, metodologi juga menyentuh bahasan tantang aspek filosofis yang menjadi pijakan penerapan suatu metode. Aspek filosofis yang menjadi pijakan metode tersebut terdapat dalam wilayah epistemologi. Oleh karena itu, dapat dijelaskan urutan-urutan secara struktural-teoritis antara epistemologi, metodologi dan metode sebagai berikut: Dari epistemologi, dilanjutkan dengan merinci pada metodologi, yang biasanya terfokus pada metode atau tehnik. Epistemologi itu sendiri adalah sub sistem dari filsafat, maka metode REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 33
  • 34. sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari filsafat. Filsafat mencakup bahasan epistemologi, epistemologi mencakup bahasan metodologis, dan dari metodologi itulah akhirnya diperoleh metode. Jadi, metode merupakan perwujudan dari metodologi, sedangkan metodologi merupakan salah satu aspek yang tercakup dalam epistemologi. Adapun epistemologi merupakan bagian dari filsafat. Dalam filsafat, istilah metodologi berkaitan dengan praktek epistemologi. Secara lebih khusus, problem penyelidikan ilmiah yang secara filosofis menjadi kajian utama cabang epistemologi yang berkaitan dengan problem metodologi juga berkaitan dengan rancangan tata pikir, apa yang benar dan dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan. Kemudian berbicara tentang metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau kebenaran, baik dalam aspek parsial atau total. Lebih jelas lagi, bahwa seseorang yang sedang mempertimbangkan penggunaan dan penerapan metode untuk memperoleh pengetahuan, maka dia harus mengacu pada metodologi, mengingat pembahasan tentang seluk-beluk metode itu ada pada metodologi. Metodologi inilah yang memberikan penjelasan-penjelasan konseptual dan teoritis terhadap metode. F. Hakikat Epistemologi Pembahasan tentang hakikat, lagi-lagi terasa sulit, karena ita tidak bisa menangkapnya, kecuali ciri-cirinya. Apalagi hakikat epistemologi, tentu lebih sulit lagi. Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan, membedakan cabang-cabangnya yang pokok, mengidentifikasikan sumbersumbernya dan menetapkan batas-batasnya. “Apa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahui” adalah masalah-masalah sentral epistemologi, tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat. Pandangan yang lebih ekstrim lagi menurut Kelompok Wina, bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat, melainkan termasuk dalam kajian psikologi. Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia, the workings of human mind. REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 34
  • 35. Tampaknya Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia. Cara pandang demikian akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan spesifikasi-spesifikasi keilmuan. Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia, karena filsafat mengedepankan upaya pendayagunaan pikiran. Kemudian jika diingat, bahwa filsafat adalah landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu, maka seluruh disiplin ilmu selalu berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia, terutama pada saat proses aplikasi metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal sehat. Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain, kecuali psikologi, padahal realitasnya banyak sekali. Oleh karena itu, epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat, walaupun objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik, justru karena epistemologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya. Dalam epistemologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya. Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis dan analitis. Perbedaaan pandangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya bisa dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M. Honer dan Thomas C.Hunt yang menilai, epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi. Sejak semula, epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit, sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri, sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya. Di samping itu, epistemologi tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri, tidak bisa lepas dari ontologi dan aksiologi. Menurut, Jujun S. Suriasumatri, bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan pemahaman yang aspek ontologi sederhana dan aksiologi epistemologi masing-masing. memiliki interrelasi Dalam (saling berhubungan dengan komponen lain, ontologi dan aksiologi). REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 35
