SlideShare a Scribd company logo
1 of 44
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 1
DOSEN PEMBIMBING:
Abdul Hamid Aly S.Pd, M,Pd
DISUSUN OLEH :
(KELOMPOK 01)
Azzam Riski (21901081098)
Ishomuddin (21901081102)
Anggita Valentina (21901081089)
Firnandya Amanah (21901081094)
Dewi Sinta (21901081090)
Lafifatul Ummah (21901081101)
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
PRODI MANAJEMEN
2019 / 2020
MAKALAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 1
DISUSUN OLEH :
(KELOMPOK01)
Azzam Riski (21901 081098)
Ishomuddin (21901081102)
Anggita Valentina (21901081089)
Firnandya Amanah (21901081094)
Dewi Sinta (21901081090)
Lafifatul Ummah (21901081101)
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
PRODI MANAJEMEN
2019 / 20
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang , kami panjatkan
puji syukur atas kehadiratnya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk melengkapi nilai pada Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam 1 pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis program studi Manajemen di Universitas Islam Malang.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu saran dan kritik yang membangun
dibutuhkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah yang kami buat
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Sebelumnya kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami, khususnya kepada
Dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam, Abdul Hamid Aly S.Pd, M,Pd agar bisa
mengembangkan ilmu pengetahuannya, khususnya di ilmu Pendidikan Agama Islam.
Malang, 3 OKtober 2019
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………………………..
1.1. Latar Belakang Masalah……………………………………………………………………………………………………
1.2. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………………………………
1.3. Tujuan Penulisan ………………………………………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………………………………………………
2.1. a. Masyarakat Pra-Islam……………………………………………………………………………………………...
b. Agama di Jazirah Arab sebelum Nabi Muhammad SAW……………………………………………
c. Agama samawi dan agama ardli………………………………………………………………………………..
2.3. Kelahiran dan Dakwah Nabi Muhammad SAW………………………………………………………………...
a. Misi kerasulan……………………………………………………………………………………………………………
b. Dakwah secara sembunyi-sembunyi………………………………………………………………………….
c. Turunnya perintah untuk dakwah secara terang-terangan………………………………………..
d. Dakwah secara terang-terangan………………………………………………………………………………..
e. Kondisi pasca wafatnya Nabi SAW……………………………………………………………………………..
2.4. Qiyas…………………………………………………………………………………………………………………………………
a. Pengertian qiyas…………………………………………………………………………………………………………
b. Rukun dan syarat qiyas………………………………………………………………………………………………
c, Macam-macam qiyas………………………………………………………………………………………………….
d. Qiyas sebagai sumber hukum dalam islam ……………………………………………………………….
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………………………………………………….
3.1. Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………………………
3.2. Saran…………………………………………………………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………………………
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
a. MASYARAKAT PRA-ISLAM
Masa sebelum kedatangan Islam dikenal dengan zaman jahilioyah. Dalam Islam, periode
jahiloiyah dianggap sebagai suatu kemunduran dalam kehidupan beragama. Pada saat itu
masyarakat Arab jahiliyah mempunyai kebiasaan buruk seperti minum-minuman keras, berjudi,
dan meyembah berhala.
Ketika nabi Muhammad SAW lahir (570 M). Mekah adalah sebuah kota yang sangat penting
dan terkenal diantara kota-kota di negeri Arab, baik karena tradisinya maupun karena letaknya.
Kota ini dilalui jalur perdagangan yang ramai menghubungkan Yaman di selatan dan Syiria di
utara. Denganadanya Ka’bah adalahtempat mereka berziarah. Didalamnyaterdapat 360 berhala
mengelilingi berhala utama, Hubal. Mekah kelihatan Makmur dan kuat. Agama dan masyarakat
Arab ketika itu mencerminkan realitas kesukuan masyarakat jazirah Arab dengan luas satu juta
mil persegi.
Biasanya, dalam membicarakan wilayah geografis yang didiami bangsa Arab sebelum Islam,
orang membatasi pembicaraan hanya pada jazirah Arab, padahal bangsa Arab juga mendiami
daerah-daerah di sekitar Jazirah. Jazirah Arab memang merupakan kadiaman mayoritas bangsa
Arab kala itu.
Dalam makalah ini, kami akan membahas tentang kondisi Bangsa Arab sebelum kedatangan
agama islam. Khususnya mengenai letak geografisnya, asal-usulnya, agamanya, serta
peradabannya.
b. KELAHIRAN DAN DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW
Sebagai seorang muslim hendaknya mengetahui sejarah Nabi Muhammad SAW baik ketika
beliau dalam proses kelahiran, masa kanak-kanak, masa remaja serta kehidupannya sebelum
mendapatkan mukzijat. Hal seperti itu merupakansejarah penting yang perlu di ketahui oleh
umat muslim, karena banyak manfaat yang bisa di ambil dari kehidupan nabi Muhammad SAW
baik dari keteladanan beliau ataupun perjuangan beliau dalam mempertahankan agama Islam.
Agama islamyang di yakini oleh banyak umat sekarang ini tidak luput dari perjuangan Rasulullah
dan sahabat Nabi
Dizaman ilmu pengetahuan modern inimayoritas umat muslimmeremehkan tentang sejarah
Nabi Muhammad. Padahal sejarah itu merupakan bagian penting dari perjalanan sebuah umat,
bangsa, negara maupun individu. Oleh karena itu kami mengingatkan kembali akan sejarah dan
perjalanan Nabi untuk selalu kita contoh dan kita teladani dalam kehidupan sehari-hari. Telah
kita ketahui bersama bahwa umat islampada saat sekarang ini lebih banyak mengenal figur-figur
yang sebenarnya tidak pantas untuk di contoh dan ironisnya mereka sama sekali buta akan
sejarah dan pri kehidupan Rasulullah SAW. Oleh karena itu kami mencoba untuk membuka,
memaparkan tentang kehidupan nabi Muhammad SAW, dan mudah-mudahan dengan adanya
makalah ini menambah rasa kecintaan kita pada Nabi Muhammad SAW.
c. QIYAS
Sebagai umat Islamdalam kehidupan sehari-hari ada aturan yang mengatur segala aktivitas
kita. Semua ada Batasan-batasan tertentu serta aturan-aturan dalam menjalankannya. Dan
semua aturan serta Batasan hukum yang mengatur umat Islam didasarkan pada Al-qur’an dan
Sunnah.
Banyak peristiwa atau kejadian yang belum jelas hukumnya. Karena didalam Alqur’an dan
Sunnah tidak dijumpai atau ditetapkan secara jelas hukumnya. Oleh itu diperlukan sebuah cara
atau metode yang dapat menyingkap dan memperjelas bahkan menentukan suatu hukum.
Qiyas merupakan suatu cara penggunaan pendapat untuk menetapkan suatu hukum
terhadap suatu peristiwa atau krjaadian yang belum jelas atau yang tidak dijelaskan secara jelas
dalam Alqur’an dan Sunnah
Dasar pemikiran Qiyas adalah adanya kaitan yang era tantara hukum dengan sebab. Hampir
setiap hukum diluar bidang ibadah dapat diketahui alasan rasional ditetapkannya hukum itu oleh
Allah. Illat adalah patokan utama dalam menetapkan hukum atau permasalahan. Objek masalah
adalah sesuatu yang tidak memiliki Nash. Atas dasar keyakinan tersebut bahwa tidak ada yang
luput dari Hukum Allah, maka setiap muslim meyakini setiap peristiwa atau kasus yang terjadi
pasti ada hukumnya.
Dalam makalah ini, kami akan membahas tentang Qiyas. Khususnya mengenai rukun, syarat,
dan macam-macam Qiyas
1.2. RUMUSAN MASALAH
a. MASYARAKAT PRA-ISLAM
1. Bagaimana kondisi bangsa Arab sebelum datangnya Islam?
2. Bagaimana kondisi sosial budaya masyarakat Arab pra Islam?
3. Bagaimana kondisi sosial politik masyarakat Arab pra islam?
4. Bagaimana kondisi religius masyarakat Arab pra islam?
b. KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW
1. Sebutkan beberapa misi kerasulan Nabi Muhammad SAW!
2. Apa yang dimaksud agama samawi dan agama ardli?
3. Bagaimanakah dakwah Nabi Muhammad secara terang-terangan?
4. Sebutkan ciri-ciri agama samawi dan agama ardli!
c. QIYAS
1. Apa sajakah rukun-rukun Qiyas?
2. Sebutkan macam- macam Qiyas!
3. Bagaimanakah syarat-syarat Qiyas?
4. Jelaskan kedudukan Qiyas dalam sumber hukum islam!
1.3. TUJUAN PENULISAN
a. MASYARAKAT PRA-ISLAM
1. Mengkaji lebih dalam kondisi bangsa Arab sebelum datangnya Islam
2. Untuk mengetahui kondisi sosial budaya masyarakat pra islam
3. Untuk mengetahui kondisi politik masyarakat pra islam
4. Untuk mengetahui kondisi religius masyarakat pra islam
b. KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW
1. Mengetahui misi kerasulan Nabi Muhammad SAW
2. Dapat mengetahui pengertian agama samawi dan agama ardli
3. Menjelaskan dakwah Nabi Muhammad SAW secara terang-terangan
4. Untuk mengetahui ciri-ciri agama samawi dan agama ardli
c. QIYAS
1. Memahami rukun-rukun Qiyas
2. Mengetahui macam-macam Qiyas
3. Menjelaskan syarat-syarat Qiyas
4. Menjelaaskaan kedudukaan Qiyas dalam sumber hukum islam
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. PEMBAHASAN
a. MASYARAKAT PRA-ISLAM
Pemahaman konteks masyarakat sebelum kedatangan Islam,memiliki peran penting bagi
kita untuk dapat memahami bahwa hadirnya Islamtelah memberikan kontribusi yang signifikan
dalam kehidupan.
Islam muncul tidak lain merupakan sebuah upaya untuk memberikan jawaban terhadap
problem-problem kemanusiaan baik yang menyangkut keyakinan, sosial, politik, ekonomi yang
sedang melingkupi masyarakat arab saat itu.
Kondisi masyarakat arab sebelum kedatangan islam secara umum ditandai dengan
beberapa kondisi antara lain kondisi sosial budaya, kondisi sosial politik dan kondisi religius.
1. Kondisi Sosial Budaya
Kondisi kehidupan masyarakat Arab pra Islam secara umum dikenal dengan sebutan
zaman jahiliyah (zaman kebodohan). Hal ini dikarenakan dalam waktu yang lama, masyarakat
Arab tidak memiliki kitab suci, ideologi agama dan tokoh besar yang membimbing mereka.
Mereka tidak mempunyai sistempemerintahan yang ideal dan tidak mengindahkan nilai-
nilai moral sehingga masyarakatnnya memiliki akhlak yang sangat rendah (krisis moral). Dapat
disimpulkan bahwa keaadaan sosial budaya masyarakat arab Arab pra islam di antaranya:
a. Orang-orang Arab sebelum kedatangan Islam adalah orang-orang yang menyekutukan Allah
(musyrikin), yaitu mereka menyembah patung-patung (berhala) karena dianggap suci.
b. Mereka menguburkan anak-anak perempuan mereka hidup-hidup karena takut malu dan
celaan (mereka menganggap perempuan membawa kemiskinan dan kesengsaraan)
c. Budak diperlakukan majikannya secara tidak manusiawi, memperlakukannya seperti binatang
dan barang dagangan, dijual atau dibunuh. Para budak tidak mendapatkan kebebasan untuk
hidup layaknya manusia merdeka.
d. Mereka orang-orang yang suka berselisihan, yang suka bertengkar, lantaran sebab-sebab kecil
yakni suka meminum khamr, segolongan dari mereka memerangi akan segolongannya.
2. Kondisi sosial politik
Kondisi sosial politik sebelum kedatangan Islam di masyarakat arab diwarnai oleh intrik
politik perebutan pengaruh diantara tiga kekuatan dunia pada saat itu yaitu pertama, Kristen
Byzantium, berpengaruh kuat di sekitar laut merah bahkan sampai di Abisinia. Kedua, Persia
Zoroater, dengan ibukota di Ctesiphon di Mesopotamia, pengaruhnya mencapai sebelah Timur
Arabia dan sepanjang Panti Selatan Yaman. Ketiga, Kerajaan Arab Selatan di bawah kekuasaan
dinasti Himyar.
a. Adanya persaingan dalam Konteks keagamaan antara kekaisaran Byantium dan Persia.
Agama bangsa Persia kuno adalah Zoroaster (kepercayaan yang menyembah kepada
ahura Mazda yaitu tuhan yang bijaksana), selama lima abad Persia dikalahkan oleh kekaisaran
Byzantium ternyata tetap bertahan. Dengan bertahannya agama itu, mereka hampir-hampir
tidak terpengatuh ajaran agama misteri Yunani dan Romawi maupun Kristen.
b. Lengsernya kerajaan arab selatan akibat beralihnya peta perekonomian ke Romawi.
Bangkitnya perekonomian romawi telah merubah peta perdagangan dalamkonteks dunia
Arab yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian linear, akibatnya terjadi kekeringan yang
maha dahsyat telah menjadikan kerugian pertanian dan ekonomi lokal.
3. Kondisi religius
Terdapat enam kategori kehidupan Religius masyarakat Arab Pra- Islam
1) Fetishism (penyembahan pada batu)
2) Animism (kepercayaan terhadap roh)
3) Dinamism (kepercayaan terhadap nenek moyang)
4) Totemism (kepercayaan kekuatan dalam suatu berupa brung, ikan binatang atau tumbuhan)
5) Astral Triadism (kepercayaan pada tiga serangkaian benda langit, matahari bulan dan Venus)
6) Monoterism (Mempercayai bahwa Tuhan adalah satu atau tunggal dan berkuasa penuh atas
segala sesuatu
Menurut Watt dalam bukunya Muhammad's Mecca, mengidentifikasi adanya empat sistem
kepercayaan religius yang berkembang di Arab Pra Islam, yaitu :
a. Fatalisme
Kepercayaan bahwasanya peristiwa yang terjadi dalam hidup ini merupakan produk dan
ditentukan oleh waktu. Waktulah yang menentukan segalanya. Terdapat dua hal yang wujudnya
ditakdirkan; pertama, kematian (ajal) dan kedua, rezeki. Dua hal inilah yang keberadaannya di
luar kontrol manusia.
b. Paganisme
Kepercayaan masyarakat Arab pra Islam yang paling ditentang oleh Islam adalah kepercayaan
model pagan. Di jazirah arab terdapat 10 Tuhan yang disembah. Tiga diantarnya tuhan feminim
dan tujuh lainnya berkarakter tuhan maskulin.
Kepercayaan tersebut dilatari oleh keyakinan bahwa tuhan-tuhan itu bisa memberikan
kesuburan bagi tanaman. Sehingga dalam ritual mereka mengadakan persembahan sebagian
hasil bumi mereka dan penyediaan rezeki untuk berhala-berhala.
c. Kepercayaan kepada Allah sebagai Super Tuhan
Konsep "Allah" dalam masyarakat Pra Islam mengandung beberapa pengertian anatara lain;
Sebagai Tuhan pencipta alamsemesta, sebagai pemberi hujan dan kehidupan, digunakan dalam
sumpah yang sakral, sebagai objek penyembahan/ monoteisme sementara, sebagai tuhan
ka'bah, sebagai tuhan yang disembah melalui perantaraan dewa-dewa lain.
d. Monotheisme
Monoteisme masyarakat pra-Islam terdapat 3 teori yang dimunculkan; Pertama, Monoteisme
pengaruh dari agama Yahudi. Kedua, Monoteisme merupakan sesuatu yang bersifat alamiah,
atau merupakan evolusi pemikiran secaraumum dari masyarakat. Ketiga,Monoteisme berkaitan
dengan istilah "hanif" (pegangan tauhid yang dibawa nabi Ibrahim As), hal ini di jelaskan dalam
Q.S Al-Imran : 67.
‫م‬َ‫ا‬ ‫ماَك‬ََ ‫ك‬ِ‫ب‬ْ‫ر‬َ‫ا‬َِ‫ي‬‫م‬‫ر‬ُ ‫َم‬‫ه‬‫ر‬‫و‬‫د‬ِ‫ي‬َ‫ه‬ ‫ك‬َ‫ل‬ َ‫ا‬ ‫َم‬ْ‫ر‬‫ر‬‫ا‬َِ‫ي‬‫ي‬َ‫ر‬ ‫ك‬‫ي‬‫ل‬‫ر‬َٰ‫ك‬َ‫ن‬ َ‫ا‬ ‫ماَك‬ََ ‫م‬َ‫ن‬ْ‫ر‬‫ف‬َ‫ا‬ ‫م‬َ‫س‬‫ر‬‫ل‬‫ي‬‫م‬ِ‫ا‬ ‫م‬َ‫ا‬ َ‫ا‬ ‫ماَك‬ََ ‫لَك‬‫ر‬‫ا‬ ‫ْلَك‬‫ر‬َ ‫ر‬ِ‫ي‬‫ك‬ِ‫س‬‫ي‬‫ن‬‫ا‬
Artinya: Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah
seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk
golongan orang-orang musyrik.
Ikhtiar Menemukan Kekhasan Islam
Islam yang diwahyukan kepada nabi Muhammad saw mempunyai keterkaitan dengan
dasar-dasar keimanan, keyakinan dan tradisi religius masyarakat Arab pra Islam. Islam walaupun
mempunyai keterkaitan dengan keyakinan dan tradisi terdahulu, telah memberikan corak
kebertuhanan yang berbeda.
Memang mereka percaya adanya Tuhan, tidak asing dengan istilah "Allah". Namun dalam
Islambertauhid, tidak cukup dan tidak berarti percaya kepada Allah saja, tetapi mmencakup pula
pengertian yang benar tentang Allah dan bagaimana kita bersikap, beribadah kepadanya.
Masyarakat arab sebelum islam itu sudah percaya kepada Allah, hal ini telah dijelaskan dalam
Q.S Az-Zumar :38
‫ك‬‫ي‬‫ل‬‫ر‬‫ئ‬َ‫ن‬ َ‫ا‬ ‫ك‬‫ي‬‫ب‬ِ‫ي‬َ‫ت‬‫ي‬‫ن‬َ‫م‬َْ ‫ك‬‫ي‬‫ل‬َ‫ا‬ ‫لَك‬َ‫ل‬ََ ‫ك‬‫ر‬‫س‬‫ا‬ َ‫ما‬َ‫س‬‫ا‬‫م‬‫ان‬ ‫ك‬َ‫ا‬ ‫ي‬‫أ‬َ ‫ي‬ْ‫ا‬ َ‫ا‬ ‫ك‬‫ا‬‫ل‬ِ‫ن‬‫د‬ِ‫ل‬ََْ‫ن‬ ‫ك‬ِ ‫اها‬ ‫ك‬ ‫ك‬‫ي‬‫ل‬ِْ ‫ك‬‫ي‬‫ب‬ِ‫ت‬‫ي‬‫ه‬َ‫ي‬ََِ‫م‬َ‫ي‬ ‫م‬َ‫ا‬ ‫داَك‬ُِ‫ي‬‫ن‬ََ ‫ك‬‫ي‬‫ل‬‫ر‬‫ا‬ ‫ك‬‫ر‬‫ِاا‬‫و‬ ‫ك‬‫ر‬ ‫اها‬ ‫ك‬‫ي‬‫ا‬‫ر‬ُ ‫ك‬َ‫ر‬‫ر‬‫ر‬َ‫و‬‫ا‬َ‫أ‬َ‫ي‬ ‫ك‬ِ ‫اها‬ ‫ك‬ِ‫ض‬ِِ ‫ر‬‫م‬ ‫ك‬‫ي‬‫ل‬ََ ‫ك‬‫ا‬‫ل‬َِ ‫ك‬ََ‫ك‬ِ‫مس‬َ‫ن‬‫ر‬ ‫م‬ ‫ك‬‫ر‬‫ر‬ ‫ر‬‫ض‬ِِِ
‫ك‬‫ي‬‫ا‬َ‫ي‬ ‫ر‬‫ر‬‫ر‬َ‫و‬‫ا‬َ‫أ‬َ‫ي‬ ‫ك‬َ‫س‬‫ي‬‫ا‬َِ‫ر‬‫م‬‫ك‬ٍِ ‫ك‬‫ي‬‫ل‬ََ ‫ك‬‫ا‬‫ل‬َِ ‫ك‬ِ‫مس‬ََٰ‫ر‬‫م‬‫ي‬‫س‬ِ‫ا‬ ‫ك‬‫ر‬‫ح‬‫ر‬‫ت‬َ‫س‬‫ي‬‫ا‬َ‫أ‬ ‫ك‬ ‫ك‬‫ي‬‫ل‬ِْ ‫ك‬َ‫ر‬‫ر‬‫ب‬‫ي‬‫م‬َ‫ا‬ ‫ك‬ِ ‫اها‬ ‫ك‬ ‫ك‬‫ر‬‫ح‬‫ي‬َْ‫ل‬َُ ‫ك‬ِ‫ل‬‫ا‬َ َ‫د‬َ‫ت‬َ‫ه‬ ‫داَك‬ِ‫ل‬‫ر‬‫ض‬َ َ‫د‬َ‫ت‬ِ‫س‬‫ي‬‫ن‬‫ا‬
Artinya:
Dan sungguh jikakamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langitdan bumi?",
niscaya mereka menjawab: "Allah". Katakanlah: "Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang
kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah
berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi
rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya?. Katakanlah: "Cukuplah Allah
bagiku". Kepada-Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri.
Namun keimanan mereka tidak apat disebut tauhid karena pada realitasnya mereka membuat
sekutu terhadap Allah, keimanan mereka penuh dengan mitos. Pada titik inilahkonsep keyakinan
dan keimanan Islam yang dibawa oleh Muhammad saw menemui signifikasinya.
b. AGAMA DI JAZIRAH ARAB SEBELUM NABI MUHAMMAD SAW
Jazirah Arab secara bahasa terbagi menjadi dua kosa kata, yaitu “jazirah” yang berarti
Pulau, sebagian ahli sejarah menyebut jazirah Arab dengan sebutan ( ‫ة‬ ‫ر‬ ‫جزي‬ ‫ال‬ ‫ه‬‫ب‬ ‫ش‬ ) yang berarti
“Semenanjung”. Sedangkan kata Arab menurut para sejarawan ( ‫اري‬ ‫صح‬ ‫ال‬‫ار‬ ‫ف‬ ‫ق‬ ‫وال‬ ) yang berarti
“padang pasir dan gurun atau tanah gersang yang tidak ada air dan tumbuhannya”. Jadi jazirah
Arab merupakan semenanjung yang penuh dengan padang pasir dan gurun, serta gersang tanpa
air dan tanaman. Kata ini telah ada semenjak Arab kuno dan masyhur di semenanjung Arab.
Secara geografis, semenanjung Arab berbentuk memanjang dan tidak parallelogram, dan
berbatasan dengan batasan geografis yang ada di sekeliling Semenanjung Arab. Semenanjung
Arab sendiri di wilayah barat berbatasan dengan laut Merah dan semenanjung Sinai (sebuah
semenanjung yang berbentuk segitiga yang terletak di Asia Barat, namun menjadi bagian Mesir
di Afrika), dan di wilayah timur berbatasan dengan Teluk Arab (dahulu bernama Teluk Persia),
Hira, Dijla, Tigris, Euphrates dan sebagian besar Negara Selatan Irak.
Sementara di wilayah selatan berbatasan dengan laut Arab, yang merupakan
perpanjangan dari laut India, dan di bagian utara berbatasan dengan Gurun Syam (kini bernama
Suriah) dan Gurun Irak, ada beberapa perbedaan dari para sejarawan terhadap batasan-batasan
ini. Sementara panjang dan lebar menurut para sejarawan kira-kira 1000 sampai 3000 Km lebih.
Secara umum semenanjung Arabia termasuk wilayah yang tandus sehingga hal ini
melindunginya dari penjajahan dan pengaruh agama, mari kita lihat penduduk Arab sejak zaman
kuno, bebas melakukan berbagai hal, meskipun jazirah ini diapit oleh dua kekaisaran besar, yaitu
di sebelah timur oleh kekaisaran Persia yang beragama Majusi ( penyembah api, dengan kitab
sucinya Zend Avesta), dan kekaisaran Romawi yang Kristen berada di sebelah barat.
Kehidupan penduduk Arab pada masa itu rata-rata hidup Nomaden (suka mengembara
dan berpindah-pindah), selain itu, kehidupan mereka dibentuk berdasarkan kabilah-kabilah
(suku). Kabilahini dibentuk oleh kelompok-kelompok keluarga atas dasarpertalian darah (nasab),
perkawinan dan sumpah setia.
Tiap kabilah dipimpin oleh seorang yang paling tua dan dipilih melalui musyawaroh.
Secara garis besar, ada dua macam penduduk yang hidup di Arab waktu itu, yaitu; penduduk
kota, yang rata-rata pedagang dengan dua kota terkenalnya yaitu Mekkah dan Madinah. Serta
penduduk desa atau waktu itu disebut dengan sebutan Badui, mereka rata-rata adalah petani,
peternak dan pengembala
c. AGAMA SAMAWI DAN AGAMA ARDHI
Agama Samawi adalah agama yang diturunkan (wahyu) dari Allah SWT melalui malaikat
Jibril dan disampaikan oleh Nabi/Rasul yang telah dipiliholeh Allah SWT untuk disebarkan
kepada umat manusia
Ciri-ciri agama samawi :
1. Agama ini memiliki kitab suci yang otentik (ajarannya bertahan/asli dari Tuhan)
2. Mempunyai nabi/rasul yang bertugas menyampaikan dan menjelaskan lebih lanjut dari
wahyu yang diterima
3. Agama samawi /wahyu dapat dipastikan kelahirannya
4. Ajarannya serba tetap
5. ebenerannya adalah universal yaitu berlaku bagi setiap manusia,masa, dan keadaan.
Allah berfirman :
‫ََٰك‬‫ر‬‫ن‬‫ك‬ََ ‫ك‬ِْ‫م‬َ‫ت‬‫ر‬َٰ‫ي‬‫ن‬‫ا‬ ‫ك‬َ‫ل‬ ‫ك‬َ‫يي‬‫ه‬َ‫أ‬ ‫ك‬ ‫ك‬‫ر‬‫م‬‫ك‬‫ر‬‫ح‬ْ ‫ك‬ ‫َه‬‫ن‬َِ ‫ْلَك‬‫ر‬‫ل‬‫ا‬‫ت‬ِ‫س‬‫ي‬‫ل‬‫ر‬‫ن‬
Artinya : Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa
Kitab Al Qur’an yaitu kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW.
1. Kitab taurat, yaitu kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Musa.
2. Kitab Injil, yaitu kitab yang diturunkan kepada Nabi Isa.
3. Kitab zabur, yaitu kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Daud as.
Shuhuf Ibrahim dan Musa, yaitu lembaran yang tertulis di dalamnya wahyu dari Allah yang
diturunkan kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Musa. Allah berfirman di dalam surat Al A’la: 18-19
‫ك‬‫ا‬‫ا‬‫ر‬ُ ‫ا‬ََٰ‫ك‬ََ ‫ر‬‫ر‬‫ن‬َ‫ن‬ ‫ك‬‫ر‬‫ص‬ِ‫ح‬ُ‫ي‬‫ان‬ ‫ك‬‫ك‬‫أ‬َ‫ن‬‫ا‬ِ ‫ي‬ْ‫ا‬
Artinya : Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu,
‫ك‬‫ر‬‫ص‬ِ‫ح‬ِِ ‫ك‬َ‫ب‬ْ‫ر‬َ‫ا‬َِ‫ي‬‫م‬‫ر‬ُ ‫ك‬‫ك‬‫أ‬َْ‫د‬ِ‫ا‬ َ‫ا‬
Artinya : (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa
AGAMA ARDHI
Agama Ardhi adalah agama yang berkembang berdasarkan budaya, daerah, pemikiran
seseorang yang kemudian diterima secara global. Serta tidak memiliki kitab suci dan bukan
berlandaskan wahyu.
Ciri-ciri Agama Ardhi :
1. 2Agama diciptakan oleh tokoh agama
2. Tidak memiliki kitab suci
3. 4Tidak memiliki nabi sebagai penjelas agama ardhi
4. Berasal dari daerah dan kepercayaan masyarakat
5. Ajarannya dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan akal pikiran penganutnya
6. Konsep ketuhanannya yaitu Panthaisme, dinamisme dan animism
Contoh Kitab Ardhi
Kitab-kitab yang disusun oleh seseorang dalam ajaran tertentu sangatlah banyak. Diantaranya
adalah:
1. Tripitaka. Tripitaka adalah kitab umat Buddha. Setiap umat Buddha berpegang teguh
kepada Tripitaka sebagai rujukan utama karena dalamnya tercatat ucapan dan ajaran
sang hyang Buddha Gautama.
2. Weda. Weda merupakan kitab dari agamaHindu, weda adalahkitab suciumat Hindu yang
disusun oleh seorang Maharesu dari kaum brahma krishna Dwaipayana Wyana bersama-
sama muridnya.
3. Zen avesta.Zen avesta adalah kitab suci dari kaumMajusi atau yang dikenal dengan nama
Zoroaster.
4. Sishu Wujing, sishu wujing adalah kitab suci penganut konghuchu, Kitab ini disusun oleh
Kong Hu Cu yang dilahirkan pada tahun 551 SM. Agama Kong Hu Cu ini dianut oleh
sebagian masyarakat Tionghoa (China)
2.2. KELAHIRAN DAN DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW
a. MISI KERASULAN
Muahammad Saw adalah seorang abi dan Rasul terakhir bagi umat Manusia.
Muhammad Saw memulai penyebaran ajaran Islam untuk seluruh umat manusia dan
mewariskan pemerintahan tunggal Islam. Muhammad sama-sama menegakkan ajaran
tauhid untuk mengesakan Allah Swt sebagaimana yang dibawa Nabi dan Rasul
sebelumnya. Nabi Saw adalah seorang yang tabah dan sabar, sehingga beliau menjadi
panutan bagi manusia dalam segala aspek kehidupan baik dalam urusan dunia ataupun
akhirat. Keteladanan nabi saw tidak di ragukan kebenarannya, maupun kebaikannya,
karena di sampaikan nabi Muhammad sawadalah berdasarkan wahyu bukan kebohongan
da omong kosong. Nabi Muhammad Saw di utus Allah Swt. setidaknya ada empat misi
kerasulannya.
1. Mengajarkan Ketauhidan. Rasulullah Saw
Mengajarkan untuk meng esakan Allah Swt dan memberantas kemusyrikan yang
dilakukan oleh masyarakat Mekkah pada saat itu. Hal ini dijelaskan dalam Al-Quran :
‫َم‬‫ف‬‫ي‬‫ل‬َْ ‫ي‬‫أ‬َ‫ي‬ ‫ك‬‫ي‬‫ل‬‫ر‬‫ا‬ ‫ََٰك‬‫ر‬‫ل‬‫ي‬‫ب‬َْ ‫ك‬‫ي‬‫ل‬‫ر‬‫ا‬ ‫ك‬ِ‫س‬‫د‬ِْ َ‫أ‬ ‫ك‬‫ا‬‫ل‬‫ر‬ُ ‫ر‬ ‫ر‬‫دا‬ِ‫ر‬ ‫ك‬‫ر‬‫ح‬‫ي‬َْ‫ن‬‫ر‬ُ ِ‫ح‬‫ا‬‫ر‬َ‫ي‬ ‫ك‬َ‫ل‬ ‫ك‬َ‫ح‬‫ك‬َ‫ن‬‫ر‬ُ ‫ك‬‫ا‬‫ل‬‫ر‬ُ ‫َم‬‫ر‬َ‫ي‬ ‫ك‬‫ر‬‫ِاا‬‫ن‬ِ‫ب‬‫ي‬ُ‫م‬َ‫م‬
Artimya: “Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum engkau (Muhammad)
melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
selain Aku, maka sembahlah Aku.” (QS. Al-Anbiya : 25)
. Menyempurnakan Akhlak. Akhlak Nabi Muhammad Saw..
Merupakan acuan yang tidak ada bandingannya. Bukan hanya dipuji oleh manusia, tetapi
juga oleh Allah Swt. Hal ini dapat dilihat dalam firman-Nya:
‫ََٰك‬‫ا‬‫ر‬‫ر‬ُ َ‫ا‬ ‫ك‬‫ك‬‫أ‬َ‫ل‬َ‫ى‬َ‫ن‬ ‫ك‬ِ‫ل‬ِ‫ل‬َِ ‫ْب‬‫ر‬َُِ
Artinya: “Dan sesunguhnya kamu ( Muhammad ) benar-benar berbudi pekerti yang
agung.“ (QS. Al-Qalam: 4 )Ketika Aisyah binti Abu Bakar (istri Nabi Muhammad) ditanya
tentang akhlak Nabi Muhammad saw., ia menjawab : “Akhlaknya adalah Al-Qur’an “. (HR.
Ahmad dan Muslim)
Nabi Muhammad Saw. Bersabda yang artinya diriwayatkan dari Abi Hurairah, Rasulullah
Saw bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.” (HR. Ahmad)
Hadits di atas mengisyaratkan bahwa akhlak merupakan ajaran yang diterima Rasulullah
Saw dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi umat yang pada saat itu dalam kejahiliyahan.
Pada saat itu, manusia mengagungkan hawa nafsu dan sekaligus menjadi hamba hawa nafsu.
Ajaran akhlak yang dibawah Nabi Muhammad Saw tersebut terangkum dalamsebuah hadits yang
artinya:“Hai Muhammad, beritahu padaku tentang iman, iman yaitu engkau percaya kepada
Allah, malaikat, kitab, rasul, dan hari kebangkitan. Kemudian, Jibril bertanya lagi, hai Muhammad
apa yang dimaksud dengan Islam? Islam, yaitu engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah
dan Muhammad adalah utusan-Nya,mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa di bulan
Ramadan, dan menunaikan haji ke Baitullah bila mampu. Kemudian, Jibril bertanya lagi, “Hai
Rasulullah apa yang dimaksud dengan ihsan? Ihsan, yaitu engkau menyembah Allah seakan-akan
engkau melihatnya. Apabila engkau tidak melihatnya, maka Dia pasti melihatmu.” (HR. Muslim)
Hadits di atas menjelaskan bahwa ajaran akhlak yang dibawa Nabi Muhammad berupa tiga hal,
yaitu: iman, Islam, dan ihsan. Ketiganya merupakan proses yang kontinu yang hendaknya
dilakukan seorang Muslim. Ini semua tidak hanya merupakan kewajiban bagi seorang Muslim,
tetapi juga merupakan pendidikan yang dilakukan seumur hidup guna membentuk akhlak yang
baik terhadap Allah swt. dan sesama makhluk. Berdasarkan hadits tersebut, kita dapat
mengetahui bahwa tujuan berakhlak itu supaya hubungan kita dengan Allah dan makhluk selalu
terpelihara dengan baik dan harmonis.
2. Membangun Manusia yang Mulia dan Bermanfaat.
Nabi Muhammad saw. Mengajarkan tentang persamaan derajat manusia. Nabi Muhammad saw.
Juga mengajarkan agar penyelesaian masalah tidak boleh dilakukan dengan cara kekerasan,
namun harus dilakukan dengan cara-cara yang damai dan beradab. Hal ini tercermin dalam
tindakan Nabi Muhammad Saw. ketika mendamaikan masyarakat Mekah saat akan meletakkan
Hajar Aswad pada tempatnya. Nabi Muhammad mengajarkan agar manusia bekerja keras untuk
dapat memenuhi kebutuhannya, namun ketika menjadi kaya, dia harus mengasihi yang miskin
dengan cara menyisihkan sebagian hartanya untuk mereka. Orang yang kuat harus mengasihi
yang lemah. Orang tua harus menyayangi anaknya, baik anak itu laki-laki maupun perempuan.
Sebaliknya, anak harus menghormati dan berbakti kepada orang tuanya walaupun mereka sudah
sangat tua. Ketika antar anggota masyarakat dapat memahami hak dan kewajibannya, saling
menghormati, menghargai, dan mengasihi, akan menjadi masyarakat yang damai, aman,
tenteram, dan sejahtera. Terbukti, saat ini, keadaan Masyarakat Mekah dan Madinah menjadi
masyarakat yang sangatberadab, damai, sejahtera, dan mengalami kemajuan yang pesat. Semua
itu diawali dengan ketakwaan mereka kepada Allah Swt dan senantiasa berpegang teguh kepada
ajaran Nabi Muhammad SAW.
3. Memberi Kabar Gembira dan Peringatan.
Rasulullah Saw memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman kepada Allah
Swt, serta mengikuti beliau. Sebaliknya beliau mengingatkan kepada mereka yang berbuat
kejahatan, kemusyrikan, dan kemaksiatan agar menghentikan perbuatan-perbuatan yang
terlarang itu, pahamilah Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an:
‫م‬‫ا‬‫ر‬‫ر‬ُ ‫َمرَك‬‫ف‬‫ي‬‫ل‬َْ ‫ي‬‫أ‬َ‫ي‬ ‫ك‬‫ر‬‫ض‬‫ل‬َ‫ح‬‫ي‬‫ن‬‫م‬‫ر‬‫م‬ ‫ا‬َِْ‫ر‬‫ك‬َ‫م‬ ‫ا‬َِ‫ه‬‫ر‬ََٰ‫ر‬ َ‫ا‬ ‫ك‬ ‫ك‬‫ي‬‫ا‬‫ر‬ُ َ‫ا‬ ‫ك‬‫ي‬‫ل‬‫ر‬‫ا‬ ‫ك‬ٍِ‫ا‬‫ا‬ِ‫ي‬ ‫ك‬‫ا‬‫ل‬‫ر‬ُ ‫ك‬َ‫َل‬َ ‫م‬َ‫ي‬ْ‫ر‬‫م‬ ‫ك‬َِ‫ه‬‫ر‬ََٰ‫ر‬
Artinya: “Sungguh, Kami mengutus engkau dengan membawa kebenaran sebagai pembawa
berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak
Ada satupun umat melainkan di sana telah datang seorang pemberi peringatan.”(QS.Fatir:24)
b. DAKWAH SECARA SEMBUNYI-SEMBUNYI
Rasulullah Saw adalah contoh terbaik,dalam menggerakkan dan mengelola dakwah.
Keberhasilannya dalam mengajak manusia kepada agama Allah, terhitung spektakuler.
Bagaimana tidak, hanya dalam waktu 23 tahun beliau berhasil mengajak seluruh bangsa Arab
dalam pelukan Islam, yang imbasnya secara alamiah dari generasi ke generasi Islam telah
menyebar ke seluruh penjuru . Jumlah populasi muslim dunia ,kini yang mencapai kurang lebih
1.5 milyar tak lepas dari kiprah beliau selama 23 tahun tersebut.
Bahasan di seputar keberhasilan dakwah, tak ada rujukan yang paling pantas kecuali
merujuk pada warisan sunnah yang telah ditinggalkan manusia paling agung, yakni Muhammad
Saw. Allah berfirman :
“Serulah kepada Allah atas dasar basyiroh, aku dan orang-orang yang mengikutiku. Maha
suci Allah, aku tiada termasuk orang-orang musyrik “ ( Yusuf ;108 )”
