1. Karya Tulis Ilmiah itu Mudah
Hendro Subagyo
Pusat Data dan Dokumentasi Ilmiah / Pusat Nasional ISSN
Webinar ATI “Penulisan Karya Tulis Ilmiah”
15 Agustus 2021
4. Quiz dengan Kahoot!
1. Akses website kahoot.it
atau Applikasi Kahoot! dari Google Play
2. Masukkan pin:
3. Buat nickname untuk permainan Kahoot! Ini.
7. Status Jurnal Indonesia sebelum 2014
• Dipublikasikan dalam jumlah terbatas
• Tidak dilanggan oleh perpustakaan (Indonesia maupun internasional)
• Ditulis dalam Bahasa Indonesia di saat jurnal Indonesia masih sedikit
• Tidak digunakan pengajar di Indonesia sebagai materi pengajaran di kampus
• Tidak begitu dipedulikan oleh dunia akademik
• Sangats edikit yang terindeks oleh Lembaga pengindeks jurnal
8. Mengapa Indonesia sedikit publikasi
• Budaya Indonesia adalah lisan dan bukan tulisan
• Budaya akademik di Indonesia baru mulai untuk mengajar, dan bukan untuk
meneliti
• Rendahnya minat penelitian dan mempublikasikan hasil penelitian
• Kurangnya penghargaan dan insentif dari universitas
• Kurang mengerti bagaimana cara menulis paper untuk jurnal dan prosedur
pengirimannya
9. KTI Indonesia tumbuh dengan cepat
Indonesia adalah
salah satu dari 3
besar negara yang
memiliki journal
paling open
access terbanyak.
Pendaftaran E-
ISSN di Indonesa
meningkat drastic
dalam 10 tahun
terakhir
Jumlah KTI yang
diterbitkan
meningkat tajam
dalam beberapa
tahun terakhir
10. Top 10 Open Access Journals (ROAD 2018 Report https://road.issn.org/)
11. Top 10 Open Access Journals (DOAJ 2019)
Morrison, H. et al. (2019). OA Main 2019: Dataset, documentation and open peer review invitation. Sustaining the knowledge commons.
https://sustainingknowledgecommons.org/2019/11/20/oa-main-2019-dataset-documentation-and-open-peer-review-invitation/
12. Growth of ISSN in Indonesia: more digital/online every year
(18 May 2021)
14. Growth of published scientific articles
https://sinta.ristekbrin.go.id/home/benchmark
15. Apa yang telah kita lakukan (1)
● Membangun repositori jurnal dan artikel imiah (2009 ~) dan data ilmiah
(2018 ~)
○ ISDJ (2009~), Garuda (2010~), RIN (2018~)
● Mendorong publikasi KTI dengan insentif dan ranking
○ Menggunakan Simlimtabmas (2016~) dan SINTA (2017~) sebagai referensi dalam
pemberian insentif dan ranking
● Mendorong pembangungan repositori institutis (2010 ~) melalui akreditasi
universitas/sekolah dan dosen/guru
16. Apa yang telah kita lakukan (2)
● Membuat pedoman manajemen jurnal yang lebih baik (Arjuna 2018~)
● Mendorong penggunaan framework jurnal online dan open access jurnal
(OJS)
● Menyediakan dan memfasilitasi implementasi jurnal terbuka, data terbuka
dan gerakan Open Science (Sains Terbuka)
○ Fasilitas terbuka LIPI untuk riset: HPC, RIN, Rujukan, RINArxiv, ELSA (laboratories)
17. LIPI’s Open Facilities to support Open Science movements (open for public)
RIN: Repositori Ilmiah Nasional (National Scientific Repository)
National repository for research data (free)
Datasets: 7.136, files: 18.559 from about 700 research dataverses/groups.
rin.lipi.go.id
Mahameru – LIPI HPC
Supercomputing Service (free)
hpc.lipi.go.id
Rujukan (Home of Science Journals)
Free hosting for OJS. Journal: 347.
rujukan.lipi.go.id
ELSA (Science Services Electronic)
Laboratories and other research services.
534 labs (equipments), 51 machines,
research mentoring etc.
elsa.lipi.go.id
RIN Arxiv
community-led digital archive for unpublished
preprints.
rinarxiv.lipi.go.id
20. Mencari solusi atas masalah re-search
Setiap kita pasti punya masalah dalam pekerjaan
Setiap guru pasti punya masalah dalam mengelola
Pendidikan
Setiap masalah harus dicarikan solusinya
Solusi harus ilmiah
● Menulis KTI dan mempublikasikannya, adalah bukti
bahwa solusi kita adalah ilmiah atau dengan metode
ilmiah: sistematis, konsisten dan operasional
21. Mengapa riset perlu publikasi ilmiah?
“If it wasn’t published, it wasn’t done” (Miller 1993)
22. Mengapa harus publikasi ilmiah?
Surat Edaran Dirjen Dikti No. 152/E/T/2012 tentang
Publikasi KaryaI lmiah:
“Terhitung kelulusan setelah Agustus 2012, untuk lulusan
program sarjana harus menghasilkan makalah yang terbit
pada jurnal ilmiah”