  • 36. Selanjutnya, epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia. Ia merupakan parameter yang bisa memetakan, apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidangbidangnya; apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui; apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui; dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui. Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan. Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia. Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar, sehingga tidak perlu diketahui, meskipun memungkinkan untuk diketahui. Ada juga objek yang benar-benar merupakan misteri, sehingga tidak mungkin bisa diketahui. Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia. Seseorang yang senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat umum menuju detail-detailnya, berarti dia menggunakan pendekatan deduktif. Sebaliknya, ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala yang sama, baruk ditarik kesimpulan secara umum, berarti dia menggunakan pendekatan induktif. Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke masa depan yang masih jauh, ada yang hanya berpikir berdasarkan pertimbangan jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan kencenderungan melihat ke belakang, yaitu masa lampau yang telah dilalui. Polapola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang. Kita terkadang menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis, sebab jangkauan berpikirnya adalah masa depan. Tetapi terkadang kita jumpai seseorang dalam melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia, karena jangkauan berpikirnya yang amat pendek, jika dilihat dari kepentingan jangka panjang, maka tindakannya itu justru merugikan. Pada bagian lain dikatakan, bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris. Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran, sebab secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam, yakni pikiran dan indera. Oleh REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 36
  • 37. sebab itu, epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri. Usaha menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional, sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir empiris. Hal ini juga bisa dikatakan, bahwa usaha menafsirkan berkaitan dengan deduksi, sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan induksi. Gabungan kedua macam cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah. Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi, maka menimbulkan pemahaman, bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme, atau deduktif dengan induktif), dan di sisi lain berarti hakikat epistemologi itu bertumpu pada landasannya, karena lebih mencerminkan esensi dari epistemologi. Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa epistemologi itu memang rumit sekali, sehingga selalu membutuhkan kajiankajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius. SARANA BERPIKIR ILMIAH A. Pengetian Berpikir “Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan” Oleh karena itu, proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan diperlukan sarana tertentu yang disebut dengan sarana berpikir ilmiah. Tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan secara baik. Sarana berpikir ilmiah berupa : bahasa sebagai alat komunikasi verbal logika sebagai alat berpikir matematika berperan dalam pola berpikir deduktif statistika berperan dalam pola berpikir induktif REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 37
  • 38. Sarana berpikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Pada langkah tertentu biasanya juga diperlukan sarana tertentu pula. Tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik. B. Sarana Berfikir Ilmiah 1. Bahasa Keunikan manusia adalah kemampuan berbahasa. Menurut Ernst Cassirer, manusia sebagai animal symbolicum artinya mahluk yang mempergunakan simbol. (Animal symbolicum lebih luas cakupannya dari pada homo sapiens). Menurut Charlton Laird, tata bahasa merupakan alat dalam mempergunakan aspek logis dan kreatif dari pikiran untuk mengungkapkan arti dan emosi dengan mempergunakan aturan-aturan tertentu. Kekurangan bahasa : bahasa bersifat multifungsi memiliki arti yang tidak jelas dan eksak yang dikandung oleh kata-kata yang membangun bahasa bahasa bersifat berputar-putar (sirkular) dalam memberikan kata-kata terutama dalam memberikan definisi konotasi yang bersifat emosional Bahasa memegang peranan tenting dan suatu hal yang lazim dalam hidup dan kehidupan manusia. Kelaziman tersebut membuat manusia jarang memperhatikan bahasa dan menganggapnya sebagai suatu hal yang bisa, seperti bernafas dan berjalan. Padahal bahasa mempunyai pengaruh-pengaruh yang luar biasa dan termasuk yang membedakan manusia dari ciptaan lainnya. Banyak ahli bahasa yang telah memberikan uraiannya tentang pengertiannya tentang pegertian bahasa. Sudah barang tentu berbeda-beda cara menyampikannya. Bloch and Trager mengatakan bahwa a language is a system of arbitrary vocal symbols by means of which asocial group cooperates (bahasa REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 38