Beberapa mufassir memberikan keterangan , yang dimaksud ‘ala basyiroh pada ayat
diatas adalah ‘ala sunnah atau ala ilmin , maknanya ; dakawah kepada Allah hendaklah berdasar
sunnah rasul-Nya. Perintah ini sangatlah logis, sebab telah terbukti dalam lembar sejarah
Muhammad Saw sebagai rasul terakhir benar-benar telah berhasil dengan gemilang menjadikn
Islam sebagai rahmatan lil alamin. Dan tak berlebihan kalau kemudian seorang peneliti barat
Michael Hurt, menempatkan Muhammad Saw pada urutan pertama dari 100 tokoh dunia yang
paling berpengaruh.
Fakta yang terjadi pada era globalisai ini strategi dakwah yang diguakan para Da’i dalam
menyampaikan materi dakwahnya sama sekali kurang membuat masyarakat menjadi lebih
terpesona dengan ajaran islamnya melainkan masyarakat malah menghindarinya dan bahkan
jauh dari syari’at islamdan strategi yang dilakukan oleh Rasulullah ketika berdakwah di Mekkah
dan di Madinah.
d. TURUNNYA PERINTAH UNTUK DAKWAH SECARA TERANG-TERANGAN
Setelah Rasulullah berdakwah rahasia selama tiga tahun, lalu Allah menurunkan ayat:
Pada suatu hari, Rasulullah berdiri di atas bukit Shafa memanggil suku Quraisy, hingga orang-
orang pun mengerumuninya.Diantara mereka, terdapat pamannya, Abu Lahab, seorang
tokoh Quraisy yang paling memusuhi Allah dan Rasulnya. Tatkala orang-orang telah
berkumpul, beliau bersabda, “Bagaimana pendapat kalian, seandainya saya memberitahu
kalian bahwa di balik gunung ini ada musuh yang menanti kalian, apakah kalian mempercayai
saya?” Mereka menjawab, “Yang terlintas di hati kami tentang anda adalah kejujuran dan
amanah.” Beliau lalu bersabda, “Saya adalah orang yang memberi peringatan kepada kalian
bahwa dihadapan kalian ada siksa yang maha berat.” Kemudian Rasulullah mengajak mereka
untuk menyembah Allah dan meninggalkan berhala yang selama ini mereka sembah. Aku
lahab langsung keluar dari kerumunan orang-orang dan berkata. “Celakalah kamu! Apakah
hanya untuk ini kami mengumpulakn kami?” setelah kejadian itu, Allah menurunkan QS.
Al.Lahab.
Dan Nabi telah melanjutkan dakwah dan memulai secara terang-terangan di tempat-
tempat mereka berkumpul, dan mengajak mereka masuk agama Islam, bahkan beliau
melakukan shalat di sisi Ka’bah. Sementara itu, penyiksaan orang-orang kafir terhadap kaum
muslimin semakin bertambah, sebagaimana yang dialami Yasir dan Sumaiyah yang akhirnya
mati syahid, juga Ammar, putra mereka. Bahkan, Sumauyah adalah wanita pertama dalam
Islam yang mati syahid disebabkan oleh penyiksaan.
Begitu pula siksaanditimpakan Umayyah bin Khalafdan Abu Jahal kepada Bilalbin Rabah.
Sebelumnya, Bilal masuk Islam melalui perantara Abu Bakar. Suatu ketika, Umayyah
memergkinyam lalu ia pun mnimpakan berbagai macam siksaan agar Bilalh mau
meninggalkan Islam. Namun, Bilal menolak dan tetap berpegang teguh pada agama Islam.
Lalu Umayyah membawa Bilal keluar kota Mekkah dalam keadaan terikat rantai. Setelah
tubuhnya ditelantangkan di atas pasir yang membara, diletakkan batu besar di atas dadanya,
untuk kemudian Umayyah beserta para pengikutnya menghujaninya dengan cambukan.
Namun. Bilal berkali-kali hanya mengucapkan, Ahad, Ahad (Yang Maha Esa), hingga akhirnya
Abu Bakar melihatnya. Dengan seketika itu, Abu Bakar membelinya dari Umayyah dan
memerdekakannya di jalan Allah.
Di anatra hikmah dari berbagai penyiksaan ini, Rasulullah melarang kaum muslimin
mengumumkan keIslaman mereka, sebagaimana yang beliau lakukan ketika berkumpul
bersama mereka dengan cara diam-diam. Karena seandainya beliau berkumpul bersama
mereka secara terang-terangan, maka kaum musyrikin pasti menghalangi beliau dalam
menyapaikan pengajaran dan petunjuk kepada kaum muslimin. Bahkan hal ini bisa had akan
mendatangkan bentrokan di antara dua kelompok.
Dan sudah diketahui, bahwa bentrokan ini bisa mengakibatkan kehancuran dan
kebinasaan kaum muslimin, mengingat sedikitnya jumlah mereka. Oleh karenanya, hikmah
yang paling nyata disini adalah mereka harus masuk Islam secara sembunyu-sembunyi. Lain
halnya dengan Rasulullah, beliau tetap berdakwah dan beribadah secara terang-terangan di
hadapan orang-orang musyrik, sekalipun beliau menrima siksaan dari kaum kafir Quraisy.
C. Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah di Mekkah
Reaksi kaum Quraisy terhadap gerakan Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw. Begitu
cepat berkembang dan hal tersebut sangat menghawatirkan para pemimpin dan pembesar
Quraisy.Mereka takut bahwa kedudukan mereka yang semula begitu dihormati dan berkuasa
akan menjadi tersaingi dengan kekuatan Islam. Menurut pendapat mereka, tunduk kepada
Rasulullah berarti sama dengan tunduk dan menyerahkan kepemimpinan atau kekuasaan
kepada keluarga Muhammad, yaitu bani Abdul Muthalib. Diantara reaksi kaum Quraisy
terhadap dakwah Rasulullah saw. Antara lain sebagai berikut.
1. Kemarahan Kaum Quraisy
Kaum Quraisy marah karena menganggap bahwa ajaran yang disampaikan
Nabi Muhammad saw. Menghina tuhan-tuhan berhala mereka.
2. Intimidasi terhadap Umat Islam
Kaum Quraisy memaksa budak-budak mereka yang telah masuk Islam untuk
kembali kepada agama berhala. Apabila menolak maka mereka disiksa hingga
mereka menyerah atau sekarat.
3. Mempengaruhi Paman Rasulullah (abu Thalib)
Beberapa tokoh Quraisy menemui Abu Thalib dan meminta agar Muhammad
menghentikan kegiatannyadalammenyiarkan Islam.Akan tetapiMuhammad saw.
Menolak dan dengan tegas berkata kepada pamannya,” Demi Allah, wahai paman
sekiranya mereka letakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku
agar aku meninggalkan pekerjaan ini (menyeru kepada agama Allah) sehingga ia
tersiar (di muka bumi ini) atau aku akan binasa karenanya, tetapi aku tidak akan
menghentikan pekerjaan ini.
4. Penganiayaan dan Hijrah ke Habsyah
Kaum Quraisy melancarkan gangguan dan penghinaan kepada Rasulullah saw.
Serta menyiksa hingga ke luar batas kemanusiaan terhadap pengikut-pengikut
Beliau. Akhirnya Muhammad saw. Menganjurkan agar mereka hijrah ke Habsyah
(Abesinia) yang masyarakatnya banyak menganut Kristen. Raja Habsyah pada saat
itu bernama Najasyi dan dikenal sangat adil.
D. Faktor-Faktor Orang Quraisy Menentang Dakwah Rasulullah
1. Persaingan merebut kekuasaan
Kaum Quraisy tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan, atau antara
kenabian dan kerajaan. Mereka mengira tunduk kepada agama Muhammad berarti tunduk
kepada kekuasaan Abdul Muthalib. Sedangkan suku-suku bangsa arab selalu bersaingan
untuk merebutkan kekuasaan dan pengaruh. Sebab itu bukanlah hal yang mudah bagi kaum
quraisy untuk menyerehkan kepemimpinan kepada Muhammad karena menurut mereka
berarti suku-suku bangsa arab akan kehilangan kekuasaan dalam masyarakat.
2. Penyamaan antara hak antara kasta bangsawan dan kasta hamba sahaya
Bangasa arab hidup dengan system kasta, tiap-tiap manusia digolongkan dalam kelompok
kasta yang tak boleh dilampauinya. Tapi seruan nabi Muhammad membrikan hak yang sama
kepada manusia, yang merupakan suatu dasar yang penting dalamagama islam, agama islam
memandang sama antara hamba sahaya dengan tuannya.
3. Takut dibangkitkan dari alam kubur
Agama islam mengajarkan bahwa pada hari kiamat manusia akan dibangkitkan dari dalam
kuburnya dan semua amal pernebuatan manusia akan di hisab , orang-orang yang berbuat
baik maka Allah akan membalasnya dengan surga akan tetapi orang yang berbuat jahat akan
dibalas dengan neraka. Kaum Quraisy tidak dapat menerima agama islamyang mengajarkan
manusia akan dibangkitkan kembali sesudah mati.
4. Taklid kepada nenek moyang
Para kaum Quraisy taklid secarabuta terhadap nenek moyang yang telah berurat dan berakar
pada bangsa arab karena itu sangat beratlah terasa bagi mereka meninggalkan agama nenek
moyang dan mengikuti agama baru yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW.
5. Memperniagakan patung
Salah satu dari usaha orang arab dahulu adalah memahat patung yang
menggambarkan Latta, Uzza , Manna , dan Hubal patung-patung itu mereka jual kepada
Jamaah Haji, mereka membelinya supaya mendapat berkat atau untuk kenang-kenangan.
Tetapi agama Islam melarang menyembah memahat dan menjual patung, karena itu
saudagar-saudagarpatung memandang agamaIslamsebagai penghalang rezeki mereka, oleh
karena itu, mereka menentang agama Islam.
‫ي‬ََ‫ن‬‫ي‬ِ‫م‬َ‫م‬ ‫م‬َ‫س‬‫ر‬‫م‬ ‫ك‬َِِ‫ا‬‫ري‬َِ ‫ك‬‫ي‬‫ا‬ ‫ر‬ِ‫ي‬َُ‫ي‬ َ‫ا‬ ‫ك‬‫ر‬‫ل‬َُ ‫ْلَك‬‫ر‬َ ‫ر‬ِ‫ي‬‫ك‬ِ‫س‬‫ي‬‫ن‬‫ا‬
Artinya: "Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik." (Qs. Al-Hijr : 94)
َِ‫ي‬‫و‬‫ا‬ ‫ك‬‫ك‬‫أ‬َ‫ن‬‫ر‬ُ ‫ك‬‫ر‬‫ل‬ْ‫ر‬‫ب‬َْ ‫ََٰك‬‫ر‬‫ض‬‫م‬َ‫أ‬ ‫ك‬‫ر‬ٍَ‫س‬‫ي‬َٰ ‫ر‬‫ح‬‫ي‬‫ن‬‫م‬‫ر‬‫م‬ ‫ك‬‫ر‬ٍَِ‫ر‬ُ ‫ي‬‫د‬َ‫س‬‫ي‬‫ن‬‫ا‬ َ‫ا‬ ‫ك‬‫ر‬ٍَ‫ف‬َ‫م‬َ‫ح‬‫ي‬‫ن‬‫ا‬ ‫ك‬ ‫ك‬‫ي‬‫ب‬ِ‫ي‬‫ي‬‫ن‬‫ر‬‫و‬‫م‬َ‫م‬ َ‫ا‬ ‫ر‬‫ر‬‫ت‬‫ا‬‫ن‬‫م‬‫ر‬‫م‬ ‫ك‬َ‫ر‬‫ر‬َ ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫م‬‫ي‬‫ا‬َ‫ي‬ ‫ك‬ ‫ك‬‫ا‬‫ا‬‫ر‬ُ ‫اََٰك‬‫م‬َ‫أ‬ ‫ك‬َ‫د‬َِ ‫ك‬ِ‫ب‬َ‫ل‬‫ي‬َُ‫ي‬ ‫ك‬‫ي‬‫ل‬َ‫س‬‫ر‬‫م‬ ‫ك‬‫ا‬‫ل‬َِ ‫ك‬‫ي‬‫ل‬َُ ‫ك‬‫ر‬‫ح‬‫ر‬‫ل‬ْ‫ر‬‫ب‬َْ ‫ك‬ ‫ك‬َِ َ‫كا‬َ‫د‬
‫ك‬ِ‫ب‬َ‫ل‬‫ي‬َُ‫ي‬ ‫هلَك‬‫ر‬‫ن‬َ‫ت‬‫ي‬‫ي‬ِ‫س‬‫ي‬‫ن‬‫م‬‫ر‬‫م‬
Artinya: "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (Qs. An-Nahl : 125)
‫ََٰك‬‫ا‬‫ر‬‫ر‬ُ َ‫ا‬ ‫ك‬‫ي‬‫ب‬َِ‫د‬ُِ‫ي‬‫ن‬َ‫ت‬َ‫ن‬ ‫ك‬‫ك‬‫أ‬َ‫ن‬‫ر‬ُ ‫ارِك‬َِ ‫ر‬ِ ‫ك‬‫ر‬‫ل‬َ‫ت‬‫ي‬‫م‬ِ‫ا‬
Artinya: "Dan sesungguhnya kamu benar-benar menyeru mereka kepada jalan yang lurus."
(Qs. Al-Mu'minun : 73)
2.2 Tujuan penulisan
Supaya masyrakat pada kalangan awam dapat memahami dan meneladani sifat-sifat nabi
saw yang telah berupaya menyebarkan islampada tanah arab . dan supaya bisa dibaca oleh
berbagai kalangan-kalangan.
2.3 Manfaat penulisan
Mempelajari Siroh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallammembantu memudahkan memahami
Islamdengan baik dalamaspekaqidah, ibadah dan akhlak. Dan sejarahtelah mencatat bahwa
beliau memulai dakwah dengan tauhid dan perbaikan aqidah dan menekankan pada masalah
tersebut.
Perintah dakwah secara terang terangan
1.1 Latar belakang
rosūlullāh ‫ﷺ‬berdakwah selama kurang lebih 3 tahun secara diam-diam dan beliau mulai dari
orang-orang terdekat Beliau. Sampai akhirnya Allāh memerintahkan Rasūlullāh ‫ﷺ‬ untuk
dakwah terang-terangan. Allah berfirman :
e.ْ‫ر‬ِ‫ذ‬‫ن‬َ‫أ‬ َ‫و‬َْ‫ك‬َ‫ت‬َ‫ير‬ِ‫ش‬َ‫ع‬َْ‫ين‬ِ‫ب‬َ‫ر‬‫ق‬َ‫اْل‬
“Dan berilah peringatan kepada keluargamu yang dekat.” (QS Asy-Syu’arā : 24)
Sebenarnya orang-orang Quraisy sudah mengetahui dakwah Nabi dan ada diantara mereka
ada yang mengikuti ajaran Muhammad ‫ﷺ‬. Mereka pernah melihat Bilāl shalat, akan tetapi
orang-orang Quraisy saat itu tidak menganggap masalah. Karena pada zaman itu telah
dijumpai beberapa orang yang berada di atas millahhanifiyyah (ajaran yang lurus), ajarannya
Nabi Ibrāhīm ‘alayhissalām yang tidak menyembah berhala dan tidak melakukan kesyirikan.
Di antara orang-orang tersebut adalah Waraqah bin Naufal, Umayyah bin Abi Salt, Zaid bin
‘Amr bin Naufal, ‘Amr bin ‘Abasah as-Sulami, Shirmah bin Abi Anas, Kholid bin Sinan al-‘Abasi
dan Quss bin Sa’idah. Mereka ini -para ahnaaf-terkadang berdakwah jugaakan tetapi dakwah
mereka pada akhirnya hilang. Bisa jadi pada awalnya kaum Quraisy juga menyangka bahwa
dakwah Nabi sama seperti dakwah para ahnaaf yang hanya ramai sebentar namun kemudian
redup dan sirna.Akan tetapi persangkaan mereka keliru. Mereka -para ahnaaf-bukanlah para
Nabi, adapun Muhammad ‫ﷺ‬, beliau adalah utusan Allah.
Kaum Quraisy semakin menganggap dakwah Muhammad ‫ﷺ‬ ini sebagai masalah ketika
Rasūlullāh ‫ﷺ‬mendakwahkan dan menyeru mereka untuk meninggalkan kesyirikan secara
terang-terangan. Mereka mulai terusik dan merasa mulai diatur-atur. Adapun saat dakwah
masih sembunyi-sembunyi dan masing-masing sibuk dengan dirinya sendiri, mereka
menganggapnya sebagai suatu hal yang tidak mengapa dan tidak masalah. Namun, ketika
Rasūlullāh ‫ﷺ‬mulai berdakwah secara jahriyyah (terang-terangan) maka mulailah dianggap
suatu masalah, dan mereka mulai melakukan penentangan.
Disebutkan bahwa di akhir dakwah sirriyah (diam-diam), ada sekitar 50 sampai 60[1] orang
yang telah masuk Islam. Namun Nabi ‫ﷺ‬tidak mau menyebutkan nama-nama mereka, untuk
menjaga keamanan dan keselamatan mereka, karena diantara mereka ada orang-orang
miskin yang jika ketahuan maka mereka akan dimusuhi.
‘Amr bin ‘Abasah As-Sulami berkata tentang kisah Islamnya :
ُْ‫ت‬‫ن‬ُ‫ك‬‫َا‬‫ن‬َ‫أ‬ َ‫و‬‫ي‬ِ‫ف‬ِْ‫ة‬َّ‫ي‬ِ‫ل‬ِ‫ه‬‫ا‬َ‫ج‬‫ال‬ْ‫ن‬ُ‫ظ‬َ‫أ‬َّْ‫ن‬َ‫أ‬َْ‫اس‬َّ‫ن‬‫ال‬‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬،ٍ‫ة‬َ‫ل‬ َ‫َل‬َ‫ض‬ْ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ن‬َ‫أ‬ َ‫و‬‫وا‬ُ‫س‬‫ي‬َ‫ل‬‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ٍْ‫ء‬‫َي‬‫ش‬ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫و‬َْ‫ُون‬‫د‬ُ‫ب‬‫ع‬َ‫ي‬،َ‫ان‬َ‫ث‬‫و‬َ‫اْل‬ُْ‫ت‬‫ع‬ِ‫م‬َ‫س‬َ‫ف‬ٍْ‫ل‬ُ‫ج‬َ‫ر‬ِ‫ب‬َْ‫م‬ِ‫ب‬َْ‫ة‬َّ‫ك‬ْ‫ُخ‬‫ي‬ُْ‫ر‬ِ‫ب‬
،‫ا‬ً‫ار‬َ‫ب‬‫خ‬َ‫أ‬ُْ‫ت‬‫د‬َ‫ع‬َ‫ق‬َ‫ف‬‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬،‫ي‬ِ‫ت‬َ‫ل‬ ِ‫اح‬َ‫ر‬ُْ‫ت‬‫م‬ِ‫د‬َ‫ق‬َ‫ف‬،ِ‫ه‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ُْ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ِْ‫للا‬‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ُْ‫للا‬ِْ‫ه‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬َْ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬‫ًا‬‫ي‬ِ‫ف‬‫خ‬َ‫ت‬‫س‬ُ‫م‬ُْ‫ء‬‫ا‬َ‫ء‬َ‫ر‬ُ‫ج‬ِْ‫ه‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬،ُ‫ه‬ُ‫م‬‫و‬َ‫ق‬َْ‫ل‬َ‫ت‬َ‫ف‬ُْ‫ت‬‫ف‬َّ‫َّط‬‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ُْ‫ت‬‫َل‬‫خ‬َ‫د‬
ِْ‫ه‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬،َ‫ة‬َّ‫ك‬َ‫م‬ِ‫ب‬ُْ‫ت‬‫ل‬ُ‫ق‬َ‫ف‬ُ‫ه‬َ‫ل‬:‫ا‬َ‫م‬‫؟‬َ‫ت‬‫ن‬َ‫أ‬َْ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬« :‫َا‬‫ن‬َ‫أ‬ْ‫ي‬ِ‫ب‬َ‫ن‬»،ُْ‫ت‬‫ل‬ُ‫ق‬َ‫ف‬:‫ا‬َ‫م‬ َ‫و‬‫؟‬‫ي‬ِ‫ب‬َ‫ن‬َْ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬« :‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ل‬َ‫س‬‫ر‬َ‫أ‬ُْ‫للا‬»،ُْ‫ت‬‫ل‬ُ‫ق‬َ‫ف‬:ِْ‫ي‬َ‫أ‬ِ‫ب‬ َ‫و‬ٍْ‫ء‬‫َي‬‫ش‬،َ‫ك‬َ‫ل‬َ‫س‬‫ر‬َ‫أ‬َْ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬« :‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ل‬َ‫س‬‫ر‬َ‫أ‬
ِْ‫ة‬َ‫ل‬ ِ‫ص‬ِ‫ب‬،ِ‫ام‬َ‫ح‬‫ر‬َ‫اْل‬ِْ‫ر‬‫س‬َ‫ك‬ َ‫و‬،ِ‫ان‬َ‫ث‬‫و‬َ‫اْل‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ َ‫و‬َْ‫د‬َّ‫ح‬ َ‫ُو‬‫ي‬ُْ‫للا‬َْ‫ل‬ُْ‫ك‬َ‫ر‬‫ُش‬‫ي‬ِْ‫ه‬ِ‫ب‬ْ‫ء‬‫َي‬‫ش‬»،ُْ‫ت‬‫ل‬ُ‫ق‬ُ‫ه‬َ‫ل‬:ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫ف‬َْ‫ك‬َ‫ع‬َ‫م‬َْ‫ع‬‫ى‬َ‫ل‬‫ا؟‬َ‫ذ‬َ‫ه‬َْ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬« :،‫ر‬ُ‫ح‬‫د‬‫ب‬َ‫ع‬ َ‫و‬»،َْ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬:َْ‫م‬ َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫ع‬
ٍْ‫ذ‬ِ‫ئ‬َ‫م‬‫و‬َ‫ي‬‫ُو‬‫ب‬َ‫أ‬، ٍ‫ر‬‫ك‬َ‫ب‬ْ‫ل‬ َ‫َل‬ِ‫ب‬ َ‫و‬ْ‫ن‬َّ‫م‬ِ‫م‬َْ‫ن‬َ‫م‬‫آ‬،ِ‫ه‬ِ‫ب‬ُْ‫ت‬‫ل‬ُ‫ق‬َ‫ف‬:‫ي‬ِ‫ن‬ِ‫إ‬،َ‫ك‬ُ‫ع‬ِ‫ب‬َّ‫ت‬ُ‫م‬َْ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬« :َْ‫ك‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬َْ‫ل‬ُْ‫ع‬‫ي‬ِ‫َّط‬َ‫ت‬‫س‬َ‫ت‬َْ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬َْ‫ك‬َ‫م‬‫و‬َ‫ي‬،‫ا‬َ‫ذ‬َ‫ه‬َْ‫ل‬َ‫أ‬‫ى‬َ‫ر‬َ‫ت‬‫ي‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫ح‬َْ‫ل‬‫ا‬َ‫ح‬ َ‫و‬ِْ‫اس‬َّ‫ن‬‫ال‬،ِْ‫ن‬ِ‫ك‬َ‫ل‬ َ‫و‬
ْ‫ع‬ ِ‫ج‬‫ار‬‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ْ‫ه‬َ‫أ‬َْ‫ك‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫ف‬َْ‫ت‬‫ع‬ِ‫م‬َ‫س‬‫ي‬ِ‫ب‬‫د‬َ‫ق‬ُْ‫ت‬‫ر‬َ‫ه‬َ‫ظ‬‫ي‬ِ‫ن‬ِ‫ت‬‫أ‬َ‫ف‬»،
“Pada masa jahiliyah dulu, saya mengira bahwa manusia ketika itu berada dalam
kesesatan. Mereka tidaklah berada di atas sesuatu (keyakinan) yang baik, mereka saat itu
menyembah berhala. Lalu saya mendengar tentang sosok seorang laki-laki di Makkah yang
sedang menyampaikan beberapa kabar berita. Kemudian aku duduk di atas hewan
tungganganku. Saya mendatangi Rasulullah‫ﷺ‬, ternyata beliau sedang bersembunyi karena
kaumnya berani (mengganggu)nya. Akupun masuk diam-diam hingga aku menemui beliau di
Mekah. Maka aku bertanya kepadanya, “SiapaAnda?” Beliaumenjawab: “Seorang Nabi.”Aku
bertanya lagi,“Apa itu Nabi?” Beliaumenjawab: “Allahtelah mengutusku.” Aku bertanya lagi,
“Engkau diutus dengan apa?” Beliau menjawab: “Aku diutus untuk menyambung tali
silaturahmi, menghancurkan berhala, dan agar Allah ditauhidkan dan tidak dipersekutukan.”
Lalu aku bertanya lagi, “Siapakah orang yang menjadi pengikut Anda dalam perkara ini (Din
Islam)?” Beliau menjawab: “Seorang yang merdeka dan juga seorang budak”.
Dan bersama beliau tatkala itu Abu Bakar dan Bilal radliallahu ‘anhuma dari orang-orang
yang telah beriman kepada beliau. Aku berkata kepada beliau, “Aku akan mengikutimu”.
Beliau berkata, “Sesungguhnya engkau tidak mampu menjadi pengikutku pada hari sekarang
ini. Tidakkah engkau lihat kondisiku dan kondisi orang-orang, akan tetapi pulanglah kamu ke
keluargamu, dan jika engkau telaH mendengar bahwa aku telah dimenangkan maka
datangilah aku!”. (HR Muslim no 832)
Di kisah sini, Nabi ‫ﷺ‬tidak menyebutkan semua sahabat yang masuk Islam, walaupun
akhirnya ketahuan sehingga sebagiannya ada yang dibunuh dan ditangkap. Padahal secara
logika, apabila Nabi ‫ﷺ‬mengatakan “Orang yang sudah masuk Islamsudah 50 atau 60 orang”,
maka bisa membuat ‘Amr tertarik. Tetapi Rasūlullāh ‫ﷺ‬tidak mengenal ‘Amr karena ‘Amr
adalahorang di luar Mekah. Ternyata ‘Amr tertarik dengan Islamdan iamasuk Islamlalu ingin
menjadi pengikut Nabi ‫ﷺ‬, tetapi Nabi ‫ﷺ‬melarangnya dan dia diperintahkan untuk pulang ke
kampungnya. Alasan Nabi ‫ﷺ‬melarang ‘Amr mengikutinya di Mekah adalah karena ‘Amr bin
‘Abasah bukanlah penduduk Mekah. Apabila dia disakiti tidak akan ada yang bisa
menolongnya. Sehingga akhirnya dia pulang ke kaumnya dan kaumnya menyambut
dakwahnya sehingga banyak yang masuk Islam.
Ketika Allāh memerintahkan Rasūlullāh ‫ﷺ‬ untuk berdakwah secara terang-terangan,
‘Āisyah radhiyallāhu Ta’āla ‘anhā mengisahkan,
f.‫ا‬َّ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ت‬َ‫ل‬َ‫َز‬‫ن‬{ْ‫ر‬ِ‫ذ‬‫ن‬َ‫أ‬ َ‫و‬َْ‫ك‬َ‫ت‬َ‫ير‬ِ‫ش‬َ‫ع‬َْ‫ين‬ِ‫ب‬َ‫ر‬‫ق‬َ‫اْل‬}َْ‫م‬‫ا‬َ‫ق‬ُْ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ِْ‫للا‬‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ُْ‫للا‬ِْ‫ه‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬َْ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬،‫ا‬َ‫ف‬َّ‫ص‬‫ال‬َْ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬« :‫ا‬َ‫ي‬ُْ‫ة‬َ‫م‬ِ‫اط‬َ‫ف‬َْ‫ت‬‫ن‬ِ‫ب‬ُْ‫م‬،ٍ‫د‬َّ‫م‬َ‫َح‬‫ا‬َ‫ي‬ُْ‫ة‬َّ‫ي‬ِ‫ف‬َ‫ص‬
َْ‫ت‬‫ن‬ِ‫ب‬ِْ‫د‬‫ب‬َ‫ع‬،ِ‫ب‬ِ‫ل‬َّ‫َّط‬ُ‫م‬‫ال‬‫ا‬َ‫ي‬‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ب‬ِْ‫د‬‫ب‬َ‫ع‬،ِ‫ب‬ِ‫ل‬َّ‫َّط‬ُ‫م‬‫ال‬َْ‫ل‬ُْ‫ك‬ِ‫ل‬‫م‬َ‫أ‬ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬َْ‫ن‬ِ‫م‬ِْ‫للا‬،‫ا‬ً‫ئ‬‫َي‬‫ش‬‫ي‬ِ‫ن‬‫و‬ُ‫ل‬َ‫س‬ْ‫ن‬ِ‫م‬‫ي‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫م‬ُ‫ت‬‫ئ‬ِ‫ش‬»
“Saat turun ayat wa andzir ‘asyīratakal aqrabīn (Dan berilah peringatan kepada
keluargamu yang dekat), dengan serta merta Rasūlullāh ‫ﷺ‬langsung berdiri di atas bukit
As-Shafa lalu ia berkata:
“Wahai Fāthimah putri Muhammad, wahai Shafiyyah bintu ‘Abdil Muththalib, wahai
anak-anak ‘Abdul Muththalib, sesungguhnya aku tidak bisa menolong kalian (di akhirat)
sama sekali, jika ingin harta maka mintalah kepadaku apa yang kalian mau.” (HR Muslim
no 205)
Dari Abū Hurairah radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu beliau berkata :
g.‫ا‬َّ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ت‬َ‫ل‬ ِ‫ز‬‫ن‬ُ‫أ‬ِْ‫ه‬ِ‫ذ‬َ‫ه‬ْ‫ال‬ُْ‫ة‬َ‫ي‬{ْ‫ر‬ِ‫ذ‬‫ن‬َ‫أ‬ َ‫و‬َْ‫ك‬َ‫ت‬َ‫ير‬ِ‫ش‬َ‫ع‬َْ‫ين‬ِ‫ب‬َ‫ر‬‫ق‬َ‫اْل‬}،‫ا‬َ‫ع‬َ‫د‬ُْ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ِْ‫للا‬‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ُْ‫للا‬ِْ‫ه‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬َْ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬،‫ا‬ً‫ش‬‫ي‬َ‫ر‬ُ‫ق‬‫وا‬ُ‫ع‬َ‫م‬َ‫ت‬‫اج‬َ‫ف‬َّْ‫م‬َ‫ع‬َ‫ف‬َّْ‫َص‬‫خ‬ َ‫و‬،َْ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬:
«‫ا‬َ‫ي‬‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ب‬ِْ‫ب‬‫ع‬َ‫ك‬ِْ‫ن‬‫ب‬،ٍ‫ي‬َ‫ؤ‬ُ‫ل‬‫وا‬ُ‫ذ‬ِ‫ق‬‫ن‬َ‫أ‬ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫س‬ُ‫ف‬‫ن‬َ‫أ‬َْ‫ن‬ِ‫م‬، ِ‫ار‬َّ‫ن‬‫ال‬‫ا‬َ‫ي‬‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ب‬َْ‫ة‬ َّ‫ر‬ُ‫م‬ِْ‫بن‬،ٍ‫ب‬‫ع‬َ‫ك‬ِْ‫ق‬‫ن‬َ‫أ‬‫وا‬ُ‫ذ‬ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫س‬ُ‫ف‬‫ن‬َ‫أ‬َْ‫ن‬ِ‫م‬، ِ‫ار‬َّ‫ن‬‫ال‬‫ا‬َ‫ي‬‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ب‬ِْ‫د‬‫ب‬َ‫ع‬ٍْ‫س‬‫َم‬‫ش‬،‫وا‬ُ‫ذ‬ِ‫ق‬‫ن‬َ‫أ‬
ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫س‬ُ‫ف‬‫ن‬َ‫أ‬َْ‫ن‬ِ‫م‬، ِ‫ار‬َّ‫ن‬‫ال‬‫ا‬َ‫ي‬‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ب‬ِْ‫د‬‫ب‬َ‫ع‬،ٍ‫َاف‬‫ن‬َ‫م‬‫وا‬ُ‫ذ‬ِ‫ق‬‫ن‬َ‫أ‬ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫س‬ُ‫ف‬‫ن‬َ‫أ‬َْ‫ن‬ِ‫م‬، ِ‫ار‬َّ‫ن‬‫ال‬‫ا‬َ‫ي‬‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ب‬،ٍ‫م‬ِ‫ش‬‫َا‬‫ه‬‫وا‬ُ‫ذ‬ِ‫ق‬‫ن‬َ‫أ‬ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫س‬ُ‫ف‬‫ن‬َ‫أ‬َْ‫ن‬ِ‫م‬، ِ‫ار‬َّ‫ن‬‫ال‬‫ا‬َ‫ي‬‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ب‬‫ب‬َ‫ع‬ِْ‫د‬،ِ‫ب‬ِ‫ل‬َّ‫َّط‬ُ‫م‬‫ال‬
ْ‫ن‬َ‫أ‬‫وا‬ُ‫ذ‬ِ‫ق‬ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫س‬ُ‫ف‬‫ن‬َ‫أ‬َْ‫ن‬ِ‫م‬، ِ‫ار‬َّ‫ن‬‫ال‬‫ا‬َ‫ي‬،ُ‫ة‬َ‫م‬ِ‫اط‬َ‫ف‬‫ي‬ِ‫ذ‬ِ‫ق‬‫ن‬َ‫أ‬ِْ‫ك‬َ‫س‬‫َف‬‫ن‬َْ‫ن‬ِ‫م‬، ِ‫ار‬َّ‫ن‬‫ال‬‫ي‬ِ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ف‬َْ‫ل‬ُْ‫ك‬ِ‫ل‬‫م‬َ‫أ‬ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬َْ‫ن‬ِ‫م‬ِْ‫للا‬،‫ا‬ً‫ئ‬‫َي‬‫ش‬َْ‫ر‬‫َي‬‫غ‬َّْ‫ن‬َ‫أ‬ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬‫ا‬ً‫م‬ ِ‫ح‬َ‫ر‬ْ‫ُل‬‫ب‬َ‫أ‬َ‫س‬‫ا‬َ‫ه‬‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ل‬ َ‫َل‬َ‫ب‬ِ‫ب‬»،
“Saat turun ayat wa andzir ‘asyīratakal aqrabīn (Dan berilah peringatan kepada keluargamu
yang dekat), maka Rasūlullāh ‫ﷺ‬menyeru orang-orang Quraisy, lalu merekapun berkumpul,
Nabi pun memanggil mereka secara umum dan secara khusus. Nabi menyeru, “Wahai Bani
(anak keturunan) Ka’ab bin Luay, selamatkan diri kalian dari neraka Jahannam! Wahai Bani
Murrah bin Ka’ab, selamatkanlah diri kaliandari neraka Jahannam! WahaiBani‘Abdu Syamsy,
selamatkanlah diri kalian dari neraka Jahannam! Wahai Bani‘Abdu Manaf, selamatkanlah diri
kalian dari neraka Jahannam! Wahai Bani Hāsyim, selamatkanlah diri kalian dari Jahannam!
Wahai Bani ‘Abdul Muththalib, selamatkanlah diri kalian dari neraka Jahannam! Wahai
Fāthimah, selamatkanlah dirimu dari neraka Jahannam! karena sesungguhnya aku tidak bisa
menolong kalian, hanya saja kalian punya hubungan kerabat denganku dan aku akan
membasahinya (menyambungnya).” (HR Muslim no 204)
Rasūlullāh ‫ﷺ‬menyebutkan nama-nama dari yang umum lalu semakin khusus (spesifik)
Dalam riwayat yang lain :
‫ا‬َ‫ي‬ُْ‫َّاس‬‫ب‬َ‫ع‬َْ‫ن‬‫ب‬ِْ‫د‬‫ب‬َ‫ع‬ِْ‫ب‬ِ‫ل‬َّ‫َّط‬ُ‫م‬‫ال‬َْ‫ل‬‫ي‬ِ‫ن‬‫غ‬ُ‫أ‬َْ‫ك‬‫ن‬َ‫ع‬َْ‫ن‬ِ‫م‬ِْ َّ‫اّلل‬،‫ا‬ً‫ئ‬‫َي‬‫ش‬‫ا‬َ‫ي‬ َ‫و‬ُْ‫ة‬َّ‫ي‬ِ‫ف‬َ‫ص‬َْ‫ة‬َّ‫م‬َ‫ع‬ِْ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ِْ َّ‫اّلل‬َْ‫ل‬‫ي‬ِ‫ن‬‫غ‬ُ‫أ‬ِْ‫ك‬‫ن‬َ‫ع‬َْ‫ن‬ِ‫م‬ِْ َّ‫اّلل‬،‫ا‬ً‫ئ‬‫َي‬‫ش‬‫ا‬َ‫ي‬ َ‫و‬ُْ‫ة‬َ‫م‬ِ‫اط‬َ‫ف‬َْ‫ت‬‫ن‬ِ‫ب‬ٍْ‫د‬َّ‫م‬َ‫َح‬ُ‫م‬
‫ي‬ِ‫ن‬‫ي‬ِ‫ل‬َ‫س‬‫ا‬َ‫م‬ِْ‫ت‬‫ئ‬ِ‫ش‬ْ‫ن‬ِ‫م‬‫ي‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬َْ‫ل‬‫ي‬ِ‫ن‬‫غ‬ُ‫أ‬ِْ‫ك‬‫ن‬َ‫ع‬َْ‫ن‬ِ‫م‬ِْ َّ‫اّلل‬‫ا‬ً‫ئ‬‫َي‬‫ش‬
“Wahai ‘Abbas bin ‘Abdil Muththalib, aku tidak bisa membantumu sama sekali dari Allah (jika
Allah menghendaki keburukan kepadamu -pen), Wahai Shafiyyah bibinya Rasulullah, aku
tidak bisa membantumu sama sekali dari Allah, wahai Fathimah putri Muhammad, mintalah
kepadaku apa yang kau sukai dari hartaku, ak tidak bisa membantumu sama sekali dari Allah”
(HR Al-Bukhari no 4771)
Juga diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas beliau berkata :
h.‫ا‬َّ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ت‬َ‫ل‬َ‫َز‬‫ن‬{ :ْ‫ر‬ِ‫ذ‬‫ن‬َ‫أ‬ َ‫و‬َْ‫ك‬َ‫ت‬َ‫ير‬ِ‫ش‬َ‫ع‬َْ‫ين‬ِ‫ب‬َ‫ر‬‫ق‬َ‫ْل‬‫ا‬}،َْ‫د‬ِ‫ع‬َ‫ص‬ْ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ُْ‫للا‬ِْ‫ه‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬َْ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬،‫ا‬َ‫ف‬َّ‫ص‬‫ال‬َْ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬َ‫ف‬َ‫ن‬ُ‫ي‬‫ي‬ِ‫د‬‫ا‬« :‫ا‬َ‫ي‬‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ب‬ِْ‫ف‬، ٍ‫ر‬‫ه‬‫ا‬َ‫ي‬‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ب‬
ٍْ‫ي‬ِ‫د‬َ‫ع‬»–ِْ‫ون‬ُ‫َّط‬ُ‫ب‬ِ‫ل‬ٍْ‫ش‬‫ي‬َ‫ر‬ُ‫ق‬–)‫وفي‬‫رواية‬:‫ا‬َ‫ي‬ْ‫اه‬َ‫ح‬‫ا‬َ‫ب‬َ‫ص‬(‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬‫وا‬ُ‫ع‬َ‫م‬َ‫ت‬‫اج‬َْ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬َ‫ف‬ُْ‫ل‬ُ‫ج‬َّ‫الر‬‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ْ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ع‬ِ‫َّط‬َ‫ت‬‫س‬َ‫ي‬ْ‫ن‬َ‫أ‬َْ‫ج‬ُ‫ر‬‫خ‬َ‫ي‬َْ‫ل‬َ‫س‬‫ر‬َ‫أ‬ًْ‫ول‬ُ‫س‬ َ‫ر‬
َْ‫ر‬ُ‫ظ‬‫ن‬َ‫ي‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬، َ‫و‬ُ‫ه‬َْ‫ء‬‫ا‬َ‫ج‬َ‫ف‬‫ُو‬‫ب‬َ‫أ‬ٍْ‫ب‬َ‫ه‬َ‫ل‬،‫ش‬‫ي‬َ‫ر‬ُ‫ق‬ َ‫و‬)‫وفي‬‫رواية‬:َْ‫ق‬‫وا‬ُ‫ل‬‫ا‬:‫ا‬َ‫م‬‫؟‬َ‫ك‬َ‫ل‬(َْ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬« :ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ت‬‫ي‬َ‫أ‬َ‫ر‬َ‫أ‬ْ‫و‬َ‫ل‬ْ‫م‬ُ‫ك‬ُ‫ت‬‫ر‬َ‫ب‬‫خ‬َ‫أ‬َّْ‫ن‬َ‫أ‬ًْ‫َل‬‫َي‬‫خ‬‫ي‬ِ‫د‬‫ا‬ َ‫الو‬ِ‫ب‬ُْ‫ت‬ُ‫د‬‫ي‬ ِ‫ر‬ْ‫ن‬َ‫أ‬
َْ‫ير‬ِ‫غ‬ُ‫ت‬،‫م‬ُ‫ك‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ْ‫م‬ُ‫ت‬‫ن‬ُ‫ك‬َ‫أ‬‫؟‬َّ‫ي‬ِ‫ق‬ِ‫د‬َ‫ص‬ُ‫م‬»‫وا‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬:،‫م‬َ‫ع‬َ‫ن‬‫ا‬َ‫م‬‫َا‬‫ن‬‫ب‬َّ‫ر‬َ‫ج‬َْ‫ك‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬َّْ‫ل‬ِ‫إ‬‫ا‬ً‫ق‬‫د‬ ِ‫ص‬)‫وفي‬‫رواية‬:‫ا‬َ‫م‬‫َا‬‫ن‬‫ب‬َّ‫ر‬َ‫ج‬َْ‫ك‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬‫ًا‬‫ب‬ِ‫ذ‬َ‫ك‬(،َْ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬« :َْ‫ف‬‫ي‬ِ‫ن‬ِ‫إ‬ْ‫ير‬ِ‫ذ‬َ‫ن‬
ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬َْ‫ن‬‫ي‬َ‫ب‬ْ‫ي‬َ‫د‬َ‫ي‬ٍْ‫ب‬‫ا‬َ‫ذ‬َ‫ع‬ٍْ‫د‬‫ي‬ِ‫د‬َ‫ش‬»َْ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬‫ُو‬‫ب‬َ‫أ‬ٍْ‫ب‬َ‫ه‬َ‫ل‬:‫ًّا‬‫ب‬َ‫ت‬َْ‫ك‬َ‫ل‬َْ‫ر‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫س‬،ِ‫م‬‫و‬َ‫ي‬‫ال‬‫ا‬َ‫ذ‬َ‫ه‬ِ‫ل‬َ‫أ‬‫َا؟‬‫ن‬َ‫ت‬‫ع‬َ‫م‬َ‫ج‬ْ‫ت‬َ‫ل‬َ‫َز‬‫ن‬َ‫ف‬{ :ْ‫َّت‬‫ب‬َ‫ت‬‫ا‬َ‫د‬َ‫ي‬‫ي‬ِ‫ب‬َ‫أ‬ٍْ‫ب‬َ‫ه‬َ‫ل‬َّْ‫ب‬َ‫ت‬ َ‫و‬َْ‫م‬‫ا‬‫َى‬‫ن‬‫غ‬َ‫أ‬ُ‫ه‬‫ن‬َ‫ع‬
ُ‫ه‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬‫ا‬َ‫م‬ َ‫و‬َْ‫ب‬َ‫س‬َ‫ك‬}
Tatkala turun firman Allāh “Berilah peringatan kepada keluarga yang terdekat”, Nabi ‫ﷺ‬naik
di Jabal Shafa kemudian beliau pun menyeru, “Wahai Bani Fihr, wahai Bani ‘Adiy” (dalam
riwayat yang lain: “Yāshabāhāh[2]“).Hinggaakhirnya mereka berkumpul, sampai-sampaijika
ada seseorang diantara mereka yang tidak bisa hadir maka ia mengirimkan untusan untuk
melihat apa yang terjadi. Datanglah Abu Lahab dan kaum Quraisy (dalam riwayat yang lain :
mereka berkata, “Ada apa denganmu?”). Kemudian Nabi berkata, “Bagaimana menurut
kalian jika kukabarkan kepada kalian ada sekelompok tentara berkuda di lembah hendak
menyerang kalian tiba-tiba, apakah kalian mempercayaiku?” Mereka menjawab: “Iya, kami
tidak pernah mengetahui darimu kecuali kejujuran” (dalam riwayat yang lain: “Kami tidak
pernah mendapatimu berdusta sama sekali”). Lalu Nabi berkata, “Jika demikian,
sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan bagi kalian di hadapan siksa yang
pedih.” Maka Abu Lahab pun berkata, “Celakakamu Muhammad sepenuh hari, apakah hanya
karena ini kamu mengumpulkan kami?” Lantas turunlah firman Allah: “Binasalah kedua
tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta
bendanya dan apa yang ia usahakan.” (QS Al-Masad : 1-2) (HR Al-Bukhari no. 4770, 4801,
4971 dan Muslim no. 208)
Orang-orang kafir Quraisy dahulu ketika bermaksud memperingatkan suatu bahaya, mereka
naik ke atas gunung kemudian mereka membuka baju mereka lalu melemparkan pasir ke
wajah mereka sambil berteriak Yā sabāhāh. Rasūlullāh ‫ﷺ‬menggunakan metode tersebut
tetapi beliau tidak membuka baju dan tidak juga melempar pasir ke kepalanya, karena ini
adalah adat Jahiliyyah dan bertentangan dengan syari’at Islam. Adapun adat yang tidak
bertentangan dengan syari’at maka tetap dipertahankan dan dimanfaatkan oleh Nabi (Lihat
Fiqh As-Siroh hal 156)
Para ulama menjelaskan tentang bolehnya mengikuti tradisi jika tradisi tersebut benar dan
tidak bertentangan dengan syari’at serta ada manfaatnya. Apalagi hukum asal tradisi adalah
mubah, hingga ada dalil yang mengharamkannya. Bahkan lebih dari itu, kita boleh mengikuti
tradisi orang kafir jika tradisinya tersebut memang bermanfaat dan tidak bertentangan
dengan syari’at. Hal ini tidak dikatakan tasyabbuh. Contohnya saat Perang Khandaq, dimana
kaum muslimin dikepung oleh 10 ribu pasukan, persekutuan antara orang Arab Badui, suku
Quraisy, dan orang-orang munafiq. Saat itu Salmān Al-Fārisi memberi ide untuk membuat
khandaq (parit) yang besar (kurang lebih dengan lebar 4 m dan dalam 4 m) agar tidak bisa
dilewati oleh kuda. Ini adalah metode dan kebiasaan yang dilakukan oleh orang Persia saat
mereka terdesak dalam perang. Karena ini bermanfaat, maka metode ini diterima oleh Nabi
‫ﷺ‬.
Demikian pula ketika Rasūlullāh‫ﷺ‬mengirim surat kepada Hieraklius (kaisarRomawi) dan Raja
Persia. Saat surat tersebut akan dikirim, para sahabat menginformasikan bahwa surat itu
tidak akan dibaca oleh raja kecuali apabila diberi tanda cap. Karena itulah Rasūlullāh ‫ﷺ‬
membuat cincin yang pada cincin tersebut tertulis “Muhammad Rasūlullāh”. Rasūlullāh ‫ﷺ‬
mengikuti saran untuk membuat cincin, karena ada maslahatnya, yaitu para raja tersebut
tidak mau menerima surat kecuali ada capnya. Ini merupakan tradisi duniawi. Selama