24. Mengapa GURU harus publikasi ilmiah?
Peraturan Kemendiknas 35 tahun 2010 tentang Juknis JF Guru: Guru
Pertam IIIb, Guru Muda, Madya dan Utama, wajib menulis KTI
25. Angka kredit KTI dan/atau Karya Inovatif yang dibutuhkan
(PermenPANRB 16/2009 Juknis JF Guru)
Dari Jabatan Ke Jabatan AK Jenis KTI/KI yang wajib ada
Guru Pertama 3a Guru Pertama 3b - -
Guru Pertama 3b Guru Muda 3c 4 Bebas pada jenis karya ilmiah & karya inovatif
Guru Muda 3c Guru Muda 3d 6 Bebas pada jenis karya ilmiah & karya inovatif
Guru Muda 3d Guru Madya 4a 8 Minimal 1 laporan hasil penelitian
Guru Madya 4a Guru Madya 4b 12 Minimal 1 laporan hasil penelitian dan 1 artikel yang dimuat di
jurnal ber-ISSN
Guru Madya 4b Guru Madya 4c 12 Minimal 1 laporan hasil penelitian dan 1 artikel yang dimuat di
jurnal ber-ISSN
Guru Madya 4c Guru Utama 4d 14 Minimal 1 laporan hasil penelitian dan 1 artikel yang dimuat di
jurnal ber-ISSN dan 1 buku pelajaran atau buku Pendidikan yang
ber ISBN
Guru Utama 4d Guru Utama 4e 20 Minimal 1 laporan hasil penelitian dan 1 artikel yang dimuat di
jurnal ber-ISSN dan 1 buku pelajaran atau buku Pendidikan yang
ber ISBN
27. Menulis KTI untuk JF Guru = Mudah
Tidak ada syarat KTI harus ….
• Terindeks global dengan kelas
jurnal Q1, Q2, Q3, Q4
• Terindeks nasional (Sinta, Garuda,
ISJD dll)
• Terakreditasi nasional (Sinta 1,
Sinta 2)
Jenis Publikasi Ilmiah
• Prosiding konferensi
• Jurnal Ilmiah
•Lokal
•Nasional
•Tidak terakreditasi
•Terakreditasi
•Internasional
•Tidak Terindeks
•Terindeks
28. Menulis KTI = mudah, lebih mudah dari buku
● KTI singkat (8-20 halaman)
● KTI tidak sedetil buku
29. Mengapa menulis KTI terasa sulit?
● Memilih topik yang susah
● Tidak ada waktu kosong, kurang waktu (waktu mepet)
● 100% perlu riset yang orisinil
● Perlu kemampuan menulis yang baik
● Pengeditan berulangkali, permintaan revisi dari
jurnal/reviewer seringkali membuat bingung
30. Artikel ilmiah sebagai argumentasi kritikal
Pernyataan masalah; mengajukan pertanyaan
Pencarian kembali penelitian sebelumnya dan hasil-hasilnya
Pemaparan bukti-bukti
Penilaian keabsahan alat bukti terkait …
Kekuatan/kelemahan
bukti lainnya
Kesimpulan dan kontribusi ilmiah paper ini
31. Langkah mudah menulis KTI
1. Tampilkan kontribusi pengetahuan
dari penelitian yang dilakukan
2. Susunan penulisan dengan konsep
IMRaD (Introduction, Methods, Result
and Discussion)
3. Judul harus singkat, padat dan jelas
menunjukkan kontribusi
4. Abstrak harus memuat masalah,
metode dan hasil (maks 250 kata)
5. Masalah penelitian harus tajam, eksplisit
dan dilandasi
6. Metode yang diusulkan harus divalidasi
dan diukur efektifitasnya
7. Penarikan kesimpulan harus sesuai
dengan hasil penelitian dan selaras
dengan masalah dan tujuan penelitian
8. Pengambilan referensi penelitian harus
dari jurnal yang terindeks
33. IMRaD
Introduction (why), Methods (when, where, how, how much),
Result (what) & Discussion (so what)
• Hasil akhir penulisan dg urutan IMRaD
• Tetapi proses menulisnya lebih baik terbalik
• Mulai dg Result. Tiada paper tanpa Result.
• Bagian Methods, dapat ditulis setelah Result, atau parallel dengan Result.
• Setelah bagian Result dan Methods sudah bagus, tulis bagian Discussion
• Bila Result-Methods-Dicussion selesai, maka terakhir tulis Introduction.
Bagian ini akan sangat mudah, percayalah. Cukup 3 paragraph saja.
34. Langkah Pengiriman KTI ke Jurnal
1. Tentukan jurnal tujuan, cek nilai
Impact Factor dan SJR, sesuaikan
dengan kemampuan kita.
2. Ikuti format penulisan jurnal tsb
3. Kirimkan melalui sistem
submission mereka
4. Tunggu proses review, bisa
berbulan tergantung kualitas jurnal
5. Setelah menerima hasil review,
perbaiki jurnal sesuai hasil review.
Tahap ini dapat berulang.
6. Setelah paper kita diterima tanpa
perbaikan, maka tunggu paper kita
akan terbit pada volume dan nomor
berapa.
35. Kesalahan umum yang harus dihindari
1. RQ (pertanyaan penelitian) tidak
jelas dan tulisan melebar dari topik
2. Tidak mengikuti format penulisan
jurnal tujuan
3. Menggunakan bahasa kompleks,
susah dipahami atau diinterpretasi
oleh pembaca
4. Abstrak jelek, terlalu Panjang, tidak
memuat unsur minimal
5. Urutan gambar/table dll, tidak
sesuai, dan tidak disitir/dibahas
dalam artikel
6. Penulisan sitiran dan referensi
tidak sesuai dan lengkap
7. Tidak ada proof-reading.
Mengkoreksi salah ketik dan tata
bahasa bukan tugas pembimbing,
reviewer, apalagi pembaca.
38. Paradigma ke-4 Sains
Sains memasuki paradigma
ke-4, yaitu lebih kolaboratif,
lebih komputasional dan lebih
intensif menggunakan data.
(Hey 2009)
“
(Castelvecchi 2015)
42. erima kasih
Hendro Subagyo
Plt. Kepala Pusat Data dan Dokumentasi Ilmiah
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Email: hendro.subagyo@lipi.go.id
Twitter: @hendrosubagyo
T