  • 39. adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk komunikasi). 2.Matematika Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin disampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “Artifisial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Bila kita mempelajari kecepatan jalan kaki seseorang anak maka obyek “kecepatan jalan kaki seorang anak” dapat diberi lambang dengan x. dalam hal ini x hanya mempunyai satu arti yaitu kecepatan jalan kaki seorang anak. Bila dihubungkan dengan dengan obyek lain umpanya “jarak yang ditempuh seoang anak” (y). maka dapat dibuat lambang hubungan tersebut sebagai z = y/x, di mana z melambangkan waktu berjalan kaki seorang anak. Dari pernyataan z = y/x kiranya jelas : tidak mempunyai konotasi emosional dan hanya mengemukakan informasi mengenai hubungan x, y dan z, artinya matematika mempunyai sifat yang jelas, spesifik dan informative dengan tidak menimbulkan konotasi yang bersifat emosional. 1. sifat kuantitatif dari matematika Dengan bahasa verbal bila kita membandingkan dua obyek yang berlainan umpamanya Gajah dan semut, maka hanya bisa mengatakan gajah lebih besar dari semut, kalau ingin menelusuri lebih lanjut berapa besar gajah dibandingkan dengan semut, maka kita mengalami kesukaran dalam mengemukakan hubungan itu, biia ingin mengetahui secara eksak berapa besar gajah bila dibandingkan dengan semut, maka dengan bahasa verbal tidak dapat mengatakan apa-apa. Matematika mengembangkan konsep pengukuran, lewat pengukuran dapat mengetahui dengan tepat berapa panjang. Bahasa verbal hanya mampu mengemukakan pernyataan yang bersifat kualitatif, kita mengetahui bahwa sebatang logam bila dipanaskan akan memanjang, tetapi tidak bisa mengatakan berapa besar pertambahan panjang logamnya. REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 39
  • 40. Untuk itu matematika mengembangkan konsep pengukuran, lewat pengukuran, maka dapat mengetahui dengan tepat berapa panjang sebatang logam dan berapa pertambahannya bila dipanaskan. dengan mengetahui hal ini maka pernyataan ilmiah yang berupa pernyataan kualitatif seperti sebatang logam bisa dipanaskan akan memanjang: dapat diganti dengan pernyataan matematika yang lebih eksak umpamanya : P1 = P0 (1 +ñ) P1 pajang logam pada temperature t. P0 merupalam panjang logam pada temperature nol dan n merupakan koefesiansi pemuai logam tersebut. matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan 2. Matematika Sebagai Sarana Berfikir Deduktif Menalar secara induksi dan analogi membutuhkan pengamatan dan bahkan percobaan, untuk memperoleh fakta yang dapat dipakai sebagar dasar argumentasi. Tetapi pancaindera kita adalah terbatas dan tidak teliti. Tambahan lagi, meskipun fakta yang dikumpulkan untuk tujuan induksi dan analogi itu masuk akal namun metode ini tidak memberikan suatu kesimpulan yang tidak dapat dibantah lagi. Umpamanya, meskipun sapi makan rumput dan babi serupa dengan sapi namun adalah tidak benar bahwa babi makan rumput. Untuk menghindari kesalahan seperti di atas, ahli matematika mempergunakan kerangka berfikir yang lain. Umpamanya dia mempunyai fakta bahwa x – 3 = 7 dan bermaksud untuk mencari nilai x tersebut. Dia melihat bahwa jika angka 3 ditambahkan kepada kedua ruas persamaan tersebut maka dia akan memperoleh bahwa x = 10. Pertanyaannya adalah bolehkah dia melakukan langkah ini ? untuk menjawab hal tersebut maka pertama-tama dia harus mengetahui bahwa sebuah persamaan tidak berubah jika kepada kedua ruas persamaan tersebut ditambahkan nilai yang sama. Hal ini berarti bahwa dengan menambahkan angka 3 kepada kedua belah persamaan tersebut, dia takkan mengubah harga persamaan tadi. Berdasarkan hal ini maka dia berkesimpulan bahwa langkah yang dilakukannya ternyata dapat dipertanggungjawabkan. Cara REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 40
  • 41. berfikir yang dilakukan disini adalah deduksi. Seperti pada contoh di atas, dalam semua pemikiran deduktif, maka kesimpulan yang ditarik merupakan konsekuensi logis dari fakta-fakta yang sebelumnya telah diketahui. Disini, seperti juga pada fakta-fakta yang mendasarinya, maka kesimpulan yang ditarik tak usah diragukan lagi. 3. Statistik Statistik berasal dari bahwa latin, yaitu status yang berarti Negara yang memiliki persamaan arti dengan state dalam bahasa Inggris yang berarti negara atau untuk menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan ketatanegaraan. Pada awalnya statistik hanya berkaitan dengan sekumpulan angka mengenai penduduk suatu daerah atau negara dan pendapatan masyarakat. Pada mulanya kata statistik diartikan sebagai kumpulan bahan keterangan (data ) baik yang berwujud angka maupun yang bukan angka, yang mempunyai arti penting dan kegunaan yang besar bagi negara. Sehingga statistika berkembang lebih cepat dari pada matematika. Bagi