bermanfaat maka ini tidaklah dikatakan tasyabbuh. Tetapi kalau tidak bermanfaat dan hanya
sekedar berhura-hura maka inilah tasyabbuh.
Anas bin Malik berkata:
i.‫ا‬َّ‫م‬َ‫ل‬َْ‫د‬‫ا‬َ‫ر‬َ‫أ‬ْ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ُْ‫للا‬ِْ‫ه‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬َْ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ْ‫ن‬َ‫أ‬َْ‫ب‬ُ‫ت‬‫ك‬َ‫ي‬‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ِْ‫وم‬‫الر‬،‫وا‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬:ْ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬َْ‫ل‬َْ‫ون‬ُ‫ء‬َ‫ر‬‫ق‬َ‫ي‬‫ًا‬‫ب‬‫ا‬َ‫ت‬ِ‫ك‬َّْ‫ل‬ِ‫إ‬،‫ا‬ً‫م‬‫و‬ُ‫ت‬‫خ‬َ‫م‬”َْ‫ذ‬َ‫خ‬َّ‫ت‬‫ا‬َ‫ف‬ْ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ُْ‫للا‬
ِْ‫ه‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬َْ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬‫ا‬ً‫م‬َ‫ت‬‫َا‬‫خ‬ْ‫ن‬ِ‫م‬،ٍ‫ة‬َّ‫ض‬ِ‫ف‬‫ي‬ِ‫ن‬َ‫أ‬َ‫ك‬ُْ‫ر‬ُ‫ظ‬‫ن‬َ‫أ‬‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬،ِ‫ه‬ ِ‫يص‬ِ‫ب‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ُ‫ش‬‫َق‬‫ن‬ َ‫و‬:‫د‬َّ‫م‬َ‫َح‬ُ‫م‬ُْ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ِْ َّ‫اّلل‬
“Tatkala Nabi ‫ﷺ‬ hendak menulis surat kepada Romawi maka dikatakan kepada beliau,
“Sesungguhnya mereka tidak akan membaca surat kecuali jika distempel”.
Nabi pun memakai cincin dari perak, maka seakan-akan aku melihat kepada putihnya cincin
tersebut di tangannya, dan terpahatkan di situ “Muhammad Rasulullah”.” (HR Al-Bukhari no
2938 dan Muslim no 2092)
Untuk itulah Rasūlullāh ‫ﷺ‬tidak menolak untuk memakai tradisi Arab jahiliyyah ketika ingin
memanggil masyarakat. Yaitu bereseru dengan ucapan “Ya Shabahah”.
Dalam kisah ini turun surat al-Masad dimana Allāh tidak pernah memvonis orang Quraisy
masuk neraka kecuali Abū Lahab. Abū Jahalsajatidak disebutkan secaraspesifik.Adapun Abū
Lahab di awal-awal dakwah sudah divonis akan masuk neraka padahal Abu Lahab masih
hidup.
Dan ternyata vonis Allah itu benar, karena Abu Lahab ternyata tidak akan beriman sampai
mati. Dan ini merupakan mukjizat Al-Qur’an, karena bisa saja Abu Lahab menyatakan dirinya
masuk Islam untuk membuktikan bahwa surat al-Masad salah. Akan tetapi ternyata hal ini
tidak terjadi dan ia mati dalam kondisi musyrik. Bahkan Abu Lahab pun tidak berbohong
dengan mengaku Islam dalam rangka mendustakan Muhammad. Padahal bisa saja ia
berbohong bahwa ia telah masuk Islam, maka hancurlah dakwah Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam. Bahkan berbohong masuk Islampun dicegah oleh Allah. Padahal di zaman Nabi ‫ﷺ‬
banyak orang Quraisy yang awalnya memusuhi Nabi namun Allah tidak memvonis mereka
masuk neraka karena akhirnya mereka masuk Islam di kemudian hari.
Begitu juga dengan kisah Nabi Syu’aib yang akan dirajam oleh kaumnya lalu mereka berkata,
j.‫وا‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ُْ‫ب‬‫ي‬َ‫ع‬ُ‫ش‬‫ا‬َ‫ي‬‫ا‬َ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ق‬‫َف‬‫ن‬‫ا‬ً‫ير‬ِ‫ث‬َ‫ك‬‫ا‬َّ‫م‬ِ‫م‬ُْ‫ل‬‫و‬ُ‫ق‬َ‫ت‬‫ا‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫و‬َْ‫اك‬َ‫َر‬‫ن‬َ‫ل‬‫َا‬‫ن‬‫ي‬ِ‫ف‬‫ا‬ً‫ف‬‫ي‬ِ‫ع‬َ‫ض‬َْ‫ل‬‫و‬َ‫ل‬ َ‫و‬َْ‫ك‬ُ‫َّط‬‫ه‬َ‫ر‬َْ‫َاك‬‫ن‬‫م‬َ‫ج‬َ‫ر‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬ َ‫و‬َْ‫ت‬‫ن‬َ‫أ‬‫َا‬‫ن‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ٍْ‫يز‬ ِ‫ز‬َ‫ع‬ِ‫ب‬)91(َْ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ِْ‫م‬‫و‬َ‫ق‬‫ا‬َ‫ي‬
‫ي‬ِ‫َّط‬‫ه‬َ‫ر‬َ‫أ‬ْ‫ز‬َ‫ع‬َ‫أ‬ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬َْ‫ن‬ِ‫م‬ِْ َّ‫اّلل‬ُْ‫ه‬‫و‬ُ‫م‬ُ‫ت‬‫َذ‬‫خ‬َّ‫ت‬‫ا‬ َ‫و‬ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ء‬‫ا‬َ‫ر‬ َ‫و‬‫ًّا‬‫ي‬ ِ‫ر‬‫ه‬ِ‫ظ‬َّْ‫ن‬ِ‫إ‬‫ي‬ِ‫ب‬َ‫ر‬‫ا‬َ‫م‬ِ‫ب‬َْ‫ون‬ُ‫ل‬َ‫م‬‫ع‬َ‫ت‬ْ‫يط‬ ِ‫َح‬ُ‫م‬
Mereka berkata: “Hai Syu´aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan
itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara
kami; kalau tidaklah karena keluargamu tentulah kami telah merajammu,sedang kamu pun
bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami”. Syu´aib menjawab: “Hai kaumku, apakah
keluargaku lebih terhormat menurut pandanganmu daripada Allah, sedang Allah kamu
jadikan sesuatu yang terbuang di belakangmu? Sesungguhnya (pengetahuan) Tuhanku
meliputi apa yang kamu kerjakan.” (QS Hud : 91-92)
Inilah diantara hikmah Nabi ‫ﷺ‬ berasal dari kabilah yang kuat (Bani Hāsyim), kabilah yang
saatitu paling diseganidiantara orang-orang Quraisy,sehinggabanyak dari Bani Hasyimyang
membela Nabi Muhammad bahkan saat mereka masih dalam kekufuran, diantaranya adalah
Abū Thālib, yang meninggal dalam keadaan kafir namun tetap membela Rasūlullāh ‫ﷺ‬.
e. KONDISI PASCA WAFATNYA NABI MUHAMMAD SAW
Hadis Abu Daut yang artinya
“Akan terjadi pada umatku perbedaan pendapat dan bergolong-golongan dan akan lahir dari
mereka kaum yang hanya bisa berkata baik tetapi buruk perangainya”. (HR.Abu Daut).
Kondisi pasca wafatnya Nabi SAW umatnya mudah terpecah, gampang berseteru, begitu rapuh
dan tidak lagi memiliki kekuatan serta kehormatan .Terbukti dari saat berakhirnya Ali bin Abi
Tholib sampai masa Turki Utsmaniy, umat ini dikuasai oleh Raja-raja yang memiliki sifat dzahil
suka menganiaya dan menyiksa rakyatnya.
Keadaan itu memancing munculnya perbedaan-perbedaan disekitar pemerintahan, dan pada
kalangan umat terjadi perbedaan pendapat yang sangat mencolok dan mengakibatkan progam-
progam pemerintahaan yang seharusnya berpihak pada rakyat.
A.permunculan nabi palsu
Aswad Al-ansi dari yaman, MUsailamah al-kadzab di bani hunaifah daerah yamamah,
Tulaihah
Di bani asad. Sijirah taimiyah seorang wanita dari bani tamim.
B.sebab munculnya nabi palsu
Daerah yang rata-rata di hadiri oleh nabi palsu adalah daerah yang padat penduduknya.
Salah satu tujuanya supaya bisa mendapat banyak dukungan. Dan wilayah mereka dekat
dengan wilayah Romawi dan Persia. Sehingga dorongan dari dua negara adidaya ini bisa
membuat mereka percaya diri untuk menghadapi Madinah.
C.Memerangi orang yang murtad
Di karenakan banyak dari ummat nabi sepeninggal ingin meneruskan budaya mereka
Yaitu menyembah berhala
D.Mengumpulkan atau membukukan al-quran
Dikarekan pada zaman rosulullah itu sudah banyak orang-orang yang hafal al-quran
Meninggal dunia ketika perang uhud
‫و‬َ‫م‬َ‫ا‬ ‫م‬ُ‫ح‬َ‫م‬َ‫د‬‫م‬ ‫م‬َ‫ّل‬َ‫ا‬ ‫م‬ُ‫س‬ُ‫ل‬ٌَ ‫م‬َ‫ح‬َْ ‫م‬َ‫ل‬َ‫ت‬َْ ‫م‬َ‫ن‬َ‫م‬ ‫م‬َ‫ب‬َ‫ت‬َ‫ه‬َْ ‫م‬‫ر‬‫ل‬ُ‫ل‬ ُ ‫م‬ ‫م‬َ‫ف‬َ‫إ‬َ‫ن‬َْ ‫واَم‬َ‫م‬ ‫اَم‬َْ ‫م‬َ‫ر‬َ‫ل‬ْ ‫م‬َْ‫َل‬‫ه‬َ‫ت‬ََُ ُ ‫م‬َ‫ل‬َ‫ت‬َٰ ‫م‬َْ‫ق‬َ‫ا‬‫و‬َََُْٰ ‫م‬ ‫م‬َ‫ن‬َ‫م‬َ‫ا‬ ‫نَم‬َ‫ت‬ََُ‫ب‬َْ ‫م‬َ‫ل‬َ‫ت‬َٰ ‫م‬َ‫ب‬َ‫ب‬َ‫ه‬ََُٰ ‫ن‬َ‫ت‬َ‫ن‬ ‫م‬َ‫ل‬‫ر‬َْ
‫م‬َ َ‫ُه‬ ‫و‬َ‫ي‬َ‫ب‬َ‫ا‬ ‫م‬ ‫و‬ َ‫َس‬‫ي‬َ‫ب‬َ‫ل‬َ‫ا‬ ‫م‬َ‫ُه‬ ‫م‬َ‫ْن‬ َ‫ل‬َ‫ر‬‫و‬َ‫ن‬ ُ
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya
beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang
(murtad)? Barangsiapa berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat
kepada Allâh sedikitpun, dan Allâh akan memberi balasan kepada orang-orang yang
bersyukur. Ali Imran/3:144)
2.3. QIYAS
a. PENGERTIAN QIYAS
Menurut bahasa,qiyas berarti “menyamakan”. Sedangkan menurut istilahahliushulqiyas
adalah menyamakan hukum suatu perkara yang belum ada hukumnya dengan hukum perkara
lain yang sudah ditetapkan oleh nash ,karena adanya persamaan dalam illat (alasan) hukum,yang
tidak bisa diketahui dengan semata matamemahami lafadz lafadznya dan mengetahui dilalah
dilalah bahasanya .
Sebenarnya ,pengertian qiyas syar’i diatas diambil dari pengertian bahasanya. Sebab
qiyas menurut bahasa , berarti menyamakan .perbedaan antara 2 definisi diatas bahwa definisi
yang pertama menjelaskan bahwa qiyas dengan pengertian yang haqiqi .Qiyas dalampengertian
ini adalah merupakan hujjah ilahiyyah yang dating dari sisi Allah untuk mengetahui hukumnya
,dan bukan perbuatan yang didatangkan bagi seseorang .
Adapun definisi kedua ,ia menegaskan makna qiyas secara majazi yang merupakan
amalan para mujtahid yang ditegakkan membistimbathkan hukum syara’ illat qiyas iru tidak
dapat diketahui dalam semata mata memahmi lafadz dan maknanya tetapi memerlukan pada
pencerahan pikiran dalam memperhatikan istidlal dan beristinbath hukum secara akal .
b. RUKUN DAN SYARAT QIYAS
RUKUN QIYAS
Dari pengertian qiyas yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa unsur pokok
(rukun) qiyas terdiri atas empat unsur berikut:[4]
1. Asal yaitu sesuatu yang dinashkan hukumnya yang menjadi ukuran atau tempat
menyerupakan/menqiyaskan. Dalam istilah ushul disebut asal atau maqis‘
alaih atau musyabbah bih.
2. Far’u yaitu sesuatu yang tidak dinashkan hukumnya yang diserupakan atau yang
diqiyaskan. Di dalam istilah ushul disebut al-far’u atau al-maqis atau al-musyabbah.
3. Hukum asal yaitu hukum syara’ yang dinashkan pada pokok yang kemudian akan menjadi
hukum pula bagi cabang.
4. Illat yaitu sebab yang menyambungkan pokok dengan cabangnya atau suatu sifat yang
ada pada asal dan sifat yang dicari pada far’
Syarat-syarat illat antara lain adalah:
Illat itu adalah sifat yang jelas, yang dapat dicapai oleh panca indra merupakan sifat yang
tegas dan tidak elastis yakani dapat dipastiakan berwujudnya pada furu’ dan tidak mudah
berubah merupakan sifat yang munasabah, yakni ada persesuian antara hukum da sifatnya
merupakan sifat yang tidak terbatsas pada aslnya, tapi bisa juaga berwujud pada beberapa
satuan hukum yang bukan asal sebagai contoh ialah menjual harta anak yatim adalah suatu
peristiwa yang perlu ditetapkan hukumnya karena tidak ada nash yang dapat dijadikan sebagai
dasarnya.
Peristiwa ini disebut far’u. untuk menetapkan hukumnya dicari suatu peristiwa yang lain
yang telah ditetapkan hukumnya berdasar nash yang ‘illatnya sama dengan peristiwa pertama.
Peristiwa kedua ini memakan harta anak yatim yang disebut asal. Peristiwa kedua ini telah
ditetapkan hukumnya berdasar nash yaitu haram (hukum asal) berdasarkan firman Allah SWT:
Artinya:Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya
mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-
nyala (neraka). (Q.S an-Nisa’: 10).
Persamaan ‘illat antara kedua peristiwa ini, ialah sama-sama berakibat berkurang atau
habisnya harta anak yatim. Karena itu ditetapkanlah hukum menjual harta anak yatim sama
dengan memakan harta anak yatim yaitu sama-sama haram.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:[5]
1. Asal ialah memakan harta anak yatim
2. Far’u ialah menjual harta anak yatim
3. Hukum asal ialah haram
4. Illat ialah mengurangi atau menghabiskan harta anak yatim.
SYARAT QIYAS
Setelah diterangkan rukuk-rukun qiyas, berikut akan diterangkan syarat-syarat dari
masing-masing rukun qiyas tersebut.
1. Asal
Menurut Imam al-Ghozali dan Syaifuddin al-Amidi yang keduanya adalah ahli ushul fiqh
Syafiiyyah syarat-syarat asal itu adalah:[6]
Hukum asal itu adalah hukum yang telah tetap dan tidak mengandung kemungkinan
dinasakhkan hukum itu ditetapkan berdasarkan syara’ asal itu bukan merupakan far’u dari asal
lainnya dalil yang menetapkan ‘illat pada asal itu adalah dalil khusus, tidak bersifat umum asal itu
tidak berubah setelah dilakukan qiyas hukum asal itu tidak keluar dari kaidah-kaidah qiyas far’u.
2. Al-Far’u
Para ulama ushul fiqh mengemukakan beberapa syaratyang harus dipenuhi oleh al-far’u yaitu:[7]
Illat yang ada pada far’u harus sama dengan illat yang ada pada asal. Contoh ‘illat yang
sama dzatnya adalah mengqiyaskan wisky pada khamr, karena keduanya sama-sama
memabukkan dan yang memabukkan itu sedikit atau banyak, apabila diminum hukumnya haram
(H.R Muslim, Ahmad ibn Hanbal, al-Tirmidzi, Ibnu Majah dan al-Nasa’i). ‘illat yang ada pada wisky
sama dengan zatnya/materinya dengan ‘illat yang ada pada khamr. Contoh ‘illat yang jenisnya
sama adalah mengqiyaskan wajib qishas atau perbuatan sewenang-wenang terhadap anggota
badan kepada qishas dalam pembunuhan, karena keduanya sama-sama perbuatan pidana.
Hukum asal tidak berubah setelah dilakukan qiyas. Misalnya, tidak boleh mengqiyaskan
hukum mendzihar wanita dzimmi kepada mendzihar wanita muslimah dalam keharaman
melakukan hubungan suami istri. Karena kaharaman hubungan suami istri dalam mendzihar
suami istri yang bersifat muslimah bersifat sementara, yaitu sampai suami membayar kafarat.
Sedangkan keharaman melakukan hubungan dengan istri yang berstatus dzimmi bersifat
selamanya, karena orang kafir tidak dibebani membayar kafarat, dan kafarat merupkan ibadah,
sedangkan mereka tidak dituntut untuk beribadah. Apabila qiyas ini ditetapkan, maka menurut
ulama Hanafiyyah tidak sah. Akan tetapi menurut ulama Syafi’iyyah hukumnya sah karena orang
dzimmi dikenakan kafarat.
idak ada nash atau ijma’ yang menjelaskan hukum far’u itu. Artinya tidak ada nash atau
ijma’ yang menjelaskan hukum far’u dan hukum itu bertentangan dengan qiyas, karena jika
demikian, maka status qiyas ketika itu bisa bertentangan dengan nash atau ijma’. Qiyas yang
bertentangan dengan nash atau ijma’, disebut para ulama’ ushul fiqh sebagai qiyas fasid.
Misalnya, mengqiyaskan hukum meninggalkan shalat dalamperjalanan kepada hukum bolehnya
musafir tidak berpuasa, karena qiyas seperti ini bertentangan dengan nash dan ijma’.
Bahkan dalam literature lain ditambahkan beberapa syarat-syarat far’u, antara lain:[8]
Hukum furu’ tidak mendahului hukum asal. Artinya hukum far’u itu harus datang
kemudian dari hukum asal. Contohnya adalah mengqiyaskan wudhu’ dengan tayammum dalam
wajibnya niat, karena keduanya sama-sama taharah (suci). Qiyas tersebut tidak benar, karena
wudlu’ (far’u) diadakan sebelum hijrah, sedang tayammum (asal) diadakan sesudah hijrah.
Lagipula ditetapkannya tayammum itu adalah sebagai pengganti wudlu’ di saat tidak dapat
melakukan wudlu’. Bila qiyas itu dibenarkan, maka berarti menetapkan hukum sebelum ada
illatnya.
Cabang tidak mempunyai hukum yang tersendiri. Ulama usulberkata: “apabiladatang nash maka
qiyas menjadi batal.
Hukum cabang sama dengan hukum asal.
3. Hukum Asal
Syarat-syarat hukum asal, antara lain:[9]
Hukum syara’ itu hendaknya hukum syara’ yang amaly yang telah ditetapkan hukumnya
berdasarkan nash. Hal ini diperlukan karena yang akan ditetapkan itu adalah hukum syara’,
sedang sandaran hukum syara’ itu adalah nash. Atas dasar yang demikian, maka jumhur ulama’
berpendapat bahwa ijma’ tidak boleh menjadi sandaran qiyas. Mereka menyatakan bahwa
hukum yang ditetapkan berdasarkan ijma’ adalah hukum yang ditetapkan berdasarkan
kesepakatan, tidak mempunyai sandaran, selain dari kesepakatan para mujtahid. Karenanya
hukum yang ditetapkan secara ijma’tidak dapat diketahui dengan pasti, sehingga tidak mungkin
mengqiyaskan hukum syara’ yang amaly kepada hukum yang mujmal ‘alaih. Asy-Syaukani
membolehkan ijma’ sebagai sandaran qiyas.
Hukum asal harus ma’qul al-ma’na, artinya pensyari’atannya harus rasional, hukum asal
itu tidak merupakan hukum pengecualian atau hukum yang berlaku khusus untuk peristiwa atau
kejadian tertentu.
Hukum asal macam ini ada dua macam, yaitu:
a) ‘Illat hukum itu hanya ada pada hukum asal saja, tidak mungkin pada yang lain. Seperti
dibolehkannya mengqoshor sholat bagiorang musafir. ‘Illat yang masuk akaldalam hal ini
ialah untuk menghilangkan kesukaran atau kesulitan (masyaqqot). Tetapi Al-Qur’an dan
dan hadits menerangkan bahwa illatnya itu bukan karena masyaqqat tetapi karena
adanya safar (perjalanan)
b) Dalil(Al-Qur’an dan Hadits)menunjukkan bahwa hukum asalitu berlaku khusus, tidak berlaku
pada kejadian atau peristiwa yang lailn. Misalnya dalam sebuah riwayat dikatakan:
‫ُه‬‫ب‬‫س‬َ‫َح‬َ‫ف‬ َْ‫ة‬َ‫م‬‫ي‬َ‫ز‬ُ‫خ‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ َْ‫د‬ِ‫ه‬َ‫ش‬ ْ‫ن‬َ‫م‬
Kesaksian Khuzaimah sendirian sudah cukup. (H.R. Abu Daud)
Ayat Al-Qur’an menentukan bahwa sekurang-kurangnya saksi itu adalah dua orang laki-laki atau
satu orang laki-laki bersama dua orang wanita. (Q.S Al-Baqoroh, 2: 282), tetapi Rosulullh saw.
Menyatakan bahwa apabila Khuzaimah (sahabat) yang menjadi saksi, maka cukup sendirian.
Hukum kesaksiansecarakhusus initidak bisadikembangkan dan diterapkan kepada far’u, karena
hukum ini hanya berlaku untuk pribadi Khuzaimah. Demikian juga hukum-hukum yang
dikhususkan bagi Rosululloh saw., seperti kawin lebih dari empat orang tanpa mahar.
Ada juga syarat lain yang disebutkan dari sumber lain[10] bahwa syarat hukum asal adalah:
Hukum asalituadalahhukum yang tetap berlaku, bukan hukum yang telah dinasakhkan, sehingga
masih mungkin dengan hukum asal itu membangun (menetapkan) hukum. Alasannya ialah
bahwa perentangan hukum dari asal kepada far’u adalah didasarkan kepada adanya sifat yang
menyatu pada keduanya. Hal ini sangat tergantung kepada pandangan (i’tibar) dari pembuat
hukum asal yang telah dimansukh, tidak ada lagi pandangan pembuat hukum terhadap sifat yang
menyatu pada hukum asal tersebut.
4. Illat
Secara etimologi ‘illatberarti nama bagisesuatuyang menyebabkan berubahnya keadaan
sesuatu yang lain dengan keberadaannya. Misalnya penyakit itu dikatakan ‘illat, karena dengan
adanya penyakit tersebut tubuh manusia berubah dari sehat menjadi sakit.
Secara termenologi, terdapat beberapa definisi ‘illat yang dikemukakan ulama ushul fiqh.
Akan tetapi pada makalah ini akan kami sebutkan definisi ‘illat menurut imam al-Ghozali, yaitu:
ِْ‫ت‬‫ا‬َّ‫ذ‬‫ال‬ِ‫ب‬َ‫ل‬ ‫ى‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬َ‫ت‬ ِْ‫ه‬ِ‫ل‬‫ع‬َ‫ج‬ِ‫ب‬ ِْ‫م‬‫ك‬ُ‫ح‬ ْ‫ي‬ِ‫ف‬ ُْ‫ر‬ِ‫ث‬َ‫ئ‬ُ‫م‬‫ال‬
Sifat yang berpengaruh terhadap hukum, bukan karena dzatnya, melainkan karena perbuatan
syar’i.
Menurutnya, ‘illat itu bukanlah hukum, tetapi merupakan penyebab munculnya hukum, dalam
arti: adanya suatu ‘illat menyebabkan munculnya hukum. Al-Ghozali berpendapat bahwa
pengaruh ‘illat terhadap hukum bukan dengan sendirinya, melainkan harus karena adanya izin
Allah. Maksudnya, Allah-lah yang menjadikan ‘illat itu berpengaruh terhadap hukum.[11]
Misalnya seorang pembunuh terhalang mendapatkan warisan dari harta orang yang ia
bunuh, disebabkan pembunuhan yang ia lakukan. Dalam kasus ini bukan karena membunuh
semata-mata yang menjadi ‘illat yang menyebabkan ia tidak mendapat warisan, tetapi atas
perbuatan dari kehendak Allah. Dengan demikian, ‘illat ini hanya merupakan indikasi, penyebab
dan motif dalam suatu hukum, yang dijadikan ukuran untuk mengetahui suatu hukum.
a) Bentuk-bentuk ‘illat
‘illat adalah sifat yang menjadi kaitan bagi adanya suatu hukum. Ada beberapa bentuk sifat yang
munkin menjadi ‘illat bagi hukum bila telah memenuhi syarat-syarat tertentu[12]. Di antara
bentuk sifat itu adalah:
Sifat haqiqi, yaitu yang dapat dicapai oleh akal dengan sendirinya, tanpa tergantung kepada ‘urf
(kebiasaan) atau lainnya. Contohnya: sifat memabukkan pada minuman keras.
Sifat hissi, yaitu sifat atau sesuatu yang dapat diamati dengan alat indera. Contohnya:
pembunuhan yang menjadi penyebab terhindarnya seseorang dari hak warisan, pencurian yang
menyebabkan hukum potong tangan, atau sesuatu yang dapat dirasakan, seperti senang atau
benci.
Sifat ‘urfi, yaitu sifatyang tidak dapat diukur, namun dapat dirasakan bersama. Contohnya: buruk
dan baik, mulia dan hina.
Sifat lughowi, yaitu sifat yang dapat diketahui dalam penamaannya dalam artian bahasa.
Contohnya: diharamkannya nabiz karena ia bernama khomr.
Sifat syar’i, yaitu sifat yang keadaannya sebagai hukum syar’i dijadikan alasan untuk menetapkan
sesuatuhukum. Contohnya: menetapkan bolehnya mengagungkan barang milik bersama dengan
alasan bolehnya barang itu dijual.
Sifat murakkab, yaitu bergabungnya beberapa sifat yang menjadi alasan adanya suatu hukum.
Contohnya: sifat pembunuhan secara sengaja, dan dalam bentuk permusuhan, semuanya
dijadikan alasan berlakunya hukum qishos.
Semua sifat tersebut dapat menjadi ‘illat. Tetapi mengenai kemungkinannya untuk menjadi ‘illat
bagi suatu hukum, para ulama berbeda pendapat. Bagi ulama yang dapat menerima sifat
tersebut sebagai ‘illat, masih diperlukan beberapa syarat yang akan dijelakan di bawah ini.
b) Syarat-syarat ‘illat
Syarat-suarat ‘illat [13] adalah sebagai berikut:
‘illat itu mengandung motivasi hukum, bukan sekedar tanda-tanda atau indikasi hukum.
Maksudnya, fungsi ‘illat adalah bagian dari tujuan disyari’atkannya hukum, yaitu untuk
kemasalahatan umat manusia. Contohnya: sifat “menjaga diri” merupakan hikmah
diwajibkannya qishosh. Maksudnya, bila seseorang pembunuh diqishosh, maka orang akan
menjauhi pembunuhan, sehingga diri (jiwa) manusia akan terpelihara dari pembunuhan.
‘Illatitu jelas,nyata,dan bisaditangkap indera manusia,karena ‘illatmerupakan pertanda
adanya hukum. Misalnya sifat memabukkan dalam khamr. Apabila ‘illat itu tidak nyata, tidak
jelas, dan tidak bisa ditangkap indera manusia, maka sifat seperti itu tidak bisa dijadikan ‘illat.
Contoh sifat yang tidak nyata, adalah sifat “sukarela” dalam jual beli. Sifat “sukarela” ini tidak
bisa dijadikan ‘illat yang menyebabkan pemindahan hak milik dalam jual beli, karena “sukarela’
itu masalah batin yang sulit diindera. Itulah sebabnya para ahli fiqh menyatakan bahwa
“sukarela” itu harus diwujudkan dalam bentuk perkataan “ijab” dan ”qobul”.
Dalam literature lain [14]ditambahkan bahwa syarat ‘illat itu antara lain:
‘ illat itu harus dalam bentuk sifat yang terukur keadaannya jelas dan terbatas, sehingga
tidak bercampur dengan yang lainnya. Contohnya: keadaan dalamperjalanan menjadi ‘illatuntuk
bolehnya mengqashar sholat. Qashar sholat diperbolehkan bagi orang yang melakukan
perjalanan, karena keadaan dalam perjalanan itu menyulitkan (masyaqqah), namun masyaqqah
itu sendiri tidak dapat diukur dan ditentukan secara pasti, karena berbeda antara seseorang
dengan lainnya, antara satu situasi dan situasi lainnya. Karenanya, masyaqqah itu tidak dapat
dijadikan ‘illat hukum. Sifatnya sama dengan sifat yang batin (tidak dhahir), sehingga harus
diambil sifat lain yang dhahir sebagai patokan yang alasan di dalamnya terdapat alasan yang
sebenarnya, yaitu “keberadaan dalam perjalanan” yang sifatnya jelas dan terukur.
Harus ada hubungan kesesuaian dan kelayakan antara hukum dengan sifat yang akan
menjadi ‘illat. Adanya kesesuaian hubungan antara sifat dengan hukum itu menjadikannya
rasional, diterima semua pihak, dan mendorong seseorang untuk lebih yakin dalam berbuat.
Contohnya: sakit menjadi ‘illat bolehnya seseorang membatalkan puasa, karena sakit itu
menyulitkan seseorang untuk berpuasa. Seandainya dilakukan juga,malah akan merusak dirinya,
padahal syara’ melarang merusak dan melarang mencelakakan diri. Sifat yang tidak ada
hubungan kesesuaian dengan hukum tidak dapat dijadikan ‘illat bagi bolehnya berbuka puasa,
karena antara mengantuk dan puasa tidak mempunyai hubungan kesesuaian apa-apa.
c) Fungsi ‘illat
Pada dasanya setiap ‘illat menimbulkan hukum. Antara ‘illat dan hukum mempunyai
kaitan yang erat. Dalam kaitan itulah terlihat fungsi tertentu dari ‘illat,[15] yaitu sebagai:
Penyebab/penetap yaitu ‘illat yang dalam hubungannya dengan hukum merupakan
penyebab atau penetap (yang menetapkan) adanya hukum, baik dengan nama mu’arrif,
mu’assir, atau ba’its. Contohnya ‘illat memabukkan menyebabkan berlakunya hukum haram
pada makanan dan minuman yang memabukkan.
Penolak yaitu ‘illat yang keberadaannya menghalangi hukum yang akan terjadi, tetapi
tidak mencabut hukum itu seandainya ‘illat tersebut terdapat pada saat hukum tengah berlaku.
Contohnya dalam masalah iddah. Adanya iddah menolak dan menghalangi terjadinya
perkawinan dengan laki-laki yang lain, tetapi iddah itu tidak mencabut kelangsungan perkawinan
bila iddah itu terjadi dalam perkawinan. Iddah dalam hal ini adalah iddah syubhat.
Pencabut yaitu ‘illatyang mencabut kelangsungansuatu hukum bila‘illatitu terjadi dalam
masa tersebut, tetapi ‘illat itu tidak menolak terjadinya suatu hukum. Contohnya: sifat thalaq
dalam hubungannya dengan kebolehan bergaul. Adanya thalaq itu mencabut haq bergaul suami
istri (jika mereka telah menikah atau rujuk), karena memang mereka boleh menikah lagi sesudah
adanya thalaq itu.
Penolak dan pencabut yaitu ‘illat yang dalam hubungannya dengan hukum dapat
mencegah terjadinya suatu hukum dan sekaligus dapat mencabutnya bila hukum itu telah
berlangsung. Contohnya sifat radha’ (hubungan persusuan) berkaitan dengan hubungan
perwakinan. Adanya hubungan susuan mencegah terjadinya hubungan perkawinan antara orang
yang sepersusuan dan sekaligus mencabut atau membatalkan hubungan perkawinan yang
sedang berlangsung, bila hubungan susunan itu terjadi (diketahui) waktu berlangsungnya
perkawinan.
c. MACAM-MACAM QIYAS
Imam Syafi’i membagi qiyas menjadi tigamacem berdasarkan kejelasan‘illat,kesamaran, dan
prediksinya terhadap persoalan yang tidak termaktub dalam nash. Qiyas tersebut antara lain
qiyas aqwa, qiyas musawi, dan qiyas adh’af. Para ulama ushul fiqh berikutnya mengikuti tiga
klasifikasi ini.
1. Qiyas Aqwa
Qiyas aqwa adalah analogi yang ‘illat hukum cabangnya (far’u) lebih kuat daripada ‘illat pada
hukum dasarnya (ashl). Artinya, suatu yang telah dijelaskan dalam nash al-Qur’an atau hadis
tentang keharaman melakukannya dalamjumlah sedikit, maka keharaman melakukannya dalam
jumlah banyak adalah lebih utama. Sedikit ketaatan yang dipuji apabila dilakukan, maka
melakukan ketaatan yang banyak lebih patut dipuji. Sesuatu yang diperbolehkan (mubah)
dilakukan dalam jumlah yang banyak, maka lebih utama apabila dilakukan dalam jumlah sedikit.
Dalam kitab Ar-Risalah Imam Syafi’i menyebutkan banyak contoh tentang qiyas bagian
pertama ini, diantaranya: Rasulallah saw. bersabda: ………….. Artinya: Sesungguhnya Allah telah
melarang menumpahkan darah orang beriman, merampas hartanya, dan menyuruh
berprasangka baik kepadanya” Apabila Allahmengharamkan berprasangka buruk kepada sesama
mungkin dengan tepat bersikap wajar kepadanya, maka prasangka-prasangka lainnya seperti
menyebarkan isu tidak benar tentangnya lebih diharamka lagi. Demikian pula dengan prasangka-
prasangka yang menyakitkan.
2. Qiyas Musawi
Qiyas Musawiadalah qiyas yang kekuatan ‘illat pada hukum cabang sama dengan hukum ashl.
Qiyas ini disebut juga dengan istilah qiyas fi Ma’na al-Ashl (analogi terhadap makna hukum ashl),
qiyas jali (analogi yang jelas), dan qiyas bi nafyi al-fariq (analogi tanpa perbedaan ‘illat). Imam
Syafi’i tidak menjelaskan qiyas bagian kedua ini dengan jelas. Pembahasan mengenai qiyas ini
hanya bersifat dalam pernyataan, “Ada ulama yang berpendapat seperti pendapat ini, yaitu apa-
apa yang bersetatus halal, maka ia menghalalkannya, dan apa-apa yang berlabel haram, maka ia
mengharamkannya”. Maksud dari pernyataan ini adalah qiyas yang mempunyai kesamaan ‘illat
pada hukum cabang dan hukum ashl. Adanya kesamaan ‘illat tersebut bersifat jelas, sejelas nash
itu sendiri. Dari sinilah sebagian ulama meggolongkan dilalah nash tersebut dalam kategore
qiyas. Qiyas kategori ini jelas berbeda dengan qiyas yang pertama, sebab ‘illat pada hukum
cabang lebih kuat daripada hukum ashl.
Dari pernyataan Imam al-Ghazali tanpaknya dia setuju mengategorikan kesimpulan ini dalam
bahasan qiyas. Sebagaimana disebutkan dalam kitab al-Mustashfa’. “Tingkatan yang kedua
adalah kandungan makna pada nash yang tersirat ‘illat –nya sama dengan yang tersurat, yakni
tidak lebih kuat atau lebih rendah. Sehingga disebut juga sebagai qiyas fi Ma’na al-ashl. Namun
para ulama masih berbeda pendapat seputar pemahaman qiyas ini.
3. Qiyas Adh’af
Qiyas adh’af adalah analogi yang illat pada hukumcabangnya (far’) lebih lemah daripada ‘illat
pada hukum dasarnya (ashl).
Dalamkitab ar-Risalah,ImamSyafi’iberkata, “Sebagianulama enggan menyebutkan sebagian
qiyas, kecuali ada kemungkinan kemiripan yang dapat ditetapkan dari dua makna yang berbeda.
Lalu dianalogikan terhadap salah satu makna tersebut, bukan kepada yang lainnya.” Menurut
imam ar-Razi, Imam Syafi’i telah membagi qiyas jenis kedua ini ke dalam dua bagian, yakni
qiyas al-ma’na(analogi yang didasarkan sebab hukum) dan qiyas al-syabah(analogi yang
didasarkan pada kemiripan).
Dalam kitab Manaqib asy-syafi’i, ia menegaskan, adanya ‘illat pada hukum cabang lebih
lemah daripada ‘illat pada hukum ashl. Qiyas seperti ini terbagi kedalam dua macam. Pertama,
qiyas al-ma’na, yaitu pencarian ‘illat hukum dalam objek yang sama antara hukum cabangdan
hukum ashl, lalu ‘illat pada hukum cabang dijadikan pedoman untuk menemukan ketetapan
hukumnya. Kedua, tidak perlu adanya penggalian makna sama sekali, tetapi dengan cara
penelitian pola hukum dalam satu kejadian dengan menggunakannya pada dua kejadian yang
berbeda, lalu dicari satu precendent (contoh) yang paling banyak kemiripannya. Proses analogi
dengan mencari kemiripan untuk hukum inilah yang lazim disebut qiyas asy-syabah.
d. QIYAS SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM
KH MA. Sahal Mahfudh dalam kitab ‫ان‬ ‫ي‬ ‫ب‬ ‫ال‬ ‫مع‬‫ل‬ ‫م‬ ‫ال‬ ‫عن‬ ‫اظ‬ ‫ف‬ ‫ال‬ ‫مع‬‫ل‬ ‫ال‬ menjelaskan qiyas
adalah menyamakan cabang (‫رع‬ ‫)ف‬ dengan asal (‫)اصل‬ dalam sebagian hukumnya karena ada
makna/ illat yang menggabungkan keduanya (‫اس‬ ‫ي‬ ‫ق‬ ‫ال‬‫حمل‬ ‫رع‬ ‫ف‬ ‫لي‬ ‫ع‬ ‫اصل‬ ‫ي‬‫ف‬ ‫ض‬‫ع‬ ‫ب‬ ‫ه‬ ‫ام‬ ‫ك‬ ‫اح‬ ‫ني‬ ‫ع‬‫م‬ ‫ب‬
‫مع‬‫ج‬ ‫ي‬ ‫ا‬ ‫م‬‫ه‬‫ن‬ ‫ي‬ ‫ب‬ ).
Makalah pai kelompok 01
Makalah pai kelompok 01
Makalah pai kelompok 01
Makalah pai kelompok 01
Makalah pai kelompok 01
Makalah pai kelompok 01
Makalah pai kelompok 01