masyarakat awam kurang terbiasa dengan istilah statistika, sehingga perketaan statistik biasanya mengandung konotasi berhadapan dengan deretan angka-angka yang menyulitkan, tidak mengenakan, dan bahkan merasa bingung untuk membedakan antara matematika dan statistik. Berkenaan dengan pernyataan di atas, memang statistik merupakan diskripsi dalam bentuk angka-angka dari aspek kuantitatif suatu masalah, suatu benda yang menampilkan fakta dalam bentuk ”hitungan” atau ”pengukuran”. Statistik selain menampilkan fakta berupa angka-angka, statistika juga merupakan bidang keilmuan yang disebut statistika, seperti juga matematika yang disamping merupakan bidang keilmuan juga berarti lambang, formulasi, dan teorema. Bidang keilmuan statistik merupakan sekumpulan metode untuk memperoleh dan menganalisis data dalam mengambil suatu kesimpulan berdasarkan data tersebut. Ditinjau dari segi keilmuan, statistika merupakan bagian dari metode keilmuan yang dipergunakan dalam mendiskripsikan gejala dalam bentuk angka-angka, baik melalui hitungan maupun pengkuran . Maka, Hartono Kasmadi, dkk., mengatakan bahwa, ”statistika [statistica] ilmu yang REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 41
  • 42. berhubungan dengan cara pengumpulan fakta, pengolahan dan menganalisaan, penaksiran, simpulan dan pembuatan keputusan. Prof. Dr. Sudjana, M.A., M.Sc. mengatakan ststistik adalah pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data, pengolahan penganalisisannya, dan penerikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan peanganalisisan yang dilakukan. Kemudian J.Supranto memberikan pengertian ststistik dalam dua arti. Pertama statistik dalam arti sempit adalah data ringkasan yang berbentuk angka (kuantitatif). Kedua statistik dalam arti luas adalah ilmu yang mempelajari cara pengumpulan, penyajian dan analisis data, serta cara pengambilan kesimpulan secara umum berdasarkan hasil penelitian yang menyeluruh. Secara lebih jelas pengertian statistik adalah ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk data, yaitu tentang pengumpulan, pengolahan, penganalisisan, penafsiran, dan penarikan kesimpulan dari data yang berbentuk angka-angka. Statistika digunakan untuk menggambarkan suatu persoalan dalam suatu bidang keilmuan. Maka, dengan menggunakan prinsip statistika masalah keilmuan dapat diselesaikan, suatu ilmu dapat didefinisikan dengan sederhana melalui pengujian statistika dan semua pernyataan keilmuan dapat dinyatakan secara faktual. Dengan melakukan pengjian melalui prosedur pengumpulan fakta yang relevan dengan rumusan hipotesis yang terkandung fakta-fakta emperis, maka hipotesis itu diterima keabsahan sebagai kebenaran, tetapi dapat juga sebaliknya. 1. Sejarah Perkembangan Statistika Sekitar tahun 1645, Chevalier de Mere, seorang ahli matematika amatir, mengajukan beberapa permasalahan mengenai judi kepada seorang ahli matematika Prancis Blaise Pascal (1623-1662 ).Tertarikdengan permaslahan yang berlatar belakang teori ini dan kemudian mengadakan korespondensi dengan ahli matematika Prancis lainnya Piere de Fermat (1601 – 1665 ), dan keduanya mengembangkan cikal bakal teori peluang. Peluang yang merupakan dasar dari teori statistika, merupakan konsep baru yang tidak dikenal dalam pemikiran Yunani kuno, Romawi bahkan Eropa dalam abad pertengahan. Teori mengenai kombinasi bilangan sudah terdapat REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 42
  • 43. dalam aljabar yang di kembangkan sarjana muslim namun bukan dalam lingkup teori peluang. Begitu dasar-dasar peluang ini dirumuskan maka dengan cepat bidang telaahan ini berkembang. Statistika berakar dari teori peluang, Descartes, ketika mempelajari hukum di Universitas Poitiers antara tahun 1612 sampai 1616, juga bergaul dengan teman-teman yang suka berjudi. Sedangkan, pendeta Thomas Bayes pada tahun 1763 mengembangkan teori peluang subyektif berdasarkan kepercayaan seseorang akan terjadinya suatu kejadian. Teori ini berkembang menjadi cabang khusus dalam statestika sebagai pelengkap teori peluang yang bersifat subyektif. Peluang yang merupakan dasar dari teori statistika, merupakan konsep yang tidak dikenal dalam pemikiran Yunani Kuno, Romawi, bahkan Eropa pada abad pertengahan. Sedangkan teori mengenai kombinasi bilangan sudah terdapat dalam aljabar yang dikembangkan sarjana Muslim, namun bukan dalam lingkup teori peluang . 2. Statistika dan Berpikir Induktif Statistika merupakan bagian dari metode keilmuan yang dipergunakan dalam mendiskripsikan gejala dalam bentuk angka-angka, baik melalui hitungan maupun pengukuran. Dengan statistika kita dapat melakukakn pengujian dalam bidang keilmuan sehingga banyak masalah dan pernyataan keilmuan dapat diselesaikan secara faktual. Pengujian statistika adalah konsekuensi pengujian secara emperis. Karena pengujian statistika adalah suatu proses pengumpulan fakta yang relevan dengan rumusan hipotesis. Artinya, jika hipotesis terdukung oleh fakta-fakta emperis, maka hipotesis itu diterima sebagai kebenaran. Sebaliknya, jika bertentangan hipotesis itu ditolak”. Maka, pengujian merupakan suatu proses yang diarahkan untuk mencapai simpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat individual. Dengan demikian berarti bahwa penarikan simpulan itu adalah berdasarkan logika induktif. Pengujian statistik mampu memberikan secara kuantitatif tingkat kesulitan dari kesimpulan yang ditarik tersebut, pada pokoknya didasarkan pada asas yang sangat sederhana, yakni makin besar contoh yang diambil makin tinggi pula REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 43
  • 44. tingkat kesulitan kesimpulan tersebut. Sebaliknya, makin sedikit contoh yang diambil maka makin rendah pula tingkat ketelitiannya. Karakteristik ini memungkinkan kita untuk dapat memilih dengan seksama tingkat ketelitian yang dibutuhkan sesuai dengan hakikat permasalahan yang dihadapi. ...Selain itu, statistika juga memberikan kesempatan kepada kita untuk mengetahui apakah suatu hubungan kesulitan antara dua faktor atau lebih bersifat kebetulan atau memang benar-benar terkait dalam suatu hubungan yang bersifat emperis. Selain itu, Jujun S. Suriasumantri juga mengatakan bahwa pengujian statistik mengharuskan kita untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat individual. Umpamanya jika kita ingin mengetahui berapa tinggi rata-rata anak umur 10 tahun di sebuah tempat, maka nilai tinggi rata-rata yang dimaksud merupakan sebuah kesimpulan umum yang ditarik dalam kasus-kasus anak umur 10 tahun di tempat itu. Dalam hal ini kita menarik kesimpulan berdasarkan logika induktif. Logika induktif, merupakan sistem penalaran yang menelaah prinsipprinsip penyimpulan yang sah dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi. Logika ini sering disebut dengan logika material, yaitu berusaha menemukan prinsip penalaran yang bergantung kesesuaiannya dengan kenyataan. Oleh karena itu kesimpulan hanyalah kebolehjadian, dalaam arti selama kesimpulan itu tidak ada bukti yang menyangkalnya maka kesimpulan itu benar. Logika induktif tidak memberikan kepastian namun sekedar tingkat peluang bahwa untuk premis-premis tertentu dapat ditarik suatu kesimpulan dan kesimpulannya mungkin benar mungkin juga salah. Misalnya, jika selama bulan November dalam beberapa tahun yang lalu hujan selalu turun, maka tidak dapat dipastikan bahwa selama bulan November tahun ini juga akan turun hujan. Kesimpulan yang dapat ditarik dalam hal ini hanyalah mengenai tingkat peluang untuk hujan dalam tahun ini juga akan turun hujan”. Maka kesimpulan yang ditarik secara induktif dapat saja salah, meskipun premis yang dipakainya adalah benar dan penalaran induktifnya adalah sah, namun dapat saja kesimpulannya REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 44
  • 45. salah. Sebab logika induktif tidak memberikan kepastian namun sekedar tingkat peluang. Penarikan kesimpulan secara induktif menghadapkan kita kepada sebuah permasalahan mengenai banyaknya kasus yang harus kita amati sampai kepada suatu kesimpulan yang bersifat umum. Jika kita ingin mengetahui berapa tinggi rata-rata anak umur 10 tahun di Indonesia, umpamanya, bagaimana caranya kita mengumpulkan data sampai pada kesimpulan tersebut. Hal yang paling logis adalah melakukan pengukuran tinggi badan terhadap seluruh anak 10 tahun di Indonesia. Pengumpulan data seperti ini tak dapat diragukan lagi akan memberikan kesimpulan mengenai tinggi rata-rata anak tersebut di negara kita, tetapi kegiatan ini menghadapkan kita kepada persoalan tenaga, biaya, dan waktu yang cukup banyak. Maka statistika dengan teori dasarnya teori peluang memberikan sebuah jalan keluar, memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari populasi. Jadi untuk mengetahui tinggi rata-rata anak umur 10 tahun di Indonesia kita tidak melakukan pengukuran untuk seluruh anak yang berumur tersebut, tetapi hanya mengambil sebagian anak saja. Dari berbagai uraian yang dikemukakan di atas, penulis mencoba memberikan beberapa ringkasan sebagai berikut : 1. Dalam kegiatan atau kemampuan berpkir ilmiah yang baik harus menggunakan atau didukung oleh sarana berpkir ilmiah yang baik pula, karena tanpa menggunakan sarana berpikir ilmiah kita tidak akan dapat melakukakan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik. 2. Cara berpikir ilmiah dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan logika induktif dan logika deduktif. 3. Penggunaan statistika dalam proses berpikir ilmiah, sebagai suatu metode untuk membuat keputusan dalam bidang keilmuan yang berdasarkan logika induktif. Karena statistika mempunyai peran penting dalam berpikir induktif. 4. Berpikir induktif, bertitik tolak dari sejumlah hal-hal yang bersifat khusus untuk sampai pada suatu rumusan yang bersifat umum sebagai hukum ilmiah. REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 45