More Related Content

What's hot

Kesalahan yang Banyak Dilakukan Muslimah
Kesalahan yang Banyak Dilakukan MuslimahKesalahan yang Banyak Dilakukan Muslimah
Kesalahan yang Banyak Dilakukan MuslimahDwi Mardianti
 
01 agamaislamsd-mi-121217154741-phpapp01
01 agamaislamsd-mi-121217154741-phpapp0101 agamaislamsd-mi-121217154741-phpapp01
01 agamaislamsd-mi-121217154741-phpapp01sujiman ae
 
Apa artinya anda seorang muslim abul a'la al-maududi
Apa artinya anda seorang muslim   abul a'la al-maududiApa artinya anda seorang muslim   abul a'la al-maududi
Apa artinya anda seorang muslim abul a'la al-maududiregi oka
 
Ad art bkprmi
Ad art bkprmiAd art bkprmi
Ad art bkprmiAdy Tomo
 
Manhaj hidup muslim kompilasi karangan sayyid qutb dan al-maududi
Manhaj hidup muslim   kompilasi karangan sayyid qutb dan al-maududiManhaj hidup muslim   kompilasi karangan sayyid qutb dan al-maududi
Manhaj hidup muslim kompilasi karangan sayyid qutb dan al-maududiRahmat Hidayat
 
Kelas 08 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Bab 4
Kelas 08 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Bab 4Kelas 08 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Bab 4
Kelas 08 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Bab 4sitisarahrahmania
 
Panduan AD ART BKPRMI
Panduan AD ART BKPRMIPanduan AD ART BKPRMI
Panduan AD ART BKPRMIbkprmijakarta
 
Profil BKPRMI Jakarta
Profil BKPRMI JakartaProfil BKPRMI Jakarta
Profil BKPRMI Jakartabkprmijakarta
 
SK-KD Agama Katolik SMPLB – A(Tuna Netra)
SK-KD Agama Katolik SMPLB – A(Tuna Netra)SK-KD Agama Katolik SMPLB – A(Tuna Netra)
SK-KD Agama Katolik SMPLB – A(Tuna Netra)SMA Negeri 9 KERINCI
 
Emansipasi wanita(new)
Emansipasi wanita(new)Emansipasi wanita(new)
Emansipasi wanita(new)Fajar Hidayat
 
7 3 1_kikd_akuntansi dan keuangan lembaga_compiled
7 3 1_kikd_akuntansi dan keuangan lembaga_compiled7 3 1_kikd_akuntansi dan keuangan lembaga_compiled
7 3 1_kikd_akuntansi dan keuangan lembaga_compilededuarsyabirin22
 
BKPRMI
BKPRMIBKPRMI
BKPRMIbkprmi
 
KB 3 Pandangan Agama-agama terhadap Tindakan Praktik Kebidanan Keluarga Beren...
KB 3 Pandangan Agama-agama terhadap Tindakan Praktik Kebidanan Keluarga Beren...KB 3 Pandangan Agama-agama terhadap Tindakan Praktik Kebidanan Keluarga Beren...
KB 3 Pandangan Agama-agama terhadap Tindakan Praktik Kebidanan Keluarga Beren...pjj_kemenkes
 

What's hot (18)

KI KD SMK Bisnis Daring dan Pemasaran
KI KD SMK Bisnis Daring dan PemasaranKI KD SMK Bisnis Daring dan Pemasaran
KI KD SMK Bisnis Daring dan Pemasaran
 
Kesalahan yang Banyak Dilakukan Muslimah
Kesalahan yang Banyak Dilakukan MuslimahKesalahan yang Banyak Dilakukan Muslimah
Kesalahan yang Banyak Dilakukan Muslimah
 
Kuliah Mingguan: Fiqh Wanita (Siri 1)
Kuliah Mingguan: Fiqh Wanita (Siri 1)Kuliah Mingguan: Fiqh Wanita (Siri 1)
Kuliah Mingguan: Fiqh Wanita (Siri 1)
 
01 agamaislamsd-mi-121217154741-phpapp01
01 agamaislamsd-mi-121217154741-phpapp0101 agamaislamsd-mi-121217154741-phpapp01
01 agamaislamsd-mi-121217154741-phpapp01
 
Apa artinya anda seorang muslim abul a'la al-maududi
Apa artinya anda seorang muslim   abul a'la al-maududiApa artinya anda seorang muslim   abul a'la al-maududi
Apa artinya anda seorang muslim abul a'la al-maududi
 
Al rayyan d1
Al rayyan d1Al rayyan d1
Al rayyan d1
 
Ad art bkprmi
Ad art bkprmiAd art bkprmi
Ad art bkprmi
 
Manhaj hidup muslim kompilasi karangan sayyid qutb dan al-maududi
Manhaj hidup muslim   kompilasi karangan sayyid qutb dan al-maududiManhaj hidup muslim   kompilasi karangan sayyid qutb dan al-maududi
Manhaj hidup muslim kompilasi karangan sayyid qutb dan al-maududi
 
Kelas 08 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Bab 4
Kelas 08 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Bab 4Kelas 08 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Bab 4
Kelas 08 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Bab 4
 
Panduan AD ART BKPRMI
Panduan AD ART BKPRMIPanduan AD ART BKPRMI
Panduan AD ART BKPRMI
 
Profil BKPRMI Jakarta
Profil BKPRMI JakartaProfil BKPRMI Jakarta
Profil BKPRMI Jakarta
 
SK-KD Agama Katolik SMPLB – A(Tuna Netra)
SK-KD Agama Katolik SMPLB – A(Tuna Netra)SK-KD Agama Katolik SMPLB – A(Tuna Netra)
SK-KD Agama Katolik SMPLB – A(Tuna Netra)
 
Rin
RinRin
Rin
 
Emansipasi wanita(new)
Emansipasi wanita(new)Emansipasi wanita(new)
Emansipasi wanita(new)
 
Formatif 1
Formatif  1Formatif  1
Formatif 1
 
7 3 1_kikd_akuntansi dan keuangan lembaga_compiled
7 3 1_kikd_akuntansi dan keuangan lembaga_compiled7 3 1_kikd_akuntansi dan keuangan lembaga_compiled
7 3 1_kikd_akuntansi dan keuangan lembaga_compiled
 
BKPRMI
BKPRMIBKPRMI
BKPRMI
 
KB 3 Pandangan Agama-agama terhadap Tindakan Praktik Kebidanan Keluarga Beren...
KB 3 Pandangan Agama-agama terhadap Tindakan Praktik Kebidanan Keluarga Beren...KB 3 Pandangan Agama-agama terhadap Tindakan Praktik Kebidanan Keluarga Beren...
KB 3 Pandangan Agama-agama terhadap Tindakan Praktik Kebidanan Keluarga Beren...
 