  • 46. 3. Logika Logika adalah sarana untuk berfikir sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir, seperti setengah tidak boleh lebih besar daripada satu. logika yunani diterjemahkan oleh kaum muslimin kedalam bahasa Arab. Kegiatan ini mendapatkan respon yang berbeda – beda dari tokoh – tokoh besar islam. Diantaranya Ibnu Salih dan Imam NAwawi berpendapat bahwa mengharamkan untuk mempelajari ilmu logika secara mendalam. Sedangkan imam Ghazali beranggapan baik dan menganjurkannya. Selain itu, Jumhur Ulama memperbolehkan bagi orang – orang yang cukup akalnya dan kokoh imannya. Masih banyak lagi tokoh besar muslim yangt mempelajari ilmu ini secara khusus dan mendalam yang sampai mengadakan penyelidikan kaidah – kaidah dalam kehidupan sehari – hari untuk diuji salah benarnya. Lambat laun logika menjadi semakin dangkal dan sederhana. Akan tetapi, pada masa ini masih mengembangkan pemikiran logika Aristoteles Pada abad ke XIII sampai abad XV dikenal sebagai logika modern yang dirintis oleh Petrus Hispanus, Roger Barcon, raymundus Lullus, Wilhelm Ocham, George Boole, Bertrand Russell, G. Frege. Pemikiran logika modern sangat berbeda dengan pemikiran Aristoteles ( logika tradisional ). Pada masa ini, Raymundus Lullus mengemukakan metode Ars Magna, yaitu semacam aljabar pengertian dengan maksud membuktikan kebenaran – kebenaran tertinggi. AKSIOLOGI PENGETAHUAN A. Pengertian Aksiologi Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang berarti sesuai atau wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, social dan agama. REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 46
  • 47. Sistem mempunyai rancangan bagaimana tatanan, rancangan dan aturan sebagai satu bentuk pengendalian terhadap satu institusi dapat terwujud. B. Teori tentang Nilai 1. Kebebasan Nilai dan Keterikatan Nilai Perkembangan yang terjadi dalam pengetahuan ternyata melahirkan sebuah polemik baru karena kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa kita sebut sebagai netralitas pengetahuan (value free). Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value baound. Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai? Bagi ilmuwan yang menganut faham bebas nilai kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan akan lebih cepat terjadi. Karena ketiadaan hambatan dalam melakukan penelitian. Baik dalam memilih objek penelitian, cara yang digunakan maupun penggunaan produk penelitian. Sedangkan bagi ilmuwan penganut faham nilai terikat, perkembangan pengetahuan akan terjadi sebaliknya. karena dibatasinya objek penelitian, cara, dan penggunaan oleh nilai. Kendati demikian paham pengetahuan yang disandarkan pada teori bebas nilai ternyata melahirkan sebuah permasalahan baru. Dari yang tadinya menciptakan pengetahuan sebagai sarana membantu manusia, ternyata kemudian penemuannya tersebut justru menambah masalah bagi manusia. Meminjam istilah carl Gustav Jung “bukan lagi Goethe yang melahirkan Faust melainkan Faust-lah yang melahirkan Goethe”. 2. Jenis-jenis Nilai Berikut adalah jenis-jenis nilai yang di kategorikan pada perubahannya: Baik dan Buruk Sarana dan Tujuan Penampakan dan Real Subjektif dan Objektif Murni dan Campuran REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 47
  • 48. Aktual dan Potensial 3. Hakikat Nilai Berikut adalah beberapa contoh dari hakikat nilai dilihat dari anggapan atau pendapatnya: Nilai berasal dari kehendak, Voluntarisme. Nilai berasal dari kesenangan, Hedonisme Nilai berasal dari kepentingan. Nilai berasal dari hal yang lebih disukai (preference). Nilai berasal dari kehendak rasio murni. 4. Kriteria Nilai Standar pengujian nilai dipengaruhi aspek psikologis dan logis. Kaum hedonist menemukan standar nilai dalam kuantitas kesenangan yang dijabarkan oleh individu atau masyarakat. Kaum idealis mengakui sistem objektif norma rasional sebagai kriteria. Kaum naturalis menemukan ketahanan biologis sebagai tolok ukur 5. Status Metafisik Nilai Subjektivisme adalah nilai semata-mata tergantung pengalaman manusia. Objektivisme logis adalah nilai merupakan hakikat logis atau subsistensi, bebas dari keberadaannya yang dikenal. Objektivisme metafisik adalah nilai merupakan sesuatu yang ideal bersifat integral, objektif, dan komponen aktif dari kenyataan metafisik. (mis: theisme). 6. Karakteristik Nilai Bersifat abstrak; merupakan kualitas Inheren pada objek REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 48
  • 49. Bipolaritas yaiatu baik/buruk, indah/jelek, benar/salah. Bersifat hirarkhis; Nilai kesenangan, nilai vital, nilai kerohanian, nilai kekudusan. Aksiologi memberikan jawaban untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu di pergunakan. Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah nilai. Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan nilai. Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma nilai. ILMU DAN BUDAYA A. Definisi Ilmu Ilmu merupakan suatu cara berpikir dalam menghasilkan suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Ilmu merupakan produk dari proses berfikir menurut langkah-langkah tertentu yang secara umum dapat disebut sebagai berfikir ilmiah. Berfikir ilmiah merupakan kegiatan berfikir yang memenuhi persyaratanpersyaratan tertentu, yaitu : 1. Logis, yaitu pikiran kita harus konsisten dengan pengetahuan ilmiah yang telah ada. 2. Harus didukung fakta empiris, yaitu telah teruji kebenarannya yang kemudian memperkaya khasanah pengetahuan ilmiah yang disusun secara sistematik dan kumulatif. Kebenaran ilmiah tidak bersifat mutlak, tetapi terbuka bagi koreksi dan penyempurnaan, mungkin saja pernyataan sekarang logis kemudian bertentangan dengan pengetahuan ilmiah baru. Untuk memperoleh kebenaran, perlu dipelajari teori-teori kebenaran. Beberapa alat untuk memperoleh atau mengukur ilmu pengetahuan adalah : Rationalisme : penalaran manusia yang merupakan alat utama untuk mencari kebenaran. REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 49
  • 50. Empirisme : alat untuk mencari kebenaran dengan mengandalkan pengalaman indera sebagai pemegang peranan utama Logical positivisme : mengunakan logika untuk menumbuhkan kesimpulan yang positif benar Pragmatisme : nilai akhir dari suatu ide atau kebenaran yang disepakati adalah kegunaannya untuk menyelesaikan masalah-masalah praktis Dari segi maknanya, pengertian ilmu sepanjang yang terbaca dalam pustaka menunjuk sekurang-kurangnya tiga hal, yakni : pengetahuan, aktivitas dan metode. Pengertian ilmu sebagai pengetahuan, aktivitas atau metode bila ditinjau lebih dalam sesungguhnya tidak saling bertentangan, tetapi merupakan kesatuan logis yang mesti ada secara berurutan. Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan dengan metode tertentu dan akhirnya aktivitas metode itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis. Kesatuan dan interaksi diantara aktivitas, metode dan pengetahuan yang boleh dikatakan menyusun diri menjadi ilmu dapat digambarkan dalam suatu bagan segitiga sebagai berikut : Aktivitas ilmu Metode Pengetahuan Dengan demikian, pengertian ilmu selengkapnya berarti aktivitas penelitian, metode ilmiah dan pengetahuan sistematis. B. Karakteristik Ilmu 1. Obyektif, ilmu berdasarkan hal-hal yang obyektif, dapat diamati dan tidak berdasarkan pada emosional subyektif. 2. Koheren, pernyataan/susunan ilmu tidak kontradiksi dengan kenyataan. 3. Reliable, produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur dengan tingkat keterandalan (reabilitas) tinggi. REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 50
  • 51. 4. Valid, produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur dengan tingkat keabsahan (validitas) yang tinggi, baik secara internal maupun eksternal. 5. memiliki generalisasi, suatu kesimpulan dalam ilmu dapat berlaku umum. 6. Akurat, penarikan kesimpulan memiliki keakuratan (akurasi) yang tinggi. 7. Dapat melakukan prediksi, ilmu dapat memberikan daya prediksi atas kemungkinan-kemungkinan suatu hal. C. Syarat-syarat Ilmu 1. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, dan karenanya disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian. 2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari kata Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah. 3. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu, mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga. 4. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 51
  • 52. ilmu-ilmu sosial menyadari kadar keumuman (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula. D. Jenis-jenis Ilmu Menurut aristoteles ilmu dapat dibedakan menjadi 2 kelompok besar berdasarkan tujuan ilmu, yaitu : 1. Ilmu-ilmu teoritis yang penyelidikannya bertujuan memperoleh pengetahuan tentang kenyataan. 2. Ilmu-ilmu praktis atau produktif yang penyelidikannya bertujuan menjelaskan perbuatan yang berdasarkan pada pengetahuan E. Definisi Budaya Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai halhal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. F. Komponen Dan Unsur-Unsur Kebudayaan 1. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu: alat-alat teknologi sistem ekonomi keluarga kekuasaan politik REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 52