Similar to Makalah pai kelompok 01

Makalah agama kelompok 1 kelas Manajemen 3 semester 1
Makalah agama kelompok 1 kelas Manajemen 3 semester 1Makalah agama kelompok 1 kelas Manajemen 3 semester 1
Makalah agama kelompok 1 kelas Manajemen 3 semester 1WinardiantoSusilah
 
Makalah Strategi Dakwah Di Zaman Modern UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docx
Makalah Strategi Dakwah Di Zaman Modern UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docxMakalah Strategi Dakwah Di Zaman Modern UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docx
Makalah Strategi Dakwah Di Zaman Modern UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docxZukét Printing
 
Kisi-kisi UP PAI.docx
Kisi-kisi UP PAI.docxKisi-kisi UP PAI.docx
Kisi-kisi UP PAI.docxJajangSutardi
 
Makalah iftiraq al ummah (kel.3) m 01
Makalah iftiraq al ummah (kel.3) m 01Makalah iftiraq al ummah (kel.3) m 01
Makalah iftiraq al ummah (kel.3) m 01FarahWirdatul
 
MAKALAH SUBTANSI, STRATEGI, DAKWAH DI MEKAH
 MAKALAH SUBTANSI, STRATEGI, DAKWAH DI MEKAH MAKALAH SUBTANSI, STRATEGI, DAKWAH DI MEKAH
MAKALAH SUBTANSI, STRATEGI, DAKWAH DI MEKAHLidia Winarti
 
Perumusan Ahlul Sunnah Wal Jamaah
Perumusan Ahlul Sunnah Wal JamaahPerumusan Ahlul Sunnah Wal Jamaah
Perumusan Ahlul Sunnah Wal Jamaahfitridheasari
 
MAKALAH ERCHA.doc
MAKALAH ERCHA.docMAKALAH ERCHA.doc
MAKALAH ERCHA.docDianChayim
 
Soal PAS kelas 3 sejarah kebudayaan islam semester ganjil 2018 2019
Soal  PAS kelas 3 sejarah kebudayaan islam semester ganjil 2018 2019Soal  PAS kelas 3 sejarah kebudayaan islam semester ganjil 2018 2019
Soal PAS kelas 3 sejarah kebudayaan islam semester ganjil 2018 2019Muhammad Romdloni
 
MAKALAH PERADABAN ISLAM DI MALAYSIA.docx
MAKALAH PERADABAN ISLAM DI MALAYSIA.docxMAKALAH PERADABAN ISLAM DI MALAYSIA.docx
MAKALAH PERADABAN ISLAM DI MALAYSIA.docxssuser5705c8
 
Tauhid di indonesia
Tauhid di indonesiaTauhid di indonesia
Tauhid di indonesiaseiei akito
 
Pengantar Study Islam.pdf
Pengantar Study Islam.pdfPengantar Study Islam.pdf
Pengantar Study Islam.pdfZukét Printing
 
Pengantar Study Islam.docx
Pengantar Study Islam.docxPengantar Study Islam.docx
Pengantar Study Islam.docxZukét Printing
 
Khutbah ttg akhlak rasul
Khutbah ttg akhlak rasulKhutbah ttg akhlak rasul
Khutbah ttg akhlak rasulFaridah Mustapa
 
MAKALAH PERADABAN ISLAM DI THAILAND.docx
MAKALAH PERADABAN ISLAM DI THAILAND.docxMAKALAH PERADABAN ISLAM DI THAILAND.docx
MAKALAH PERADABAN ISLAM DI THAILAND.docxssuser5705c8
 
Kenalilah akidahmu 2 habib munzir al musawa
Kenalilah akidahmu 2    habib munzir al musawaKenalilah akidahmu 2    habib munzir al musawa
Kenalilah akidahmu 2 habib munzir al musawaBuya Fachriy
 

Similar to Makalah pai kelompok 01 (20)

Makalah agama kelompok 1 kelas Manajemen 3 semester 1
Makalah agama kelompok 1 kelas Manajemen 3 semester 1Makalah agama kelompok 1 kelas Manajemen 3 semester 1
Makalah agama kelompok 1 kelas Manajemen 3 semester 1
 
Makalah Strategi Dakwah Di Zaman Modern UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docx
Makalah Strategi Dakwah Di Zaman Modern UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docxMakalah Strategi Dakwah Di Zaman Modern UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docx
Makalah Strategi Dakwah Di Zaman Modern UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docx
 
Kisi-kisi UP PAI.docx
Kisi-kisi UP PAI.docxKisi-kisi UP PAI.docx
Kisi-kisi UP PAI.docx
 
Makalah iftiraq al ummah (kel.3) m 01
Makalah iftiraq al ummah (kel.3) m 01Makalah iftiraq al ummah (kel.3) m 01
Makalah iftiraq al ummah (kel.3) m 01
 
MAKALAH SUBTANSI, STRATEGI, DAKWAH DI MEKAH
 MAKALAH SUBTANSI, STRATEGI, DAKWAH DI MEKAH MAKALAH SUBTANSI, STRATEGI, DAKWAH DI MEKAH
MAKALAH SUBTANSI, STRATEGI, DAKWAH DI MEKAH
 
RI dan MR agama
RI dan MR agamaRI dan MR agama
RI dan MR agama
 
Perumusan Ahlul Sunnah Wal Jamaah
Perumusan Ahlul Sunnah Wal JamaahPerumusan Ahlul Sunnah Wal Jamaah
Perumusan Ahlul Sunnah Wal Jamaah
 
MAKALAH ERCHA.doc
MAKALAH ERCHA.docMAKALAH ERCHA.doc
MAKALAH ERCHA.doc
 
Soal PAS kelas 3 sejarah kebudayaan islam semester ganjil 2018 2019
Soal  PAS kelas 3 sejarah kebudayaan islam semester ganjil 2018 2019Soal  PAS kelas 3 sejarah kebudayaan islam semester ganjil 2018 2019
Soal PAS kelas 3 sejarah kebudayaan islam semester ganjil 2018 2019
 
MAKALAH PERADABAN ISLAM DI MALAYSIA.docx
MAKALAH PERADABAN ISLAM DI MALAYSIA.docxMAKALAH PERADABAN ISLAM DI MALAYSIA.docx
MAKALAH PERADABAN ISLAM DI MALAYSIA.docx
 
tugas agama islam
tugas agama islamtugas agama islam
tugas agama islam
 
Rpp SKI
Rpp SKIRpp SKI
Rpp SKI
 
Rpp
RppRpp
Rpp
 
Tauhid di indonesia
Tauhid di indonesiaTauhid di indonesia
Tauhid di indonesia
 
Pengantar Study Islam.pdf
Pengantar Study Islam.pdfPengantar Study Islam.pdf
Pengantar Study Islam.pdf
 
Pengantar Study Islam.docx
Pengantar Study Islam.docxPengantar Study Islam.docx
Pengantar Study Islam.docx
 
Khutbah ttg akhlak rasul
Khutbah ttg akhlak rasulKhutbah ttg akhlak rasul
Khutbah ttg akhlak rasul
 
MAKALAH PERADABAN ISLAM DI THAILAND.docx
MAKALAH PERADABAN ISLAM DI THAILAND.docxMAKALAH PERADABAN ISLAM DI THAILAND.docx
MAKALAH PERADABAN ISLAM DI THAILAND.docx
 
Kenalilah akidahmu 2 habib munzir al musawa
Kenalilah akidahmu 2    habib munzir al musawaKenalilah akidahmu 2    habib munzir al musawa
Kenalilah akidahmu 2 habib munzir al musawa
 
Kenalilah akidahmu 2
Kenalilah akidahmu 2Kenalilah akidahmu 2
Kenalilah akidahmu 2
 

Recently uploaded

Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 

Recently uploaded (20)

Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 

Makalah pai kelompok 01

  • 1. MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 1 DOSEN PEMBIMBING: Abdul Hamid Aly S.Pd, M,Pd DISUSUN OLEH : (KELOMPOK 01) Azzam Riski (21901081098) Ishomuddin (21901081102) Anggita Valentina (21901081089) Firnandya Amanah (21901081094) Dewi Sinta (21901081090) Lafifatul Ummah (21901081101) UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS EKONOMI & BISNIS PRODI MANAJEMEN 2019 / 2020
  • 2. MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 1 DISUSUN OLEH : (KELOMPOK01) Azzam Riski (21901 081098) Ishomuddin (21901081102) Anggita Valentina (21901081089) Firnandya Amanah (21901081094) Dewi Sinta (21901081090) Lafifatul Ummah (21901081101) UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS EKONOMI & BISNIS PRODI MANAJEMEN 2019 / 20
  • 3. KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang , kami panjatkan puji syukur atas kehadiratnya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk melengkapi nilai pada Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam 1 pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis program studi Manajemen di Universitas Islam Malang. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu saran dan kritik yang membangun dibutuhkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sebelumnya kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami, khususnya kepada Dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam, Abdul Hamid Aly S.Pd, M,Pd agar bisa mengembangkan ilmu pengetahuannya, khususnya di ilmu Pendidikan Agama Islam. Malang, 3 OKtober 2019
  • 4. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………………………………… DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………………………… BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………………………………….. 1.1. Latar Belakang Masalah…………………………………………………………………………………………………… 1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………………………………………………………… 1.3. Tujuan Penulisan ……………………………………………………………………………………………………… BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………………………………… 2.1. a. Masyarakat Pra-Islam……………………………………………………………………………………………... b. Agama di Jazirah Arab sebelum Nabi Muhammad SAW…………………………………………… c. Agama samawi dan agama ardli……………………………………………………………………………….. 2.3. Kelahiran dan Dakwah Nabi Muhammad SAW………………………………………………………………... a. Misi kerasulan…………………………………………………………………………………………………………… b. Dakwah secara sembunyi-sembunyi…………………………………………………………………………. c. Turunnya perintah untuk dakwah secara terang-terangan……………………………………….. d. Dakwah secara terang-terangan……………………………………………………………………………….. e. Kondisi pasca wafatnya Nabi SAW…………………………………………………………………………….. 2.4. Qiyas………………………………………………………………………………………………………………………………… a. Pengertian qiyas………………………………………………………………………………………………………… b. Rukun dan syarat qiyas……………………………………………………………………………………………… c, Macam-macam qiyas…………………………………………………………………………………………………. d. Qiyas sebagai sumber hukum dalam islam ………………………………………………………………. BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………………………………………………. 3.1. Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………………………… 3.2. Saran……………………………………………………………………………………………………………………………. DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………………………
  • 5. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH a. MASYARAKAT PRA-ISLAM Masa sebelum kedatangan Islam dikenal dengan zaman jahilioyah. Dalam Islam, periode jahiloiyah dianggap sebagai suatu kemunduran dalam kehidupan beragama. Pada saat itu masyarakat Arab jahiliyah mempunyai kebiasaan buruk seperti minum-minuman keras, berjudi, dan meyembah berhala. Ketika nabi Muhammad SAW lahir (570 M). Mekah adalah sebuah kota yang sangat penting dan terkenal diantara kota-kota di negeri Arab, baik karena tradisinya maupun karena letaknya. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang ramai menghubungkan Yaman di selatan dan Syiria di utara. Denganadanya Ka’bah adalahtempat mereka berziarah. Didalamnyaterdapat 360 berhala mengelilingi berhala utama, Hubal. Mekah kelihatan Makmur dan kuat. Agama dan masyarakat Arab ketika itu mencerminkan realitas kesukuan masyarakat jazirah Arab dengan luas satu juta mil persegi. Biasanya, dalam membicarakan wilayah geografis yang didiami bangsa Arab sebelum Islam, orang membatasi pembicaraan hanya pada jazirah Arab, padahal bangsa Arab juga mendiami daerah-daerah di sekitar Jazirah. Jazirah Arab memang merupakan kadiaman mayoritas bangsa Arab kala itu. Dalam makalah ini, kami akan membahas tentang kondisi Bangsa Arab sebelum kedatangan agama islam. Khususnya mengenai letak geografisnya, asal-usulnya, agamanya, serta peradabannya.
  • 6. b. KELAHIRAN DAN DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW Sebagai seorang muslim hendaknya mengetahui sejarah Nabi Muhammad SAW baik ketika beliau dalam proses kelahiran, masa kanak-kanak, masa remaja serta kehidupannya sebelum mendapatkan mukzijat. Hal seperti itu merupakansejarah penting yang perlu di ketahui oleh umat muslim, karena banyak manfaat yang bisa di ambil dari kehidupan nabi Muhammad SAW baik dari keteladanan beliau ataupun perjuangan beliau dalam mempertahankan agama Islam. Agama islamyang di yakini oleh banyak umat sekarang ini tidak luput dari perjuangan Rasulullah dan sahabat Nabi Dizaman ilmu pengetahuan modern inimayoritas umat muslimmeremehkan tentang sejarah Nabi Muhammad. Padahal sejarah itu merupakan bagian penting dari perjalanan sebuah umat, bangsa, negara maupun individu. Oleh karena itu kami mengingatkan kembali akan sejarah dan perjalanan Nabi untuk selalu kita contoh dan kita teladani dalam kehidupan sehari-hari. Telah kita ketahui bersama bahwa umat islampada saat sekarang ini lebih banyak mengenal figur-figur yang sebenarnya tidak pantas untuk di contoh dan ironisnya mereka sama sekali buta akan sejarah dan pri kehidupan Rasulullah SAW. Oleh karena itu kami mencoba untuk membuka, memaparkan tentang kehidupan nabi Muhammad SAW, dan mudah-mudahan dengan adanya makalah ini menambah rasa kecintaan kita pada Nabi Muhammad SAW. c. QIYAS Sebagai umat Islamdalam kehidupan sehari-hari ada aturan yang mengatur segala aktivitas kita. Semua ada Batasan-batasan tertentu serta aturan-aturan dalam menjalankannya. Dan semua aturan serta Batasan hukum yang mengatur umat Islam didasarkan pada Al-qur’an dan Sunnah. Banyak peristiwa atau kejadian yang belum jelas hukumnya. Karena didalam Alqur’an dan Sunnah tidak dijumpai atau ditetapkan secara jelas hukumnya. Oleh itu diperlukan sebuah cara atau metode yang dapat menyingkap dan memperjelas bahkan menentukan suatu hukum. Qiyas merupakan suatu cara penggunaan pendapat untuk menetapkan suatu hukum terhadap suatu peristiwa atau krjaadian yang belum jelas atau yang tidak dijelaskan secara jelas dalam Alqur’an dan Sunnah
  • 7. Dasar pemikiran Qiyas adalah adanya kaitan yang era tantara hukum dengan sebab. Hampir setiap hukum diluar bidang ibadah dapat diketahui alasan rasional ditetapkannya hukum itu oleh Allah. Illat adalah patokan utama dalam menetapkan hukum atau permasalahan. Objek masalah adalah sesuatu yang tidak memiliki Nash. Atas dasar keyakinan tersebut bahwa tidak ada yang luput dari Hukum Allah, maka setiap muslim meyakini setiap peristiwa atau kasus yang terjadi pasti ada hukumnya. Dalam makalah ini, kami akan membahas tentang Qiyas. Khususnya mengenai rukun, syarat, dan macam-macam Qiyas 1.2. RUMUSAN MASALAH a. MASYARAKAT PRA-ISLAM 1. Bagaimana kondisi bangsa Arab sebelum datangnya Islam? 2. Bagaimana kondisi sosial budaya masyarakat Arab pra Islam? 3. Bagaimana kondisi sosial politik masyarakat Arab pra islam? 4. Bagaimana kondisi religius masyarakat Arab pra islam? b. KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW 1. Sebutkan beberapa misi kerasulan Nabi Muhammad SAW! 2. Apa yang dimaksud agama samawi dan agama ardli? 3. Bagaimanakah dakwah Nabi Muhammad secara terang-terangan? 4. Sebutkan ciri-ciri agama samawi dan agama ardli! c. QIYAS 1. Apa sajakah rukun-rukun Qiyas? 2. Sebutkan macam- macam Qiyas! 3. Bagaimanakah syarat-syarat Qiyas? 4. Jelaskan kedudukan Qiyas dalam sumber hukum islam!
  • 8. 1.3. TUJUAN PENULISAN a. MASYARAKAT PRA-ISLAM 1. Mengkaji lebih dalam kondisi bangsa Arab sebelum datangnya Islam 2. Untuk mengetahui kondisi sosial budaya masyarakat pra islam 3. Untuk mengetahui kondisi politik masyarakat pra islam 4. Untuk mengetahui kondisi religius masyarakat pra islam b. KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW 1. Mengetahui misi kerasulan Nabi Muhammad SAW 2. Dapat mengetahui pengertian agama samawi dan agama ardli 3. Menjelaskan dakwah Nabi Muhammad SAW secara terang-terangan 4. Untuk mengetahui ciri-ciri agama samawi dan agama ardli c. QIYAS 1. Memahami rukun-rukun Qiyas 2. Mengetahui macam-macam Qiyas 3. Menjelaskan syarat-syarat Qiyas 4. Menjelaaskaan kedudukaan Qiyas dalam sumber hukum islam
  • 9. BAB 2 PEMBAHASAN 2.1. PEMBAHASAN a. MASYARAKAT PRA-ISLAM Pemahaman konteks masyarakat sebelum kedatangan Islam,memiliki peran penting bagi kita untuk dapat memahami bahwa hadirnya Islamtelah memberikan kontribusi yang signifikan dalam kehidupan. Islam muncul tidak lain merupakan sebuah upaya untuk memberikan jawaban terhadap problem-problem kemanusiaan baik yang menyangkut keyakinan, sosial, politik, ekonomi yang sedang melingkupi masyarakat arab saat itu. Kondisi masyarakat arab sebelum kedatangan islam secara umum ditandai dengan beberapa kondisi antara lain kondisi sosial budaya, kondisi sosial politik dan kondisi religius. 1. Kondisi Sosial Budaya Kondisi kehidupan masyarakat Arab pra Islam secara umum dikenal dengan sebutan zaman jahiliyah (zaman kebodohan). Hal ini dikarenakan dalam waktu yang lama, masyarakat Arab tidak memiliki kitab suci, ideologi agama dan tokoh besar yang membimbing mereka. Mereka tidak mempunyai sistempemerintahan yang ideal dan tidak mengindahkan nilai- nilai moral sehingga masyarakatnnya memiliki akhlak yang sangat rendah (krisis moral). Dapat disimpulkan bahwa keaadaan sosial budaya masyarakat arab Arab pra islam di antaranya: a. Orang-orang Arab sebelum kedatangan Islam adalah orang-orang yang menyekutukan Allah (musyrikin), yaitu mereka menyembah patung-patung (berhala) karena dianggap suci. b. Mereka menguburkan anak-anak perempuan mereka hidup-hidup karena takut malu dan celaan (mereka menganggap perempuan membawa kemiskinan dan kesengsaraan) c. Budak diperlakukan majikannya secara tidak manusiawi, memperlakukannya seperti binatang dan barang dagangan, dijual atau dibunuh. Para budak tidak mendapatkan kebebasan untuk hidup layaknya manusia merdeka. d. Mereka orang-orang yang suka berselisihan, yang suka bertengkar, lantaran sebab-sebab kecil yakni suka meminum khamr, segolongan dari mereka memerangi akan segolongannya.
  • 10. 2. Kondisi sosial politik Kondisi sosial politik sebelum kedatangan Islam di masyarakat arab diwarnai oleh intrik politik perebutan pengaruh diantara tiga kekuatan dunia pada saat itu yaitu pertama, Kristen Byzantium, berpengaruh kuat di sekitar laut merah bahkan sampai di Abisinia. Kedua, Persia Zoroater, dengan ibukota di Ctesiphon di Mesopotamia, pengaruhnya mencapai sebelah Timur Arabia dan sepanjang Panti Selatan Yaman. Ketiga, Kerajaan Arab Selatan di bawah kekuasaan dinasti Himyar. a. Adanya persaingan dalam Konteks keagamaan antara kekaisaran Byantium dan Persia. Agama bangsa Persia kuno adalah Zoroaster (kepercayaan yang menyembah kepada ahura Mazda yaitu tuhan yang bijaksana), selama lima abad Persia dikalahkan oleh kekaisaran Byzantium ternyata tetap bertahan. Dengan bertahannya agama itu, mereka hampir-hampir tidak terpengatuh ajaran agama misteri Yunani dan Romawi maupun Kristen. b. Lengsernya kerajaan arab selatan akibat beralihnya peta perekonomian ke Romawi. Bangkitnya perekonomian romawi telah merubah peta perdagangan dalamkonteks dunia Arab yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian linear, akibatnya terjadi kekeringan yang maha dahsyat telah menjadikan kerugian pertanian dan ekonomi lokal. 3. Kondisi religius Terdapat enam kategori kehidupan Religius masyarakat Arab Pra- Islam 1) Fetishism (penyembahan pada batu) 2) Animism (kepercayaan terhadap roh) 3) Dinamism (kepercayaan terhadap nenek moyang) 4) Totemism (kepercayaan kekuatan dalam suatu berupa brung, ikan binatang atau tumbuhan) 5) Astral Triadism (kepercayaan pada tiga serangkaian benda langit, matahari bulan dan Venus) 6) Monoterism (Mempercayai bahwa Tuhan adalah satu atau tunggal dan berkuasa penuh atas segala sesuatu
  • 11. Menurut Watt dalam bukunya Muhammad's Mecca, mengidentifikasi adanya empat sistem kepercayaan religius yang berkembang di Arab Pra Islam, yaitu : a. Fatalisme Kepercayaan bahwasanya peristiwa yang terjadi dalam hidup ini merupakan produk dan ditentukan oleh waktu. Waktulah yang menentukan segalanya. Terdapat dua hal yang wujudnya ditakdirkan; pertama, kematian (ajal) dan kedua, rezeki. Dua hal inilah yang keberadaannya di luar kontrol manusia. b. Paganisme Kepercayaan masyarakat Arab pra Islam yang paling ditentang oleh Islam adalah kepercayaan model pagan. Di jazirah arab terdapat 10 Tuhan yang disembah. Tiga diantarnya tuhan feminim dan tujuh lainnya berkarakter tuhan maskulin. Kepercayaan tersebut dilatari oleh keyakinan bahwa tuhan-tuhan itu bisa memberikan kesuburan bagi tanaman. Sehingga dalam ritual mereka mengadakan persembahan sebagian hasil bumi mereka dan penyediaan rezeki untuk berhala-berhala. c. Kepercayaan kepada Allah sebagai Super Tuhan Konsep "Allah" dalam masyarakat Pra Islam mengandung beberapa pengertian anatara lain; Sebagai Tuhan pencipta alamsemesta, sebagai pemberi hujan dan kehidupan, digunakan dalam sumpah yang sakral, sebagai objek penyembahan/ monoteisme sementara, sebagai tuhan ka'bah, sebagai tuhan yang disembah melalui perantaraan dewa-dewa lain. d. Monotheisme Monoteisme masyarakat pra-Islam terdapat 3 teori yang dimunculkan; Pertama, Monoteisme pengaruh dari agama Yahudi. Kedua, Monoteisme merupakan sesuatu yang bersifat alamiah, atau merupakan evolusi pemikiran secaraumum dari masyarakat. Ketiga,Monoteisme berkaitan dengan istilah "hanif" (pegangan tauhid yang dibawa nabi Ibrahim As), hal ini di jelaskan dalam Q.S Al-Imran : 67. ‫م‬َ‫ا‬ ‫ماَك‬ََ ‫ك‬ِ‫ب‬ْ‫ر‬َ‫ا‬َِ‫ي‬‫م‬‫ر‬ُ ‫َم‬‫ه‬‫ر‬‫و‬‫د‬ِ‫ي‬َ‫ه‬ ‫ك‬َ‫ل‬ َ‫ا‬ ‫َم‬ْ‫ر‬‫ر‬‫ا‬َِ‫ي‬‫ي‬َ‫ر‬ ‫ك‬‫ي‬‫ل‬‫ر‬َٰ‫ك‬َ‫ن‬ َ‫ا‬ ‫ماَك‬ََ ‫م‬َ‫ن‬ْ‫ر‬‫ف‬َ‫ا‬ ‫م‬َ‫س‬‫ر‬‫ل‬‫ي‬‫م‬ِ‫ا‬ ‫م‬َ‫ا‬ َ‫ا‬ ‫ماَك‬ََ ‫لَك‬‫ر‬‫ا‬ ‫ْلَك‬‫ر‬َ ‫ر‬ِ‫ي‬‫ك‬ِ‫س‬‫ي‬‫ن‬‫ا‬ Artinya: Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.
  • 12. Ikhtiar Menemukan Kekhasan Islam Islam yang diwahyukan kepada nabi Muhammad saw mempunyai keterkaitan dengan dasar-dasar keimanan, keyakinan dan tradisi religius masyarakat Arab pra Islam. Islam walaupun mempunyai keterkaitan dengan keyakinan dan tradisi terdahulu, telah memberikan corak kebertuhanan yang berbeda. Memang mereka percaya adanya Tuhan, tidak asing dengan istilah "Allah". Namun dalam Islambertauhid, tidak cukup dan tidak berarti percaya kepada Allah saja, tetapi mmencakup pula pengertian yang benar tentang Allah dan bagaimana kita bersikap, beribadah kepadanya. Masyarakat arab sebelum islam itu sudah percaya kepada Allah, hal ini telah dijelaskan dalam Q.S Az-Zumar :38 ‫ك‬‫ي‬‫ل‬‫ر‬‫ئ‬َ‫ن‬ َ‫ا‬ ‫ك‬‫ي‬‫ب‬ِ‫ي‬َ‫ت‬‫ي‬‫ن‬َ‫م‬َْ ‫ك‬‫ي‬‫ل‬َ‫ا‬ ‫لَك‬َ‫ل‬ََ ‫ك‬‫ر‬‫س‬‫ا‬ َ‫ما‬َ‫س‬‫ا‬‫م‬‫ان‬ ‫ك‬َ‫ا‬ ‫ي‬‫أ‬َ ‫ي‬ْ‫ا‬ َ‫ا‬ ‫ك‬‫ا‬‫ل‬ِ‫ن‬‫د‬ِ‫ل‬ََْ‫ن‬ ‫ك‬ِ ‫اها‬ ‫ك‬ ‫ك‬‫ي‬‫ل‬ِْ ‫ك‬‫ي‬‫ب‬ِ‫ت‬‫ي‬‫ه‬َ‫ي‬ََِ‫م‬َ‫ي‬ ‫م‬َ‫ا‬ ‫داَك‬ُِ‫ي‬‫ن‬ََ ‫ك‬‫ي‬‫ل‬‫ر‬‫ا‬ ‫ك‬‫ر‬‫ِاا‬‫و‬ ‫ك‬‫ر‬ ‫اها‬ ‫ك‬‫ي‬‫ا‬‫ر‬ُ ‫ك‬َ‫ر‬‫ر‬‫ر‬َ‫و‬‫ا‬َ‫أ‬َ‫ي‬ ‫ك‬ِ ‫اها‬ ‫ك‬ِ‫ض‬ِِ ‫ر‬‫م‬ ‫ك‬‫ي‬‫ل‬ََ ‫ك‬‫ا‬‫ل‬َِ ‫ك‬ََ‫ك‬ِ‫مس‬َ‫ن‬‫ر‬ ‫م‬ ‫ك‬‫ر‬‫ر‬ ‫ر‬‫ض‬ِِِ ‫ك‬‫ي‬‫ا‬َ‫ي‬ ‫ر‬‫ر‬‫ر‬َ‫و‬‫ا‬َ‫أ‬َ‫ي‬ ‫ك‬َ‫س‬‫ي‬‫ا‬َِ‫ر‬‫م‬‫ك‬ٍِ ‫ك‬‫ي‬‫ل‬ََ ‫ك‬‫ا‬‫ل‬َِ ‫ك‬ِ‫مس‬ََٰ‫ر‬‫م‬‫ي‬‫س‬ِ‫ا‬ ‫ك‬‫ر‬‫ح‬‫ر‬‫ت‬َ‫س‬‫ي‬‫ا‬َ‫أ‬ ‫ك‬ ‫ك‬‫ي‬‫ل‬ِْ ‫ك‬َ‫ر‬‫ر‬‫ب‬‫ي‬‫م‬َ‫ا‬ ‫ك‬ِ ‫اها‬ ‫ك‬ ‫ك‬‫ر‬‫ح‬‫ي‬َْ‫ل‬َُ ‫ك‬ِ‫ل‬‫ا‬َ َ‫د‬َ‫ت‬َ‫ه‬ ‫داَك‬ِ‫ل‬‫ر‬‫ض‬َ َ‫د‬َ‫ت‬ِ‫س‬‫ي‬‫ن‬‫ا‬ Artinya: Dan sungguh jikakamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langitdan bumi?", niscaya mereka menjawab: "Allah". Katakanlah: "Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya?. Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku". Kepada-Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri. Namun keimanan mereka tidak apat disebut tauhid karena pada realitasnya mereka membuat sekutu terhadap Allah, keimanan mereka penuh dengan mitos. Pada titik inilahkonsep keyakinan dan keimanan Islam yang dibawa oleh Muhammad saw menemui signifikasinya. b. AGAMA DI JAZIRAH ARAB SEBELUM NABI MUHAMMAD SAW Jazirah Arab secara bahasa terbagi menjadi dua kosa kata, yaitu “jazirah” yang berarti Pulau, sebagian ahli sejarah menyebut jazirah Arab dengan sebutan ( ‫ة‬ ‫ر‬ ‫جزي‬ ‫ال‬ ‫ه‬‫ب‬ ‫ش‬ ) yang berarti “Semenanjung”. Sedangkan kata Arab menurut para sejarawan ( ‫اري‬ ‫صح‬ ‫ال‬‫ار‬ ‫ف‬ ‫ق‬ ‫وال‬ ) yang berarti “padang pasir dan gurun atau tanah gersang yang tidak ada air dan tumbuhannya”. Jadi jazirah Arab merupakan semenanjung yang penuh dengan padang pasir dan gurun, serta gersang tanpa air dan tanaman. Kata ini telah ada semenjak Arab kuno dan masyhur di semenanjung Arab. Secara geografis, semenanjung Arab berbentuk memanjang dan tidak parallelogram, dan berbatasan dengan batasan geografis yang ada di sekeliling Semenanjung Arab. Semenanjung Arab sendiri di wilayah barat berbatasan dengan laut Merah dan semenanjung Sinai (sebuah semenanjung yang berbentuk segitiga yang terletak di Asia Barat, namun menjadi bagian Mesir di Afrika), dan di wilayah timur berbatasan dengan Teluk Arab (dahulu bernama Teluk Persia), Hira, Dijla, Tigris, Euphrates dan sebagian besar Negara Selatan Irak.
  • 13. Sementara di wilayah selatan berbatasan dengan laut Arab, yang merupakan perpanjangan dari laut India, dan di bagian utara berbatasan dengan Gurun Syam (kini bernama Suriah) dan Gurun Irak, ada beberapa perbedaan dari para sejarawan terhadap batasan-batasan ini. Sementara panjang dan lebar menurut para sejarawan kira-kira 1000 sampai 3000 Km lebih. Secara umum semenanjung Arabia termasuk wilayah yang tandus sehingga hal ini melindunginya dari penjajahan dan pengaruh agama, mari kita lihat penduduk Arab sejak zaman kuno, bebas melakukan berbagai hal, meskipun jazirah ini diapit oleh dua kekaisaran besar, yaitu di sebelah timur oleh kekaisaran Persia yang beragama Majusi ( penyembah api, dengan kitab sucinya Zend Avesta), dan kekaisaran Romawi yang Kristen berada di sebelah barat. Kehidupan penduduk Arab pada masa itu rata-rata hidup Nomaden (suka mengembara dan berpindah-pindah), selain itu, kehidupan mereka dibentuk berdasarkan kabilah-kabilah (suku). Kabilahini dibentuk oleh kelompok-kelompok keluarga atas dasarpertalian darah (nasab), perkawinan dan sumpah setia. Tiap kabilah dipimpin oleh seorang yang paling tua dan dipilih melalui musyawaroh. Secara garis besar, ada dua macam penduduk yang hidup di Arab waktu itu, yaitu; penduduk kota, yang rata-rata pedagang dengan dua kota terkenalnya yaitu Mekkah dan Madinah. Serta penduduk desa atau waktu itu disebut dengan sebutan Badui, mereka rata-rata adalah petani, peternak dan pengembala c. AGAMA SAMAWI DAN AGAMA ARDHI Agama Samawi adalah agama yang diturunkan (wahyu) dari Allah SWT melalui malaikat Jibril dan disampaikan oleh Nabi/Rasul yang telah dipiliholeh Allah SWT untuk disebarkan kepada umat manusia Ciri-ciri agama samawi : 1. Agama ini memiliki kitab suci yang otentik (ajarannya bertahan/asli dari Tuhan) 2. Mempunyai nabi/rasul yang bertugas menyampaikan dan menjelaskan lebih lanjut dari wahyu yang diterima 3. Agama samawi /wahyu dapat dipastikan kelahirannya 4. Ajarannya serba tetap 5. ebenerannya adalah universal yaitu berlaku bagi setiap manusia,masa, dan keadaan. Allah berfirman : ‫ََٰك‬‫ر‬‫ن‬‫ك‬ََ ‫ك‬ِْ‫م‬َ‫ت‬‫ر‬َٰ‫ي‬‫ن‬‫ا‬ ‫ك‬َ‫ل‬ ‫ك‬َ‫يي‬‫ه‬َ‫أ‬ ‫ك‬ ‫ك‬‫ر‬‫م‬‫ك‬‫ر‬‫ح‬ْ ‫ك‬ ‫َه‬‫ن‬َِ ‫ْلَك‬‫ر‬‫ل‬‫ا‬‫ت‬ِ‫س‬‫ي‬‫ل‬‫ر‬‫ن‬ Artinya : Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa Kitab Al Qur’an yaitu kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. 1. Kitab taurat, yaitu kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Musa. 2. Kitab Injil, yaitu kitab yang diturunkan kepada Nabi Isa.
  • 14. 3. Kitab zabur, yaitu kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Daud as. Shuhuf Ibrahim dan Musa, yaitu lembaran yang tertulis di dalamnya wahyu dari Allah yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Musa. Allah berfirman di dalam surat Al A’la: 18-19 ‫ك‬‫ا‬‫ا‬‫ر‬ُ ‫ا‬ََٰ‫ك‬ََ ‫ر‬‫ر‬‫ن‬َ‫ن‬ ‫ك‬‫ر‬‫ص‬ِ‫ح‬ُ‫ي‬‫ان‬ ‫ك‬‫ك‬‫أ‬َ‫ن‬‫ا‬ِ ‫ي‬ْ‫ا‬ Artinya : Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, ‫ك‬‫ر‬‫ص‬ِ‫ح‬ِِ ‫ك‬َ‫ب‬ْ‫ر‬َ‫ا‬َِ‫ي‬‫م‬‫ر‬ُ ‫ك‬‫ك‬‫أ‬َْ‫د‬ِ‫ا‬ َ‫ا‬ Artinya : (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa AGAMA ARDHI Agama Ardhi adalah agama yang berkembang berdasarkan budaya, daerah, pemikiran seseorang yang kemudian diterima secara global. Serta tidak memiliki kitab suci dan bukan berlandaskan wahyu. Ciri-ciri Agama Ardhi : 1. 2Agama diciptakan oleh tokoh agama 2. Tidak memiliki kitab suci 3. 4Tidak memiliki nabi sebagai penjelas agama ardhi 4. Berasal dari daerah dan kepercayaan masyarakat 5. Ajarannya dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan akal pikiran penganutnya 6. Konsep ketuhanannya yaitu Panthaisme, dinamisme dan animism Contoh Kitab Ardhi Kitab-kitab yang disusun oleh seseorang dalam ajaran tertentu sangatlah banyak. Diantaranya adalah: 1. Tripitaka. Tripitaka adalah kitab umat Buddha. Setiap umat Buddha berpegang teguh kepada Tripitaka sebagai rujukan utama karena dalamnya tercatat ucapan dan ajaran sang hyang Buddha Gautama. 2. Weda. Weda merupakan kitab dari agamaHindu, weda adalahkitab suciumat Hindu yang disusun oleh seorang Maharesu dari kaum brahma krishna Dwaipayana Wyana bersama- sama muridnya. 3. Zen avesta.Zen avesta adalah kitab suci dari kaumMajusi atau yang dikenal dengan nama Zoroaster. 4. Sishu Wujing, sishu wujing adalah kitab suci penganut konghuchu, Kitab ini disusun oleh Kong Hu Cu yang dilahirkan pada tahun 551 SM. Agama Kong Hu Cu ini dianut oleh sebagian masyarakat Tionghoa (China)
  • 15. 2.2. KELAHIRAN DAN DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW a. MISI KERASULAN Muahammad Saw adalah seorang abi dan Rasul terakhir bagi umat Manusia. Muhammad Saw memulai penyebaran ajaran Islam untuk seluruh umat manusia dan mewariskan pemerintahan tunggal Islam. Muhammad sama-sama menegakkan ajaran tauhid untuk mengesakan Allah Swt sebagaimana yang dibawa Nabi dan Rasul sebelumnya. Nabi Saw adalah seorang yang tabah dan sabar, sehingga beliau menjadi panutan bagi manusia dalam segala aspek kehidupan baik dalam urusan dunia ataupun akhirat. Keteladanan nabi saw tidak di ragukan kebenarannya, maupun kebaikannya, karena di sampaikan nabi Muhammad sawadalah berdasarkan wahyu bukan kebohongan da omong kosong. Nabi Muhammad Saw di utus Allah Swt. setidaknya ada empat misi kerasulannya. 1. Mengajarkan Ketauhidan. Rasulullah Saw Mengajarkan untuk meng esakan Allah Swt dan memberantas kemusyrikan yang dilakukan oleh masyarakat Mekkah pada saat itu. Hal ini dijelaskan dalam Al-Quran : ‫َم‬‫ف‬‫ي‬‫ل‬َْ ‫ي‬‫أ‬َ‫ي‬ ‫ك‬‫ي‬‫ل‬‫ر‬‫ا‬ ‫ََٰك‬‫ر‬‫ل‬‫ي‬‫ب‬َْ ‫ك‬‫ي‬‫ل‬‫ر‬‫ا‬ ‫ك‬ِ‫س‬‫د‬ِْ َ‫أ‬ ‫ك‬‫ا‬‫ل‬‫ر‬ُ ‫ر‬ ‫ر‬‫دا‬ِ‫ر‬ ‫ك‬‫ر‬‫ح‬‫ي‬َْ‫ن‬‫ر‬ُ ِ‫ح‬‫ا‬‫ر‬َ‫ي‬ ‫ك‬َ‫ل‬ ‫ك‬َ‫ح‬‫ك‬َ‫ن‬‫ر‬ُ ‫ك‬‫ا‬‫ل‬‫ر‬ُ ‫َم‬‫ر‬َ‫ي‬ ‫ك‬‫ر‬‫ِاا‬‫ن‬ِ‫ب‬‫ي‬ُ‫م‬َ‫م‬ Artimya: “Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum engkau (Muhammad) melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku.” (QS. Al-Anbiya : 25) . Menyempurnakan Akhlak. Akhlak Nabi Muhammad Saw.. Merupakan acuan yang tidak ada bandingannya. Bukan hanya dipuji oleh manusia, tetapi juga oleh Allah Swt. Hal ini dapat dilihat dalam firman-Nya: ‫ََٰك‬‫ا‬‫ر‬‫ر‬ُ َ‫ا‬ ‫ك‬‫ك‬‫أ‬َ‫ل‬َ‫ى‬َ‫ن‬ ‫ك‬ِ‫ل‬ِ‫ل‬َِ ‫ْب‬‫ر‬َُِ Artinya: “Dan sesunguhnya kamu ( Muhammad ) benar-benar berbudi pekerti yang agung.“ (QS. Al-Qalam: 4 )Ketika Aisyah binti Abu Bakar (istri Nabi Muhammad) ditanya tentang akhlak Nabi Muhammad saw., ia menjawab : “Akhlaknya adalah Al-Qur’an “. (HR. Ahmad dan Muslim) Nabi Muhammad Saw. Bersabda yang artinya diriwayatkan dari Abi Hurairah, Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.” (HR. Ahmad)
  • 16. Hadits di atas mengisyaratkan bahwa akhlak merupakan ajaran yang diterima Rasulullah Saw dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi umat yang pada saat itu dalam kejahiliyahan. Pada saat itu, manusia mengagungkan hawa nafsu dan sekaligus menjadi hamba hawa nafsu. Ajaran akhlak yang dibawah Nabi Muhammad Saw tersebut terangkum dalamsebuah hadits yang artinya:“Hai Muhammad, beritahu padaku tentang iman, iman yaitu engkau percaya kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, dan hari kebangkitan. Kemudian, Jibril bertanya lagi, hai Muhammad apa yang dimaksud dengan Islam? Islam, yaitu engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya,mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa di bulan Ramadan, dan menunaikan haji ke Baitullah bila mampu. Kemudian, Jibril bertanya lagi, “Hai Rasulullah apa yang dimaksud dengan ihsan? Ihsan, yaitu engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihatnya. Apabila engkau tidak melihatnya, maka Dia pasti melihatmu.” (HR. Muslim) Hadits di atas menjelaskan bahwa ajaran akhlak yang dibawa Nabi Muhammad berupa tiga hal, yaitu: iman, Islam, dan ihsan. Ketiganya merupakan proses yang kontinu yang hendaknya dilakukan seorang Muslim. Ini semua tidak hanya merupakan kewajiban bagi seorang Muslim, tetapi juga merupakan pendidikan yang dilakukan seumur hidup guna membentuk akhlak yang baik terhadap Allah swt. dan sesama makhluk. Berdasarkan hadits tersebut, kita dapat mengetahui bahwa tujuan berakhlak itu supaya hubungan kita dengan Allah dan makhluk selalu terpelihara dengan baik dan harmonis. 2. Membangun Manusia yang Mulia dan Bermanfaat. Nabi Muhammad saw. Mengajarkan tentang persamaan derajat manusia. Nabi Muhammad saw. Juga mengajarkan agar penyelesaian masalah tidak boleh dilakukan dengan cara kekerasan, namun harus dilakukan dengan cara-cara yang damai dan beradab. Hal ini tercermin dalam tindakan Nabi Muhammad Saw. ketika mendamaikan masyarakat Mekah saat akan meletakkan Hajar Aswad pada tempatnya. Nabi Muhammad mengajarkan agar manusia bekerja keras untuk dapat memenuhi kebutuhannya, namun ketika menjadi kaya, dia harus mengasihi yang miskin dengan cara menyisihkan sebagian hartanya untuk mereka. Orang yang kuat harus mengasihi yang lemah. Orang tua harus menyayangi anaknya, baik anak itu laki-laki maupun perempuan. Sebaliknya, anak harus menghormati dan berbakti kepada orang tuanya walaupun mereka sudah sangat tua. Ketika antar anggota masyarakat dapat memahami hak dan kewajibannya, saling menghormati, menghargai, dan mengasihi, akan menjadi masyarakat yang damai, aman, tenteram, dan sejahtera. Terbukti, saat ini, keadaan Masyarakat Mekah dan Madinah menjadi masyarakat yang sangatberadab, damai, sejahtera, dan mengalami kemajuan yang pesat. Semua itu diawali dengan ketakwaan mereka kepada Allah Swt dan senantiasa berpegang teguh kepada ajaran Nabi Muhammad SAW. 3. Memberi Kabar Gembira dan Peringatan.
  • 17. Rasulullah Saw memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman kepada Allah Swt, serta mengikuti beliau. Sebaliknya beliau mengingatkan kepada mereka yang berbuat kejahatan, kemusyrikan, dan kemaksiatan agar menghentikan perbuatan-perbuatan yang terlarang itu, pahamilah Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an: ‫م‬‫ا‬‫ر‬‫ر‬ُ ‫َمرَك‬‫ف‬‫ي‬‫ل‬َْ ‫ي‬‫أ‬َ‫ي‬ ‫ك‬‫ر‬‫ض‬‫ل‬َ‫ح‬‫ي‬‫ن‬‫م‬‫ر‬‫م‬ ‫ا‬َِْ‫ر‬‫ك‬َ‫م‬ ‫ا‬َِ‫ه‬‫ر‬ََٰ‫ر‬ َ‫ا‬ ‫ك‬ ‫ك‬‫ي‬‫ا‬‫ر‬ُ َ‫ا‬ ‫ك‬‫ي‬‫ل‬‫ر‬‫ا‬ ‫ك‬ٍِ‫ا‬‫ا‬ِ‫ي‬ ‫ك‬‫ا‬‫ل‬‫ر‬ُ ‫ك‬َ‫َل‬َ ‫م‬َ‫ي‬ْ‫ر‬‫م‬ ‫ك‬َِ‫ه‬‫ر‬ََٰ‫ر‬ Artinya: “Sungguh, Kami mengutus engkau dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak Ada satupun umat melainkan di sana telah datang seorang pemberi peringatan.”(QS.Fatir:24) b. DAKWAH SECARA SEMBUNYI-SEMBUNYI Rasulullah Saw adalah contoh terbaik,dalam menggerakkan dan mengelola dakwah. Keberhasilannya dalam mengajak manusia kepada agama Allah, terhitung spektakuler. Bagaimana tidak, hanya dalam waktu 23 tahun beliau berhasil mengajak seluruh bangsa Arab dalam pelukan Islam, yang imbasnya secara alamiah dari generasi ke generasi Islam telah menyebar ke seluruh penjuru . Jumlah populasi muslim dunia ,kini yang mencapai kurang lebih 1.5 milyar tak lepas dari kiprah beliau selama 23 tahun tersebut. Bahasan di seputar keberhasilan dakwah, tak ada rujukan yang paling pantas kecuali merujuk pada warisan sunnah yang telah ditinggalkan manusia paling agung, yakni Muhammad Saw. Allah berfirman : “Serulah kepada Allah atas dasar basyiroh, aku dan orang-orang yang mengikutiku. Maha suci Allah, aku tiada termasuk orang-orang musyrik “ ( Yusuf ;108 )” Beberapa mufassir memberikan keterangan , yang dimaksud ‘ala basyiroh pada ayat diatas adalah ‘ala sunnah atau ala ilmin , maknanya ; dakawah kepada Allah hendaklah berdasar sunnah rasul-Nya. Perintah ini sangatlah logis, sebab telah terbukti dalam lembar sejarah Muhammad Saw sebagai rasul terakhir benar-benar telah berhasil dengan gemilang menjadikn Islam sebagai rahmatan lil alamin. Dan tak berlebihan kalau kemudian seorang peneliti barat Michael Hurt, menempatkan Muhammad Saw pada urutan pertama dari 100 tokoh dunia yang paling berpengaruh. Fakta yang terjadi pada era globalisai ini strategi dakwah yang diguakan para Da’i dalam menyampaikan materi dakwahnya sama sekali kurang membuat masyarakat menjadi lebih terpesona dengan ajaran islamnya melainkan masyarakat malah menghindarinya dan bahkan jauh dari syari’at islamdan strategi yang dilakukan oleh Rasulullah ketika berdakwah di Mekkah dan di Madinah.
  • 18. d. TURUNNYA PERINTAH UNTUK DAKWAH SECARA TERANG-TERANGAN Setelah Rasulullah berdakwah rahasia selama tiga tahun, lalu Allah menurunkan ayat: Pada suatu hari, Rasulullah berdiri di atas bukit Shafa memanggil suku Quraisy, hingga orang- orang pun mengerumuninya.Diantara mereka, terdapat pamannya, Abu Lahab, seorang tokoh Quraisy yang paling memusuhi Allah dan Rasulnya. Tatkala orang-orang telah berkumpul, beliau bersabda, “Bagaimana pendapat kalian, seandainya saya memberitahu kalian bahwa di balik gunung ini ada musuh yang menanti kalian, apakah kalian mempercayai saya?” Mereka menjawab, “Yang terlintas di hati kami tentang anda adalah kejujuran dan amanah.” Beliau lalu bersabda, “Saya adalah orang yang memberi peringatan kepada kalian bahwa dihadapan kalian ada siksa yang maha berat.” Kemudian Rasulullah mengajak mereka untuk menyembah Allah dan meninggalkan berhala yang selama ini mereka sembah. Aku lahab langsung keluar dari kerumunan orang-orang dan berkata. “Celakalah kamu! Apakah hanya untuk ini kami mengumpulakn kami?” setelah kejadian itu, Allah menurunkan QS. Al.Lahab. Dan Nabi telah melanjutkan dakwah dan memulai secara terang-terangan di tempat- tempat mereka berkumpul, dan mengajak mereka masuk agama Islam, bahkan beliau melakukan shalat di sisi Ka’bah. Sementara itu, penyiksaan orang-orang kafir terhadap kaum muslimin semakin bertambah, sebagaimana yang dialami Yasir dan Sumaiyah yang akhirnya mati syahid, juga Ammar, putra mereka. Bahkan, Sumauyah adalah wanita pertama dalam Islam yang mati syahid disebabkan oleh penyiksaan. Begitu pula siksaanditimpakan Umayyah bin Khalafdan Abu Jahal kepada Bilalbin Rabah. Sebelumnya, Bilal masuk Islam melalui perantara Abu Bakar. Suatu ketika, Umayyah memergkinyam lalu ia pun mnimpakan berbagai macam siksaan agar Bilalh mau meninggalkan Islam. Namun, Bilal menolak dan tetap berpegang teguh pada agama Islam. Lalu Umayyah membawa Bilal keluar kota Mekkah dalam keadaan terikat rantai. Setelah tubuhnya ditelantangkan di atas pasir yang membara, diletakkan batu besar di atas dadanya, untuk kemudian Umayyah beserta para pengikutnya menghujaninya dengan cambukan. Namun. Bilal berkali-kali hanya mengucapkan, Ahad, Ahad (Yang Maha Esa), hingga akhirnya Abu Bakar melihatnya. Dengan seketika itu, Abu Bakar membelinya dari Umayyah dan memerdekakannya di jalan Allah. Di anatra hikmah dari berbagai penyiksaan ini, Rasulullah melarang kaum muslimin mengumumkan keIslaman mereka, sebagaimana yang beliau lakukan ketika berkumpul bersama mereka dengan cara diam-diam. Karena seandainya beliau berkumpul bersama
  • 19. mereka secara terang-terangan, maka kaum musyrikin pasti menghalangi beliau dalam menyapaikan pengajaran dan petunjuk kepada kaum muslimin. Bahkan hal ini bisa had akan mendatangkan bentrokan di antara dua kelompok. Dan sudah diketahui, bahwa bentrokan ini bisa mengakibatkan kehancuran dan kebinasaan kaum muslimin, mengingat sedikitnya jumlah mereka. Oleh karenanya, hikmah yang paling nyata disini adalah mereka harus masuk Islam secara sembunyu-sembunyi. Lain halnya dengan Rasulullah, beliau tetap berdakwah dan beribadah secara terang-terangan di hadapan orang-orang musyrik, sekalipun beliau menrima siksaan dari kaum kafir Quraisy. C. Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah di Mekkah Reaksi kaum Quraisy terhadap gerakan Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw. Begitu cepat berkembang dan hal tersebut sangat menghawatirkan para pemimpin dan pembesar Quraisy.Mereka takut bahwa kedudukan mereka yang semula begitu dihormati dan berkuasa akan menjadi tersaingi dengan kekuatan Islam. Menurut pendapat mereka, tunduk kepada Rasulullah berarti sama dengan tunduk dan menyerahkan kepemimpinan atau kekuasaan kepada keluarga Muhammad, yaitu bani Abdul Muthalib. Diantara reaksi kaum Quraisy terhadap dakwah Rasulullah saw. Antara lain sebagai berikut. 1. Kemarahan Kaum Quraisy Kaum Quraisy marah karena menganggap bahwa ajaran yang disampaikan Nabi Muhammad saw. Menghina tuhan-tuhan berhala mereka. 2. Intimidasi terhadap Umat Islam Kaum Quraisy memaksa budak-budak mereka yang telah masuk Islam untuk kembali kepada agama berhala. Apabila menolak maka mereka disiksa hingga mereka menyerah atau sekarat. 3. Mempengaruhi Paman Rasulullah (abu Thalib) Beberapa tokoh Quraisy menemui Abu Thalib dan meminta agar Muhammad menghentikan kegiatannyadalammenyiarkan Islam.Akan tetapiMuhammad saw. Menolak dan dengan tegas berkata kepada pamannya,” Demi Allah, wahai paman sekiranya mereka letakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan pekerjaan ini (menyeru kepada agama Allah) sehingga ia tersiar (di muka bumi ini) atau aku akan binasa karenanya, tetapi aku tidak akan menghentikan pekerjaan ini. 4. Penganiayaan dan Hijrah ke Habsyah Kaum Quraisy melancarkan gangguan dan penghinaan kepada Rasulullah saw. Serta menyiksa hingga ke luar batas kemanusiaan terhadap pengikut-pengikut Beliau. Akhirnya Muhammad saw. Menganjurkan agar mereka hijrah ke Habsyah
  • 20. (Abesinia) yang masyarakatnya banyak menganut Kristen. Raja Habsyah pada saat itu bernama Najasyi dan dikenal sangat adil. D. Faktor-Faktor Orang Quraisy Menentang Dakwah Rasulullah 1. Persaingan merebut kekuasaan Kaum Quraisy tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan, atau antara kenabian dan kerajaan. Mereka mengira tunduk kepada agama Muhammad berarti tunduk kepada kekuasaan Abdul Muthalib. Sedangkan suku-suku bangsa arab selalu bersaingan untuk merebutkan kekuasaan dan pengaruh. Sebab itu bukanlah hal yang mudah bagi kaum quraisy untuk menyerehkan kepemimpinan kepada Muhammad karena menurut mereka berarti suku-suku bangsa arab akan kehilangan kekuasaan dalam masyarakat. 2. Penyamaan antara hak antara kasta bangsawan dan kasta hamba sahaya Bangasa arab hidup dengan system kasta, tiap-tiap manusia digolongkan dalam kelompok kasta yang tak boleh dilampauinya. Tapi seruan nabi Muhammad membrikan hak yang sama kepada manusia, yang merupakan suatu dasar yang penting dalamagama islam, agama islam memandang sama antara hamba sahaya dengan tuannya. 3. Takut dibangkitkan dari alam kubur Agama islam mengajarkan bahwa pada hari kiamat manusia akan dibangkitkan dari dalam kuburnya dan semua amal pernebuatan manusia akan di hisab , orang-orang yang berbuat baik maka Allah akan membalasnya dengan surga akan tetapi orang yang berbuat jahat akan dibalas dengan neraka. Kaum Quraisy tidak dapat menerima agama islamyang mengajarkan manusia akan dibangkitkan kembali sesudah mati. 4. Taklid kepada nenek moyang Para kaum Quraisy taklid secarabuta terhadap nenek moyang yang telah berurat dan berakar pada bangsa arab karena itu sangat beratlah terasa bagi mereka meninggalkan agama nenek moyang dan mengikuti agama baru yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW. 5. Memperniagakan patung Salah satu dari usaha orang arab dahulu adalah memahat patung yang menggambarkan Latta, Uzza , Manna , dan Hubal patung-patung itu mereka jual kepada Jamaah Haji, mereka membelinya supaya mendapat berkat atau untuk kenang-kenangan. Tetapi agama Islam melarang menyembah memahat dan menjual patung, karena itu saudagar-saudagarpatung memandang agamaIslamsebagai penghalang rezeki mereka, oleh karena itu, mereka menentang agama Islam. ‫ي‬ََ‫ن‬‫ي‬ِ‫م‬َ‫م‬ ‫م‬َ‫س‬‫ر‬‫م‬ ‫ك‬َِِ‫ا‬‫ري‬َِ ‫ك‬‫ي‬‫ا‬ ‫ر‬ِ‫ي‬َُ‫ي‬ َ‫ا‬ ‫ك‬‫ر‬‫ل‬َُ ‫ْلَك‬‫ر‬َ ‫ر‬ِ‫ي‬‫ك‬ِ‫س‬‫ي‬‫ن‬‫ا‬
  • 21. Artinya: "Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik." (Qs. Al-Hijr : 94) َِ‫ي‬‫و‬‫ا‬ ‫ك‬‫ك‬‫أ‬َ‫ن‬‫ر‬ُ ‫ك‬‫ر‬‫ل‬ْ‫ر‬‫ب‬َْ ‫ََٰك‬‫ر‬‫ض‬‫م‬َ‫أ‬ ‫ك‬‫ر‬ٍَ‫س‬‫ي‬َٰ ‫ر‬‫ح‬‫ي‬‫ن‬‫م‬‫ر‬‫م‬ ‫ك‬‫ر‬ٍَِ‫ر‬ُ ‫ي‬‫د‬َ‫س‬‫ي‬‫ن‬‫ا‬ َ‫ا‬ ‫ك‬‫ر‬ٍَ‫ف‬َ‫م‬َ‫ح‬‫ي‬‫ن‬‫ا‬ ‫ك‬ ‫ك‬‫ي‬‫ب‬ِ‫ي‬‫ي‬‫ن‬‫ر‬‫و‬‫م‬َ‫م‬ َ‫ا‬ ‫ر‬‫ر‬‫ت‬‫ا‬‫ن‬‫م‬‫ر‬‫م‬ ‫ك‬َ‫ر‬‫ر‬َ ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫م‬‫ي‬‫ا‬َ‫ي‬ ‫ك‬ ‫ك‬‫ا‬‫ا‬‫ر‬ُ ‫اََٰك‬‫م‬َ‫أ‬ ‫ك‬َ‫د‬َِ ‫ك‬ِ‫ب‬َ‫ل‬‫ي‬َُ‫ي‬ ‫ك‬‫ي‬‫ل‬َ‫س‬‫ر‬‫م‬ ‫ك‬‫ا‬‫ل‬َِ ‫ك‬‫ي‬‫ل‬َُ ‫ك‬‫ر‬‫ح‬‫ر‬‫ل‬ْ‫ر‬‫ب‬َْ ‫ك‬ ‫ك‬َِ َ‫كا‬َ‫د‬ ‫ك‬ِ‫ب‬َ‫ل‬‫ي‬َُ‫ي‬ ‫هلَك‬‫ر‬‫ن‬َ‫ت‬‫ي‬‫ي‬ِ‫س‬‫ي‬‫ن‬‫م‬‫ر‬‫م‬ Artinya: "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (Qs. An-Nahl : 125) ‫ََٰك‬‫ا‬‫ر‬‫ر‬ُ َ‫ا‬ ‫ك‬‫ي‬‫ب‬َِ‫د‬ُِ‫ي‬‫ن‬َ‫ت‬َ‫ن‬ ‫ك‬‫ك‬‫أ‬َ‫ن‬‫ر‬ُ ‫ارِك‬َِ ‫ر‬ِ ‫ك‬‫ر‬‫ل‬َ‫ت‬‫ي‬‫م‬ِ‫ا‬ Artinya: "Dan sesungguhnya kamu benar-benar menyeru mereka kepada jalan yang lurus." (Qs. Al-Mu'minun : 73) 2.2 Tujuan penulisan Supaya masyrakat pada kalangan awam dapat memahami dan meneladani sifat-sifat nabi saw yang telah berupaya menyebarkan islampada tanah arab . dan supaya bisa dibaca oleh berbagai kalangan-kalangan. 2.3 Manfaat penulisan Mempelajari Siroh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallammembantu memudahkan memahami Islamdengan baik dalamaspekaqidah, ibadah dan akhlak. Dan sejarahtelah mencatat bahwa beliau memulai dakwah dengan tauhid dan perbaikan aqidah dan menekankan pada masalah tersebut. Perintah dakwah secara terang terangan 1.1 Latar belakang rosūlullāh ‫ﷺ‬berdakwah selama kurang lebih 3 tahun secara diam-diam dan beliau mulai dari orang-orang terdekat Beliau. Sampai akhirnya Allāh memerintahkan Rasūlullāh ‫ﷺ‬ untuk dakwah terang-terangan. Allah berfirman : e.ْ‫ر‬ِ‫ذ‬‫ن‬َ‫أ‬ َ‫و‬َْ‫ك‬َ‫ت‬َ‫ير‬ِ‫ش‬َ‫ع‬َْ‫ين‬ِ‫ب‬َ‫ر‬‫ق‬َ‫اْل‬ “Dan berilah peringatan kepada keluargamu yang dekat.” (QS Asy-Syu’arā : 24)
  • 22. Sebenarnya orang-orang Quraisy sudah mengetahui dakwah Nabi dan ada diantara mereka ada yang mengikuti ajaran Muhammad ‫ﷺ‬. Mereka pernah melihat Bilāl shalat, akan tetapi orang-orang Quraisy saat itu tidak menganggap masalah. Karena pada zaman itu telah dijumpai beberapa orang yang berada di atas millahhanifiyyah (ajaran yang lurus), ajarannya Nabi Ibrāhīm ‘alayhissalām yang tidak menyembah berhala dan tidak melakukan kesyirikan. Di antara orang-orang tersebut adalah Waraqah bin Naufal, Umayyah bin Abi Salt, Zaid bin ‘Amr bin Naufal, ‘Amr bin ‘Abasah as-Sulami, Shirmah bin Abi Anas, Kholid bin Sinan al-‘Abasi dan Quss bin Sa’idah. Mereka ini -para ahnaaf-terkadang berdakwah jugaakan tetapi dakwah mereka pada akhirnya hilang. Bisa jadi pada awalnya kaum Quraisy juga menyangka bahwa dakwah Nabi sama seperti dakwah para ahnaaf yang hanya ramai sebentar namun kemudian redup dan sirna.Akan tetapi persangkaan mereka keliru. Mereka -para ahnaaf-bukanlah para Nabi, adapun Muhammad ‫ﷺ‬, beliau adalah utusan Allah. Kaum Quraisy semakin menganggap dakwah Muhammad ‫ﷺ‬ ini sebagai masalah ketika Rasūlullāh ‫ﷺ‬mendakwahkan dan menyeru mereka untuk meninggalkan kesyirikan secara terang-terangan. Mereka mulai terusik dan merasa mulai diatur-atur. Adapun saat dakwah masih sembunyi-sembunyi dan masing-masing sibuk dengan dirinya sendiri, mereka menganggapnya sebagai suatu hal yang tidak mengapa dan tidak masalah. Namun, ketika Rasūlullāh ‫ﷺ‬mulai berdakwah secara jahriyyah (terang-terangan) maka mulailah dianggap suatu masalah, dan mereka mulai melakukan penentangan. Disebutkan bahwa di akhir dakwah sirriyah (diam-diam), ada sekitar 50 sampai 60[1] orang yang telah masuk Islam. Namun Nabi ‫ﷺ‬tidak mau menyebutkan nama-nama mereka, untuk menjaga keamanan dan keselamatan mereka, karena diantara mereka ada orang-orang miskin yang jika ketahuan maka mereka akan dimusuhi. ‘Amr bin ‘Abasah As-Sulami berkata tentang kisah Islamnya : ُْ‫ت‬‫ن‬ُ‫ك‬‫َا‬‫ن‬َ‫أ‬ َ‫و‬‫ي‬ِ‫ف‬ِْ‫ة‬َّ‫ي‬ِ‫ل‬ِ‫ه‬‫ا‬َ‫ج‬‫ال‬ْ‫ن‬ُ‫ظ‬َ‫أ‬َّْ‫ن‬َ‫أ‬َْ‫اس‬َّ‫ن‬‫ال‬‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬،ٍ‫ة‬َ‫ل‬ َ‫َل‬َ‫ض‬ْ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ن‬َ‫أ‬ َ‫و‬‫وا‬ُ‫س‬‫ي‬َ‫ل‬‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ٍْ‫ء‬‫َي‬‫ش‬ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫و‬َْ‫ُون‬‫د‬ُ‫ب‬‫ع‬َ‫ي‬،َ‫ان‬َ‫ث‬‫و‬َ‫اْل‬ُْ‫ت‬‫ع‬ِ‫م‬َ‫س‬َ‫ف‬ٍْ‫ل‬ُ‫ج‬َ‫ر‬ِ‫ب‬َْ‫م‬ِ‫ب‬َْ‫ة‬َّ‫ك‬ْ‫ُخ‬‫ي‬ُْ‫ر‬ِ‫ب‬ ،‫ا‬ً‫ار‬َ‫ب‬‫خ‬َ‫أ‬ُْ‫ت‬‫د‬َ‫ع‬َ‫ق‬َ‫ف‬‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬،‫ي‬ِ‫ت‬َ‫ل‬ ِ‫اح‬َ‫ر‬ُْ‫ت‬‫م‬ِ‫د‬َ‫ق‬َ‫ف‬،ِ‫ه‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ُْ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ِْ‫للا‬‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ُْ‫للا‬ِْ‫ه‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬َْ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬‫ًا‬‫ي‬ِ‫ف‬‫خ‬َ‫ت‬‫س‬ُ‫م‬ُْ‫ء‬‫ا‬َ‫ء‬َ‫ر‬ُ‫ج‬ِْ‫ه‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬،ُ‫ه‬ُ‫م‬‫و‬َ‫ق‬َْ‫ل‬َ‫ت‬َ‫ف‬ُْ‫ت‬‫ف‬َّ‫َّط‬‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ُْ‫ت‬‫َل‬‫خ‬َ‫د‬ ِْ‫ه‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬،َ‫ة‬َّ‫ك‬َ‫م‬ِ‫ب‬ُْ‫ت‬‫ل‬ُ‫ق‬َ‫ف‬ُ‫ه‬َ‫ل‬:‫ا‬َ‫م‬‫؟‬َ‫ت‬‫ن‬َ‫أ‬َْ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬« :‫َا‬‫ن‬َ‫أ‬ْ‫ي‬ِ‫ب‬َ‫ن‬»،ُْ‫ت‬‫ل‬ُ‫ق‬َ‫ف‬:‫ا‬َ‫م‬ َ‫و‬‫؟‬‫ي‬ِ‫ب‬َ‫ن‬َْ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬« :‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ل‬َ‫س‬‫ر‬َ‫أ‬ُْ‫للا‬»،ُْ‫ت‬‫ل‬ُ‫ق‬َ‫ف‬:ِْ‫ي‬َ‫أ‬ِ‫ب‬ َ‫و‬ٍْ‫ء‬‫َي‬‫ش‬،َ‫ك‬َ‫ل‬َ‫س‬‫ر‬َ‫أ‬َْ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬« :‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ل‬َ‫س‬‫ر‬َ‫أ‬ ِْ‫ة‬َ‫ل‬ ِ‫ص‬ِ‫ب‬،ِ‫ام‬َ‫ح‬‫ر‬َ‫اْل‬ِْ‫ر‬‫س‬َ‫ك‬ َ‫و‬،ِ‫ان‬َ‫ث‬‫و‬َ‫اْل‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ َ‫و‬َْ‫د‬َّ‫ح‬ َ‫ُو‬‫ي‬ُْ‫للا‬َْ‫ل‬ُْ‫ك‬َ‫ر‬‫ُش‬‫ي‬ِْ‫ه‬ِ‫ب‬ْ‫ء‬‫َي‬‫ش‬»،ُْ‫ت‬‫ل‬ُ‫ق‬ُ‫ه‬َ‫ل‬:ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫ف‬َْ‫ك‬َ‫ع‬َ‫م‬َْ‫ع‬‫ى‬َ‫ل‬‫ا؟‬َ‫ذ‬َ‫ه‬َْ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬« :،‫ر‬ُ‫ح‬‫د‬‫ب‬َ‫ع‬ َ‫و‬»،َْ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬:َْ‫م‬ َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫ع‬ ٍْ‫ذ‬ِ‫ئ‬َ‫م‬‫و‬َ‫ي‬‫ُو‬‫ب‬َ‫أ‬، ٍ‫ر‬‫ك‬َ‫ب‬ْ‫ل‬ َ‫َل‬ِ‫ب‬ َ‫و‬ْ‫ن‬َّ‫م‬ِ‫م‬َْ‫ن‬َ‫م‬‫آ‬،ِ‫ه‬ِ‫ب‬ُْ‫ت‬‫ل‬ُ‫ق‬َ‫ف‬:‫ي‬ِ‫ن‬ِ‫إ‬،َ‫ك‬ُ‫ع‬ِ‫ب‬َّ‫ت‬ُ‫م‬َْ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬« :َْ‫ك‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬َْ‫ل‬ُْ‫ع‬‫ي‬ِ‫َّط‬َ‫ت‬‫س‬َ‫ت‬َْ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬َْ‫ك‬َ‫م‬‫و‬َ‫ي‬،‫ا‬َ‫ذ‬َ‫ه‬َْ‫ل‬َ‫أ‬‫ى‬َ‫ر‬َ‫ت‬‫ي‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫ح‬َْ‫ل‬‫ا‬َ‫ح‬ َ‫و‬ِْ‫اس‬َّ‫ن‬‫ال‬،ِْ‫ن‬ِ‫ك‬َ‫ل‬ َ‫و‬ ْ‫ع‬ ِ‫ج‬‫ار‬‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ْ‫ه‬َ‫أ‬َْ‫ك‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫ف‬َْ‫ت‬‫ع‬ِ‫م‬َ‫س‬‫ي‬ِ‫ب‬‫د‬َ‫ق‬ُْ‫ت‬‫ر‬َ‫ه‬َ‫ظ‬‫ي‬ِ‫ن‬ِ‫ت‬‫أ‬َ‫ف‬»، “Pada masa jahiliyah dulu, saya mengira bahwa manusia ketika itu berada dalam kesesatan. Mereka tidaklah berada di atas sesuatu (keyakinan) yang baik, mereka saat itu menyembah berhala. Lalu saya mendengar tentang sosok seorang laki-laki di Makkah yang sedang menyampaikan beberapa kabar berita. Kemudian aku duduk di atas hewan tungganganku. Saya mendatangi Rasulullah‫ﷺ‬, ternyata beliau sedang bersembunyi karena kaumnya berani (mengganggu)nya. Akupun masuk diam-diam hingga aku menemui beliau di
  • 23. Mekah. Maka aku bertanya kepadanya, “SiapaAnda?” Beliaumenjawab: “Seorang Nabi.”Aku bertanya lagi,“Apa itu Nabi?” Beliaumenjawab: “Allahtelah mengutusku.” Aku bertanya lagi, “Engkau diutus dengan apa?” Beliau menjawab: “Aku diutus untuk menyambung tali silaturahmi, menghancurkan berhala, dan agar Allah ditauhidkan dan tidak dipersekutukan.” Lalu aku bertanya lagi, “Siapakah orang yang menjadi pengikut Anda dalam perkara ini (Din Islam)?” Beliau menjawab: “Seorang yang merdeka dan juga seorang budak”. Dan bersama beliau tatkala itu Abu Bakar dan Bilal radliallahu ‘anhuma dari orang-orang yang telah beriman kepada beliau. Aku berkata kepada beliau, “Aku akan mengikutimu”. Beliau berkata, “Sesungguhnya engkau tidak mampu menjadi pengikutku pada hari sekarang ini. Tidakkah engkau lihat kondisiku dan kondisi orang-orang, akan tetapi pulanglah kamu ke keluargamu, dan jika engkau telaH mendengar bahwa aku telah dimenangkan maka datangilah aku!”. (HR Muslim no 832) Di kisah sini, Nabi ‫ﷺ‬tidak menyebutkan semua sahabat yang masuk Islam, walaupun akhirnya ketahuan sehingga sebagiannya ada yang dibunuh dan ditangkap. Padahal secara logika, apabila Nabi ‫ﷺ‬mengatakan “Orang yang sudah masuk Islamsudah 50 atau 60 orang”, maka bisa membuat ‘Amr tertarik. Tetapi Rasūlullāh ‫ﷺ‬tidak mengenal ‘Amr karena ‘Amr adalahorang di luar Mekah. Ternyata ‘Amr tertarik dengan Islamdan iamasuk Islamlalu ingin menjadi pengikut Nabi ‫ﷺ‬, tetapi Nabi ‫ﷺ‬melarangnya dan dia diperintahkan untuk pulang ke kampungnya. Alasan Nabi ‫ﷺ‬melarang ‘Amr mengikutinya di Mekah adalah karena ‘Amr bin ‘Abasah bukanlah penduduk Mekah. Apabila dia disakiti tidak akan ada yang bisa menolongnya. Sehingga akhirnya dia pulang ke kaumnya dan kaumnya menyambut dakwahnya sehingga banyak yang masuk Islam. Ketika Allāh memerintahkan Rasūlullāh ‫ﷺ‬ untuk berdakwah secara terang-terangan, ‘Āisyah radhiyallāhu Ta’āla ‘anhā mengisahkan, f.‫ا‬َّ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ت‬َ‫ل‬َ‫َز‬‫ن‬{ْ‫ر‬ِ‫ذ‬‫ن‬َ‫أ‬ َ‫و‬َْ‫ك‬َ‫ت‬َ‫ير‬ِ‫ش‬َ‫ع‬َْ‫ين‬ِ‫ب‬َ‫ر‬‫ق‬َ‫اْل‬}َْ‫م‬‫ا‬َ‫ق‬ُْ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ِْ‫للا‬‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ُْ‫للا‬ِْ‫ه‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬َْ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬،‫ا‬َ‫ف‬َّ‫ص‬‫ال‬َْ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬« :‫ا‬َ‫ي‬ُْ‫ة‬َ‫م‬ِ‫اط‬َ‫ف‬َْ‫ت‬‫ن‬ِ‫ب‬ُْ‫م‬،ٍ‫د‬َّ‫م‬َ‫َح‬‫ا‬َ‫ي‬ُْ‫ة‬َّ‫ي‬ِ‫ف‬َ‫ص‬ َْ‫ت‬‫ن‬ِ‫ب‬ِْ‫د‬‫ب‬َ‫ع‬،ِ‫ب‬ِ‫ل‬َّ‫َّط‬ُ‫م‬‫ال‬‫ا‬َ‫ي‬‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ب‬ِْ‫د‬‫ب‬َ‫ع‬،ِ‫ب‬ِ‫ل‬َّ‫َّط‬ُ‫م‬‫ال‬َْ‫ل‬ُْ‫ك‬ِ‫ل‬‫م‬َ‫أ‬ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬َْ‫ن‬ِ‫م‬ِْ‫للا‬،‫ا‬ً‫ئ‬‫َي‬‫ش‬‫ي‬ِ‫ن‬‫و‬ُ‫ل‬َ‫س‬ْ‫ن‬ِ‫م‬‫ي‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫م‬ُ‫ت‬‫ئ‬ِ‫ش‬» “Saat turun ayat wa andzir ‘asyīratakal aqrabīn (Dan berilah peringatan kepada keluargamu yang dekat), dengan serta merta Rasūlullāh ‫ﷺ‬langsung berdiri di atas bukit As-Shafa lalu ia berkata: “Wahai Fāthimah putri Muhammad, wahai Shafiyyah bintu ‘Abdil Muththalib, wahai anak-anak ‘Abdul Muththalib, sesungguhnya aku tidak bisa menolong kalian (di akhirat) sama sekali, jika ingin harta maka mintalah kepadaku apa yang kalian mau.” (HR Muslim no 205) Dari Abū Hurairah radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu beliau berkata :
  • 24. g.‫ا‬َّ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ت‬َ‫ل‬ ِ‫ز‬‫ن‬ُ‫أ‬ِْ‫ه‬ِ‫ذ‬َ‫ه‬ْ‫ال‬ُْ‫ة‬َ‫ي‬{ْ‫ر‬ِ‫ذ‬‫ن‬َ‫أ‬ َ‫و‬َْ‫ك‬َ‫ت‬َ‫ير‬ِ‫ش‬َ‫ع‬َْ‫ين‬ِ‫ب‬َ‫ر‬‫ق‬َ‫اْل‬}،‫ا‬َ‫ع‬َ‫د‬ُْ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ِْ‫للا‬‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ُْ‫للا‬ِْ‫ه‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬َْ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬،‫ا‬ً‫ش‬‫ي‬َ‫ر‬ُ‫ق‬‫وا‬ُ‫ع‬َ‫م‬َ‫ت‬‫اج‬َ‫ف‬َّْ‫م‬َ‫ع‬َ‫ف‬َّْ‫َص‬‫خ‬ َ‫و‬،َْ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬: «‫ا‬َ‫ي‬‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ب‬ِْ‫ب‬‫ع‬َ‫ك‬ِْ‫ن‬‫ب‬،ٍ‫ي‬َ‫ؤ‬ُ‫ل‬‫وا‬ُ‫ذ‬ِ‫ق‬‫ن‬َ‫أ‬ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫س‬ُ‫ف‬‫ن‬َ‫أ‬َْ‫ن‬ِ‫م‬، ِ‫ار‬َّ‫ن‬‫ال‬‫ا‬َ‫ي‬‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ب‬َْ‫ة‬ َّ‫ر‬ُ‫م‬ِْ‫بن‬،ٍ‫ب‬‫ع‬َ‫ك‬ِْ‫ق‬‫ن‬َ‫أ‬‫وا‬ُ‫ذ‬ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫س‬ُ‫ف‬‫ن‬َ‫أ‬َْ‫ن‬ِ‫م‬، ِ‫ار‬َّ‫ن‬‫ال‬‫ا‬َ‫ي‬‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ب‬ِْ‫د‬‫ب‬َ‫ع‬ٍْ‫س‬‫َم‬‫ش‬،‫وا‬ُ‫ذ‬ِ‫ق‬‫ن‬َ‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫س‬ُ‫ف‬‫ن‬َ‫أ‬َْ‫ن‬ِ‫م‬، ِ‫ار‬َّ‫ن‬‫ال‬‫ا‬َ‫ي‬‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ب‬ِْ‫د‬‫ب‬َ‫ع‬،ٍ‫َاف‬‫ن‬َ‫م‬‫وا‬ُ‫ذ‬ِ‫ق‬‫ن‬َ‫أ‬ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫س‬ُ‫ف‬‫ن‬َ‫أ‬َْ‫ن‬ِ‫م‬، ِ‫ار‬َّ‫ن‬‫ال‬‫ا‬َ‫ي‬‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ب‬،ٍ‫م‬ِ‫ش‬‫َا‬‫ه‬‫وا‬ُ‫ذ‬ِ‫ق‬‫ن‬َ‫أ‬ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫س‬ُ‫ف‬‫ن‬َ‫أ‬َْ‫ن‬ِ‫م‬، ِ‫ار‬َّ‫ن‬‫ال‬‫ا‬َ‫ي‬‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ب‬‫ب‬َ‫ع‬ِْ‫د‬،ِ‫ب‬ِ‫ل‬َّ‫َّط‬ُ‫م‬‫ال‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬‫وا‬ُ‫ذ‬ِ‫ق‬ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫س‬ُ‫ف‬‫ن‬َ‫أ‬َْ‫ن‬ِ‫م‬، ِ‫ار‬َّ‫ن‬‫ال‬‫ا‬َ‫ي‬،ُ‫ة‬َ‫م‬ِ‫اط‬َ‫ف‬‫ي‬ِ‫ذ‬ِ‫ق‬‫ن‬َ‫أ‬ِْ‫ك‬َ‫س‬‫َف‬‫ن‬َْ‫ن‬ِ‫م‬، ِ‫ار‬َّ‫ن‬‫ال‬‫ي‬ِ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ف‬َْ‫ل‬ُْ‫ك‬ِ‫ل‬‫م‬َ‫أ‬ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬َْ‫ن‬ِ‫م‬ِْ‫للا‬،‫ا‬ً‫ئ‬‫َي‬‫ش‬َْ‫ر‬‫َي‬‫غ‬َّْ‫ن‬َ‫أ‬ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬‫ا‬ً‫م‬ ِ‫ح‬َ‫ر‬ْ‫ُل‬‫ب‬َ‫أ‬َ‫س‬‫ا‬َ‫ه‬‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ل‬ َ‫َل‬َ‫ب‬ِ‫ب‬»، “Saat turun ayat wa andzir ‘asyīratakal aqrabīn (Dan berilah peringatan kepada keluargamu yang dekat), maka Rasūlullāh ‫ﷺ‬menyeru orang-orang Quraisy, lalu merekapun berkumpul, Nabi pun memanggil mereka secara umum dan secara khusus. Nabi menyeru, “Wahai Bani (anak keturunan) Ka’ab bin Luay, selamatkan diri kalian dari neraka Jahannam! Wahai Bani Murrah bin Ka’ab, selamatkanlah diri kaliandari neraka Jahannam! WahaiBani‘Abdu Syamsy, selamatkanlah diri kalian dari neraka Jahannam! Wahai Bani‘Abdu Manaf, selamatkanlah diri kalian dari neraka Jahannam! Wahai Bani Hāsyim, selamatkanlah diri kalian dari Jahannam! Wahai Bani ‘Abdul Muththalib, selamatkanlah diri kalian dari neraka Jahannam! Wahai Fāthimah, selamatkanlah dirimu dari neraka Jahannam! karena sesungguhnya aku tidak bisa menolong kalian, hanya saja kalian punya hubungan kerabat denganku dan aku akan membasahinya (menyambungnya).” (HR Muslim no 204) Rasūlullāh ‫ﷺ‬menyebutkan nama-nama dari yang umum lalu semakin khusus (spesifik) Dalam riwayat yang lain : ‫ا‬َ‫ي‬ُْ‫َّاس‬‫ب‬َ‫ع‬َْ‫ن‬‫ب‬ِْ‫د‬‫ب‬َ‫ع‬ِْ‫ب‬ِ‫ل‬َّ‫َّط‬ُ‫م‬‫ال‬َْ‫ل‬‫ي‬ِ‫ن‬‫غ‬ُ‫أ‬َْ‫ك‬‫ن‬َ‫ع‬َْ‫ن‬ِ‫م‬ِْ َّ‫اّلل‬،‫ا‬ً‫ئ‬‫َي‬‫ش‬‫ا‬َ‫ي‬ َ‫و‬ُْ‫ة‬َّ‫ي‬ِ‫ف‬َ‫ص‬َْ‫ة‬َّ‫م‬َ‫ع‬ِْ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ِْ َّ‫اّلل‬َْ‫ل‬‫ي‬ِ‫ن‬‫غ‬ُ‫أ‬ِْ‫ك‬‫ن‬َ‫ع‬َْ‫ن‬ِ‫م‬ِْ َّ‫اّلل‬،‫ا‬ً‫ئ‬‫َي‬‫ش‬‫ا‬َ‫ي‬ َ‫و‬ُْ‫ة‬َ‫م‬ِ‫اط‬َ‫ف‬َْ‫ت‬‫ن‬ِ‫ب‬ٍْ‫د‬َّ‫م‬َ‫َح‬ُ‫م‬ ‫ي‬ِ‫ن‬‫ي‬ِ‫ل‬َ‫س‬‫ا‬َ‫م‬ِْ‫ت‬‫ئ‬ِ‫ش‬ْ‫ن‬ِ‫م‬‫ي‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬َْ‫ل‬‫ي‬ِ‫ن‬‫غ‬ُ‫أ‬ِْ‫ك‬‫ن‬َ‫ع‬َْ‫ن‬ِ‫م‬ِْ َّ‫اّلل‬‫ا‬ً‫ئ‬‫َي‬‫ش‬ “Wahai ‘Abbas bin ‘Abdil Muththalib, aku tidak bisa membantumu sama sekali dari Allah (jika Allah menghendaki keburukan kepadamu -pen), Wahai Shafiyyah bibinya Rasulullah, aku tidak bisa membantumu sama sekali dari Allah, wahai Fathimah putri Muhammad, mintalah kepadaku apa yang kau sukai dari hartaku, ak tidak bisa membantumu sama sekali dari Allah” (HR Al-Bukhari no 4771) Juga diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas beliau berkata : h.‫ا‬َّ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ت‬َ‫ل‬َ‫َز‬‫ن‬{ :ْ‫ر‬ِ‫ذ‬‫ن‬َ‫أ‬ َ‫و‬َْ‫ك‬َ‫ت‬َ‫ير‬ِ‫ش‬َ‫ع‬َْ‫ين‬ِ‫ب‬َ‫ر‬‫ق‬َ‫ْل‬‫ا‬}،َْ‫د‬ِ‫ع‬َ‫ص‬ْ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ُْ‫للا‬ِْ‫ه‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬َْ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬،‫ا‬َ‫ف‬َّ‫ص‬‫ال‬َْ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬َ‫ف‬َ‫ن‬ُ‫ي‬‫ي‬ِ‫د‬‫ا‬« :‫ا‬َ‫ي‬‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ب‬ِْ‫ف‬، ٍ‫ر‬‫ه‬‫ا‬َ‫ي‬‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ب‬ ٍْ‫ي‬ِ‫د‬َ‫ع‬»–ِْ‫ون‬ُ‫َّط‬ُ‫ب‬ِ‫ل‬ٍْ‫ش‬‫ي‬َ‫ر‬ُ‫ق‬–)‫وفي‬‫رواية‬:‫ا‬َ‫ي‬ْ‫اه‬َ‫ح‬‫ا‬َ‫ب‬َ‫ص‬(‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬‫وا‬ُ‫ع‬َ‫م‬َ‫ت‬‫اج‬َْ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬َ‫ف‬ُْ‫ل‬ُ‫ج‬َّ‫الر‬‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ْ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ع‬ِ‫َّط‬َ‫ت‬‫س‬َ‫ي‬ْ‫ن‬َ‫أ‬َْ‫ج‬ُ‫ر‬‫خ‬َ‫ي‬َْ‫ل‬َ‫س‬‫ر‬َ‫أ‬ًْ‫ول‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ َْ‫ر‬ُ‫ظ‬‫ن‬َ‫ي‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬، َ‫و‬ُ‫ه‬َْ‫ء‬‫ا‬َ‫ج‬َ‫ف‬‫ُو‬‫ب‬َ‫أ‬ٍْ‫ب‬َ‫ه‬َ‫ل‬،‫ش‬‫ي‬َ‫ر‬ُ‫ق‬ َ‫و‬)‫وفي‬‫رواية‬:َْ‫ق‬‫وا‬ُ‫ل‬‫ا‬:‫ا‬َ‫م‬‫؟‬َ‫ك‬َ‫ل‬(َْ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬« :ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ت‬‫ي‬َ‫أ‬َ‫ر‬َ‫أ‬ْ‫و‬َ‫ل‬ْ‫م‬ُ‫ك‬ُ‫ت‬‫ر‬َ‫ب‬‫خ‬َ‫أ‬َّْ‫ن‬َ‫أ‬ًْ‫َل‬‫َي‬‫خ‬‫ي‬ِ‫د‬‫ا‬ َ‫الو‬ِ‫ب‬ُْ‫ت‬ُ‫د‬‫ي‬ ِ‫ر‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ َْ‫ير‬ِ‫غ‬ُ‫ت‬،‫م‬ُ‫ك‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ْ‫م‬ُ‫ت‬‫ن‬ُ‫ك‬َ‫أ‬‫؟‬َّ‫ي‬ِ‫ق‬ِ‫د‬َ‫ص‬ُ‫م‬»‫وا‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬:،‫م‬َ‫ع‬َ‫ن‬‫ا‬َ‫م‬‫َا‬‫ن‬‫ب‬َّ‫ر‬َ‫ج‬َْ‫ك‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬َّْ‫ل‬ِ‫إ‬‫ا‬ً‫ق‬‫د‬ ِ‫ص‬)‫وفي‬‫رواية‬:‫ا‬َ‫م‬‫َا‬‫ن‬‫ب‬َّ‫ر‬َ‫ج‬َْ‫ك‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬‫ًا‬‫ب‬ِ‫ذ‬َ‫ك‬(،َْ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬« :َْ‫ف‬‫ي‬ِ‫ن‬ِ‫إ‬ْ‫ير‬ِ‫ذ‬َ‫ن‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬َْ‫ن‬‫ي‬َ‫ب‬ْ‫ي‬َ‫د‬َ‫ي‬ٍْ‫ب‬‫ا‬َ‫ذ‬َ‫ع‬ٍْ‫د‬‫ي‬ِ‫د‬َ‫ش‬»َْ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬‫ُو‬‫ب‬َ‫أ‬ٍْ‫ب‬َ‫ه‬َ‫ل‬:‫ًّا‬‫ب‬َ‫ت‬َْ‫ك‬َ‫ل‬َْ‫ر‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫س‬،ِ‫م‬‫و‬َ‫ي‬‫ال‬‫ا‬َ‫ذ‬َ‫ه‬ِ‫ل‬َ‫أ‬‫َا؟‬‫ن‬َ‫ت‬‫ع‬َ‫م‬َ‫ج‬ْ‫ت‬َ‫ل‬َ‫َز‬‫ن‬َ‫ف‬{ :ْ‫َّت‬‫ب‬َ‫ت‬‫ا‬َ‫د‬َ‫ي‬‫ي‬ِ‫ب‬َ‫أ‬ٍْ‫ب‬َ‫ه‬َ‫ل‬َّْ‫ب‬َ‫ت‬ َ‫و‬َْ‫م‬‫ا‬‫َى‬‫ن‬‫غ‬َ‫أ‬ُ‫ه‬‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫ه‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬‫ا‬َ‫م‬ َ‫و‬َْ‫ب‬َ‫س‬َ‫ك‬}
  • 25. Tatkala turun firman Allāh “Berilah peringatan kepada keluarga yang terdekat”, Nabi ‫ﷺ‬naik di Jabal Shafa kemudian beliau pun menyeru, “Wahai Bani Fihr, wahai Bani ‘Adiy” (dalam riwayat yang lain: “Yāshabāhāh[2]“).Hinggaakhirnya mereka berkumpul, sampai-sampaijika ada seseorang diantara mereka yang tidak bisa hadir maka ia mengirimkan untusan untuk melihat apa yang terjadi. Datanglah Abu Lahab dan kaum Quraisy (dalam riwayat yang lain : mereka berkata, “Ada apa denganmu?”). Kemudian Nabi berkata, “Bagaimana menurut kalian jika kukabarkan kepada kalian ada sekelompok tentara berkuda di lembah hendak menyerang kalian tiba-tiba, apakah kalian mempercayaiku?” Mereka menjawab: “Iya, kami tidak pernah mengetahui darimu kecuali kejujuran” (dalam riwayat yang lain: “Kami tidak pernah mendapatimu berdusta sama sekali”). Lalu Nabi berkata, “Jika demikian, sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan bagi kalian di hadapan siksa yang pedih.” Maka Abu Lahab pun berkata, “Celakakamu Muhammad sepenuh hari, apakah hanya karena ini kamu mengumpulkan kami?” Lantas turunlah firman Allah: “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.” (QS Al-Masad : 1-2) (HR Al-Bukhari no. 4770, 4801, 4971 dan Muslim no. 208) Orang-orang kafir Quraisy dahulu ketika bermaksud memperingatkan suatu bahaya, mereka naik ke atas gunung kemudian mereka membuka baju mereka lalu melemparkan pasir ke wajah mereka sambil berteriak Yā sabāhāh. Rasūlullāh ‫ﷺ‬menggunakan metode tersebut tetapi beliau tidak membuka baju dan tidak juga melempar pasir ke kepalanya, karena ini adalah adat Jahiliyyah dan bertentangan dengan syari’at Islam. Adapun adat yang tidak bertentangan dengan syari’at maka tetap dipertahankan dan dimanfaatkan oleh Nabi (Lihat Fiqh As-Siroh hal 156) Para ulama menjelaskan tentang bolehnya mengikuti tradisi jika tradisi tersebut benar dan tidak bertentangan dengan syari’at serta ada manfaatnya. Apalagi hukum asal tradisi adalah mubah, hingga ada dalil yang mengharamkannya. Bahkan lebih dari itu, kita boleh mengikuti tradisi orang kafir jika tradisinya tersebut memang bermanfaat dan tidak bertentangan dengan syari’at. Hal ini tidak dikatakan tasyabbuh. Contohnya saat Perang Khandaq, dimana kaum muslimin dikepung oleh 10 ribu pasukan, persekutuan antara orang Arab Badui, suku Quraisy, dan orang-orang munafiq. Saat itu Salmān Al-Fārisi memberi ide untuk membuat khandaq (parit) yang besar (kurang lebih dengan lebar 4 m dan dalam 4 m) agar tidak bisa dilewati oleh kuda. Ini adalah metode dan kebiasaan yang dilakukan oleh orang Persia saat mereka terdesak dalam perang. Karena ini bermanfaat, maka metode ini diterima oleh Nabi ‫ﷺ‬. Demikian pula ketika Rasūlullāh‫ﷺ‬mengirim surat kepada Hieraklius (kaisarRomawi) dan Raja Persia. Saat surat tersebut akan dikirim, para sahabat menginformasikan bahwa surat itu tidak akan dibaca oleh raja kecuali apabila diberi tanda cap. Karena itulah Rasūlullāh ‫ﷺ‬ membuat cincin yang pada cincin tersebut tertulis “Muhammad Rasūlullāh”. Rasūlullāh ‫ﷺ‬ mengikuti saran untuk membuat cincin, karena ada maslahatnya, yaitu para raja tersebut tidak mau menerima surat kecuali ada capnya. Ini merupakan tradisi duniawi. Selama