  • 53. 2. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi: sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya. organisasi ekonomi alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama). organisasi kekuatan (politik) 3. Kuntjaraningrat (1974) membagi kebudayaan menjadi unsur-unsur yang terdiri dari : 1. sistem religi dan upacara keagamaan 2. sistem dan organisasi kemasyarakatan (kekerabatan) 3. sistem pengetahuan, bahasa dan kesenian 4. sistem mata pencaharian 5. sistem teknologi dan peralatan G. Hubungan antara Ilmu dan Budaya Dalam unsur budaya terdapat adanya sistem pengetahuan, dimana ilmu dan teknologi termasuk di dalamnya. Dengan demikian ilmu itu sendiri merupakan bagian dari budaya. Ilmu dan budaya mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi dan saling tergantung. Pada satu pihak perkembangan ilmu dalam satu masyarakat tergantung dari kondisi budaya masyarakat tesebut, dan juga perkembangan ilmu akan mempengaruhi berkembangnya budaya masyarakat. Sumbangan ilmu terhadap budaya adalah pada nilai yang terkandung dalam ilmu, yakni tentang etika, estetika dan logika. Contohnya adalah dalam masyarakat pedalaman, budaya yang berkembang adalah budaya agraris. Adapun ilmu yang berkembang adalah ilmu pertanian. Ilmu pertanian ini memberikan pandanganpandangan baru terhadap budaya, misalnya ritual-ritual khusus menjelang panen, mata pencaharian sebagai petani, alat-alat pertanian dan lain-lain. Pola Hubungan Ilmu dan budaya dan Teknologi antara ilmu dan budaya keduanya memiliki keterkaitan karena kedua-duanya saling mempengaruhi. Keduanya juga memiliki kaitan erat dengan manusia, karena manusia inilah yang membentuk budaya, REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 53
  • 54. merumuskan ilmu dan menciptakan teknologi, serta mengembangkan keduaduanya, karena manusia mempunyai akal dan bahasa. ILMU DAN MATEMATIKA A. Pengertian Ilmu Ilmu berasal dari bahasa Arab: „alima, ya„lamu, „ilman yang berarti mengerti, memahami benar-benar. Dalam bahasa Inggris ilmu disebut science dan bahasa latin scientia(pengetahuan). Dalam kamus besar bahasa Indonesia Ilmu diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang pengetahuan itu. Ada orang yang menamakannya ilmu, ada yang menamakannya ilmu pengetahuan, dan ada pula yang menyebutnya saint. Keberagaman istilah tersebut adalah suatu usaha untuk melahirkan padanan (meng-Indonesiakan) kata science yang asalnya dari bahasa Inggris. Dari segi maknanya, pengertian ilmu sepanjang yang dibaca dalam pustaka menunjukkan pada sekurang-kurangnya tiga hal: pengetahuan, aktivitas dan metode. Dalam hal yang pertama dan ini yang terumum, Ilmu senantiasa berarti pengetahuan. Diantara fara filsuf dari berbagai aliran terdapat pemahaman umum bahwa ilmu adalah suatu kumpulan yang sistimatis dari pengetahuan yang dihimpun dengan perantaraan metode ilmiah. Pengetahuan sesungguhnya hanyalah hasil atau produk dari suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Dengan demikian dapatlah dipahami bilamana ada makna tambahan dari ilmu sebagai aktivitas (atau suatu proses yakni serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh manusia). Menurut Prof Harold H Titus, banyak orang telah mempergunakan istilah ilmu untuk menyebut suatu metode guna memperoleh pengetahuan yang objective dan dapat diperiksa kebenarannya. Pengertian ilmu sebagai pengetahuan, aktivitas atau metode itu bila ditinjau lebih mendalam sesungguhnya tidak saling REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 54
  • 55. bertentangan. Bahkan sebaliknya, ketiga hal itu merupakan kesatuan logis yang mesti ada secara berurutan. Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan dengan metode tertentu dan aktivitas itu menghasilkan pengetahuan yang sistimatis. B. Pengertian Matematika Matematika diambil dari bahasa Yunani, (μαθηματικά – mathēmatiká) Perkataan itu mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge,science), secara umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari struktur, perubahan, dan ruang: tak lebih resmi, seorang mungkin mengatakan adalah penelitian bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis, matematika adalah pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur abstrak menggunakan logika simbolik dan notasi matematika; pandangan lain tergambar dalam filosofi matematika. Beberapa aliran dalam filsafat matematika: 1. Aliran Logistik Pelopornya : Immanuel Kant (1724 – 1804) Berpendapat bahwa matematika merupakan cara logis (logistik) yang salah atau benarnya dapat ditentukan tanpa mempelajari dunia empiris. Matematika murni merupakan cabang dari logika, konsep matematika dapat di reduksikan menjadi konsep logika. 2. Aliran Intuisionis Pelopornya : Jan Brouwer (1881 – 1966) Berpendapat bahwa matematika itu bersifat intusionis Intuisi murni dari berhitung merupakan titik tolak tentang matematika bilangan. Hakekat sebuah bilangan harus dapat dibentuk melalui kegiatan intuitif dalam berhitung dan menghitung. 3. Aliran Formalis Pelopornya : David Hilbert (1862 – 1943) Berpendapat bahwa matematika merupakan pengetahuan tentang struktur formal dari lambang . Kaum formalis menekankan pada aspek formal dari REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 55