  • 26. bermanfaat maka ini tidaklah dikatakan tasyabbuh. Tetapi kalau tidak bermanfaat dan hanya sekedar berhura-hura maka inilah tasyabbuh. Anas bin Malik berkata: i.‫ا‬َّ‫م‬َ‫ل‬َْ‫د‬‫ا‬َ‫ر‬َ‫أ‬ْ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ُْ‫للا‬ِْ‫ه‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬َْ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ْ‫ن‬َ‫أ‬َْ‫ب‬ُ‫ت‬‫ك‬َ‫ي‬‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ِْ‫وم‬‫الر‬،‫وا‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬:ْ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬َْ‫ل‬َْ‫ون‬ُ‫ء‬َ‫ر‬‫ق‬َ‫ي‬‫ًا‬‫ب‬‫ا‬َ‫ت‬ِ‫ك‬َّْ‫ل‬ِ‫إ‬،‫ا‬ً‫م‬‫و‬ُ‫ت‬‫خ‬َ‫م‬”َْ‫ذ‬َ‫خ‬َّ‫ت‬‫ا‬َ‫ف‬ْ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ُْ‫للا‬ ِْ‫ه‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬َْ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬‫ا‬ً‫م‬َ‫ت‬‫َا‬‫خ‬ْ‫ن‬ِ‫م‬،ٍ‫ة‬َّ‫ض‬ِ‫ف‬‫ي‬ِ‫ن‬َ‫أ‬َ‫ك‬ُْ‫ر‬ُ‫ظ‬‫ن‬َ‫أ‬‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬،ِ‫ه‬ ِ‫يص‬ِ‫ب‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ُ‫ش‬‫َق‬‫ن‬ َ‫و‬:‫د‬َّ‫م‬َ‫َح‬ُ‫م‬ُْ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ِْ َّ‫اّلل‬ “Tatkala Nabi ‫ﷺ‬ hendak menulis surat kepada Romawi maka dikatakan kepada beliau, “Sesungguhnya mereka tidak akan membaca surat kecuali jika distempel”. Nabi pun memakai cincin dari perak, maka seakan-akan aku melihat kepada putihnya cincin tersebut di tangannya, dan terpahatkan di situ “Muhammad Rasulullah”.” (HR Al-Bukhari no 2938 dan Muslim no 2092) Untuk itulah Rasūlullāh ‫ﷺ‬tidak menolak untuk memakai tradisi Arab jahiliyyah ketika ingin memanggil masyarakat. Yaitu bereseru dengan ucapan “Ya Shabahah”. Dalam kisah ini turun surat al-Masad dimana Allāh tidak pernah memvonis orang Quraisy masuk neraka kecuali Abū Lahab. Abū Jahalsajatidak disebutkan secaraspesifik.Adapun Abū Lahab di awal-awal dakwah sudah divonis akan masuk neraka padahal Abu Lahab masih hidup. Dan ternyata vonis Allah itu benar, karena Abu Lahab ternyata tidak akan beriman sampai mati. Dan ini merupakan mukjizat Al-Qur’an, karena bisa saja Abu Lahab menyatakan dirinya masuk Islam untuk membuktikan bahwa surat al-Masad salah. Akan tetapi ternyata hal ini tidak terjadi dan ia mati dalam kondisi musyrik. Bahkan Abu Lahab pun tidak berbohong dengan mengaku Islam dalam rangka mendustakan Muhammad. Padahal bisa saja ia berbohong bahwa ia telah masuk Islam, maka hancurlah dakwah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan berbohong masuk Islampun dicegah oleh Allah. Padahal di zaman Nabi ‫ﷺ‬ banyak orang Quraisy yang awalnya memusuhi Nabi namun Allah tidak memvonis mereka masuk neraka karena akhirnya mereka masuk Islam di kemudian hari. Begitu juga dengan kisah Nabi Syu’aib yang akan dirajam oleh kaumnya lalu mereka berkata, j.‫وا‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ُْ‫ب‬‫ي‬َ‫ع‬ُ‫ش‬‫ا‬َ‫ي‬‫ا‬َ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ق‬‫َف‬‫ن‬‫ا‬ً‫ير‬ِ‫ث‬َ‫ك‬‫ا‬َّ‫م‬ِ‫م‬ُْ‫ل‬‫و‬ُ‫ق‬َ‫ت‬‫ا‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫و‬َْ‫اك‬َ‫َر‬‫ن‬َ‫ل‬‫َا‬‫ن‬‫ي‬ِ‫ف‬‫ا‬ً‫ف‬‫ي‬ِ‫ع‬َ‫ض‬َْ‫ل‬‫و‬َ‫ل‬ َ‫و‬َْ‫ك‬ُ‫َّط‬‫ه‬َ‫ر‬َْ‫َاك‬‫ن‬‫م‬َ‫ج‬َ‫ر‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬ َ‫و‬َْ‫ت‬‫ن‬َ‫أ‬‫َا‬‫ن‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ٍْ‫يز‬ ِ‫ز‬َ‫ع‬ِ‫ب‬)91(َْ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ِْ‫م‬‫و‬َ‫ق‬‫ا‬َ‫ي‬ ‫ي‬ِ‫َّط‬‫ه‬َ‫ر‬َ‫أ‬ْ‫ز‬َ‫ع‬َ‫أ‬ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬َْ‫ن‬ِ‫م‬ِْ َّ‫اّلل‬ُْ‫ه‬‫و‬ُ‫م‬ُ‫ت‬‫َذ‬‫خ‬َّ‫ت‬‫ا‬ َ‫و‬ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ء‬‫ا‬َ‫ر‬ َ‫و‬‫ًّا‬‫ي‬ ِ‫ر‬‫ه‬ِ‫ظ‬َّْ‫ن‬ِ‫إ‬‫ي‬ِ‫ب‬َ‫ر‬‫ا‬َ‫م‬ِ‫ب‬َْ‫ون‬ُ‫ل‬َ‫م‬‫ع‬َ‫ت‬ْ‫يط‬ ِ‫َح‬ُ‫م‬ Mereka berkata: “Hai Syu´aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami; kalau tidaklah karena keluargamu tentulah kami telah merajammu,sedang kamu pun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami”. Syu´aib menjawab: “Hai kaumku, apakah
  • 27. keluargaku lebih terhormat menurut pandanganmu daripada Allah, sedang Allah kamu jadikan sesuatu yang terbuang di belakangmu? Sesungguhnya (pengetahuan) Tuhanku meliputi apa yang kamu kerjakan.” (QS Hud : 91-92) Inilah diantara hikmah Nabi ‫ﷺ‬ berasal dari kabilah yang kuat (Bani Hāsyim), kabilah yang saatitu paling diseganidiantara orang-orang Quraisy,sehinggabanyak dari Bani Hasyimyang membela Nabi Muhammad bahkan saat mereka masih dalam kekufuran, diantaranya adalah Abū Thālib, yang meninggal dalam keadaan kafir namun tetap membela Rasūlullāh ‫ﷺ‬. e. KONDISI PASCA WAFATNYA NABI MUHAMMAD SAW Hadis Abu Daut yang artinya “Akan terjadi pada umatku perbedaan pendapat dan bergolong-golongan dan akan lahir dari mereka kaum yang hanya bisa berkata baik tetapi buruk perangainya”. (HR.Abu Daut). Kondisi pasca wafatnya Nabi SAW umatnya mudah terpecah, gampang berseteru, begitu rapuh dan tidak lagi memiliki kekuatan serta kehormatan .Terbukti dari saat berakhirnya Ali bin Abi Tholib sampai masa Turki Utsmaniy, umat ini dikuasai oleh Raja-raja yang memiliki sifat dzahil suka menganiaya dan menyiksa rakyatnya. Keadaan itu memancing munculnya perbedaan-perbedaan disekitar pemerintahan, dan pada kalangan umat terjadi perbedaan pendapat yang sangat mencolok dan mengakibatkan progam- progam pemerintahaan yang seharusnya berpihak pada rakyat. A.permunculan nabi palsu Aswad Al-ansi dari yaman, MUsailamah al-kadzab di bani hunaifah daerah yamamah, Tulaihah Di bani asad. Sijirah taimiyah seorang wanita dari bani tamim. B.sebab munculnya nabi palsu Daerah yang rata-rata di hadiri oleh nabi palsu adalah daerah yang padat penduduknya. Salah satu tujuanya supaya bisa mendapat banyak dukungan. Dan wilayah mereka dekat dengan wilayah Romawi dan Persia. Sehingga dorongan dari dua negara adidaya ini bisa membuat mereka percaya diri untuk menghadapi Madinah. C.Memerangi orang yang murtad Di karenakan banyak dari ummat nabi sepeninggal ingin meneruskan budaya mereka Yaitu menyembah berhala
  • 28. D.Mengumpulkan atau membukukan al-quran Dikarekan pada zaman rosulullah itu sudah banyak orang-orang yang hafal al-quran Meninggal dunia ketika perang uhud ‫و‬َ‫م‬َ‫ا‬ ‫م‬ُ‫ح‬َ‫م‬َ‫د‬‫م‬ ‫م‬َ‫ّل‬َ‫ا‬ ‫م‬ُ‫س‬ُ‫ل‬ٌَ ‫م‬َ‫ح‬َْ ‫م‬َ‫ل‬َ‫ت‬َْ ‫م‬َ‫ن‬َ‫م‬ ‫م‬َ‫ب‬َ‫ت‬َ‫ه‬َْ ‫م‬‫ر‬‫ل‬ُ‫ل‬ ُ ‫م‬ ‫م‬َ‫ف‬َ‫إ‬َ‫ن‬َْ ‫واَم‬َ‫م‬ ‫اَم‬َْ ‫م‬َ‫ر‬َ‫ل‬ْ ‫م‬َْ‫َل‬‫ه‬َ‫ت‬ََُ ُ ‫م‬َ‫ل‬َ‫ت‬َٰ ‫م‬َْ‫ق‬َ‫ا‬‫و‬َََُْٰ ‫م‬ ‫م‬َ‫ن‬َ‫م‬َ‫ا‬ ‫نَم‬َ‫ت‬ََُ‫ب‬َْ ‫م‬َ‫ل‬َ‫ت‬َٰ ‫م‬َ‫ب‬َ‫ب‬َ‫ه‬ََُٰ ‫ن‬َ‫ت‬َ‫ن‬ ‫م‬َ‫ل‬‫ر‬َْ ‫م‬َ َ‫ُه‬ ‫و‬َ‫ي‬َ‫ب‬َ‫ا‬ ‫م‬ ‫و‬ َ‫َس‬‫ي‬َ‫ب‬َ‫ل‬َ‫ا‬ ‫م‬َ‫ُه‬ ‫م‬َ‫ْن‬ َ‫ل‬َ‫ر‬‫و‬َ‫ن‬ ُ Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allâh sedikitpun, dan Allâh akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. Ali Imran/3:144) 2.3. QIYAS a. PENGERTIAN QIYAS Menurut bahasa,qiyas berarti “menyamakan”. Sedangkan menurut istilahahliushulqiyas adalah menyamakan hukum suatu perkara yang belum ada hukumnya dengan hukum perkara lain yang sudah ditetapkan oleh nash ,karena adanya persamaan dalam illat (alasan) hukum,yang tidak bisa diketahui dengan semata matamemahami lafadz lafadznya dan mengetahui dilalah dilalah bahasanya . Sebenarnya ,pengertian qiyas syar’i diatas diambil dari pengertian bahasanya. Sebab qiyas menurut bahasa , berarti menyamakan .perbedaan antara 2 definisi diatas bahwa definisi yang pertama menjelaskan bahwa qiyas dengan pengertian yang haqiqi .Qiyas dalampengertian ini adalah merupakan hujjah ilahiyyah yang dating dari sisi Allah untuk mengetahui hukumnya ,dan bukan perbuatan yang didatangkan bagi seseorang . Adapun definisi kedua ,ia menegaskan makna qiyas secara majazi yang merupakan amalan para mujtahid yang ditegakkan membistimbathkan hukum syara’ illat qiyas iru tidak dapat diketahui dalam semata mata memahmi lafadz dan maknanya tetapi memerlukan pada pencerahan pikiran dalam memperhatikan istidlal dan beristinbath hukum secara akal . b. RUKUN DAN SYARAT QIYAS RUKUN QIYAS Dari pengertian qiyas yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa unsur pokok (rukun) qiyas terdiri atas empat unsur berikut:[4] 1. Asal yaitu sesuatu yang dinashkan hukumnya yang menjadi ukuran atau tempat menyerupakan/menqiyaskan. Dalam istilah ushul disebut asal atau maqis‘ alaih atau musyabbah bih.
  • 29. 2. Far’u yaitu sesuatu yang tidak dinashkan hukumnya yang diserupakan atau yang diqiyaskan. Di dalam istilah ushul disebut al-far’u atau al-maqis atau al-musyabbah. 3. Hukum asal yaitu hukum syara’ yang dinashkan pada pokok yang kemudian akan menjadi hukum pula bagi cabang. 4. Illat yaitu sebab yang menyambungkan pokok dengan cabangnya atau suatu sifat yang ada pada asal dan sifat yang dicari pada far’ Syarat-syarat illat antara lain adalah: Illat itu adalah sifat yang jelas, yang dapat dicapai oleh panca indra merupakan sifat yang tegas dan tidak elastis yakani dapat dipastiakan berwujudnya pada furu’ dan tidak mudah berubah merupakan sifat yang munasabah, yakni ada persesuian antara hukum da sifatnya merupakan sifat yang tidak terbatsas pada aslnya, tapi bisa juaga berwujud pada beberapa satuan hukum yang bukan asal sebagai contoh ialah menjual harta anak yatim adalah suatu peristiwa yang perlu ditetapkan hukumnya karena tidak ada nash yang dapat dijadikan sebagai dasarnya. Peristiwa ini disebut far’u. untuk menetapkan hukumnya dicari suatu peristiwa yang lain yang telah ditetapkan hukumnya berdasar nash yang ‘illatnya sama dengan peristiwa pertama. Peristiwa kedua ini memakan harta anak yatim yang disebut asal. Peristiwa kedua ini telah ditetapkan hukumnya berdasar nash yaitu haram (hukum asal) berdasarkan firman Allah SWT: Artinya:Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala- nyala (neraka). (Q.S an-Nisa’: 10). Persamaan ‘illat antara kedua peristiwa ini, ialah sama-sama berakibat berkurang atau habisnya harta anak yatim. Karena itu ditetapkanlah hukum menjual harta anak yatim sama dengan memakan harta anak yatim yaitu sama-sama haram. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:[5] 1. Asal ialah memakan harta anak yatim 2. Far’u ialah menjual harta anak yatim 3. Hukum asal ialah haram
  • 30. 4. Illat ialah mengurangi atau menghabiskan harta anak yatim. SYARAT QIYAS Setelah diterangkan rukuk-rukun qiyas, berikut akan diterangkan syarat-syarat dari masing-masing rukun qiyas tersebut. 1. Asal Menurut Imam al-Ghozali dan Syaifuddin al-Amidi yang keduanya adalah ahli ushul fiqh Syafiiyyah syarat-syarat asal itu adalah:[6] Hukum asal itu adalah hukum yang telah tetap dan tidak mengandung kemungkinan dinasakhkan hukum itu ditetapkan berdasarkan syara’ asal itu bukan merupakan far’u dari asal lainnya dalil yang menetapkan ‘illat pada asal itu adalah dalil khusus, tidak bersifat umum asal itu tidak berubah setelah dilakukan qiyas hukum asal itu tidak keluar dari kaidah-kaidah qiyas far’u. 2. Al-Far’u Para ulama ushul fiqh mengemukakan beberapa syaratyang harus dipenuhi oleh al-far’u yaitu:[7] Illat yang ada pada far’u harus sama dengan illat yang ada pada asal. Contoh ‘illat yang sama dzatnya adalah mengqiyaskan wisky pada khamr, karena keduanya sama-sama memabukkan dan yang memabukkan itu sedikit atau banyak, apabila diminum hukumnya haram (H.R Muslim, Ahmad ibn Hanbal, al-Tirmidzi, Ibnu Majah dan al-Nasa’i). ‘illat yang ada pada wisky sama dengan zatnya/materinya dengan ‘illat yang ada pada khamr. Contoh ‘illat yang jenisnya sama adalah mengqiyaskan wajib qishas atau perbuatan sewenang-wenang terhadap anggota badan kepada qishas dalam pembunuhan, karena keduanya sama-sama perbuatan pidana. Hukum asal tidak berubah setelah dilakukan qiyas. Misalnya, tidak boleh mengqiyaskan hukum mendzihar wanita dzimmi kepada mendzihar wanita muslimah dalam keharaman melakukan hubungan suami istri. Karena kaharaman hubungan suami istri dalam mendzihar suami istri yang bersifat muslimah bersifat sementara, yaitu sampai suami membayar kafarat.
  • 31. Sedangkan keharaman melakukan hubungan dengan istri yang berstatus dzimmi bersifat selamanya, karena orang kafir tidak dibebani membayar kafarat, dan kafarat merupkan ibadah, sedangkan mereka tidak dituntut untuk beribadah. Apabila qiyas ini ditetapkan, maka menurut ulama Hanafiyyah tidak sah. Akan tetapi menurut ulama Syafi’iyyah hukumnya sah karena orang dzimmi dikenakan kafarat. idak ada nash atau ijma’ yang menjelaskan hukum far’u itu. Artinya tidak ada nash atau ijma’ yang menjelaskan hukum far’u dan hukum itu bertentangan dengan qiyas, karena jika demikian, maka status qiyas ketika itu bisa bertentangan dengan nash atau ijma’. Qiyas yang bertentangan dengan nash atau ijma’, disebut para ulama’ ushul fiqh sebagai qiyas fasid. Misalnya, mengqiyaskan hukum meninggalkan shalat dalamperjalanan kepada hukum bolehnya musafir tidak berpuasa, karena qiyas seperti ini bertentangan dengan nash dan ijma’. Bahkan dalam literature lain ditambahkan beberapa syarat-syarat far’u, antara lain:[8] Hukum furu’ tidak mendahului hukum asal. Artinya hukum far’u itu harus datang kemudian dari hukum asal. Contohnya adalah mengqiyaskan wudhu’ dengan tayammum dalam wajibnya niat, karena keduanya sama-sama taharah (suci). Qiyas tersebut tidak benar, karena wudlu’ (far’u) diadakan sebelum hijrah, sedang tayammum (asal) diadakan sesudah hijrah. Lagipula ditetapkannya tayammum itu adalah sebagai pengganti wudlu’ di saat tidak dapat melakukan wudlu’. Bila qiyas itu dibenarkan, maka berarti menetapkan hukum sebelum ada illatnya. Cabang tidak mempunyai hukum yang tersendiri. Ulama usulberkata: “apabiladatang nash maka qiyas menjadi batal. Hukum cabang sama dengan hukum asal. 3. Hukum Asal Syarat-syarat hukum asal, antara lain:[9] Hukum syara’ itu hendaknya hukum syara’ yang amaly yang telah ditetapkan hukumnya berdasarkan nash. Hal ini diperlukan karena yang akan ditetapkan itu adalah hukum syara’, sedang sandaran hukum syara’ itu adalah nash. Atas dasar yang demikian, maka jumhur ulama’ berpendapat bahwa ijma’ tidak boleh menjadi sandaran qiyas. Mereka menyatakan bahwa hukum yang ditetapkan berdasarkan ijma’ adalah hukum yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan, tidak mempunyai sandaran, selain dari kesepakatan para mujtahid. Karenanya hukum yang ditetapkan secara ijma’tidak dapat diketahui dengan pasti, sehingga tidak mungkin mengqiyaskan hukum syara’ yang amaly kepada hukum yang mujmal ‘alaih. Asy-Syaukani membolehkan ijma’ sebagai sandaran qiyas. Hukum asal harus ma’qul al-ma’na, artinya pensyari’atannya harus rasional, hukum asal itu tidak merupakan hukum pengecualian atau hukum yang berlaku khusus untuk peristiwa atau kejadian tertentu.
  • 32. Hukum asal macam ini ada dua macam, yaitu: a) ‘Illat hukum itu hanya ada pada hukum asal saja, tidak mungkin pada yang lain. Seperti dibolehkannya mengqoshor sholat bagiorang musafir. ‘Illat yang masuk akaldalam hal ini ialah untuk menghilangkan kesukaran atau kesulitan (masyaqqot). Tetapi Al-Qur’an dan dan hadits menerangkan bahwa illatnya itu bukan karena masyaqqat tetapi karena adanya safar (perjalanan) b) Dalil(Al-Qur’an dan Hadits)menunjukkan bahwa hukum asalitu berlaku khusus, tidak berlaku pada kejadian atau peristiwa yang lailn. Misalnya dalam sebuah riwayat dikatakan: ‫ُه‬‫ب‬‫س‬َ‫َح‬َ‫ف‬ َْ‫ة‬َ‫م‬‫ي‬َ‫ز‬ُ‫خ‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ َْ‫د‬ِ‫ه‬َ‫ش‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ Kesaksian Khuzaimah sendirian sudah cukup. (H.R. Abu Daud) Ayat Al-Qur’an menentukan bahwa sekurang-kurangnya saksi itu adalah dua orang laki-laki atau satu orang laki-laki bersama dua orang wanita. (Q.S Al-Baqoroh, 2: 282), tetapi Rosulullh saw. Menyatakan bahwa apabila Khuzaimah (sahabat) yang menjadi saksi, maka cukup sendirian. Hukum kesaksiansecarakhusus initidak bisadikembangkan dan diterapkan kepada far’u, karena hukum ini hanya berlaku untuk pribadi Khuzaimah. Demikian juga hukum-hukum yang dikhususkan bagi Rosululloh saw., seperti kawin lebih dari empat orang tanpa mahar. Ada juga syarat lain yang disebutkan dari sumber lain[10] bahwa syarat hukum asal adalah: Hukum asalituadalahhukum yang tetap berlaku, bukan hukum yang telah dinasakhkan, sehingga masih mungkin dengan hukum asal itu membangun (menetapkan) hukum. Alasannya ialah bahwa perentangan hukum dari asal kepada far’u adalah didasarkan kepada adanya sifat yang menyatu pada keduanya. Hal ini sangat tergantung kepada pandangan (i’tibar) dari pembuat hukum asal yang telah dimansukh, tidak ada lagi pandangan pembuat hukum terhadap sifat yang menyatu pada hukum asal tersebut. 4. Illat Secara etimologi ‘illatberarti nama bagisesuatuyang menyebabkan berubahnya keadaan sesuatu yang lain dengan keberadaannya. Misalnya penyakit itu dikatakan ‘illat, karena dengan adanya penyakit tersebut tubuh manusia berubah dari sehat menjadi sakit. Secara termenologi, terdapat beberapa definisi ‘illat yang dikemukakan ulama ushul fiqh. Akan tetapi pada makalah ini akan kami sebutkan definisi ‘illat menurut imam al-Ghozali, yaitu: ِْ‫ت‬‫ا‬َّ‫ذ‬‫ال‬ِ‫ب‬َ‫ل‬ ‫ى‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬َ‫ت‬ ِْ‫ه‬ِ‫ل‬‫ع‬َ‫ج‬ِ‫ب‬ ِْ‫م‬‫ك‬ُ‫ح‬ ْ‫ي‬ِ‫ف‬ ُْ‫ر‬ِ‫ث‬َ‫ئ‬ُ‫م‬‫ال‬
  • 33. Sifat yang berpengaruh terhadap hukum, bukan karena dzatnya, melainkan karena perbuatan syar’i. Menurutnya, ‘illat itu bukanlah hukum, tetapi merupakan penyebab munculnya hukum, dalam arti: adanya suatu ‘illat menyebabkan munculnya hukum. Al-Ghozali berpendapat bahwa pengaruh ‘illat terhadap hukum bukan dengan sendirinya, melainkan harus karena adanya izin Allah. Maksudnya, Allah-lah yang menjadikan ‘illat itu berpengaruh terhadap hukum.[11] Misalnya seorang pembunuh terhalang mendapatkan warisan dari harta orang yang ia bunuh, disebabkan pembunuhan yang ia lakukan. Dalam kasus ini bukan karena membunuh semata-mata yang menjadi ‘illat yang menyebabkan ia tidak mendapat warisan, tetapi atas perbuatan dari kehendak Allah. Dengan demikian, ‘illat ini hanya merupakan indikasi, penyebab dan motif dalam suatu hukum, yang dijadikan ukuran untuk mengetahui suatu hukum. a) Bentuk-bentuk ‘illat ‘illat adalah sifat yang menjadi kaitan bagi adanya suatu hukum. Ada beberapa bentuk sifat yang munkin menjadi ‘illat bagi hukum bila telah memenuhi syarat-syarat tertentu[12]. Di antara bentuk sifat itu adalah: Sifat haqiqi, yaitu yang dapat dicapai oleh akal dengan sendirinya, tanpa tergantung kepada ‘urf (kebiasaan) atau lainnya. Contohnya: sifat memabukkan pada minuman keras. Sifat hissi, yaitu sifat atau sesuatu yang dapat diamati dengan alat indera. Contohnya: pembunuhan yang menjadi penyebab terhindarnya seseorang dari hak warisan, pencurian yang menyebabkan hukum potong tangan, atau sesuatu yang dapat dirasakan, seperti senang atau benci. Sifat ‘urfi, yaitu sifatyang tidak dapat diukur, namun dapat dirasakan bersama. Contohnya: buruk dan baik, mulia dan hina. Sifat lughowi, yaitu sifat yang dapat diketahui dalam penamaannya dalam artian bahasa. Contohnya: diharamkannya nabiz karena ia bernama khomr. Sifat syar’i, yaitu sifat yang keadaannya sebagai hukum syar’i dijadikan alasan untuk menetapkan sesuatuhukum. Contohnya: menetapkan bolehnya mengagungkan barang milik bersama dengan alasan bolehnya barang itu dijual. Sifat murakkab, yaitu bergabungnya beberapa sifat yang menjadi alasan adanya suatu hukum. Contohnya: sifat pembunuhan secara sengaja, dan dalam bentuk permusuhan, semuanya dijadikan alasan berlakunya hukum qishos.
  • 34. Semua sifat tersebut dapat menjadi ‘illat. Tetapi mengenai kemungkinannya untuk menjadi ‘illat bagi suatu hukum, para ulama berbeda pendapat. Bagi ulama yang dapat menerima sifat tersebut sebagai ‘illat, masih diperlukan beberapa syarat yang akan dijelakan di bawah ini. b) Syarat-syarat ‘illat Syarat-suarat ‘illat [13] adalah sebagai berikut: ‘illat itu mengandung motivasi hukum, bukan sekedar tanda-tanda atau indikasi hukum. Maksudnya, fungsi ‘illat adalah bagian dari tujuan disyari’atkannya hukum, yaitu untuk kemasalahatan umat manusia. Contohnya: sifat “menjaga diri” merupakan hikmah diwajibkannya qishosh. Maksudnya, bila seseorang pembunuh diqishosh, maka orang akan menjauhi pembunuhan, sehingga diri (jiwa) manusia akan terpelihara dari pembunuhan. ‘Illatitu jelas,nyata,dan bisaditangkap indera manusia,karena ‘illatmerupakan pertanda adanya hukum. Misalnya sifat memabukkan dalam khamr. Apabila ‘illat itu tidak nyata, tidak jelas, dan tidak bisa ditangkap indera manusia, maka sifat seperti itu tidak bisa dijadikan ‘illat. Contoh sifat yang tidak nyata, adalah sifat “sukarela” dalam jual beli. Sifat “sukarela” ini tidak bisa dijadikan ‘illat yang menyebabkan pemindahan hak milik dalam jual beli, karena “sukarela’ itu masalah batin yang sulit diindera. Itulah sebabnya para ahli fiqh menyatakan bahwa “sukarela” itu harus diwujudkan dalam bentuk perkataan “ijab” dan ”qobul”. Dalam literature lain [14]ditambahkan bahwa syarat ‘illat itu antara lain: ‘ illat itu harus dalam bentuk sifat yang terukur keadaannya jelas dan terbatas, sehingga tidak bercampur dengan yang lainnya. Contohnya: keadaan dalamperjalanan menjadi ‘illatuntuk bolehnya mengqashar sholat. Qashar sholat diperbolehkan bagi orang yang melakukan perjalanan, karena keadaan dalam perjalanan itu menyulitkan (masyaqqah), namun masyaqqah itu sendiri tidak dapat diukur dan ditentukan secara pasti, karena berbeda antara seseorang dengan lainnya, antara satu situasi dan situasi lainnya. Karenanya, masyaqqah itu tidak dapat dijadikan ‘illat hukum. Sifatnya sama dengan sifat yang batin (tidak dhahir), sehingga harus diambil sifat lain yang dhahir sebagai patokan yang alasan di dalamnya terdapat alasan yang sebenarnya, yaitu “keberadaan dalam perjalanan” yang sifatnya jelas dan terukur.
  • 35. Harus ada hubungan kesesuaian dan kelayakan antara hukum dengan sifat yang akan menjadi ‘illat. Adanya kesesuaian hubungan antara sifat dengan hukum itu menjadikannya rasional, diterima semua pihak, dan mendorong seseorang untuk lebih yakin dalam berbuat. Contohnya: sakit menjadi ‘illat bolehnya seseorang membatalkan puasa, karena sakit itu menyulitkan seseorang untuk berpuasa. Seandainya dilakukan juga,malah akan merusak dirinya, padahal syara’ melarang merusak dan melarang mencelakakan diri. Sifat yang tidak ada hubungan kesesuaian dengan hukum tidak dapat dijadikan ‘illat bagi bolehnya berbuka puasa, karena antara mengantuk dan puasa tidak mempunyai hubungan kesesuaian apa-apa. c) Fungsi ‘illat Pada dasanya setiap ‘illat menimbulkan hukum. Antara ‘illat dan hukum mempunyai kaitan yang erat. Dalam kaitan itulah terlihat fungsi tertentu dari ‘illat,[15] yaitu sebagai: Penyebab/penetap yaitu ‘illat yang dalam hubungannya dengan hukum merupakan penyebab atau penetap (yang menetapkan) adanya hukum, baik dengan nama mu’arrif, mu’assir, atau ba’its. Contohnya ‘illat memabukkan menyebabkan berlakunya hukum haram pada makanan dan minuman yang memabukkan. Penolak yaitu ‘illat yang keberadaannya menghalangi hukum yang akan terjadi, tetapi tidak mencabut hukum itu seandainya ‘illat tersebut terdapat pada saat hukum tengah berlaku. Contohnya dalam masalah iddah. Adanya iddah menolak dan menghalangi terjadinya perkawinan dengan laki-laki yang lain, tetapi iddah itu tidak mencabut kelangsungan perkawinan bila iddah itu terjadi dalam perkawinan. Iddah dalam hal ini adalah iddah syubhat. Pencabut yaitu ‘illatyang mencabut kelangsungansuatu hukum bila‘illatitu terjadi dalam masa tersebut, tetapi ‘illat itu tidak menolak terjadinya suatu hukum. Contohnya: sifat thalaq dalam hubungannya dengan kebolehan bergaul. Adanya thalaq itu mencabut haq bergaul suami istri (jika mereka telah menikah atau rujuk), karena memang mereka boleh menikah lagi sesudah adanya thalaq itu. Penolak dan pencabut yaitu ‘illat yang dalam hubungannya dengan hukum dapat mencegah terjadinya suatu hukum dan sekaligus dapat mencabutnya bila hukum itu telah berlangsung. Contohnya sifat radha’ (hubungan persusuan) berkaitan dengan hubungan perwakinan. Adanya hubungan susuan mencegah terjadinya hubungan perkawinan antara orang yang sepersusuan dan sekaligus mencabut atau membatalkan hubungan perkawinan yang sedang berlangsung, bila hubungan susunan itu terjadi (diketahui) waktu berlangsungnya perkawinan.
  • 36. c. MACAM-MACAM QIYAS Imam Syafi’i membagi qiyas menjadi tigamacem berdasarkan kejelasan‘illat,kesamaran, dan prediksinya terhadap persoalan yang tidak termaktub dalam nash. Qiyas tersebut antara lain qiyas aqwa, qiyas musawi, dan qiyas adh’af. Para ulama ushul fiqh berikutnya mengikuti tiga klasifikasi ini. 1. Qiyas Aqwa Qiyas aqwa adalah analogi yang ‘illat hukum cabangnya (far’u) lebih kuat daripada ‘illat pada hukum dasarnya (ashl). Artinya, suatu yang telah dijelaskan dalam nash al-Qur’an atau hadis tentang keharaman melakukannya dalamjumlah sedikit, maka keharaman melakukannya dalam jumlah banyak adalah lebih utama. Sedikit ketaatan yang dipuji apabila dilakukan, maka melakukan ketaatan yang banyak lebih patut dipuji. Sesuatu yang diperbolehkan (mubah) dilakukan dalam jumlah yang banyak, maka lebih utama apabila dilakukan dalam jumlah sedikit. Dalam kitab Ar-Risalah Imam Syafi’i menyebutkan banyak contoh tentang qiyas bagian pertama ini, diantaranya: Rasulallah saw. bersabda: ………….. Artinya: Sesungguhnya Allah telah melarang menumpahkan darah orang beriman, merampas hartanya, dan menyuruh berprasangka baik kepadanya” Apabila Allahmengharamkan berprasangka buruk kepada sesama mungkin dengan tepat bersikap wajar kepadanya, maka prasangka-prasangka lainnya seperti menyebarkan isu tidak benar tentangnya lebih diharamka lagi. Demikian pula dengan prasangka- prasangka yang menyakitkan. 2. Qiyas Musawi Qiyas Musawiadalah qiyas yang kekuatan ‘illat pada hukum cabang sama dengan hukum ashl. Qiyas ini disebut juga dengan istilah qiyas fi Ma’na al-Ashl (analogi terhadap makna hukum ashl), qiyas jali (analogi yang jelas), dan qiyas bi nafyi al-fariq (analogi tanpa perbedaan ‘illat). Imam Syafi’i tidak menjelaskan qiyas bagian kedua ini dengan jelas. Pembahasan mengenai qiyas ini
  • 37. hanya bersifat dalam pernyataan, “Ada ulama yang berpendapat seperti pendapat ini, yaitu apa- apa yang bersetatus halal, maka ia menghalalkannya, dan apa-apa yang berlabel haram, maka ia mengharamkannya”. Maksud dari pernyataan ini adalah qiyas yang mempunyai kesamaan ‘illat pada hukum cabang dan hukum ashl. Adanya kesamaan ‘illat tersebut bersifat jelas, sejelas nash itu sendiri. Dari sinilah sebagian ulama meggolongkan dilalah nash tersebut dalam kategore qiyas. Qiyas kategori ini jelas berbeda dengan qiyas yang pertama, sebab ‘illat pada hukum cabang lebih kuat daripada hukum ashl. Dari pernyataan Imam al-Ghazali tanpaknya dia setuju mengategorikan kesimpulan ini dalam bahasan qiyas. Sebagaimana disebutkan dalam kitab al-Mustashfa’. “Tingkatan yang kedua adalah kandungan makna pada nash yang tersirat ‘illat –nya sama dengan yang tersurat, yakni tidak lebih kuat atau lebih rendah. Sehingga disebut juga sebagai qiyas fi Ma’na al-ashl. Namun para ulama masih berbeda pendapat seputar pemahaman qiyas ini. 3. Qiyas Adh’af Qiyas adh’af adalah analogi yang illat pada hukumcabangnya (far’) lebih lemah daripada ‘illat pada hukum dasarnya (ashl). Dalamkitab ar-Risalah,ImamSyafi’iberkata, “Sebagianulama enggan menyebutkan sebagian qiyas, kecuali ada kemungkinan kemiripan yang dapat ditetapkan dari dua makna yang berbeda. Lalu dianalogikan terhadap salah satu makna tersebut, bukan kepada yang lainnya.” Menurut imam ar-Razi, Imam Syafi’i telah membagi qiyas jenis kedua ini ke dalam dua bagian, yakni qiyas al-ma’na(analogi yang didasarkan sebab hukum) dan qiyas al-syabah(analogi yang didasarkan pada kemiripan). Dalam kitab Manaqib asy-syafi’i, ia menegaskan, adanya ‘illat pada hukum cabang lebih lemah daripada ‘illat pada hukum ashl. Qiyas seperti ini terbagi kedalam dua macam. Pertama, qiyas al-ma’na, yaitu pencarian ‘illat hukum dalam objek yang sama antara hukum cabangdan hukum ashl, lalu ‘illat pada hukum cabang dijadikan pedoman untuk menemukan ketetapan hukumnya. Kedua, tidak perlu adanya penggalian makna sama sekali, tetapi dengan cara penelitian pola hukum dalam satu kejadian dengan menggunakannya pada dua kejadian yang berbeda, lalu dicari satu precendent (contoh) yang paling banyak kemiripannya. Proses analogi dengan mencari kemiripan untuk hukum inilah yang lazim disebut qiyas asy-syabah. d. QIYAS SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM KH MA. Sahal Mahfudh dalam kitab ‫ان‬ ‫ي‬ ‫ب‬ ‫ال‬ ‫مع‬‫ل‬ ‫م‬ ‫ال‬ ‫عن‬ ‫اظ‬ ‫ف‬ ‫ال‬ ‫مع‬‫ل‬ ‫ال‬ menjelaskan qiyas adalah menyamakan cabang (‫رع‬ ‫)ف‬ dengan asal (‫)اصل‬ dalam sebagian hukumnya karena ada makna/ illat yang menggabungkan keduanya (‫اس‬ ‫ي‬ ‫ق‬ ‫ال‬‫حمل‬ ‫رع‬ ‫ف‬ ‫لي‬ ‫ع‬ ‫اصل‬ ‫ي‬‫ف‬ ‫ض‬‫ع‬ ‫ب‬ ‫ه‬ ‫ام‬ ‫ك‬ ‫اح‬ ‫ني‬ ‫ع‬‫م‬ ‫ب‬ ‫مع‬‫ج‬ ‫ي‬ ‫ا‬ ‫م‬‫ه‬‫ن‬ ‫ي‬ ‫ب‬ ).